Anda di halaman 1dari 9

POLA HIDUP SEDERHANA DAN PERINTAH

MENYANTUNI PARA DUAFA


A. AL-QUR’AN SURAH AL-QASAS AYAT 79-82

Terjemahan
“Maka keluarlah dia (Qarun) kepada kaumnya dalam kemegahannya berkatalah
orang-orang yang menghendaki kehidupan dunia berkata, “Mudah-mudahan kiranya kita
mempunyai harta kekayaan seperti apa yang telah di berikan kepada karun; sesungguhnya ia
mempunyai keberuntungan yang besar”.
“Tetapi orang-orang yang di anugerahi ilmu berkata "celakalah kamu! Ketahuilah,
pahala Allah lebih baik bagi orang-orang beriman dan mengerjakan kebajikan, dan (pahala
yang besar) itu hanya di peroleh oleh orang-orang yang sabar”.
“Maka kami benamkan dia (Qarun) beserta rumahnya ke dalam bumi. Maka tidak ada
baginya suatu golonganpun yang akan menolongnya selain Allah. Dan tiadalah ia termasuk
orang-orang yang dapat membela diri”.
“Dan orang-orang yang kemarin mencita-citakan kedudukan Qarun itu, berkata :
“Aduhai, benarlah kiranya Allah yang melapangkan rezeki bagi siapa yang Dia kehendaki
dari hamba-hambaNya dan membatasi (bagi siapa yang Dia kehendaki dari hamba-
hambaNya); kalau Allah tidak melimpahkan karuniaNya atas kita benar-benar Dia telah
membenamkan kita pula. Aduhai, benarlah tidak beruntung orang-orang yang mengingkari (
nikmat Allah).“ (Q.S Al-Qasas:79-82)

Isi kandungan ayat


Ayat diatas (79) mengandung mengandung makna suatu kisah unat terdahulu, yaitu
Qarun yang hidup dengan bergelimang harta. Qarun hidup pada zaman Nabi Musa a.s.,
bahkan suatu riwayat mengatakan bahwa Qarun adalah anak paman Nabi Musa. Oleh Allah
SWT. Qarun dikarunia harta melimpah. Begitu banyaknya harta yang dimiliki Qarun
sehingga kunci anaka gudang hartanya itu tidak bisa diangkat oleh puluhan oramg kuat.
Namun sayangnya, harta yang melimpah itu membuat Qarun lupa diri dan menjadi takabur.
Dia mengatakan bahwa hartanya yang banyak itu berkat hasil usahanya semata, bukan karena
adanya rahmat Allah atau pemberian-Nya.
Pada suatu hari, Qarun keluar dari istana (rumahnya) dengan segala kemegahannya,
dikawal oleh para punggawanya. Tujuannya adalah untuk memamerkan kekayaannya kepada
masyarakat dan menunjukkan kehebatan dirinya dalam berusaha. Qarun berhasil
memperdaya sebagian masyarakat dan diantara mereka ada yang berkata; “Alangkah
senangnya seandainya kita diberi harta yang melimpah seperti Qarun, kita dapat menikmati
hidup ini dengan sepuas – puasnya”.
Dinyatakan pada ayat berikutnya (80) bahwa orang yang mempunyai ilmu dan akal
sehat, sama sekali tidak tertarik oleh harta yang dipamerkan Qarun tersebut. Apalah artinya
harta jika tidak dapat mendatangkan kebahagiaan diakhirat. Mereka bahkan mengatakan
bahwa pahala Allah SWT. Jauh lebih penting dan bernilai daripada harta melimpah bagi
orang yang beriman dan beramal saleh. Sebab, harta yang tidak berkah seperti harta kekayaan
Qarun tersebut hanya akan mendatangkan azab dari Allah SWT. Mereka yakin bahwa Allah
hanya akan memberikan pahala kepada orang – orang yang beriman dan beramal saleh.
Selanjutnya (ayat 81 – 82), Allah menegaskan bahwa akibat kesombongan dan
ketakaburannya, Qarun ditenggelamkan beserta seluruh harta kekayaannya ke dasar bumi dan
tidak ditemukan bekas – bekasnya. Akhirnya, menjadi sebutan orang, setiap menemukan
sesuatu yang bernilai dari dalam tanah, kita sering menyebutnya harta karun.
Ditenggelamkannya Qarun ke dasar bumi merupakan azab Allah yang harus
diterimanya atas kesombongannya. Ketika azab Allah itu datang, tidak ada seorangpun yang
mampu memberikan pertolongan kepadanya. Bahkan dia sama sekali tidak mampu menolong
dirinya sendiri., apalagi menolong orang lain. Harta kekayaan yang disombongkannya juga
tidak mampu berbuat apa – apa, kecuali ikut hancur musnah ditelan bumi.
Atas kejadian tragis yang menimpa Qarun beserta para pengikut setianya itu maka
masyarakat yang sebelumnya menginginkan harta melimpah seperti yang dimiliki Qarun
menjadi sadar dan kembali bertobat kepada Allah. Mereka menyadari bahwa harta benda
sama sekali tidak bisa menolong dari azab Allah. Ia hanyalah titipan dan amanah yang harus
digunakan sesuai dengan kehendak Allah. Jika tidak, maka harta itu akan mendatangkan
bencana bagi pemiliknya, seperti halnya yang menimpa Qarun. Na’uzubillahi!
Perilaku orang yang mengamalkan isi kandungan ayat
Islam tidak melarang umatnya memiliki harta sebanyak – banyaknya, bahkan sangat
dianjurkan untuk berusaha sekuat tenaga mendapatkan harta yang banyak dan halal, dan
menggunakannya sesuai dengan petunjuk Allah SWT. Berdasarkan ayat diatas, ada beberapa
perilaku orang muslim yang mengamalkan isi kandungannya, yang dapat diidentifikasi dalam
perilaku kehidupan sehari – hari, diantaranya sebagai berikut :
a. Tidak bersikap sombong dengan harta yang dimilikinya
Kebiasaan manusia, ketika memiliki suatu kelebihan selalu bersikap sombong dan angkuh.
Namun, itu hanya dilakukan oleh orang – orang yang tidak beriman. Adapun bagi mereka
yang memiliki keimanan yang kuat serta mengamalkan isi kandungan ayat Al-Qur’an,
niscaya tidak bersikap sombong atas harta yang dimilikinya. Meskipun harta kekayaannya
tersebut sangat melimpah ruah, tak terhitung jumlahnya dan tak ternilai harganya, namun ia
tetap bersikap rendah hati, sopan dalam ucapan, santun dalam perbuatan, dan selalu bersikap
dermawan kepada sesame. Dengan demikian, hartanya mendatangkan berkah dari Allah
SWT.
b. Menjadikan harta sebagai media untuk beribadah kepada Allah SWT.
Harta adalah titipan AllahSWT, yang harus digunakan sesuai dengan kehendak
pemberinya. Seorang yang beriman dan mengamalkan isi kandungan Al-Qur’an , niscaya
menjadikan harta sebagai media untuk beribadah kepada Allah SWT, baik dengan cara
bersedekah, berzakat, maupun cara – cara lainnya. Jadi, semakin banyak harta yang
dimilikinya, akan semakin rajin ibadahnya kepada Allah SWT.
c. Menjadikan harta sebagai media untuk mencari ilmu
Menyadari betapa pentingnya ilmu pengetahuan, baik ilmu agama maupun umum, tentu
setiap muslim wajib mencari ilmu dan mempelajarinya sepanjang hayat. Untuk mencari ilmu
dip;erlukan biaya yang cukup, maka adanya harta kekayaan dapat digunakan sebagai media
atau alat untuk mencari ilmu. Semakin banyak harta seorang muslim, hendaknya semakin
tinggi ilmu dan pendidikan yang didapatnya. Sebab dengan harta itu, peluang untuk
mendapatkan ilmu dan pendidikan semakin terbuka luas.
d. Menghindari sikap boros
Harta memang manis dan sangat menyenangkan. Kita dapat melakukan apa saja dengan
harta yang dimiliki. Tetapi seorang muslim yang beriman dan mengamalkan isi kandungan
Al-Qur’an, niscaya tidak akan melakukan perbuatan foya–foya, hura–hura, dan menghambur-
hamburkan harta yang dimilikinya. Melainkan semakin bertambah hartanya, hidupnya
semakin sederhana dan hatinya semakin merendah. Ia akan menggunakan hartanya sesuai
keperluan dan sesuai petunjuk Allah SWT.

Menerapkan perilaku hidup sederhana dan menyantuni kaum duafa sebagaimana


terkandung dalam ayat di atas
Setelah mempelajari isi kandungan ayat diatas, hendaknya kamu dapat menerapkan
perilaku hidup sederhana dan menyantuni kaum duafa dalam kehidupan dehari-hari.
Untuk dapat menerapkan perilaku terpuji seperti disebutkan diatas, hendaknya kamu
perhatikan terlebih dahulu beberapa hal berikut ini.
a) Tanamkan keyakinan bahwa harta itu tidak ada yang abadi, ia hanya titipan sementara dari
Allah SWT. Cepat atau lambat, pada saatnya akan diambil oleh Allah.
b) Tanamkan keyakinan bahwa harta hanya akan mendatangkan manfaat dan berkah jika
digunakan sesuai dengan petunjuk Allah SWT, dan jika tidak maka harta akan mendatangkan
azab dan bencana bagi pemiliknya.
c) Tanamkan keyakinan bahwa di dalam harta yang kita miliki, terdapat hak orang lain, yaitu
kaum duafa, seperti fakir miskin, anak yatim, dan terlantar. Mereka mempunyai hak atas
harta yang kita miliki, dan hak itu harus diberikan kepada mereka.
d) Biasakanlah bergaul dengan orang yang memiliki perilaku hidup sederhana agar kita dapat
meneladaninya pada kemudian hari.
e) Hindari bergaul dengan orang yang suka hura-hura dan menghamburkan hartanya, sebab kita
akan terbawa arus pergaulannya.
Kesimpulan
1. Pada suatu hari Qarun keluar memamerkan harta kekayaannya secara berlebih-lebihan
dengan sikap yang sombong dan congkak serta ingkar tehadap nikmat Allah. Sebagaimana
ada juga dari kaumnya bercita-cita memiliki harta seperti yang dimiliki Qarun, mereka
menganggap apa yang dimiliki Qarun itu sesuatu keberuntungan besar.
2. Adapun orang-orang yang cerdik pandai menganggap hal yang demikian itu adalah suatu
kekeliruan besar dan menimbulkan bencana yang nyata. Mereka menyakini bahwa pahala
yang disediakan oleh Allah adalah jauh lebih baik.
3. Allah membenamkan Qarun beserta semua harta kekayaannya ke dalam bumi. Dia sendiri
tidak dapat membela diri, demikian pula harta kekayaannyayang dia banggakan itu tidak
dapat menolongnya sama sekali.
4. Orang-orang tadi yang menghendaki kaya rayaseperti Qarun, setelah menyaksikan siksa
yang dialami Qarun, akhirnya timbul kesadaran bahwa Allah yang melapangkan rizki
seseorang dan menyempitkannya bagi siapa yang dikehendakin-Nya.
5. Dengan cita-cita tidak berkesampaian itu mereka merasa suatu karunia Allah, karena apabila
terlaksana mereka akan mengalami nasib sebagaimana yang dialami Qarun, yaitu mendapat
siksa.
6. Sikap hidup yang berlebih-lebihan tanpa mensyukuri nikmat Allah, tidak akan memperoleh
keberuntungan bahkan siksalah yang akan dirasakan.

B. HADIST TENTANG POLA HIDUP SEDERHANA DAN PERINTAH MENYANTUNI


KAUM DUAFA

‫ سمعت رسول‬: ‫عن ابي كريمة المقدار بن معد يكرب رضي هللا عنه قال‬
‫ ما مالء اد‬: ‫هللا صلي هللا عليه وسلم يقول‬
‫ميوعاء شرا من بطنه بحسب ابن ادم لقيمات يقمن صلبه فاءنكان المحالة فثلث لط‬
)‫عامه وثلث لشرابه وثلث لنفسه (رواهالترمذى‬
‫قال رسول هللا صلي هللا عليه وسلم ليس المؤمن بالذي يشبعوجاره جائع الي جنبه‬
)‫(رواه البخارى‬

Terjemahan
“Dari Abi Karimah, yaitu Miqdar Bin Ma’dikariba : saya mendengar Rasulullah saw,
bersabda : anak adam yang mengisi penuh suatu tempat, tidak akan lebih berbahaya daripada
mengisi perutnya sendiri. Bagi anak adam, cukup beberapa suap makanan untuk menegakkan
tulang iganya. Jika dia harus demikian (makan lebih banyak dari itu), maka sepertiga untuk
makannya, sepertiga untuk minumnya, dan sepertiga lagi untuk napasnya.” (H.R. Turmudzi)
“Rasulullah saw. Bersabda : Tidak termasuk orang mukmin, orang yang kenyang,
sementara tetangganya lapar di dekatnya.” (H.R. Bukhari)
Isi kandungan hadist
Hadist diatas mengandung makna bahwa perut merupakan salah satu organ penting
bagi manusia. Jika perutnya dapat berfungsi dengan baik maka seseorang dapat beraktivitas
dengan baik pula. Begitu pula sebaliknya, jika fungsi perut sudah terganggu maka seseorang
tidak akan mampu beraktivitas.
Hadist di atas menjelaskan bahwa kita tidak boleh mengisi perut samapi penuh,
apalagi terkesan sampai ingin muntah, sebab akan mudah menimbulkan penyakit. Rasulullah
saw. Mengajarkan kepada kita agar tidak makan sebelum lapar dan ketika makan jangan
sampai kekenyangan. Jika hal itu dilakukan, niscaya kesehatan badan akan terpelihara dengan
baik dan tidak mudah terserang penyakit.
Dalam hadist diatas juga dijelaskan bahwa setiap anak adam hendaknya makan
beberapa suap saja. Artinya, secukupnya sesuai dengan kebutuhan tubuh. Selain itu juga, kita
harus makan secara teratur dan terjadwal agar perut dapat bekerja sesuai fungsinya. Bahkan
dianjurkan agar mengatur ruangan di dalam perut menjadi tiga tempat, yaitu pertama
sepertiga untuk makanan, sepertiga untuk minuman, dan sepertiganya lagi untuk udara atau
bernapas. Jika pola makan seperti yang dianjurkan Rasulullah saw. Sudah diterapkan, niscaya
tubuh kita akan sehat. Jika masih ada sisa makanan di rumah kita, hendaknya diberikan
kepada fakir miskin atau keluarga yang membutuhkan sehingga tidak ada makanan yang
terbuang mubazir.
Bahkan dalam hadist kedua, kita diperintahkan agar tidak hanya memikirkan diri
sendiri, artinya makan dan minum sendiri tanpa peduli kepada orang lain. Tidak sempurna
iman seseorang yang hanya makan sendiri, sedangkan tetangga dekatnya kelaparan setiap
hari. Sesungguhnya tidak manusiawi orang yang makan sampai kekenyangan, padahal ada
orang lain yang kelaparan. Sesungguhnya keji juga orang yang membiarkan makanan sampai
basi lalu membuangnya, padahal tetangganya merintih menahan lapardi dekat rumahnya.
Meskipun kita rajin salat dan beribadah, tapi kalau tidak peduli kepada orang lain di
sekitarnya maka ibadahnya tidak sempurna.
Perilaku orang yang mengamalkan hadist
Berdasarkan isi kandungan hadist diatas, ada beberapa sikap perilaku hidup sederhana
yang dapat diidentifikasi bagi orang yang mengamalkannnya, di antaranya sebagai berikut :
a. Sederhana dalam makanan dan minuman
Artinya, makan dan minum seperlunya dan secukupnya sesuai dengan kebutuhan tubuh,
tapi tetap harus teratur dan terjadwal dengan baik sehingga perut dapat menjalankan
fungsinya dengan baik. Memakan makanan yang ada tidak memaksakan diri mencari-cari
makanan yang tidak tersedia di meja makan. Makan tidak berlebihan, tidak sampai
kekenyangan, apalagi sampai melampaui batas kemampuan perut.
b. Sederhana dalam membelanjakan harta
Maksudnya, meskipun memiliki banyak harta, tapi tetap tidak berlaku boros dan rakus.
Harta hanya digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup seperlunya. Harta tidak dipakai
untuk berfoya-foya atau hura-hura., membeli sesuatu yang sebenarnya tidak perlu, melainkan
hanya untuk membiayai kebutuhan yang sangat mendesak dan perlu.
c. Sederhana dalam bersikap dan berperilaku
Bersikap sederhana, artinya sikap perilaku yang tidak berlebihan dan tidak mengada-ada
atau dipaksakan.ada orang yang perilakunya dibuat-buat sehingga memancing gunjingan
orang. Pada zaman sekarang ini, banyak orang yang bersikap perilaku terlalu berlebih-
lebihan, misalnya laki-laki berdandan menyerupai perempuan atau sebaliknya, memakai
anting dihidung dan lidah, ranbut dicat warna warni, dan sebagainya. Perilaku seperti ini
sangat tercela dalam pandangan islam karena termasuk perilaku berlebihan (Israf)
d. Peduli terhadap sesama
Bagi orang yang beriman, orang lain yang ada di sekitar lingkungannya adalah saudara
yang harus diperhatikan dengan seksama. Sebab, merekalah yang paling tahu lebih dulu kita
mendapat musibah atau bencana. Mereka pula yang pertama kali memberikan pertolongan
sehingga sewajarnya jika mereka kita perhatikan dan diberikan santunan. Apalagi jika mereka
sangat membutuhkan. Peduli terhadap sesama merupakan akhlak terpuji yang harus dipegang
teguh oleh seorang muslim.
e. Menerapkan perilaku hidup sederhana dan menyantuni kaum duafa sebagaimana
terkandung dalam hadist diatas
Sebagai muslim yang beriman, hendaknya kita dapat menerapkan isi kandungan hadist
diatas dengan mengamalkan sikap perilaku hidup sederhana. Untuk dapat menerapkan
perilaku hidup sederhana dan menyantuni kaum duafa, hendaknya kamu perhatikan terlebih
dahulu beberapa hal berikut ini.
a) Tanamkan keimanan yang kuat agar tidak tergoda oleh setan yang selalu mengajak manusia
hidup boros dan tidak peduli terhadap sesama.
b) Biasakan bergaul dengan orang-orang yang memiliki perilaku hidup sederhana agar kita
dapat meneladaninya.
c) Hindari pergaulan dengan orang-orang yang boros dan tidak perduli sesama agar kita tidak
terpengaruh oleh pergaulannya.
d) Biasakan mengatur pola makan dan pola hidup sehat sebagaimana yang dicontohkan
Rasulullah saw.

Surat Al-qarah ayat 177


Artinya : Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan,
akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian,
malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada
kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan)
dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan
shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji,
dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka
itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa.
Jadi ayat ini menjelaskan tentang kebaikan yang maknanya sangat luas meliputi
akidah, ibadah, akhlak dan keimanan. Ayat di atas dapat juga bermakna: Bukannya
menghadapkan wajah kearah timur dan barat yang merupakan semua kebajikan, atau
bukannya semua kebajikan merupaka sikap menghadapkan wajah ke timur dan barat.
Menghadap ke timur atau ke barat, bukan sesuatu yang sulit, atau membutuhkan perjuangan,
tetapi ada tuntutan lain yang membutuhkan perjuangan dan di sanalah kebajikan sejati
ditemukan.
Tafsir lebih panjang penjelasannya bukan dari sekedar penerjemahan, tujuan tafsir
supaya kita lebih dekat lagi dengan isi kandungan ayat. Agar memudahkan kita untuk
mengamalkan dalam kehidupan sehari-hari sehingga betul-betul al-quran sebagai petunjuk.
Karena apabila kita tidak memahami isi kandungan al-quran, bagaimana mau menjadikan al-
quran sebagai petunjuk, nantik hanya sekadar dibaca saja. Kita tidak ingin al-quran untuk
dibaca saja akan tetapi bisa untuk dijadikan petunjuk dalam kehidupan sehari-hari. Ayat ini
dimulai dengan penafsiat penolakan tidaklah kebaikan itu penafikan artinya mungkin ada
yang menyakini bahwasanya kebaikan itu bukan hanya sebatas perbalikan kiblat saja.
Dari kalangan orang Yahudi dan Nasrani ketika perintah perpindahan kiblat itu
diturunkan kepada Rasulullah supaya berpindah dari baitul makdis ke kabbah di makkah,
mereka tidak mau berpindah mereka tetap saja menghadap ke Baitul makdis sampai hari ini
mereka menghadap ke Baitul Makdis. Pada hal di dalam kitab suci mereka telah disebutkan
bahwasanya Nabi yang terakhir itu memiliki dua kiblat yaitu Baitul Makdis dan Kabbah
mereka tahu kebenaran ini tapi mereka tidak mau mengikutinya karena kedengkian yang ada
di dalam hatinya.dan seakan-akan itulah penentu kebenaran, maka mereka sibuk sendiri
dengan isu kiblat perpindahan kiblat. Seakan – akan itulah satu-satunya kebenaran pada hal
masih ada lagi yang di sebut.
Kebaikan yang sebenarnya adalah kebaikan yang ada beban di dalamnya karena
disitulah pembuktian ke imanannya itulah yang membuktikan siapa yang jujur dan siapa
yang bertakwa dan siapa yang tidak. Jadi kata albir di dalam ayat ini memiliki arti yang luas
bukan sempit dan bukan hanya sekadar menghadapkan wajah kearah barat dan timur itu
tidak. Didalam tafsir albir dikatakan sebagai bentuk seluruh kebaikan. Kalau kita pindah albir
menjadi albaru yang artinya daratan. Imam arrozik mengatakan didalam kamusnya
mengatakan daratan dikatakan daratan karena ia meluas dan ditepi-tepinya dikelilingi oleh
laut dan lain-lain. Dikatakan albir karena kebaikannya diliputi keimanan,ibadah,akhlak.
Makna albir yaitu meluaskan dalam berbuat baik.
Kata al-quran memiliki makna yang luas maka apabila diterjemahkan dengan kebaikan
maka belum ada apa-apanya tapi apabila diterangkan dengan tafsir barulah tampak bahwa
makna albir yaitu makna yang meluas dalam berbuat kebaikan dan tetapi sebenarnya
kebaikan itu ialah kebaikan yang dilakukan oleh orang beriman kepada allah dan hari akhirat.
Penambahan kata itu disebut dengan tafsir maka ayat ini berbunyi akan tetapi kebaikan itu
ialah kebaikan yang dilakukan oleh orang yang beriman kepada allah, apa yang dibuat oleh
orang yang beriman maka itu bukan dikatan kebaikan.
Kebaikan ialah apa-apa saja yang dilakukan bukan karena kemauan sendiri melainkan
karena allah akan tetapi kebaikan itu ialah kebaikan yang dilakukan oleh orang yang beriman
yang berkaitan dengan apa-apa yang tak mampu dicapai oleh panca indra. Beriman kepada
Nabi tidak mampu dicapai oleh indra maka disebut dengan beriman kepada para nabi.
Keimanan hanya ada didalam hati dan mesti dibuktikan dengan perbuatan.
Percaya kepada allah, beriman kepada allah maka mesti apa yang diperintahkan oleh
allah ikuti, lakukan apa yang allah perintahkan termasuk keluarkan harta mu walaupun itu
harta yang kamu sukai. Kebaikan itu bukan hanya sekedar beriman kepada allah, tidak.tapi
membuktikan keimanan itu dengan menjalani beban diantara beban adalah mengeluarkan
harta yang ia cintai.
Maksud dari mengeluarkan harta disini ialah harta yang telah ia miliki baru ia
mengeluarkannya kalau belum memiliki namun ia telah mengeluarkannya itu tak ada beban
apalagi itu bukan harta yang ia miliki yaitu harta rakyat yang ia milikinya kemudian ia
kembalikannya ke rakyat itu g ada beban. Yang di katakanya ada beban yaitu harta yang
dapat dari gaji kita sendiri itu baru harta kita sendiri dan kita keluarkan untuk rakyat itu baru
yang dikatakan beban.yang ia keluarkan itu hanya untuk allah maka itu adalah kebaikan.
Kepada siapa harta itu diberikan yaitu kepada kerabat, anak yatim, orang miskin, ibnu
sabil yaitu orang dalam perjalanan,orang yang meminta-minta dan hamba saja. Kebaikan itu
bukan hanya saja beriman kepada allah akan tetapi beribadah dan mendirikan sholat dan
mengeluarkan zakat( harta yang wajib dikeluarkan).

QS AL ISRA AYAT 26 - 27 MENYANTUNI KAUM DHUAFA

Surat Al-Isra 26-27 tentang ajuran membantu Kaum Duafa


• Terjemahan ayat 26-27 :
“dan berikan lah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan hak nya kepada orang miskin dan orang
yang dalam perjalanan; dan janganlah kamu menghambur-hambur (hartamu) secara pemboros-
pemboros itu adalah sodara-sodara setan dan itu adalah ingkar kepada tuhannya” (Q.S. Al-Isra,
17;26-27)
Isi atau kandungan ayat Al Qur’an tersebut adalah
• Suruhan Allah SWT kepada umat manusia (umat Islam) untuk memenuhi hak kaum kerabat,fakir
miskin,dan orang-orang dalam per jalanan.
• Larangan Alah SWT agar kita, umat islam jangan menghambur-hamburkan harta secara
boros,karna pemborosan adalah teman atau saudaranya setan

Kesimpulan Ayat Al-Isra 26-27


Hak merupakan suatu yang harus diterima oleh seseorang.sesuatu tersebut bisa berupa materi atau
non materi.misal kaum kerabat berhak memperoleh kasih sayang, rasa hormat, dan memperoleh
pertolongan baik materi maupun non materi bila di perlukan.
Pemberian bantuan berupa harta benda kepada kaum kerabat,para fakirmiskin (kaum duafa) dan
orang-orang dalam perjalanan, berupa sedekah atau berderma di jalannya, yang isyaallah tentu akan
mendapat pahala yang berlipat ganda.

Anda mungkin juga menyukai