Anda di halaman 1dari 4

Dahsyatnya Hidup Sederhana dan Menyantuni Kaum Dhuafa

Hidup Sederhana dan Menyantuni Kaum Dhuafa - Nikmat sehat yang diberikan Allah SWT
kepada hambanya seringkali dilupakan. Padahal sehat merupakan nikmat yang besar dan baru
terasa bagi mereka yang sudah merasakan sakit. Banyak ayat-ayat yang menerangkan perintah
hidup sederhana dan menyantuni kaum dhuafa seperti QS. Al-Qashash: 79-82 ; QS.al-Israa: 26-
27,29-30, QS. Al-Baqarah : 177. Berikut kandungan masing-masing ayat tersebut:

Dahsyatnya Hidup Sederhana dan Menyantuni Kaum Dhuafa


1. QS. Al-Qashash: 79-82
Ayat ini menerangkan bahwa pada suatu hari Karun keluar ke tengah-tengah kaumnya
dengan pakaian megah dan perhiasan yang berlebihan dalam suatu iring-iringan yang lengkap
dengan pengawal, hamba sahaya, dan inang asuh untuk mempertontonkan ketinggian dan
kebesarannya kepada manusia. Hal yang demikian itu adalah sifat yang amat tercela, kebanggaan
yang terkutuk bagi orang yang berakal dan berpikiran sehat. Hal itu menyebabkan kaumnya
terbagi dua.
Pertama, orang-orang yang mementingkan kehidupan duniawi yang selalu berpikir dan
berusaha sekuat tenaga bagaimana caranya supaya bisa hidup mewah di dunia ini. Menurut
anggapan mereka, hidup yang demikian itu adalah kebahagiaan. Mereka itu berharap juga dapat
memiliki sebagaimana yang dimiliki Karun yaitu harta yang bertumpuk-tumpuk dan kekayaan
yang berlebih-lebihan, karena yang demikian itu dianggap sebagai keberuntungan yang besar.

Demikian mereka akan hidup senang, dan berbuat sekehendak hatinya merasakan
kenikmatan dunia dengan segala variasinya. Keinginan manusia seperti ini sampai sekarang tetap
ada, bahkan tumbuh dengan subur ditengah-tengah masyarakat. Dimana-mana kita dapat
menyaksikan bahwa tidak sedikit orang yang berkeinginan keras untuk memiliki seperti apa
yang telah dimiliki orang-orang kaya, pengusaha besar dan lainnya.
Ayat ini menerangkan kelompok kedua adalah orang-orang yang berilmu dan berpikiran
waras. Mereka menganggap bahwa cara berpikir orang-orang yang termasuk golongan pertama
tadi sangat keliru, bahkan dianggap sebagai satu bencana besar dan kerugian yang nyata, karena
lebih mementingkan kehidupan dunia yang fana dari kehidupan akhirat yang kekal. Golongan
kedua berpendapat bahwa pahala di sisi Allah bagi orang-orang yang percaya kepada Allah dan
rasul-Nya serta beramal saleh, jauh lebih baik daripada menumpuk harta. Apa yang di sisi Allah
kekal abadi, sedangkan apa yang dimiliki manusia akan lenyap dan musnah.

Ayat 80 dijelaskan bahwa orang-orang yang sabar dan tekun mematuhi perintah Allah,
menjauhi larangan-Nya. Mereka juga menerima baik apa yang telah diberikan Allah kepadanya
serta membelanjakannya untuk kepentingan diri dan masyarakat.
Ayat 81 Allah menerangkan akibat kesombongan dan keangkuhan karun. Ia beserta
rumah dan segala kemegahan dan kekayaannya dibenamkan ke dalam bumi. Tidak ada yang
dapat menyelematkannya dari azab Allah itu, baik perorangan maupun secara bersama-sama.
Karun sendiri tidak dapat membela dirinya. Tidak sedikit orang yang sesat jalan, dan keliru
paham tentang harta yang diberikan kepadanya. Mereka menyangka harta itu hanya untuk
kemegahan dan kesenangan sehingga mereka tidak menyalurkan penggunaanya ke jalan yang
diridhai Allah. Oleh karena itu, Allah menimpakan azab-Nya kepada mereka.
Ayat ini menjelaskan bahwa orang-orang yang semula bercita-cita ingin mempunyai
kedudukan dan posisi terhormat seperti yang pernah dimiliki Karun, dengan seketika
mengurungkan cita-citanya setelah menyaksikan azab yang diimpakan kepada karun. Mereka
menyadari bahwa harta benda yang banyak dan kehidupan duniawi yang serba mewah, tidak
mengantarkan mereka pada keridaan Allah. Dia memberi rezeki kepada yang dikehendaki-Nya,
dan tidak memberi kepada yang tidak dikehendaki. Allah meninggikan dan merendahkan orang
yang dikehendaki-Nya. Kesemuanya itu adalah berdasarkan kebijakanaan Allah dan ketetapan
yang telah digariskan-Nya.
Ibnu Mas’ud meriwayatkan bahwa Allah telah memberikan kepada manusia watak
masing-masing sebagaimana Dia telah membagi-bagikan rezeki di antara mereka. Sesungguhnya
Allah itu memberikan harta kepada orang yang disenangi, dan tidak menganugerahkan iman
kecuali kepada orang yang disenangi dan dikasihi-Nya.

Kesimpulan ;
1. Gambaran kekayaan dan kemewahan karun mengakibatkan kaumnya terbagi menjadi dua;

 Ada yang ingin kaya seperti dia karena menganggap hal itu merupakan keberuntungan
yang besar
 Ada yang menganggap hal itu merupakan bencana sdangkan pahala di sisi Allah lebih
baik.

2. Allah membenamkan Karun dan hartanya ke dalam bumi karena kesombongannya, dan tiada
satupun yang dapat menolongnya.

3. Setelah menyaksikan azab yang menimpa Karun, orang-orang yang ingin kaya seperti dia
berkata,”Kalau bukan karena karunia Allah,ia akan binasa seperti dia.”

4. Tidak akan beruntung orang yang mengingkari nikmat Allah dan mendustakan Rasul.

2. Kandungan QS.al-Israa: 26-27,29-30

Ayat 26 menjelaskan Allah SWT memerintahkan kepada kaum muslimin agar memenuhi
hak keluarga dekat, orang-orang miskin, dan orang-orang yang dalam perjalanan. Hak yang
harus dipenuhi itu adalah mempererat tali persaudaraan dan hubungan kasih sayang,
mengunjungi rumahnya dan bersikap sopan santun, serta membantu meringankan penderitaan
yang mereka alami. Sekiranya ada diantara keluarga dekat, ataupun orang-orang miskin dan
orang-orang yang dalam perjalanan itu memerlukan biaya untuk keperluan hidupnya maka
hendaklah diberi bantuan secukupnya untuk memenuhi kebutuhan mereka.
Orang-orang yang dalam perjalanan yang patut diringankan penderitaannya adalah orang yang
melakukan perjalanan karena tujuan-tujuan yang dibenarkan oleh agama. Orang yang demikian
keadaannya perlu dibantu ditolong agar bisa mencapai tujuannya.

Allah SWT melarang kaum muslimin bersikap boros yaitu membelanjkan harta tanpa
perhitungan yang cermat sehingga menjadi mubadzir. Larangan ini bertujuan agar
kaummuslimin mengatur pengeluarannya dengan perhitungan yang secermat-cermatnya, agar
apa yang dibelanjakan sesuai dengan keperluan dan pendapat mereka. Kaum muslimin juga tidak
boleh menginfakkan harta kepada orang-orang yang tidak berhak menerimannya, atau
memberikan harta melebihi dari yang seharusnya.
Ayat ke 27 Allah SWT menyatakan bahwa para pemboros adalah saudara setan. Ungkapan
serupa ini biasa dipergunakan oleh orang-orang Arab.
Orang yang membiasakan diri mengikuti peraturan suatu kaum atau mengikuti jejak langkahnya,
disebut saudara kaum itu. Jadi orang-orang yang memboroskan hartanya berarti orang-orang
yang mengikuti langkah setan. Sedangkan yang dimaksud pemboros adalah orang-orang yang
menghambur-hamburkan harta bendanya dalam perbuatan maksiat yang tentunya diluar peintah
Allah. Orang-orang yang serupa inilah yang disebut kawan-kawan setan. Didunia mereka
tergoda oleh setan, dan diakhirat mereka akan dimasukkan ke dalam neraka Jahanam.
Ayat ke 29 menjelaskan cara-cara yang baik dalam membelanjakan harta. Allah
menerangkan keadaan orang-orang yang kikir dan pemboros dengan menggunakan ungkapan
jangan menjadikan tangan terbelenggu pada leher, akan tetapi juga jangan terlalu
mengulurkannya. Kedua ungkapan ini lazim digunakan orang-orang arab. Yang pertama berarti
larangan berlaku bakhil atau Kikir, sehingga enggan memberikan harta kepada orang lain,
walaupun sedikit. Ungkapan kedua bearti melarang orang berlaku boros dalam membelanjakan
harta, sehingga melebihi kemampuan yang dimilikinya. Kebiasaan memboroskan harta akan
mengakibatkan seseorang tidak mempunyai simpanan atau tabungan yang bisa digunakan ketika
dibutuhkan.
Dalam hal ini, bahwa cara yang terbaik dalam membelanjakan harta adalah dengan cara
yang hemat, layak dan wajar, tidak terlalu bakhil dan tidak terlalu boros. Terlalu bakhil akan
menjadikan seseorang tercela, sedangkan terlalu boros akan mengakibatkan pelakunya pailit atau
bangkrut.
Ayat ke 30 Allah SWT menjelaskan bahwa dialah yang melapangkan rezeki kepada siapa yang
dikehendaki-Nya, dan dia pula yang membatasinya. Semuanya berjalan menurut ketentuan yang
telah ditetapkan Allah terhadap para hamba-Nya dalam usaha mencari harta dan cara
mengembangkannya. Hal ini berhubungan erat dengan alat dan pengetahuan tentang pengolahan
harta itu. Yang demikian adalah ketentuann Allah SWT yang bersifat umum dan berlaku bagi
seluruh hamba-Nya. Namun demikian, hanya Allah SWT yang menentukan menurut kehendak-
nya.

Allah SWT menegaskan bahwa dia maha mengetahui para hamba-Nya, siapa di antara
mereka yang memanfaatkan kekayaan demi kemaslahatan dan siapa pula yang menggunakannya
untuk kemudaratan. Dia juga mengetahui siapa di antara hamba-hambaNya yang dalam
kemiskinan, menjadi orang-orang yang berputus asa, dan jauh dari rahmat Allah. Allah Maha
Melihat bagaimana mereka mengurus dan mengatur harta benda, apakah mereka itu
membelanjakan harta pemberian Allah SWT itu dengan boros ataukah bakhil.
Kaum muslimin hendaknya tetap berpegang kepada ketentuan-ketentuan Allah SWT, dengan
menaati segala perintah-Nya dan menjauhi laranga-Nya. Dalam membelanjakan harta hendaklah
berlaku wajar. Hal itu termasuk sunnah Allah SWT.

Kesimpulan ;
1. Kaum muslimin diperintahkan Allah SWT untuk membantu keluarga dekatnya yang
membutuhkan pertolongan, orang-orang miskin, dan orang-orang yang dalam perjalanan
(musafir)
2. Allah SWT mengingatkan agar tidak berlaku boros sehingga menjadi mubazir, atau
sebaliknya, terlalu kikir
3. Kaum muslimin diperintahkan untuk mempergunakan harta kekayaan secara wajar dan untuk
beribadah kepada Allah SWT
4. Allah SWT menjamin rezeki setiap makhluk yang ada di dunia ini. Dia pula yang berkuasa
untuk melapangkan atau membatasinya.

1. Menjelaskan kandungan QS. Al-Baqarah : 177

Ayat 177 Allah SWT menjelaskan kepada semua umat manusia, bahwa kebajikan itu
bukanlah sekedar menghadap muka kepada suatu yang tentu, baik ke arah timur maupun ke arah
barat, akan tetapi kebajikan yang sebenarnya adalah beriman kepada Allah dengan
sesungguhnya, iman yang bersemayam di lubuk hati yang dapat menunjukkan kebenaran dan
mencegah diri dari segala macam dorongan hawa nafsu dan kejahatan. Beriman kepada hari
akhirat sebagai tujuan terakhir dari kehidupan dunia yang serba kurang dan fana. Beriman
kepada semua nabi tanpa membedakan antara seorang nabi dengan nabi yang lain.
Iman tersebut harus disertai dan ditandai dengan amal perbuatan yang nyata, sebagaimana yang
diuraikan dalam ayat ini diantaranya ;
1. Memberikan harta yang dicintai kepada karib kerabat yang membutuhkannya. Anggota
keluarga yang mampu hendaklah lebih mengutamakan memberi nafkah kepada keluarga yang
lebih dekat.
2. Memberikan bantuan harta kepada anak-anak yatim dan orang-orang yang tidak berdaya.
3. Memberikan harta kepada musafir yang membutuhkan, sehingga mereka tidak terlantar dalam
perjalanan dan terhindar dari pelbagai kesulitan.
4. Memberikan harta kepada orang yang terpaksa meminta minta karena tidak ada jalan lain
baginya untuk menutup kebutuhannya
5. Memberikan harta untuk menghapus perbudakan, sehingga ia dapat memperoleh kemerdekaan
dan kebebasan dirinya yang sudah hilang
C. Mengidentifikasi Perilaku Orang yang Mengamalkan QS. Al-Qashash: 79-82 ; QS.al-
Israa: 26-27,29-30, QS. Al-Baqarah : 177 dan Perintah Menyantuni Para Duafa.

Perilaku orang yang mengamalkan dan perintah menyantuni para duafa diantaranya sebagai
berikut ;
a. Orang-orang yang mementingkan kehidupan duniawi yang selalu berpikir dan berusaha sekuat
tenaga bagaimana caranya supaya bisa hidup mewah di dunia ini.
b. Orang-orang yang sabar dan tekun mematuhi perintah Allah, menjauhi larangan-Nya. Mereka
juga menerima baik apa yang telah diberikan Allah kepadanya serta membelanjakannya untuk
kepentingan diri dan masyarakat.
c. Tidak ada orang yang dapat menyelematkannya dari azab Allah itu, baik perorangan maupun
secara bersama-sama.
d. Kaum muslimin agar memenuhi hak keluarga dekat, orang-orang miskin, dan orang-orang
yang dalam perjalanan. Hak yang harus dipenuhi itu adalah mempererat tali persaudaraan dan
hubungan kasih sayang, mengunjungi rumahnya dan bersikap sopan santun, serta membantu
meringankan penderitaan yang mereka alami.
e.Pemboros adalah orang-orang yang menghambur-hamburkan harta bendanya dalam perbuatan
maksiat yang tentunya diluar perintah Allah.
f. Orang-orang yang kikir dan pemboros dengan menggunakan ungkapan jangan menjadikan
tangan terbelenggu pada leher, akan tetapi juga jangan terlalu mengulurkannya.
g. Ketentuann Allah SWT yang bersifat umum dan berlaku bagi seluruh hamba-Nya.
h. Semua umat manusia, bahwa kebajikan itu bukanlah sekedar menghadap muka kepada suatu
yang tentu, baik ke arah timur maupun ke arah barat, akan tetapi kebajikan yang sebenarnya
adalah beriman kepada Allah dengan sesungguhnya.

D. Menerapkan Perilaku Hidup Sederhana dan Menyantuni Kaum Duafa


QS. Al-Qashash: 79-82 ; QS.al-Israa: 26-27,29-30, QS. Al-Baqarah : 177 dan Perintah
Menyantuni Para Duafa dalam Kehidupan sehari-hari.

Orang-orang berilmu yang tidak meminta harta benda, melainkan agar Allah SWT
menganugerahkan kepada mereka orang-orang beriman dan beramal shaleh pahala yang tidak
putus-putusnya.

1. Kaum muslimin diperintahkan Allah SWT untuk membantu keluarga dekatnya yang
membutuhkan pertolongan, orang-orang miskin, dan orang-orang yang dalam perjalanan
(musafir)
2. Allah SWT mengingatkan agar tidak berlaku boros sehingga menjadi mubazir, atau
sebaliknya, terlalu kikir.
3. Kaum muslimin diperintahkan untuk mempergunakan harta kekayaan secara wajar dan
untuk beribadah kepada Allah SWT
4. Allah SWT menjamin rezeki setiap makhluk yang ada di dunia ini. Dia pula yang
berkuasa untuk melapangkan atau membatasinya.

Anda mungkin juga menyukai