01. 04.
Q.S. Al Furqon (25):67
Hadits tentang larangan
berlaku berlebih lebihan
02. 05.
06.
Q.S. Al Isra (17):26-27, 29-30 Q.S. Al Maun (107):1-7
03.
Q.S. Al Furqon (25):67
٦٧ َو ٱَّلِذيَن ِإَذ ٓا َأنَف ُقو۟ا َلْم ُيْس ِر ُفو۟ا َو َلْم َي ْقُتُرو۟ا َو َك اَن َب ْي َن َٰذ ِلَك َقَو اًۭم ا:
“Dan orang-orang yang apabila
membelanjakan (harta), mereka tidak
berlebihan, dan tidak (pula) kikir, dan
adalah (pembelanjaan itu) di tengah-
tengah antara yang demikian.”
"Berkatalah orang-orang yang dianugerahi ilmu: "Kecelakaan yang besarlah bagimu, pahala Allah adalah lebih baik bagi orang-orang
yang beriman dan beramal saleh, dan tidak diperoleh pahala itu, kecuali oleh orang-orang yang sabar". (QS. Al-Qashash : 80)
"Maka Kami benamkanlah Karun beserta rumahnya ke dalam bumi. Maka tidak ada baginya suatu golonganpun yang menolongnya
terhadap azab Allah. Dan tiadalah ia termasuk orang-orang (yang dapat) membela (dirinya)." (QS. Al-Qashash : 81)
"Dan jadilah orang-orang yang kemarin mencita-citakan kedudukan Karun itu, berkata: "Aduhai, benarlah Allah melapangkan rezeki
bagi siapa yang Dia kehendaki dari hamba-hambanya dan menyempitkannya; kalau Allah tidak melimpahkan karunia-Nya atas kita
benar-benar Dia telah membenamkan kita (pula). Aduhai benarlah, tidak beruntung orang-orang yang mengingkari (nikmat Allah)". (QS.
Al-Qashash : 82)
Ayat 79-82 ditampilkan kisah Qarun dengan memaparkan kekuatan harta dan pengetahuan yang juga berakhir dengan kebinasaan saat disertai
oleh kedurhakaan dan keangkuhan. Kisah ini ditampilkan sebagai peringatan kepada kaum musyrikin Mekah yang menindas kaum muslimin
antara lain disebabkan oleh kekayaan yang mereka miliki. Di sisi lain, mereka percaya bahwa kekayaan adalah pertanda keterbebasan dari siksa.
Q.S. Al Isro (17):26-27, 29-30
)26( ٰا ِت ا اْلُقْر ٰب ى اْلِمْس ِكْي َن اْب َن الَّس ِبْي ِل اَل ا
Artinya : Berikanlah kepada kerabat dekat haknya, (juga kepada) orang miskin, dan orang yang dalam perjalanan. Janganlah kamu
menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros.
27( ِاَّن اْلُم َب ِّذ ِر ْي َن اُنْٓو ا ِاْخ َو اَن الَّش ٰي ِط ْي ِن اَن الَّش ْي ٰط ُن ِلَر ِّبٖه ا
Artinya : Sesungguhnya para pemboros itu adalah saudara-saudara setan dan setan itu sangat ingkar kepada Tuhannya.
)29( َو اَل َت ْج َع ْل َي َد َك َم ْغ ُلوَلًة ِإَلى ُع ُنِقَك َو اَل َت ْبُس ْط َه ا ُك َّل اْل َب ْس ِط َفَت ْق ُعَد َم ُلوًما َّمْح ُسوًر ا
Artinya : Dan janganlah kamu jadikan tanganmu terbelenggu pada lehermu dan janganlah kamu terlalu mengulurkannya karena itu
kamu menjadi tercela dan menyesal.
ِإَّن َر َّبَك َي ْبُس ُط الِّر ْز َق ِلَم ن َي َش اُء َو َي ْق ِدُر ِإَّنُه َك اَن ِبِعَباِدِه َخ ِبيًر ا َبِص يًر ا
Artinya : Sesungguhnya Tuhanmu melapangkan rezeki kepada siapa yang Dia kehendaki dan menyempitkannya; sesungguhnya Dia
Maha Mengetahui lagi Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya.
Q.S. Al Isro (17):26-27, 29-30.
Terjemahan:
Pada ayat 26, Allah memerintahkan kepada kaum muslimin untuk menunaikan kewajiban yaitu memenuhi hak keluarga dekat,
orang-orang miskin dan orang-orang dalam perjalanan, dan melarang kaum muslimin membelanjakan harta secara boros
larangan ini bertujuan agar kaum muslimin dapat mengatur pengeluaran hartanya.
Pada ayat 27, Allah mengatakan bahwa orang-orang yang boros itu adalah saudara-saudara setan, yang dimaksud para pemboros
di dalam ayat ini adalah orang-orang yang menghamburkan harta kekayaannya dalam perbuatan maksiat dan perbuatan lainnya di
luar perintah Allah.
Pada ayat 29, Allah memberi arahan bagaimana cara-cara yang baik dalam membelanjakan harta dan Allah melarang menjadikan
tangan terbelenggu pada leher.
Pada ayat 30 Allah menjelaskan mengenai perolehan seseorang keadaan yang tidak mampu itu hanya bersifat sementara Dan
tidaklah menjadi suatu keindahan dihadapan Allah tetapi semata-mata karena kehendak Allah yang mengatur dan memberi
rezeki. Allah menjelaskan dialah yang melapangkan rizki kepada siapa yang dikehendakinya di antara hamba-hambanya dan dia
pula yang menyempitkannya.
Hadits tentang larangan berlaku berlebih lebihan
Terjemahan : "Dari Miqdar bin Ma'di Kariba Ra., dia berkata, saya mendengar Rasulullah Saw. bersabda: Tidaklah anak cucu
Adam mengisi wadah/bejana yang lebih buruk dari perutnya, sebenarnya beberapa suap saja sudah cukup meneguhkan tulang
rusuknya. Kalaupun dia harus mengisinya, maka 1/3 untuk makanan, 1/3 untuk minuman, dan 1/3 untuk bernapas."(HR. At-
Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Muslim).
artinya: "Kebajikan itu bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan ke barat, tetapi kebajikan itu ialah (kebajikan) orang
yang beriman kepada Allah, hari akhir, malaikat-malaikat, kitab-kitab, dan nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada
kerabat, anak yatim, orang-orang miskin, orang-orang yang dalam perjalanan (musafir), peminta-minta, dan untuk memerdekakan
hamba sahaya, yang melaksanakan salat dan menunaikan zakat, orang-orang yang menepati janji apabila berjanji, dan orang yang
sabar dalam kemelaratan, penderitaan dan pada masa peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar, dan mereka itulah orang-
orang yang bertakwa." (QS. Al-Baqarah/2:177).
Surat al-baqarah ayat 177 menjelaskan bahwa kebajikan seseorang tidak dilihat dari seberapa sering seseorang melakukan ritual
keagamaan tetapi harus diukur dari keyakinan dan keimanannya kepada Allah Yang Maha Esa dan beriman kepada rukun iman.
Kebajikan seseorang tidak cukup jika dilihat dari keimanannya kepada hal-hal yang gaib tapi keimanannya tersebut juga harus
dipraktekkan dalam bentuk perbuatan nyata yang terdiri atas kebajikan yang berhubungan dengan Allah SWT, dengan dirinya sendiri
dan juga dengan orang lain. Maka siapa yang bisa melakukannya, Allah Swt. akan mencatatnya sebagai golongan orang-orang yang
benar-benar beriman dan bertakwa.
Q.S. Al Maun (107) : 1-7