Anda di halaman 1dari 9

HADITS KE 18 : TAQWA















(
)
Abu Dzar Jundub bin Junadah dan Abu Abdurrahman Muadz bin Jabal ra, keduanya
berkata, Rasulullah saw. bersabda: Bertakwalah kepada Allah dimanapun kamu
berada. Iringilah kesalahanmu dengan berbuat baik, niscaya kebaikan itu
menghapusnya. Dan pergaulilah menusia dengan akhlak yang terpuji. (HR
Tirmidzi. Dia berkata hadits ini hasan. Bahkan beberapa kitab menyebutkan,
hadits ini hasan shahih)
SABABUL WURUD (LATAR BELAKANG HADITS)
Pesan Rasulullah saw. yang ditujukan kepada Abu Dzar ra. dan Muadz ini,
disebutkan melalui berbagai jalur dan berbagai kesempatan, di antaranya:
a. Ibnu Abdul Bar meriwayatkan dari Anas ra, bahwa Nabi saw. mengutus Muadz
bin Jabal ke Yaman, lalu beliau bersabda : Ya Muadz bertakwalah kamu
kepada Allah, pergaulilah manusia dengan akhlak yang terpuji. Jika kamu
melihat kesalahan ikutilah dengan kebaikan. Muadz lalu berkata: Ya
Rasulallah, [ucapan] tidak ada Tuhan selain Allah termasuk kebaikan?
Rasulullah saw. menjwab: Kalimat itu merupakan kebaikan yang paling tinggi
derajatnya.
b. Ahmad meriwayatkan bahwa Abu Dzar ra. berkata kepada Rasulullah saw.,
Wahai Rasulullah, ajarkanlah kepadaku suatu perbuatan yang bisa
mendekatkanku ke surga dan menjauhkanku dari neraka. Rasulullah saw.
menjawab: Jika kamu melakukan kejelekan, maka lakukanlah kebaikan. Karena
kebaikan tersebut akan dilipatgandakan menjadi sepuluh kali lipat. Saya
berkata: Wahai Rasulallah, apakah kalimat Laa ilaaHa illallaah termasuk
kebaikan? Rasulullah saw. menjawab, Kalimat tersebut kebaikan yang paling
tinggi derajatnya.
KANDUNGAN HADITS
1. Manusia adalah khalifah di muka bumi.
Allah menciptakan manusia dan memberi nikmat yang sangat banyak dan tak
terhitung. Lalu Allah memilih di antara manusia itu, para Rasul. Mereka
mendapatkan wahyu dari langit untuk menjelaskan jalan kebaikan dan
kebahagiaan. Allah menyuruh segenap manusia untuk menyembah-Nya
semata dan tidak menyukutukan-Nya dengan suatu apapun. Allah juga
memerintahkan agar mereka melaksanakan apa yang diperintahkan, menjauhi
semua yang dilarang, bersegera melakukan kebaikan, menahan diri dari semua
yang munkar, berusaha mewujudkan kebahagiaan bagi seluruh manusia,
bersikap penuh kasih, saling bekerja sama, penuh persaudaraan, berusaha
1

mengulurkan tangan untuk membantu saudaranya yang lain, menghiasi diri


dengan akhlak yang terpuji, memiliki jiwa yang baik, dan ucapan yang penuh
kearifan dan kelembutan. Dengan semua hal di atas, manusia akan
mendapatkan kemenangan, kebahagiaan dunia dan akhirat, dan kekhalifahan
mereka di bumi pun terealisasi. Kekhalifahan itulah yang membuat Adam lebih
tinggi kedudukannya dibanding Malaikat. Allah Swt berfirman:


Dan ketika Kami perintahkan kepada malaikat untuk sujud kepada Adam,
maka mereka semua sujud. (al-Baqarah: 34). Inilah yang dipesankan oleh
Rasulullah saw. kepada kita dalam hadits di atas.
2. Pesan yang abadi. Betapa indahnya pemberian yang diterima dua shahabat di
atas. Pemberian yang didengar langsung dari murabbi (pembimbing)nya,
Muhammad
saw.
Pada awalnya pesan ini hanya untuk mereka berdua, kemudian menjadi
nasehat dan bimbingan bagi seluruh umat, karena berisi kebaikan dan manfaat
yang sangat besar di dalamnya. Yang bisa mewujudkan kebahagiaan manusia
di dunia dan akhirat. Pesan yang agung, mencakup seluruh hak Allah swt. dan
hak hamba-Nya.
3. Takwa adalah jalan keselamatan. Taujih yang paling penting bagi kita dalam
hadits ini adalah Takwa kepada Allah. Takwa merupakan sumber dari semua
kebaikan dan mencegah segala keburukan. Dengan takwa, seorang mukmin
akan mendapatkan pertolongan Allah swt. Allah berfirman :















Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang bertakwa dan orang-orang
yang berbuat kebaikan. (an-Nahl: 128)
Allah swt. juga menjajikan kepada mereka rizky yang baik dan jalan keluar dari
semua kesulitan :















--


-


Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan Membukakan jalan keluar
baginya [2]
Dan Dia Memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangkanya. [3]. (Ath
Tholaq : 2-3)
Dengan takwa mereka juga akan dilindungi dari muslihat musuh,












--






Jika kamu memperoleh kebaikan, (niscaya) mereka bersedih hati, tetapi jika
kamu tertimpa bencana, mereka bergembira karenanya. Jika kamu bersabar
dan bertakwa, tipu daya mereka tidak akan menyusahkan kamu sedikit pun.
2

Sungguh, Allah Maha Meliputi segala apa yang mereka kerjakan (Ali Imraan:
120)
Allah swt. juga akan memberikan rahmat bagi orang-orang yang bertakwa.















--


Dan tetapkanlah untuk kami kebaikan di dunia ini dan di akhirat. Sungguh,
kami kembali (bertobat) kepada Engkau. (Allah) Berfirman, Siksa-Ku akan Aku
Timpakan kepada siapa yang Aku Kehendaki dan rahmat-Ku meliputi segala
sesuatu. Maka akan Aku Tetapkan rahmat-Ku bagi orang-orang yang bertakwa,
yang menunaikan zakat dan orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat
Kami.(al-Araaf: 156)
Di akhirat, orang-orang yang bertakwa berada di sisi Allah swt :


--


















-


Sungguh, orang-orang yang bertakwa berada di taman-taman dan sungaisungai [54]. di tempat yang disenangi di sisi Tuhan Yang Maha Kuasa [55] (alQamar: 54-55)
Banyak sekali ayat dan hadits yang memuat keutamaan takwa dan betapa
besar dampak positif yang akan dipetik. Hal ini tidaklah mengherankan karena
ketakwaan adalah jalan orang-orang mukmin, juga akhlak para Nabi dan Rasul.
Allah swt berfirman :







--






Mereka itulah (para nabi) yang telah diberi petunjuk oleh Allah, maka ikutilah
petunjuk mereka. Katakanlah (Muhammad), Aku tidak meminta imbalan
kepadamu dalam menyampaikan (al-Quran). Al-Quran itu tidak lain hanyalah
peringatan untuk (segala umat) seluruh alam (al-Anam: 90)
Takwa juga sesuatu yang dipesankan Allah swt. kepada semua hamba-Nya,
baik yang terdahulu maupun yang akan datang. Barangsiapa yang komitmen
dengannya maka ia beruntung, dan barangsiapa yang menolak maka ia akan
binasa dan merugi.
Allah befirman:



--













Dan milik Allah-lah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi, dan
sungguh, Kami telah Memerintahkan kepada orang yang diberi kitab suci
sebelum kamu dan (juga) kepadamu agar bertakwa kepada Allah. Tetapi jika
3

kamu ingkar maka (ketahuilah), milik Allah-lah apa yang ada di langit dan apa
yang ada di bumi dan Allah Maha Kaya, Maha Terpuji. (an-Nisaa: 131)

4. Hakekat Takwa
Takwa adalah kata yang singkat namun penuh makna, mencakup semua yang
dibawa oleh Islam; aqidah, ibadah, muamalah, dan akhlak.
Allah swt. berfirman:





--










Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah Timur dan Barat itu suatu
kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah,
hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta
yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin,
musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang yang meminta-minta dan
(memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat dan menunaikan zakat dan
orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji dan orang-orang yang
sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah
orang-orang yang benar (imannya) dan mereka itulah orang-orang yang
bertakwa. (al-Baqarah: 177)
Jadi takwa adalah amal perbuatan dalam rangka ketaatan kepada Allah dan
tidak melakukan maksiat kepada-Nya.
Para shalafus shalih mendifinisikan takwa dengan: mentaati Allah dan tidak
bermaksiat, selalu dzikir dan tidak lupa, senantiasa bersyukur dan tidak kufur.
Mereka para shalafus shalih benar-benar telah melakukan dan komitmen
dengan pengertian yang mereka pahami, tanpa mengenal tempat dan kondisi.
Semua itu dilaksanakan sebagai realisasi dari perintah Allah swt. dan untuk
menyambut panggilan-Nya.
Allah swt. Berfirman :













-



Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar
takwa kepada-Nya dan janganlah sekali-sekali kamu mati melainkan dalam
keadaan beragama Islam. (Ali Imraan: 102)
5. Kesempurnaan Takwa
Di antara yang menyempurnakan takwa adalah menjauhi syubhat dan sesuatu
yang bercampur dengan barang haram. Barangsiapa yang menghindari
syubhat maka ia telah menjaga kebersihan agama dan kehormatannya. (HR
Bukhari
dan
Muslim)
Termasuk dalam masalah ini adalah meninggalkan beberapa hal yang
4

sebenarnya diperbolehkan, tetapi dikhawatirkan dapat membawa ke arah yang


diharamkan.
Imam Tirmidzi dan Ibnu Majah meriwayatkan bahwa Nabi saw. bersabda:
Tidaklah seorang hamba mencapai derajat muttaqiin (orang yang bertakwa),
sehingga ia meninggalkan apa-apa yang sebenarnya tidak mendatangkan
dosa, karena khwatir mendatangkan dosa.
Hasan al-Bashri berkata: Sifat takwa senantiasa melekat pada seorang yang
bertakwa selama ia meninggalkan banyak hal yang sebenarnya halal, karena
khawatir haram.
6. Syarat terealisasinya ketakwaan
Yakni langkah pertama dengan memahami ajaran agama Allah swt. agar ia
tahu bagaimana bertakwa kepada Allah swt. Firman-Nya :














--





Dan demikian (pula) di antara manusia, makhluk bergerak yang bernyawa dan
hewan-hewan ternak ada yang bermacam-macam warnanya (dan jenisnya). Di
antara hamba-hamba Allah yang takut kepada-Nya, hanyalah para ulama.
Sungguh, Allah Maha Perkasa, Maha Pengampun. (Faathir: 28)
Orang yang tidak memahami tidak akan mengetahui apa yang wajib ia lakukan
dan apa yang wajib ia tinggalkan. Karena itu, ilmu adalah ibadah yang paling
afdhal, jalan yang menghubungkan ke surga dan tanda bahwa seseorang
menginginkan kebaikan.
Rasulullah saw. bersabda: Keutamaan seorang ulama (orang yang berilmu)
atas abid (ahli ibadah), seumpama keutamaanku atas orang yang paling
rendah imannya di antara kalian. (HR Muslim)
Sabdanya juga : Barangsiapa yang menempuh sebuah jalan untuk menuntut
ilmu, maka Allah akan memudahkannya jalan menuju surga. (HR Muslim)
Sabdanya juga: Barangsiapa yang dikehendaki Allah menjadi baik, maka Allah
akan memudahkannya dalam memahami ajaran agama. (Muttafaq alaih)
7. Taubat dan bersegera dalam melakukan kebaikan adalah akhlak seorang
mukmin yang bertakwa. Terkadang seorang mukmin mengalami kealpaan atau
kelalaian, dan terkadang, ia terbuai hawa nafsu atau bisikan-bisikan setan
sehingga ia terperosok ke dalam kemaksiatan dan perbuatan dosa. Karenanya
termasuk bagian dari ketakwaan, hendaknya ia bersegera untuk taubat dan
beristighfar kepada Allah swt. saat ia sadar bahwa ia telah melakukan
perbuatan dosa.
Allah befirman :

















--





Dan [juga] orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau


menganiaya dirinya sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun
terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa
selain dari Allah. Dan mereka tidak meneruskan perbuatan keji itu, sedang
mereka mengetahui. (Ali Imraan: 135)
Dalam ayat lain disebutkan:



















--

Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa bila mereka ditimpa was-was dari


setan, mereka ingat kepada Allah, maka ketika itu juga mereka melihat
kesalahan-kesalahannya. (al-Araaf: 201)
Setelah bertaubat, seorang mukmin yang bertakwa bersegera untuk
melakukan perbuatan baik dan memperbanyak amal-amal shalih, agar dosanya
terhapus. Ini dilakukan karena ia percaya penuh dengan janji Allah swt. dalam
ayat-Nya:






Dan laksanakanlah shalat pada kedua ujung siang (pagi dan petang) dan pada
bagian permulaan malam. Perbuatan-perbuatan baik itu menghapus
kesalahan-kesalahan. Itulah peringatan bagi orang-orang yang selalu
mengingat (Allah). (Huud: 114)
Juga sebagai refleksi hadits Nabi saw. Dan ikutilah keburukan dengan
perbuatan baik, niscaya [perbuatan baik itu] akan menghapusnya.
8. Cahaya ketaatan menerangi kegelapan maksiat
Melakukan amal-amal shalih, seperti shalat, puasa, haji, zakat, jihad, dzikrullah
dan berbagai kebaikan lainnya dapat menghapus kesalahan yang dilakukan
seorang muslim, sebagaimana banyak disebutkan dalam hadits-hadits shahih,
diantaranya :
a. Barangsiapa yang puasa Ramadhan karena keimanan dan mengharapkan
pahala, maka dosanya yang telah lalu akan dihapus. (HR Bukhari dan
Muslim)
b. Maukah kalian Aku tunjukkan sesuatu yang dapat menghapus kesalahan
(dosa) dan mengangkat derajat? Para sahabat berkata: Ya, wahai
Rasulallah. Rasulullah saw. menjawab: Menyempurnakan wudlu,
meskipun dalam kondisi susah, memperbanyak langkah ke masjid dan
menanti datangnya waktu shalat. (HR Muslim)
c. Barangsiapa yang menunaikan haji di Kabah dan tidak berkata keji dan
kotor, maka dosanya akan terhapus, sebagaimaan ketika ia dilahirkan
ibunya.
(HR
Bukhari
dan
Muslim)
Demikianlah masih banyak lagi hadits lain dan ayat-ayat al-Quran yang
menyatakan bahwa ketaatan dapat menghapus keburukan
9. Taubat merupakan syarat dihapuskannya dosa besar

Para ulama sepakat bahwa perbuatan baik dapat menghapuskan dosa kecil.
Adapun dosa besar, seperti durhaka kepada orang tua, membunuh, riba,
minuman keras, dan lain sebagainya tidak ada jalan lain untuk menghapusnya
kecuali dengan taubat.
Firman Allah :


--









Dan sesungguhnya Aku Maha Pengampun bagi orang yang bertaubat,
beriman, beramal shalih kemudian tetap di jalan yang benar. (Thaaha: 82)
Ini jika dosa besar yang dilakukan tidak berhubungan dengan hak manusia.
Namun jika berhubungan dengan hak orang lain, seperti mencuri, marah,
membunuh dan lainnya maka harus lebih dahulu mengembalikan hak orang
lain yang bersangkutan atau meminta maaf kepadanya. Jika hak telah
dikembalikan atau telah mendapatkan maaf, maka langkah berikutnya adalah
mengharap kepada Allah agar taubatnya diterima, dosanya diampuni, dan
diganti dengan kebaikan.
Allah swt. berfirman:















--



Kecuali orang-orang yang bertaubat, beriman dan mengerjakan amal shalih
maka kejahatan mereka diganti Allah dengan kebajikan. Dan adalah Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang. (al-Furqaan: 70)
Jika syarat-syarat ini tidak terpenuhi, maka urusannya akan berlanjut di akhirat.
Orang-orang yang pernah terdhalimi akan menuntut dan mengambil pahala
darinya sebagai ganti dari kedhaliman yang ia terima di dunia. Rasulullah saw.
bersabda, Jika seorang mukmin selamat dari neraka, dia ditahan di sebuah
jembatan antara surga dan neraka, lalu ia dimintai pertanggung jawaban oleh
orang-orang yang terdhalimi di dunia, jika telah usai maka barulah ia diizinkan
masuk surga. (HR Bukhari dari Abu Said al-Khudri ra.)
Di antara kebaikan Allah swt. jika seorang mukmin tidak memiliki dosa kecil,
maka amal kebaikan yang ia lakukan berdampak terhadap dosa-dosa besarnya,
yaitu dosa-dosa besarnya akan diringankan oleh Allah swt. Jika ia tidak memiliki
dosa besar dan dosa kecil, maka pahala dari kebaikan yang dilakukan akan
dilipatgandakan.
10.

Akhlak merupakan dasar tegaknya peradaban

Dalam pesan ini, Rasulullah saw. mengarahkan kita pada perkara yang
membawa kebaikan bagi individu dan tegaknya sistem kemasyarakatan.
Perkara tersebut adalah berinteraksi dengan orang lain dengan akhlak yang
terpuji,sehingga seorang muslim menjadi pribadi yang lembut, mencintai dan
dicintai orang lain, menghormati dan dihormati orang lain, berbuat baik kepada
orang lain dan mereka pun berbuat baik kepadanya.
Dalam kondisi seperti ini, masing-masing anggota masyarakat akan bergerak
untuk melaksanakan kewajiban dengan penuh kerelaan dan ketenagan. Maka
semua urusan berjalan pada jalurnya, norma-norma terpelihara dan peradaban
yang agung menjadi nyata.

Manakala akhlak memiliki peran penting bagi kehidupan, maka Islam


menempatkannya pada posisi yang sangat vital dan diperlihatkan secara
khusus. Sebagai bukti, banyak ayat dan hadits yang berisi anjuran untuk
berakhlak mulia, dan keutamaan orang-orang yang berakhlak mulia :
a. Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang lain mengerjakan yang maruf serta
berpalinglah daripada orang-orang bodoh. (Al-Araaf: 199)
b. Tolaklah [kejahatan itu] dengan cara yang baik. Maka tiba-tiba orang yang
bermusuhan denganmu seolah-olah menjadi teman yang sangat setia. (Fushilat:
34)
c. Maukah kalian, aku beritahu tentang orang yang paling dicintai Allah dan paling
dekat denganku pada hari kiamat? para shahabat menjawab: Ya kami mau.
Rasulullah saw. bersabda: Yaitu orang yang paling baik akhlaknya. (HR Ibnu
Hibban)
d. orang yang paling baik di antara kamu adalah orang yang paling baik akhlaknya.
(HR Ahmad)
e. Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik
akhlaknya. (HR Abu Dawud)
Banyak lagi ayat dan hadits lainnya, yang mengerucut pada sebuah hadits
yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari, al-Hakim dan Baihaqi, bahwa Nabi saw.
bersabda: Bahwasannya saya diutus untuk menyempurnakan akhlak.
11.

Berusaha memiliki akhlak terpuji

Manusia sangat mungkin memiliki akhlak terpuji, karena Allah swt. telah
menganjurkan hal itu.
Al-Hakim dan perawi lain, meriwayatkan dari Muadz ra. bahwa Rasulullah saw.
bersabda: Perbaikilah akhlakmu dengan orang lain. Riwayat lain
menyebutkan, Hendaklah kamu memperbaiki akhlakmu semampunya.
Usaha memiliki akhlak terpuji bisa dengan cara ini: mencontoh akhlak
Rasulullah saw., Allah berfirman: Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah
itu suri teladan yang baik bagimu, yaitu bagi orang yang mengharap rahmat
Allah dan kedatangan hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. (Al-Ahzab:
21)
Ketinggian akhlak Rasulullah saw. ini diungkapkan dalam ayat, Dan
sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung. (al-Qalam: 4)
Cara lain adalah bergaul dengan orang-orang yang bertakwa, para ulama,
orang-orang yang memiliki akhlak mulia, menjauhi orang-orang jahat dan
orang-orang yang mempunyai kebiasaan buruk dan lain sebagainya.
Firman Allah :






--











Dan bersabarlah kamu bersama dengan orang-orang yang menyeru Rabbnya
di pagi dan senja hari dengan mengharap keridlaan-Nya dan janganlah kedua
8

matamu berpaling dari mereka [karena] mengharapkan perhiasan kehidupan


dunia ini dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan
dari mengingat Kami serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu
melewati batas. (al-Kahfi: 28)
12.

Akhlak yang terpuji

Termasuk akhlak yang terpuji adalah selalu melakukan silaturahim, memberi


maaf, berlapang dada dan suka memberi meskipun dalam kondisi yang sulit.
Dari Uqbah bin Amir al-Jahmy ra. meriwayatkan bahwa Rasulullah saw.
bersabda kepadanya: Wahai Uqbah maukah kamu aku tunjukkan akhlak yang
paling baik, bagi penghuni dunia dan akhirat? [Yaitu] engkau menyambung
[persaudaraan] orang yang memutus kamu, memberi hadiah kepada orang
yang tidak pernah memberimu hadiah dan memaafkan orang yang
mendhalimimu. (HR al-Hakim)
Dalam riwayat Ahmad disebutkan, Dan berlapang dada terhadap orang yang
mencelamu. Rasulullah saw. bersabada; Janganlah meremehkan kebaikan
sekecil apapun, meskipun hanya sebuah senyuman [muka yang berseri] ketika
bertemu
saudaramu.
(HR
Muslim)
Dalam sabdanya yang lain, Tahanlah untuk berbuat kejahatan, karena yang
demikian itu adalah shadaqah. (HR Bukhari dan Muslim)
13. Termasuk tanda sempurnanya iman dan takwa adalah akhlak terpuji dan
bersikap baik dalam pergaulan. Juga membenci dan menjauhi orang-orang
yang suka berbuat maksiat, manakala mereka bersikeras tidak mau
meninggalkannya.

Anda mungkin juga menyukai