Anda di halaman 1dari 47

POLA HIDUP

SEDERHANA DAN
MENYANTUNI KAUM
DHU’AFA
3.2 Memahami kandungan Al-Qur’an tentang pola
hidup sederhana dan perintah menyantuni para
duafa dalam surah al-Qashash (28): 79-82

4.2 Menerapkan hidup sederhana dan menyantuni


dhu’afa’ sesuai kandungan Al-Qur’an surah al-
Qashash (28): 79-82; surah al-Israa’ (17): 26-27,
29-30, surah Al-Baqarah (2) : 177
QS; Al-Qashas 79-82
Terjemah Q.S. Al-Qashas: 79-82
• 79. Maka keluarlah Karun kepada kaumnya dalam kemegahannya. berkatalah orang-
orang yang menghendaki kehidupan dunia: “Moga-moga kiranya kita mempunyai
seperti apa yang telah diberikan kepada Karun; Sesungguhnya ia benar-benar
mempunyai keberuntungan yang besar”.
• 80. berkatalah orang-orang yang dianugerahi ilmu: “Kecelakaan yang besarlah bagimu,
pahala Allah adalah lebih baik bagi orang-orang yang beriman dan beramal saleh, dan
tidak diperoleh pahala itu, kecuali oleh orang- orang yang sabar”.
• 81. Maka Kami benamkan dia (Qarun) bersama rumahnya ke dalam Bumi. Maka tidak
ada baginya satu golongan pun yang akan menolongnya selain Allah, dan dia tidak
termasuk orang-orang yang dapat membela diri.
• 82. Dan orang-orang yang kemarin mengangan-angankan kedudukannya (Qarun) itu
berkata, Aduhai, benarlah kiranya Allah yang melapangkan rezeki bagi siapa yang Dia
kehendaki di antara hamba-hamba-Nya dan membatasi (bagi siapa yang Dia kehendaki
di antara hamba-hamba-Nya). Sekiranya Allah tidak melimpahkan karunia-Nya pada
kita, tentu Dia telah membenamkan kita pula. Aduhai, benarlah kiranya tidak akan
beruntung orang-orang yang mengingkari (nikmat Allah).
Dinyatakan pada ayat berikutnya (80) bahwa orang
yang mempunyai ilmu dan akal sehat, sama sekali
tidak tertarik oleh harta yang dipamerkan Qarun
tersebut.
Apalah artinya harta jika tidak dapat mendatangkan
kebahagiaan diakhirat. Mereka bahkan mengatakan
bahwa pahala Allah SWT. Jauh lebih penting dan
bernilai daripada harta melimpah bagi orang yang
beriman dan beramal saleh.
Sebab, harta yang tidak berkah seperti harta
kekayaan Qarun tersebut hanya akan mendatangkan
azab dari Allah SWT. Mereka yakin bahwa Allah
hanya akan memberikan pahala kepada orang –
orang yang beriman dan beramal saleh.
Selanjutnya (ayat 81 – 82), Allah menegaskan
bahwa akibat kesombongan dan ketakaburannya,
Qarun ditenggelamkan beserta seluruh harta
kekayaannya ke dasar bumi dan tidak ditemukan
bekas – bekasnya. Akhirnya, menjadi sebutan
orang, setiap menemukan sesuatu yang bernilai
dari dalam tanah, kita sering menyebutnya harta
karun.
Ditenggelamkannya Qarun ke dasar bumi
merupakan azab Allah yang harus diterimanya
atas kesombongannya. Ketika azab Allah itu
datang, tidak ada seorangpun yang mampu
memberikan pertolongan kepadanya.
QS al-Israa’ (17): 26-27 dan 29-30
Terjemah Q.S. Al-Isra: 26-27 dan 29-30
26. Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan
haknya, kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan dan
janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros.
27. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara
syaitan dan syaitan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya.
29. Dan janganlah kamu jadikan tanganmu terbelenggu pada
lehermu dan janganlah kamu terlalu mengulurkannya karena itu
kamu menjadi tercela dan menyesal.
30. Sesungguhnya Tuhanmu melapangkan rezeki kepada siapa yang
Dia kehendaki dan menyempitkannya; sesungguhnya Dia Maha
Mengetahui lagi Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya.
Tafsir Q.S. Al-Isra: 26
• ( ِ‫ َو َءاتِ َذا ْالقُ ْربَى‬Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang
dekat) Yakni berilah orang-orang yang dekat denganmu
secara nasab. ( ‫ َحقَّهُۥ‬akan haknya) Yakni hak disambungnya
silaturrahim yang Allah perintahkan. (َِ‫ َو ْالم ْسكين‬kepada orang
miskin) Yakni orang fakir yang tidak mampu lagi mencari
penghidupan. ( ِ‫سبيل‬ َّ ‫ َوابْنَِ ال‬dan orang yang dalam perjalanan)
Yakni orang yang kehabisan bekal dalam perjalanan. Yang
dimaksud dengan bersedekah kepada mereka adalah
sedekah sunnah atau sedekah wajib (zakat). ‫يرا‬ ً ِ‫ل تُبَذِّ ِْر تَبْذ‬
َِ ‫َو‬
(dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu)
secara boros) Yakni berlebih-lebihan dalam membelanjakan
harta meski untuk hal yang halal, dan membelanjakan harta
untuk hal yang haram meski hanya sedikit.
Tafsir Q.S. Al-Isra: 27
• ( ِِۖ‫شيطين‬ َّ ‫ن ال‬ َِ ‫ن ْال ُمبَذِّر‬
َِ ‫ين َكانُ ٓواِ إ ْخو‬ َِّ ‫إ‬Sesungguhnya pemboros-
pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan) Dan
berlebih-lebihan dalam membelanjakan harta
merupakan bagian dari godaan setan, sehingga jika
ada orang yang melakukannya maka ia telah
mentaati dan mengikuti setan. ‫ن ل َرِبِّهۦ‬ َّ ‫ان ال‬
ُِ ‫شيْط‬ َِ ‫َو َك‬
ً ُ‫ َكف‬dan syaitan itu adalah sangat ingkar kepada
(‫ورا‬
Tuhannya) Yang tidak berbuat kecuali keburukan
dan tidak menyuruh kecuali menyuruh untuk
berbuat keburukan. Dan orang yang menghambur-
hamburkan harta adalah orang yang sangat ingkar
terhadap nikmat Allah.
Tafsir Q.S. Al-Isra: 29
• Makna kata: ( )‫ك‬ ُ ِ‫ َم ۡغلُو َل ِةً إ َلى‬: jangan menahan dari berinfak, seakan-akan tanganmu terikat
َِ ‫عنُق‬
di lehermu, tidak bisa memberikan apapun. ()ِ‫ل ۡٱل َب ۡسط‬ َِّ ‫س ۡط َها ُك‬
ُ ‫ل ت َ ۡب‬
َِ ‫ َو‬: jangan menginfakkan seluruh
apa yang engkau miliki sampai tidak tersisa sama sekali. ()‫وما‬ ٗ ُ‫فَت َ ۡقعُ َِد َمل‬: orang yang tidak
mendapatkan infakmu akan mencelamu. ()‫ورا‬ ُ ‫ َّم ۡح‬: engkau tidak bisa melangsungkan hidup
ً ‫س‬
karena tidak punya apa-apa.

• Makna ayat: “Dan jangan jadikan tanganmu terbelenggu di lehermu...” janganlah engkau
bakhil atas apa yang telah Allah ta’ala berikan kepadamu, lalu engkau tidak memberikan
hak orang-orang yang membutuhkan, seakan-akan tanganmu terikat di lehermu, tidak bisa
memberikan infak. Firman-Nya ta’ala “dan jangan lapangkannya selapang-lapangnya...”
jangan engkau buka tanganmu untuk memberi, sampai tidak tersisa apapun di kantungmu
atau di perbendaharaanmu untuk dirimu dan keluargamu. Firman-Nya ta’ala “sehingga
engkau menjadi tercela dan menyesal.” Jika engkau tidak memberikan orang yang
memintamu, engkau akan dicela, adapun jika engkau menginfakkan segala yang engkau
punya, lalu engkau tidak bisa melanjutkan kehidupanmu dan sisa umurmu, seperti seekor
unta yang telah lelah karena perjalanan, ia tidak mampu melanjutkan perjalanan dan
ditinggalkan dengan penuh penyesalan. Nabi SAW bersabda kepada Aisyah: “berinfaklah
secukupnya saja” Kemudian Aisyah berkata: “Kalau begitu tidak ada yang tersisa
sedikitpun” Lalu Allah menurunkan ayat {Wa Laa taj’al yadaka…}
Tafsir Q.S. Al-Isra: 30
• Makna kata: ()‫شا ٓ ُِء َويَ ۡقد ُِر‬
َ َ‫ٱلر ۡزقَِ ل َمن ي‬
ِّ ُِ ‫س‬
‫ط‬ ُ ‫يَ ۡب‬: meluaskan, dan
menyempitkan rezeki sebagai ujian.
• Makna ayat: Firman-Nya ta’ala “Sesungguhnya Rabbmu
yang melapangkan rezeki kepada yang Dia kehendaki...”
melapangkannya kepada yang Dia kehendaki sebagai ujian,
apakah ia bersyukur atau mengingkari, dan menyempitkan
rezeki bagi yang Dia kehendaki sebagai cobaan, apakah ia
bersabar atau malah murka. “Sesungguhnya Dia kepada
hamba-hamba-Nya, Maha Teliti Maha Melihat.” Oleh karena
itu Dia melapangkan dan menyempitkan rezeki sesuai
dengan ilmu dan hikmah-Nya, karena ada sebagian dari
hamba-Nya yang tidak tahan kecuali dengan kelapangan,
dan ada yang tidak tahan kecuali dengan kesempitan.
Perilaku orang yang mengamalkan
isi kandungan ayat

• Tidak bersikap sombong dengan harta yang


dimilikinya
• Menjadikan harta sebagai media untuk
beribadah kepada Allah SWT
• Menjadikan harta sebagai media untuk mencari
ilmu
• Menghindari sikap boros
Menerapkan perilaku hidup sederhana dan
menyantuni kaum duafa sebagaimana
terkandung dalam ayat di atas
➢ Tanamkan keyakinan bahwa harta itu tidak ada yang abadi, ia hanya
titipan sementara dari Allah SWT. Cepat atau lambat, pada saatnya
akan diambil oleh Allah.
➢ Tanamkan keyakinan bahwa harta hanya akan mendatangkan manfaat
dan berkah jika digunakan sesuai dengan petunjuk Allah SWT, dan jika
tidak maka harta akan mendatangkan azab dan bencana bagi
pemiliknya.
➢ Tanamkan keyakinan bahwa di dalam harta yang kita miliki, terdapat
hak orang lain, yaitu kaum duafa, seperti fakir miskin, anak yatim, dan
terlantar. Mereka mempunyai hak atas harta yang kita miliki, dan hak itu
harus diberikan kepada mereka.
➢ Biasakanlah bergaul dengan orang yang memiliki perilaku hidup
sederhana agar kita dapat meneladaninya pada kemudian hari.
➢ Hindari bergaul dengan orang yang suka hura-hura dan
menghamburkan hartanya, sebab kita akan terbawa arus pergaulannya.
POLA HIDUP
SEDERHANA DAN
MENYANTUNI KAUM
DHU’AFA
3.1 Menganalisis Q.S. al-Furqan (25): 67 tentang kesederhanaan, Q.S.
al-Isra’ (17): 26–27, 29–30 tentang kesederhanaan dalam hidup, Q.S.
al-Qashash (28): 79–82, Q.S. al-Baqarah (2): 177 tentang beberapa
macam kebajikan, Q.S. al-Ma‘un (107): 1–7 tentang bermegah-
megahan di dunia dan hadis riwayat Ibnu Majah dan Ahmad dari
Abdullah bin Amru tentang larangan berlebih-lebihan

4.1 Mendeminstrasikan hafalan, terjemahan ayat dan hadis tentang


sikap sederhana dan santun
4.1.2 Menyajikan keterkaitan analisis ayat dan hadis tentang sikap
sederhana dan santun sebagai salah satu sikap anti korupsi dengan
fenomena sosial
Q.S. Al-Furqan: 67

ََ ِ‫ي ذَل‬
‫ِ قَ َو ًاما‬ ََ ‫ينَ إِ َذاَ أَن َف ُقواَ َلم يُ مس ِرفُواَ ََوَلم يَ مق ُُتُواَ َوَكانَ بَم‬
َ َ
ِ َّ‫وٱل‬
‫ذ‬
Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta),
mereka tidak berlebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah
(pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang demikian.
Tafsir Q.S. Al-Furqan: 67
• َ ‫ َوالَّذِينََ ِإذَآ أَنفَقُواَ لَمَ يُس ِرفُواَ َولَمَ يَقت ُ ُر‬.Dan orang-orang yang apabila
‫وا‬
membelanjakan (harta), mereka tidak berlebihan, dan tidak (pula) kikir)
• Makna )‫ اإلسراف‬adalah melampaui batas akibat mengeluarkan harta
terlalu banyak, meskipun ia mengeluarkan hartanya untuk hal yang
dibolehkan.
• Makna ( )‫ اإلقتار‬adalah sangat pelit dalam membelanjakan hartanya.
• ََ ‫ َو َكانََ بَينََ ٰذ ِل‬dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara
( ‫ك قَ َوا ًما‬
yang demikian)
• Makna ( )‫ القوام‬adalah pembelanjaan harta dengan kadar yang sesuai,
yaitu dengan tidak membiarkan dirinya dan keluarganya kelaparan dan
tidak memiliki pakaian dan sampai tercukupi kebutuhan pokoknya, dan ia
dapat menambah dari hal itu jika Allah lebih meluaskan rezekinya, ia juga
berinfak dan bersedekah, namun tetap menabung sebagian hartanya
untuk kebutuhan mendadak.
‫‪Q.S. Al-Baqarah: 177‬‬
‫ٱّلل َوٱلميَ موَِم‬ ‫ب َولَ ِك ََّن ٱلمََِّب َم مَن ءَ َام ََن َبِ ََِّ‬ ‫ق َوٱلم َم مغ ِر َِ‬ ‫وه ُك مَم قِبَ ََل ٱلم َم مش ِرَِ‬ ‫ج‬
‫َ ُُ َ‬‫و‬ ‫َ‬
‫ا‬‫و‬‫ُّ‬
‫ل‬‫و‬ ‫ت‬
‫ُ‬ ‫َن‬ ‫أ‬ ‫َ‬
‫ب‬
‫َّ‬ ‫ِ‬ ‫ل‬
‫م‬ ‫ٱ‬ ‫َ‬
‫س‬‫َ‬ ‫ي‬
‫م‬‫َّ‬
‫ل‬
‫ب َوٱلميَ تَ َمىَ‬ ‫ال َعلَىَ ُحبِي ِهۦ َذ ِوى ٱلم ُق مرََ‬ ‫َّبۦ َن َوءَاَتى ٱلم َم ََ‬ ‫ب َوٱلنِ يِ‬ ‫اخ َِر َوٱلم َملَئِ َك َِة َوٱلم ِكتَ َِ‬ ‫مٱلء ِ‬
‫َ‬
‫ٱلزَكوَة َوٱلم ُموفُو َن‬ ‫ٱلصلَوَة َوءَاتَى َّ‬ ‫ام َّ‬ ‫اب َوأَقَ ََ‬‫ٱلرقَ َِ‬‫ف َيِ‬ ‫ي َوِ َ‬ ‫ٱلسائِلِ ََ‬ ‫َ‬‫ِ‬
‫يل‬ ‫ِ‬
‫َوٱلم َم َس َ َ م َ َّ َ َّ‬
‫و‬ ‫ب‬ ‫ٱلس‬ ‫ن‬
‫َ‬ ‫ٱب‬ ‫و‬ ‫ي‬
‫َ‬ ‫ِ‬
‫ك‬
‫ص َدقُواََۖ‬ ‫َ‬
‫ين‬ ‫ِ ٱلَّ ِ‬
‫ذ‬ ‫َ‬ ‫ِ‬
‫َ‬
‫ئ‬ ‫ل‬‫ُو‬‫أ‬ ‫َ‬
‫ۗ‬ ‫َ‬
‫س‬‫ِ‬ ‫م‬
‫أ‬ ‫ب‬ ‫ل‬‫ٱ‬ ‫َ‬
‫ي‬ ‫ح‬‫ِ‬ ‫و‬ ‫ِ‬
‫َ‬
‫ء‬ ‫ا‬
‫ر‬ ‫ٱلض‬ ‫و‬ ‫َ‬
‫ء‬‫ِ‬ ‫ا‬
‫َ‬ ‫س‬ ‫م‬
‫أ‬ ‫ب‬‫ل‬ ‫ٱ‬ ‫َ‬
‫ف‬ ‫ِ‬ ‫َ‬
‫ين‬ ‫ِ‬
‫ب‬ ‫ِ‬‫ٱلص‬ ‫و‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬
‫َ َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫م‬
‫َ َ َ َ َّ َ َ َ‬ ‫َّ‬ ‫م‬ ‫َّ‬ ‫بَ م م ََ ُ َ‬
‫َ‬
‫ۖ‬ ‫ا‬
‫َ‬
‫و‬ ‫د‬ ‫ه‬ ‫ع‬ ‫ا‬ ‫ذ‬
‫َ‬ ‫إ‬ ‫َ‬
‫م‬ ‫ه‬ ‫د‬ ‫ه‬‫ع‬
‫ِ ُه َُم ٱلم ُمتَّ ُقو َن‬ ‫َوأُولَئِ ََ‬
Terjemah Q.S. Al-Baqarah: 177
Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu
kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman
kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-
nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya,
anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan
pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan
(memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan
zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji,
dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan
dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar
(imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa.
Tafsir perkata Q.S. Al-Baqarah: 177
• ( ‫ لَّيْسَ ْالبِ ََّر‬Bukanlah suatu kebajikan) Ayat ini turun sebagai bantahan terhadap
orang-orang Yahudi dan Nasrani ketika mereka berlarut-larut dalam percakapan
masalah pemindahan kiblat Rasulullah menuju Ka’bah
• (‫ب‬َِ ‫ق و ْالم ْغ ِر‬ َِ ‫ قِبلَ ْالم ْش ِر‬menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat) Yakni arah
yang berlainan
• ( َ‫ن ءامن‬ ََّ ‫ و ٰل ِك‬akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada
َْ ‫ن ْالبِ ََّر م‬
Allah) Yakni akan tetapi kebajikan adalah kebajikan yang dilakukan oleh orang
yang beriman.
• Dan )‫ البر‬merupakan kata yang mencakup segala bentuk kebajikan, dan aku
menafsirkan ayat ini dengan enam asas-asas iman dan asas-asas amal
kebaikan
• ( ‫ب‬ َِ ‫ و ْال ِك ٰت‬dan kitab-kitab) Yang dimaksud dengan kitab disini adalah semua jenis
kitab Allah
• ( ‫ى ُح ِبِّ ِهۦ‬ َٰ ‫ عل‬yang dicintainya) Yakni padahal ia cinta terhadap harta tersebut, jadi dia
menginfakkan hartanya meski dia mencintainya dan merasa ingin bakhil atasnya
• (‫ى‬َٰ ‫ ذ ِوى ْالقُ ْرب‬kepada kerabatnya) Yakni para kerabat, karena infak kepada mereka
bernilai pahala sedekah dan silaturrahim jika mereka termasuk fakir
• ( ‫ى‬ َٰ ‫ و ْالي ٰتم‬anak-anak yatim) Dan anak yatim yang fakir lebih berhak mendapat
sedekah dari pada anak yatim yang tidak fakir karena mereka tidak mampu
untuk mencari penghasilan.
Tafsir perkata Q.S. Al-Baqarah: 177
• ( َ‫ و ْالمسٰ ِكين‬orang-orang miskin) Orang miskin adalah orang yang bergantung pada
apa yang ada dalam genggaman orang lain, karena ia tidak memiliki apapun
• (‫ل‬َِ ‫سبِي‬
َّ ‫ وابْنَ ال‬musafir) Yakni musafir yang kehabisan bekal di daerah orang lain
• ( َ‫سآئِ ِلين‬ َّ ‫ وال‬orang-orang yang meminta-minta) Yakni orang yang meminta-minta
karena keadaan yang memaksa mereka
• ( ‫ب‬ َِ ‫الرقا‬ ِّ ِ ‫ وفِى‬hamba sahaya) Yang dimaksud adalah dengan membeli budak
sahaya untuk dimerdekakan. Dan pendapat lain mengatakan: yakni
membebaskan tawanan
• ( َ‫الزك ٰوة‬َّ ‫ وءاتى‬dan menunaikan zakat) Dalam ayat ini terdapat isyarat bahwa yang
duluan kita keluarkan adalah sedekah dan bukan zakat. ( ََۖ‫و ْال ُموفُونَ بِع ْه ِد ِه َْم ِإذا ٰعه َُدوا‬
dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji) Yakni perjanjian
dengan Allah ataupun dengan manusia
• َِ ‫ ْالبأْس‬dalam kesempitan) Yakni kesulitan hidup dan kemiskinan
( ‫آء‬
• ( ‫آء‬
َِ ‫ والض ََّّر‬penderitaan) Yakni penyakit dan penuaan
• َ ِ ْ ‫ و ِحينَ ْالبأ‬dan dalam peperangan) Yakni saat peperangan berkecamuk
( َۗ‫س‬
• ( ََۖ‫ صدقُوا‬orang-orang yang benar (imannya) ) Yakni mereka adalah orang-orang
yang benar-benar dan sungguh-sungguh dalam pengakuan mereka sebagai
orang beriman.
Tafsir Q.S. Al-Baqarah: 177
• Tidaklah kebaikan yang banyak itu ketika menghadap ke arah timur dan barat saja,
melainkan mengimani 6 rukun iman dan mengerjakan pokok-pokok amal shalih. Yang
dimaksud dengan kitab di sini adalah berbagai jenis kitab, yaitu kitab-kitab Allah,
memberikan harta yang disenanginya kepada kerabatnya. Sesungguhnya memberi harta
kepada mereka ketika fakir itu merupakan sedekah dan penyambung hubungan,
memberikan harta kepada anak-anak yatim yang fakir (yang kehilangan bapak mereka di
masa kecil), orang-orang miskin yang tidak memiliki harta yang cukup untuk memenuhi
kebutuhan mereka, musafir yang berhenti di tengah perjalanan dari negeri mereka, orang-
orang yang meminta-minta: yaitu orang-orang yang meminta uang karena kebutuhan dan
keterdesakan mereka, untuk membeli budak dan melepaskan tawanan, mendirikan shalat
dengan rukun dan syaratnya, menunaikan zakat wajib untuk orang-orang yang berhak
menerimanya disertai dengan sedekah sukarela, menepati janji-janji Allah dan manusia,
memberikan penghormatan kepada orang-orang yang sabar atas penderitaan, kefakiran,
sakit, dan kesulitan dengan kehilangan keluarga, harta dan anak. Mereka itu adalah
orang-orang yang benar keimanannya dan bertakwa kepada Tuhan dengan mengerjakan
perintah-perintahNya dan menjauhi larangan-laranganNya, serta menjauhi neraka. Abdur
Razaq meriwayatkan dari Qatadah yang berkata: “Orang-orang Yahudi shalat menghadap
ke arah barat dan orang Nasrani shalat menghadap ke arah timur. Lalu turunlah ayat
{Laisal birru}” (Tafsir Al-Wajiz / Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, pakar fiqih dan tafsir negeri Suriah)
‫‪Q.S. Al-Maun: 1-7‬‬

‫َيَ (‪)2‬‬ ‫ِ‬ ‫ْ‬ ‫ِ‬


‫ك الذي يَ ُدعُّ اَلَيَِ ََ‬‫َّ‬ ‫ِ‬ ‫ب ِِب ِ‬
‫لدي َِن (‪ )1‬فَ َذل ََ‬ ‫ت الَّ ِذي يُ َك ِذ َُ‬
‫أ ََرأَيْ ََ‬
‫ي (‪)4‬‬ ‫صلِ ََ‬ ‫م‬ ‫ل‬
‫ْ‬ ‫ي (‪ )3‬فَ ويلَ لِ‬ ‫َ‬‫ِ‬ ‫ام ال ِْمس ِ‬
‫ك‬ ‫َ‬ ‫ِ‬ ‫ض َعلَى طَ َع‬ ‫َوََل ََيُ َُّ‬
‫َْ ُ َ‬ ‫ْ‬
‫ين ُه ََْ يُ َراءُو َن (‪)6‬‬ ‫اهو َن (‪ )5‬الَّ ِذ ََ‬ ‫س‬ ‫َ‬
‫َ‬ ‫ين ه ََ َع َن ص ََلِتِِ‬
‫َ ُْ ْ َ ْ َ ُ‬ ‫َ‬ ‫الَّ ِ‬
‫ذ‬
‫َوَيَْنَ عُو َن ال َْماعُو َن (‪)7‬‬
Terjemah Q.S. Al-Maun: 1-7
• Tahukah kamu (orang) yang mendustakan
agama? Itulah orang yang menghardik anak
yatim, dan tidak menganjurkan memberi
makan orang miskin. Maka kecelakaanlah
bagi orang-orang yang salat, (yaitu) orang-
orang yang lalai dari salatnya, orang-orang
yang berbuat riya, dan enggan (menolong
dengan) barang berguna.
Asbabun Nuzul Q.S. Al-Maun: 1-3
• Dalam beberapa riwayat, dikemukakan
bahwa ada seorang-yang diperselisihkan
siapa dia, apakah Abu Sufyan atau Abu
Jahal, al-Ash Ibn Walid atau selain mereka-
konon setiap minggu menyembelih seekor
unta. Suatu ketika, seorang anak yatim
datang meminta sedikit daging yang telah
disembelih itu namun ia tidak diberinya
bahkan dihardik dan diusir. Peristiwa ini
merupakan latar belakang turunnya ketiga
ayat diatas
Asbabun Nuzul Q.S. Al-Maun: 4-7
• Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa
ayat ini (S. 107 : 4-7) turun berkenaan
dengan kaum munafiqun yang
mempertontonkan shalat kepada kaum
Mu’minin (ria) dan meninggalkannya apabila
tidak ada yang melihatnya serta menolak
memberikan bantuan ataupun pinjaman. Ayat
ini (S. 107 : 4-7) turun sebagai peringatan
kepada orang-orang yang berbuat seperti itu
Tafsir Q.S. Al-Maun: 1-7
• Allah Swt. berfirman, bahwa tahukah engkau, hai Muhammad, orang yang
mendustakan hari pembalasan?
}‫• {فَذَ ِلكََ الَّذِي يَدُعَ ا ْليَتِي ََم‬
• Itulah orang yang menghardik anak yatim. (Al-Ma'un: 2)

• Yakni dialah orang yang berlaku sewenang-wenang terhadap anak yatim,


menganiaya haknya dan tidak memberinya makan serta tidak
memperlakukannya dengan perlakuan yang baik.
}‫ين‬
َِ ‫س ِك‬ َِ َ‫علَى َطع‬
ْ ‫ام ا ْل ِم‬ َ َ‫• { َوال يَ ُحض‬
• dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin. (Al-Ma'un: 3)
• Semakna dengan apa yang disebutkan di dalam ayat lain melalui firman-Nya:
َِ ‫س ِك‬
‫ين‬ َِ ‫ون عَلى َط‬
ْ ‫عام ا ْل ِم‬ ََ ‫ون ا ْليَتِي ََم َوال تَ َحاض‬
ََ ‫َّل بَ َْل ََال ت ُ ْك ِر ُم‬
ََّ ‫• ك‬
• Sekali-kali tidak (demikian). sebenarnya kalian tidak memuliakan anak yatim,
dan kalian tidak saling mengajak memberi makan orang miskin. (Al-Fajr: 17-
18)
• Makna yang dimaksud ialah orang fakir yang tidak mempunyai sesuatu pun
untuk menutupi kebutuhan dan kecukupannya.
Tafsir Q.S. Al-Maun: 1-7
• Kemudian disebutkan dalam firman berikutnya:
ََ ‫سا ُه‬
}‫ون‬ ََ ‫صّل ِت ِه َْم‬
َ ‫َن‬ ََ ‫ين الَّ ِذ‬
َْ ‫ين ُه َْم ع‬ َ ‫• {فَ َو ْيلَ ِل ْل ُم‬
ََ ‫ص ِل‬
• Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang salat,
(yaitu) orang-orang yang lalai dari salatnya.
• Ibnu Abbas dan lain-lainnya mengatakan bahwa makna
yang dimaksud ialah orang-orang munafik yang
mengerjakan salatnya terang-terangan, sedangkan dalam
kesendiriannya mereka tidak salat. Karena itulah
disebutkan oleh firman-Nya: bagi orang-orang yang
salat. (Al-Ma'un: 4) Yaitu mereka yang sudah
berkewajiban mengerjakan salat dan menetapinya,
kemudian mereka melalaikannya.
Tafsir Q.S. Al-Maun: 1-7
• Dan dalam surat ini disebutkan oleh firman-Nya:
ََ ‫• {الَّذ‬
ََ ‫ِين ُه َْم يُ َرا ُء‬
}‫ون‬
• orang-orang yang berbuat ria. (Al-Ma'un: 6)
• Imam Tabrani mengatakan, dari Ibnu Abbas, dari Nabi Saw. yang
telah bersabda: Sesungguhnya di dalam neraka Jahanam benar-
benar terdapat sebuah lembah yang neraka Jahanam sendiri
meminta perlindungan kepada Allah dari (keganasan) lembah itu
setiap harinya sebanyak empat ratus kali. Lembah itu disediakan
bagi orang-orang yang riya (pamer)dari kalangan umat
Muhammad yang hafal Kitabullah dan suka bersedekah, tetapi
bukan karena Zat Allah, dan juga bagi orang yang berhaji ke
Baitullah dan orang yang keluar untuk berjihad(tetapi bukan
karena Allah Swt.).
Tafsir Q.S. Al-Maun: 1-7
ََ ‫ون ا ْل َماع‬
}‫ُون‬ ََ ُ‫• { َويَ ْمنَع‬
• dan enggan (menolong dengan) barang
berguna. (Al-Ma'un: 7)
• Yakni mereka tidak menyembah Tuhan mereka
dengan baik dan tidak pula mau berbuat baik
dengan sesama makhluk-Nya, hingga tidak pula
memperkenankan dipinjam barangnya yang
bermanfaat dan tidak mau menolong orang lain
dengannya, padahal barangnya masih utuh;
setelah selesai, dapat dikembalikan lagi kepada
mereka.
HIDUP SEDERHANA DAN MENYANTUNI
DHUAFA
Imas Kurniasih, S.Pd.I.
Kompetensi Dasar
 3.1. Menganalisis Q.S. al-Furqan (25): 67 tentang kesederhanaan, Q.S. al-Isra‟
(17): 26–27, 29–30 tentang kesederhanaan dalam hidup, Q.S. al-Qashash (28):
79–82, Q.S. al-Baqarah (2): 177 tentang beberapa macam kebajikan, Q.S. al-
Ma„un (107): 1–7 tentang bermegah-megahan di dunia dan hadis riwayat Ibnu
Majah dan Ahmad dari Abdullah bin Amru tentang larangan berlebih-lebihan,
hadis riwayat Bukhari dari Hakim bin Hizam tentang keutamaan memberi
daripada menerima, dan Tirmidzi, Ibnu Majah dan Muslim tentang proporsi dalam
tubuh seorang muslim

• 4.1. Mendemonstrasikan hafalan, terjemahan ayat dan hadis tentang sikap


sederhana dan santun
• 4.1.2 Menyajikan keterkaitan analisis ayat dan hadis tentang sikap sederhana
dan santun sebagai salah satu sikap anti korupsi dengan fenomena sosial
Hadis Riwayat Ibnu Majah dan Ahmad dari Abdullah bin Amru tentang
larangan berlebih-lebihan

ْ‫ول‬ َّْ ‫• َعنْ َعب ِْد ْاللَِّْه ْب ِْن ْ َعم ٍرو ْأ‬
َْ ‫َن ْ َر ُس‬ • Dari Abdullah bin Amr berkata,

ْ‫اللُْ َعلَي ِْهْ َو َسلَّ َْمْ َمَّْرْبِ َسع ٍْد‬ ِ َّ‫الل‬


bahwa Rasulullah saw.. melewati
ْ ْ‫صلَّى‬ َ ْ ْ
‫ه‬ Said yang sedang berwudhu.
Rasul bersabda, "Kenapa
ْ‫ف‬ُْ ‫السَر‬
َّ ْ ‫ال ْ َما ْ َه َذا‬ َْ ‫ضْأُ ْفَ َق‬
َّ ‫َوُه َْو ْيَتَ َو‬ berlebih-lebihan seperti ini?" Lalu

ْْ‫ال ْنَ َعم‬


َْ َ‫اف ْق‬ ٌْ ‫وء ْإِسَر‬ ِْ ‫ض‬ ْ ِ‫ال ْأ‬
ُ ‫َف ْال ُو‬ َْ ‫فَ َق‬ Said berkata", apakah dalam
berwudhu ada yang dianggap
‫تْ َعلَىْنَ َه ٍْرْ َجا ٍْر‬ َْ ‫َوإِنْْ ُكن‬ berlebih-lebihan?". Rasulullah
Saw menjawab,"Iya meskipun
kamu berada di atas sungai yang
mengalir (HR. Ibnu Majah)
Penjelasan Hadis
• Perilaku menggunakan air terlalu banyak untuk wudhu adalah perilaku Israf dan
Tabdzir. Jika israf menekankan pada berlebihlebihannya maka tabdzir menekankan
pada kesia-siaan benda yang digunakan. Tidak hanya dalam hal berwudhu, tetapi
berlebihlebihan dalam hal makan, minum, berpakaian, membelanjakan harta, sholat,
dzikir juga dilarang oleh Allah.
• Nabi Muhammad SAW telah menjelaskan bahwa fardhu wudhu itu adalah satu kali-
satu kali, maksudnya sesungguhnya fardhu atau kewajiban dalam berwudhu adalah
mencuci anggota wudhu sebanyak satu kali. Beliau mengulangi perkataannya “satu
kali – satu kali” adalah untuk memberi perincian, yakni untuk muka satu kali, tangan
satu kali dan seterusnya. Hadis lain menjelaskan: “wudhu itu dapat dilakukan
sebanyak satu kali, dua kali, dan tiga kali. Barang siapa yang mengurangi dari satu
kali atau melebihkan diatas tiga kali sungguh ia telah melakukan kesalahan.” jadi
menyempurnakan basuhan wuudhu sampai 3x adalah sunnah, dan lebih dari itu
adalah haram dan berlebihan.
Hadis Riwayat Bukhari dari Hakim bin Hizam tentang
keutamaan memberi daripada menerima

ُْ‫• َعنْ َح ِكي ِْمْب ِْنْ ِحَزٍْامْ َر ِض َْيْاللَّْهُْ َعن ْه‬ • Dari Hakim bin Hizam ra, dari Nabi
Muhammad saw., beliau bersabda:
ْ‫ال‬َْ َ‫اللُْ َعلَي ِْهْ َو َسلَّ َْمْق‬ْ ْ‫صلَّى‬ ْ ْ
‫َّب‬ِ‫ن‬‫ال‬ْ ِ
ْ
‫ن‬ ‫َع‬
“Tangan yang di atas lebih baik dari
َ ّْ tangan yang di bawah, maka

ْ‫السفلَى‬ ْ ِ
‫د‬
ْ ْ ‫ن‬
ْ ِ
ُّ َ َ ْ ‫اليَ ُْد ْالعُليَا ْ َخي ٌْر‬
‫الي‬ ‫م‬
mulailah dengan orangorang yang
menjadi tanggunganmu. Sebaik-baik

ْْ‫الص َدقَِْة ْ َعن‬ ُْ ُ‫َواب َدأْ ِِْبَنْ ْتَع‬


sedekah adalah dari orang yang
َّ ْ ‫ول ْ َو َخي ُْر‬ sudah cukup (untuk kebutuhan
dirinya). Maka siapa yang berusaha
ُْ‫ن ْ َوَمنْ ْيَستَ ع ِففْ ْيُعِ َّف ْهُ ْاللَّْه‬ ًْ ‫ظَه ِْر ْ ِغ‬ menjaga dirinya, Allah akan
menjaganya dan siapa yang merasa
‫َوَمنْْيَستَ غ ِْنْيُغنِِْهْاللَُّْه‬ cukup untuk dirinya maka Allah akan
mencukupkannya." (HR. Bukhari)


Penjelasan Hadis
• Allah swt. membuat keadaan manusia berbeda-beda. ada
yang berkecukupan dan ada yang kekurangan. Hadis ini
berisi perintah untuk menyantuni orang-orang yang tidak
seberuntung kita. Perumpamaan yang dipakai adalah
tangan di atas lebih baik dari tangan di bawah,
maksudnya orang yang memberi lebih baik dari pada
orang meminta. Begitulah Allah swt. membuat manusia
untuk saling memberi kebaikan kepada orang lain.
Hadis Riwayat Tirmidzi, Ibnu Majah dan Muslim tentang proporsi dalam
tubuh seorang muslim

ِْ ْ ‫ال ْأَخبَ َرنَا ْ َعب ُْد‬


ْ‫الل ْب ُْن‬ َْ َ‫• َحدَّثَنَا ُس َوي ُْد ْب ُْن ْنَص ٍْر ْق‬ • Dari Abu Karimah Miqdad bin Ma`dikarib ra.
berkata, "Saya mendengar Rasulullah saw..
ْ‫ال‬َْ َ‫اش ْق‬ ٍْ َّ‫يل ْب ُْن ْ َعي‬ ُْ ‫اع‬ِ ‫ال ْأَخب رنَا ْإِْس‬ ِ
َ َ َ َْ َ‫ال ُمبَ َار ْك ْق‬
bersabda: Tidaklah lebih berbahaya
seseorang itu memenuhi suatu bejana
ْ‫صالِ ٍْح‬ ُْ ِ‫ص ُّْي ْ َو َحب‬
َ ْ ‫يب ْب ُْن‬
ِ ‫ن ْأَبو ْسلَم ْةَ ْاحلِم‬
َ َ ُ ْ َِ‫َح َّدث‬
• melebihi bahayanya memenuhi perut.
Cukuplah bagi anak Adam beberapa suap
ْ‫ي ْب ِْن ْ َجابِ ٍْر ْالطَّائِ ّْْي ْ َعنْ ْ ِمق َد ِْام ْب ِْن‬ َْ ‫َعنْ ْ ََي‬ • makanan yang dapat menegakkan tulang

ُْ‫صلَّى ْاللَّْه‬ ْ ِ ْ ‫ول‬


ْ
‫الل‬ ْ َ ‫س‬ ‫ر‬ ْ ْ
‫ت‬ ‫ع‬ َِ ْ ‫ال‬
‫ْس‬ َْ ‫ق‬
َ ْ ْ
‫ب‬ ِ
‫ر‬ ‫ك‬
َ ْ ْ ‫ي‬ ِ ‫مع‬
‫د‬
punggungnya. Dan seandainya ia tidak
َ َُ ُ َ َ • mampu berbuat seperti itu, maka sepertiga
ِ
ْْ‫اءً ْ َشِّرا ْمن‬ ِ
ْ ‫آدم ّّْي ْ ِو َع‬ ِ
ُْ ‫َعلَي ْه ْ َو َسلَّ َْم ْيَ ُق‬
َ ْ َ‫ل‬ ْ ‫ول ْ َما ْ َم‬ untuk makanan, sepertiga untuk minuman
• dan sepertiganya lagi untuk nafasnya.
ْْْ‫صلبَْهُْفَِإن‬ ِ ‫تْي‬ ِْ ‫بَط ٍْنِِْبَس‬
ُ َ ُ ٌْ َ‫آد َْمْأُ ُكال‬
ْ ْ
‫ن‬ ‫م‬ ‫ق‬ َ ْ‫بْاب ِْن‬
ْ‫ث ْلِ َشَرابِِْه‬ٌْ ُ‫ث ْلِطَ َع ِام ِْه ْ َوثُل‬ ٌْ ُ‫َكا َْن ْ ْلَ ْ ََمَالَْةَ ْفَثُل‬
‫ثْلِنَ َف ِس ِْه‬ٌْ ُ‫َوثُل‬
Penjelasan Hadis
• Umar bin Khattab r.a menyebutkan bahwa sebagian mudharat
dalam kesehatan disebabkan konsumsi yang tidak benar. Diantara
contoh hal itu adalah yang ditegaskan dalam perkataanya,
“Hindarilah memenuhi perut dengan makanan dan minuman, karena
dia merusak badan, menyebabkan penyakit, dan memalaskan
shalat. Dan hendaklah kamu sederhana dalam keduanya. Karena
dia lebih maslahat bagi badan, dan lebih jauh dari pemborosan”.
• Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh World Health Organization
(WHO), obesitas itu merupakan epideimologi yang menjadi
ancaman serius bagi kesehatan masyarakat dunia. Dimana,
kelebihan berat badan dan obesitas dapat membunuh lebih banyak
dari pada kurang gizi (Harry Freitag, 2010)
Penjelasan Hadis
• Adapun cara hidup sehat menurut Rasulullah
pertama tidak begadang, kedua sering berpuasa,
sebagaimana diketahui dalam suatu hadis bahwa
sering berpuasa senin kamis merupakan amalan yang
baik untuk kesehatan, ketiga menjaga kebersihan,
keempat menjaga pola makan, kelima berolahraga.

Anda mungkin juga menyukai