Anda di halaman 1dari 8

I.

pendahuluan
I.I latar belakang

Sederhana adalah kata sifat yang bermakna “bersahaja” atau “tidadak berlebih-lebihan”. Orang yang
hidup sederhana adalah orang yang hidup dengan bersahaja dan tidak berlebih-lebihan. Ketika
kekurangan, orang yang sederhanatidak akan menghalalkan segala cara, termasuk menyusahkan dirinya,
untukmemperoleh harta agar dihormati oleh orang lain. Begitu pula, ketika mempunyaiharta lebih,
orang sederhana tidak akan tergoda untuk bermewah-mewahan,menumpuk hartanya di rumah sendiri,
tidak pula memanjakan diri dengan segalafasilitas serba lux.

Kesederhanaan adalah kisah langka di era modern. Buktinya, banyak darikita yang selalu merasa “tidak
cukup”, meski hidup sudah tercukupi. Bahkankarena tidak bisanya hidup sederhana, ada orang yang
sedang dihukum pun nekadmembawa kemewahan ke dalam penjara. Mungkin baginya, tidak sah hidup
dizaman kini tanpa melekatkan berbagai atribut kemewahan dalam dirinya.

Menyantuni kaum duafa ialah memberikan harta atau barang yang bermanfaat untuk duafa, kaum
duafa sendiri ialah orang yang lemah dari bahasaArab (duafa) atau orang yang tidak punya apa-apa, dan
mereka harus disantuni bagi kewajiban muslim untuk saling memberi, itu sebagai bentuk ibadah
kepadaAllah SWT perlu digaris bawahi, bahwa “memberi” tidak harus uang malah kita berikan makanan
bisa tapi nanti ibadahnya akan mengalir terus seperti halnyainfak dan kalau sudah diberi akan jadi
tanggung jawab orang miskin itu, misalsaja barang yang diberikan digunakan untuk beribadah kepada
Allah atau hal positif lainnya akan terkena pahala yang sama.

I.II rumusan masalah

1. Ayat-ayat al-qur’an tentang pola hidup sederhana ?

2. Ayat-ayat al-qur’an tentang perintah untuk menyantuni kaum dhu’afa ?

3. Hadist tentang pola hidup sederhana dan anjuran untuk menyantuni kaum dhu’afa ?

4. Penerapan pola hidup sederhana dan berbuat baik kepada kaum dhu’afa ?

II. pembahasan
A. AYAT-AYAT AL-QUR’AN TENTANG POLA HIDUP SEDERHANA DAN
PERINTAH MENYANTUNI DUAFA

1.QS. Al-Qashash: 79-82:

( ‫ظ َع ِظ ٍيم‬ ٍّ ‫فَ َخ َر َج َعلَى قَوْ ِم ِه فِي ِزينَتِ ِه قَا َل الَّ ِذينَ ي ُِري ُدونَ ْال َحيَاةَ ال ُّد ْنيَا يَا لَيْتَ لَنَا ِم ْث َل َما ُأوتِ َي قَا ُرونُ ِإنَّهُ لَ ُذو َح‬
‫)فَ َخ َس ْفنَا‬٨٠( َ‫صالِحًا َوال يُلَقَّاهَا ِإال الصَّابِرُون‬ َ ‫ ْال ِع ْل َم َو ْيلَ ُك ْم ثَ َوابُ هَّللا ِ َخ ْي ٌر لِ َم ْن آ َمنَ َو َع ِم َل‬E‫ال الَّ ِذينَ ُأوتُوا‬
َ َ‫) َوق‬٧٩
‫)وَأصْ بَ َح الَّ ِذينَ تَ َمنَّوْ ا‬
َ ٨١( َ‫َص ِرين‬ ِ ‫صرُونَهُ ِم ْن دُو ِن هَّللا ِ َو َما َكانَ ِمنَ ْال ُم ْنت‬ ُ ‫ض فَ َما َكانَ لَهُ ِم ْن فَِئ ٍة يَ ْن‬ َ ْ‫َار ِه األر‬ ِ ‫بِ ِه َوبِد‬
‫َأ‬
‫ق لِ َم ْن يَ َشا ُء ِم ْن ِعبَا ِد ِه َويَ ْق ِد ُر لَوْ ال ْن َم َّن هَّللا ُ َعلَ ْينَا لَخَ َسفَ بِنَا‬ ‫َأ‬
َ ‫س يَقُولُونَ َو ْي َك َّن هَّللا َ يَ ْب ُسطُ الر ِّْز‬ ِ ‫َم َكانَهُ بِاأل ْم‬
)٨٢( َ‫َو ْي َكَأنَّهُ ال يُ ْفلِ ُح ْال َكافِرُون‬

79. maka keluarlah Karun kepada kaumnya dalam kemegahannya. berkatalah orang-orang yang
menghendaki kehidupan dunia: “Moga-moga kiranya kita mempunyai seperti apa yang telah diberikan
kepada Karun; Sesungguhnya ia benar-benar mempunyai keberuntungan yang besar”.

80. berkatalah orang-orang yang dianugerahi ilmu: “Kecelakaan yang besarlah bagimu, pahala Allah
adalah lebih baik bagi orang-orang yang beriman dan beramal saleh, dan tidak diperoleh pahala itu,
kecuali oleh orang- orang yang sabar”.

81. Maka Kami benamkanlah Karun beserta rumahnya ke dalam bumi. Maka tidak ada baginya suatu
golonganpun yang menolongnya terhadap azab Allah. dan Tiadalah ia Termasuk orang-orang (yang
dapat) membela (dirinya).

82. Dan jadilah orang-orang yang kemarin mencita-citakan kedudukan Karun itu, berkata: “Aduhai,
benarlah Allah melapangkan rezki bagi siapa yang Dia kehendaki dari hamba-hambanya dan
menyempitkannya; kalau Allah tidak melimpahkan karunia-Nya atas kita benar-benar Dia telah
membenamkan kita (pula). Aduhai benarlah, tidak beruntung orang- orang yang mengingkari (nikmat
Allah)“. (QS. Al-Qashash: 79-82)

Menjelaskan Kandungan QS. Al-Qashash: 79-82


ayat 79 menerangkan kelompok kedua adalah orang-orang yang berilmu dan berpikiran waras. Mereka
menganggap bahwa cara berpikir orang-orang yang termasuk golongan pertama tadi sangat keliru,
bahkan dianggap sebagai satu bencana besar dan kerugian yang nyata, karena lebih mementingkan
kehidupan dunia yang fana dari kehidupan akhirat yang kekal.
Ayat 80 dijelaskan bahwa orang-orang yang sabar dan tekun mematuhi perintah Allah, menjauhi
larangan-Nya. Mereka juga menerima baik apa yang telah diberikan Allah kepadanya serta
membelanjakannya untuk kepentingan diri dan masyarakat.

Ayat 81 Allah menerangkan akibat kesombongan dan keangkuhan karun. Ia beserta rumah dan segala
kemegahan dan kekayaannya dibenamkan ke dalam bumi. Tidak ada yang dapat menyelematkannya
dari azab Allah itu, baik perorangan maupun secara bersama-sama. Karun sendiri tidak dapat membela
dirinya. Tidak sedikit orang yang sesat jalan, dan keliru paham tentang harta yang diberikan kepadanya.
Mereka menyangka harta itu hanya untuk kemegahan dan kesenangan sehingga mereka tidak
menyalurkan penggunaanya ke jalan yang diridhai Allah. Oleh karena itu, Allah menimpakan azab-Nya
kepada mereka.

Ayat 82 menjelaskan bahwa orang-orang yang semula bercita-cita ingin mempunyai kedudukan dan
posisi terhormat seperti yang pernah dimiliki Karun, dengan seketika mengurungkan cita-citanya setelah
menyaksikan azab yang diimpakan kepada karun. Mereka menyadari bahwa harta benda yang banyak
dan kehidupan duniawi yang serba mewah, tidak mengantarkan mereka pada keridaan Allah. Dia
memberi rezeki kepada yang dikehendaki-Nya, dan tidak memberi kepada yang tidak dikehendaki. Allah
meninggikan dan merendahkan orang yang dikehendaki-Nya. Kesemuanya itu adalah berdasarkan
kebijakanaan Allah dan ketetapan yang telah digariskan-Nya.

2. QS.al-Israa: 26-27,29-30:

ِ َ‫)ِإ َّن ْال ُمبَ ِّذ ِرينَ َكانُوا ِإ ْخ َوانَ ال َّشي‬٢٦( ‫ت َذا ْالقُرْ بَى َحقَّهُ َو ْال ِم ْس ِكينَ َوا ْبنَ ال َّسبِي ِل َوال تُبَ ِّذرْ تَ ْب ِذيرًا‬
َ‫اطي ِن َو َكان‬ ِ ‫َوآ‬
)٢٧( ‫ال َّش ْيطَانُ لِ َربِّ ِه َكفُورًا‬

26. dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada orang miskin dan orang
yang dalam perjalanan dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros.

27. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan dan syaitan itu adalah
sangat ingkar kepada Tuhannya.

‫ق لِ َم ْن‬ ْ
َ ‫الرِّز‬ ْ ‫ك َوال تَ ْبس‬
ُ‫)ِإ َّن َربَّكَ يَ ْب ُسط‬٢٩( ‫ ُك َّل ْالبَ ْس ِط فَتَ ْق ُع َد َملُو ًما َمحْ سُورًا‬E‫ُطهَا‬ َ ِ‫َوال تَجْ َعلْ يَدَكَ َم ْغلُولَةً ِإلَى ُعنُق‬
)٣٠( ‫صيرًا‬ ِ َ‫يَ َشا ُء َويَ ْق ِد ُر ِإنَّهُ َكانَ بِ ِعبَا ِد ِه َخبِيرًا ب‬
29. dan janganlah kamu jadikan tanganmu terbelenggu pada lehermu dan janganlah kamu terlalu
mengulurkannya karena itu kamu menjadi tercela dan menyesal.
30. Sesungguhnya Tuhanmu melapangkan rezki kepada siapa yang Dia kehendaki dan
menyempitkannya; Sesungguhnya Dia Maha mengetahui lagi Maha melihat akan hamba-hamba-Nya.
(QS.al-Israa: 26-27,29-30 )

Menjelaskan Kandungan QS.al-Israa: 26-27,29-30


Ayat 26 menjelaskan Allah SWT memerintahkan kepada kaum muslimin agar memenuhi hak keluarga
dekat, orang-orang miskin, dan orang-orang yang dalam perjalanan. Hak yang harus dipenuhi itu adalah
mempererat tali persaudaraan dan hubungan kasih sayang, mengunjungi rumahnya dan bersikap sopan
santun, serta membantu meringankan penderitaan yang mereka alami. Sekiranya ada diantara keluarga
dekat, ataupun orang-orang miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan itu memerlukan biaya untuk
keperluan hidupnya maka hendaklah diberi bantuan secukupnya untuk memenuhi kebutuhan mereka.
Orang-orang yang dalam perjalanan yang patut diringankan penderitaannya adalah orang yang
melakukan perjalanan karena tujuan-tujuan yang dibenarkan oleh agama. Orang yang demikian
keadaannya perlu dibantu ditolong agar bisa mencapai tujuannya.

Ayat 27 Allah SWT menyatakan bahwa para pemboros adalah saudara setan. Ungkapan serupa ini biasa
dipergunakan oleh orang-orang Arab. Orang yang membiasakan diri mengikuti peraturan suatu kaum
atau mengikuti jejak langkahnya, disebut saudara kaum itu. Jadi orang-orang yang memboroskan
hartanya berarti orang-orang yang mengikuti langkah setan. Sedangkan yang dimaksud pemboros
adalah orang-orang yang menghambur-hamburkan harta bendanya dalam perbuatan maksiat yang
tentunya diluar peintah Allah. Orang-orang yang serupa inilah yang disebut kawan-kawan setan. Didunia
mereka tergoda oleh setan, dan diakhirat mereka akan dimasukkan ke dalam neraka Jahanam.

Ayat 29 menjelaskan cara-cara yang baik dalam membelanjakan harta. Allah menerangkan keadaan
orang-orang yang kikir dan pemboros dengan menggunakan ungkapan jangan menjadikan tangan
terbelenggu pada leher, akan tetapi juga jangan terlalu mengulurkannya. Kedua ungkapan ini lazim
digunakan orang-orang arab.

Ayat 30 Allah SWT menjelaskan bahwa dialah yang melapangkan rezeki kepada siapa yang dikehendaki-
Nya, dan dia pula yang membatasinya. Semuanya berjalan menurut ketentuan yang telah ditetapkan
Allah terhadap para hamba-Nya dalam usaha mencari harta dan cara mengembangkannya. Hal ini
berhubungan erat dengan alat dan pengetahuan tentang pengolahan harta itu. Yang demikian adalah
ketentuann Allah SWT yang bersifat umum dan berlaku bagi seluruh hamba-Nya. Namun demikian,
hanya Allah SWT yang menentukan menurut kehendak-nya.

3. QS. Al-Baqarah : 177

ِ ‫اآلخ ِر َو ْال َمالِئ َك ِة َو ْال ِكتَا‬


‫ب‬ ِ ‫ب َولَ ِك َّن ْالبِ َّر َم ْن آ َمنَ بِاهَّلل ِ َو ْاليَوْ ِم‬
ِ ‫ق َو ْال َم ْغ ِر‬
ِ ‫م قِبَ َل ْال َم ْش ِر‬Eْ ‫ْس ْالبِ َّر َأ ْن تُ َولُّوا ُوجُوهَ ُك‬
َ ‫لَي‬
‫ب َوَأقَا َم‬ ِ ‫يل َوالسَّاِئلِينَ َوفِي الرِّ قَا‬ ِ ِ‫ َو ْال َم َسا ِكينَ َوا ْبنَ ال َّسب‬E‫ال َعلَى ُحبِّ ِه َذ ِوي ْالقُرْ بَى َو ْاليَتَا َمى‬ َ ‫َوالنَّبِيِّينَ َوآتَى ْال َم‬
َ ‫س ُأولَِئ‬ ‫ْأ‬ َّ ‫الصَّالةَ َوآتَى ال َّز َكاةَ َو ْال ُموفُونَ بِ َع ْه ِد ِه ْم ِإ َذا عَاهَدُوا َوالصَّابِ ِرينَ فِي ْالبَْأ َسا ِء َوال‬
َ‫ك الَّ ِذين‬ ِ َ‫ضرَّا ِء َو ِحينَ ْالب‬
)١٧٧( َ‫ َوُأولَِئكَ هُ ُم ْال ُمتَّقُون‬E‫ص َدقُوا‬ َ

177. Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi
Sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari Kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab,
nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang
miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan
(memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang
menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan
dalam peperangan. mereka Itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka Itulah orang-orang
yang bertakwa. (QS. Al-Baqarah : 177)

Menjelaskan kandungan QS. Al-Baqarah : 177


Ayat 177 Allah SWT menjelaskan kepada semua umat manusia, bahwa kebajikan itu bukanlah sekedar
menghadap muka kepada suatu yang tentu, baik ke arah timur maupun ke arah barat, akan tetapi
kebajikan yang sebenarnya adalah beriman kepada Allah dengan sesungguhnya, iman yang bersemayam
di lubuk hati yang dapat menunjukkan kebenaran dan mencegah diri dari segala macam dorongan hawa
nafsu dan kejahatan. Beriman kepada hari akhirat sebagai tujuan terakhir dari kehidupan dunia yang
serba kurang dan fana. Beriman kepada semua nabi tanpa membedakan antara seorang nabi dengan
nabi yang lain.

Iman tersebut harus disertai dan ditandai dengan amal perbuatan yang nyata, sebagaimana yang
diuraikan dalam ayat ini diantaranya ;

1. Memberikan harta yang dicintai kepada karib kerabat yang membutuhkannya. Anggota keluarga yang
mampu hendaklah lebih mengutamakan memberi nafkah kepada keluarga dekat.

2. Memberikan bantuan harta kepada anak-anak yatim dan orang-orang yang tidak berdaya.

3. Memberikan harta kepada musafir yang membutuhkan, sehingga mereka tidak terlantar dalam
perjalanan dan terhindar dari pelbagai kesulitan.

4. Memberikan harta kepada orang yang terpaksa meminta minta karena tidak ada jalan lain baginya
untuk menutup kebutuhannya

5. Memberikan harta untuk menghapus perbudakan, sehingga ia dapat memperoleh kemerdekaan dan
kebebasan dirinya yang sudah hilang.
B. Hadits Tentang Hidup Sederhana dan Gemar Menyantuni Du'afa

‫ال َأفِي‬ َ َ‫ضُأ فَق‬


َ َ‫ال َما هَ َذا الس ََّرفُ فَق‬ َّ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َم َّر بِ َس ْع ٍد َوهُ َو يَت ََو‬ َ ‫ع َْن َع ْب ِد هَّللا ِ ب ِْن َع ْم ٍرو َأ َّن َرس‬
َ ِ ‫ُول هَّللا‬
ٍ ‫ال نَ َع ْم َوِإ ْن ُك ْنتَ َعلَى نَهَ ٍر َج‬
‫ار‬ َ َ‫اف ق‬ ٌ ‫ْال ُوضُو ِء ِإس َْر‬
Dari Abdullah bin Amr, sesunggunya Rasululllah Saw melewati Sa’ad yang sedang berwudhu. Maka
Rasulullah bersabda: "Kenapa berlebih lebihan seperti ini?" Sa’ad menjawab: “Apakah dalam berwudhu
ada yang dianggap berlebihan?” Rasulullah menjawab: "Ya, meskipun kamu berada di atas sungai yang
mengalir” (HR. Ibnu Majah)

‫ال ْاليَ ُد ْالع ُْليَا َخ ْي ٌر ِم ْن ْاليَ ِد ال ُّس ْفلَى َوا ْب َدْأ بِ َم ْن‬َ َ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم ق‬َ ‫ي هَّللا ُ َع ْنهُ ع َْن النَّبِ ِّي‬
Eَ ‫ض‬ ٍ ‫ع َْن َح ِك ِيم ب ِْن ِحز‬
ِ ‫َام َر‬
ُ ‫ف يُ ِعفَّهُ هَّللا ُ َو َم ْن يَ ْستَ ْغ ِن يُ ْغنِ ِه هَّللا‬
ْ ِ‫ص َدقَ ِة ع َْن ظَه ِْر ِغنًى َو َم ْن يَ ْستَ ْعف‬
َّ ‫تَعُو ُل َو َخ ْي ُر ال‬
Dari Hakim bin Hizam ra, dari Nabi Saw, beliau bersabda: “Tangan yang di atas lebih baik dari tangan
yang di bawah, maka mulailah dengan orang-orang yang menjadi tanggunganmu. Sebaik-baik sedekah
adalah dari orang yang sudah cukup (untuk kebutuhan dirinya). Maka siapa yang berusaha menjaga
dirinya, Allah akan menjaganya dan siapa yang merasa cukup untuk dirinya maka Allah akan
mencukupkannya." (HR Bukhari)

penjelasan hadits;
Pada hadis pertama di atas, Rasulullah Saw mengajarkan kepada kita untuk hidup sederhana bukan
hanya dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari, tetapi juga dalam melaksanakan ibadah. Diceritakan
dalam hadis tersebut bahwa Rasulullah menegur seorang sahabatnya yaitu Sa’ad yang dianggap
berlebihan dalam berwudlu. Imam al-Suyuti menjelaskan bahwa yang dianggap berlebihan dalam
berwudhu tersebut adalah penggunaan waktu yang berlebihan dan melampaui batas ketentuan syariat
wudlu. Karena itu hendaknya orang yang berwudlu menghindari sifat was-was yang menyebabkannya
selalu merasa belum sempurna dalam berwudlu sehingga merasa perlu mengulang-ulang berkali-kali
dalam membasuh anggota wudlu nya, dan akibatnya adalah penggunaan air yang berlebihan dan
menghabiskan waktu yang lama. Menurut al-Suyuti juga, hadis ini membantah orang yang menganggap
tidak ada “isrof” atau perbuatan yang dianggap berlebihan dalam menjalankan ketaatan dan ibadah.
Larangan berlebihan dalam hal menjalankan ketaatan dan ibadah, disebutkan juga dalam beberapa
hadis Rasulullah yang lain. Dikisahkan bahwa ketika Rasulullah menjenguk sahabatnya yang Sa’ad bin Abi
Waqqash yang sedang sakit keras, ketika itu Sa’ad berkata: "Ya Rasulullah, saya memiliki banyak harta,
dan ahli warisku hanya seorang anak perempuan, bolehkan saya berwasiat untuk mensedekahkan dua
pertiga dari hartaku? Rasulullah menjawab: “jangan”. Lalu Sa’ad bertanya lagi “bagaimana kalau saya
sedekahkan setengah harta saya” Rasulullah menjawab “jangan”. Lalu beliau bersabda: “sepertiga saja,
sungguh jika engkau tinggalkan ahli warismu dalam keadaan kaya (berkecukupan), hal itu lebih baik dari
pada engkau tinggalkan mereka dalam keadaan miskin dan meminta-minta kepada orang lain”. Jadi pola
hidup sederhana yang diperintahkan oleh Rasulullah Saw bukan hanya dalam membelanjakan uang atau
dalam porsi makanan yang akan kita konsumsi. Dalam ibadah dan amalan taat yang lain pun
diperintahkan untuk sederhana.

Kemudian pada hadis kedua, Rasulullah saw memerintahkan umat Islam untuk meyantuni kaum
“dlu’afa” atau orang-orang yang lemah yakni kaum fakir dan miskin. Kenapa demikian? Dalam hidup
bermasyarakat, kita pasti pernah dimintai pertolongan atau bantuan oleh seseorang yang sedang
mengalami kesulitan. Sebaliknya kita pun pasti pernah meminta pertolongan kepada orang lain di saat
menghadapi persoalan yang tidak dapat kita atasi sendiri. Demikianlah saling memberi dan menerima
merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam hidup kita. Betapa sulit hidup ini jika diantara teman
sejawat, atau diantara tetangga, tidak ada kesediaan untuk saling membantu, segala urusan harus
diatasi sendiri. Jika demikian yang terjadi maka sikap individualis dan egois, akan merasuk pada pribadi-
pribadi dan akan berakibat setiap orang tidak peduli pada nasib atau derita orang lain dan hanya
mementingkan diri sendiri. Terkait dengan hal ini, Islam sangat memberi motivasi yang besar agar kita
gemar memberi baik dalam bentuk shadaqoh, hibah, hadiah, infaq maupun zakat. Dalam hadits di atas,
orang yang memberi digambarkan dengan tangan di atas, sebaliknya orang yang meminta diibaratkan
dengan tangan di bawah. Pengibaratan seperti itu merupakan kinayah atau perumpamaan yang dapat
dipahami secara denotative atau harfiyah maupun secara connotative atau ta’wil. Dengan pemahaman
secara harfiyah terhadap hadis di atas, berarti orang yang memberi posisi tangannya berada di atas
tangan orang yang meminta. Hal itu dapat kita saksikan dalam kenyataan sehari-hari ketika pengemis
atau pengamen meminta sedekah dia menadahkan tangannya kepada orang-orang. Maka ketika orang
memberikan sesuatu kepadanya secara otomatis tangannya berada di atas tangan pengemis atau
pengamen itu. Akan tetapi sekarang ini kegiatan meminta atau memberi tidak selalu berlangsung dalam
interaksi fisik seperti itu. Misalnya pemberian bantuan uang melalui pengiriman wesel, melalui rekening
tabungan, bahkan pemberian bantuan pulsa telepon yang tidak terlihat wujud barangnya dapat
dilakukan dengan cara memberitahu nomor voucher melalui kontak atau sms kepada orang yang akan
diberinya. Dalam interaksi meminta dan memberi seperti ini tentu tidak ada pertemuan tangan peminta
dan pemberi, tidak ada tangan yang di bawah maupun yang di atas. Karena itu al-Nawawi memberikan
penjelasan terhadap hadis itu dengan mengatakan bahwa yang memberi lebih tinggi derajatnya dari
pada yang meminta.

III. kesimpulan
Perilaku Orang yang Mengamalkan QS. Al-Qashash: 79-82 ; QS.al-
Israa: 26-27,29-30, QS. Al-Baqarah : 177 dan Perintah Menyantuni
Para Duafa.
Perilaku orang yang mengamalkan dan perintah menyantuni para duafa diantaranya sebagai
berikut ;

a. Orang-orang yang mementingkan kehidupan duniawi yang selalu berpikir dan berusaha sekuat
tenaga bagaimana caranya supaya bisa hidup mewah di dunia ini.

b. Orang-orang yang sabar dan tekun mematuhi perintah Allah, menjauhi larangan-Nya. Mereka juga
menerima baik apa yang telah diberikan Allah kepadanya serta membelanjakannya untuk kepentingan
diri dan masyarakat.

c. Tidak ada orang yang dapat menyelematkannya dari azab Allah itu, baik perorangan maupun secara
bersama-sama.

d. Kaum muslimin agar memenuhi hak keluarga dekat, orang-orang miskin, dan orang-orang yang
dalam perjalanan. Hak yang harus dipenuhi itu adalah mempererat tali persaudaraan dan hubungan
kasih sayang, mengunjungi rumahnya dan bersikap sopan santun, serta membantu meringankan
penderitaan yang mereka alami.

e.Pemboros adalah orang-orang yang menghambur-hamburkan harta bendanya dalam perbuatan


maksiat yang tentunya diluar perintah Allah.

f. Orang-orang yang kikir dan pemboros dengan menggunakan ungkapan jangan menjadikan tangan
terbelenggu pada leher, akan tetapi juga jangan terlalu mengulurkannya.

g. Ketentuann Allah SWT yang bersifat umum dan berlaku bagi seluruh hamba-Nya.

h. Semua umat manusia, bahwa kebajikan itu bukanlah sekedar menghadap muka kepada suatu yang
tentu, baik ke arah timur maupun ke arah barat, akan tetapi kebajikan yang sebenarnya adalah beriman
kepada Allah dengan sesungguhnya.

Anda mungkin juga menyukai