Anda di halaman 1dari 11

MEMBUDAYAKAN POLA HIDUP

SEDERHANA DAN MENYANTUNI DUAFA

Anggota Kelompok 1 :
Anasya Shafa Alifiya
Atsaal Zahran Fawaz
Benico Putra Anugerah
Fauzan Zachry Setiady
Izzatul Mu’minah
Maharaja Muhammad A.K.M
Nasywa Febriani
Raudhatul Hikmah
Zahira Lintang Ayu Putri

XII-MIPA 1

MADRASAH ALIYAH NEGERI 13 JAKARTA


Jl. Syukur Rt 001/008, Lenteng Agung, Kec. Jagakarsa, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus
Ibukota Jakarta, Tlp. (021) 78886355

2023 – 2024
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt. Yang dimana atas rahmat dan karunia-
Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya yang berjudul “Membudayakan
Pola Hidup Sederhana Dan Menyantuni Duafa“.

Makalah ini dibuat dengan tujuan untuk memenuhi penugasan pada mata pelajaran Al-
Qur‘an Hadis. Selain itu, dibuatnya makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan bagi
para pembaca dan juga bagi kami selaku penulis.

Kami ucapkan terimakasih kepada Bapak Syarif Hidayatullah, S.Ag selaku guru mata
pelajaran Al-Qur’an Hadis yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah wawasan
mengenai materi ini. Kami juga ucapkan terimakasih kepada semua pihak yang sudah membantu
dalam penulisan makalah ini dari awal hingga selesai.

Kami menyadari, bahwa makalah yang kami buat ini masih jauh dari kata sempurna baik
segi punyusunan, bahasa, maupun penulisannya. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan
kritik dan saran yang membangun dari semua pembaca guna menjadi acuan agar kami bisa
menjadi lebih baik lagi pada penugasan yang akan datang.

Wassalamualaikum warrahmatullahi wabarakatuh.

Jakarta, 24 Juli 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................................................... i


DAFTAR ISI ................................................................................................................................... ii
1. Sifat Kesederhanaan. Qs. Al-Furqan (25) : 67......................................................................... 1
2. Kesederhanaan dalam Hidup. Qs. Al-Isra‘ (17) : 26-30 .......................................................... 1
3. Kisah Qarun. dalam Qs. Al-Qasas (28) : 79-82 ....................................................................... 2
4. Macam-Macam Kebajikan. Qs. Al-Baqarah (2) : 177 ............................................................. 3
5. Bermegah-Megahan di Dunia. Qs. Al-Ma’un (107) : 1-7 ....................................................... 5
6. Hadis Tentang Larangan Berlebih-Lebihan ............................................................................. 5
a) Hadis Tentang Anjuran Berbuat Baik Kepada Kaum Duafa ...................................................... 6
7. Hadis Tentang Keutamaan Memberi Daripada Menerima ...................................................... 6
a) Hadis Yang Menjelaskan Bahayanya Mengkonsumsi Makanan Secara Berlebihan Bagi
Tubuh……………………………………………………………………………………………...7
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................................... 8

ii
1. Sifat Kesederhanaan. Qs. Al-Furqan (25) : 67

‫وا َو َكانَ بَيْنَ َٰذَ ِل َك قَ َوا ًما‬


۟ ‫وا َولَ ْم يَ ْقت ُ ُر‬
۟ ُ‫وا لَ ْم يُس ِْرف‬
۟ ُ‫َوٱلَّذِينَ إِذَآ أَنفَق‬

Artinya:
“Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebih-lebihan, dan
tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang demikian.”
[QS. Al-Furqan (25) : 67]
Penjelasan ayat:
Ayat di atas menjelaskan orang beriman yang ingin membelanjakan hartanya tidak boleh
terlalu boros dan juga tidak boleh terlalu kikir, melainkan berada di tengah-tengah, yaitu sesuai
keperluan.
Sifat yang harus dihindari di sini adalah Israf dan Kikir. Israf ialah tindakan melampaui batas.
Dalam al-Quran batasan yang dimaksud adalah syara' yaitu apabila seseorang membelanjakan
harta untuk sesuatu yang diharamkan Allah. Sedangkan, Kikir adalah menahan diri dari
membelanjakan harta dalam ketaatan kepada Allah.

2. Kesederhanaan dalam Hidup. Qs. Al-Isra‘ (17) : 26-30

Artinya:

“Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada orang miskin dan
orang yang dalam perjalanan; dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara
boros(26). Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara setan dan setan itu
adalah sangat ingkar kepada Tuhannya(27). Dan jika kamu berpaling dari mereka untuk

1
memperoleh rahmat dari Tuhanmu yang kamu harapkan, maka katakanlah kepada mereka
ucapan yang pantas(28). Dan janganlah kamu jadikan tanganmu terbelenggu pada lehermu dan
janganlah kamu terlalu mengulurkannya karena itu kamu menjadi tercela dan menyesal
(29). Sesungguhnya Tuhanmu melapangkan rezeki kepada siapa yang Dia kehendaki dan
menyempitkannya; sesungguhnya Dia Maha Mengetahui lagi Maha Melihat akan hamba-
hamba-Nya(30).” [QS. Al-Isra‘ (17) : 26–30]

Penjelasan ayat:

Dalam ayat tersebut, Allah Swt. memerintahkan kita untuk memberikan hak orang lain
dari harta yang kita miliki, mulai dari kerabat terdekat dan tetangga yang kesulitan ekonomi serta
orang-orang yang pantas menerima infaq, seperti Ibnu sabil. Dengan perintah berinfaq ini, kita
dapat menghilangkan rasa dengki dari orang lain supaya tercipta ketentraman dalam jiwa
persaudaraan serta menumbuhkan rasa kasih sayang dan keharmonisan antar saudara.

Ayat-ayat tersebut mengajarkan kita untuk bersikap sederhana dalam menjalankan


kehidupan. Sikap tersebut ialah tidak berlebihan meskipun dalam berinfaq. Demikian juga, kita
dilarang untuk kikir dan boros dalam membelanjakan harta. Sifat boros merupakan perilaku
setan yang ingkar kepada Allah Swt. Larangan kikir digambarkan dengan tangan yang
terbelenggu di leher. Kikir akan mengakibatkan pelakunya tercela, sedangkan boros menjadikan
pelakunya menyesal di kemudian hari. Ayat tersebut juga menjelaskan bahwa Allah Swt. sangat
mengetahui potensi hamba-hambaNya. Allah Swt. melapangkan rezeki kepada sebagian manusia
dan mencukupkan kepada sebagian yang lain. Manusia diwajibkan menjemput rezeki yang telah
dipersiapkan Allah baginya.

3. Kisah Qarun. dalam Qs. Al-Qasas (28) : 79-82

ُ َ ‫علَ َٰى قَ ْو ِم ِه ِفي ِزينَ ِت ِه ۖ قَا َل الَّذِينَ ي ُِريدُونَ ْال َح َياة َ الدُّ ْن َيا َيا لَي‬
َ ‫ْت لَنَا ِمثْ َل َما أو ِت‬
‫ي‬ َ ‫فَخ ََر َج‬
َ‫َّللا َخي ٌْر ِل َم ْن آ َمن‬ ِ َّ ‫اب‬ ُ ‫﴾ َوقَا َل الَّذِينَ أُوتُوا ْال ِع ْل َم َو ْيلَ ُك ْم ث َ َو‬٧٩ ﴿ ‫ع ِظ ٍّيم‬ َ ‫ون ِإنَّهُ لَذُو َح ٍّظ‬ ُ ‫ار‬ ُ َ‫ق‬
ُ‫ض فَ َما َكانَ لَه‬ َ ‫س ْفنَا بِ ِه َوبِدَ ِار ِه ْاْل َ ْر‬ َ ‫﴾ فَ َخ‬٨٠ ﴿ َ‫صابِ ُرون‬ َّ ‫صا ِل ًحا َو ََل يُلَقَّاهَا إِ ََّل ال‬
َ ‫ع ِم َل‬ َ ‫َو‬
‫ص َب َح الَّذِينَ ت َ َمنَّ ْوا‬
ْ َ ‫﴾ َوأ‬٨١ ﴿ َ‫َص ِرين‬ ِ ‫َّللا َو َما َكانَ ِمنَ ْال ُم ْنت‬ِ َّ ‫ُون‬ِ ‫ص ُرونَهُ ِم ْن د‬ ُ ‫ِم ْن فِئ َ ٍّة َي ْن‬
‫الر ْزقَ ِل َم ْن يَشَا ُء ِم ْن ِعبَا ِد ِه َويَ ْقد ُِر ۖ لَ ْو ََل أ َ ْن َم َّن‬ ِ ‫ط‬ ُ ‫س‬ َّ ‫َم َكانَهُ بِ ْاْل َ ْم ِس يَقُولُونَ َو ْي َكأ َ َّن‬
ُ ‫َّللاَ يَ ْب‬
﴾٨٢ ﴿ َ‫ف ِبنَا ۖ َو ْي َكأَنَّهُ ََل يُ ْف ِل ُح ْال َكا ِف ُرون‬ َ ‫علَ ْينَا لَ َخ‬
َ ‫س‬ َّ
َ ُ‫َّللا‬
2
Artinya:
Maka keluarlah dia (Karun) kepada kaumnya dengan kemegahannya. Orang-orang yang
menginginkan kehidupan dunia berkata, “Mudah-mudahan kita mempunyai harta kekayaan
seperti apa yang telah diberikan kepada Karun, sesungguhnya dia benar-benar mempunyai
keberuntungan yang besar.”(79) Tetapi orang-orang yang dianugerahi ilmu berkata, “Celakalah
kamu! Ketahuilah, pahala Allah lebih baik bagi orang-orang yang beriman dan mengerjakan
kebajikan, dan (pahala yang besar) itu hanya diperoleh oleh orang-orang yang sabar.”(80)
Maka Kami benamkan dia (Karun) bersama rumahnya ke dalam bumi. Maka tidak ada baginya
satu golongan pun yang akan menolongnya selain Allah, dan dia tidak termasuk orang-orang
yang dapat membela diri (81). Dan orang-orang yang kemarin mengangan-angankan
kedudukannya (Karun) itu berkata, “Aduhai, benarlah kiranya Allah yang melapangkan rezeki
bagi siapa yang Dia kehendaki di antara hamba-hamba-Nya dan membatasi (bagi siapa yang
Dia kehendaki di antara hamba-hamba-Nya). Sekiranya Allah tidak melimpahkan karunia-Nya
pada kita, tentu Dia telah membenamkan kita pula. Aduhai, benarlah kiranya tidak akan
beruntung orang-orang yang mengingkari (nikmat Allah)(82).” [Qs. Al-Qasas (28) : 79-82)]
Penjelasan ayat:
Ayat ini menyampaikan kisah Qarun untuk diambil pelajaran. Qarun dengan segala
kemegahannya memukau sebagian manusia. Saat melihat kebesaran Qarun, ada manusia yang
ingin seperti Qarun, tetapi ada juga manusia yang kuat imannya. Bagi mereka pahala dan rida
Allah Swt. lebih dari segalanya. Pada saat Allah menenggelamkan Qarun beserta semua
hartanya, dan tidak ada orang yang menolongnya, maka sebagian manusia menjadi tersadar akan
kebesaran Allah Swt. Bahwa Allah lah yang memberi rezeki. Manusia tidak diperbolehkan
sombong, karena harta hanya titipan sang pemilik, Allah Swt. Kapan saja Dia berkehendak untuk
mengambil, tidak ada satupun yang bisa menghalangi.

4. Macam-Macam Kebajikan. Qs. Al-Baqarah (2) : 177

ِ َّ ‫ب َو َٰلَ ِك َّن ْال ِب َّر َم ْن آ َمنَ ِب‬


‫اَّلل َو ْاليَ ْو ِم‬ ِ ‫ق َوا ْل َم ْغ ِر‬ِ ‫ْس ْال ِب َّر أ َ ْن ت ُ َولُّوا ُو ُجو َه ُك ْم قِبَ َل ْال َم ْش ِر‬ َ ‫لَي‬
‫علَ َٰى ُح ِب ِه ذَ ِوي ْالقُ ْر َب َٰى َو ْال َيت َا َم َٰى‬ َ ‫ب َوالنَّ ِب ِيينَ َوآت َى ْال َما َل‬ ِ ‫ْاْل ِخ ِر َو ْال َم ََل ِئ َك ِة َو ْال ِكت َا‬
َ‫الز َكاة َ َو ْال ُموفُون‬ َّ ‫ص ََلة َ َوآت َى‬ َّ ‫ام ال‬ َ َ‫ب َوأَق‬ِ ‫الرقَا‬ ِ ‫سائِ ِلينَ َوفِي‬ َّ ‫س ِبي ِل َوال‬ َّ ‫سا ِكينَ َوابْنَ ال‬ َ ‫َو ْال َم‬
َ‫اء َو ِحينَ ْالبَأ ْ ِس ۗ أُو َٰلَئِ َك الَّذِين‬ ِ ‫اء َوالض ََّّر‬ ِ ‫س‬َ ْ ‫صابِ ِرينَ فِي ْالبَأ‬ َّ ‫عا َهدُوا ۖ َوال‬ َ ‫بِعَ ْه ِد ِه ْم إِذَا‬
﴾١٧٧ ﴿ َ‫صدَقُوا ۖ َوأُو َٰلَئِ َك ُه ُم ْال ُمتَّقُون‬ َ

3
Artinya :
“Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi
Sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari Kemudian, malaikat-malaikat,
kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak
yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang
meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan salat, dan menunaikan zakat;
dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar
dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. mereka Itulah orang-orang yang benar
(imannya); dan mereka Itulah orang-orang yang bertakwa.” [QS. Al-Baqarah (2) : 177]
Penjelasan ayat:
Dalam sebuah riwayat dikemukakan bahwa ayat ini berkenaan dengan sebuah pertanyaan
seorang laki-laki tentang Al–Birr (kebajikan). Bukanlah kebajikan di sisi Allah ta'ala itu dengan
menghadap ke arah timur dan barat di dalam sholat, bila tidak berdasarkan perintah Allah dan
syariat-Nya, Kemudian ayat ini turun untuk menolak anggapan orang-orang yahudi yang
menyangka demikian.
Allah Swt. menjelaskan bahwa hakikat kebajikan adalah iman dan takwa, yaitu orang-
orang yang melakukan kebajikan meliputi aktifitas rohani dan jasmani.
Adapun tanda-tanda orang yang benar-benar beriman dan bertakwa sebagaimana
dijelaskan dalam ayat ini yaitu orang yang beriman kepada Allah dan mengimani-Nya sebagai
Tuhan yang berhak disembah tanpa menyekutukan sesuatu dengan-Nya, beriman kepada hari
kebangkitan dan pembalasan, dan kepada seluruh malaikat, kepada semua kitab-kitab yang
diturunkan, beriman kepada seluruh Nabi tanpa membeda-bedakan, dan memberikan hartanya
secara sukarela (meskipun sangat besar kecintaannya pada harta tersebut) kepada kaum kerabat,
anak-anak yatim yang membutuhkan bantuan yang telah ditinggal mati oleh ayah-ayah mereka
ketika mereka belum mencapai usia baligh, dan kepada orang-orang miskin yang tidak memiliki
sesuatu yang mencukupi dan menutupi kebutuhan mereka, dan kepada orang-orang musafir yang
terlilit kebutuhan yang jauh dari keluarga dan hartanya, dan kepada mereka para peminta-minta
yang terpaksa meminta-minta karena keterdesakan kebutuhan mereka, dan mengeluarkan
hartanya dalam membebaskan budak dan tawanan, mendirikan shalat, dan membayar zakat yang
wajib, dan orang-orang yang menepati janji-janji, dan orang-orang yang bersabar dalam kondisi
kemiskinan dan sakit mereka, dan dalam peperangan yang berkecamuk keras.
Demikian itulah orang-orang yang benar dalam keimanan mereka, dan mereka itulah orang-
orang yang takut terhadap siksaan Allah sehingga mereka menjauhi perbuatan maksiat-maksiat
kepada-Nya.

4
5. Bermegah-Megahan di Dunia. Qs. Al-Ma’un (107) : 1-7

‫ط َع ِام‬َ ‫ع َٰلى‬ َ ‫ض‬ُّ ‫) َو ََل يَ ُح‬٢( ‫ع ْاليَتِي َۙ َْم‬


ُّ ُ‫ِي يَد‬ْ ‫) فَ َٰذ ِل َك الَّذ‬١( ‫الدي ۗ ِْن‬
ِ ِ‫ِب ب‬ ُ ‫ِي يُ َكذ‬ْ ‫ْت الَّذ‬
َ ‫ا َ َر َءي‬
‫) الَّ ِذيْنَ ُه ْم‬٥( َ‫سا ُه ْو َۙن‬
َ ‫ص ََلتِ ِه ْم‬
َ ‫ع ْن‬ َ ‫) الَّ ِذيْنَ ُه ْم‬٤( َ‫ص ِلي َْۙن‬َ ‫) فَ َو ْي ٌل ِل ْل ُم‬٣( ‫ْال ِم ْس ِكي ۗ ِْن‬
)٧( ࣖ َ‫ع ْون‬ ُ ‫) َويَ ْمنَعُ ْونَ ْال َما‬٦( َ‫ي َُر ۤا ُء ْو َۙن‬

Artinya:
“Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama? (1). Itulah orang yang menghardik anak
yatim (2). Dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin (3). Maka kecelakaanlah bagi
orang-orang yang salat (4). (yaitu) orang-orang yang lalai dari salatnya (5). orang-orang yang
berbuat riya (6). Dan enggan (menolong dengan) barang berguna (7)“
[QS. Al-Ma'un (107) : 1–7]
Penjelasan ayat:
Penjelasan dari surat Al-Ma’un menjelaskan mengenai ancaman pada orang-orang yang
termasuk dalam golongan orang yang menodai agama yaitu orang-orang yang menindas anak
yatim, tidak menolong orang yang meminta, bersikap riya, lalai pada sholatnya dan enggan
menolong orang dengan barang yang berguna.

6. Hadis Tentang Larangan Berlebih-Lebihan

ُ ‫سع ٍد َو ُه َو يَت ََوضَأ‬َ ‫سلَ َم َم َر ب‬


َ ‫علَيه َو‬ َ ‫صلَى‬
َ ُ‫ّللا‬ َ ‫سو َل‬
َ ‫ّللا‬ ُ ‫عم ٍرو أ َ َن َر‬َ ‫ّللا بن‬َ ‫عبد‬ َ ‫عن‬ َ
‫ار‬ٍ ‫علَى نَ َه ٍر َج‬ َ ‫ت‬ َ ‫ضوء إس َراف قَا َل نَ َعم َوإن ُكن‬ ُ ‫ف فَقَا َل أَفي ال ُو‬ َ ‫فَقَا َل َما َهذَا ال‬
ُ ‫س َر‬

Artinya:
Dari Abdullah bin Amr berkata, bahwa Rasulullah Saw. melewati Said yang sedang berwudhu.
Rasul bersabda, "Kenapa berlebih-lebihan seperti ini?" Lalu Said berkata", apakah dalam
berwudhu ada yang dianggap berlebih-lebihan?". Rasulullah menjawab,"Iya meskipun kamu
berada di atas sungai yang mengalir.“ (HR. Ibnu Majah)
Penjelasan hadis:
Hadis ini menunjukkan keharusan menghindari sikap boros. Dalam hadis tersebut dimisalkan
dalam wudhu. Dalam berwudhu saja, kita tidak dibolehkan boros menggunakan air, apalagi
dalam hal-hal yang hukumnya boleh.

5
a) Hadis Tentang Anjuran Berbuat Baik Kepada Kaum Duafa

ُّ ‫ أ َ ْبغُ ْونِي ال‬:‫سلَّ َم‬


‫ فَإِنَّ َما‬،‫ضعَفَا َء‬ َ ُ‫صلَّى هللا‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬ ِ َ‫ع ْن أَبِي الد َّْرد‬
ُ ‫ قَا َل َر‬:‫اء قَا َل‬
َ ِ‫سو ُل هللا‬ َ
)‫ض َعفَا ِئ ُك ْم (رواه أبو داود‬
ُ ‫ص ُر ْونَ ِب‬َ ‫ت ُ ْرزَ قُ ْونَ َوت ُ ْن‬
Artinya:
“Dari Abu Darda’ ia berkata: Rasulullah saw bersabda: “Carilah keridhaanku dengan berbuat
baik kepada orang-orang lemah, karena kalian diberi rezeki dan ditolong disebabkan orang-
orang lemah di antara kalian.” (HR. Abu Dawud)
Penjelasan hadis:

Hadis ini menjelaskan bahwa membantu kaum duafa merupakan salah satu amal baik
yang sekaligus menjadi kewajiban manusia sebagai makhluk sosial. Perihal membantu, kita
dapat memberikan apapun itu bentuk bantuan sesuai dengan kamampuan yang kita miliki. Mulai
dari harta kekayaan dengan berbagi terhadapnya, jabatan dan kekuasaan dengan kebijakannya,
ataupun dengan ilmu pengetahuan dengan petuah dan berbagai solusi yang dapat diberikannya.

Rasulullah Saw. menyebutkan bahwa memerhatikan duafa menjadi salah satu penyebab
datangnya pertolongan Allah. Pertolongan tersebut datang atas doa tulus dan ikhlas yang terucap
dari lisan mereka kepada orang yang membantu mereka. Dan mendapatkan doa mereka
merupakan keberuntungan bagi kita.

7. Hadis Tentang Keutamaan Memberi Daripada Menerima

‫ ا َ ْل َيدُ ْالعُ ْل َيا َخي ٌْر‬: ‫سلَّ َم قَا َل‬ َ ُ‫صلَّى هللا‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َ ِ ‫ع ِن النَّ ِبي‬َ ُ‫ع ْنه‬
َ ُ‫ي هللا‬َ ‫ض‬ ِ ‫ع ْن َح ِكي ِْم ب ِْن ِحزَ ٍّام َر‬ َ
ُ‫ف يُ ِعفَّه‬ْ ‫ َو َم ْن يَ ْست َ ْع ِف‬،‫ظ ْه ِر ِغنًى‬ َ ‫ع ْن‬ َّ ‫ َو َخي ُْر ال‬،ُ‫ َوا ْبدَأْ ِب َم ْن تَعُ ْول‬،‫س ْفلَى‬
َ ‫صدَقَ ِة‬ ُّ ‫ِمنَ ْاليَ ِد ال‬
)‫ َو َمن ْيَ ْست َ ْغ ِن يُ ْغنِ ِه هللاُ (رواه البخارى‬،ُ‫هللا‬

Artinya:
Dari Hakim bin Hizam ra, dari Nabi Muhammad Saw. beliau bersabda: “Tangan yang di atas
lebih baik dari tangan yang di bawah, maka mulailah dengan orang-orang yang menjadi
tanggunganmu. Sebaik-baik sedekah adalah dari orang yang sudah cukup (untuk kebutuhan
dirinya). Maka siapa yang berusaha menjaga dirinya, Allah akan menjaganya dan siapa yang
merasa cukup untuk dirinya maka Allah akan mencukupkannya." (HR. Bukhari)

6
Penjelasan hadis:
Allah Swt. membuat keadaan manusia berbeda-beda. Ada yang berkecukupan dan ada
yang kekurangan. Hadis ini berisi perintah untuk menyantuni orang-orang yang tidak
seberuntung kita. Perumpamaan yang dipakai adalah tangan di atas lebih baik dari tangan di
bawah, maksudnya orang yang memberi lebih baik dari pada orang menerima. Begitulah Allah
Swt. membuat manusia untuk saling memberi kebaikan kepada orang lain.

a) Hadis Yang Menjelaskan Bahayanya Mengkonsumsi Makanan Secara


Berlebihan Bagi Tubuh

Artinya:
Dari Abu Karimah Miqdad bin Ma`dikarib ra. berkata, "Saya mendengar Rasulullah Saw.
bersabda: Tidaklah lebih berbahaya seseorang itu memenuhi suatu bejana melebihi bahayanya
memenuhi perut. Cukuplah bagi anak Adam beberapa suap makanan yang dapat menegakkan
tulang punggungnya. Dan seandainya ia tidak mampu berbuat seperti itu, maka sepertiga untuk
makanan, sepertiga untuk minuman dan sepertiganya lagi untuk nafasnya.”
Penjelasan hadis:
Islam mengajarkan kita hidup dengan memelihara sikap hemat atau tidak berlebih-
lebihan. Nabi Muhammad Saw. selalu menganjurkan kaum muslim untuk hidup sederhana dan
menjauhi pemborosan, karena setiap sesuatu pasti telah memiliki kadarnya masing-masing.
Perilaku ini juga harus diterapkan dalam menjaga pola makan dan gaya hidup sehat. Tubuh
manusia memerlukan nutrisi, air, dan udara yang harus dipenuhi secara seimbang. Jika salah
satunya berlebihan, maka akan mengurangi porsi yang lain dan akan berdampak pada kesehatan
seseorang.

7
DAFTAR PUSTAKA

Jalil, M. Abdul. (2020). AL-QUR'AN HADIS MA KELAS XII. Jakarta: Direktorat


KSKK Madrasah.

Anda mungkin juga menyukai