Disusun oleh :
Moh.Abdillah Zaini (211104010001)
Nur Azizah (211104010025)
Segala puji bagi Allah Swt yang telah memberikan nikmat sehat, umur kuat, iman islam
dan ihsan. Karena berkat kehendak Allah Swt kita bisa berkumpul dan bertatap muka selama
pembelajaran berlangsung. Sholawat dan salam tak lupa terwasilahkan kepada nabi kita umat
islam yaitu Nabi Muhammad Saw. Yang telah mengajari ilmu agama dan endakwahkan agama
islam dari zaman jahiliyah menuju zaman Ilmiyah yang kita rasakan pada saat ini. Tujuan
dibuatnya makalah ini adalah untuk memenuhi program kuliah kami yang memiliki mata kuliah
Tafsir tematik yang di ampu oleh dua dosen yaitu Mufida Ulfa M.Th.i dan Hj Ibanah
Suhrowardiyah Shiam Mubarokah, S.Th.I, M.A. ini merupakan sebuah pelaran yang wajib bagi kita dan
kita harus menempuhnya sesuai kewajiban mata kuliah kita.
Penulis menyadari bahwa makalh ini atau pembahasan nanti yang kita akan bahas jika ada
kekurangan dari perkataan dan tugas yang kami sediakan mengecewakan dosen dan teman teman, kami
minta maaf. Bila mana nanti ada sebuah revisian, insyaallah dari kami akan merevisi ulang makalah yang
kami buat ini. Semoga kita selalu mendapatkan ridho dan rahmatnya Allah swt dan kami berterimakasih
kepada teman teman kelompok kami yang turut andil dalam mengerjakan makalah ini dan terselesaikan
untuk kita Bahas pada waktu maka kuliah ini.
Penulis
1
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
2
BAB I
PEMBAHASAN
A. LATAR BELAKANG
Suami dan istri merupakan sebuah ikatan yang halal dan memiliki ibadah yang sangat banyak untuk
mendapatkan sebuah pahala kebaikan. Mulai dari melihat hingga bercanda sua maka pahala yang akan
diberikan oleh suami dan istri akan banyak. Banyak orang saat ini sangat ingin menikah akan tetapi
sebuah masalah ekonomi dan politik serta keluarga yang menghalangi untuk menjalin hubungan yang
halal dan mapan. Banyak dikalangan pemuda pemudi yang sudah menikah dan mempunyai anak. Hak dan
kewajiban juga merupakan hal yang wajib dan dimiliki oleh sebuah suami dan istri untuk menjalani
kehidupannya dan menjalani bahteraa kehidupannya hingga tetap bersama sampai hari kiamat hingga
masuk ke syurga bersama keluarga yang dicintainya. Hak dan kewajiban suami istri ini sangatlah banyak
problematika didalamnya karena kita tidak mengetahui akan adanya ilmu ilmu yang telah diberikan dan
disampaikan oleh nabi Muhammad Saw dan diwariskan oleh para sahabar, tabiib dan ulama ulama
didunia. Yang menjadi contoh kehidupan rumah yang tentram dan baik adalah Rasulullah Saw dengan
para istri istri beliau.
Kehidupan beliaulah yang patut kita jadikan pedoman dan pelajaran buat para suami dan istri
sehingga tidak adanya KDRT dalam rumah tangga hingga pembunuhan dan penyiksaan. Suami istri ini
merupakan sebuah kapal yang dimana harus dinahkodai oleh laki laki yang mapan dan mengetahui ajaran
agama islam. Sehingga dapat menjalai dan mengantarkan kita kepada syurga bukan malah kita terjerumus
kepada neraka.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa saja ayat ayat yang berkaitan dengan hak dan kewajiban suami dan istri ?
2. Bagaimana hak dan kewajiban suami ?
3. Bagaimana hak dan kewajiban istri?
4. Bagaimana Analisis ayat tentang Hak dan Kewajiban suami istri ?
C. TUJUAN MASALAH
1. Mengetahui ayat yat yang berkaitan dengan hak dan kewajiban suami istri.
2. Menjelaskan hak dan kewajiban suami.
3. Menjelaskan hak dan kewajiban istri.
4. Mengetahui analisis ayat tentang hak dan kewajiban suami istri dalam Al Quran.
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Ayat Ayat Tentang Hak Dan Kewajiban Suami Istri
ع َل ٰى ض ُه ْم َ َّللاُ َب ْع َ ض َل َّ اء ِّب َما فَ َّ س ِّالن َ علَى ِّ الر َجا ُل قَ َّوا ُمونَ َ ِّ
صا ِّل َحاتُ قَانِّت َاتٌ َ
ض َو ِّب َما أ ْنفَقُوا ِّم ْن أ ْم َوا ِّل ِّه ْم ۚ فَال َّ َ بَ ْع ٍ
شوزَ ُه َّن الَّلتِّي تَخَافُونَ نُ ُ َّللاُ ۚ َو َّ ظ َّ ب بِّ َما َح ِّف َ ظاتٌ ِّل ْلغَ ْي ِّ َحافِّ َ AN NISA AYAT 34
اجعِّ َواض ِّْربُو ُه َّن ۖ فَإ ِّ ْن ض ِّ ظو ُه َّن َوا ْه ُج ُرو ُه َّن فِّي ْال َم َ فَ ِّع ُ
يرا ع ِّليًّا َك ِّب ا َّللا َكانَ َ يَّل ۗ ِّإ َّن َّ َ س ِّب ا علَ ْي ِّه َّن َ ط ْع َن ُك ْم فَ ََّل ت َ ْبغُوا َ أَ َ
ارو ُه َّن ض ُّ س َك ْنت ُ ْم ِّم ْن ُو ْج ِّد ُك ْم َو ََل ت ُ َ ْث َ أ َ ْس ِّكنُو ُه َّن ِّم ْن َحي ُ
علَ ْي ِّه َّن َحت َّ ٰى ت َح ْم ٍل فَأ َ ْن ِّفقُوا َ وَل ِّ علَ ْي ِّه َّن ۚ َو ِّإ ْن ُك َّن أ ُ َ ض ِّيقُوا َ ِّلت ُ َ AT THALAQ AYAT 6
ور ُه َّن ۖ ض ْعنَ لَ ُك ْم فَآتُو ُه َّن أ ُ ُج َ ض ْعنَ َح ْملَ ُه َّن ۚ فَإ ِّ ْن أ َ ْر َ يَ َ
ض ُع لَهُ أ ْخ َر ٰى ُ ست ُ ْر ِّ س ْرت ُ ْم فَ َ َوأْت َ ِّم ُروا َب ْينَ ُك ْم ِّب َم ْع ُروفٍ ۖ َو ِّإ ْن تَ َعا َ
اس لَ ُك ْم سائِّ ُك ْم ۚ ُه َّن ِّل َب ٌ ث ِّإلَ ٰى نِّ َ الرفَ ُ الص َي ِّام َّ أ ُ ِّح َّل لَ ُك ْم لَ ْيلَةَ ِّ
ابس ُك ْم فَت َ َ َّللاُ أَنَّ ُك ْم ُك ْنت ُ ْم تَ ْختَانُونَ أ َ ْنفُ َ اس لَ ُه َّن ۗ َ
ع ِّل َم َّ َوأ َ ْنت ُ ْم ِّلبَ ٌ
ب َّ
َّللاُ عفَا َع ْن ُك ْم ۖ فَ ْاْلنَ َبا ِّش ُرو ُه َّن َوا ْبتَغُوا َما َكتَ َ علَ ْي ُك ْم َو َ َ
ض ِّمنَ َ ْ ُ ْ
لَ ُك ْم ۚ َو ُكلوا َوا ْش َربُوا َحت َّ ٰى يَتَ َبيَّنَ ل ُك ُم ال َخ ْيط اْل ْب َي ُ
َ ُ AL BAQARAH AYAT 187
ام إِّلَى اللَّ ْي ِّل ۚ َو ََل الصيَ َ ْال َخي ِّْط ْاْلَس َْو ِّد ِّمنَ ْالفَ ْج ِّر ۖ ث ُ َّم أ َ ِّت ُّموا ِّ
َّللاِّ فَ ََّل اج ِّد ۗ تِّ ْل َك ُحد ُود ُ َّ س ِّ عا ِّكفُونَ فِّي ْال َم َ ت ُ َبا ِّش ُرو ُه َّن َوأَ ْنت ُ ْم َ
اس لَعَلَّ ُه ْم َيتَّقُونَ َّللاُ آ َياتِّ ِّه ِّللنَّ ِّ ت َ ْق َربُوهَا ۗ َك ٰذَ ِّل َك يُ َبيِّ ُن َّ
اسَارا َوقُودُهَا النَّ ُ س ُك ْم َوأ َ ْه ِّلي ُك ْم ن ا َيا أَيُّ َها الَّذِّينَ آ َمنُوا قُوا أ َ ْنفُ َ
َّللاَ َما صونَ َّ ظ ِّشدَاد ٌ ََل َي ْع ُ علَ ْي َها َم ََّلئِّ َكةٌ ِّغ ََّل ٌ ارة ُ َ َو ْال ِّح َج َ AT TAHRIM AYAT 6
أ َ َم َر ُه ْم َويَ ْفعَلُونَ َما يُؤْ َم ُرونَ
Akad pernikahan dalam Islam tidak sama dengan akad kepemilikan. Akad pernikahan diikat
dengan memperhatikan adanya kewajiban-kewajiban di antara keduanya. Dalam hal ini suami
mempunyai kewajiban yang lebih berat dibandingkan istrinya. Akan tetapi para suami
mempunyai satu tingkatan kelebihan daripada istrinya.
Pada dasarnya kewajiban suami juga merupakan hak istri, sehingga jika berbicara tentang
kewajiban suami terhadap istri, maka bisa juga berarti hak istri atas suami. Kewajiban adalah
4
segala hal yang harus dilakukan oleh setiap individu, sementara hak adalah segala sesuatu yang
harus diterima oleh setiap individu. Sementara itu Muhammad Hasbi Asidiqie menjelaskan
bahwa hak adalah sebuah kepastian, kebenaran dan menetapkan sesuatu. 1
Adapun yang menjadi hak istri atau bisa juga dikatakan kewajiban suami terhadap istri adalah
sebagai berikut:
Berikanlah maskawin (mahar) kepada wanita (yang kamu nikahi) sebagai pemberian dengan
penuh kerelaan. Kemudian jika mereka menyerahkan kepada kamu sebagian dari maskawin itu
dengan senang hati, maka makanlah (ambillah) pemberian itu (sebagai makanan) yang sedap
lagi baik akibatnya.”
Dalam Tafsir Ibnu Katsir dijelaskan bahwa kata An-Nihlah menurut Ibnu ‘Abbas artinya
mahar/maskawin. Menurut ‘Aisyah kata An-Nihlah adalah keharusan.Menurut Ibnu Zaid kata
An-Nihlah dalam perkataan orang Arab artinya sebuah kewajiban. Maksudnya seorang laki-laki
diperbolehkan menikahi perempuan dengan sesuatu yang wajib diberikan kepadanya, yakni
mahar yang telah ditentukan dan disebutkan jumlahnya, dan pada saat penyerahan mahar harus
pula disertai dengan kerelaan hati sang calon suami. Senada dengan tafsir AthThabari juga
menjelaskan bahwa Perintah memberikan mahar dalam surat An-Nisa ayat 4 merupakan perintah
Allah Swt. Yang ditujukan langsung kepada para suami dengan jumlah mahar yang telah
ditentukan untuk diberikan kepada istri. 2
1
Pian Happy. “Hak dan Kewajiban Suami Istri Islam Dari Perspektif Keadilan Gender”. Bandung 17 Juni 2022.
Hlm : 54.
2
Ath-thabari, Abu Ja’far Muhammad Bin Jarir. (2009). Tafsir Ath-Thabari Jilid 6. Jakarta: Pustaka Azzam. Hlm :
635.
5
Praktik pemberian mahar tidak semua dibayarkan tunai ketika akad nikah dilangsungkan, ada
juga sebagian suami yang menunda pembayaran mahar istrinya ataupun membayarnya dengan
sistem cicil, dan ini dibolehkan dalam Islam dengan syarat adanya kesepakatan dari kedua belah
pihak, hal ini selaras dengan hadits Nabi saw. Yang berbunyi, “sebaik-baik mahar adalah mahar
yang paling mudah (ringan). (HR. Al-Hakim: 2692, Hadits Bukhari Muslim).
Nafkah berasal dari bahasa Arab (an-nafaqah) yang artinya pengeluaran. Yakni Pengeluaran
yang biasanya dipergunakan oleh seseorang untuk sesuatu yang baik atau dibelanjakan untuk
orang-orang yang menjadi tanggung jawabnya. Dalam arti bahwa nafkah ialah apa saja yang
diberikan kepada istri, seperti pakaian, uang atau lainnya.
Para ulama fiqih telah sependapat bahwa nafkah terhadap istri itu wajib atas suami yang merdeka
dan berada di tempat. Mengenai suami yang bepergian jauh, maka tetap mewajibkan suami atas
nafkah untuk istrinya, sedangkan Imam Abu Hanifah tidak mewajibkan kecuali dengan putusan
penguasa. Tentang kewajiban nafkah ini telah dijelaskan Allah Swt., dalam Al-Qur’an surat Al-
Baqarah ayat 233:
Para ibu hendaklah menyusukan anakanaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin
menyempurnakan penyusuan. Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para
ibu dengan cara ma’ruf. Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya.
Maksud dari kata Al-Amwalidilahu pada ayat di atas adalah ayah kandung si anak. Artinya, ayah
si anak diwajibkan memberi nafkah dan pakaian untuk ibu dari anaknya dengan cara yang
ma’ruf. Yang dimaksud dengan Bil-Madalah menurut kebiasaan yang telah berlaku di
masyarakat tanpa berlebih-lebihan, juga tidak terlalu di bawah kepatutan, dan disesuaikan juga
dengan kemampuan finansial ayahnya. 3
3
Suhartawan Budi. “Hak dan Kewajiban Suami Istri Dalam Perspektif Al-Qur’an (Kajian Tematik)”. Jurnal Ilmu
Al-Qur’an dan Tafsir. Vol. 2 No. 02/ April 2022. Hlm : 67.
6
Adapun menyediakan tempat tinggal yang layak adalah juga kewajiban seorang suami
terhadap istrinya sebagaimana Firman Allah Swt dalam Al-Qur’an Ath Thalaaq: 6.
Tempatkanlah mereka (para istri) di mana kamu (suami) bertempat tinggal menurut kemampuan
kamu.
Menggauli istri dengan baik dan adil merupakan salah satu kewajiban suami terhadap istrinya.
Sebagaimana Firman Allah dalam AlQur’an surat An-Nisa ayat 19:
Wahai orang-orang beriman! Tidak halal bagi kamu mewarisi perempuan dengan jalan paksa
dan janganlah kamu menyusahkan mereka karena hendak mengambil kembali sebagian dari apa
yang telah kamu berikan kepadanya, kecuali apabila mereka melakukan perbuatan keji yang
nyata. Dan bergaullah dengan mereka menurut cara yang patut. Jika kamu tidak menyukai
mereka, (maka bersabarlah) karena boleh jadi kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah
menjadikan kebaikan yang banyak padanya.
Maksud dari kata wa asyiru hunna bil-maruf adalah ditujukan kepada suami-suami agar
berbicara dengan baikb terhadap para istri dan bersikap dengan baik dalam perbuatan dan
penampilan. Sebagaimana suami juga menyukai hal tersebut dari istrinya, maka hendaklah suami
melakukan hal yang sama. Sebagaimana hadist dari riwayat ‘A’isyah ra., bahwasanya Rasulullah
saw. Bersabda, “Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik terhadap keluarganya, dan aku
adalah orang yang paling baik terhadap keluargaku”. Dan di antara akhlak Rasulullah saw.
Adalah memperlakukan keluarganya dengan baik, selalu bergembira bermain dengan keluarga,
bermuka manis, bersikap lemah lembut, memberi kelapangan dalam hal nafkah, dan bersenda
gurau bersama istri-istrinya.
Hal ini juga diperkuat oleh Abu Jafar berkata wahai laki-laki perlakukan istri-istri kalian secra
baik dan pergaulilah secara tepat sesuai dengan Aku perintahkan kepada kalian untuk
mempergaulinya atau menceraikan secara baik dan menurut Muhammad bin Al Hasan berkata
bergaulah dalam arti pergaulilah dengan cara mendampingi. Maka sepatutnyalah suami
memberikan bimbingan terbaik untuk istrinya dengan penuh perhatian yang akan mengarahkan
kearah yang lebih baik.
7
4.) Menjaga Istri dari perkara dosa.
Sudah menjadi kewajiban seorang kepala rumah tangga untuk memberikan pendidikan agama
kepada istri dan anak-anaknya agar taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Dengan ilmu agama
seseorang mampu membedakan baik dan buruknya prilaku dan dapat menjaga diri dari berbuat
dosa. Selain ilmu agama, seorang suami juga wajib memberikan nasihat atau teguran ketika
istrinya khilaf atau lupa atau meninggalkan kewajiban dengan katakata bijak yang tidak melukai
hati sang istri, sebagaimana Firman Allah Swt., surah At-Tahrim ayat 6:
Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan
bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak
mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu
mengerjakan apa yang diperintahkan.
Dalam tafis Muyassar dijelaskan bahwa orang yang membenarkan Allah dan Rasul-Nya serta
melaksanakan syari’at-Nya lindungilah diri kalian dengan melakukan perintahNya. Dengan
melakukan perintah Allah pada hakikatnya kita sedang menjaga keluarga kita termasuk istri dan
anakanak kita dari api neraka. Maka apabila tidak menjaganya dengan menjalankan perintah
Allah pada hakikatnya kita sedang menjerumuskan diri kita kedalam api neraka, termasuk istri
dan anak-anak kita.
Sedangkan dalam penjelasan Tafsir Al-Qurtubi disebutkan bahwa ayat ini berbicara tentang
kewajiban seseorang bapak sebagai seorang pemimpin keluarganya untuk menjaga dirinya dan
keluarganya dari api neraka. Dengan cara memperbaiki dirinya sendiri dengan melakukan
ketentuan dan juga memperbaiki dirinya, keluarganya layaknya seorang pemimpin. Maka dengan
menjaga diri dari api neraka bagian dari hak dan kewajiban yang harus dilakukan oleh sang
suami, demi kebaikan istri dan keluarganya.4
4
Imam Al-Qurtubi. (2009). Terjemah Tafsir Jami Al Ahkam Al-Qur’an. Jilid 3 Jakarta: Pustaka Azzam. Hlm :199.
8
seimbang diantara keduanya di dalam berumah tangga. Diantaranya hak dan kewajiban isstri
kepada suami sebagai berikut:
9
Menurut perspektif gender dan feminism antara hak dan kewajiban suami istri adalah
sama-sama mewujudkan rumah tangga yang sakinah, mawaddah. Tentunya dalam hal ini
saling adanya komunikasi yang baik serta menghargai pendapat masing-masing dan
mewujudkan tempat tinggal bersama.
d. Memelihara kehormatan diri dan harta saat suami tidak ada
Dalam hal ini suami berhak membatasi teman yang ingin bertamu, seperti
contohnya lawan jenis. Kecuali ada teman yang sejenis juga ikut bertamu. karena hal
tersebut dikhawatirkan menimbulkan fitnah bagi orang yang melihatnya dan tidak tau
kejadian yang sebenarnya. Allah Swt berfirman, “wanita shalihah adalah yang taat
kepada allah dan menjaga diri ketika suaminya tidak ada oleh karena Allah telah
memelihara mereka” (QS.Annisa’:34)
e. Mengabdikan diri kepada suami dalam hal mengurus anak
Seorang istri berusaha dengan baik mengabdikan dirinya kepada suami dalam hal-
hal yang diperbolehkan oleh agama. Berkhidmah bukan berarti menjadi budak dirumah,
melainkan memberi pelayanan terbaik yang dia mampu dan membuat bahagia suaminya.
Namun tidak lupa sang suami harus melihat kondisi istri agar tidak patut membebankan
istri diluar kesanggupannya.dan seharusnya suami ikut membantu diwaktu luangnya.
Satu teladan yang patut dicontoh adalah beliau Fathimah Bintu Rasulullah di
rumah suaminya Ali bin Abi Thalib sampai kedua tangannya lecet karena menggiling
gandum. Ketika Fathimah datang kepada rasulullah untuk meminta pembantu, lalu beliau
memberikan bimbingan pada yang lebih baik. Hal ini disebutkan dalam sabda beliau:
من لكما خير هو ما على أدلكما أَل أخذتما أو فراشكما الى أويتما اذا خادم وسبحا وثَّلثين ثَّلثا فكبرا مضاجعكم فهذا
وثَّلثين ثَّلثا خادم من لكما خير
Maukah aku tunjukkan kepada kalian berdua apa yang lebih baik bagi kalian daripada
seorang pembantu? Apabila kalian mendatangi tempat tidur kalian atau ingin berbaring,
bacalah allahu akbar 33 kali, subhanallah 33 kali, dan Alhamdulillah 33 kali. Ini lebih
baik bagi kalian daripada seorang pembantu.” (HR. al-Bukhari no. 6318 dan Muslim
no.2727)
f. Menutupi aib suami
Menutup aib suami juga termasuk kewajiban istri. Istri yang sholihah, tidak akan
mengumbar aib suaminya kepada public. Larangan menceritakan aib pasangan termasuk
10
dalam islam yang telah dijelaskan pada sumber pokok ajaran islam. Dalam surah Al-
Baqarah:187. Ayat ini tidak hanya mensyaratkan bahwa suami istri saling membutuhkan
sebagaiman kebutuhan manusia pada pakaian tetapi juga berarti bahwa suami istri yang
masing-masing menurut kodratnya memiliki kekurangannya. Sebagaiman menutup aurat
(kekurangan) pemakainya. Dalam hadits dari Abu Sa’id al-Khudriy, dia berkata
Rasulullah bersabda: sesungguhnya manusia yang paling jelek kedudukannya dihari
kiamat adalah seorang laki-laki (suami) yang bercampur (bersetubuh) dengan istrinya
tersebut. (HR Muslim 1437). Pesan inti dari hadits ini pandai-pandailah menjaga diri dari
ssaling membuka aib suami istri dihadapan orang lain. Apalagi kepada orang yang tidak
bertanggung jawab. Mintalah solusi kepada Allah dan kendalikan diri untuk mendapatkan
petunjuk ilahi.5
Sebagaimana Yang Tertera Pada Pembahasan Pertama Bahwa Ayat tentang hak dan
kewajiban suami istri itu sebagian terdapat pada 4 ayat.
1. An-nisa’ ayat 34
Sabab An-Nuzul
Ayat ini turun berkenaan dengan kasus yang dialami Sa’id bin Rabi’ yang telah
menampar istrinya, Habibah binti Zaid bin Abi Hurairah karena telah melakukan
pembangkangan (nusyuz). Kemudian Habibah datang kepada Rasulullah mengadukan
atas peristiwa tersebut. Kemudian Rasulullah menjatuhkan Qishash kepada Sa’id. Akan
tetapi Malaikat Jibril datang menyampaikan wahyu surah an-Nisa’ ayat 34. Lalu
Rasulullah bersabda yang artinya, ”aku menghendaki satu perkara, sementara Allah
menghendaki perkara lain. Yang ddikehendaki Allah adalah lebih baik” maka setelah itu
dicabutlah qishash tersebut.
Dalam riwayat yang lain yang berturut-turut dituturkan oleh al-Farabi, ‘Abd bin
Hamid, Ibn Jarir, Ibn Mundzir, Ibnu Abi Hatim, Ibn Murdawiyah, dan Jarirbin Jazim dari
Hasan. Disebutkan bahwa seorang laki-laki Anshar telah menampar istrinya. Yang
5
Arifandi, Firman. (2020). Serial Hadist 6: Hak Kewajiban Suami Istri. Jakarta : Rumah Fiqih Publishing. Hlm :
98.
11
kemudian istrinya datang kepada Rasulullah mengadukan permasalahan tersebut.
Rasulullah memutuskan untuk di qishash diantara keduanya. Akan tetapi turunlah ayat
berikut QS Thaha ayat 114:
Tafsir ayat
Melalui ayat ini Allah mengingatkan kita bahwa terdapat sebab kelebihan laki-
laki atas perempuan. Setelah aayat sebelumnya Allah menjelaskan bagian dari masing-
masing dalam warisan, dan melarang keduanya untuk mengangan-angan kelebihan yang
telah Allah tetapkan bagi sebagian mereka (pria) atas sebagian yang lain (wanita).
Ulama’ terkemuka pada masa lalu membedah pengertian “ar-rijaalu qawwaamuna ‘ala
an-nisa’”, bahwa konteks keluarga maupun bermasyarakat, memang ditaksirkan sebagai
pemimpin bagi wanita. Ini disebabkan terdapat perbedaan yang bersifat natural antara
keduanya bukan semata-mata bersifat kasbi atau karena proses social, seperti penganut
teori culture.
12
dalam tafsirnya bahwa kalimat ar-rijaal qawwamun ‘ala an-nisa’ adalah jumlah ismiyyah
yang berfungsi sebagai dawam dan istimrar (tetap dan kontinu).
Dalam kajian subuh bersama Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, M.Pd. membahas QS at-
Tahrim. Ayat ini mengandung beberapa hikmah diantaranya: perintah untuk selalu
bertakwa kepada Allah dan berdakwah. Anjuran untuk menyelamatkan diri dan keluarga
dari siksaan api neraka. Pentingnya pendidikan islam sejak dini agar paham agama
dengan agama yang diridhai oleh Allah Swt da mengimani para malaikat. Adapun makna
dari keluarga yang selamat adalah golongan orang atas dasar syariat hokum Allah dalam
membina suatu ikatan yang bertujuan untuk selamat di dunia maupun akhirat, mereka
akan saling menyelamatkan dan menjaga.
Selain itu Allah Swt. juga mengingatkan kita semua bahwa harta dan anak adalah
cobaan dan perhiasan dunia semata. Oleh karena itu, hendaknya kita selalu mengingatkan
keluarga untuk melaksanakan sholat, sabar, memberi nasihat, dan semacamnya. Yang
nantinya harus terus berjuang dan berkorban dengan disertai kesabaran hingga meraih
keberuntungan. Terdapat tiga hal dari yang bisa menyelamatkan hingga yang bisa
merusak menurut HR Imam al-Baihaqi: (1) takwa kepada Allah dalam sepi/ramai, (2)
berkata benar (adil) dalam keadaan rida/marah, (3) bersikap sederhana dalam keadaan
kaya/miskin. Sedangkan tiga hal yang merusak: (1) bakhil yang berlebihan, (2) nafsu
yang diikuti, (3) ujub terhadap diri sendiri. Maka dari itu hendaknya kita selalu berdo’a
untuk diselamatkan baik dunia ataupun akhirat.
13
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Rumah tangga merupakan sebuah kehidupah yang baru yang didalamnya memilki
hak dan kewajiban tersendiri dan bersama. Jika antara suami dan istri tidak bisa
berkomitmen dalam berumah tangga maka kehidupannya akan tidak baik baik saja
karena sebuah hubungan yang erat akan memilki sebuah tanggung jawab yang berat.
Suami istri mempunyai kewajibannya masing masing. Kewajiban suami kepada istri dan
kewajiban istri kepada suami dan begitu juga ketika sudah memiliki sebuah keturunan
maka tanggung jawab dan hak kewajibannya akan semakin banyak. Maka yaitu ilmu
yang harus dimiliki oleh seseorang yang ingin menikah diantaranya adalah hak dan
kewajiban suami dan istri.
Hak dan kewajiban suami istri diantaranya adalah suami selalu membimbing istri
kepada kebaikan dan mengajarinya agama yang baik dan benar. Sebaliknya pun juga
begitu, istri juga harus nurut kepada seorang suami dan melayani suami dengan penuh
rasa cinta, kasih saying dan perasaan mendalam. menikah merupakan hal yang baik
karena menyempurnakan setengah dari agama dan pahalanya memiliki pahala yang
sangat melimpah dari kita melihat, dan menumbuhkan rasa cinta dan kasih sayang.
14
DAFTAR PUSTAKA
Pian Happy. “Hak dan Kewajiban Suami Istri Islam Dari Perspektif Keadilan Gender”. Bandung
17 Juni 2022.
Suhartawan Budi. “Hak dan Kewajiban Suami Istri Dalam Perspektif Al-Qur’an (Kajian
Tematik)”. Jurnal Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir. Vol. 2 No. 02/ April 2022.
Arifandi, Firman. (2020). Serial Hadist 6: Hak Kewajiban Suami Istri. Jakarta : Rumah Fiqih
Publishing.
Ath-thabari, Abu Ja’far Muhammad Bin Jarir. (2009). Tafsir Ath-Thabari Jilid 6. Jakarta: Pustaka
Azzam.
Imam Al-Qurtubi. (2009). Terjemah Tafsir Jami Al Ahkam Al-Qur’an. Jakarta: Pustaka Azzam.
15