Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

MENGKAJI QS. AL-QASAS [28]: 79-82

Disusun untuk memenuhi tugas mata pelajaran Al-Qur’an Hadits

Guru Pengampu: Pak Supardi, S.Pd.I

Disusun oleh: (kel. 1)

1. Zainal
2. Ismail
3. Suriyanto
4. Nurya Safitri
5. Adiba Mariyatul Qibtiyah
6. Muhammad Fauzan Sijaya

XII KEAGAMAAN 2

MADRASAH ALIYAH NEGERI 1 KOTA PALU

TAHUN AJARAN 2022/2023


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ayat 79-82 surat Al-Qashash menjelaskan tentang kisah Qarun untuk
diambil pelajaran. Qarun dengan segala kemegahannya memukau sebagian
manusia. Saat melihat kebesaran Qarun sebagian manusia berangan-angan
memliki keberuntungan laksana Qarun.
Merekalah yang terpedaya dengan kemewahan dunia. Tetapi ada sebagian
manusia yang kuat imannya. Mereka tidak tergoda oleh kemegahan yang
dimiliki Qarun. Bagi mereka pahala dan rida Allah swt lebih dari segalanya.
Mereka bersabar atas segala yang diberikan Allah swt kepada mereka.
Pada saat Allah menenggelamkan Qarun beserta semua hartanya dan tidak ada
orang yang menolongnya, maka sebagian manusia menjadi tersadar akan
kebesaran Allah swt. Bahwa Allahlah yang memberi rejeki.
Manusia tidak diperbolehkan sombong, karena harta hanya titipan sang
pemilik, Allah swt. Kapan saja Dia berkehendak untuk mengambil, tidak
satupun yang bisa menghalangi.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana bunyi bacaan Q.S Al-Qasas ayat 79-82?
2. Apa terjemahan dari Q.S Al-Qasas ayat 79-82?
3. Apa tafsiran (isi kandungan) dari Q.S Al-Qasas ayat 79-82?

C. Tujuan
1. Mengetahui bunyi bacaan Q.S Al-Qasas ayat 79-82?
2. Mengetahui terjemahan dari Q.S Al-Qasas ayat 79-82?
4. Mengetahui tafsiran (isi kandungan) dari Q.S Al-Qasas ayat 79-82?

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Ayat dan Terjemah Q.S Al-Qasas [28]: 79-82

 ۙ  ُ‫فَخَ َر َج ع َٰلى قَوْ ِم ٖه فِ ْي ِز ْينَتِ ٖه ۗ قَا َل الَّ ِذ ْينَ ي ُِر ْي ُدوْ نَ ْال َح ٰيوةَ ال ُّد ْنيَا ٰيلَيْتَ لَـنَا ِم ْث َل َم ۤا اُوْ تِ َي قَا رُوْ ن‬
‫َظي ٍْم‬
ِ ‫ظع‬ ٍّ ‫اِنَّهٗ لَ ُذوْ َح‬

"Maka keluarlah dia (Qarun) kepada kaumnya dengan kemegahannya. Orang


orang yang menginginkan kehidupan dunia berkata, "Mudah-mudahan kita
mempunyai harta kekayaan seperti apa yang telah diberikan kepada Qarun,
sesungguhnya dia benar-benar mempunyai keberuntungan yang besar.""

(Ayat 79)

‫ۚ واَل يُلَ ٰقّٮهَ ۤا اِاَّل‬ ‫هّٰللا‬


َ ‫َوقَا َل الَّ ِذ ْينَ اُوْ تُواـ ْال ِع ْل َم َو ْيلَـ ُك ْم ثَ َوا بُ ِ خَ ْي ٌر لِّ َم ْن ٰا َمنَ َو َع ِم َل‬
َ  ‫صا لِحًـا‬
َ‫صبِرُوْ ن‬ ّ ٰ ‫ال‬

"Tetapi orang-orang yang dianugerahi ilmu berkata, "Celakalah kamu!


Ketahuilah, pahala Allah lebih baik bagi orang-orang yang beriman dan
mengerjakan kebajikan, dan (pahala yang besar) itu hanya diperoleh oleh orang-
orang yang sabar.""

(Ayat 80)

َ‫صرُوْ نَهٗ ِم ْن ُدوْ ِن هّٰللا ِ َو َما َكا نَ ِمن‬ َ ْ‫فَخَ َس ْفنَا بِ ٖه َوبِدَا ِر ِه ااْل َ ر‬
ُ ‫ض ۗ فَ َما َكا نَ لَهٗ ِم ْن فَِئ ٍة يَّـ ْن‬
ِ َ‫ْال ُم ْنت‬
َ‫ص ِر ْين‬

3
"Maka Kami benamkan dia (Qarun) bersama rumahnya ke dalam Bumi. Maka
tidak ada baginya satu golongan pun yang akan menolongnya selain Allah, dan
dia tidak termasuk orang-orang yang dapat membela diri."

(Ayat 81)

‫ق لِ َم ْن يَّ َشٓا ُء ِم ْن ِعبَا ِد ٖه‬ ْ


َ ‫الرِّز‬ ُ‫س يَقُوْ لُوْ نَ َو ْي َكا َ َّن هّٰللا َ يَ ْب ُسط‬
ِ ‫َواَ صْ بَ َح الَّ ِذ ْينَ تَ َمـنَّوْ ا َم َكا نَهٗ بِا اْل َ ْم‬
‫هّٰللا‬
َ  ‫َويَ ْق ِد ُر ۚ لَوْ اَل ۤ اَ ْن َّم َّن ُ َعلَ ْينَا لَخَ َسفَ بِنَا‬
َ‫ۗ و ْي َكاَـ نَّهٗ اَل يُ ْفلِ ُح ْال ٰكفِرُوْ ن‬

"Dan orang-orang yang kemarin mengangan-angankan kedudukannya (Qarun) itu


berkata, "Aduhai, benarlah kiranya Allah yang melapangkan rezeki bagi siapa
yang Dia kehendaki di antara hamba-hamba-Nya dan membatasi (bagi siapa yang
Dia kehendaki di antara hamba-hamba-Nya). Sekiranya Allah tidak melimpahkan
karunia-Nya pada kita, tentu Dia telah membenamkan kita pula. Aduhai, benarlah
kiranya tidak akan beruntung orang-orang yang mengingkari (nikmat Allah).""

(Ayat 82)

B. Tafsir Al-Misbah Q.S Al-Qasas [28]: 79-82


a) Ayat 79-80
Nasihat yang disampaikan kepada Qarun ddak digubris olehnya. Bahkan
ddak lama setelah dinasihati, keangkuhannya lebih menjadi-jadi. Maka
keluarlah ia kepada kaumnya yakni khalayak ramai dalam kemegahannya
yang menyilaukan mata orang-orang yang lemah iman. Berkata mereka yang
senantiasa menghendaki kehidupan dunia, yakni yang menjadikan tumpuan
perhatian dan tujuan hidupnya adalah kenikmatan duniawi: ‘Moga-moga
kiranya kita memiliki dan diberi oleh siapa pun harta benda seperti apayang
telah diberikan kepada Qarun; sesungguhnya ia yakni Qarun benar-benar
mempunyai bagian yang besar dari keberuntungan dan kenikmatan duniawi.”
Mendengar ucapan itu, dan berkatalah orang-orangyang dianugerahi ilmu
namun tidak dianugerahi harta sebanyak Qarun: “Sungguh aneh ucapan kalian,

4
atau kebinasaan bagi kamu — jika bersikap dan berkeyakinan seperti itu.
Pahala yang disediakan Allah adalah jauh lebih baik daripada apa yang
dimiliki dan dipamerkan oleh Qarun ini. Pahala Allah itu bagi orang-orang
yang beriman dan beramal saleh, dan tidak diperolehnya, yakni pahala itu,
atau nasihat itu tidak diamalkan kecuali oleh orang-orang sabar dan tabah
melaksanakan konsekuensi keimanan dan amal saleh serta menerima ujian dan
cobaan dari Allah swt.”
Kata inatihi terambil dari kata yinah yakni perhiasan, yaitu segala yang
dinilai indah dan baik oleh seseorang. Boleh jadi sesuatu itu buruk dalam
pandangan Anda, tetapi jika dipandang indah oleh orang lain, maka ketika itu
ia adalah hiasan bagi orang lain, bukan bagi Anda. Sekian banyak amal buruk
yang diperindah oleh setan sehingga dinilai indah oleh pendurhaka. Ayat di
atas menyatakan bahwa Qarun keluar dengan hiasannya. Besar kemungkinan
bahwa apa yang dianggapnya hiasan justru merupakan hal-hal buruk dalam
pandangan Allah. Di sisi lain, kata perhiasan dapat mencakup banyak hai
termasuk pengikut, kendaraan, pakaian dan lain-lain, yang semuanya
ditampilkan untuk menunjukkan keangkuhan dan kekayaannya. Atas dasar itu,
kata inatihi dipahami dalam arti kemegahan.
Firman-Nya: fa kharaja ‘ala qaumihifi inatihiI maka keluarlah ia kepada
kaumnya dalam kemegahannya, mengesankan keangkuhan yang sangat besar.
Kesan ini, pertama, diperoleh dari penggunaan kata ‘ala yang pada dasarnya
berarti di atas, yang maksudnya adalah kepada. Tetapi di sini digunakan kata
tersebut untuk mengisyaratkan betapa dia merasa diri berada “di atas” orang
banyak. Kedua, dari penggunaan kata fi inatihi dalam kemegahannya. Ini
mengesankan bahwa walaupun ia keluar tetapi ia diliputi oleh kemegahan. Kiri
dan kanan, muka dan belakangnya serta atas dan bawahnya, semua adalah
bentuk kemegahan yang dibuatnya sedemikian rupa bagaikan satu wadah
sedang ia sendiri berada di dalam wadah itu. Banyak sekali riwayat yang
menguraikan kemegahan tersebut, tetapi hampir seluruhnya - kalau enggan
berkata seluruhnya — adalah hasil imajinasi perawi.

5
Kata wailakum dipahami oleh banyak ulama sebagai kata yang
menunjukkan keheranan. Ada juga yang berpendapat bahwa kata tersebut pada
mulanya berarti doa jatuhnya kebinasaan, lalu digunakan untuk
memperingatkan sambil mendorong untuk meninggalkan sesuatu yang tidak
wajar. Dalam konteks ayat ini, adalah lebih baik memahami kata tersebut
dalam arti keheranan, bukan dalam arti doa kebinasaan, apalagi di sini ia
merupakan ucapan orang beriman dan berpengetahuan terhadap mereka yang
lemah iman dan belum memiliki pengetahuan yang memadai. Rasanya,
tidaklah wajar orang-orang berpengetahuan itu mendoakan kebinasaan mereka
yang tidak memiliki pengetahuan.
Kata yulaqqaha terambil dari kata laqiya yang berarti bertemu. Pertemuan
menuntut adanya dua hal yang berhimpun dalam satu kondisi. Dari sini kata
tersebut terkadang diartikan memperoleh, memberi atau menerima. Kata ganti
ha/nya pada firman-Nya yulaqqaha dipahami dari konteks ayat di atas —
dalam hal ini ulama berbeda pendapat — ada yang memahaminya dalam arti
pahala yang dijanjikan itu, sehingga ayat ini berarti pahala yang dijanjikan itu
tidak diperoleh kecuali oleh orang-orang yang sabar. Ada juga yang
memahaminya dalam arti nasihat yang disampaikan itu, sehingga jika
demikian, penggalan terakhir ayat ini berarti “nasihat itu tidak akan diterima
kecuali oleh orang-orang sabar untuk tetap dalam ketaatan.” Penggalan
terakhir ayat di atas ada yang menganggapnya lanjutan dari nasihat orang-
orang yang memiliki pengetahuan, dan ada juga yang menilainya komentar
Allah sebagai pengajaran kepada hamba-hamba-Nya.
b) Ayat 81-82
Ayat yang lalu menjelaskan bahwa Qarun sengaja tampil di depan
kaumnya dengan seluruh kemegahannya walau ia telah dinasihati. Sikapnya
itu menunjukkan betapa ia bersikeras dalam kedurhakaan. Karena itu menjadi
sangat wajar bila ia menerima sanksi Ilahi. Ayat di atas menyatakan bahwa:
Maka disebabkan karena kedurhakaan Qarun itu, sehingga Kami benamkanlah
ia yakni Kami longsorkan tanah sehingga ia terbenam beserta rumahnya serta
seluruh perhiasan dan kekayaannya ke dalam perut bumi. Maka tidak ada

6
baginya suatu golongan pm , baik keluarga maupun bukan, yang kuat apalagi
lemah, yang dapat menolongnya terhadap siksa Allah itu, dan tiada pula ia
termasuk orang-orang yang mampu membela dirinya.
Dan jadilah orang-orang yang kemarin mencita-citakan yakni sangat
mengharapkan kedudukan dan nasib seperti kedudukan dan nasib Qarun
sebelum ia ditenggelamkan itu - jadilah orang-orang itu berkata: ‘Aduhai,
benarlah Allah melapangkan rezeki bagi siapa yang Dia kehendaki dari
hamba-hamba-Nya baik mukmin maupun bukan, pandai atau tidak, mulia
maupun hina dan sebaliknya Dia juga Yang menyempitkannya di antara
mereka; Kalau Allah tidak melimpahkan karunia-Nya atas kita yakni kalau
Allah mengabulkan keinginan kita agar memperoleh apa yang diperoleh
Qarun, maka pastilah benar-benar Dia telah membenamkan kita sebagaimana
Dia membenamkan Qarun. Aduhai, benarlah, tidaklah beruntung orang-orang
kafir, yakni para pengingkar yang tidak mensyukuri nikmat Allah.”
Kata way ka ’anna diperselisihkan maknanya oleh para ulama, bahkan
diperselisihkan cara membacanya. Walau semua sepakat bahwa kata itu ditulis
sebagaimana halnya satu kata, namun banyak yang berpendapat bahwa
sebenarnya ia terdiri dari kata way yang diucapkan untuk menunjukkan
penyesalan atau keheranan. Adapun cara membacanya, maka ada yang
berhenti pada kata way lalu melanjutkan dengan kata ka ’anna dan ada juga
yang berhenti pada huruf kaf sehingga membaca waika dan melanjutannya
dengan menyebut kata anna. Kita dapat menyimpulkan bahwa dari aneka
pendapat mufassir, bahwa ucapan itu merupakan penyesalan, atau keheranan
atas ucapan dan harapan orang-orang yang menginginkan agar memperoleh
kedudukan seperti Qarun.
Lalu setelah itu, dilanjutkan dengan pengakuan bahwa Allah Yang
melapangkan dan menyempitkan rezeki serta kaum kafir tidak akan
memperoleh keberuntungan. Ucapan kaum beriman yang menyatakan:
“Benarlah Allah melapangkan rezeki bagi siapa yang Dia kehendaki dari
hamba-hamba-Nya”, secara tidak langsung membuktikan kekeliruan Qarun —
bahkan boleh jadi juga dugaan mereka sebelum peristiwa longsor itu — bahwa

7
harta benda Qarun diperoleh karena pengetahuannya, bukan oleh jasa siapa
pun, atau bahwa kekayaan adalah pertanda kasih Allah. Nah, di sini mereka
mengakui bahwa tidak dari pengetahuan, tidak juga ketaatan atau kekufuran
yang menjadi penyebab sempit atau luasnya rezeki. Tetapi karena adanya
sunnatullah yang ditetapkan-Nya di luar itu semua. Di Mesir, tepatnya di kota
Fayyum sekitar 60 km dari Cairo, dikenal satu tempat yang dinamai Buhairat
Qarun yakni danau Qarun. Konon di sanalah lokasi perumahan Qarun dan di
daerah itu pula ia ditelan bumi.

8
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Pada ayat 79 Surat Al-Qashash dijelaskan bahwa Qarun tidak
menghiraukan nasehat dari kaumnya, kemudian dia keluar dari tempat
tinggalnya dengan penuh kesombongan bersama kendaraan, harta, dan
pelayannya. Pemandangan ini membuat orang-orang yang lemah imannya yang
terbuai oleh keindahan dunia dari akibat buruk yang hadir setelah
menikmatinya. Mereka ingin sekali mendapatkan kenikmatan dunia sehingga
mereka mengganggap Qarun sebagai orang yang mendapat jatah yang banyak
dari kenikmatan itu.
Ayat 80 menggambarkan orang yang memiliki ilmu tentang keadaan
akhirat dan apa yang dijanjikan Allah di dalamnya yaitu para pendeta Bani
Israil berkata: “Celakalah kalian!” (yang dimaksud disini adalah cemoohan dan
cacian, yaitu jangan kalian ucapkan kata yang salah ini.
Ayat 81 mengandung makna bahwa tatkala kondisi kezhaliman dan
kemegahan sudah memuncak bagi Qarun, harta kekayaan pun telah
menghiasinya, dan kesombongan pun telah menguasai dirinya, maka dia
ditimpa azab secara mendadak. “Maka Kami timbun Qarun beserta rumahnya
ke dalam bumi,” sebagai balasan setimpal atas perbuatannya. Oleh karena dia
telah mengangkat dirinya (sombong) di atas hamba-hamba Allah, maka Allah
menurunkannya pada derajat manusia yang paling rendah.
Ayat 82 menjelaskan Kejadian itu menjadikan orang-orang yang
mengharapkan kekayaan Qarun menyesal dan kembali berserah diri kepada
hikmah Allah yang Dia tetapkan, mereka berkata: “Sungguh mengerikan
peristiwa dan kesudahan yang buruk ini, dan sungguh menakjubkan kekuasaan
Allah terhadap makhluk-Nya.

9
DAFTAR PUSTAKA

https://mantrasukabumi.pikiran-rakyat.com/khazanah/pr-205186323/isi-
kandungan-surat-al-qashash-ayat-79-82-tentang-kisah-qarun-bahasa-arab-latin-
dan-artinya?page=2

https://ruangkubelajar.com/download-tafsir-al-misbah/

https://drive.google.com/file/d/1ZG1MwgKH7sGCOwkR-7gn-5PeLaafgpKd/view

10

Anda mungkin juga menyukai