“EMOSIONAL”
Mawaddah (210201104)
Kartini (210201111)
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR
Puji Syukur atas kehadirat Allah Yang Maha Esa, pengasih dan penyayang yang telah
melimpahkan rahmat dan karunianya kepada setiap makhluk yang ada di bumi. Shalawat serta
salam atas junjungan nabi besar Muhammad SAW, sosok teladan bagi sekalian manusia untuk
meraih kesuksesan dunia dan akhirat. Ia-lah sebagai penyampai,pengamal,dan penafsir Al-Quran
pertama.
Dengan rahmat Allah SWT dan karuniannya Makalah dengan berjudul „Pendekatan
Pembelajaran PAI “Emosional” ‟ dapat terselesaikan dalam waktu yang telah ditetapkan.
Penyusunan makalah ini bertujuan menambah wawasan kepada pembaca tentang Pendekatan
Pembelajaran PAI “Emosional”.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan dan penulisan masih melakukan banyak
kesalahan. Oleh karena itu penulis memohon maaf atas kesalahan dan ketaksempurnaan para
pembaca temukan dalam makalah ini. Penulis juga mengharap adanya kritik serta saran dari
pembaca apabila menemukan kesalahan dalam makalah ini. Semoga makalah ini dapat memberi
manfaat dan dapat diterima dengan baik.
1
A. Dalil Naqli
Artinya: “Supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya
kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepada kamu. Dan Allah tidak
menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri.”
ۗ ُّٰللا ت َْط َم ِٕى ُّن ْالقُلُ ْوب ِ الَّ ِذٌْنَ ٰا َمنُ ْوا َوت َْط َم ِٕى ُّن قُلُ ْوبُ ُه ْم بِ ِذ ْك ِر ه
ِ ّٰللا ۗ ا َ ََل بِ ِذ ْك ِر ه
Artinya: “Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram disebabkan karena
zikrullah. Sungguh,hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tentram.
Artinya: “ Sesungguhnya Al-Abrar benar benar berada dalam kenikmatan; mereka diatas dipan
dipan sambil memandang. Engkau dapat mengetahui dari wajah wajah mereka kecemerlangan
nikmat.
B. Tafsiran Ayat
Kami menyampaikan hakikat itu kepada kamu semua supaya kamu jangan berduka cita secara
berlebihan dan melampaui kewajaran sehingga berputus asa terhadap apa yakni hal-hal yang
kamu sukai yang luput dari kamu, dan supaya kamu juga jangan terlalu gembira sehingga
bersikap sombong dan lupa daratan terhadap apa yang diberikan-Nya kepada kamu. Karena
sesungguhnya Allah SWT tidak menyukai setiap orang yang berputus asa akibat kegagalan dan
2
Allah tidak menyukai juga setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri dengan sukses
yang diperolehnya.1
Orang-orang yang mendapat petunjuk Ilahi dan kembali menerima tuntunan-Nya sebagaimana
disebut pada ayat yang lalu itu, adalah orang- orang yang beriman dan hati mereka menjadi
tentram setelah sebelumnya bimbang dan ragu. Ketenteraman itu yang bersemi di dada mereka
disebabkan karena dzikrullah, yakni mengingat Allah, atau karena ayat-ayat Allah, yakni al-
Qur'an yang sangat mempesona kandungan dan redaksinya. Sungguh! Camkanlah bahwa hanya
dengan mengingat Allah, hati menjadi tenteram. Orang- orang yang beriman dan beramal saleh,
seperti yang keadaannya seperti itu, yang tidak akan meminta bukti-bukti tambahan dan bagi
mereka itulah kehidupan yang penuh dengan kebahagiaan di dunia dan di akhirat dan bagi
mereka juga tempat kembali yang baik yaitu surga.2
Allah berfirman: Sesungguhnya al-Abrar itu benar-benar berada dalam kenikmatan yang besar di
surga; mereka duduk dengan santai di atas dipan-dipan Yang diselubungi oleh selubung halus
bagaikan kelambu sambil memandang aneka pemandangan indah ke arah manapun mereka
hendak memandang. Engkan-siapa pun engkau yang sempat melihat mereka dapat mengetahui
dari wajah-wajah mereka kecemerlangan nikmat pertanda kesenangan dan kebahagiaan hidup
mereka. Kata na'm biasa digunakan oleh al-Qur'an untuk kenikmatan ukbrawi, Kata tersebut
menunjuk ke surga serta pengampuan Allah swt lebih jelas jauh ditafsirkan dalam QS. at-
Takatsur 102: 8. Atas dasar itu keberadaan al-Abrar dalam na im dipahami dalam arti keberadaan
mereka di surga disertai dengan pengampuan Ilahi, dan kecemerlangan wajah mereka itu adalah
akibat dari keberadaan mereka di sana dalam keadaan bebas dari dosa yang mengeruhkan
wajah.3
1
M. Quraish Shihab Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an Jakarta: Lentera hati, 2002 Vol 14,
Hal 43
2
M. Quraish Shihab Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an Jakarta: Lentera hati, 2002 Vol 6,
Hal 599
3
M. Quraish Shihab Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an Jakarta: Lentera hati, 2002 Vol 15,
Hal 121
3
C. Hadits
ُ ّٰللاُ َع ْنه
َّ ً ِ ب َع ْن أَبًِ ه َُرٌ َْرة َ َر
َ ض َ س ِعٌ ِد ب ِْن ْال ُم
ِ ٌَّس ٍ ف أ َ ْخبَ َرنَا َما ِلك َع ْن اب ِْن ِش َها
َ ب َع ْن ِ َّ َح َّدثَنَا َع ْب ُد
ُ ّٰللا ْبنُ ٌُو
َ س
ب َ َسهُ ِع ْن َد ْالغ
ِ ض َ شدٌِ ُد الَّذِي ٌَ ْم ِلكُ نَ ْف
َّ ص َر َع ِة ِإنَّ َما ال َ ٌَسلَّ َم قَا َل ل
َّ ْس ال
ُّ شدٌِ ُد ِبال َّ صلَّى
َ ّٰللاُ َعلَ ٌْ ِه َو ُ أ َ َّن َر
ِ َّ سو َل
َ ّٰللا
Telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Yusuf telah mengabarkan kepada kami Malik
dari Ibnu Syihab dari Sa'id bin Musayyib dari Abu Hurairah radliallahu 'anhu bahwa Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Tidaklah orang yang kuat adalah orang yang pandai
bergulat, tapi orang yang kuat adalah orang yang dapat menahan nafsunya ketika ia marah." (HR
Shahih Bukhari).
4
ANALISIS
Pendekatan emosional ialah usaha untuk menggugah perasaan dan emosi peserta didik dalam
menerima materi serta dapat merasakan mana yang baik dan mana yang buruk. Emosi adalah
gejala kejiwaan yang ada dalam diri seseorang. Emosi berhubungan dengan masalah
perasaan. Seseorang yang mempunyai perasaan pasti dapat merasakan sesuatu, baik perasaan
jasmaniah maupun perasaan rohaniah. Di dalam perasaan rohaniah tercakup perasaan
intelektual, perasaan sosial, dan perasaan harga diri.
2) Siswa dapat merasakan mana yang baik dan mana yang buruk
5
Emosi mempunyai peranan yang penting dalam pembentukan kepribadian seseorang itulah
sebab pendekatan emosional yang berdasarkan emosi atau perasaan yang dijadikan sebagai
salah satu pendekatan dalam pendidikan dan pengajaran, terutama untuk pendidikan agama
islam, pendekatan emosional dimaksudkan disini adalah suatu usaha untuk menggugah
perasaan dan emosi siswa dalam meyakini, memahami, dan menghayati ajaran agamanya.
Dengan pendekatan ini diusahakan selalu mengembangkan perasaan keagamaan siswa agar
bertambah kuat keyakinannya akan kebesaran Allah SWT dan kebenaran agamanya.4
2. Definisi Emosi
Menurut pandangan Prezz Emosi merupakan respons tubuh dalam menyikapi kondisi tertentu
yang berkaitan dengan kognisi seseorang dalam menilai kondisi tersebut sebagai hasil
persepsi terhadap situasi yang dialami. Sejalan dengan Prezz Goleman mengatakan bahwa
emosi merupakan keadaan biologis dan psikologis yang bersumber dari kognisi dalam
menilai situasi yang spesifik dan cenderung untuk melakukan sebuah tindakan.5
Emosi yang terdapat dalam diri manusia bersifat dinamis dan fluktuatif, ia akan terlihat pada
saat individu mengalami suatu peristiwa atau pengalaman yang sedang dialami, baik
pengalaman atas interaksi dengan diri sendiri (interpersonal) ataupun interaksi dengan orang
lain (intrapersonal). Dalam hubungan intrapersonal, seringkali terjadi proses sosial yang tidak
sesuai dengan harapan dan keinginan individu. Harapan yang tidak sesuai dengan kenyataan
tersebut berpotensi memunculkan perasaan dan emosi tertentu, seperti emosi kecewa atau
bahkan emosi marah.6
4
Kathyra geldard, konseling anak-anak panduan praktis, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011), hal. 203.
5
Daniel Goleman, Emotional Intelligence, New York: Bantam Book, 2005, hal. 411
6
Sarlito Sarwono, Psikologi Sosial: Psikologi Kelompok dan Psikologi Terapan, Jakarta: Balai Pustaka, 2002, hal.
88
6
3. Macam-macam Emosi
1) Emosi Senang Atau Bahagia Emosi senang atau bahagia umumnya didefinisikan sebagai
segala sesuatu yang membuat kebahagiaan dalam hidup.7
Dalam bahasa Arab Bahagia atau senang dikenal dengan istilah Basyira atau fariha. Kata
fariha ini didefnisikan oleh Baghawi sebagai berikut: لذة في القلب بنيل المشتهى: والفرحSecara
sederhana dapat didefinisikan bahwa kegembiraan adalah keadaan hati saat merasakan
kenikmatan atau kepuasan setelah memperoleh apa yang dinginkan. Namun perlu digaris
bawahi bahwa kesenangan tidak selalu bermakna positif karena senang atau bahagia yang
berlebihan juga dilarang. Ukuranya adalah ketika suatu emosi bahagia yang dirasakan itu
telah menjadikan diri lupa kepada Allah SWT.8
2) Emosi Sedih : Kesedihan merupakan suatu emosi yang dapat menyebabkan pemberhentian
sebuah gerakan atau suatu perjalanan kepada cita-cita yang sedang menjadi tujuan, karena
kesedihan tidak ada sama sekali kemaslahatanya bagi hati.9
Aidh al-Qarni, dalam bukunya La Tahzan mengatakan Bersedih Tak Diajarkan Syariat dan
Tak Bermanfaat. Bersedih itu hanya akan memadamkan kobaran api semangat, meredakan
tekad, dan membekukan jiwa. Dan kesedihan itu ibarat penyakit demam yang membuat
tubuh menjadi lemas tak berdaya. Mengapa demikian, tak lain karena kesedihan hanya
memiliki daya yang menghentikan dan bukan menggerakkan. Dan itu artinya sama sekali
tidak bermanfaat bagi hati. Bahkan, kesedihan merupakan satu hal yang paling disenangi
setan. Maka dari itu, setan selalu berupaya agar seorang hamba bersedih untuk menghentikan
setiap langkah dan niat baiknya10
3) Emosi Marah : marah merupakan emosi yang sangat sukar bagi setiap orang, baik dalam
hal menerima ataupun untuk mengungkapkannya. Rasa marah menunjukkan bahwa suasana
7
Hude, M. Darwis, Emosi Penjelajahan Religio-psikologis Tentang Emosi Manusia di dalam Al-Qur’an, Jakarta:
Erlangga, 2006. Hal 137
8
Hude, M. Darwis, Emosi Penjelajahan Religio-psikologis Tentang Emosi Manusia di dalam Al-Qur’an, Jakarta:
Erlangga, 2006. Hal 161
9
Ansori Al-Mansur, Jalan Kebahagian Yang Di Ridhai, (Jakarta: Grafinda Persada, 1997), hal 219.
10
Aidh al-Qarni, La Tahzan, diterjemahkan oleh Samson Rahman, (Jakarta: Qisthi Press, 2004), Cet. 15, hal. 48
7
perasaan tersinggung oleh seseorang atau sesuatu sudah tidak baik. Contohnya adalah saat
seorang anak yang keinginannya tidak dipenuhi oleh orang tuanya akan tersulut emosi
marah. Kemarahanya terlihat dengan perbuatanya atau sikapnya seperti menangis, berteriak,
menendang, dan bergulung-gulung dilantai.11
4) Emosi Takut : rasa takut memiliki segi negatif, yaitu bersifat menggelorakan dan
menimbulkan perasaan-perasaan dan gejala tubuh yang menegangkan, juga ada segi
positifnya reaksi yang timbul di dalam individu, lalu menggerakkan individu untuk
melindungi diri terhadap rangsangan atau bahaya dari luar, menjauhkan diri dari mala bahaya
yang dapat menjadikan diri terluka.12
11
Tiantoro Safaria, Nofrans Eka Saputra, Manajemen Emosi, PT Bumi Aksara, Jakarta. 2009, hal. 5
12
Sobur, Alex, psikologi umum dalam lintasan sejarah, Bandung: Cv Pustaka Setia, 2003. Hal. 410
8
Kesimpulan
Saran