Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

Konsep Al-Quran tentang Puasa

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Tafsir

Dosen pengampu : Dr. Muhammad Aji Nugroho, LC.,M.Pd

Disusun oleh:

Ahmat Najib (53050220039)

Diah Mustika Sari (53050220047)

PROGRAM STUDI AKIDAH DAN FILSAFAT ISLAM FAKULTAS


USHULUDDIN ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS NEGERI ISLAM
SALATIGA
PENDAHULUAN
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan hidayahnya sehingga
kami mampu menyelesaikan makalah ini dalam rangka memenuhi tugas makalah yang
berjudul Konsep Al-quran tentang Puasa.
Dan makalah ini kami buat agar dapat menjawab rasa penasaran kita tentang konsep
puasa dalam Al-quran. Mulai dari keutamaan,manfaat dan lain-lain. Semoga dengan
adanya makalah ini dapat bermanfaat untuk kita semua agar bisa menjawab kesulitan atau
ketidaktahuan kita tentang konsep Al-quran dalam puasa, seperti apa saja puasa dalam
islam,siapakah orang yang boleh meninggalkan puasa dan bagaimana cara kita mengganti
puasa apabila kita meninggalkan atau tidak mengerjakannya.
Kami mengucapkan banyak terimakasih kepada berbagai pihak yang telah membantu
dalam menyelesaikan makalah ini, kami sadar dalam makalah kami ini masih banyak
kekurangan. Maka dari itu kami mengharapkan adanya kritik dan saran dari pembaca,
agar pembuatan makalah selanjutnya dapat lebih baik lagi.
A. PEMBAHASAN
1.Al-Baqarah(2) 183

‫ِب َع َلى الَّ ِذي َْن ِمنْ َق ْبلِ ُك ْم َل َعلَّ ُك ْم‬


َ ‫ص َيا ُم َك َما ُكت‬ َ ‫ٰ ٓيا َ ُّي َها الَّ ِذي َْن ٰا َم ُن ْوا ُكت‬
ِّ ‫ِب َع َل ْي ُك ُم ال‬
‫َت َّتقُ ْو ۙ َن‬

Artinya : “Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana
diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa."

Penjelasan dalam tafsir Al-Misbah pada ayat di atas yaitu : ayat puasa di mulai dengan ajakan
kepada setiap orang yang memiliki iman walau seberat apapun, ia dimulai dengan satu
pengantar yang mengundang setiap mukmin untuk sadar akan perlunya melaksanakan ajakan
itu. Ia dimulai dengan panggilan mesra, wahai orang-orang yang beriman.
Kemudian di lanjutkan dengan menjelaskan kewajiban puasa tanpa menunjuk siapa yang
mewajibkannya, Diwajibkan atas kamu. Redaksi ini tidak menunjuk siapa pelaku yang
mewajibkan. Agaknya untuk mengisyaratkan bahwa apa yang akan diwajibkan ini sedemikian
penting dan bermanfaat bagi setiap orang bahkan kelompok, sehingga seandainnya bukan Allah
yang mewajibkannya, niscaya manusia sendiri yang akan mewajibkannya atas dirinya sendiri.
Yang diwajibkan adalah (arab) shiyam,yakni menahan diri.
Menahan diri dibutuhkan oleh setiap orang. Orang modern masa kini maupun orang yang
hidup di masa lalu, bahkan perorangan atau kelompok. Jadi ayat ini menjelaskan bahwa
kewajiban yang dibebankan itu adalah sebagaimana telah diwajibkan pula atas ummat sebelum
kamu. Kewajiban puasa bukan hanya khusus pada masa ayat ini turun, tetapi juga pada ummat-
ummat terdahulu.

2. Al-Baqarah (2) ayat 184

ٗ‫ت فَ َم ْن َكانَ ِم ْن ُك ْم َّم ِر ْيضًا اَوْ ع َٰلى َسفَ ٍر فَ ِع َّدةٌ ِّم ْن اَي ٍَّام اُ َخ َر ۗ َو َعلَى الَّ ِذ ْينَ يُ ِط ْيقُوْ نَه‬ ٍ ۗ ‫اَيَّا ًما َّم ْع ُدوْ ٰد‬
َ‫فِ ْديَةٌ طَ َعا ُم ِم ْس ِك ْي ۗ ٍن فَ َم ْن تَطَ َّو َع خَ ْيرًا فَه َُو خَ ْي ٌر لَّهٗ ۗ َواَ ْن تَصُوْ ُموْ ا َخ ْي ٌر لَّ ُك ْم اِ ْن ُك ْنتُ ْم تَ ْعلَ ُموْ ن‬

1
Tafsir Al-Misbah,Lentera Hati,hal 375
Artinya : (Yaitu) beberapa hari tertentu. Maka barangsiapa di antara kamu sakit atau
dalam perjalanan (lalu tidak berpuasa), maka (wajib mengganti) sebanyak hari (yang dia
tidak berpuasa itu) pada hari-hari yang lain.
Penjelasan dalam tafsir Al-Misbah pada ayat di atas yaitu kewajiban puasa di
maksudkan agar kamu bertakwa,yakni terhindar dari segala macam sanksi dan dampak
buruk, baik duniawi maupun ukhrawi. Jangan diduga, kewajiban yang akan dibebankan
kepada kamu ini sepanjang tahun. Tidak! Ia hanya beberapa hari tertentu, itu pun masih
harus melihat kondisi kesehatan dan keadaan kalian, karena itu barangsiapa diantara kamu
sakit yang memberatkan baginya puasa, atau menduga kesehatannya akan terlambat pulih
bila berpuasa atau ia benar dalam perjalanan (kata “benar-benar” dipahami dari kata (arab)
‘ala dalam redaksi (arab) ‘ala safarin, jadi bukan perjalanan biasa yang mudah dahulu
perjalanan itu dinilai sejauh sekitar 90km) sehingga ia berbuka, maka wajiblah baginya
berpuasa pada hari-hari lain, baik berturut-turut maupun tidak, sebanyak hari yang
ditinggalkan itu.

3. Al-Baqarah(2) ayat 185

‫ُأ‬
‫ان ۚ َف َمنْ َش ِه َد‬ ِ ‫ت م َِن ْال ُهد َٰى َو ْالفُرْ َق‬ ِ ‫ان الَّذِي ْن ِز َل فِي ِه ْالقُرْ آنُ ُه ًدى لِل َّن‬
ٍ ‫اس َو َب ِّي َنا‬ َ ‫َش ْه ُر َر َم‬
َ ‫ض‬
‫َّام ُأ َخ َر ۗ ي ُِري ُد هَّللا ُ ِب ُك ُم ْاليُسْ َر‬ ‫َأ‬ ‫َأ‬
ٍ ‫ان َم ِريضًا ْو َع َل ٰى َس َف ٍر َف ِع َّدةٌ ِمنْ ي‬ َ ‫ِم ْن ُك ُم ال َّشه َْر َف ْل َيصُمْ ُه ۖ َو َمنْ َك‬
‫َواَل ي ُِري ُد ِب ُك ُم ْالعُسْ َر َولِ ُت ْك ِملُوا ْال ِع َّد َة َولِ ُت َك ِّبرُوا هَّللا َ َع َل ٰى َما َهدَا ُك ْم َو َل َعلَّ ُك ْم‬

Artinya : (Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di
dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-
penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Karena
itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka
hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia
berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada
hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki
kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu
mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.
Penjelasannya: dalam tafsir Al-Misbah pada ayat 185 dalam surah Al-Baqarah adalah
beberapa hari yang ditentukan yang dimaksud dalam ayat di atas yakni, dua puluh sembilan
atau tiga puluh hari saja selama bulan Ramadhan. Bulan tersebut dipilih karena ia adalah
bulan yang mulia, bulan yang didalamnya diturunkan permulaan Al-Quran sebagai petunjuk
bagi manusia dan pembeda yang jelas antara hak dan yang batil.

4. Surah Al-Baqarah(2) ayat 186

‫اع ِإ َذا َدعَا ِن ۖ فَ ْليَ ْستَ ِجيبُوا لِي َو ْليُْؤ ِمنُوا بِي‬ ‫ُأ‬ َ َ‫َوِإ َذا َسَأل‬
ِ ‫ك ِعبَا ِدي َعنِّي فَِإنِّي قَ ِريبٌ ۖ ِجيبُ َد ْع َوةَ ال َّد‬
َ‫لَ َعلَّهُ ْم يَرْ ُش ُدون‬

Artinya :"Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Aku,


maka (jawablah), sesungguhnya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang
yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi
(segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada
dalam kebenaran."

Penjelasan dalam tafsir Al-Misbah : Kata ‘ibad biasa digunakan al-Quran untuk menunjuk
kepada hamba-hamba Allah yang taat kepada-Nya ataupun kalua mereka penuh dosa tetapi
sadar akan dosanya serta mengharap pengampunan dan rahmat-Nya. Kata ini berbeda
dengan kata (abid) ‘abid yang juga merupakan bentuk jamak dari ‘abd. Bentuk jamak ini
menunjuk kepada hamba-hamba Allah yang bergelimang dosa. Pemilihan bentuk kata ibad
serta penasbitanya kepada Allah ( hamba-hamba-Ku) mengandung isyarat bahwa yang
bertanya dan bermohon adalah hamba-hamba-Nya yang taat lagi menyadari kesalahannya
itu.

Selanjutnya untuk kata kunci pada ayat diatas yaitu (arab) hendaklah mereka
memenuhi (segala perintah)-Ku, mengisyaratkan bahwa yang pertama dan utama dituntut
dari setiap yang berdoa adalah memenuhi segala perintah-Nya. Dan juga ayat di atas
memerintahkan agar percaya kepada-Nya (walayukminu). Ini bukan hanya arti mengakui
keesaan-Nya, tetapi juga percaya bahwa dia akan memilih yang terbaik untuk si pemohon.
5. Surah Al-Baqarah (2) ayat 187 :

‫ث ِإلَ ٰى نِ َسٓاِئ ُك ْم ۚ هُ َّن لِبَاسٌ لَّ ُك ْم َوَأنتُ ْم لِبَاسٌ لَّه َُّن ۗ َعلِ َم ٱهَّلل ُ َأنَّ ُك ْم ُكنتُ ْم‬
ُ َ‫صيَ ِام ٱل َّرف‬ ِّ ‫ُأ ِح َّل لَ ُك ْم لَ ْيلَةَ ٱل‬
۟ ُ‫َب ٱهَّلل ُ لَ ُك ْم ۚ َو ُكل‬
‫وا‬ َ ‫وا َما َكت‬ ۟ ‫َاب َعلَ ْي ُك ْم َو َعفَا عَن ُك ْم ۖ فَ ْٱلَٰٔـنَ ٰبَ ِشرُوهُ َّن َوٱ ْبتَ ُغ‬َ ‫ت َْختَانُونَ َأنفُ َس ُك ْم فَت‬
‫صيَا َم ِإلَى‬ ِّ ‫وا ٱل‬ ۟ ‫ُوا َحتَّ ٰى يَتَبَيَّنَ لَ ُك ُم ْٱلخَ ْيطُ ٱَأْل ْبيَضُ ِمنَ ْٱلخَ ي ِْط ٱَأْل ْس َو ِد ِمنَ ْٱلفَجْ ر ۖ ثُ َّم َأتِ ُّم‬ ۟ ‫َوٱ ْش َرب‬
ِ
َ ِ‫ٱلَّ ْي ِل ۚ َواَل تُ ٰبَ ِشرُوهُ َّن َوَأنتُ ْم ٰ َع ِكفُونَ فِى ْٱل َم ٰ َس ِج ِد ۗ تِ ْلكَ ُح ُدو ُد ٱهَّلل ِ فَاَل تَ ْق َربُوهَا ۗ َك ٰ َذل‬
ُ ‫ك يُبَي ُِّن ٱهَّلل‬
َ‫اس لَ َعلَّهُ ْم يَتَّقُون‬
ِ َّ‫َءا ٰيَتِ ِهۦ لِلن‬

Artinya: Dihalalkan bagi kamu pada malam hari bulan puasa bercampur dengan isteri-isteri
kamu; mereka adalah pakaian bagimu, dan kamupun adalah pakaian bagi mereka. Allah
mengetahui bahwasanya kamu tidak dapat menahan nafsumu, karena itu Allah
mengampuni kamu dan memberi maaf kepadamu. Maka sekarang campurilah mereka dan
ikutilah apa yang telah ditetapkan Allah untukmu, dan makan minumlah hingga terang
bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa itu
sampai (datang) malam, (tetapi) janganlah kamu campuri mereka itu, sedang kamu
beri'tikaf dalam mesjid. Itulah larangan Allah, maka janganlah kamu mendekatinya.
Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada manusia, supaya mereka bertakwa.

Penjelasan dalam tafsir Al-Misbah yaitu : izin bercampur dengan isteri yang ditegaskan
dalam ayat ini menunjukkan bahwa puasa tidak harus menjadikan seseorang terlepas
sepenuhnya dari unsur-unsur jasmaniahnya. Jadi pada saat malam hari silahkan lakukan
hubungan seks serta carilah, yakni lakukanlah itu, dengan memperhatikan apa yang telah
ditetapkan oleh Allah untuk kamu yang menyangkut hukum dan anjuran yang berkaitan,
dengan apa yang diizinkan, baik yang berkaitan dengan hubungan seks maupun makan dan
minum.

Kesimpulan :

Pada surah al-baqarah ayat 183-187 dapat diambil kesimpulan yaitu ;

Yang pertama pada ayat 183 puasa adalah wajib bagi semua ummat islam bahkan ummat-
ummat terdahulu. Kemudian dari ayat 184 dijelaskan bahwa kamu boleh meninggslkan
puasa tetapi karna hal-hal tertentu misalnya sakit yang tidak memungkinkan kita untuk
puasa atau dalam perjalan yang jauh. Namun kita wajib menggantinya dengan fidyah
(memberi makan seorang miskin).

Selanjutnya pada ayat 185-186 dijelaskan bahwasannya dalam puasa Ramadhan bila kita
meninggalkannya maka kita harus menggantinya sesuai dengan berapa hari yang kita
tinggalkan dan apabila kita berdoa atau meminta kepada Allah kita harus percaya dan
memenuhi segala perintahnya. Dan yang terakhir kesimpulan pada ayat 187 adalah kita
boleh berhubungan dengan istri dan makan atau minum di malam hari bulan puasa sesuai
dengan ketentuan Allah dan kita disuruh untuk menyempurnakan puasa dari fajar atau
terbit matahari sampai

Daftar Pustaka

M.Quraish Shihab,2000,Tafsir Al-Misbah,ciputat,Lentera Hati,

Anda mungkin juga menyukai