Anda di halaman 1dari 6

Penjelasan tentang Penghuni Surga (Ayat 55 – 58)

ِ ‫) هُ ْم َوَأ ْز َوا ُجهُ ْم فِي ِظال ٍل َعلَى األ َراِئ‬٥٥( َ‫اب ْال َجنَّ ِة ْاليَوْ َم فِي ُش ُغ ٍل فَا ِكهُون‬
‫) لَهُ ْم فِيهَا فَا ِكهَةٌ َولَهُ ْم َما‬٥٦( َ‫ك ُمتَّ ِكُئون‬ َ ‫ِإ َّن َأصْ َح‬
‫) َسال ٌم قَوْ ال ِم ْن َربٍّ َر ِح ٍيم‬٥٧( َ‫يَ َّد ُعون‬

Sesungguhnya penghuni surga pada hari itu bersenang-senang dalam kesibukan


(mereka). Mereka dan isteri-isteri mereka berada dalam tempat yang teduh,
bertelekan di atas dipan-dipan. Di surga itu mereka memperoleh buah-buahan dan
memperoleh apa yang mereka minta. (Kepada mereka dikatakan): “Salam”,
sebagai ucapan selamat dari Tuhan yang Maha Penyayang.

 Tafsir[1]

Orang-orang yang berbuat baik yaitu mereka yang beriman dan beramal saleh berada di
taman-taman surga pada hari kiamat, sibuk dengan beragam kenikmatan yang mereka
rasakan dan merenungkan siksa yang menimpa penduduk neraka. “Bersenang-
senang,” (QS. Yaasiin: 55) mereka senang dan gembira.

Bersenang-senang tidak sebatas pada diri mereka semata, tapi bersama-sama para istri
di surga di bawah naungan yang luas terbentang, bersandar di atas dipan; bantal, kasur
dan permadani lembut. (‫ك‬ ِ ‫)األراِئ‬ Araa’ik adalah
َ kasur yang bertilam permadani. Mereka
disuguhi beragam buah-buahan dan apa pun yang mereka inginkan. Allah Ta’ala, Rabb
Yang Maha Penyayang memberi ucapan penghormatan salam, yaitu aman dari semua
yang tidak disuka. Allah Ta’ala berfirman kepada mereka, “Sejahteralah kalian, wahai
penghuni surga.”

 
Pelajaran dari ayat 55 – 58

Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin[2] dalam tafsirnya menjelaskan pelajaran


dari ayat-ayat ini:

1. Sesungguhnya manusia pada hari kiamat terbagi menjadi dua golongan; orang-
orang yang menjadi penghuni surga, dan orang-orang yang menjadi penghuni
neraka.
2. Firman Allah, “Bersenang-senang”, menunjukkan tentang kesempurnaan
kenikmatan surga. Karena setiap sesuatu yang sempurna kenikmatannya, maka
akan sempurna pula kesenangan terhadap kenikmatan yang dirasakan oleh
seseorang.
3. Sesungguhnya para penghuni surga memiliki istri-istri. Allah Ta’ala mensifati
istri-istri mereka dengan sifat-sifat yang beragam, seperti dijelaskan Allah dalam
ayat lain:

“Di dalam surga itu ada bidadari-bidadari yang sopan menundukkan


pandangannya, tidak pernah disentuh oleh manusia sebelum mereka (penghuni-
penghuni surga yang menjadi suami mereka), dan tidak pula oleh jin.” (QS. Ar-
Rahman: 56)

“Di dalam surga itu ada bidadari-bidadari yang baik- baik lagi cantik-cantik.” (QS.
Ar-Rahman: 70)

4. Kesempurnaan kebahagiaan para penghuni surga. Firman-Nya, “Bertelekan di


atas dipan-dipan.” Karena sesungguhnya orang yang bertelekan biasanya dalam
kondisi santai dan tenteram. Setiap kali seseorang merasa tenteram, maka akan
bertambah ketenangannya. Tidak diragukan bahwa bertelekan di atas dipan-
dipan adalah bukti akan ketenangan pikiran dan ketiadaan kesibukan.
5. Terdapat isyarat bahwa para penghuni surga sampai pada kedudukan itu dengan
rahmat Allah. Firman-Nya, “sebagai ucapan selamat dari Tuhan yang Maha
Penyayang.” Hal ini sebagaimana diisyaratkan oleh Rasulullah saw., bahwa
tidak akan ada seorangpun yang masuk surga karena amalannya, melainkan
karena rahmat Allah Ta’ala.
Penjelasan tentang Penghuni Neraka

a.   Pemisahan Orang-orang Mukmin dari Orang-orang Kafir (Jahat) di Hari


Kiamat (Ayat 59 – 62)

 ‫) َوَأ ِن ا ْعبُدُونِي هَ َذا‬٦٠( ‫ين‬


ٌ ِ‫) َألَ ْم َأ ْعهَ ْد ِإلَ ْي ُك ْم يَا بَنِي آ َد َم َأ ْن ال تَ ْعبُدُوا ال َّش ْيطَانَ ِإنَّهُ لَ ُك ْم َع ُد ٌّو ُمب‬٥٩( َ‫َوا ْمتَا ُزوا ْاليَوْ َم َأيُّهَا ْال ُمجْ ِر ُمون‬
َ‫ض َّل ِم ْن ُك ْم ِجبِال َكثِيرًا َأفَلَ ْم تَ ُكونُوا تَ ْعقِلُون‬
َ ‫) َولَقَ ْد َأ‬٦١( ‫ص َراطٌ ُم ْستَقِي ٌم‬ ِ

Dan (dikatakan kepada orang-orang kafir): “Berpisahlah kamu (dari orang-orang


mukmin) pada hari ini, hai orang-orang yang berbuat jahat. Bukankah aku telah
memerintahkan kepadamu Hai Bani Adam supaya kamu tidak menyembah syaitan?
Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi kamu,” dan hendaklah
kamu menyembah-Ku. Inilah jalan yang lurus. Sesungguhnya syaitan itu telah
menyesatkan sebahagian besar diantaramu, maka Apakah kamu tidak memikirkan?

Tafsir[3]

Sementara itu orang-orang yang berbuat keburukan, mereka adalah orang-orang celaka
penghuni neraka. Dikatakan kepada mereka, “Tetaplah berada di tempat kalian dan
berpisahlah dari orang-orang mukmin, wahai para pelaku dosa.” Ini berbanding terbalik
dengan firman Allah Ta’ala untuk penghuni surga: “Salam.” Ucapan itu sebagai celaan
bagi mereka atas perintah yang mereka tantang. Sebagai akibatnya, mereka dibedakan
seperti yang dituturkan Al-Qur’an, bukankah Kami telah memerintah kalian melalui
para rasul wahai manusia, jangan turuti bisikan syaitan untuk melakukan kemaksiatan
dan pembangkangan, sebab syaitan adalah musuh nyata bagi kalian sejak masa ayah
kalian, Adam a.s.

Aku perintahkan kalian untuk menyembah dan taat pada-Ku semata dalam perintah
dan larangan. Inilah jalan yang lurus, agama Islam. Syaitan menyesatkan banyak sekali
manusia, memperindah perbuatan-perbuatan buruk mereka, menghadang mereka
untuk taat dan mengesakan Allah Ta’ala. Apa kalian tidak tahu syaitan memusuhi
kalian?

Pelajaran dari ayat 59 – 62

Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin[4] dalam tafsirnya menjelaskan pelajaran


dari ayat-ayat ini:

1. Sesungguhnya orang-orang yang jahat akan dihinakan pada hari kiamat, mereka
akan dipisahkan dari kalangan-kalangan orang mukmin dengan lafaz
pengusiran, “Berpisahlah kamu (dari orang-orang mukmin) pada hari
ini,” yakni menyendirilah dan menjauhlah kalian.
2. Sesungguhnya Allah Ta’ala akan memisahkan antara orang-orang yang jahat
dengan orang-orang yang baik pada hari Kiamat, sebagaimana Allah
memisahkan di antara mereka ketika di dunia.
3. Sesungguhnya mentaati syaitan untuk bermaksiat kepada Allah dan mentaati
syaitan hanya terjadi pada kemaksiatan terhadap Allah adalah salah satu bentuk
penyembahan. Karena ketaatan mengandung bentuk ketundukan, dan
penyembahan adalah ketundukan. Maka, barangsiapa yang mentaati syaitan
dalam kemaksiatan terhadap Allah, maka dia telah menyembahnya.
4. Sesungguhnya jalan yang lurus itu adalah tauhid. Jalan itu terkadang lurus dan
terkadang bengkok, seperti yang Allah firmankan, “Dan bahwa (yang Kami
perintahkan ini) adalah jalanKu yang lurus, maka ikutilah dia, dan janganlah
kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai
beraikan kamu dari jalanNya.” (QS. Al-An’aam: 153). Jadi, masing-masing
orang memiliki jalannya sendiri-sendiri. Jika ia berada di atas syariat Allah,
maka dia lurus. Namun jika dia berada di atas yang lain, maka dia menyimpang.
5. Berita tentang permusuhan syaitan kepada anak Adam, dimana dia telah
menyesatkan banyak orang dari mereka. Dan, ancaman terhadap syaitan dan
kesesatannya, karena dia tidak mungkin berusaha untuk memberi petunjuk
kepada anak Adam melainkan dia berusaha untuk menyesatkan mereka.

 b.   Akibat atau Balasan bagi Orang-orang yang Ingkar (Ayat 63 – 68)

 ‫) ْاليَوْ َم ن َْختِ ُم َعلَى َأ ْف َوا ِه ِه ْم َوتُ َكلِّ ُمنَا َأ ْي ِدي ِه ْم َوتَ ْشهَ ُد َأرْ ُجلُهُ ْم‬٦٤( َ‫) اصْ لَوْ هَا ْاليَوْ َم بِ َما ُك ْنتُ ْم تَ ْكفُرُون‬٦٣( َ‫هَ ِذ ِه َجهَنَّ ُم الَّتِي ُك ْنتُ ْم تُو َع ُدون‬
‫) َولَوْ نَ َشا ُء لَ َم َس ْخنَاهُ ْم َعلَى َم َكانَتِ ِه ْم‬٦٦( َ‫صرُون‬ ِ ‫ص َراطَ فََأنَّى يُ ْب‬ِّ ‫) َولَوْ نَ َشا ُء لَطَ َم ْسنَا َعلَى َأ ْعيُنِ ِه ْم فَا ْستَبَقُوا ال‬٦٥( َ‫بِ َما َكانُوا يَ ْك ِسبُون‬
)٦٨( َ‫ق َأفَال يَ ْعقِلُون‬ ْ ‫) َو َم ْن نُ َع ِّمرْ هُ نُنَ ِّك ْسهُ فِي ْال‬٦٧( َ‫ضيًّا َوال يَرْ ِجعُون‬
ِ ‫خَل‬ ِ ‫فَ َما ا ْستَطَاعُوا ُم‬

Inilah Jahannam yang dahulu kamu diancam (dengannya). Masuklah ke dalamnya


pada hari ini disebabkan kamu dahulu mengingkarinya. Pada hari ini Kami tutup
mulut mereka; dan berkatalah kepada Kami tangan mereka dan memberi
kesaksianlah kaki mereka terhadap apa yang dahulu mereka usahakan. Dan jikalau
Kami menghendaki pastilah Kami hapuskan penglihatan mata mereka; lalu mereka
berlomba-lomba (mencari) jalan, maka betapakah mereka dapat melihat(nya). Dan
jikalau Kami menghendaki pastilah Kami ubah mereka di tempat mereka berada;
Maka mereka tidak sanggup berjalan lagi dan tidak (pula) sanggup kembali. Dan
barangsiapa yang Kami panjangkan umurnya niscaya Kami kembalikan dia kepada
kejadian(nya). Maka apakah mereka tidak memikirkan?

Tafsir[5]

Dikatakan pula kepada mereka dengan nada celaan dan hinaan, “Inilah neraka yang
diancamkan kepada kalian saat di dunia dan telah Aku peringatkan kepada kalian
melalui lisan para rasul lalu kalian dustakan. Masuklah dan rasakan panasnya saat ini
karena kalian ingkar kepada Allah Ta’ala di dunia dan mendustakan neraka. Ini
perintah yang menghinakan. Mereka dihadapkan ke neraka karena dosa-dosa yang
mereka perbuat.
Di hari yang mencekam ini, Allah Ta’ala mengunci mulut hingga mereka tidak bisa
bicara, tangan dan kaki mereka berbicara sebagai saksi atas dosa-dosa yang dilakukan
di dunia. Tangan dan kaki berbicara karena sebagian besar perbuatan dosa dilakukan
tangan dan kaki.

Kuasa Allah Ta’ala sangat besar, andai berkehendak niscaya akan melenyapkan
pandangan dan membutakan mereka hingga tidak bisa melihat jalan petunjuk, tidak
mengetahui jalan keselamatan. Bagaimana bisa melihat sementara penglihatan mereka
lenyap? Artinya, andai Rabbmu berkehendak niscaya akan membutakan mata orang-
orang kafir hingga tidak bisa menempuh jalan yang jelas dan mereka ketahui. Saat itu
bagaimana mereka bisa melihat?

Andai berkehendak niscaya Allah Ta’ala akan merubah wujud mereka menjadi wujud
lain yang lebih buruk seperti kera dan babi, mereka mendekam di tempat-tempat
tindakan buruk sehingga tidak mampu maju ataupun mundur. Kondisi mereka tidak
berubah, tidak maju dan tidak mundur.

Manusia yang panjang umurnya akan rnengalami perubahan kondisi berdasarkan kuasa
Allah Ta’ala. Hanya Allah Ta’ala yang melakukan hal itu. Allah mengembaiikan pada
kondisi lemah setelah sebelumnya kuat, lunglai setelah sebelumnya aktif, dungu setelah
sebelumnya pintar dan semacamnya. Apa mereka tidak memahami dan memikirkan
setiap kali usia kalian bertambah, lemah untuk bekerja. Seandainya Allah Ta’ala
memberi mereka kesempatan lain untuk beramal, usia yang panjang tidak akan
membawa guna bagi mereka sama sekali. Ini memutuskan alasan bahwa mereka tidak
memiliki kesempatan yang cukup untuk meneliti, merenung, dan beramal.

Pelajaran dari ayat 63 – 68

Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin[6] dalam tafsirnya menjelaskan pelajaran


dari ayat-ayat ini:

1. Penetapan tentang neraka Jahannam, dan sesungguhnya dia dapat dilihat


dengan nyata pada hari Kiamat. Allah berfirman, “Inilah” merupakan isyarat
berlaku untuk sesuatu yang bisa ditunjuk dan terlihat.
2. Penjelasan tentang sifat neraka, sesungguhnya dia “wal ‘iyaadzu billah”, itu
semuanya gelap dan hitam. Jahannam berasal dari kata “al-Jahmah” yang
bermakna gelap dan hitam.
3. Kebenaran janji Allah, dimana Dia menepati apa yang telah dijanjikan kepada
orang-orang yang mendustakan-Nya hingga mereka benar-benar melihat apa
yang dijanjikan secara nyata.
4. Penjelasan bahwa orang-orang yang mendustakan Allah diperintahkan dengan
perintah penghinaan dan kerendahan untuk memasuki neraka. Allah berfirman,
“Masuklah kedalamnya pada hari ini.”
5. Sesungguhnya Allah Ta’ala membungkam mulut orang-orang yang
mendustakan-Nya pada hari Kiamat sehingga mereka tidak dapat berbicara.
6. Penjelasan tentang kekuasaan Allah Ta’ala. Firman-Nya, “dan berkatalah
kepada Kami tangan mereka dan memberi kesaksianlah kaki mereka.” Karena
sesungguhnya mustahil tangan dan kaki berbicara. Namun, Allah Ta’ala Maha
Kuasa atas segala sesuatu.
7. Penetapan sifat “masyi’ah” (kehendak) Allah. Firman-Nya, “Dan jika Kami
menghendaki.” Segala sesuatu yang berkaitan dengan kehendak Allah maka
sesungguhnya dia diiringi dengan hikmah, karena Allah Ta’ala tidak
menghendaki masyi’ah saja melainkan kehendak-Nya mengiringi hikmah-Nya.
Dalil hal tersebut adalah firman-Nya,

“Dan kamu tidak mampu (menempuh jalan itu), kecuali bila dikehendaki Allah.
Sesungguhnya Allah adalah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.” (QS. Al-Insaan:
30)

8. Penjelasan tentang keadaan manusia, dan sesungguhnya dia berpindah dari satu
fase ke fase berikutnya. Hal itu sebagaimana firman-Nya,

“Allah, Dialah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah, kemudian Dia
menjadikan (kamu) sesudah keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian Dia
menjadikan (kamu) sesudah kuat itu lemah (kembali) dan beruban. Dia menciptakan
apa yang dikehendaki-Nya dan Dialah yang Maha mengetahui lagi Maha
Kuasa.” (QS. Ar-Ruum: 54).

9. Seyogyanya bagi seseorang hendaklah memanfaatkan kesempatan umur,


kekuatan dan masa mudanya sebelum dia dikembalikan ke awal penciptaannya.
10. Anjuran untuk berpikir, merenung, dan berperilaku yang baik agar seseorang
menjadi golongan orang-orang yang berakal. Sesungguhnya akal (pikiran)
berbeda dengan kecerdasan, karena terkadang seseorang itu cerdas akan tetapi
dia tidak berakal (tidak mau berpikir). Allah berfirma, “Maka apakah mereka
tidak memikirkan?”

Anda mungkin juga menyukai