Azab Kubur
Alam kubur, meskipun tanpa ada azab di dalamnya, maka sejatinya dia adalah
azab, karena kubur merupakan tempat kediaman yang menakutkan. Kubur adalah
satu-satunya tempat tanpa teman, mengerikan, gelap dan sempit. Rasulullah ﷺ
bersabda,
َ ِ َوِإ َّن هللاَ يُنَ ِّو ُرهَا ب،ً َعلَى َأ ْهلِهَا ظُ ْل َمةCٌِإ َّن هَ ِذ ِه ْالقُبُو َر ُم ْمتَلَِئة
صاَل تِي َعلَ ْيهَا
Kehidupan alam barzakh adalah kehidupan dengan segala perasaan dan sensitivitas
yang telah dirasakan dahulu pada kehidupan dunia. Di alam kubur ada rasa
gembira, senang, suka cita, dan didalamnya pun ada kesedihan, kesusahan,
kedukaan dan kesakitan.
“Kepada mereka dinampakkan([3]) neraka pada pagi dan petang, dan pada hari
terjadinya Kiamat. (Dikatakan kepada malaikat): “Masukkanlah Fir’aun dan
kaumnya ke dalam azab yang sangat keras.” (QS. Ghafir: 46)
Pada ayat ini dijelaskan bahwasanya di akhirat ada dua azab, yaitu azab kubur dan
azab neraka. Adapun azab neraka maka Firáun dan pengikutnya akan diazab
dengan azab yang lebih keras.
Allah ﷻberfirman:
م ُأ ْغ ِرقُوا فَُأ ْد ِخلُوا نَارًاCْ ِم َّما َخ ِطيَئاتِ ِه
Allah ﷻberfirman:
ض ْن ًكا َونَحْ ُش ُرهُ يَ ْو َم ْالقِيَا َم ِة َأ ْع َم ٰى َ َو َم ْن َأ ْع َر
َ ًض َع ْن ِذ ْك ِري فَِإ َّن لَهُ َم ِعي َشة
“Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya
kehidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat
dalam keadaan buta.” (QS. Tha-Ha: 124)
َ ً( َم ِعي َشةkehidupan yang
Sebagian salaf menafsirkan yang dimaksud dengan ض ْن ًكا
sempit) adalah alam barzakh.([5])
Allah ﷻberfirman:
Allah ﷻberfirman
،ون َ ُين قُتِلُوا ِفي َسبِي ِل هَّللا ِ َأ ْم َواتًا بَلْ َأحْ يَا ٌء ِع ْن َد َربِّ ِه ْم يُرْ َزق Cَ َواَل تَحْ َسبَ َّن الَّ ِذ
ين لَ ْم يَ ْل َحقُوا بِ ِه ْم ِم ْن َخ ْلفِ ِه ْم َأاَّل َ ُون بِالَّ ِذ
َ ين بِ َما آتَاهُ ُم هَّللا ُ ِم ْن فَضْ لِ ِه َويَ ْستَ ْب ِشر َ فَ ِر ِح
ُون بِنِ ْع َم ٍة ِم َن هَّللا ِ َوفَضْ ٍل َوَأ َّن هَّللا َ اَل
َ يَ ْستَ ْب ِشر،ون َ ُف َعلَ ْي ِه ْم َواَل هُ ْم يَحْ َزن ٌ َخ ْو
َ ُِضي ُع َأجْ َر ْال ُمْؤ ِمن
ين ِ ي
Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati;
bahkan mereka itu hidup disisi Tuhannya dengan mendapat rezeki. Mereka dalam
keadaan gembira disebabkan karunia Allah yang diberikan-Nya kepada mereka,
dan mereka bergirang hati terhadap orang-orang yang masih tinggal di belakang
yang belum menyusul mereka, bahwa tidak ada kekhawatiran terhadap mereka
dan tidak (pula) mereka bersedih hati. Mereka bergirang hati dengan nikmat dan
karunia yang yang besar dari Allah, dan bahwa Allah tidak menyia-nyiakan
pahala orang-orang yang beriman (QS Ali Ímron : 169-171)
Allah mengabarkan bahwa orang-orang yang mati syahid mendapatkan
kenikmatan di alam barzakh, maka ini merupakan dalil akan nikmat kubur. Jika di
alam kubur ada kenikmatan dan ada orang yang mendapatkan kenikmatan maka
otomatis menunjukan di alam kubur ada azab dan ada orang yang diazab.
Allah ﷻberfirman:
َ َسنُ َع ِّذبُهُ ْم َم َّرتَ ْي ِن ثُ َّم يُ َر ُّد
ٍ ون ِإلَ ٰى َع َذا
ب َع ِظ ٍيم
“Nanti mereka akan Kami siksa dua kali kemudian mereka akan dikembalikan
kepada azab yang besar.” (QS. At-Taubah: 101)
Di antara tafsir ulama menjelaskan tentang maksud dari dua azab yaitu azab di
dunia dan azab di barzakh.([6])
2. Hadits
Hadits-hadits yang menjelaskan tentang azab kubur adalah hadits-hadits
yang mutawatir maknawi([7]) yang diriwayatkan lebih dari tiga puluh sahabat.
Hadits-hadits tersebut seperti hadits-hadits tentang doa-doa untuk berlindung dari
azab kubur, hadits-hadits yang menjelaskan bahwa Nabi ﷺmendengar azab
kubur, dan juga hadits-hadits tentang orang-orang yang mendapatkan azab di
kubur, hadits-hadits tentang sebab azab kubur, dan hadits-hadits tentang
pertanyaan malaikat Munkar dan Nakir.
ِ ِم ْن َع َذا: فَ ْليَتَ َع َّو ْذ بِاهللِ ِم ْن َأرْ بَ ٍع،ِإ َذا فَ َر َغ َأ َح ُد ُك ْم ِم َن التَّ َشهُّ ِد اآْل ِخ ِر
َو ِم ْن،ب َجهَنَّ َم
ِ يح ال َّدج
َّال ِ َو ِم ْن َش ِّر ْال َم ِس،ت ِ َو ِم ْن فِ ْتنَ ِة ْال َمحْ يَا َو ْال َم َما،ب ْالقَب ِْر ِ َع َذا
“Jika salah seorang dari kalian selesai dari tashyahhud akhir maka hendaknya ia
berlindung dari 4 perkara, dari azab neraka, dari azab kubur, dari fitnah kehidupan
dan kematian, dan dari keburukan Dajal” ([8])
Hadits ‘Aisyah radhiallahu ‘anha. Beliau berkata
ِ ك هَّللا ُ ِم ْن َع َذا
ب ِ َأ َعا َذ:ت لَهَاْ َ فَقَال،اب القَب ِْر َ ت َع َذ ْ فَ َذ َك َر،ت َعلَ ْيهَاْ ََأ َّن يَهُو ِديَّةً َد َخل
:الَ َ فَق،ب القَب ِْرِ صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َع ْن َع َذا َ ِ ُول هَّللا
َ ت َعاِئ َشةُ َرس ْ َ فَ َسَأل،القَب ِْر
ُصلَّى هللا َ ِ ُول هَّللا
َ ْت َرس ُ فَ َما َرَأي:ض َي هَّللا ُ َع ْنهَا ِ ت َعاِئ َشةُ َر ْ َ َع َذابُ القَب ِْر قَال،نَ َع ْم
ِ تَ َع َّو َذ ِمنْ َع َذا صالَةً ِإاَّل
َع َذابُ القَب ِْر:ٌ َزا َد ُغ ْن َدر ب القَ ْب ِر َ صلَّى َ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم بَ ْع ُد
ٌّ َح
ق
“Ada seorang wanita Yahudi menemuinya lalu menceritakan perihal siksa kubur
kemudian berkata (kepada Aisyah radliallahu ‘anha): ‘Semoga Allah
melindungimu dari siksa kubur’. Kemudian setelah itu ‘Aisyah radliallahu ‘anha
bertanya kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam perihal siksa kubur,
maka Beliau menjawab: ‘Ya benar, siksa kubur itu ada’. Kemudian ‘Aisyah
radliallahu ‘anha berkata: ‘Maka sejak itu aku tidak melihat Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wasallam setelah melaksanakan shalat kecuali Beliau
memohon perlindungan dari siksa kubur’. Ghundar menambahkan: ‘Siksa kubur
itu benar adanya’.”([9])
Dalam riwayat Muslim ‘Aisyah bercerita:
ت هللاَ َأ ْن يُ ْس ِم َع ُك ْم ِم ْن
ُ لَ َد َع ْو، فَلَ ْواَل َأ ْن اَل تَ َدافَنُوا،ُورهَا ُأْل
ِ ِإ َّن هَ ِذ ِه ا َّمةَ تُ ْبتَلَى فِي قُب
ُب ْالقَب ِْر الَّ ِذي َأ ْس َم ُع ِم ْنه
ِ َع َذا
“Sesungguhnya umat ini diuji di kuburannya, maka kalau bukan karena kawatir
kalian tidak mau saling menguburkan tentu aku akan berdoa kepada Allah agar
memperdengarkan kepada kalian adzab kubur yang aku dengar” ([11])
Hadits Anas bin Malik, bahwsanya Nabi bersabda :
ب ْالقَب ِْر
ِ ت هللاَ َأ ْن يُ ْس ِم َع ُك ْم ِم ْن َع َذا
ُ لَ ْواَل َأ ْن اَل تَ َدافَنُوا لَ َد َع ْو
“Kalau bukan karena kawatir kalian tidak mau saling menguburkan tentu aku akan
berdoa kepada Allah agar memperdengarkan kepada kalian adzab kubur”([12])
Ketiga : Hadits-hadits yang menyatakan sebagian orang diazab di kubur.
Diantaranya :
Hadits Ibnu Ábbas, beliau berkata :
«َأ َما ِإنَّهُ َما لَيُ َع َّذبَا ِن َو َما:صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َعلَى قَب َْر ْي ِن فَقَا َل َ َِم َّر َرسُو ُل هللا
ان اَل يَ ْستَتِ ُر َ َوَأ َّما اآْل َخ ُر فَ َك،ان يَ ْم ِشي بِالنَّ ِمي َم ِة َ َأ َّما َأ َح ُدهُ َما فَ َك،ير
ٍ ِان ِفي َكب ِ َيُ َع َّذب
»ِم ْن بَ ْولِ ِه
هCِ صي َْحةً يَ ْس َم ُعهَا َم ْن يَلِي ِ َ فَي،ضرْ بَةً بَي َْن ُأ ُذنَ ْي ِه
َ صي ُح ْ ثُ َّم يُضْ َربُ بِ ِم
َ ط َرقَ ٍة ِم ْن َح ِدي ٍد
نCِ ِإاَّل الثَّقَلَ ْي
“Kemudian ia dipukul dengan palu dari besi dengan sekali pukulan diantara dua
telinganya, maka iapun berteriak dengan teriakan yang didengar oleh orang yang di
dekatnya kecuali manusia dan jin” ([14])
Hadits Aisyah bahwasanya Nabi bersabda :
“Sesungguhnya mereka diadzab dengan adzab yang didengar oleh hewan” ([15])
Alam barzakh tidak bisa dikiaskan dengan alam dunia
Hubungan antara ruh dan jasad ada 5 kondisi yang masing-masing memiliki
hukum tersendiri([16]):
1. Hubungan ruh dan jasad dalam kondisi janin. Jasad dulu, kemudian setelah
40 hari hari baru ditiupkan ruh.
2. Dalam kondisi kehidupan dunia. Yang merasakan utama adalah jasad, dan
ruh mengikuti.
3. Dalam kondisi tidur. Ruh dipegang oleh Allah ﷻseakan ruh terpisah dari
jasad, akan tetapi tidak terpisah secara sempurna. Allah ﷻberfirman:
َ َك الَّتِي ق
ض ٰى ُ ت فِي َمنَا ِمهَا ۖ فَيُ ْم ِس ْ ين َم ْوتِهَا َوالَّتِي لَ ْم تَ ُم
َ س ِح َ ُهَّللا ُ يَتَ َوفَّى اَأْل ْنف
ت لِقَ ْو ٍم َ ِت َويُرْ ِس ُل اُأْل ْخ َر ٰى ِإلَ ٰى َأ َج ٍل ُم َس ًّمى ۚ ِإ َّن فِي ٰ َذل
ٍ ك آَل يَا َ َعلَ ْيهَا ْال َم ْو
َ يَتَفَ َّكر
ُون
“Allah memegang jiwa (orang) ketika matinya dan (memegang) jiwa (orang) yang
belum mati di waktu tidurnya; maka Dia tahanlah jiwa (orang) yang telah Dia
tetapkan kematiannya dan Dia melepaskan jiwa yang lain sampai waktu yang
ditetapkan. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda
kekuasaan Allah bagi kaum yang berfikir.” (QS. Az-Zumar: 42)
Oleh karenanya ruh dalam kondisi kita tidur memiliki hubungan tersendiri dengan
jasad, yang tidak sama seperti hubungan antara ruh dan jasad saat kita sedang
sadar. Contoh seseorang yang sedang tidur, tiba-tiba ia bangun dalam kondisi sedih
karena mimpi buruk. Ada hubungan antara ruh dan jasad, akan tetapi tidak seperti
saat sedang sadar.
4. Dalam kondisi di alam barzakh. Asalnya adalah ruh, dan jasad mengikuti.
Yaitu ruh terpisah dari jasad akan tetapi tidak terpisah total akan tetapi
masih ada kaitannya. Karenanya datang dalam hadits bahwa ruh
dikembalikan ke jasad untuk membalas salam seorang muslim yang hidup
yang memberi salam kepadanya. Akan tetapi pengembalian ruh kepada
jasad terebut di alam barzakh tidaklah melazimkan badan hidup kembali
sebelum hari kiamat.
5. Dalam kondisi di hari kebangkitan. Yaitu ruh dikembalikan kepada jasad
dengan jasad yang sempurna yang disiapkan untuk menerima ruh tersebut
dengan hubungan yang sempurna, dimana setelah pengembalian ruh ini
maka jasad tidak akan mati, tidak akan rusak, bahkan tidak akan tidur,
karena tidur adalah saudara kematian. Dalam kondisi ini Jasad dan ruh
bersamaan dalam merasakan.
Seseorang ketika dicabut nyawanya maka ia akan masuk ke dalam suatu alam yang
dinamakan dengan alam barzakh. Kemudian ia akan mengalami fitnah kubur (ujian
kubur) yaitu pertanyaan tentang siapa Tuhanmu? Apa agamamu? Dan siapa
Nabimu? Siapa yang bisa menjawab pertanyaan ini maka ia akan merasakan
nikmat kubur, sebaliknya siapa yang tidak bisa menjawab pertanyaan ini maka ia
akan merasakan azab kubur.
Secara ringkas, orang-orang yang beriman nyawa mereka akan dicabut dengan
sangat mudah seperti mengalirnya setetes air dari mulut teko, kemudian diangkat
ke langit. Setelah diangkat ke langit dan mengalami beberapa kejadian, maka ruh
tersebut dikembalikan lagi pada jasadnya. Kembalinya ruh kepada jasad itulah
yang disebut dengan kehidupan barzakh yang merupakan alam tersendiri yang
tidak bisa dikiaskan dengan alam nyata ini. Sebagaimana kita tidak bisa
mengiaskan antara alam nyata (dunia) kita dengan alam jin, kita juga tidak bisa
mengqiaskan antara alam nyata dengan alam tidur, kita juga tidak bisa
mengqiaskan antara alam kita dengan alam malaikat, maka kita juga tidak bisa
mengiaskan antara alam dunia kita dengan alam barzakh. Setiap alam memiliki
aturan, sebagaimana alam dunia memiliki aturan tersendiri, begitu juga alam
barzakh memiliki aturan tersendiri.
Karenanya api dan kenikmatan yang ada di alam barzakh bukan jenis api dan
kenikmatan yang ada di alam dunia. Jika disentuh oleh penghuni dunia ia tidak
merasakannya. Karenanya bisa jadi dua orang dikuburkan dalam satu lubang
kubur, maka yang satu merasakan kenikmatan dan yang lainnya merasakan siksa
api di alam barzakh([17]).
Oleh karena itu sungguh salah orang-orang yang mengatakan bahwa “kami telah
membuka kuburan, akan tetapi kami tidak mendapati apa-apa tentang azab kubur”.
Hal ini disebabkan karena yang terlihat oleh mereka adalah alam nyata, sedangkan
alam barzakh adalah alam tersendiri yang terkadang Allah ﷻtampakkan pada
alam nyata dan terkadang Allah ﷻtidak tampakkan. Jika saja kuburan dibuka
lantas terlihat apa-apa yang terjadi tentang fitnah kubur dan azab kubur maka
seluruh manusia akan beriman dan alam kubur tidak lagi menjadi alam gaib. Dan
jika demikian maka orang-orang tidak akan menguburkan diantara mereka karena
takut dengan azab kubur. Nabi ﷺbersabda :
“Kalau bukan karena kawatir kalian tidak mau saling menguburkan tentu aku akan
berdoa kepada Allah agar memperdengarkan kepada kalian adzab kubur yang aku
dengar” ([18])
Dan jika demikian telah hilanglah hikmah taklif (pembebanan) kepada manusia
untuk beriman kepada yang ghaib. Karenanya ketika hewan tidak dibebani dengan
“beriman kepada yang ghaib” maka hewan bisa mendengar siksa kubur([19]).
Nabi ﷺbersabda :
هCِ صي َْحةً يَ ْس َم ُعهَا َم ْن يَلِي ِ َ فَي،ضرْ بَةً بَي َْن ُأ ُذنَ ْي ِه
َ صي ُح ْ ثُ َّم يُضْ َربُ بِ ِم
َ ط َرقَ ٍة ِم ْن َح ِدي ٍد
نCِ ِإاَّل الثَّقَلَ ْي
“Kemudian ia dipukul dengan palu dari besi dengan sekali pukulan diantara dua
telinganya, maka iapun berteriak dengan teriakan yang didengar oleh orang yang di
dekatnya kecuali manusia dan jin” ([20])
ُون َع َذابًا تَ ْس َم ُعهُ ْالبَهَاِئ ُم
َ ِإنَّهُ ْم يُ َع َّذب
“Sesungguhnya mereka diadzab dengan adzab yang didengar oleh hewan” ([21])
Lagi pula jangankan kita berbicara tentang kondisi ruh di alam barzakh sementara
ruh saja di alam dunia kita tidak tahu, apalagi ketika ruh dalam kondisi tidur?
Allah ﷻberfirman:
وح ۖ قُ ِل الرُّ و ُح ِم ْن َأ ْم ِر َربِّي َ ََويَ ْسَألُون
ِ ُّك َع ِن الر
“Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah: ‘Roh itu termasuk
urusan Tuhanku.” (QS. Al-Isra: 85)
Nikmat Kubur
Dalil-dalil nikmat kubur
1. Al-Qur’an
Allah ﷻberfirman:
،ون َ ُين قُتِلُوا فِي َسبِي ِل هَّللا ِ َأ ْم َواتًا ۚ بَلْ َأحْ يَا ٌء ِع ْن َد َربِّ ِه ْم يُرْ َزقCَ َواَل تَحْ َسبَ َّن الَّ ِذ
ين لَ ْم يَ ْل َحقُوا بِ ِه ْم ِم ْن َخ ْلفِ ِه ْم َأاَّل
َ ُون بِالَّ ِذ
َ ين بِ َما آتَاهُ ُم هَّللا ُ ِم ْن فَضْ لِ ِه َويَ ْستَ ْب ِشر َ فَ ِر ِح
َ ُف َعلَ ْي ِه ْم َواَل هُ ْم يَحْ َزن
ون ٌ َخ ْو
“Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati,
bahkan mereka itu hidup disisi Tuhannya dengan mendapat rezeki. Mereka dalam
keadaan gembira disebabkan karunia Allah yang diberikan-Nya kepada mereka,
dan mereka bergirang hati terhadap orang-orang yang masih tinggal di belakang
yang belum menyusul mereka, bahwa tidak ada kekhawatiran terhadap mereka
dan tidak (pula) mereka bersedih hati.”([23])
Dua ayat di atas adalah dalil jelas tentang nikmat kubur yang mana orang-orang
yang gugur di jalan Allah ﷻmereka mendapatkan rezeki dan kegembiraan karena
karunia Allah. Hal ini karena konteks kedua ayat di atas sedang berbicara tentang
alam sebelum hari kiamat yaitu alam barzakh.
2. Hadits
Nabi ﷺbersabda:
ك َوتَ َعالَى ِإلَى َ َق بِ َش َج ِر ْال َجنَّ ِة َحتَّى يُرْ ِج َعهُ هللاُ تَب
َ ار ُ ُِإنَّ َما نَ َس َمةُ ْال ُم ْسلِ ِم طَ ْي ٌر يَ ْعل
َُج َس ِد ِه يَ ْو َم يَ ْب َعثُه
“Ruh seorang muslim akan terbang lalu bertengger di pohon surga sampai
Allah ﷻ mengembalikannya ke jasadnya pada Hari dibangkitkannya.”([24])
Nabi ﷺbersabda:
ش تَس َْر ُح ِم ْن ْال َجنَّ ِة ِ ْف طَي ٍْر ُخضْ ٍر لَهَا قَنَا ِدي ُل ُم َعلَّقَةٌ بِ ْال َعر ِ َأرْ َوا ُحهُ ْم فِي َج ْو
ْال هَل َ ت ثُ َّم تَْأ ِوي ِإلَى تِ ْل
َ َك ْالقَنَا ِدي ِل فَاطَّلَ َع ِإلَ ْي ِه ْم َربُّهُ ْم اطِّاَل َعةً فَق ْ ْث َشا َء ُ َحي
ْث ِشْئنَا فَفَ َع َل ُ ي َش ْي ٍء نَ ْشتَ ِهي َونَحْ ُن نَ ْس َر ُح ِم ْن ْال َجنَّ ِة َحي َّ ُون َش ْيًئا قَالُوا َأ
َ تَ ْشتَه
ت فَلَ َّما َرَأ ْوا َأنَّهُ ْم لَ ْن يُ ْت َر ُكوا ِم ْن َأ ْن يُ ْسَألُوا قَالُوا يَا َربِّ نُ ِري ُد ٍ ث َمرَّا َ ك بِ ِه ْم ثَاَلَ َِذل
ك َم َّرةً ُأ ْخ َرى َ َِأ ْن تَ ُر َّد َأرْ َوا َحنَا فِي َأجْ َسا ِدنَا َحتَّى نُ ْقتَ َل فِي َسبِيل
“Ruh mereka berada di dalam rongga burung hijau yang mempunyai banyak
pelita yang bergantungan di ‘Arsy, ia dapat keluar masuk surga sesuka hati
kemudian beristirahat lagi di pelita-pelita itu, kemudian Rabb mereka menengok
mereka seraya berkata: ‘Apakah kalian menginginkan sesuatu? ‘Mereka
menjawab, ‘Apa lagi yang kami inginkan kalau kami sudah dapat keluar masuk ke
surga sesuka hati kami? ‘Lalu Allah terus mengulangi pertanyaan itu hingga tiga
kali. Ketika mereka melihat kalau mereka tidak akan ditinggalkan sebelum
menjawab pertanyaan itu, maka merekapun menjawab, ‘Duhai Rabb, kami
menginginkan ruh kami dikembalikan lagi ke jasad kami hingga kami dapat
berperang lagi di jalan-Mu untuk kesekian kalinya.”([25])
Dua hadits di atas menjelaskan tentang kondisi orang-orang yang gugur di jalan
Allah ﷻ, mereka telah merasakan kenikmatan sebelum hari kiamat ditegakkan.
Jasad mereka di kubur, akan tetapi ruh mereka di Surga. Pada saat itu ruh mereka
masih berkaitan dengan jasad mereka, bagaimanya? Wallahu a’lam hanya Allah ﷻ
yang tahu.
Syubhat-syubhat penolak azab kubur
Sebagian kelompok dari umat Islam seperti sebagian Khowarij, kemudian
sebagian Muktazilah dan juga sebagian orang di zaman sekarang menolak azab
kubur. Hal ini terjadi karena ada syubhat yang menempel pada pikiran mereka. Di
antara syubhat-syubhat tersebut adalah:
1. Hadits-hadits tentang azab kubur adalah hadits ahad.
Bantahan:
Ini adalah kejahilan mereka. Yang benar haditsnya adalah mutawatir, lebih dari
tiga puluh sahabat yang meriwayatkan hadits tentang azab kubur.
2. Perkataan mereka: “Kita sering membuka kuburan, namun kita tidak pernah
melihat kondisi mayat yang bermacam-macam”.
Bantahan:
Telah lalu penjelasan bahwa alam barzakh tidak bisa dikiaskan dengan alam
dunia.
Apa yang anda lihat ketika membuka kuburan adalah alam dunia. Sedang
azab dan nikmat kubur itu di alam barzakh yang merupakan alam gaib
bukan di alam dunia. Karenanya jika azab dan nikmat kubur dtampakkan,
maka tidak ada lagi kegaiban dari alam barzakh.
Terkadang Allah ﷻtampakkan kepada segelintir orang tentang azab dan
nikmat kubur. Hal ini disebutkan Ibnu Taimiyah.([26])
3. Allah ﷻberfirman:
ت ِإاَّل ْال َم ْوتَةَ اُأْلولَ ٰى
َ ون ِفيهَا ْال َم ْو
َ ُاَل يَ ُذوق
Bantahan:
Kematian yang dimaksud pada ayat di atas adalah kematian di alam nyata yaitu
kematian dalam artian ruh lepas dari jasad, bukan kematian seperti di alam barzakh
atau pun di alam tidur yang mana jasad masih bersama ruh. Kematian ruh terlepas
dari jasad secara totalitas itulah yang tidak akan terulang, tidak akan dirasakan oleh
seseorang kecuali di dunia saja.
4. Allah ﷻberfirman:
قَالُوا يَا َو ْيلَنَا َم ْن بَ َعثَنَا ِم ْن َمرْ قَ ِدنَا ٰهَ َذا
Bantahan:
Pertama: Pendapat para salaf seperti Ubay bin Ka’ab, Mujahid, Hasan Al-Basri,
Qotadah dan para salaf yang lain bahwasanya Allah ﷻmembuat tidur para
penghuni kubur di waktu antara tiupan sangkakala yang pertama dan kedua.([28])
Kedua: Tidur hanyalah sebuah kata kiasan. Maksudnya adalah kedahsyatan hari
kiamat beserta siksaan yang akan mereka dapatkan di neraka menjadikan siksaan
kubur yang mereka rasakan menjadi ringan hanya seperti hanya sebuah tidur.
Ketiga: Lafal ( َمرْ قَ ِدنَاtidur kami) benar-benar ungkapan tentang kondisi orang yang
terbaring di kuburannya.
Keempat: Orang-orang dalam alam barzakh mirip dengan alam mimpi yang tidak
merasakan zaman. Terkadang seseorang tidur dalam waktu yang lama, akan karena
mimpi ia merasa bahwa tidurnya hanya sesaat. Seperti kisah dalam surat Al-Kahfi,
Allah ﷻberfirman:
ْ ين َو
تِ ْسعًاCاز َدا ُدوا َ َولَبِثُوا فِي َك ْهفِ ِه ْم ثَاَل
َ ِث ِماَئ ٍة ِسن
“Dan mereka tinggal dalam gua mereka tiga ratus tahun dan ditambah sembilan
tahun (lagi).” (QS. Al-Kahfi: 25)
Allah ﷻmembuat tidur Ash-Habul Kahfi tidur selama tiga ratus sembilan tahun.
Akan tetapi ketika bangun, mereka saling bertanya berapa lama mereka telah tidur,
sebab yang mereka rasakan adalah tidur mereka hanya selama satu atau setengah
hari.
Demikian juga alam barzakh, alam barzakh lebih mirip dengan alam mimpi, maka
kondisi saat ia terjaga seakan-akan ia baru bangun dari tidur.
Wallahu a’lam mana pendapat yang benar, akan tetapi pendapat yang paling kuat
menurut penulis adalah pendapat para salaf yaitu bahwasanya Allah ﷻmembuat
tidur para penghuni kubur antara tiupan sangkakala yang pertama dengan tiupan
yang kedua. Dan tentu pendapat ini lebih hati-hati sebab tidaklah para salaf
berpendapat kecuali dibangun atas dalil.
Pendapat yang paling benar dalam masalah ini adalah azab kubur mengenai ruh
dan jasad. Dalilnya adalah hadits Nabi ﷺ:
Adapun mengenai hilangnya jasad maka itu adalah hal gaib, bagaimana tentang
azab kubur mengenai ruh dan jasad yang hilang maka itu urusan Allah ﷻ. Yang
jelas hukum asal pada azab kubur adalah mengenai ruh dan jasad sebagaimana
disebutkan pada hadits di atas. Adapun jika memang dalam kondisi ruh tidak
bersambung dengan badan maka ruh akan tetap akan merasakan nikmat atau azab.
Sebagaimana dalil menunjukan bahwa terkadang ruh merasakan nikmat secara
sendirian tanpa jasad. Nabi shallallahu álaihi wasallam bersabda :
ك َوتَ َعالَى ِإلَى َ َق بِ َش َج ِر ْال َجنَّ ِة َحتَّى يُرْ ِج َعهُ هللاُ تَب
َ ار ُ ُِإنَّ َما نَ َس َمةُ ْال ُم ْسلِ ِم طَ ْي ٌر يَ ْعل
َُج َس ِد ِه يَ ْو َم يَ ْب َعثُه
“Ruh seorang muslim akan terbang lalu bertengger di pohon surga sampai
Allah ﷻ mengembalikannya ke jasadnya pada Hari dibangkitkannya.”([31])
Nabi ﷺjuga bersabda tentang ruh para syuhada:
“Ruh mereka berada di dalam rongga burung hijau yang mempunyai banyak
pelita yang bergantungan di ‘Arsy, ia dapat keluar masuk surga sesuka hati
kemudian beristirahat lagi di pelita-pelita itu”([32])
Sangat jelas bahwa dalam kondisi tertentu ruh-ruh mendapatkan kenikmatan secara
tersendiri. Ibnu Taimiyyah berkata :
َو ْالبدن َج ِميعًا بِاتِّفَاق أهل السّنة َو ْال َج َما َعة تنعمCْال َع َذاب َوالنَّ ِعيم على النَّفس
ِ َّبدن َو ْالبدن ُمت
صل بهَا ِ صلَة بِ ْال
ِ َّالنَّفس وتعذب ُم ْنفَ ِر َدة َعن ْالبدن وتنعم وتعذب ُمت
َو ْال َع َذاب َعلَ ْيهَا فِي هَ ِذه ْال َحال ُمجْ تَمعين َك َما تكون على الرّوحCفَيكون النَّعيم
ِ َوهل يكون ْال َع َذاب َوالنَّ ِعيم للبدن بِ ُد،ُم ْنفَ ِر َدة َعن ْالبدن
ون الرّوح هَ َذا ِفي ِه قَواَل ِن
َوأهل ْالكَاَل مCمشهوران ألهل ال َح ِديث َوالسّنة
“Adzab dan nikmat kubur akan menimpa ruh dan badan semuanya berdasarkan
kesepakatan Ahlus Sunnah wal Jamaáh. Ruh (bisa jadi) mendapatkan nikmat dan
diadzab secara terpisah dari badan, dan juga ruh (juga bisa jadi) mendapat nikmat
dan diazab dalam kondisi bersambung dengan badan, dimana badan bersambung
dengan ruh, maka dengan demikian kenikmatan dan azab atas ruh pada kondisi ini
adalah mengenai badan dan ruh secara bersamaan, sebagaimana ruh nikmat dan
azab atas ruh terpisah dari badan”. Apakah azab dan nikmat bisa menimpa badan
tanpa ruh?. Ada dua pendapat yang masyhur di kalangan ahlul hadits dan sunnah
dan ahlul kalam” ([33]).
Setelah itu Ibnu Taimiyyah menyebutkan pendapat-pendapat yang menyeleneh (
ُ )اَأل ْق َوا ُل ال َّشا َذةdalam permasalahan azab dan nikmat kubur terhadap ruh dan badan.
Beliau berkata, “Dan dalam permasalahan ini (mengenai azab dan nikmat
mengenai ruh dan badan) ada pendapat-pendapat nyeleneh bukan merupakan
pendapat ahlus sunnah dan hadits.
Pertama : (Pendapat para filsuf, yaitu) pendapat yang menyatakan bahwa nikmat
dan azab tidak mengenai kecuali hanya ruh saja, adapun badan maka tidak
mendapat nikmat dan juga tidak diazab. Ini adalah pendapat para filsuf yang
mengingkari kebangkitan jasad (pada hari kiamat). Mereka ini kafir dengan ijmak
kaum muslimin.
Kedua : Pendapat bahwa ruh sendiripun tidak mengalami azab dan nikmat, ruh
itulah kehidupan. Ini adalah pendapat sekelompok orang dari Muktazilah dan
Asyaíroh seperti Al-Qodhi Abu Bakar (Al-Baqillani) dan yang lainnya. Hal ini
karena mereka mengingkari bahwa ruh tetap ada setelah terpisah dari badan. Tentu
pendapat mereka ini adalah pendapat yang batil, karena telah valid dalam al-Qurán
dan as-Sunnah bahwa ruh tetap ada setelah berpisah dari badan, mendapat
kenikmatan atau azab. Padahal Para Filsuf para teologi (Al-Ilahiyun) mengakui hal
ini (tetap adanya ruh) hanya saja mereka mengingkari kebangkitan badan pada hari
kiamat. Sementara mereka (Al-Baqillani dan yang semisalnya) menetapkan
kebangkitan jasad pada hari kiamat, hanya saja mereka mengingkari tetapnya ruh
tanpa jasad yang mendapat kenikmatan atau azab. Tentu kedua pendapat ini salah
akan tetapi pendapat Para Filsuf lebih parah.
Ketiga : Pendapat yang menyatakan bahwa tidak ada azab dan nikmat di alam
barzakh. Kenikmatan dan azab tidak terjadi kecuali setelah hari kiamat. Hal ini
dibangun di atas pendapat mereka bahwa ruh tidak tetap ada setelah terpisah dari
badan, dan badan juga tidak mengalami azab dan nikmat. Maka ini juga pendapat
yang sesat dalam urusan alam barzakh, akan tetapi pendapat ini dan juga pendapat
Al-Baqillani masih lebih baik dari pada pendapat para filsuf, karena mereka tetap
menetapkan kebangkitan badan/jasad pada hari kiamat, sementara para filsuf
mengingkari adanya kebangkitan jasad dan hanya mengakui kebangkitan ruh
semata([34]).
Kedua: Apakah azab kubur berkesinambungan hingga hari kiamat atau
terputus?
Bagi orang-orang kafir maka azab kubur akan terus berkesinambungan sampai hari
kiamat (tiupan sangkakala yang pertama). Allah ﷻberfirman:
Pertama : Kaum muslimin diazab hingga hari kiamat (sampai tiupan sangkakala
pertama)
Dalil yang menunjukkan hal ini adalah sebuah hadits panjang dalam Shahih
Bukhori yang mengisahkan tentang mimpi Nabi ﷺmelihat empat orang yang
diazab.([35]) Diceritakan dalam hadits tersebut bahwa Nabi ﷺberkisah tentang
mimpinya bahwasanya beliau ﷺmelihat ada empat orang yang di azab.
Pertama adalah Nabi ﷻmelihat ada seorang laki-laki yang sedang berdiri dan
yang satunya lagi duduk yang di tangannya memegang sebatang besi yang
ujungnya bengkok (biasanya untuk menggantung sesuatu). Batang besi tersebut
dimasukkan ke dalam satu sisi mulut (dari geraham) orang itu hingga menembus
tengkuknya. Kemudian dilakukan hal yang sama pada sisi mulut yang satunya lagi,
lalu dilepas dari mulutnya dan dimasukkan kembali dan begitu seterusnya.
Malaikat menjelaskan hal tersebut kepada Nabi ﷺdengan mengatakan:
Kedua adalah Nabi ﷻmelihat seorang laki-laki yang sedang berbaring bersandar
pada tengkuknya, sedang ada laki-laki lain yang berdiri diatas kepalanya
memegang batu atau batu besar untuk menghancurkan kepalanya. Ketika
dipukulkan, batu itu menghancurkan kepala orang itu. Setelah hancur, maka kepala
orang itu kembali utuh seperti semula, kemudian dilakukan lagi hal yang sama
seperti sebelumnya yaitu dihancurkan kembali kepalanya dengan batu. Malaikat
menjelaskan hal tersebut kepada Nabi ﷺdengan mengatakan:
Selanjutnya di antara dalil yang menunjukkan bahwa ada sebagian orang mukmin
yang diazab oleh Allah ﷻsampai hari kiamat adalah hadits yang berkisah tentang
orang yang ujub di dunia. Nabi ﷺbersabda:
“Ketika seorang lelaki berjalan dengan menggunakan jubah yang ia kenakan, dan
berjalan dengan rasa ta’ajub, lalu ia ditelan (oleh bumi), dan ia akan tetap
berguncang-guncang (di dalam perut bumi) hingga datang hari kiamat.”([40])
Kedua : Berhentinya azab untuk kaum muslimin
Adapun kaum muslimin pada umumnya maka dalil-dalil menunjukkan bahwa azab
kubur bagi mereka bisa berhenti([41]). Berhentinya azab untuk kaum muslimin ini
karena beberapa sebab, diantaranya adalah karena amal jariyah yang ia miliki, atau
karena doa dari orang-orang yang masih hidup untuk dirinya, atau karena sedekah
atau haji orang lain yang mengatasnamakan dirinya, atau juga karena murni rahmat
Allah ﷻ. Diantara dalil yang menguatkan akan hal ini adalah hadits Ibnu Ábbas,
beliau berkata :
«َأ َما ِإنَّهُ َما لَيُ َع َّذبَا ِن َو َما:صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َعلَى قَب َْر ْي ِن فَقَا َل َ َِم َّر َرسُو ُل هللا
ان اَل يَ ْستَتِ ُر َ َوَأ َّما اآْل َخ ُر فَ َك،ان يَ ْم ِشي بِالنَّ ِمي َم ِة َ َأ َّما َأ َح ُدهُ َما فَ َك،ير ٍ ِان فِي َكب ِ َيُ َع َّذب
: قَالُوا،ًاح َدة
ِ فَ َغ َر َز فِي ُك ِّل قَب ٍْر َو، فَ َشقَّهَا نِصْ فَ ْي ِن،ًطبَة ْ ِم ْن بَ ْولِ ِه» ثُ َّم َأ َخ َذ َج ِري َدةً َر
»ف َع ْنهُ َما َما لَ ْم يَ ْيبَ َسا ُ ِّ «لَ َعلَّهُ يُ َخف:ت هَ َذا؟ قَا َل َ لِ َم فَ َع ْل،ِ يَا َرسُو َل هَّللا
Sebagian ulama mengiaskan hal ini dengan azab neraka. Jika saja azab neraka
seorang muslim (yang bermaksiat dan masuk neraka) suatu saat bisa berhenti maka
azab di alam barzakh (yang merupakan pendahuluan dari azab neraka) pun juga
bisa berhenti. Sebab Allah ﷻMaha adil, jika azab seseorang telah terpenuhi sesuai
kadar dosanya maka azab akan berhenti.
Selain itu juga ada dosa yang paling banyak menyebabkan seseorang mendapatkan
azab kubur yaitu tidak bersih ketika kencing. Nabi ﷺbersabda:
ب ْالقَب ِْر
ِ سورة تبارك ِه َي ْال َمانِ َعةُ ِم ْن َع َذا
“Surah Tabaarak adalah pencegah dari azab kubur.” ([47])
Dari dua hadits yang derajat hasan ini tidak disebutkan harus membaca surah Al-
Mulk setiap malam. Adapun anjuran yang mengharuskan membaca surah Al-Mulk
setiap malam maka itu haditsnya dhaif ([48]). Maka adapun surah Al-Mulk bisa
mencegah seseorang dari azab kubur artinya seseorang harus perhatian terhadap
surah ini sebagaimana perkataan sebagian ulama.
Ketiga : Melakukan amal-amal tertentu yang dapat menyelamatkan dari fitnah
kubur sebab seseorang yang selamat dari fitnah kubur melazimkan dari azab kubur,
seperti mati syahid, dan meninggal di malam atau hari Jumat([49]).
Keempat : Amalan/kondisi tertentu yang menyelamatkan dari azab kubur.
Diantaranya meninggal karena sakit perut. Rasulullah shallallahu álaihi wasallam
bersabda :
ْ ََم ْن يَ ْقتُ ْلهُ ب
َ طنُهُ فَلَ ْن يُ َع َّذ
ب فِي قَب ِْر ِه
“Barang siapa yang meninggal karena perutnya maka ia tidak akan diazab di
kuburnya” ([50])
Artikel ini penggalan dari Buku Syarah Rukum Iman Karya Ustadz DR.
Firanda Andirja, Lc. MA.
_______________________
([1]) HR. Ahmad 12517, hadits shahih lighairihi.
([2]) HR. An-Nasai No. 2055 dan dinyatakan sahih oleh Al-Albani.
([3]) Ada beberapa pendapat para ulama tentang dipaparkannya Firáun dan bala
tentaranya di api neraka sebelum hari kiamat, diantaranya :
Pertama : Bahwasanya ruh Fir’aun dan bala tentaranya berada di dalam rongga
burung yang hitam, dan burung ini membawa mereka ke neraka setiap pagi dan
petang hingga hari kiamat. (LIhat Tafsir At-Thobari 20/337)
Kedua : Ditampakan kepada mereka kapling mereka di neraka setiap pagi dan
petang dalam rangka untuk menghinakan dan merendahkan serta balasan hukuman
bagi mereka (Lihat Tafsir At-Thobari 20/339)
Ketiga : Berdasarkan dzohir ayat yaitu mereka (Firáun dan bala tentaranya)
dipaparkan ke api neraka setelah kematian mereka dan ketika hari kiamat baru
mereka dimasukan dalam api neraka. Ini adalah pendapat Ibnu Qutaibah (Lihat
Takwil Mukhtalaf al-Hadits hal 227). Jadi ada perbedaan antara dipaparkan
(dihadapkan) dengan dimasukan.
“Adapun hadits-hadits tentang azab kubur dan pertanyaan malaikat Munkar dan
Nakir maka banyak dan mutawatir dari Nabi shallallahu álaihi wasallam” (Majmu’
al-Fatawa 4/285)
Pertama : Mutawatir Lafzi, yaitu hadits yang diriwayatkan 10 sahabat atau lebih
dengan lafal yang sama.
Kedua : Mutawatir Maknawi, yaitu hadits yang diriwayatkan 10 sahabat atau lebih
namun dengan lafal yang berbeda-beda akan tetapi semuanya teruju pada makna
yang sama.
Dan ini berlaku pada hadits-hadits yang berkaitan dengan azab kubur, karena
hadits-hadits begitu banyak diriwayatkan dengan lafal yang berbeda-beda, ada
yang tentang doa berlindung dari azab qubur, ada yang tentang azab yang dialami
oleh sebagian penghuni kubur, ada ada yang tentang pertanyaan malaikat Munkar
dan Nakir, serta ada yang tentang penjelasan sebab-sebab terkena azab kubur.
Meskipun topiknya berbeda-beda akan tetapi semuanya kembali kepada makna
yang sama yaitu adanya azab kubur.
ت قطّ َعن َرسُول هللا صلى هللا َعلَ ْي ِه َوسلم ِفي خبر يَصح َأن َأرْ َواح ِ َولم يَْأ
ص َّح َذلِك َعنهُ َعلَ ْي ِه ال َّساَل م لقلنا بِ ِهَ ْال َم ْوتَى ترد ِإلَى َأجْ َسادهم ِع ْند ْال َم ْسَألَة َولَو
الزيَا َدة من رد اَأْلرْ َواح ِّ فَ ْإذ اَل يَصح فَاَل يحل ألحد َأن يَقُوله َوِإنَّ َما ا ْنفَرد بِهَ ِذ ِه
ْس بالقوى تَركه ُش ْعبَة َو َغيره َ ْالم ْنهَال بن َع ْمرو َوحده َولَي
“Tidak datang sama sekali dari Nabi dalam khabar yang shahih bahwasanya ruh
orang-orang yang sudah meninggal dikembalikan ke jasad mereka ketika sang
mayat di tanya (oleh Munkar dan Nakir). Jika haditsnya shahih dari Nabi tentu
kami akan berpendapat demikian. Karena tidak shahih maka tidak halal bagi
seorangpun untuk berpendapat demikian. Hadistnya dwngan tambahan ruh
dikembalikan ke jasad diriwayatkan secara bersendirian oleh al-Minhaal bin Ámr,
dan ia bukan perawi yang kuat, ia ditinggalkan oleh Syu’bah dan yang lainnya”
(Lihat Al-Fishol fi al-Milal wa an-Nihal wal Ahwaa 4/57)
Akan tetapi beliau dibantah oleh Ibnul Qoyyim rahimahullah, karena hadits tentang
dikembalikannya ruh ke jasad bukan hanya diriwayatkan oleh Al-Minhaal bin Ámr
akan tetapi diriwayatkan dari jalur yang lain dengan sanad yang shahih. Beliau
berkata :
ْس بالقوىَ َوأما قَ ْوله ِإن ال َح ِديث اَل يَصح لِتَفَرُّ د ْالم ْنهَال بن َع ْمرو َوحده بِ ِه َولَي
ك فِي ِه َوقد َر َواهُ َعن ْالبَراء َ فَهَ َذا من مجازفته َرحْ َمة هللا فَ ْال َح ِديث
ّ ص ِحيح اَل ش
ازب ج َما َعة غير َزا َذان ِم ْنهُم عدى بن ثَابت َو ُم َح ّمد بن عقبَة َو ُمجاهد ِ بن َع
“Adapun perkataan Ibnu Hazm bahwasanya hadits ini tidaklah shahih karena
bersendiriannya Al-Minhaal bin Ámr … maka ini merupakan kengawuran Ibnu
Hazm rahimahullah. Haditsnya shahih tanpa ada keraguan, dan telah diriwayatkan
dari Al-Baroo’ bin Ázib sekelomok perawi selain Zadan, diantaranya Ádi bin
Tsabi, dan Muhammad bin Aqobah dan Mujahid” (Ar-Ruh hal 46)
([33]) Sebagaimana dinukil oleh Ibnul Qoyyim dalam kitabnya Ar-Ruh hal 51,
demikian juga termaktub di Majmu’ al-Fatawa 4/283-284, akan tetapi yang dinukil
oleh Ibnul Qoyyim lebih lengkap.
([34]) Sebagaimana dinukil oleh Ibnul Qoyyim dalam kitabnya Ar-Ruh hal 51-52
(dengan sedikit perubahan).
Disana ana juga 3 pendapat dari kalangan ahlul kalam yang juga merupakan
pendapat yang keliru akan tetapi tetap berbeda dengan pendapat para filsuf. Ketiga
pendapat tersebut adalah :
Namun yang tepat adalah hadits ini lemah sebagaimana yang dijelaskan oleh Ibnu
Hajar dalam kitabnya Nataaijul Afkaar Fii Takhriij Ahaadiitsil Adzkaar 3/266, dan
beliau menyebutkan ada dua alasan: ‘an’anah Az-Zubair dan lemahnya Laits.