KATA PENGANTAR....................................................................................................... i
DAFTAR ISI..................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Surga................................................................................................................
1. Pengertian Surga.......................................................................................
2. Klasifikasi Surga.......................................................................................
3. Tafsir QS. Al-Baqarah: 25........................................................................
Kesimpulan...........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Di alam lain (yang ghoib) terdapat apa yang dikenal dengan sebutan surga dan neraka.
Bagi yang semasa hidupnya banyak berbuat kebaikan maka surgalah bagiannya, Allah swt
berfirman:
َ
٣٤ ور ٌ ُش ك َ رٞ ن َربَّنَا لَغَ ُف و َ ب عَنَّا ۡٱل
َّ ِ ح َز ۖ َن إ َ ح ۡمد ُ لِلَّهِ ٱلَّذِيٓ أ هَۡذ
َ وَقَالُوا ْ ۡٱل
َ
سنَا
ُّ مَ َ ب وَاَل يٞ ص
َ َ سنَا فِيهَا ن ُّ م َ َ ضلِهِۦ اَل ي ۡ َ من ف ِ ِ مة ُ ار ۡٱل
َ مقَا َ َ حلَّنَا د َ ٱلَّذِيٓ أ
٣٥ بٞ فِيهَا لُغُو
Dan mereka berkata: "Segala puji bagi Allah yang telah menghilangkan duka cita dari
kami. Sesungguhnya Tuhan kami benar-benar Maha Pengampum lagi Maha Mensyukuri.
Yang menempatkan kami dalam tempat yang kekal (surga) dari karunia-Nya; didalamnya
kami tiada merasa lelah dan tiada pula merasa lesu" (QS. Fathir: 34-35)
جل ُ ودُهُم
ُ ج ۡتَ ض ِ َم ا نَ َّ ارا كُل
ٗ َ صيهِ مۡ ن ِ ف ن ُ ۡل َ سوَۡ ين كَف َُروا ْ ب َِٔايَٰتِنَا
َ ِن ٱ لَّذ َّ ِ إ
٥٦ ما ٗ حكِي َ ن عَزِي ًزاَ ه كَا َ َّ ن ٱلل َ ۗ جلُودًا غَ ۡي َرهَا لِيَذ ُوقُوا ْ ۡٱلعَذ َا
َّ ِ ب إ ُ ۡبَد َّ ۡلنَٰهُ م
“Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada ayat-ayat Kami, kelak akan Kami
masukkan mereka ke dalam neraka. Setiap kali kulit mereka hangus, Kami ganti kulit mereka
dengan kulit yang lain, supaya mereka merasakan azab. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa
lagi Maha Bijaksana” (QS. An-Nisa: 56)
Surga dan Neraka adalah tempat abadi setelah kehidupan didunia ini. Surga dan Neraka
disebutkan di dalam Al-Qur’an dengan berbagai macam tingkatan sesuai dengan perbuatan
manusia semasa hidupnya.1
B. Rumusan Masalah
1
Hisham Thalbah dkk, Ensiklopedia Mukjizat Penciptaan Bumi, (Bekasi: PT. Sapta Santosa, 2008), Cet.
Ke-1, hlm. 212-213.
Tafsir Akidah 10
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka masalah yang akan dibahas
pada makalah ini adalah :
1. Apa yang dimaksud dengan Surga dan Neraka?
2. Tentang apa saja yang dijelaskan dalam Surga dan Neraka?
3. Apa makna yang dikandung dari salah satu ayat Surga dan Neraka?
C. Tujuan
Atas dasar masalah yang telah disebutkan diatas, maka tujuan ditulisnya makalah ini
adalah :
1. Untuk mengetahui Surga dan Neraka baik dari definisi ataupun keberadaannya.
2. Untuk mengetahui klasifikasi tentang apa saja yang dibahas dalam Surga dan
Neraka.
3. Untuk Memahami apa yang dikandung dalam salah satu ayat Surga dan Neraka.
Tafsir Akidah 10
BAB II
PEMBAHASAN
A.Surga
1. Pengertian Surga
Didalam bahasa Arab surga di sebut Al-Jannah atau al-Hadiqah zatusy syajar (kebun
atau taman yang terdiri dari berbagai macam pepohonan). Maka surga dipahami dengan
berbagai macam kelezatan yang luar biasa yang tidak bisa dibayangkan didunia.
Didalam Al-Qur’an sendiri kata jannah disebut dalam dua bentuk, yaitu Jannah dengan
Ta Maftuhah ( )جنَّٰتsebanyak 61 kali dengan rincian 60 kali Nakirah (umum) dan 1 kali
Ma’rifat (khusus), lalu Jannah dengan Ta Marbuthah ( )جنةsebanyak 61 kali juga, dengan
rincian 11 kali Nakirah (umum) dan 50 kali Ma’rifat (khusus). Dengan demikian kata
Jannah dalam Al-Qur’an disebut sebanyak 122 kali.
Para ‘ulama membagi surga ke dalam 3 bagian:
a. Jannatul Ikhtisas
Jannatul Ikhtisas adalah surga yang disediakan bagi anak-anak kecil yang
meninggal sebelum dikenakan kewajiban. Yakni yang meninggal dibawa umur 6
tahun. Juga Allah akan menempatkan siapa saja yang dikehendaki dalam surga
ikhtisas ini dan orang-orang yang hilang akalnya. Yaitu orang yang baik
kelakuannya ketika masih normal kemudian menderita sakit ingatan sampai
meninggal.
b. Jannatul Mirats
Jannatul Mirats ialah tempat surga yang mestinya disediakan bagi orang-orang kafir
kalau seandainya mereka beriman. Jelasnya oleh karena tempat-tempat yang
disediakan itu tidak jadi diisi oleh orang-orang yang tidak beriman, maka tempat-
tempat tadi dibagikan kepada ahli surga, sebagai pembagian tambahan (warisan).
Setelah tempat-tempat telah ditentukan sendiri bagi mereka masing-masing.
c. Jannatul A’mal
Jannatul A’mal ialah surga yang disediakan bagi orang-orang mukmin berdasarkan
amal-amalnya. Surga inilah yang bagiannya tidak sama, bahkan menurut amalnya
sendiri-sendiri.
Orang-orang yang masuk surga disebut dengan Ahl Al-Jannah (Ahli Surga). Mereka
memperoleh surga disebabkan selalu menegakkan Shalat dengan baik, mengakui bahwa
Didalam harta yang dimiliki ada bagian yang diperuntukkan bagi peminta-minta dan fakir
miskin, yang meyakini bahwa hari kiamat akan benar-benar terjadi, yang benar-benar
takut akan hukuman Tuhan, yang menjaga kehormatannya, yang memelihara kepercayaan
serta memegang janji yang mereka ucapkan dan yang memberikan kesaksian yang benar.
Didalam surga tidak ada lagi permusuhan, tidak ada dendam kesumat. Para ahli surga
hidup rukun dan damai, aman sejahtera sepanjang masa, tidak ada usia tua, semua dalam
Tafsir Akidah 10
keadaan sehat tidak pernah dihinggapi penyakit. Seluruhnya merupakan balasan dari
kebijakan yang telah dilaksanakan didunia.
2. Klasifikasi Surga
Didalam Al-Qur’an para ulama membagi beberapa tema yang dibahas mengenai surga
baik itu kenikmatan, sifat penghuninya ataupun yang lainnya. berikut adalah
pembagiannya:
1. Keabadian Surga
َ
َ ۡن لَهُ م
جن َّٰ تٖ ت َ ۡج رِي َّ ت أ ِ ح َّٰ مل ُ وا ْ ٱ
َٰ ِ لص ل ِ َمن ُ وا ْ َوع َ ين ءَا َ ِوَبَشِّ رِ ٱلَّذ
ۖ َ
م َر ةٖ ِّر ۡزقٗا قَ الُوا ْ هَٰ ذ َا َ َ من ث ِ م ۡنهَا
ِ ْ ما ُرزِقُوا َ َّ من ت َ ۡحتِهَا ۡٱلأ ۡنهَٰ ُر كُل ِ
جٞ َٰش بِهٗ ۖا وَلَهُ مۡ فِيهَ ٓا أ َ ۡزو َٰ َ مت ُ ۖ
ُ من قَ ۡب ُل وَأت ُ وا ْ بِهِۦ ِ ٱلَّذِي ُرزِ ۡقن َ ا
٢٥ ن َ خلِدُو َٰ ۖة وَهُ مۡ فِيهَاٞ مطَهَّ َر ُّ
“Dan sampaikanlah berita gembira kepada mereka yang beriman dan berbuat
baik, bahwa bagi mereka disediakan surga-surga yang mengalir sungai-sungai di
dalamnya. Setiap mereka diberi rezeki buah-buahan dalam surga-surga itu, mereka
mengatakan: "Inilah yang pernah diberikan kepada kami dahulu". Mereka diberi
buah-buahan yang serupa dan untuk mereka di dalamnya ada istri-istri yang suci
dan mereka kekal di dalamnya” (QS. Al-Baqarah: 25 & 82, Ali Imran: 15 & 107,
An-Nisa: 13, 57 & 122, Al-Maidah: 85, Al-A’raf: 42, At-Taubah 21 & 72)
2. Nama-nama Surga
a. Surga Firdaus
Tafsir Akidah 10
duduk sambil bersandar di atas dipan-dipan yang indah. Itulah pahala yang
sebaik-baiknya, dan tempat istirahat yang indah” (QS. Al-Kahfi: 30-31, Thaha: 76,
At-Taubah: 72, Shad: 50)
c. Surga Na’im
٨ ِ ت ٱلنَّعِيم َ ۡت لَهُ م
ُ َّٰ جن ِ ح َّٰ مل ُ وا ْ ٱ
َٰ ِ لص ل ِ َمن ُ وا ْ وَع َ ين ءَاَ ِن ٱلَّذ
َّ ِ إ
٩م ُ حكِيَ ح ّٗق ۚا وَهُوَ ۡٱلعَزِي ُز ۡٱلَ ِين فِيهَ ۖا وَ ۡعد َ ٱللَّه
َ ِخلِد َٰ
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal saleh,
bagi mereka surga-surga yang penuh kenikmatan. Kekal mereka di dalamnya;
sebagai janji Allah yang benar. Dan Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana” (QS. Luqman: 8-9)
ْ وا ُ مل
ِ َوا ْ وَع ُ من َ ِم ب َ ۡينَهُ مۡۚ فَٱلَّذ
َ ين ءَا ُ ُ مئ ِ ذٖ لِّلَّهِ ي َ ۡحك
َ ك ي َ ۡو ُ م ۡلُ ۡٱل
٥٦ ِ ت ٱلنَّعِيم ِ َّٰ جن
َ ت فِي ِ ح َٰ ِ صل
َّٰ ٱل
“Kekuasaan di hari itu ada pada Allah, Dia memberi keputusan di antara mereka.
Maka orang-orang yang beriman dan beramal saleh adalah di dalam surga yang
penuh kenikmatan” (QS. Al-Hajj: 56)
d. Surga Ma’wa
م ۡأوَىٰ ن ُ ُز ۢ َلا َ
َ ت ۡٱل َ ۡت فَلَهُ م
ُ َّٰ جن ِ ح َّٰ مل ُ وا ْ ٱ
َٰ ِ لص ل ِ َمنُوا ْ وَع
َ ين ءَا َ ِما ٱلَّذَّ أ
١٩ ن َ ملُو َ ما كَانُوا ْ ي َ ۡع َ ِب
“Adapun orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, maka bagi
mereka jannah tempat kediaman, sebagai pahala terhadap apa yang mereka
kerjakan” (QS. As-Sajdah: 19)
e. Surga Darussalam
Tafsir Akidah 10
karunia-Nya; didalamnya kami tiada merasa lelah dan tiada pula merasa lesu"”
(QS. Fathir: 34-35)
g. Surga Al-Maqamul Amin
َ
٥١ مي ٖن
ِ مقَام ٍ أ
َ ين فِي ُ ن ۡٱل
َ مت َّ ِق َّ ِ إ
“Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa berada dalam tempat yang aman”
(QS. Ad-Dukhon: 51)
5. Pintu-pintu Surga
جٓاءُوهَ اَ ى إِذ َا َ م ًر ۖا
ٰٓ َّ حت َ ين ٱت َّ َق ۡاو ْ َربَّهُ مۡ إِلَى ۡٱل
َ جنَّةِ ُز َ ِس يقَ ٱلَّذ ِ َو
م عَل َ ۡيك ُ مۡ ط ِ ۡبت ُ مۡ فَ ۡٱدخُلُوهَ اٌ َٰ س ل َ ۡل لَهُ م
َ خ َزنَتُهَ ا َ ح ۡتأ َ ۡبوَٰبُهَا وَقَاَ ِ وَفُت
٧٣ ين َ ِخلِد َٰ
“Dan orang-orang yang bertakwa kepada Tuhan dibawa ke dalam surga
berombong-rombongan (pula). Sehingga apabila mereka sampai ke surga itu
sedang pintu-pintunya telah terbuka dan berkatalah kepada mereka penjaga-
penjaganya: "Kesejahteraan (dilimpahkan) atasmu. Berbahagialah kamu! maka
Tafsir Akidah 10
masukilah surga ini, sedang kamu kekal di dalamnya"”. (QS. Az-Zumar: 73, Shad:
50)
6. Kenikmatan saat memasuki Surga
َ َ
ة اَل َ م ۚ ٍة ۡٱدخُل ُ وا ْ ۡٱل
َ َّ جن ُ َّ م ٱ لل
َ ه ب ِ َر ۡح َ ين أ ۡق
ُ ُس ۡتم ُ مۡ اَل يَن َ الُه َ ِأهَٰٓ ؤُٓاَل ءِ ٱلَّذ
َ
٤٩ ن َ ف عَل َ ۡيك ُ مۡ وَٓاَل أنت ُ مۡ ت َ ۡح َزنُو َۡ
ٌ خو
“(Orang-orang di atas A´raaf bertanya kepada penghuni neraka): "Itukah orang-
orang yang kamu telah bersumpah bahwa mereka tidak akan mendapat rahmat
Allah?". (Kepada orang mukmin itu dikatakan): "Masuklah ke dalam surga, tidak
ada kekhawatiran terhadapmu dan tidak (pula) kamu bersedih hati"”. (QS. Al-
A’raf: 49, An-Nisa: 31, 124, 174, Al-Hijr: 46, An-Nahl: 31-32, Al-Furqan: 75,
Fathir 35, Az-Zumar: 73, Qaaf: 34)
7. Rombongan pertama masuk Surga
Dari Abu Hurairah ra., ia berkata: “Rasulullah saw. bersabda: “Sesungguhnya
kelompok pertama yang masuk surga itu seperti bulan purnama, kemudian orang-
orang setelah mereka seperti bintang yang bersinar terang dilangit. Mereka tidak
kencing, baung air, meludah, mengelurakan ingus, sisir mereka dari emas,
wewangian mereka gaharu yang paling wangi, istri-istri mereka bidadari,
semuanya sama, postarnya seperti bapa mereka Nabi Adam as. enam puluh hasta
menjulang ke langit.” (Muttafaq Alaih)
8. Golongan masuk Surga tanpa Hisab
Dari Abu Hurairah ra., ia berkata: “Aku telah mendengar Rasulullah saw.
bersabda: “Akan ada rombongan dari umatku sebanyak tujuh puluh ribu, muka
mereka bercahaya bagaikan terangnya bulan purnama.” Abu Hurairah berkata:
“Maka Ukasyah bin Mihsan Al-Asady berdiri sambil menjingjing kainnya dan
berkata: “Wahai Rasulullah, doakanlah aku dari golongan mereka.” Rasulullah
saw. berdoa: “Ya Allah, jadikanlah dia dari golongan mereka.” Kemudian seorang
sahabat Anshar berdiri dan berkata: “Wahai Rasulullah, doakanlah semoga Allah
menjadikanku dari golongan mereka.” Beliau menjawab: “Engakau telah
didahului Ukasyah.” (Muttafaq Alaih)
Tafsir Akidah 10
kepada mereka: "lutlah surga yang diwariskan kepadamu, disebabkan apa yang
dahulu kamu kerjakan" (QS. Al-A’raf: 43, Yunus: 26, Ar-Ra’d: 24, Ibrahim: 23,
Al-Hijr: 47-48, An-Nahl: 31, Al-Kahfi 31, 108, Maryam 62, Thaha: 118)
10. Sifat Wanita Penghuni Surga
تٞ َّٰ جنَ ۡعن د َ َربِّهِ م ِ ْ ين ٱت َّ َق ۡاوَ ِمن ذَٰلِك ُ ۡۖم لِلَّذ ِّ خ ۡيٖر َ ِ ۞قُ ۡل أَؤُنَبِّئُكُم ب
نٞ ض و ۡ ر و ٞ ر هَ ط م ٞ و ۡ َ خلِدين فيه ا وأ ر هۡ َ ت ۡجري من ت ۡحتها ۡٱلأ
َٰ ِ َ َ ة َّ ُّ ج ز
َٰ َ َ ِ َ ِ َ ٰ ُ َ ٰ ن َِ َ ِ ِ َ
١٥ ِصي ۢ ُرب ِ ۡٱلعِبَاد ِ َه بُ َّ ن ٱلل َّ ۗ ِه وَٱللَ م
ِّ
“Katakanlah: "Inginkah aku kabarkan kepadamu apa yang lebih baik dari yang
demikian itu?". Untuk orang-orang yang bertakwa (kepada Allah), pada sisi Tuhan
mereka ada surga yang mengalir dibawahnya sungai-sungai; mereka kekal
didalamnya. Dan (mereka dikaruniai) istri-istri yang disucikan serta keridhaan
Allah. Dan Allah Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya”. (QS. Ali ‘Imran: 15,
Ash-Shaffat: 48-49, Shaad: 52, Ad-Dhuhan: 54, Ath-Thur: 20, Ar-Rahman: 56, 58,
70, 72, 74, Al-Waqi’ah: 22-23)
11. Pakaian Ahli Surga
َ َ ِ أُوْلَٰٓئ
ن فِيهَ ا َ ُ م ۡٱلأ ۡنهَٰ ُر ي
َ حل َّ ۡو ُ ِمن ت َ ۡحتِه ِ ت عَ ۡد ٖنت َ ۡجرِي ُ َّٰ جن َ ۡك لَهُ م
َ
سٖ ُ س ند ُ من ِّ ض خ ۡ ٗرا ُ ن ثِيَاب ً ا َ س وُ َ من ذَهَ بٖ وَي َ ۡلب ِ س اوِ َر َ م ۡنأ ِ
َ
س ن َ ۡت ُ ح َ َاب و ُ َم ٱلثَّو َ ين فِيهَ ا عَلَى ۡٱلأ َرٓائ ِ ۚ ِكن ِ ۡع َ ِِٔ ك ُّ وَإ ِ ۡت َ ۡبس َر ٖق
ٔ َّ مت
٣١ م ۡرت َ َفقٗا ُ
“Mereka itulah (orang-orang yang) bagi mereka surga ´Adn, mengalir sungai-
sungai di bawahnya; dalam surga itu mereka dihiasi dengan gelang mas dan
mereka memakai pakaian hijau dari sutera halus dan sutera tebal, sedang mereka
duduk sambil bersandar di atas dipan-dipan yang indah. Itulah pahala yang
sebaik-baiknya, dan tempat istirahat yang indah”. (QS. Al-Kahfi: 31, Al-Hajj: 23,
Fathir: 33, AL-Insan: 21)
12. Amal Shaleh berbuah Surga
َك أ
َ ِ ت أُوْل َٰٓئ
َ ب ۡٱل
جن َّ ۖ ِة هُ مۡ فِيهَ ا َٰ ۡ
ح
ُ ص ِ ح َّٰ مل ُ وا ْ ٱ
َٰ ِ لص ل ِ َمن ُ وا ْ وَع َ ِوَٱلَّذ
َ ين ءَا
٨٢ ن َ خلِدُو َٰ
“Dan orang-orang yang beriman serta beramal saleh, mereka itu penghuni surga;
mereka kekal di dalamnya”. (QS. Al-Baqarah: 82, 154, Ali ‘Imran: 25, 133, 195,
An-Nisa: 69, 114, 124, Al-Maidah: 119)
13. Masuk Surga karena Rahmat Allah
“Dari Abu Hurairah ra., ia berkata: “Rasulullah saw. bersabda: “Tidak ada amal
seorangpun yang dapat menyelamatkannya.” Para sahabat berkata: “Juga Anda
wahai Rasulullah?” beliau saw. bersabda: “Juga aku, hanya saja Allah
menutupiku rahmat-Nya padaku, beramallah kalian dengan benar.” (Muttafaq
Alaih)
14. Makanan dan Minuman Ahli Surga
َ
َ ما ي َ ۡشتَهُو
٢٢ ن ِّ وَأ ۡمد َ ۡدنَٰهُم ب ِ َفٰكِهَ ةٖ وَل َ ۡح ٖم
َّ م
Tafsir Akidah 10
“Dan Kami beri mereka tambahan dengan buah-buahan dan daging dari segala
jenis yang mereka ingini” (QS. Ath-Thur: 19, 22, Al-Baqarah: 25, Ar-Ra’d: 35,
Ash-Shaffat: 41-42, Muhammad: 15, Ar-Rahman: 52, 68, Al-Waqi’ah: 19-21, Al-
Insan: 17, 21, Al-Mursalat: 42, An-Naba: 32)
Tafsir Akidah 10
20. Orang-orang mu’min akan melihat Allah di Surga
٢٣ ةٞ ى َربِّهَا نَاظ ِ َر َ َ ي َ ۡوٞجو ه
ٰ إِل٢٢ ٌض َرة
ِ مئ ِ ذٖ نَّا ُ ُو
“Wajah-wajah (orang-orang mukmin) pada hari itu berseri-seri. Kepada
Tuhannyalah mereka melihat” (QS. Al-Qiyamah: 22-23)3
ۡ هُ م: ن
َ خلِدُو
َٰ وَهُ مۡ فِيهَا
sebagai Mubtada dan ن
َ خلِدُو
َٰ sebagai Khobarnya,
keadaannya bisa berubah. Dan di bolehkan Manshub selain dalam Al-Qur’an
menjadi َ خلِدِ ۡي
ن َٰ sebagai Hal.
َ
َ menggunakan bentuk nakiroh dan pengertian kata ۡٱلأ ۡنهَٰ ۖ ُر
Dan Alasan kata ٖجن َّٰ ت
: bahwasannya “Surga” adalah sebuah nama tempat tinggal sebagai balasan
(pahala) seluruhnya, yang didalamnya memuat banyak tingkatan-tingkatan
menurut kemampuan beramalnya, setiap tingkatan dari mereka mempunyai surga
tersendiri. Adapun pengertian “Sungai-sungai”: suatu nama/sebutan jenis, seperti
halnya perkataan: sesorang mempunyai kebun didalamnya terdapat air Al-Jariy,
pohon At-Tin, tanaman Al-Anab dan buah-buahan yang berwarna-warni, diambil
kepada bermacam jenis yang berbicara, atau yang dimaksud “sungai-sungai”, yaitu
3
A.Zakaria, Pokok-Pokok Ilmu Tauhid Jilid Pertama, (Garut: Ibn Azka Press, 2005), Cet. Ke-
1, hlm. 199.
Tafsir Akidah 10
diganti pengertiannya dengan “Lam” dari pengertian ‘idofah. Seperti firman Allah
swt:
س شَ ۡيبٗا ۡ لٱ ۡ َو
َّ َ َٱشتَع
ُ لرأ
“kepalaku telah ditumbuhi uban” (QS. Maryam: 4)
atau karena mengambil dengan “Lam” kepada kata “sungai-sungai” yang telah
disebutkan dalam Firman Allah swt:
َ َ
هۥ
ُ م ِّ رٞ َٰس ٖنوَأ ۡنه
ُ من لَّب َ ٖن ل َّ مۡ يَتَغَي َّ ۡرط َ ۡع ِ مٓاءٍ غَ ۡيرِ ءَا ِّ رٞ َٰفِيهَٓا أ ۡنه
َّ من
“yang di dalamnya ada sungai-sungai dari air yang tiada berubah rasa dan
baunya, sungai-sungai dari air susu yang tidak berubah rasanya” (QS.
Muhammad: 15)4
B. Tafsir Global
Firman Allah swt:
َ
جن َّٰ تٖ ت َ ۡج رِي َ ۡن لَهُ م
َّ ت أ
ِ ح َّٰ مل ُ وا ْ ٱ
َٰ ِ لص ل ِ َمن ُ وا ْ وَع َ ِوَبَشِّ رِ ٱلَّذ
َ ين ءَا
من ت َ ۡحتِهَا ۡٱلأ َ ۡنهَٰ ۖ ُر ِ
“Dan sampaikanlah berita gembira kepada mereka yang beriman dan berbuat
baik, bahwa bagi mereka disediakan surga-surga yang mengalir sungai-sungai di
dalamnya.
Surga-surga tersebut digambarkan oleh ayat ini, mengalir dibawahnya sungai-
sungai, yakni dibawa pohon-pohon dan gedung-gedungnya. Didalam sebuah hadits
disebutkan bahwa sungai-sungai surga mengalir bukan pada parit-parit. Sehubungan
dengan surat Al-Kautsar, telah disebutkan kedua tepinya terdapat kubah-kubah yang
terbuat dari batu permata yang berlubang. Kedua pengertian ini tidak bertentangan.
Tanah liat surga terdiri atas bibit minyak kasturi, sedangkan batu-batu kerikilnya terdiri
atas batu-batu mutiara dan batu-batu permata. Kami memohon kepada Allah karunia-
Nya, sesungguhnya Dia Maha Baik lagi Maha Penyayang.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah membacakan kepadaku Ar-Rabi’ bin
Sulaiman, telah menceritakan kepada kami Asad bin Musa, telah menceritakan kepada
kami Ibn Tsauban, dari ‘Ata bin Qurrah, dari Abdullah bin Dhamrah, dari Abu
Huraiarah ia berkata: Rasulullah saw bersabda: “Sungai-sungai surga mengalir di
bagian bawah lereng-lereng atau dibagian bawah bukit-bukit kasturi” HR. Al-Baihaqi.
Ibn Abu Hatim mengatakan pula, telah menceritakan kepada kami Abu Sa’id, telah
menceritakan kepada kami Waki’, dari Al-A’masy, dari Abdullah bin Murrah, dari
Masruq yang menceritakan bahwa Abdullah bin Mas’ud ra pernah mengatakan,
“Sungai-sungai surga mengalir darib bukit kesturi”. HR. Al-Baihaqi.
Firman Allah swt:
من قَ ۡب ۖ ُل
ِ م َر ةٖ ِّر ۡزقٗا قَالُوا ْ هَٰذ َا ٱلَّذِي ُرزِ ۡقنَا ِ م ۡنهَا
َ َ من ث ِ ْ ما ُرزِقُوا
َ َّ كُل
Setiap mereka diberi rezeki buah-buahan dalam surga-surga itu, mereka
mengatakan: "Inilah yang pernah diberikan kepada kami dahulu".
4
Wahbah Az-Zuhaili, Tafsir Al-Munir, (Beirut: Dar Al-Fikr, 2005), Cet. Ke-8, Juz 1, hlm.
113-114.
Tafsir Akidah 10
As-Saddi Didalam kitab tafsirnya mengatakan dari Abu Malik, dari Abu
Shaleh, dari Ibnu Abbas dan dari Murrah, dari Ibnu Mas’ud, dari sejumlah sahabat
sehubungan dengan makna firman-Nya, “Inilah yang pernah diberikan kepada kami
dahulu”. Disebutkan mereka bahwa Didalam surga diberi buah-buahan. Ketiak melihat
buah-buahan itu mereka mengatakan, “Inilah yang pernah diberikan kepada kami
dahulu didunia.” Hal yang sama dikatakan pula oleh Qatadah, Abdurrahman bin Zaid
bin Aslam dan didukung oleh Ibnu Jarir.
Ikrimah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya mereka
mengatakan “Inilah yang pernah diberikan kepada kami dahulu”. Makna yang
dimaksud ialah seperti yang pernah diberikan kemarin. Hal yang sama dikatakan oleh
Ar-Rabi’ bin Anas. Mujahid mengatakan bahwa mereka mangatakan buah-buahan itu
serupa dengan apa yang pernah diberikan kepada mereka.
Ibnu Jarir mengatakan –begitu pula yang lainnya- bahwa takwil makna ayat
ini ialah “Inilah yang pernah diberikan kepada kami dahulu, buah-buahan surga
sebelumnya”. Dikatakan demikian karena satu sama lainnya sangat mirip sebagaimana
dijelaskan dalam ayat selanjutnya:
Firman Allah swt:
ُ
شبِهٗ ۖا ُ وَأتُوا ْ بِهِۦ
َٰ َ مت
Mereka diberi buah-buahan yang serupa
Sanid bin Daud mengatakan, telah menceritakan kepada kami seorang syekh
dari kalangan penduduk Al-Mashishah, dari Al-Auza’i, dari Yahya bin Abu Katsir yang
mengatakan bahwa diberikan kepada seorang diantara penduduk surga piring besar
berisikan sesuatu (buah-buahan) lalu ia memakannya. Kemudian disuguhkan lagi piring
besar lainnya maka ia mengatakan “Inilah yang pernah diberikan kepada kami dahulu”.
Maka para malaikat berkata, “Makanlah, bentuknya memang sama, tatapi rasanya
berbeda.”
Bin Abu Hatim mengatakan, talah menceritakan kepada kami ayahku, telah
menceritakan kepada kami Said bin Sulaiman, telah menceritakan kepada kami Amir
bin Yusuf dari Yahya bin Abu Katsir yang pernah mengatakan bahwa rerumputan surga
terdiri atas minyak za’faran, sedangkan bukit-bukitnya terdiri atas minyak kesturi. Para
ahli surga dikelilingi oleh pelayan-pelayan yang menyuguhkan beraneka buah-buahan,
lalu mereka memakannya. Kemudian disuguhkan pula kepada mereka hal yang semisal,
maka berkatalah penduduk surga kepada para pelayan, “Inilah yang pernah kalian
suguhkan kepada kami sebelumnya”. Lalu para pelayan menjawabnya, “Makanlah,
bentuknya memang sama, tetapi rasanya berbeda”. Hal inilah yang dimaksud dengan
firman-Nya , “mereka diberi buah-buahan yang serupa”.
Abu Ja’far Ar-Razi meriwayatkan dari Ar-Rabi’ bin Anas, dari Abul Aliyah
sehubungan dengan makna ayat ini, yaitu: “Mereka diberi buah-buahan yang serupa”,
yakni satu sama lainnya mirip, tetapi rasanya berbeda. Ibnu Abu Hatim mengatakan,
hal yang semisal telah diriwayatkan oleh Mujahid, Ar-Rabi’ bin Anas dan As-Saddi.
Ibnu Jarir meriwayatkan berikut sanadnya, dari As-Saddi Didalam kitab tafsirnya, dari
Abu Malik, dari Abu Shaleh, dari Ibnu Abbas, juga dari Murah, dari Ibnu Mas’ud serta
dari sejumlah sahabat sehubungan dengan makna firman-Nya, “Mereka diberi buah-
Tafsir Akidah 10
buahan yang serupa”. Makna yang dimaksud ialah serupa dalam hal warna dan bentuk
tetapi tidak sama dalam hal rasa. Pendapat inilah yang dipilah oleh Ibnu Jarir.
Ikrimah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya, “Mereka diberi
buah-buahan yang serupa”. Bahwa buah-buahan surga mirip dengan buah-buahan
didunia, hanya buah-buahan disurga lebih wangi dan lebih enak. Sufyan Ats-Tsauri
meriwayatkan dari Al-A’masy, dari Abu Zabyan, dari Ibnu Abbas, bahwa tiada sesuatu
pun Didalam surga yang menyerupai sesuatu yang ada didunia, hanya namanya saja
yang serupa. Menurut riwayat yang lain, tiada sesuatu pun yang didunia sama dengan
yang ada disurga kecuali hanya dalam masalah namanya saja yang serupa. Hal ini
diriwayatkan oleh Ibnu Jarir melalui riwayat Ats-Tsauri dan Ibnu Abu Hatim melalui
hadis Abu Mu’awaiyyah; keduanya menerima riwayat ini dari Al-A’masy dengan
lafadz seperti ini.
Abdurrahman bin Zain bin Aslam mengatakan sehubungan dengan makna
firman-Nya, “Mereka diberi buah-buahan yang serupa” bahwa mereka mengenal
nama-namanya sebagaimana ketika mereka didunia, misalnya buah apel dan buah
delima bentuknya sama dengan buah apel dan buah apel ketika mereka didunia. Lalu
mereka mengatakan, “Inilah yang pernah diberikan kepada kami sebelumnya ketika
kami didunia.” Mereka diberi buah-buahan yang serupa, yakni mereka mengenalnya
karena bentuknya sama dengan yang ada didunia, tetapi rasanya tidak sama. Firman
Allah swt:
ۖةٞ مطَهَّ َر َ
ُّ جٞ َٰوَلَهُ مۡ فِيهَٓا أ ۡزو
dan untuk mereka di dalamnya ada istri-istri yang suci
Ibnu Abu Thalhah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa Muthahharah
artinya suci dari najis dan kotoran. Mujahid mengatakan, yang dimaksud ialah suci dari
haid, buang air besar, buang air kecil, dahak, ingus, ludah, air mani dan melahirkan.
Qatadah mengatakan bahwa muthahharah artinya suci dari kotoran dan dosa (najis).
Menurut suatu riwayat darinya tidak ada haid dan tidak ada tugas. Telah diriwayatkan
dari ‘Ata, Ad-Dahhak, Abu Shaleh, Attiyah dan As-Saddi hal yang semisal dengan
riwayat tadi. Ibnu Jarir mengatakan , talah menceritakan kepadaku Yunus bin Abdul
A’la, telah menceritakan kepada kami Ibnu Wahb, dari Abdurrahman bin Zaid nin
Aslam yang mengatakan bahwa Al-Muthahharah artinya wanita yang tidak pernah
haid. Dia mengatakan dengan demikian pula halnya Siti Hawa pada waktu pertama kali
diciptakan. Tatapi ketika ia durhaka, maka Allah berfirman, “Sesungguhnya
menciptakanmu dalam keadaan suci, sekarang aku akan membuatmu mengalami
pendarahan sebagaimana kamu telah melukai pohon ini.” Akan tatapi riwayat ini dinilai
Gharib.
Al-Hafidz Abu Bakar bin Mardawaih mengatakan telah menceritakan kepada
kami Ibrahim bin Muhammad, telah menceritakan kepadaku ja’far bin Muhammad bin
Harb dan Muhammad bin Muhammad Al-Khawari; keduanya mengatakan, telah
menceritakan kepada kami Muhammad bin ‘Ubaid Al-Kindi, telah menceritakan
kepada kami Abdurrazak bin Umar Al-Buzai’i, telah menceritakan kepada kami
Abdullah bin Mubarak, dari Syaubah, dari Qatadah, dari Abu Nadrah, dari Abu Said,
dari Nabi saw sehubungan dengan makna firman-Nya: “dan untuk mereka di dalamnya
Tafsir Akidah 10
ada istri-istri yang suci”, yang dimaksud ialah suci dari haid, buang air besar, dahak,
dan ludah. Hadis ini dinilai gharib, akan tetapi imam Hakim meriwayatkannya dalam
kitab Mustadrak-nya, dari Muhammad bin Ya’qub, dari Al-Hasan bin Ali bin Affan,
dari Muhammad bin ‘Ubaid dengan lafadz yang sama. Imama Hakim mengatakan
bahwa predikat hadis ini Shahih bila dengan syarat syaikhain.
Apa yang didakwakan oleh Imam Hakim ini masih perlu dipertimbangkan,
karena sesungguhnya hadis Abdurrazaq bin Umar Al-Buzai’i dinilai oleh Abu Hatim
bin Hibban Al-Busti tidak dapat dijadikan hujjah.
Menurut kami, yang jelas pendapat ini pendapat Qatadah, seperti yang talah
kami kemukakan diatas. Firman Allah swt:
٢٥ ن
َ خلِدُو
َٰ وَهُ مۡ فِيهَا
dan mereka kekal di dalamnya”
Hal ini merupakan kebahagian yang sempurna, karena sesungguhnya di
samping mereka mendapat nikmat tersebut, mereka bebas dan aman dari kematian dan
terputusnya nikmat. Dengan kata lain nikmat yang mereka peroleh tiada akhir dan tiada
habisnya, bahkan mereka berada dalam kenikmatan yang abadi selama-lamnya. Hanya
kepada Allah-lah kami memohon agar diri kami dihimpun bersama golongan ahli surga
ini; sesungguhnya Allah Maha Dermawan, Maha Mulia, Maha Baik lagi Maha
Penyayang.5
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Jadi yang disebut surga dan neraka itu adalah tempat abadi yang disediakan bagi
manusia sebagai pembalasan yang layak bagi amal perbuatannya didunia. Surga sebagai
tempat kenikmatan dan kebahagian yang disediakan bagi orang-orang yang saleh, sedangkan
neraka adalah tempat siksaan bagi orang-orang yang durhaka kepada Allah swt.
Surga memiliki beberapa tingkatan seperti yang dijelaskan diatas serta memiliki
banyak kenikmatan yang tidak bisa dibayangkan didunia, seperti contohnya di QS. Al-
Baqarah:25 yang kami tafsirkan tadi. Begitupun juga neraka memiliki banyak adzab/siksaan
5
Ibnu Katsir, Tafsir Ibnu Katsir Tahqiq, (Beirut: Dar El-Hadith, 2005), Juz 1, hlm. 160-162.
Tafsir Akidah 10
dari mulai yang paling ringan sampai yang paling berat. Orang-orang yang masuk surga
disebut Ahlul Jannah dan orang-orang yang masuk neraka disebut Ahlun Nar.
Tafsir Akidah 10