Anda di halaman 1dari 10

KELOMPOK 5

(Syar’u man qablana & Saddu Dzariah)


1. Dimas Eka Satria A.(9)
2. Fritzy Ahmad F.(10)
3. Muhammad Alif R.(15)
4. Muhammad Reza P.(19)
5. Muhammad Rizal S.(20)
6. Muhammad Rizki F.(21)
PENGERTIAN SYAR’U
MANQABLANA

PENGERTIAN SADDU
DZARI’AH
PEMBAGIAN SYAR’U
MAN QABLANA
KEDUDUKAN SADDU
DZARI’AH SEBAGAI SUMBER
HUKUM
HUKUM SYAR’U MANQABLANA
MENURUT JUMHUR ULAMA

CONTOH-CONTOH SADDU
DZARI’AH

MATERI
PENGERTIAN SYAR’U MANQABLANA
Yang dimaksud dengan syar'u man qablana ialah syariat
yang diturunkan kepada orang-orang sebelum kita, yaitu ajaran
agama sebelum datangnya agama Islam.Pada dasarnya syariat
yang diturunkan itu untuk dijadikan pedoman hidup manusia,
sejak dahulu hingga masa-masa selanjutnya bersumber dari
satu yaitu Allah. Namun karena masa turun dan keadaan
pemakainya berbeda, maka ketentuan-ketentuan dalam syariat
itu juga mengalami penyesuaian. Karenanya di antara isi
syariat tersebut ada yang berlaku terus untuk umat selanjutnya
dan ada yang tidak.
PEMBAGIAN SYAR’U MANQABLANA
Secara garis besar syariat sebelum kita dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu:
1) Apa yang disyariatkan kepada mereka juga ditetapkan kepada kita umat Nabi
Muhammad Saw., baik penetapannya itu melalui perintah melaksanakan, seperti
puasa
2)Apa yang disyariatkan kepada mereka tidak disyariatkan lagi kepada kita.
Misalnya, yang disyariatkan kepada Nabi Musa, seperti: "Dosa orang jahat ini tidak
akan terhapus selain membunuh dirinya sendiri" dan "pakaian yang terkena najis
itu tidak suci kecuali harus dipotong bagian yang terkena najis tersebut."Terhadap
syariat jenis kedua ini para ulama sepakat untuk ditinggalkan, karenasyariat kita
telah menghapusnya.
3)Apa yang disyariatkan terdahulu itu
dikisahkan dalam Al-Qur'an, akan tetapi,
tidak dinyatakan secara jelas oleh syariat
Nabi Muhammad Saw. bahwa syariat
terdahulu itu wajib diikuti umat Islam atau
tidak, maka para ulama berbeda pendapat.
HUKUM SYAR’U MANQABLANA MENURUT JUMHUR
ULAMA

Menurut jumhur ulama yang terdiri dari jumhur Hanafiyah, sebagian


ulama alikiyah dan sebagian Syafi'iyah, menetapkan bahwa hukum
tersebut harus dipakai,sebab hukum tersebut telah diberikan kepada
umat sekarang dengan kisahnya.sementara sebagian yang lain tidak
mewajibkan mengamalkannya. Sebab jika wajib,maka tentunya perintah
tersebut akan dicantumkan secara jelas.Contohnya adalah qishash
penyiksaan semisal memotong jari orang harus dibalaskan memotong
jari si pemotong.
PENGERTIAN SADDU DZARI’AH
Syekh Abdullah bin Yusuf al-Jadi’ mendefinisikan saddudz dzari’ah sebagai sebuah
media yang bisa berujung pada keharaman, atau bisa juga menjadi media menuju
sesuatu yang dianjurkan. Dari definisi ini kemudian disimpulkan, bahwa metode ini
mengandung dua unsur: (1) kerusakan (mafsadah), yaitu setiap pekerjaan yang
sebenarnya boleh dilakukan namun berujung pada keharaman disebabkan adanya
potensi kerusakan; dan (2) kebaikan (maslahah), yaitu setiap pekerjaan mubah yang
dianjurkan disebabkan adanya potensi kebaikan. Dari penjelasan ini dapat
disimpulkan, bahwa yang menjadi hal penting dan paling pokok untuk diperhatikan
ketika melakukan sebuah tindakan yang berhukum mubah adalah efeknya. Jika
efeknya baik maka dianjurkan, jika efeknya justru menimbulkan kerusakan maka
hukumnya haram.
KEDUDUKAN SADDU DZARI’AH SEBAGAI SUMBER HUKUM

• Menurut Imam Malik dan para pengikutnya bahwa saddu dzari'ah


dapat dijadikansumber hukum, sebab sekalipun mubah akan tetapi,
dapat mendorong dan membuka perbuatan-perbuatan yang dilarang
oleh agama. Al-Qurthubi, seorang ulama mazhab Maliki menyatakan:
"Sesungguhnya apa.apa yang dapat mendorong kepada perkara yang
dilarang (maksiat) adakalanyasecara pasti menjerumuskan dan tidak
pasti menjerumuskan.
• Menurut Imam Abu Hanifah dan Imam Syafi'i, bahwa saddu dzari'ah
tidak dapat dijadikan sumber hukum, karena sesuatu yang menurut
hukum asalnya mubah, tetap diperlakukan sebagai yang mubah.
CONTOH-CONTOH SADDU DZARI’AH

1. Menebang dahan pokok yang meliuk di atas jalan umum dapat


mengakibatkan timbulnya gangguan lalu lintas.
2. Melarang perbuatan/permainan judi tanpa uang
3. Zina hukumnya haram, maka melibat aurat wanita yang
menghantarkan kepada perbuatan zina juga merupakan haram
4. shalat jum,at merupakan kewajiban maka meninggalkan segala
kegiatan untuk melaksanakan shalat jum’at wajib pula hukumnya.

Anda mungkin juga menyukai