Anda di halaman 1dari 6

Sumber Hukum Islam yang Múkhtalaf (Tidak disepakati)

XII IPA 2

Anggota Kelompok :

Imamatul khusniah (9)

Khurin nihayati (12)

Laila dhiya atika (15)

Laily nur azizah (16)

Naila afifatuzahrok (30)

TAHUN AJARAN 2023/2024


MADRASAH ALIYAH NEGERI 1 NGAWI

Peta Konsep
Múkhtalaf (Tidak disepakati)
● Pengertian: Al Qur'an bersifat global, maka untuk memahami hukum Islam umat Islam
membutuhkan sumber hukum yang lain, dengan syarat tidak bertentangan dengan Al-
Qur'an dan hadits. Sumber hukum Islam tersebut lebih dikenal dengan istilah sumber
hukum Islam yang Mukhtalaf (tidak disepakati) oleh ulama.
Jenis-jenis Mukhtalaf:
1. Istihsan (menganggap baik) dibedakan menjadi dua yaitu:
A). Menguatkan qiyas khafi atas qiyas jali. Contohnya wanita yang sedang haid boleh
membaca Al-Qur'an berdasarkan istihsan dan haram menurut qiyas.
B). Ketentuan hukum kuliy (umum) kepada ketentuan hukum juz'i (khusus). Contohnya
pembagian zakat bagi seorang mu'alaf dan binatang unta yang lepas harus ditangkap
padahal pada zaman Nabi Muhammad tidak harus ditangkap, tetapi dibiarkan lepas begitu
saja.
● Dasar hukum istihsan
QS. Az-Zumar Ayat 18
ٓ ٓ
ِ َ‫وا ٱَأْل ْل ٰب‬
‫ب‬ َ ‫ُون َأحْ َسنَ ۚ ٓۥهُ ُأ ۟و ٰلَِئكَ ٱلَّ ِذينَ هَد َٰىهُ ُم ٱهَّلل ۖ ُ َوُأ ۟و ٰلَِئ‬
۟ ُ‫ك هُ ْم ُأ ۟ول‬ %َ ‫ٱلَّ ِذينَ يَ ْستَ ِمعُونَ ْٱلقَوْ َل فَيَتَّبِع‬

Artinya: Yang mendengarkan perkataan lalu mengikuti apa yang paling baik di antaranya.
Mereka itulah orang-orang yang telah diberi Allah petunjuk dan mereka itulah orang-orang
yang mempunyai akal.

2. Maslahah Mursalah (kebaikan)


A). Ulama yang menerima dan menolak sebagai sumber hukum
1. Jumhur ulama menolak
2. Imam Malik membolehkan
3. Apabila maslahah mursalah itu sesuai dengan dalil kuliy atau dalil juz'i dari
syara', maka boleh berpegangan kepadanya.
B). Syarat-syarat maslahah mursalah
1. Maslahah itu harus jelas dan pasti, bukan berdasarkan anggapan.
2. Maslahah itu bersifat umum, bukan untuk kepentingan pribadi.
3. Hukum yang ditetapkan berdasarkan maslahah dan tidak bertentangan dengan
hukum yang telah ditetapkan dengan ijma'.
3. Istishab (selalu menemani atau menyertai)
A). Macam-macam istishab
1. Istishab al-'Adam yaitu tidak adanya suatu hukum yang ditiadakan oleh akal
berdasarkan asalnya dan tidak pula ditetapkan oleh syara'.
2. Istishab umum (Nash) yaitu suatu hukum tetap berlaku menurut umumnya sampai
ada yang merubahnya.
3. Istishab hukum yang ditunjukkan oleh syara' tetapnya dan kekalnya karena ada
sebab.
4. Istishab keadaan ijma' atas sesuatu hukum pada tempat yang diperselisihkan.
B). Ulama yang menerima dan menolak istishab sebagai sumber hukum
1. Ulama Malikiyah, Syafi'iyah, Hanabilah, Zhahiriyah dan Syi'ah bahwa istishab bisa
menjadi hujjah serta mutlak untuk menetapkan hukum yang sudah ada, selama belum ada
dalil yang mengubahnya.
2. Ulama Hanafiyah istishab itu dapat menjadi hujjah untuk menetapkan berlakunya
hukum yang telah ada dan menolak akibat-akibat hukum yang timbul dari ketetapan yang
berlawanan dengan ketetapan yang sudah ada, bukan sebagai hujjah untuk menetapkan
perkara yang belum ada tetap hukumnya.
3. Ulama Mutakallimin berpendapat bahwa istishab tidak bisa dijadikan dalil karena
hukum yang ditetapkan pada masa lampau menghendaki adanya dalil.
4. Sadzudz dzari'ah adalah menutup jalan atau mencegah hal-hal yang bisa membawa
atau menimbulkan terjadinya kerusakan.
Dzari'ah dapat dikelompokkan menjadi dua segi, yaitu:
A). Dari segi akibat (dampak) yang ditimbulkan
1) Dzari'ah yang pada dasarnya membawa kerusakan seperti meminum-minuman.
2) Dzari'ah yang ditentukan untuk sesuatu yang mubah, namun ditunjukkan untuk
perbuatan buruk yang merusak.
3) Dzari'ah yang semula ditentukan mubah, tidak ditunjukkan untuk kerusakan.
4) Dzari'ah yang semula ditentukan untuk mubah, namun terkadang membawa
kerusakan.
B). Dari segi tingkat kerusakan yang ditimbulkan
1) membawa kepada kerusakan secara pasti.
2) membawa kepada kerusakan menurut biasanya.
3) membawa kepada perbuatan terlarang menurut kebanyakan.
4) jarang sekali membawa kerusakan.
Ulama yang menerima dan menolak sadzudz dzari'ah
a) Menurut Imam Malik, sadzudz dzari'ah dapat menjadi sumber hukum, artinya perkara
yang mubah itu dapat dilarang, kalau pada pembolehannya yaitu pembuka jalan untuk
mendorong kepada maksiat.
b) Menurut Imam Abu dan Imam Syafi'i, sadzudz dzari'ah tidak dapat dijadikan sumber
hukum. Karena sesuatu yang menurut hukum asalnya mubah ,tetap diperlakukan mubah
hukumnya.
5. 'Urf (adat kebiasaan)
A). Macam-macam 'Urf
1. Dari segi sifatnya
a) 'urf amaliy, contoh: berbagai transaksi yang dilakukan oleh masyarakat dengan cara
tertentu.
b) 'urf qualiy, contoh: kata atau ungkapan ‫ اللو لد‬untuk menyatakan anak laki-laki.
2. Dari segi wujudnya
a) 'urf sahih, contoh: pada tradisi di masyarakat bahwa dalam masa pertunangan calon
mempelai laki-laki memberi hadiah kepada pihak perempuan, dan hadiah ini bukan
merupakan bagian dari maskawin.
b) 'urf fasid yaitu adat istiadat yang tidak baik.
B). Kehujjahan 'urf
1. Ulama ushul sepakat bahwa 'urf yang shahih dapat dijadikan hujjah dan sarana dalam
menetapkan hukum syara'.
2. Urf fasid tidak dapat dijadikan hujjah.
6. Syar'u Man Qablana (sebuah agama/hukum syariat)
A). Macam-macam syar'u man qablana
1. Dinasakh syariat kita (syariat Islam), contoh: pada syariat Nabi Musa As. pakaian yang
terkena najis tidak suci, kecuali dipotong apa yang kena najis itu.
2. Dianggap syariat kita melalui Al-Qur'an dan Al- Sunnah, contoh: perintah
menjalankan puasa.
3. Tidak ada penegasan dari syariat kita apakah dinasakh atau dianggap sebagai syariat
kita.
B). Kehujjahan syar'u man qablana
Sebagian ulama seperti Imam Abu Hanifah, Imam Maliki, Imam Syafi'i dan Imam Ahmad
bin hambal menyatakan bahwa hukum-hukum yang disebutkan dalam Al-Qur'an dan Al
Sunnah meskipun objeknya tidak untuk Nabi Muhammad, selama tidak ada penjelasan
tentang nasakhnya maka berlaku pula untuk umat Nabi Muhammad Saw. dari sini muncul
kaidah: "syariat untuk umat sebelum kita juga berlaku untuk syariat kita".
7. Mazhab Shahabi
Adalah pendapat sahabat Rasulullah SAW tentang suatu kasus di mana hukumnya tidak
dijelaskan secara tegas dalam Alquran dan Al sunnah Rasulullah. Contoh sahabat yang
dimaksud adalah Umar bin Khattab, Abdullah bin Mas'ud, Said bin Tsabit, Abdullah bin
Umar.
A). Macam-macam Mazhab Shahabi
1. perkataan sahabat terhadap hal-hal yang tidak termasuk objek ijtihad.
2. perkataan sahabat yang disepakati oleh sahabat yang lain.
3. perkataan sahabat yang tersebar di antara para sahabat yang lainnya dan tidak
diketahui ada sahabat yang mengingkarinya.
B). Kehujjahan Mazhab Shahabi
1. Mengatakan bahwa mazhab shahabi dapat menjadi hujjah. pendapat ini berasal dari
Imam Maliki, Abu Bakar Ar-razi, Abu Sa'id, Imam Syafi'i, dan Imam Ahmad bin Hambal
dalam satu riwayat.
2. Bahwa mazhab sahabat secara mutlak tidak dapat menjadi hujjah dasar hukum.
Pendapat ini berasal dari jumhur Asya'riyah dan Mu'tazilah, Imam Syafi'i, Abu Hasan Al-
kharha dari golongan Hanafiyah. Alasan mereka antara lain adalah firman Allah Swt
berikut:
َ ٰ ‫ُوا ٰيَُٓأ ۟ولِى ٱَأْلب‬
‫ْص ِر‬ ۟ ‫فَٱ ْعتَبر‬
ِ
Maka ambillah (kejadian itu) untuk menjadi pelajaran, hai orang-orang yang mempunyai
wawasan. (QS. Al-Hasyr ayat 2)

Anda mungkin juga menyukai