Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH USHUL FIQIH

“MASLAHAH MURSALAH DAN URUF SEBAGAI DALIL HUKUM ISLAM”

Dosen Pengampu :

Samasul Ma’arif, M. Ag.

Disusun oleh :

Kelompok 8

Pebi agustiana : 2223440005

Liza sintia putri : 2223440003

PROGRAM STUDI AQIDAH DAN FILSAFAT ISLAM

FAKULTAS USHULUDDIN, ADAB, DAN DAKWAH

UIN FATMAWATI SOEKARNO BENGKULU

2023/2024

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah yang Maha Esa atas terselesaikannya
makalah dengan judul “maslahah mursalah dan uruf sebagai dalil hukum islam “, dan tidak
lupa saya ucapkan terimakasih kepada mereka yang telah membantu dalam proses pembuatan
makalah ini dan juga kepada sumber-sumber yang telah membantu kami dalam penyusunan
isi makalah ini. Makalah ini saya buat untuk menyelesaikan tugas yang telah diberikan oleh
dosen kami dalam mata kuliah Ushul Fiqh dan utnuk menyempurnakan nilai kami dalam
menyelesaikan mata kuliah ini.

Kami berharap makalah yang telah kami selesaikan ini dapat bermanfaat bagi orang-
orang yang telah membacanya, sehingga bagi setiap orang yang membacanya dapat
menambah pengetahuan. Dari penyusunan makalah ini, kami mengetahui bahwa makalah ini
masih belum sempurna dan masih terdapat kekurangan, kami berharap bagai setiap pembaca
dapat membantu kami dalam meng-evaluasi makalah ini.

Bengkulu, 20 November 2023

Penulis

i
DAFTAR PUSTAKA

KATA PENGANTAR............................................................................................................i

DAFTAR ISI...........................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................1

A. Latar Belakang.............................................................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................................1
C. Tujuan...........................................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................................2

A. Pengertian maslahah ....................................................................................................2


B. Pengertian uruf.............................................................................................................3

BAB II PENUTUP..................................................................................................................9

A. Kesimpulan...................................................................................................................9
B. Saran ............................................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Maslahat mursalah yaitu suatu kemaslahatan yang tidak disinggung oleh syara'
dan tidak pula terdapat dalil-dalil yang menyuruh untuk mengerjakan atau
meninggalkannya, sedang jika dikerjakan akan mendatangkan kebaikan yang besar
atau kemaslahatan. Maslahat mursalah disebut juga maslahat yang mutlak. Karena
tidak ada dalil yang mengakui kesahan atau kebatalannya. Jadi pembentuk hukum
dengan cara maslahat mursalah semata-mata untuk mewujudkan kemaslahatan
manusia dengan arti untuk mendatangkan manfaat dan menolak kemudharatan dan
kerusakan bagi manusia.
Dan ada pula 'Urf ialah sesuatu yang telah dikenal oleh masyarakat dan
merupakan kebiasaan di kalangan mereka baik berupa perkataan maupun perbuatan.
Sekalipun dalam pengertian istilah tidak ada perbedaan antara 'urf dengan adat (adat
kebiasaan) sekalipun dalam pengertian istilah hampir tidak ada perbedaan pengertian
adat, karena adat di samping telah dikenal oleh masyarakat, juga telah biasa
dikerjakan di kalangan mereka, seakan-akan telah merupakan hukum tertulis,
sehingga ada sanksi-sanksi terhadap orang yang melanggarnya.
B. Rumusan Masalah

1. Apa yang di maksud dengan maslahah mursalah?

2. apa yang di maksud dengan ‘urf sebagai dalil hukum islam?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui apa itu maslahah mursalah

2. Mengenal secara mendalam terkait ‘urf

3. Memenuhi tugas dosen.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Maslahat Mursalah

Maslahat mursalah yaitu suatu kemaslahatan yang tidak disinggung oleh syara' dan
tidak pula terdapat dalil-dalil yang menyuruh untuk mengerjakan atau meninggalkannya,
sedang jika dikerjakan akan mendatangkan kebaikan yang besar atau kemaslahatan.
Maslahat mursalah disebut juga maslahat yang mutlak. Karena tidak ada dalil yang
mengakui kesahan atau kebatalannya. Jadi pembentuk hukum dengan cara maslahat
mursalah semata-mata untuk mewujudkan kemaslahatan manusia dengan arti untuk
mendatangkan manfaat dan menolak kemudharatan dan kerusakan bagi manusia.

Kemaslahatan manusia itu mempunyai tingkatan-tingkatan. Tingkat pertama lebih


utama dari tingkat kedua dan tingkat yang kedua lebih utama dari tingkat ketiga.
Tingkatan-tingkatan itu, ialah:

a. Tingkat pertama yaitu tingkat dhurari, tingkat ini terdiri atas lima tingkat pula, tingkat
pertama lebih utama dari yang kedua, yang kedua lebih utama dari yang ketiga dan
seterusnya. Tingkat-tingkat itu ialah:
1) Memelihara agama.
2) Memelihara jiwa.
3) Memelihara akal
4) Memelihara keturunan
5) Memelihara harta.
b. Tingkat yang kedua adalah tingkat yang diperlukan (haji).
c. Tingkat ketiga, ialah tingkat tahsini.

Di antara contoh maslahat ialah usaha Khalifah Abu Bakar mengumpulkan Al-Qur'an
yang terkenal dengan jam'ul Qur'an. Pengumpulan Al-Qur'an ini tidak disinggung sedikit
pun oleh syara', tidak ada nash yang memerintahkan dan tidak ada nash yang

2
1
melarangnya. Setelah terjadi peperangan Yamamah banyak para penghafal Al-Qur'an
yang mati syahid (kurang lebih 70 orang). Umar bin Khathab melihat kemaslahatan yang
sangat besar pengumpulan Al-Qur'an itu, bahkan menyangkut kepentingan agama
(dhurari), Seandainya tidak dikumpulkan, dikhawatirkan Al-Qur'an akan hilang dari
permukaan dunia nanti. Karena itu Khalifah Abu Bakar menerima anjuran Umar dan
melaksanakannya,

Demikian pula tidak disebut oleh syara tentang keperluan mendirikan rumah penjara,
menggunakan mikrofon di waktu azan atau shalat jamaah, menjadikan tempat melempar
jumrah menjadi dua tingkat, tempat sai dua tingkat, tetapi semuanya itu dilakukan
semata-mata untuk kemaslahatan agama, manusia dan harta.

Alam mengistinbatkan hukum, sering kurang dibedakan antara qiyas, istihsan dan
maslahat mursalah. Pada qiyas ada dua peristiwa atau kejadian, yang pertama tidak ada
nashnya, karena itu belum ditetapkan hukumnya, sedang yang kedua ada nashnya dan
telah ditetapkan hukumnya. Pada istihsan hanya ada satu peristiwa, tetapi ada dua dalil
yang dapat dijadikan sebagai dasarnya. Dalil yang pertama lebih kuat dari yang kedua,
tetapi karena ada sesuatu kepentingan dipakailah dalil yang kedua. Sedang pada maslahat
mursalah hanya ada satu peristiwa dan tidak ada dalil yang dapat dijadikan dasar untuk
menetapkan hukum dari peristiwa itu, tetapi ada suatu kepentingan yang sangat besar jika
peristiwa itu ditetapkan hukumnya, karena itu ditetapkanlah hukum berdasar kepentingan
itu.

Imam al-Ghazali menggunakan istilah istishlah sebagai kata yang sama artinya
dengan mashlahat mursalah.

B. Dasar Hukum

Para ulama yang menjadikan maslahat sebagai salah satu dalil syara', menyatakan
bahwa dasar hukum maslahat mursalah ialah:

a. Persoalan yang dihadapi manusia selalu tumbuh dan berkembang. demikian pula
kepentingan dan keperluan hidupnya, kenyataan menunjukkan bahwa banyak hal-hal
atau persoalan yang tidak terjadi pada masa Rasulullah Saw, kemudian timbul dan
terjadi pada masa-masa sesudahnya, bahkan ada yang terjadi tidak lama setelah
Rasulullah Saw. meninggal dunia. Seandainya tidak ada dalil yang dapat memecahkan
1
Sanusi ahmad, Ushul Fiqh,(jakara pt rajaGrafindo Persada: 2019), h. 80-82.

3
hal-hal yang demikian berarti akan sempitlah kehidupan manusia, Dalil itu ialah dalil
yang dapat menetapkan mana yang merupakan kemaslahatan manusia dan mana yang
tidak sesuai dengan dasar-dasar umum dari agama Islam. Jika hal itu telah ada, maka
dapat direalisasi kemaslahatan manusia pada setiap masa, keadaan dan tempat.

b. Sebenarnya para sahabat, tabi'in, tabi'it tabi'in dan para ulama yang datang sesudahnya
telah melaksanakannya, sehingga mereka dapat segera menetapkan hukum sesuai
dengan kemaslahatan kaum muslimin pada masa itu. Khalifah Umar telah
menetapkan talak yang dijatuhkan tiga kali sekaligus jatuh tiga, padahal pada masa
Rasulullah Saw. hanya jatuh satu, Khalifah Utsman telah memerintahkan penulisan
Al-Qur'an dalam satu mushaf dan Khalifah Ali pun telah menghukum bakar hidup
golongan Syi'ah Radidhah yang memberontak, kemudian diikuti oleh para ulama yang
datang sesudahnya.
C. Objek Maslahat Mursalah

Yang menjadi objek maslahat mursalah, ialah kejadian atau peristiwa yang perlu
ditetapkan hukumnya, tetapi tidak ada satu pun nash (Al-Qur'an dan Hadis) yang dapat
dijadikan dasarnya. Prinsip ini disepakati oleh kebanyakan pengikut mazhab yang ada
dalam fiqh, demikian pernyataan Imam Al Qarafi Ath-Thufi dalam kitabnya Mashalihul
Mursalah menerangkan hukum dalam bidang muamalah dan semacamnya, Sedang dalam
soal-soal ibadah adalah Allah untuk menetapkan hukumnya, karena manusia tidak
sanggup mengetahui dengan lengkap hikmah ibadat itu. Oleh sebab itu, hendaklah kaum
muslimin beribadah sesuai dengan ketentuannya yang terdapat dalam Al-Qur'an dan
Hadis.

Menurut Imam Al-Haramain: Menurut pendapat Imam Asy-Syafi'i dan sebagian besar
pengikut Mazhab Hanafi, menetapkan hukum dengan maslahat mursalah harus dengan
syarat, harus ada persesuaian dengan maslahat yang diyakini, diakui dan disetujui oleh
para ulama.
D. Pengertian ‘Urf
'Urf ialah sesuatu yang telah dikenal oleh masyarakat dan merupakan kebiasaan di
kalangan mereka baik berupa perkataan maupun perbuatan. Oleh sebagian ulama ushul
fiqh, 'urf disebut adat (adat kebiasaan), Sekalipun dalam pengertian istilah tidak ada
perbedaan antara 'urf dengan adat (adat kebiasaan) sekalipun dalam pengertian istilah
hampir tidak ada perbedaan pengertian adat, karena adat di samping telah dikenal oleh

4
masyarakat, juga telah biasa dikerjakan di kalangan mereka, seakan-akan telah
2
merupakan hukum tertulis, sehingga ada sanksi-sanksi terhadap orang yang
melanggarnya.
Seperti dalam salam (jual beli dengan pesanan) yang tidak memenuhi syarat jual beli.
Menurut syarat jual beli ialah pada saat jual beli dilangsungkan pihak pembeli telah
menerima barang yang dibelikan dan pihak penjual telah menerima uang penjualan
barangnya. Sedang pada salam barang yang akan dibeli itu belum ada wujudnya pada saat
akad jual beli dilakukan, baru ada dalam bentuk gambaran saja. Tetapi karena telah
menjadi adat kebiasaan dalam masyarakat, bahkan dapat memperlancar arus jual beli,
maka salam itu dibolehkan.
Dilihat sepintas lalu, seakan-akan ada persamaan antara ijma' dengan urf, karena
keduanya sama-sama ditetapkan secara kesepakatan dan tidak ada yang menyalahinya.
Perbedaannya ialah pada ijma' ada suatu peristiwa atau kejadian yang perlu ditetapkan
hukumnya. Karena itu para mujtahid membahas dan menyatakan kepadanya, kemudian
ternyata pendapatnya sama. Sedang pada 'urf bahwa telah terjadi suatu peristiwa atau
kejadian, kemudian seseorang atau beberapa anggota masyarakat sependapat dan
melaksanakannya. Hal ini dipandang baik pula oleh anggota masyarakat yang lain, lalu
mereka mengerjakan pula. Lama-kelamaan mereka terbiasa mengerjakannya sehingga
merupakan hukum tidak tertulis yang telah berlaku di antara mereka. Pada ijma', hukum
tidak tertulis yang telah berlaku di antara mereka. Pada ijma', masyarakat melaksanakan
suatu pendapat karena para mujtahid telah menyepakatinya, sedang pada 'urf, masyarakat
mengerjakannya karena mereka telah biasa mengerjakannya dan memandangnya baik.
E. Macam-macam 'Urf
'Urf dapat dibagi atas beberapa bagian. Ditinjau dari segi sifatnya, 'urf terbagi
kepada:
a. "Urf Qauli
lalah 'urf yang berupa perkataan, seperti perkataan walad, menurut bahasa
berarti anak, termasuk di dalamnya anak laki-laki dan anak perempuan, Tetapi dalam
percakapan sehari-hari biasa diartikan dengan laki-laki saja. Lahmun, menurut bahasa
berarti daging, termasuk di dalamnya segala macam daging, seperti daging binatang
darat dan ikan, Tetapi dalam percakapan sehari-hari hanya berarti daging binatang
darat saja tidak termasuk di dalamnya daging binatang air (ikan).
b. 'Urf amali
2
Sanusi ahmad, Ushul Fiqh,(jakara pt rajaGrafindo Persada: 2019), h. 80-82.

5
lalah 'urf yang berupa perbuatan, seperti jual beli dalam masyarakat tanpa
mengucapkan shighat akad jual beli. Padahal menurut syara', shighat jual beli itu
merupakan salah satu rukun jual beli. Tetapi karena telah menjadi kebiasaan dalam
masyarakat melakukan jual beli tanpa shighat jual beli dan tidak terjadi hal-hal yang
tidak diingini, maka syara' membolehkannya.

Ditinjau dari segi diterima atau tidaknya 'urf, terbagi atas:

a. "Urf sahih
lalah 'urf yang baik dan dapat diterima karena tidak bertentangan dengan
syara'. Seperti mengadakan pertunangan sebelum melangsungkan akad nikah,
dipandang baik, telah menjadi kebiasaan dalam masyarakat dan tidak bertentangan
dengan syara'.
b. "Urf asid
lalah 'urf yang tidak baik dan tidak dapat diterima, karena bertentangan
dengan syara'. Seperti kebiasaan mengadakan sesajian untuk sebuah patung atau suatu
tempat yang dipandang keramat. Hal ini tidak dapat diterima, karena berlawanan
dengan ajaran tauhid yang diajarkan agama Islam.

Ditinjau dari ruang lingkup berlakunya, 'urf terbagi kepada:


a. "Urf 'aam
lalah 'urf yang berlaku pada suatu tempat, masa dan keadaan, seperti memberi
hadiah (tip) kepada orang yang telah memberikan jasanya kepada kita, mengucapkan
terima kasih kepada orang yang telah membantu kita dan sebagainya.
Pengertian memberi hadiah di sini dikecualikan bagi orang-orang yang memang
menjadi tugas kewajibannya memberikan jasa itu dan untuk pemberian jasa itu, ia
telah memperoleh imbalan jasa berdasarkan peraturan perundang-undangan yang ada,
seperti hubungan penguasa atau pejabat dan karyawan pemerintah dalam urusan yang
menjadi tugas kewajibannya dengan rakyat/masyarakat yang dilayani. sebagaimana
ditegaskan oleh Hadis Nabi Muhammad Saw.:

Artinya: "Barang siapa telah memberi syafaat (misalnya jasa) kepada saudaranya
berupa satu syafaat (jasa), maka orang itu memberinya satu hadiah lantas hadiah itu
dia terima, maka perbuatannya itu berarti ia telah mendatangi/memasuki satu pintu

6
yang besar dari pintu-pintu riba." (HR Ahmad dan Abu Daud) Hadis ini menjelaskan
hubungan penguasa/sultan dengan rakyatnya.
b. Urf khash
lalah 'urf yang hanya berlaku pada tempat, masa atau keadaan tertentu saja.
Seperti mengadakan halal bi halal yang biasa dilakukan oleh bangsa Indonesia yang
beragama Islam pada setiap selesai menunaikan ibadah puasa bulan Ramadhan,
sedang pada negara-negara Islam lain tidak dibiasakan.
F. Dasar Hukum 'Urf
Para ulama sepakat bahwa 'urf sahih dapat dijadisskan dasar hujjah selama tidak
bertentangan dengan syara'. Ulama Malikiyah terkenal dengan pernyataan mereka bahwa
amal ulama Madinah dapat dijadikan hujjah, demikian pula ulama Hanafiyah menyatakan
bahwa pendapat ulama Kufah dapat dijadikan dasar hujjah. Imam Syafi'i terkenal dengan
qaul qadim dan qaul jadidnya. Ada suatu kejadian tetapi beliau menetapkan hukum yang
berbeda di Mesir (qaul jadid). Hal ini menunjukkan bahwa ketiga mazhab itu berhujjah
dengan 'urf. Tentu saja 'urf fasid tidak mereka jadikan sebagai dasar hujjah.

Kaidah-kaidah fiqhiyah Di antara kaidah-kaidah fiqhiyah yang berhubungan


dengan 'urf ialah:

‫اْلَعاَد ُة ُم َح َك َم ٌة‬
a. "Adat kebiasaan itu dapat ditetapkan sebagai hukum."

‫اْسِتْع َم اُل الَّناِس ُح َّج ٌة َيِج ُب الَعَمُل ِبَم ا‬

b. "Perbuatan manusia yang telah tetap dikerjakannya wajib beramal dengannya."

c. "Tidak dapat dipungkiri bahwa perubahan hukum (berhubungan) dengan perubahan


masa." (M.A. Tihami, 2007: 39).34

3
Sanusi ahmad, Ushul Fiqh,(jakara pt rajaGrafindo Persada: 2019), h. 80-85.
4
Darmawati,Ushul fiqh,(Jakarta prenadamedia group:2019), h.78-79.

7
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Maslahat mursalah yaitu suatu kemaslahatan yang tidak disinggung oleh syara' dan
tidak pula terdapat dalil-dalil yang menyuruh untuk mengerjakan atau meninggalkannya,
sedang jika dikerjakan akan mendatangkan kebaikan yang besar atau kemaslahatan.
Maslahat mursalah disebut juga maslahat yang mutlak.

'Urf ialah sesuatu yang telah dikenal oleh masyarakat dan merupakan kebiasaan di
kalangan mereka baik berupa perkataan maupun perbuatan. Oleh sebagian ulama ushul
fiqh, 'urf disebut adat (adat kebiasaan), Sekalipun dalam pengertian istilah tidak ada
perbedaan antara 'urf dengan adat (adat kebiasaan) sekalipun dalam pengertian istilah
hampir tidak ada perbedaan pengertian adat, karena adat di samping telah dikenal oleh
masyarakat, juga telah biasa dikerjakan di kalangan mereka, seakan-akan telah
merupakan hukum tertulis, sehingga ada sanksi-sanksi terhadap orang yang
melanggarnya.

B. SARAN

Kami sadar bahwa masih banyak kekurangan yang kami miliki dalam penyusunan
makalah ini oleh karena itu mohon diberikan saranya agar kami bias membuat makalah
lebih baik lagi, dan semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi kita semua.

8
DAFTAR PUSTAKA

Sanusi,Ahmad,2019,USHUL FIQH, Jakarta, PT RajaGrafindo persada

Darmawati, 2019, USHUL FIQH, Jakarta, Prenadamediagrup

Effendi, Satria, 2008, USHUL FIQH, Jakarta, Kencana

Anda mungkin juga menyukai