Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

MUSLAHAT AL MARSALAH

DISUSUN OLEH :
MANDA SULAIMAN HASIBUAN 2110300014
ARIANA 2110300029
HAIRIN NISA 2110300024

DOSEN PENGAMPU :
Drs. Zulfan Efendi Hasibuan, M.A

JURUSAN HUKUM TATA NEGARA


FAKULTAS SYARIAH DAN ILMU HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYEKH ALI HASAN
AHMAD
ADDARY PADANGSIDIMPUAN
2023

1
KATA PENGANTAR

Alhamdulilahi rabbil ‘alamin, Was sholatu wassalamu ‘ala, Asyrofil ambiyaa


iwal mursalin, Sayyidina wa maulana Muhammadin, Wa ‘alaa ‘alihi wa shohbihi
ajmain. Ama ba’du. Pertama-tama marilah kita panjatkan segala puji syukur ke
hadirat Allah Subhanahu wa Ta’ala, karena hanya dengan rahmat dan karunia-nya-
lah, kami tim penulis makalah dapat merampungkan isi makalh kami.

Makalah merupakan kumpulan materi yang para penulis ajarkan dalam


perkuliahan . Buku ajar ini mengacu kepada Rencana Program Kegiatan
Pembelajaran Semester yang berlaku pada Fakultas syariah dan ilmu hukum. Tidak
lupa kami menghaturkan terima kasih kepada dosen mata kuliah kami yang telah
mendukung tugas kami sebagai dosen.

Demikian kami ucapkan terimakasih dan sekaligus kami sebagai penulis


merasa masih banyak kekurangn dalam penulisan makalah kami. Oleh karena itu
kami mengharapkan kritik dan sara dari pembaca materi dalam makalah kami. Lebih
kurangnya mohon maaf, wallahul muwafiq ila aqwamith thoriq. Wassalamu
‘alaykum wa rahmatulaahi wabarakaatuh.

Padang sidempuan Mei 2023

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR . … … … .. … … … .. … … .. … .. … … .. … .. … … … .. .
DAFTAR ISI… … . … .. … .. … .. … .. … .. … … .. … .. … .. … … … .. … … .. ..

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang … .. … .. … .. … … .. … .. … .. … .. … .. … .. … .. … .. .
4
B. Rumusan masalah… .. … .. … .. … .. … .. … .. … .. … .. … .. … .. … .. . 4

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian maslahat al mursalah… … .. … .. … .. … .. … .. … .. … .. …
5
B. Kemaslahatan sebagai metode istinbat hukum Islam menurut iman al
shatibi… .. … .. … .. … .. … .. … .. … … .. … .. … .. … .. … .. … .. …..
6
C. Maslahah yang legalitas nya berdasarkan pada Al Quran dan Hadist… ....
7
D. Maslahah yang ditolak legalitas nya oleh Al Qur’an dan Hadits… .. … …
7
E. Dasar hukum maslahah al mursalah… .. … .. … .. … .. … . … .. … … .. 8

BAB II PENUTUP
A. Kesimpulan… .. … .. … .. … .. … … .. … .. … .. … .. … .. … .. … .. 10

DAFTAR PUSTAKA. … .. … .. … .. … .. … … … .. … … .. … . … … .. … ..
… .11

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Pedoman yang tertulis dalam al-Qur’an merupakan ajaran yang kompleksdan


sempurna bagi manusia. Sebagai sumber hukum Islam, al-Qur'an dan Hadis
merupakan sekumpulan aturan keagamaan yang mengatur semua aspek perilaku
kehidupan manusia, baik yang bersifat individual maupun yang bersifat kolektif.
Cakupan yang luas ini sumber al-Qur’an dan Hadis menempati posisi yang sangat
penting dalam pandangan umat Islam, karena semua problematika kehidupan umat
Islam harus merujuk kepada dasar utama yaitu al-Qur’an dan Hadis sebagaimana
sabda Nabi Muhammad yang menjelaskan bahwa Allah menurunkan amanah dalam
urat nadi hati seorang manusia. Sedangkan keberadaan al-Qur’an diperintahkan
untuk dibaca dan dipelajari karena sebaik-baik perkataan dan petunjuk adalah al-
Qur’an yang dibawa oleh Muhammad yang diutus untuk umat seluruh alam yang
mempunyai nilai universal, tidak mengenal perbedaan ras, suku bangsa dan
menentang terhadap sikap diskriminas.

B. Rumusan masalah
1.Apa yang dimaksud dengan maslahah al mursalah ?
2.Apa dasar hukum maslahah al mursalah?
C. Tujuan pembahasan
1.Untuk mengetahui pengertian maslahah al mursalah
2. Untuk mengetahui dasar hukum maslahah al mursalah

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Maslahah Al-Mursalah

Maslahah mursalah merupakan kata-kata yang diintrodusir dari bahasa


Arab dalam bentuk sifat-mausûf, terdiri dari dua kata, yaitu maslahah dan
mursalah. Sebelum diuraikan pengertian maslahah mursalah secara khusus,
terlebih dahulu dilihat pengertian maslahah secara umum
Dalam pengertian rasionalnya, maslahah berarti sebab, cara atau tujuan yang
baik. maslahah dapat juga dikatakan sebagai suatu permasalahan atau bagian
dari suatu urusan yang menghasilkan kebaikan atau sesuatu Untuk kebaikan.
Bentuk jamaknya adalah masâlih dan biasanya kata tersebut dibedakan
Secara dikotomis-antagonistik dengan kata mafsadah (jamaknya mafsadât),
yang berarti buruk atau rusak,dan terkadang dilawankan dengan kata
sayyi`ah (keburukan).1

Pengertian yang bmemandai tentang kata maslahah al-mursalah dalam


pembahasan ini, didasarkan pada pendapat para ulamausul fikih. Abdul
Wahhab Khallafa mendefenisikan maslahah al-mursalah sebagai maslahah
dimana syari’ tidak mensyari’atkan untyuk mewujudkan maslahah, juga
tidak terdapat dalil yang menunjukan atas pengakuannyaatau
1
Raghîb al-Isfahânî, al-Mufradât fi al-Ghârib al-Qur`ân,
(Karachi: Tijârât Kutub, 1961), h. 286.
5
pembatalannya. Sedangkan menurut muhammad Abu Zahra, menyatakan
bahwa maslahah al-mursalah adalah segalah kemaslahatan yang sejalan
denagn tujuan-tujuan syari’ (dalam mensyari’atkan hukum islam) dan
kepadaanya tidak ada dalil khusus yang menunjuk tentang diakui atau
tidaknya.2

Defenisi tentang maslahah di atas jika dilihat dari segi redaksi nampak
adanya perbedaan, tetapi jika dilihat dari segi isi pada hakikatnya ada stu
kesamaan yang mendasar,yaitu menetapkan hukum dalam hal-hal yangh
sama sekali tidak disebutkan dalam al-qur’an maupun al-sunnah, dengan
pertimbangan untuk kemaslahatan atau kepentingan hidup manusia yang
bersendi pada asas menarik manfaat dan menghindari kerusakan.

Lebih lanjut secara spesifik pengertian dan ruang lingkup berlakunya


metode maslahah al-mursalah ini telah dibahas oleh Dr.Jalaluddin ‘Abd al-
Rahman dalam bukunya al-maslahah al-mursalah wa makanatuha fi al-
tashri’ diantaranya menyatakan:

Kata maslahah menurut jalaluddin Abd al-Rahman diartikan dengan


melepaskan atau lepas dari pertimbangan Syari’. Jadi maslahah al-mursalah
menurut beliau adalah sesuatu yang sunyi dari semacam dalil, tetapi dalam
suatu waktu, hal tersebut sesuai dengan ibarat-ibarat Syari’ secara
keseluruhan baik tujuan-tujuan atau hukumnya.

B. Kemaslahatan sebagai Metode Istinbat Hukum Islam menurut Imam al-


Shatibi

Islam sebagai agama “hanif” dengan berbagai metode dan sumber


ajarannya selalu bertujuan untuk mengatasi berbagai masalah yang
berkembang di masyarakat. Ijitihad yang diklaim sebagai salah satu metode
pencarian alternatif terhadap dinamika dan problematika kehidupan yang
berkembang di masyarakat, memberikan solusi yang dinamis sesuai dengan
kaidah hukum yang berlaku tanpa meninggalkan zamannya, sekaligus
sebagai interpretasi terhadap nas (al-Qur’an dan Hadis) yang sifatnya global
dan tidak diterangkan secara rinci dan detail.

Ijtihad sebagai sumber ketiga setelah al-qur’an dan hadis, mempunyai


objek segala sesuatu yang tidak diatur secara rinci dalam nas,serta terhadap
masalah-masalah yang sama sekali tidak mempunyai landasan yang jerlas
dalam nas. Ijtihat merupakan metode hukum yang memberikan kemudahan
bagi orang yang mengami jalan buntu dalam mencari sumber asli dan
kesusahan dalam mengatasi problem-problem yang berkaitan dengan
2
Al-Shāṭibī, al-I’tiṣām (Beirut, Libanon: Dār al-Fikr, 1991), h. 115-129.
6
kehidupan manusia terutama dalam masalah hukum, karena islam sendiri
mengizinkan manusia melampaui nas hukum yang global dan tidak di
terangkan secara rinci. 3

Dalam perkembangan ijtihad mempunyai banyak corak penalarannya


yang terkenal adalah corak penalaran istislahi. Corak penalaran istislahi
adalah upaya penggalian hukum yang bertumpu dari prinsip-preinsip
kemaslahatan yan disimpulkan dari al-qu’an dan hadis. Adapun
kemaslahatan yang dimaksud disini adalah semua kemaslahatan yang secara
umum ditunjuk oleh kedua sumber hukum islam, artinya kemaslahatan itu
tidak dapat dikembalikan kepada ayat al-qur’an atau hadis secara langsung,
melainkan melalui prinsip-prinsip umum kemaslahatan yang dikandung
dalam nas al-qur’an dan hadis. Dalam perkembangan pemikiran ushul fikih,
metode ini dikenal dengan metode maslahah al-mursalah.4

Menurut pandangan al-Shatibi, maslahah mursalah dapat digunakan


berbagai metode legislasi hukum islam. Ini berdasarkan pada interpretasi
ayat-ayat dalam al-qur’an, bahwa tujuan Syari’atkannya Islam diantaranya
adalah untuk menjaga kemaslahatan manusia secara menyeluru guna
memenuhi kebutuhan hidupnya. Hal ini sesuai firman allah

C. Maslahah yang Legalitasnya Berdasarkan Pada Al-Qur’an dan Hadist

Menurut al-qur’an dan hadis, bila terdapat suatu illat yang


mengandung bsuatu kemaslahatan secara jelas, maka kemaslahatan tersebut
disebut al-maslahah al-mu’tabarah. Seperti pemeliharaan jiwa,merupakan
kemaslahatn yang perlu diwujudkan. Keharusan perwujudan ini harus di
terangkan secara jelas dalam al-qur’an dan surat al-baqarah ayat 178 tentang
pelaksanaan hukum qisas. Demikian juga pemeliaharaan tentang terhadap
harta.

Al-qur’an dal;am surah al-maidah ayat 38 mengancam terhadap pencuri


yabng senantiasa mengambil harta orang lain. Larangan allah mendekati
zina (artinya menjaga terhadap keturunan) dalam surat al-isra’ ayat32
merupakan usaha untuk mewujudkan kemaslahatan terhadap keturunan dan
kehormatan manusia.

D. Maslahah yang Ditolak Legislasinya oleh al-Qur’an dan Hadis

Ada suatu kemaslahatan yang dalam kebiasaan manusia itu


3
Muhammad Muslihuddin, Filsafat Hukum Islam dan Pemikiran Orientalis, Studi Perbandingan

Sistem Hukum Islam (Yogyakarta: Tiara Wacana, 1997), h. 134


4
Muḥammad Abū Zahrah, Uṣūl al-Fiqh (Beirut, Libanon: Dār al-Fikr, 1958), h. 277-278.
7
merupakan suatu maslahah yang perlu dilindungi, namun oleh Syari’ hal itu
tidak dibenarkan karena bertentangan dengan isi dan ajaran nas secara
mendasar. Contohnya adalah fatwa dari seorang ulama ternama yaitu imam
al-Laits kepada seorang raja di kerajaan Andalus yang melakukan jima’
(persetubuhan) dengan istrinya disiang hari di bulan ramadhan. Hukum yang
diterapkan oleh Imam al-Laits adalahj raja dianjurkan untuk melakukan
puasa berturut-turut selama dua bulan,sebagai ganti dari kewajibanuntuk
memerdekaan budak.

Menurut jumhur ulama dan cendekiawan muslim, seperti Yusuf Al


kordawi, bahwa pendapat imam allaits itu hanya melihat kepada maslahah
untuk diri raja, tetapi melupakan maslahah yang lebih penting dan lebih
besar yaitu maslahah para budak yang perlu dimerdekakan dan dibebaskan
dan keluar dari perbudakan yang di anggap oleh syara’ sebagai kematian.
Untuk itulah Al-Qur’an dan Hadist menganggap “Perbuatan memerdekakan
budak” sebagai ibadah paling besar untuk mendekatkan kepada Allah.
Kemaslahatan diatas termasuk kategori “Maslahahnya Mulghah”.

E. Dasar hukum masalah al mursalah

Dalam Alquran kata jadian dari akar Kata salaha memang sering
dipergunakan, Tetapi dalam bentuk maslahah tidak didapati Penggunaannya.
Namun yang paling sering Dipakai adalah kata sâlih – participle aktif Atau
fâ’il dari kata salaha. Misalnya firman Allah dalam surat Âli ‘Imrân [3] ayat
114.

‫ُيْؤ ِم ُنْو َن ِباِهّٰلل َو اْلَيْو ِم اٰاْل ِخ ِر َو َيْأُم ُرْو َن ِباْلَم ْع ُرْو ِف َو َيْنَهْو َن َع ِن اْلُم ْنَك ِر َو ُيَس اِر ُع ْو َن‬
‫ٰۤل‬
‫ِفى اْلَخْيٰر ِۗت َو ُاو ِٕىَك ِم َن الّٰص ِلِح ْيَن‬

“Mereka beriman kepada Allah dan hari Penghabisan, mereka menyuruh


kepada yang Ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar dan bersegera kepad
(mengerjakan) pelbagai kebajikan; mereka itu termasuk orang-orang yang
saleh. “(Q.s. Ali Imrân [3]: 114)
Sebagaimana yang telah dipahami bahwa pelembagaan hukum Islam untuk me-
realisasikan kemaslahatan manusia, yaitu untuk meraih kemanfaatan, sekaligus
Untuk menolak timbulnya kemudaratan, Juga untuk melepaskan diri dari beraneka
ragam kesulitan. Namun, kemaslahatan manusia dipengaruhi oleh ruang dan waktu,
Karena sesuatu yang dipandang mengandung Maslahah saat ini belum tentu
dipandang Maslahah pada masa dulu atau masa datang. Demikian juga sebaliknya,
8
sesuatu yang dianggap maslahah oleh seseorang belum Tentu dianggap maslahah
juga oleh orang lain.
Adapun landasan yuridis untuk menerapkan metode maslahah mursalah ini
Sebagai dalil hukum didasarkan pada dalil ‘aqlî (rasio), yaitu;

1.Para sahabat telah menghimpun Alquran dalam satu mushaf. hal ini
dilakukan karena khawatir Alquran bisa hilang. Sementara perintah dan
larangan Nabi Saw. Tentang hal itu tidak ditemukan. Sehingga upaya
pengumpulan Alquran Tersebut dilakukan semata-mata demi Kemaslahatan.
dengan demikian dalam tataran praktis para sahabat telah menerapkan
maslahah mursalah, meskipun secara teknis istilah tersebut belum
melembaga saat itu5.
2.Para sahabat menggunakan maslahah mursalah sesuai dengan tujuan
syara’(al-malâ`imah li maqâsid al-syâri’), Sehingga harus diamalkan sesuai
dengan tujuannya tersebut. Jika mengesampingkannya berarti telah
mengesampingkan tujuan syara’ dan hal itu jelas termasuk perbuatan batal
dan tegas-tegas dilarang. Oleh karena itu, berpegang pada maslahat adalah
kewajiban, karena maslahat merupakan pegangan pokok yang berdiri sendiri
dan tidak keluar dari pegangan-pegangan pokok lainnya
Tujuan pelembagaan hukum Islam adalah
3.Untuk merealisir kemaslahatan. Sementara Kemaslahatan itu sifatnya
temporal, akan Senantiasa berubah, sesuai dengan situasi dan kondisi
manusia. Jika kemaslahatan Tersebut tidak dicermati secara seksama dan
tidak direspon dengan ketetapan yang sesuai kecuali hanya terpaku Pada
dalil yang mengakuinya niscaya Kemaslahatana tersebut akan hilang dari
kehidupan manusia, serta akan statislah pertumbuhan hukum. Sementara
Sikap yang tidak memperhatikan perkembangan maslahat tidak seirama dan
Sejalan dengan intensi legislasi

5
22 Muhammad Abû Zahrah, Usûl Fiqh, h. 280.
9
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Menurut imam Al-shāṭibī, prinsip-prinsip umum kemaslahatan yang
dikandung dalam al-Qur’an dan Hadis semuanya bermuara pada doktrin maqāṣid
al-sharī’ah yang tujuan utamanya adalah untuk menegakkan maṣlaḥah Sebagai
unsur esensial bagi tujuan-tujuan hukum Islam. Maṣlaḥah mursalah menurut al-
Shāṭibī adalah suatu kemaslahatan yang tidak ditunjuk oleh naṣ Al Qur’an, baik
dalam tingkat macam dan jenisnya dan tidak mendapatkan legalitas khusus dari
naṣ al-Qur’an tentang keberlakuan dan ketidakberlakuannya. Maṣlaḥah mursalah
sebagai salah satu bagian dari metode ijtihad, dapat digunakan sebagai metode
istinbāṭ hukum Islam, dengan syarat-syarat: Pertama,Kemaslahatan tersebut
merupakan penerjemahan terhadap semua kemaslahatan yang ada dalam al
Qur’an, sesuai yang ditentukan syari’at Islam; Kedua, kemaslahatan tersebut
harus memperhatikan pemeliharaan aspek ḍaruriyyah, ḥājiyyah dan taḥsīniyyah;
Ketiga, kemaslahatan tersebut hanya dapat diaplikasikan dalam bidang-bidang
sosial kemasyarakatan (mu’amalah) yang tidak dijelaskan secara rinci dalam Al-
Qur’an.

10
DAFTAR PUSTAKA

Raghîb al-Isfahânî, al-Mufradât fi al-Ghârib al-Qur`ân,


Al-Shāṭibī, al-I’tiṣām (Beirut, Libanon: Dār al-Fikr, 1991), h. 115-129.
Muhammad Muslihuddin, Filsafat Hukum Islam dan Pemikiran Orientalis, Studi
Perbandingan
Sistem Hukum Islam (Yogyakarta: Tiara Wacana, 1997), h. 134
Muḥammad Abū Zahrah, Uṣūl al-Fiqh (Beirut, Libanon: Dār al-Fikr, 1958), h. 277-
278.
Muhammad Abû Zahrah, Usûl Fiqh, h. 280.

11

Anda mungkin juga menyukai