Anda di halaman 1dari 26

Kaum Muslimin rahimakumullah…

Hidup di bawah naungan Al-Qur’an adalah kenikmatan yang tidak bisa diketahui kecuali oleh orang yang
merasakannya. Kenikmatan hidup di bawah naungan Al-Qur’an itulah yang menyebabkan para Sahabat,
Tabiin, Tabiittabiin dan generasi Islam sepanjang masa mampu menikmati hidup di dunia yang sementara
ini dengan sangat produktif dan penuh amal shaleh.

Bahkan, berbagai ujian dan cobaan yang menimpa mereka disebabkan hidup di bawah naungan Al-
Qur’an dan memperjuangkannya mereka rasakan sebagai minhah (anugerah) yang dirasakan manisnya,
bukan sebagai mihnah (kesulitan) yang menyebabkan mereka berpaling dan menjauh dari Al-Qur’an.
Mereka benar-benar sebagai generasi Qur’ani yang hidup dan mati mereka bersama Al-Qur’an dan untuk
Al-Qur’an.

Terdapat perbedaan yang jauh antara generasi Qur’ani dengan generasi yang belum dibentuk
karakternya, pemikirannya dan prilakunya oleh Al-Qur’an. Generasi Qur’ani adalah generasi terbaik
sepanjang zaman. Generasi yang mampu mengintegrasikan antara ucapan, keyakinan dan perbuatan.
Hidup dan matinya untuk Islam dan umat Islam. Setiap langkah hidupnya didasari Al-Qur’an.

Apa yang diperintah Al-Qur’an mereka kerjakan dan apa saja yang dilarang Al-Qur’an mereka tinggalkan.
Sebab itu mereka connected (tersambung) selalu dengan Allah Ta’ala dalam semua ucapan, langkah dan
perbuatan. Sedangkan generasi yang bukan atau belum dibentuk Al-Qur’an adalah generasi yang
kontradiktif dan paradoks.

Karakter, pemikiran dan prilakunya bertentangan dengan Al-Qur’an, kendati mereka hafal Al-Qur’an,
memahami kandungan Al-Qur’an, fasih berbahasa Al-Qur’an dan bahkan mungkin juga membagi-bagikan
Al-Qur’an kepada masyarakat dengan gratis.

Oleh sebab itu, tidak heran jika situasi dan kondisi yang dialami oleh generasi Qur’ani sangat jauh
berbeda dengan sitauasi dan kondisi yang dialami oleh generasi yang bukan terbentuk berdasarkan Al-
Qur’an. Generasi Qur’ani adalah generasi yang cemerlang. Generasi yang semua potensi hidup yang
Allah berikan pada mereka dicurahkan untuk meraih kesuksesan di Akhirat, yakni syurga Allah. Dunia
dengan segala pernak pernikya, di mata mereka, tak lain adalah sarana kehidupan yang hanya dicicipi
sekedar kebutuhan.
Orientasi utama hidup mereka adalah kehidupan akhirat yang kekal abadi dan tidak bisa dibandingkan
sedikitpun dengan dunia dan seisinya. Allah menjelaskan :

ٌ ‫ات تَجْ ِري ِم ْن تَحْ تِهَا اَأْل ْنهَا ُر خَالِ ِدينَ فِيهَا َوَأ ْز َوا ٌج ُمطَهَّ َرةٌ َو ِرضْ َو‬
ُ ‫ان ِمنَ هَّللا ِ َوهَّللا‬ ٌ َّ‫قُلْ َأُؤ نَبُِّئ ُك ْم بِ َخي ٍْر ِم ْن َذلِ ُك ْم لِلَّ ِذينَ اتَّقَوْ ا ِع ْن َد َربِّ ِه ْم َجن‬
‫صي ٌر بِ ْال ِعبَا ِد‬ ِ َ‫ب‬

Katakanlah (wahai Muhammad Saw)! Maukah kamu aku khabarkan dengan yang jauh lebih baik dari itu
semua (harta, wanita, anak, istri dan seterusnya)? Bagi mereka yang bertaqwa, akan mendapatkan di sisi
Tuhan Penciptanya Syurga yang mengalir dari bawahnya berbagai macam sungai. Mereka kekal di
dalamnya dan ada istri-istri yang suci (tidak haid dan tidak berkeringat) dan juga keridhoan dari Allah
(jauh lebih besar bagi mereka) dan Allah Maha Melihat hamba-hamba-Nya. (QS. Ali Imran : 15)

Lain halnya dengan generasi yang karakter, pemikiran dan perilakunya tidak dibentuk oleh Al-Qur’an.
Mereka akan mencurahkan semua potensi diri yang Allah berikan kepada mereka untuk kepentingan
hidup di dunia yang sementara ini. Sebab itu, pola fikir dan gaya hidup mereka hanya terfokus pada
kehidupan dunia, kalaupun ada untuk akhirat, itupun hanya waktu sisa, harta sisa dan sisa-sisa ilmu dan
tenaga.

Tak diragukan lagi, hidup mereka bagaikan hewan dan bahkan lebih rendah dan lebih sesat lagi. Orang-
orang seperti ini, di akhirat kelak akan hina dan akan menjadi penghuni neraka, kendati di dunia secara
formal sebagai Muslim, hidup di komunitas Muslim dan sebagainya. Allah menjelaskan :

َ‫ان اَل يَ ْس َمعُونَ بِهَا ُأولَِئك‬ ِ ‫س لَهُ ْم قُلُوبٌ اَل يَ ْفقَهُونَ بِهَا َولَهُ ْم َأ ْعي ٌُن اَل يُ ْب‬ ‫ْأ‬
ٌ ‫صرُونَ بِهَا َولَهُ ْم َآ َذ‬ ِ ‫لَقَ ْد َذ َر نَا لِ َجهَنَّ َم َكثِيرًا ِمنَ ْال ِجنِّ َواِإْل ْن‬
)179( َ‫ك هُ ُم ْالغَافِلُون‬ َ ‫ضلُّ ُأولَِئ‬ َ ‫َكاَأْل ْن َع ِام بَلْ هُ ْم َأ‬

Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka
mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka
mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan
mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka
itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai. (QS.
Al-A’raf : 179)
Kaumuslimin rahimakumullah…

Agar kita dan generasi kita tidak seperti yang digambarkan dan diprediksi ayat di atas, kita dan generasi
kita haruslah hidup di dunia ini di bawah naungan Al-Qur’an. Al-Qur’an itu telah memuliakan orang-
orang yang tadinya hina seperti yang terjadi pada generasi Sahabat dan seterusnya. Al-Qur’an itu telah
meninggikan derajat orang-orang yang tadinya budak dan hamba sahaya seperti yang dialami oleh Bilal
Bin Rabah dan sebagainya.

Al-Qur’an itu telah memerdekakan orang-orang yang tadinya terjajah oleh penguasa zhalim dan para
pengusaha curang seperti yang dialami oleh kaum Muslimin Makah dan sebagainya. Al-Qur’an itu telah
berhasil membawa manusia yang tadinya hidup tersesat kepada jalan hidup yang lurus, yang penuh
berkah seperti yang dialami oleh kalangan Muhajirin, Anshor dan generasi berikutnya.

Al-Qur’an itu telah berhasil memberikan pencerahan kepada manusia terkait dahsyatnya kehidupan
akhirat, di mana sebelum mereka berinteraksi dengan Al-Qur’an mereka hanya mengetahui kehidupan
dunia. Bahkan Al-Qur’an itu telah pula berhasil menjelaskan hakikat Tuhan Pencipta, hakikat alam
semesta, hakikat manusia, hakikat kehidupan dunia dan kehidupan akhirat.

Agar kita dan generasi kita dapat hidup di bawah naungan Al-Qur’an dan merasakan langsung
kedahsyatannya, yang harus dilakukan tidak lain kecuali kita dan generasi kita harus mampu
BERINTERAKSI DENGAN AL-QUR’AN ( ‫)التعامل مع القرآن‬. Agar interaksi dengan Al-Qur’an maksimal dan
melahirkan hasil yang diharapkan, kita harus pula memahami metode berinteraksi dengan Al-Qur’an.
Berinteraksi dengan Al-Qur’an itu ada yang terkait dengan teori dan ada yang terkait dengan praktek.

Adapun hal-hal yang terkait dengan teori ialah :

1. Meyakini Al-Qur’an itu datang dari Allah :

ُ‫ات فََأ َّما الَّ ِذينَ فِي قُلُوبِ ِه ْم َز ْي ٌغ فَيَتَّبِعُونَ َما تَ َشابَهَ ِم ْنه‬ ٌ َ‫ب َوُأ َخ ُر ُمتَ َشابِه‬ ِ ‫ات ه َُّن ُأ ُّم ْال ِكتَا‬
ٌ ‫ات ُمحْ َك َم‬ ٌ َ‫َاب ِم ْنهُ َآي‬ َ ‫ه َُو الَّ ِذي َأ ْن َز َل َعلَ ْيكَ ْال ِكت‬
ِ ‫ا ْبتِغَا َء ْالفِ ْتنَ ِة َوا ْبتِغَا َء تَْأ ِويلِ ِه َو َما يَ ْعلَ ُم تَْأ ِويلَهُ ِإاَّل هَّللا ُ َوالرَّا ِس ُخونَ فِي ْال ِع ْل ِم يَقُولُونَ َآ َمنَّا بِ ِه ُك ٌّل ِم ْن ِع ْن ِد َربِّنَا َو َما يَ َّذ َّك ُر ِإاَّل ُأولُو اَأْل ْلبَا‬
‫ب‬
)7 : ‫(آل عمران‬
Dia-lah yang menurunkan Al Kitab (Al Qur’an) kepada kamu. Di antara (isi) nya ada ayat-ayat yang
muhkamaat itulah pokok-pokok isi Al qur’an dan yang lain (ayat-ayat) mutasyaabihaat . Adapun orang-
orang yang dalam hatinya condong kepada kesesatan, maka mereka mengikuti sebahagian ayat-ayat
yang mutasyaabihaat daripadanya untuk menimbulkan fitnah untuk mencari-cari ta’wilnya, padahal
tidak ada yang mengetahui ta’wilnya melainkan Allah. Dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata:
"Kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyaabihaat, semuanya itu dari sisi Tuhan kami." Dan tidak
dapat mengambil pelajaran (daripadanya) melainkan orang-orang yang berakal. (QS. Ali Imran : 7)

2. Meyakini kebenaran isi Al-Qur’an :

َ ‫ق نَ َز َل َو َما َأرْ َس ْلنَا‬


)105 : ‫ك ِإاَّل ُمبَ ِّشرًا َونَ ِذيرًا (اإلسراء‬ ِّ ‫ق َأ ْن َز ْلنَاهُ َوبِ ْال َح‬
ِّ ‫َوبِ ْال َح‬

Dan Kami turunkan (Al Qur’an) itu dengan sebenar-benarnya dan Al-Qur’an itu telah turun dengan
(membawa) kebenaran. Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan sebagai pembawa berita gembira
dan pemberi peringatan. (QS. Al-Isra’ : 105)

)32 : ‫ق ِإال الضَّال ُل فََأنَّى تُصْ َرفُونَ (يونس‬


ِّ ‫ق فَ َما َذا بَ ْع َد ْال َح‬
ُّ ‫فَ َذلِ ُك ُم هَّللا ُ َربُّ ُك ُم ْال َح‬

Maka (Zat yang demikian) itulah Allah Tuhan kamu yang sebenarnya; maka tidak ada sesudah kebenaran
itu, melainkan kesesatan. Maka bagaimanakah kamu dipalingkan (dari kebenaran)? (QS. Yunus : 32)

3. Menerima Al-Qur’an dengan hati terbuka dan suka cita :

)2 : ‫ك َح َر ٌج ِم ْنهُ ِلتُ ْن ِذ َر بِ ِه َو ِذ ْك َرى لِ ْل ُمْؤ ِمنِينَ (األعراف‬ َ ‫ِكتَابٌ ُأ ْن ِز َل ِإلَ ْيكَ فَاَل يَ ُك ْن فِي‬
َ ‫ص ْد ِر‬

Ini adalah sebuah kitab yang diturunkan kepadamu, maka janganlah ada kesempitan di dalam dadamu
karenanya, supaya kamu memberi peringatan dengan kitab itu (kepada orang kafir), dan menjadi
pelajaran bagi orang-orang yang beriman. (QS. Al-A’raf : 2)

4. Memahami tujuan Al-Qur’an diturunkan Allah :


4.1. ٍSebagai Manhaj Hidup yang terang dan jelas :

)1 :‫يز ْال َح ِمي ِد (ابراهيم‬


ِ ‫اط ْال َع ِز‬ ِ ‫ور بِِإ ْذ ِن َربِّ ِه ْم ِإلَى‬
ِ ‫ص َر‬ ُّ َ‫اس ِمن‬
ِ ‫الظلُ َما‬
ِ ُّ‫ت ِإلَى الن‬ َ َّ‫الر ِكتَابٌ َأ ْن َز ْلنَاهُ ِإلَ ْيكَ لِتُ ْخ ِر َج الن‬

Alif, laam raa. (Ini adalah) Kitab yang Kami turunkan kepadamu supaya kamu mengeluarkan manusia dari
gelap gulita kepada cahaya terang benderang dengan izin Tuhan mereka, (yaitu) menuju jalan Tuhan
Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji. (QS. Ibrahim : 1)

4.2. Sebagai Petunjuk Hidup yang paling lurus dan kabar gembira :

)9: ‫ت َأ َّن لَهُ ْم َأجْ رًا َكبِيرًا (اإلسراء‬


ِ ‫ِإ َّن هَ َذا ْالقُرْ َآنَ يَ ْه ِدي لِلَّتِي ِه َي َأ ْق َو ُم َويُبَ ِّش ُر ْال ُمْؤ ِمنِينَ الَّ ِذينَ يَ ْع َملُونَ الصَّالِ َحا‬

Sesungguhnya Al Qur’an ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi khabar
gembira kepada orang-orang Mu’min yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang
besar, (QS. Al-Isra’ : 9)

4.3. Sebagai Obat dan Rahmat :

)82 : ‫َونُن َِّز ُل ِمنَ ْالقُرْ َآ ِن َما هُ َو ِشفَا ٌء َو َرحْ َمةٌ لِ ْل ُمْؤ ِمنِينَ َواَل يَ ِزي ُد الظَّالِ ِمينَ ِإاَّل خَ َسارًا (اإلسراء‬

Dan Kami turunkan dari Al Qur’an suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang
beriman dan Al Qur’an itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian. (QS. Al-
Isra’ : 82)

4.4. Sebagai Peringatan bagi orang yang takut pada Allah dan ancaman (neraka)-Nya :

)45: ‫فَ َذ ِّكرْ بِ ْالقُرْ َآ ِن َم ْن يَخَافُ َو ِعي ِد (ق‬


Maka beri peringatanlah dengan Al-Qur’an orang yang takut dengan ancaman-Ku. (QS. Qaf : 45)

)3-2 : ‫) (طه‬3( ‫) ِإاَّل ت َْذ ِك َرةً لِ َم ْن يَ ْخ َشى‬2( ‫ك ْالقُرْ َآنَ لِتَ ْشقَى‬
َ ‫َما َأ ْنز َْلنَا َعلَ ْي‬

Kami tidak menurunkan Al-Qur’an ini kepadamu agar kamu menjadi susah; tetapi sebagai peringatan
bagi orang yang takut (kepada Allah), (QS. Thaha : 2 – 3)

4.5. Sebagai Ruh (Spirit) dan Cahaya kehidupan di dunia :

َ َّ‫ك رُوحًا ِم ْن َأ ْم ِرنَا َما ُك ْنتَ تَ ْد ِري َما ْال ِكتَابُ َواَل اِإْل ي َمانُ َولَ ِك ْن َج َع ْلنَاهُ نُورًا نَ ْه ِدي بِ ِه َم ْن نَ َشا ُء ِم ْن ِعبَا ِدنَا َوِإن‬
‫ك‬ َ ‫ك َأوْ َح ْينَا ِإلَ ْي‬
َ ِ‫َو َك َذل‬
)52 : ‫ص َرا ٍط ُم ْستَقِ ٍيم (الشورى‬ ِ ‫لَتَ ْه ِدي ِإلَى‬

Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu Ruh (Al-Qur’an) dengan perintah Kami. Sebelumnya kamu
tidaklah mengetahui apakah Al Kitab (Al-Qur’an) dan tidak pula mengetahui apakah iman itu, tetapi Kami
menjadikan Al-Qur’an itu cahaya, yang Kami tunjuki dengan dia siapa yang kami kehendaki di antara
hamba-hamba Kami. Dan sesungguhnya kamu benar- benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus.
(QS. Asy-Syura : 52)

4.6. Sebagai Petunjuk hidup (Sumber ajaran Islam):

ْ‫ص ْمهُ َو َم ْن َكانَ َم ِريضًا َأو‬ ُ َ‫ت ِمنَ ْالهُدَى َو ْالفُرْ قَا ِن فَ َم ْن َش ِه َد ِم ْن ُك ُم ال َّشه َْر فَ ْلي‬ ِ َّ‫ضانَ الَّ ِذي ُأ ْن ِز َل فِي ِه ْالقُرْ َآنُ هُدًى لِلن‬
ٍ ‫اس َوبَيِّنَا‬ َ ‫َش ْه ُر َر َم‬
ْ َّ ‫هَّللا‬ ْ ُ ْ ْ ْ ‫هَّللا‬ ‫ُأ‬ ‫َأ‬
َ‫َعلَى َسفَ ٍر فَ ِع َّدةٌ ِم ْن ي ٍَّام َخ َر ي ُِري ُد ُ بِ ُك ُم اليُ ْس َر َواَل ي ُِري ُد بِ ُك ُم ال ُع ْس َر َولِتُك ِملوا ال ِع َّدةَ َولِتُ َكبِّرُوا َ َعلَى َما هَدَا ُك ْم َولَ َعل ُك ْم تَش ُكرُون‬
)185 : ‫(البقرة‬

Bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi
manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang
bathil).

Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah
ia berpuasa pada bulan itu, dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka
(wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah
menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu
mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan
kepadamu, supaya kamu bersyukur. (QS.Al-Baqarah : 185)

5. Memahami dan meyaksikan Mukjizat Al-Qur’an :

5.1. Mukjizat kandungan dan isi Al-Qur’an :

ِ َّ‫ك اَأْل ْمثَا ُل نَضْ ِربُهَا لِلن‬


َ)21 : ‫اس لَ َعلَّهُ ْم يَتَفَ َّكرُونَ (الحشر‬ َ ‫ص ِّدعًا ِم ْن خَ ْشيَ ِة هَّللا ِ َوتِ ْل‬
َ َ‫وْ َأ ْن َز ْلنَا هَ َذا ْالقُرْ َآنَ َعلَى َجبَ ٍل لَ َرَأ ْيتَهُ خَا ِشعًا ُمت‬

Kalau sekiranya Kami turunkan Al-Qur’an ini kepada sebuah gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk
terpecah belah disebabkan ketakutannya kepada Allah. Dan perumpamaan-perumpamaan itu Kami buat
untuk manusia supaya mereka berfikir . (QS. Al -Hasyr : 21)

‫َْئس الَّ ِذينَ َآ َمنُوا َأ ْن لَوْ يَ َشا ُء هَّللا ُ لَهَدَى‬ ِ ‫ت بِ ِه اَأْلرْ ضُ َأوْ ُكلِّ َم بِ ِه ْال َموْ تَى بَلْ هَّلِل ِ اَأْل ْم ُر َج ِميعًا َأفَلَ ْم يَي‬ْ ‫ت بِ ِه ْال ِجبَا ُل َأوْ قُطِّ َع‬
ْ ‫َولَوْ َأ َّن قُرْ َآنًا ُسيِّ َر‬
‫ْأ‬
‫َار ِه ْم َحتَّى يَ تِ َي َو ْع ُد هَّللا ِ ِإ َّن هَّللا َ اَل ي ُْخلِفُ ْال ِمي َعا َد‬
ِ ‫ار َعةٌ َأوْ تَحُلُّ قَ ِريبًا ِم ْن د‬ ِ َ‫صنَعُوا ق‬ ِ ُ‫اس َج ِميعًا َواَل يَ َزا ُل الَّ ِذينَ َكفَرُوا ت‬
َ ‫صيبُهُ ْم بِ َما‬ َ َّ‫الن‬
)31 : ‫(الرعد‬

Dan sekiranya ada suatu bacaan (kitab suci) yang dengan bacaan itu gunung-gunung dapat digoncangkan
atau bumi jadi terbelah atau oleh karenanya orang-orang yang sudah mati dapat berbicara, (tentulah Al-
Qur’an itulah dia). Sebenarnya segala urusan itu adalah kepunyaan Allah. Maka tidakkah orang-orang
yang beriman itu mengetahui bahwa seandainya Allah menghendaki (semua manusia beriman), tentu
Allah memberi petunjuk kepada manusia semuanya. Dan orang-orang yang kafir senantiasa ditimpa
bencana disebabkan perbuatan mereka sendiri atau bencana itu terjadi dekat tempat kediaman mereka,
sehingga datanglah janji Allah. Sesungguhnya Allah tidak menyalahi janji. (QS. Ar-Ra’d : 31)

5.2. Mukjizat Bahasa Al-Qur’an :

‫ يا‬:‫ فلما أخبره خرج على قريش فقال‬،‫ دخل الوليد بن المغيرة على أبي بكر بن أبي قحافة فسأله عن القرآن‬:‫عن ابن عباس قال‬
ْ ‫ فوهللا ما هو بشعر وال بسحر وال‬.‫عجبا لما يقول ابن أبي كبشة‬
: ‫ وإن قوله لمن كالم هللا (ابن كثير في تفسير اية‬،‫بهذي من الجنون‬
)‫ من سورة المدثر‬25 -11

Dari Ibnu Abbas ia berkata : Al-Walid Ibnu Al-Mughirah datang kepada Abu Bakar Bin Abi Quhafah dan
bertanya tentang Al-Qur’an. Setelah Abu Bakar menjelaskannnya, Al-Walid langsung mendatangi pemuka
Quraisy sambil berkata : Alanglah mengagumka apa yang dibaca oleh Abu Kabsyah (Abu Bakar) itu. Maka
demi Allah, ia bukanlah syair, dan tidak pula sihir serta bukan juga celotehan orang gila. Sesungguhnya
apa yang dibacakannya itu adalah Kalamullah (Firman Allah). (Tafsir Ibnu Katsir membahas surat Al-
Muddats-tsir ayat 11 sampai 25)

5.3. Mukjizat Scientific (ilmu pengetahuan) :

)53: ‫ك َأنَّهُ َعلَى ُك ِّل َش ْي ٍء َش ِهي ٌد (فصلت‬ ِ ‫ق َأ َولَ ْم يَ ْك‬


َ ِّ‫ف بِ َرب‬ ُّ ‫اق َوفِي َأ ْنفُ ِس ِه ْم َحتَّى يَتَبَيَّنَ لَهُ ْم َأنَّهُ ْال َح‬
ِ َ‫َسنُ ِري ِه ْم َآيَاتِنَا فِي اَآْلف‬

Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segala wilayah bumi dan
pada diri mereka sendiri, hingga jelas bagi mereka bahwa Al-Qur’an itu adalah benar. Tiadakah cukup
bahwa sesungguhnya Tuhanmu menjadi saksi atas segala sesuatu? (QS. Fush-shilat : 53)

5.4. Mukjizat Hukum dan perundang-undangan :

)50 : ‫َأفَ ُح ْك َم ْال َجا ِهلِيَّ ِة يَ ْب ُغونَ َو َم ْن َأحْ َسنُ ِمنَ هَّللا ِ حُ ْك ًما ِلقَوْ ٍم يُوقِنُونَ (المائدة‬

Apakah hukum Jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada
(hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin ? (QS. Al-Maidah : 50)

5.5. Mukjizat pengobatan fisik dan psikis :

)82: ‫َونُنَ ِّز ُل ِمنَ ْالقُرْ َآ ِن َما هُ َو ِشفَا ٌء َو َرحْ َمةٌ لِ ْل ُمْؤ ِمنِينَ َواَل يَ ِزي ُد الظَّالِ ِمينَ ِإاَّل خَ َسارًا (اإلسراء‬

Dan Kami turunkan dari Al-Qur’an suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang
beriman dan Al-Qur’an itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian. (QS. Al-
Isra’ : 82)

ِ ‫ك هُدَى هَّللا‬ ِ ‫هَّللا ُ نَ َّز َل َأحْ َسنَ ْال َح ِدي‬


َ ِ‫ث ِكتَابًا ُمتَ َشابِهًا َمثَانِ َي تَ ْق َش ِعرُّ ِم ْنهُ ُجلُو ُد الَّ ِذينَ يَ ْخ َشوْ نَ َربَّهُ ْم ثُ َّم تَلِينُ ُجلُو ُدهُ ْم َوقُلُوبُهُ ْم ِإلَى ِذ ْك ِر هَّللا ِ َذل‬
)23: ‫يَ ْه ِدي بِ ِه َم ْن يَ َشا ُء َو َم ْن يُضْ لِ ِل هَّللا ُ فَ َما لَهُ ِم ْن هَا ٍد (الزمر‬

Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik (yaitu) Al-Qur’an yang serupa (mutu ayat-ayatnya)
lagi berulang-ulang [1312], gemetar karenanya kulit orang-orang yang takut kepada Tuhannya, kemudian
menjadi tenang kulit dan hati mereka di waktu mengingat Allah. Itulah petunjuk Allah, dengan kitab itu
Dia menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang disesatkan Allah, niscaya tak ada
baginya seorang pemimpinpun. (QS. Azzumar :23)

5.6. Mukjizat sejarah :

)3: ‫ص بِ َما َأوْ َح ْينَا ِإلَ ْيكَ هَ َذا ْالقُرْ َآنَ َوِإ ْن ُك ْنتَ ِم ْن قَ ْبلِ ِه لَ ِمنَ ْالغَافِلِينَ (يوسف‬ َ َ‫ك َأحْ َسنَ ْالق‬
ِ ‫ص‬ َ ‫نَحْ نُ نَقُصُّ َعلَ ْي‬

Kami menceritakan kepadamu kisah yang paling baik dengan mewahyukan Al-Qur’an ini kepadamu, dan
sesungguhnya kamu sebelum (Kami mewahyukan) nya adalah termasuk orang-orang yang belum
mengetahui. (QS. Yusuf : 3)

5.7. Mukjizat analisa dan Futuristik :

ِ ِ‫) ثُ َّم لَت ََر ُونَّهَا َع ْينَ ْاليَق‬6( ‫) لَتَ َر ُو َّن ْال َج ِحي َم‬5( ‫) َكاَّل لَوْ تَ ْعلَ ُمونَ ِع ْل َم ْاليَقِي ِن‬4( َ‫) ثُ َّم َكاَّل َسوْ فَ تَ ْعلَ ُمون‬3( َ‫َكاَّل َسوْ فَ تَ ْعلَ ُمون‬
‫) ثُ َّم‬7( ‫ين‬
)‫) (التكاثر‬8( ‫لَتُ ْسَألُ َّن يَوْ َمِئ ٍذ َع ِن النَّ ِع ِيم‬

Janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui (akibat perbuatanmu itu), kemudian janganlah begitu,
kelak kamu akan mengetahui. Janganlah begitu, jika kamu mengetahui dengan pengetahuan yang yakin,
niscaya kamu benar-benar akan melihat neraka Jahiim, dan sesungguhnya kamu benar-benar akan
melihatnya dengan ‘ainul yaqin, kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari itu tentang kenikmatan
(yang kamu megah-megahkan di dunia itu). (QS. At-Takatsur : 3 – 8)
Kaum Muslimin rahimkumullah..

Al-Qur’an bukanlah untuk disenandungkan saja dan tidak pula untuk dinikmati kandungan dan isinya
oleh akal dan kecerdasan intelektualitas saja. Akan tetapi wajib diyakini, dipahami dan diamalkan semua
kandungan dan isinya. Untuk itulah, mengamalkan Al-Qur’an adalah kewajiban agar Al-Qur’an benar-
benar menjadi hidayah, rahmah, syifa’ dan tadzkirah bagi kita. Agar Al-Qur’an itu dapat diamalkan, maka
kita harus memposisikan Al-Qur’an sebagai berikut :

1. Menjadikan Al-Qur’an sebagai Buku pelajaran utama ( ُ‫ ) ْال ِكتَاب‬:

َ‫ُون هَّللا ِ َولَ ِك ْن ُكونُوا َربَّانِيِّينَ بِ َما ُك ْنتُ ْم تُ َعلِّ ُمون‬ ِ َّ‫َاب َو ْال ُح ْك َم َوالنُّبُ َّوةَ ثُ َّم يَقُو َل ِللن‬
ِ ‫اس ُكونُوا ِعبَادًا لِي ِم ْن د‬ َ ‫َما َكانَ لِبَ َش ٍر َأ ْن يُْؤ تِيَهُ هَّللا ُ ْال ِكت‬
)79: ‫َاب َوبِ َما ُك ْنتُ ْم تَ ْد ُرسُونَ (آل عمران‬ َ ‫ْال ِكت‬

Tidak wajar bagi seseorang manusia yang Allah berikan kepadanya Al Kitab, hikmah dan kenabian, lalu
dia berkata kepada manusia: "Hendaklah kamu menjadi penyembah-penyembahku bukan penyembah
Allah." Akan tetapi (dia berkata): "Hendaklah kamu menjadi orang-orang rabbani[208], karena kamu
selalu mengajarkan Al Kitab dan disebabkan kamu tetap mempelajarinya. (QS. Ali-Imran : 79)

2. Menjadikan Al-Qur’an sebagai Bacaan paling utama dan paling mulia

ِ ‫ ْال َع‬/ ‫) ْالقُرْ َآنُ ْال َك ِري ُم‬:


(‫ظي ُم‬

)29 : ‫صاَل ةَ َوَأ ْنفَقُوا ِم َّما َر َز ْقنَاهُ ْم ِس ًّرا َو َعاَل نِيَةً يَرْ جُونَ تِ َجا َرةً لَ ْن تَبُو َر (فاطر‬
َّ ‫َاب هَّللا ِ َوَأقَا ُموا ال‬
َ ‫ِإ َّن الَّ ِذينَ يَ ْتلُونَ ِكت‬

Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan shalat dan menafkahkan
sebahagian dari rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan,
mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi, (QS. Fathir : 29)

َ‫صاَل ةَ تَ ْنهَى َع ِن ْالفَحْ َشا ِء َو ْال ُم ْن َك ِر َولَ ِذ ْك ُر هَّللا ِ َأ ْكبَ ُر َوهَّللا ُ يَ ْعلَ ُم َما تَصْ نَعُون‬ ِ ‫ا ْت ُل َما ُأو ِح َي ِإلَ ْيكَ ِمنَ ْال ِكتَا‬
َّ ‫ب َوَأقِ ِم ال‬
َّ ‫صاَل ةَ ِإ َّن ال‬
)45 : ‫(العنكبزت‬
Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al-Qur’an) dan dirikanlah shalat.
Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya
mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah
mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. Al-Ankabut : 45)

3. Menjadikan Al-Qur’an sebagai referensi utama dalam pembentukan pemikiran, intelektualitas dan
karakter

( َ‫)تَ َدبَّ ُر ْالقُرْ َآن‬:

ْ ‫َأفَاَل يَتَ َدبَّرُونَ ْالقُرْ َآنَ َولَوْ َكانَ ِم ْن ِع ْن ِد َغي ِْر هَّللا ِ لَ َو َجدُوا فِي ِه‬
)82: ‫اختِاَل فًا َكثِيرًا (النساء‬

Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al-Qur’an? Kalau kiranya Al-Qur’an itu bukan dari sisi Allah,
tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya. (QS. Annisa’ : 82)

4. Menjadikan Al-Qur’an sebagai Ruh (Spirit) hidup ( ‫ح‬


ُ ‫ )الرُّ و‬:

َ َّ‫ك رُوحًا ِم ْن َأ ْم ِرنَا َما ُك ْنتَ تَ ْد ِري َما ْال ِكتَابُ َواَل اِإْل ي َمانُ َولَ ِك ْن َج َع ْلنَاهُ نُورًا نَ ْه ِدي بِ ِه َم ْن نَ َشا ُء ِم ْن ِعبَا ِدنَا َوِإن‬
‫ك‬ َ ‫ك َأوْ َح ْينَا ِإلَ ْي‬
َ ِ‫َو َك َذل‬
)52 : ‫ص َرا ٍط ُم ْستَقِ ٍيم (الشورى‬ ِ ‫لَتَ ْه ِدي ِإلَى‬

Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu wahyu (Al-Qur’an) dengan perintah Kami. Sebelumnya
kamu tidaklah mengetahui apakah Al Kitab (Al-Qur’an) dan tidak pula mengetahui apakah iman itu,
tetapi Kami menjadikan Al-Qur’an itu cahaya, yang Kami tunjuki dengan dia siapa yang kami kehendaki di
antara hamba-hamba Kami. Dan sesungguhnya kamu benar- benar memberi petunjuk kepada jalan yang
lurus. (QS. Asy-Syura : 52)

5. Menjadikan Al-Qur’an sebagai Cahaya kehidupan ( ‫ )النُّو ُر‬:

ٌّ ِّ‫الز َجا َجةُ َكَأنَّهَا َكوْ َكبٌ ُدر‬


‫ي يُوقَ ُد ِم ْن َش َج َر ٍة‬ ُّ ‫ور ِه َك ِم ْش َكا ٍة فِيهَا ِمصْ بَا ٌح ْال ِمصْ بَا ُح فِي ُز َجا َج ٍة‬ ِ ْ‫ت َواَأْلر‬
ِ ُ‫ض َمثَ ُل ن‬ ِ ‫هَّللا ُ نُو ُر ال َّس َما َوا‬
ُ ‫ور ِه َم ْن يَ َشا ُء َويَضْ ِربُ هَّللا‬
ِ ُ‫ور يَ ْه ِدي هَّللا ُ لِن‬
ٍ ُ‫ضي ُء َولَوْ لَ ْم تَ ْم َس ْسهُ نَا ٌر نُو ٌر َعلَى ن‬
ِ ُ‫ُمبَا َر َك ٍة َز ْيتُونَ ٍة اَل شَرْ قِيَّ ٍة َواَل غَرْ بِيَّ ٍة يَ َكا ُد َز ْيتُهَا ي‬
)35: ‫اس َوهَّللا ُ بِ ُك ِّل َش ْي ٍء َعلِي ٌم (النور‬ ِ َّ‫اَأْل ْمثَا َل لِلن‬

Allah (Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. Perumpamaan cahaya Allah, adalah seperti sebuah
lubang yang tak tembus, yang di dalamnya ada pelita besar. Pelita itu di dalam kaca (dan) kaca itu
seakan-akan bintang (yang bercahaya) seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang
diberkahi, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur (sesuatu) dan tidak pula di sebelah
barat(nya yang minyaknya (saja) hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api. Cahaya di atas
cahaya (berlapis-lapis), Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang dia kehendaki, dan Allah
membuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. (QS.
Annur : 35)

6. Menjadikan Al-Qur’an sebagai Petunjuk hidup (The Way of Life) ( ‫ ) ْالهُدَى‬:

)2 : ‫ْب فِي ِه هُدًى لِ ْل ُمتَّقِينَ (البقرة‬


َ ‫َذلِكَ ْال ِكتَابُ اَل َري‬

Kitab (Al-Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa (QS. Al-Baqarah :
2)

7. Menjadikan Al-Qur’an sebagai Peringatan ( ً‫ )ت َْذ ِك َرة‬:

)3( ‫) ِإاَّل ت َْذ ِك َرةً لِ َم ْن يَ ْخ َشى‬2( ‫ك ْالقُرْ َآنَ لِتَ ْشقَى‬


َ ‫َما َأ ْنز َْلنَا َعلَ ْي‬

Kami tidak menurunkan Al-Qur’an ini kepadamu agar kamu menjadi susah; tetapi sebagai peringatan
bagi orang yang takut (kepada Allah) (QS. Thaha : 2 – 3)

8. Merasakan Mukjizat Al-Qur’an :

8.1. Mukjizat kandungan dan isi Al-Qur’an


8.2. Mukjizat Bahasa Al-Qur’an

8.3. Mukjizat Scientific (ilmu pengetahuan) Al-Qur’an

8.4. Mukjizat Hukum dan perundang-undangan

8.5. Mukjizat pengobatan fisik dan psikis

8.6. Mukjizat sejarah

8.7. Mukjizat analisa dan Futuristik

Kaum Muslimin rahimakumullah….

Demikianlah khutbah ini, semoga Allah membantu dan menolong kita dalam berinteraksi dengan Al-
Qur’an, agar kita merasakan nikmatnya hidup di bawah naungan Al-Qur’an dan mejadikan Al Qur’an
sebagai dusturul hayah (sistem hidup).

Semoga Allah pilih kita menjadi orang-orang yang sukses dalam mewujudkan generasi Islam, generasi
masa depan yang diharapkan. Semoga Allah berkenan menghimpunkan kita di syurga Firdaus yang paling
tinggi bersama Rasul Saw, para shiddiqin, syuhada’, dan shalihin sebagaimana Allah himpunkan kita di
tempat yang mulia ini. Allahumma amin…

9. ‫بارك هللا لي ولكم في القرآن العظيم ونفعني وإياكم بما فيه من اآليات و الذكر الحكيم أقول قولي هذا وأستغفر هللا لي ولكم إنه‬
‫…… تعالى جواد كريم ملك رؤوف رحيم إنه هو السميع العليم‬

Di antara nama lain bulan Ramadhan adalah Syahrul Qur’an (Bulan Al-Qur’an). Hal ini bukan semata
karena Al-Qur’an diturunkan pertama kali pada Ramadhan, tetapi juga meningatkan umat Islam agar
menjadikan Ramadhan sebagai bulan dimana intentsitas dan kulitas interaksi dengan Al-Qur’an
senantiasa diperhatikan.
Dalam Fi Zhilalil Qur’an, Sayyid Quthb menjelaskan bahwa hidup di bawah naungan Al-Qur’an adalah
kenikmatan yang tidak dapat dirasakan, melainkan oleh orang yang menghayatinya, kenikmatan yang
dapat mengangkat derajat manusia, memberikan berkah dan membersihkan kehidupan ini dari segala
bentuk kekotoran.

Ramadhan, adalah momentum emas untuk melakukan tadarus dan tadabbur Al-Qur’an. Oleh karena itu
kita perlu benar-benar memperhatikan interaksi diri dan keluarga dengan Al-Qur’an. Sebab, Al-Qur’an
memberikan banyak manfaat dalam kehidupan diri dan keluarga.

Pertama, kehidupan menjadi terarah

Dengan setiap hari membaca Al-Qur’an, maka kehidupan diri dan keluarga akan kian terarah, dari
membaca Al-Qur’an kita akan mengetahui mana yang haq dan bathil, benar dan salah. Dan, kemampuan
membedakan hal tersebut adalah hal mendasar yang harus dimiliki oleh setiap Muslim.

Dengan demikian, diri tidak akan mudah tertipu. Menduga banyak harta sebagai capaian kebahagiaan,
lantas korupsi. Mengira kebahagiaan dengan menyingkirkan orang lain, lantas hasad, dengki dan sehari-
hari diliputi kebingungan bagaimana membuat celaka orang lain.

Baca: Begini Akrabnya Ulama dengan Al-Qur’an Saat Ramadhan, Lha Kita?

Lebih dari itu, hidup dalam bimbingan Al-Qur’an akan mendorong diri memiliki akhlak,, adab, dan sopan
santun dalam kehidupan, sehingga perilakunya benar-benar dijaga agar jangan sampai dirinya menjadi
pelaku kezaliman.

Dalam bahasa lebih umumnya, orang yang hidup dalam naungan Al-Qur’an akan terarah hidupnya dan
mendapatkan petunjuk dan pembeda dari Allah Ta’ala.

Pada akhirnya, hidupnya akan terangkat derajatnya, teratur hidupnya, mulika kepribadiannya dan insya
Allah akan sampai pada kebahagiaan hakiki dunia-akhirat.
Kedua, memiliki kemampuan untuk mengatasi berbagai persoalan hidup

Terkait

orang berpuasa

Allah Tidak Akan Melupakan Orang yang Berpuasa

Ramadhan, Interaksi dengan Al-Quran dan Kedermawanan

Ramadhan, Interaksi dengan Al-Quran dan Kedermawanan

Inilah Syarat dan Rukun Puasa Ramadhan yang Perlu Diketahui

Inilah Syarat dan Rukun Puasa Ramadhan yang Perlu Diketahui

Memahami Hikmah Puasa Ramadhan

Memahami Hikmah Puasa Ramadhan

Jamak dipahami bahwa hidup ini adalah medan persoalan. Tidak seorang pun yang hidup di dunia ini
melewati 24 jam sepanjang tahun tanpa permasalahan.

Orang yang tidak menjadikan Al-Qur’an sebagai naungan akan menghadapi kebingungan dalam
menghadapi persoalan hidup, hingga mengalami kekalutan, dan terdorong untuk melakukan tindakan-
tindakan yang di luar kendali sampai akhirnya semua mengarah pada kerugian diri dan orng lain, lebih
buruk lagi kerugian yang bukan saja di dunia, tetapi juga di akhirat.

Sebaliknya, dengan menjadikan Al-Qur’an sebagai naungan dalam kehidupan, hatinya akan diliputi
ketenangan meski kala menghadapi beragam kesulitan dan permaslaahan hidup. Karena ia yakin dengan
janji Allah.
ۚ ُ ‫ث اَل يَ ۡحتَ ِس ۚبُ‌ َو َمن يَتَ َو َّك ۡل َعلَى ٱهَّلل ِ فَه َُو َح ۡسبُهُۥۤ‌ۚ ِإ َّن ٱهَّلل َ بَ ٰـلِ ُغ َأمۡ ِر ِۚۦ‌ه قَ ۡد َج َع َل ٱهَّلل‬
ُ ‫) َويَ ۡر ُز ۡقهُ ِم ۡن َح ۡي‬٢( ‫ق ٱهَّلل َ يَ ۡج َعل لَّهُۥ َم ۡخ َر ۬ ًجا‬
ِ َّ‫َو َمن يَت‬
)٣( ‫لِ ُك ِّل َش ۡى ۬ ٍء قَ ۡد ۬ ًرا‬

“Barangsiapa bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan membukakan jalan keluar baginya, dan Dia
memberinya rezeki dari arah yang tak disangka-sangkanya. Dan, barangsiapa bertakwa kepada Allah,
niscaya Dia menjadikan kemudahan baginya dalam urusannya.” (QS. Ath-Thalaq [65]: 2 – 3).

Baca: Berharap Ramadhan jadi Momentum Muslim Baca Qur’an

Pada saat yang lama, Al-Qur’an adalah obat dan rahmat, sehingga mustahil orang yang hidupnya dalam
naungan Al-Qur’an akan dilanda kebingungan apalagi kekalutan.

ۙ ِ‫ان َما ه َُو ِشفَٓا ۬ ٌء َو َر ۡح َم ۬ةٌ لِّ ۡل ُم ۡؤ ِمن‬


)٨٢( ‫ينَ‌ َواَل يَ ِزي ُد ٱلظَّ ٰـلِ ِمينَ ِإاَّل خَ َسا ۬ ًرا‬ ِ ‫َونُنَ ِّز ُل ِمنَ ۡٱلقُ ۡر َء‬

“Dan Kami turunkan dari Al Quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang
beriman dan Al Quran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian.” (QS. Al-
Israa [17]: 82).

Ketiga, hidup menjadi kian bersih

Bersih dari noda-noda batin, yang menjadikan cara berpikir gelap dan gemar melakukan kesalahan demi
kesalahan, sehingga tidak lagi sadar bahwa diri telah bergelimang dosa.

Al-Qur’an mendorong diri untuk selalu melakukan proses pembersihan diri (tazkiyatun nafs), sehingga
perilaku buruk seperti riya, hadad, iri hati, sombong terhadap orang lain bisa disingkirkan.

Baca: Di Mesir, Orang Baca al-Quran di Mana-mana selama Ramadhan .


Dirinya sadar bahwa perbuatan atau amal yang kotor mengakibat peradaban manusia menjadi sangat
rendah, bahkan lebih buruk dari kehidupan binatang ternak. Secara fisi, kekotoran manusia mewujud
dalam tingkah laku telah mengakibatkan malapetaka yang tidak ringan.

Perhatikanlah bagaimana perzinahan, homo seksual, dan lesbi mendatangkan penyakit AIDS, termasuk
aborsi yang semakin meningkat tajam, dimana tak satu pun induk binatang membunuh janin apalagi
anaknya sendiri.

Di dalam naungan Al-Qur’an, hidup akan menjadi bersih, jiwa terdorong untuk mengutamakan
keikhlasan, prasangka baik, tawadhu, jujur, tawakkal dan bergantung hanya kepada Allah.

Pikirannya pun menjadi jernih, sehingga yang di kepalanya adalah bagaimana menghasilkan manfaat bagi
seluas-luas kehidupan umat manusia dengan dasar iman. Prinsipnya hati yang bersih akan terus
mendorong seseorang gemar melakukan amal-amal sholeh.

Semoga di bulan Ramadhan 1438 H ini, kita dapat merasakan nikmatnya hidup di dalam naungan Al-
Qur’an. Sebuah kehidupan yang sangat luar biasa akan memastikan diri dan keluarga kita dalam ridha
dan jannah-Nya. Aamiin.*

HAJRUL QUR’AN DAN MACAM-MACAMNYA

Oleh Ustadz Abu Humaid Arif Syarifudin Lc

Al-Qur’an diturunkan oleh Allâh Azza wa Jalla kepada Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam agar
menjadi petunjuk bagi manusia, mengeluarkan mereka dari gelapnya kebodohan dan kekufuran menuju
kepada cahaya ilmu dan iman. Ia memberi petunjuk kepada jalan yang paling lurus.

ِ َّ‫ضانَ الَّ ِذي ُأ ْن ِز َل فِي ِه ْالقُرْ آنُ هُدًى لِلن‬


Allâh Azza wa Jalla berfirman: ‫اس‬ َ ‫( َش ْه ُر َر َم‬Beberapa hari yang ditentukan itu
ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) al-Quran sebagai petunjuk bagi
manusia. [Al-Baqarah/2:185]

‫ور بِِإ ْذنِ ِه‬ ُّ َ‫﴾ يَ ْه ِدي بِ ِه هَّللا ُ َم ِن اتَّبَ َع ِرضْ َوانَهُ ُسب َُل ال َّساَل ِم َوي ُْخ ِر ُجهُ ْم ِمن‬١٥﴿ ‫ين‬
ِ ‫الظلُ َما‬
ِ ُّ‫ت ِإلَى الن‬ ٌ ِ‫قَ ْد َجا َء ُك ْم ِمنَ هَّللا ِ نُو ٌر َو ِكتَابٌ ُمب‬
‫اط ُم ْستَقِ ٍيم‬ ٍ ‫ص َر‬ِ ‫… َويَ ْه ِدي ِه ْم ِإلَ ٰى‬
Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari Allâh, dan Kitab yang menerangkan. Dengan kitab
itulah Allâh memberikan petunjuk kepada orang-orang yang mengikuti keridhaan-Nya ke jalan
keselamatan, dan (dengan kitab itu pula) Allâh mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita kepada
cahaya yang terang benderang dengan seizin-Nya, dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus. [Al-
Mâidah/5:15-16]

‫ِإ َّن ٰهَ َذا ْالقُرْ آنَ يَ ْه ِدي ِللَّتِي ِه َي َأ ْق َو ُم‬

Sesungguhnya al-Quran ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus. [Al-Isrâ’/17:9]

Semua itu merupakan bukti rahmat Allâh kepada manusia yang seharusnya mereka syukuri dengan cara
memenuhi hak-hak kitab-Nya tersebut, mengikuti petunjuk yang lurus yang ada di dalamnya. Namun,
kenyataanya mayoritas manusia justru mengabaikannya dan berpaling darinya. Itulah fenomena “Hajrul
Qur’an” yang masih dijumpai hingga saat ini.

Dahulu Rasûlullâh ‫ صلى هللا عليه وسلم‬mengadu kepada Allâh Azza wa Jalla tentang hal ini yang dilakukan
oleh kaum musyrikin sebagaimana tertuang dalam firman-Nya:

‫َوقَا َل ال َّرسُو ُل يَا َربِّ ِإ َّن قَوْ ِمي اتَّخَ ُذوا ٰهَ َذا ْالقُرْ آنَ َم ْهجُورًا‬

Berkatalah Rasul, “Ya Rabbku, sesungguhnya kaumku menjadikan al-Quran itu sesuatu yang tidak
diacuhkan.” [Al-Furqân/25:30]

Ketika Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam mendapati kaum musyrikin Quraisy berpaling dari al-
Qur’an dan tak mau mendengarkan ayat-ayat yang Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bacakan kepada
mereka seperti yang

Allâh ceritakan dalam firman-Nya:

َ‫َوقَا َل الَّ ِذينَ َكفَرُوا اَل تَ ْس َمعُوا لِ ٰهَ َذا ْالقُرْ آ ِن َو ْال َغوْ ا فِي ِه لَ َعلَّ ُك ْم تَ ْغلِبُون‬

Dan orang-orang yang kafir berkata, “Janganlah kamu mendengarkan al-Qur’an ini dengan sungguh-
sungguh dan buatlah hiruk-pikuk terhadapnya, supaya kamu dapat mengalahkan mereka.”
[Fushshilat/41:26]

Akan tetapi saat ini, yang sangat memprihatinkan adalah manakala kita mendapati fenomena hajrul
Qur’an ini justeru ada pada orang-orang yang menyatakan diri sebagai kaum Muslimin.

APAKAH HAJRUL QUR’AN ITU?

Kata hajr (‫ )الهَجْ ُر‬dalam bahasa Arab adalah lawan kata dari washl ( ‫ )ال َوصْ ُل‬yang bermakna menyambung.
Dengan demikian kata hajr bermakna memutus. Sedangkan maksud dari hajrul Qur’an adalah
meninggalkan al-Qur’an dan berpaling darinya, seperti tidak mengimaninya, tidak membacanya, tidak
mau mendengarkannya, tidak mau memahami dan mentadabburinya, serta tidak mengamalkannya.

MACAM-MACAM HAJRUL QUR’AN


Terkait firman Allâh Azza wa Jalla yang terdapat dalam surat al-Furqan ayat ke-30 di atas, Ibnu Katsir
rahimahullah mengatakan, “Allâh Azza wa Jalla memberitakan tentang Rasul dan Nabi-Nya Muhammad -
semoga shalawat dan salam senantiasa tecurah kepada beliau hingga hari pembalasan-

yang berkata, ‘Ya Rabbku, sesungguhnya kaumku telah menjadikan al-Qur’an sesuatu yang tidak
diacuhkan (diabaikan dan ditinggalkan).’ Dan hal itu karena kaum musyrikin tidak mau mendengarkan
dan menyimak al-Qur’an sebagaimana yang Allâh Azza wa Jalla ceritakan dalam firman-Nya: َ‫َوقَا َل الَّ ِذين‬
َ‫ َكفَرُوا اَل تَ ْس َمعُوا لِ ٰهَ َذا ْالقُرْ آ ِن َو ْال َغوْ ا فِي ِه لَ َعلَّ ُك ْم تَ ْغلِبُون‬Dan orang-orang yang kafir berkata: “Janganlah kamu
mendengarkan al-Qur’an ini dengan sungguh-sungguh dan buatlah hiruk-pikuk terhadapnya, supaya
kamu dapat mengalahkan mereka.” Mereka (yaitu kaum musyrikin) ketika dibacakan al-Qur’an (oleh
Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam ) banyak yang membuat kegaduhan dan berbicara yang lain
sehingga tidak mendengarkannya.

Ini merupakan bentuk hajr terhadap al-Qur’an. Tidak mau mempelajari dan menghafalkan al-Qur’an juga
termasuk bentuk hajr terhadap al-Qur’an. Tidak mau mengimani dan tidak membenarkannya juga
termasuk bentuk hajr terhadapnya. Tidak mau mentadabburi dan memahami maknanya termasuk pula
bentuk hajr terhadapnya. Tidak mau mengamalkannya, tidak melaksanakan perintah-perintahnya, dan
tidak menjauhi larangan-larangannya pun termasuk bagian dari hajr terhadapnya.

Berpaling darinya dan lebih memilih selain al-Qur’an, seperti syair, pendapat (manusia), nyanyian,
perbuatan sia-sia, perkataan (manusia), maupun mengambil jalan lain selain al-Qur’an, termasuk dari
hajr terhadapnya.”[1]

Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, “Hajrul Qur’an itu ada beberapa macam.

Pertama, tidak mendengarkan, tidak mengimani, dan tidak memperhatikannya.

Kedua, tidak mengamalkannya dan tidak menegakkan apa yang dihalalkan dan diharamkannya walaupun
seseorang itu membacanya dan mengimaninya.

Ketiga, tidak menjadikannya sebagai hukum dan tidak berhukum dengannya, baik menyangkut prinsip-
prinsip agama maupun cabang-cabangnya, serta meyakini bahwa al-Qur’an tidak memberi faidah
keyakinan dan bahwa petunjuk-petunjuknya bersifat tekstual semata yang tidak mengandung ilmu.

Keempat, tidak mentadabburinya, tidak memahami maknanya, dan tidak mengetahui apa yang
diinginkan darinya oleh yang mengatakannya (yaitu Allâh).

Kelima, tidak menjadikannya sebagai obat untuk segala macam penyakit hati dan mencari obat penyakit
hati tersebut dengan selainnya, serta tidak mengambilnya sebagai obat (bagi penyakit-penyakit badan,
pen.). Walaupun sebagian bentuk ‘hajr’ tersebut lebih ringan dari sebagian yang lain.”[2] Berdasarkan
apa yang dikemukakan oleh Ibnu Katsir rahimahullah dan Ibnul Qayyim rahimahullah di atas mengenai
macam-macam ‘hajrul Qur’an’, berikut kami akan paparkan beberapa di antaranya:

Pertama : Enggan Mendengar Dan Menyimak Al-Qur’an Mendengar dan menyimak bacaan al-Qur’an
dengan seksama dapat mendatangkan rahmat dari Allâh Azza wa Jalla sebagaimana dalam
ِ ‫وَِإ َذا قُ ِرَئ ْالقُرْ آنُ فَا ْستَ ِمعُوا لَهُ َوَأ ْن‬
firman-Nya: َ‫صتُوا لَ َعلَّ ُك ْم تُرْ َح ُمون‬

Dan apabila dibacakan al-Quran, maka dengarkanlah baik-baik, dan perhatikanlah dengan tenang agar
kamu mendapat rahmat. [Al-A’râf/7:204]

Bagi orang-orang yang beriman, mendengarkan ayat-ayat Allâh dengan seksama dapat menambah iman
serta menjadikan hati mereka semakin khusyu’ dan takut kepada Allâh Azza wa Jalla.

Allâh Azza wa Jalla berfirman:

َ‫ت َعلَ ْي ِه ْم آيَاتُهُ َزا َد ْتهُ ْم ِإي َمانًا َو َعلَ ٰى َربِّ ِه ْم يَت ََو َّكلُون‬ ْ َ‫ ِإنَّ َما ْال ُمْؤ ِمنُونَ الَّ ِذينَ ِإ َذا ُذ ِك َر هَّللا ُ َو ِجل‬Sesungguhnya orang-
ْ َ‫ت قُلُوبُهُ ْم َوِإ َذا تُلِي‬
orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allâh gemetarlah hati mereka, dan apabila
dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Rabblah mereka
bertawakkal. [Al-Anfâl/8:2]
ٰ ‫ُأ‬
ٍ ُ‫ولَِئكَ الَّ ِذينَ َأ ْن َع َم هَّللا ُ َعلَ ْي ِه ْم ِمنَ النَّبِيِّينَ ِم ْن ُذ ِّريَّ ِة آ َد َم َو ِم َّم ْن َح َم ْلنَا َم َع ن‬
Allâh Azza wa Jalla juga berfirman: ‫وح َو ِم ْن ُذ ِّريَّ ِة‬
‫ات الرَّحْ ٰ َم ِن َخرُّ وا ُس َّجدًا َوبُ ِكيًّا‬
ُ َ‫ِإ ْب َرا ِهي َم َوِإ ْس َراِئي َل َو ِم َّم ْن هَ َد ْينَا َواجْ تَبَ ْينَا ۚ ِإ َذا تُ ْتلَ ٰى َعلَ ْي ِه ْم آي‬

Mereka itu adalah orang-orang yang telah diberi nikmat oleh Allâh, yaitu para nabi dari keturunan Adam,
dan dari orang-orang yang Kami angkat bersama Nuh, dan dari keturunan Ibrahim dan Israil, dan dari
orang-orang yang telah Kami beri petunjuk dan telah Kami pilih. Apabila dibacakan ayat-ayat Allâh Yang
Maha Pemurah kepada mereka, maka mereka menyungkur dengan bersujud dan menangis.
[Maryam/19:58]

Sebaliknya, enggan mendengar dan menyimak al-Qur’an akan menjadikan seseorang jauh dari rahmat
Allâh dan dapat mengakibatkan imannya terkikis. Disamping juga, perbuatan ini menyerupai perbuatan
yang dilakukan oleh kaum musyrikin dahulu yang diadukan oleh Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam
kepada Allâh l seperti yang telah dijelaskan di atas. Berpaling dari mendengarkan al-Qur’an karena
keangkuhan akan menyeret seseorang kepada adzab yang pedih –kita berlindung kepada Allâh darinya-
seperti yang telah Allâh firmankan

ٍ ‫َوِإ َذا تُ ْتلَ ٰى َعلَ ْي ِه آيَاتُنَا َولَّ ٰى ُم ْستَ ْكبِرًا َكَأ ْن لَ ْم يَ ْس َم ْعهَا َكَأ َّن فِي ُأ ُذنَ ْي ِه َو ْقرًا ۖ فَبَ ِّشرْ هُ بِ َع َذا‬
ٍ ِ‫ب َأل‬
: ‫يم‬

Dan apabila dibacakan kepadanya ayat-ayat Kami dia berpaling dengan menyombongkan diri seolah-olah
dia belum mendengarnya, seakan- akan ada sumbat di kedua telinganya; maka beri kabar gembiralah dia
dengan adzab yang pedih. [Luqmân/31:7]

Baca Juga Apa Hukum Membaca Al-Qur'an Jika seseorang enggan mendengar dan menyimak al-Qur’an,
tentu dia tidak akan melakukan hal-hal lain seperti membacanya, memahami maknanya,
mentadabburinya, mengimaninya, dan mengamalkannya?

Kedua: Tidak Membaca Al-Qur’an Membaca al-Qur’an merupakan bentuk dzikir kepada Allâh Azza wa
Jalla yang paling agung. Membacanya saja dinilai sebagai ibadah, setiap hurufnya bernilai kebaikan yang
akan dibalas dengan sepuluh kali lipat.
Sebagaimana diterangkan oleh Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam sabdanya:

‫ف‬ ٌ ْ‫ف َواَل ٌم َحر‬


ٌ ْ‫ف َو ِمي ٌم َحر‬ ٌ ِ‫ َأل‬: ‫ف َولَ ِك ْن‬
ٌ ْ‫ف َحر‬ ٌ ْ‫ { ﭑ } َحر‬:‫ب هللاِ فَلَهُ بِ ِه َح َسنَةٌ َو ْال َح َسنَةُ بِ َع ْش ِر َأ ْمثَالِهَا اَل َأقُو ُل‬
ِ ‫َم ْن قَ َرَأ َحرْ فًا ِم ْن ِكتَا‬

Barangsiapa membaca satu huruf dari Kitabullah maka baginya memperoleh kebaikan, dan kebaikan
tersebut dibalas dengan sepuluh kali lipatnya. Aku tidak mengatakan “alif lam mim” itu satu huruf, tetapi
alif adalah satu huruf, lam satu huruf, dan mim juga satu huruf.” [HR. At-Tirmidzi dan al-Hakim. Hadits ini
dinilai hadits shahih oleh Syaikh al-Albani dalam Shahîhul Jâmi’ no. 6469]

Subhanallah! Coba kita berpikir secara matematis, jika membaca satu huruf dari al-Qur’an akan
memperoleh 10 kali lipat kebaikan, maka seandainya kita membaca satu halaman dari mushaf al-Qur’an
yang di dalamnya terdapat sekitar 550 huruf misalnya, lalu kita kalikan dengan 10 kebaikan maka
hasilnya adalah: 550×10 = 5,550 kebaikan. Jika setiap hari kita bisa membaca satu juz yang terdiri dari
sekitar 20 halaman, maka hasilnya adalah: 20x550x10 kebaikan = 110,000 kebaikan. Dengan demikian,
dalam satu bulan jika kita membaca seluruh mushaf al-Qur’an yaitu 30 juz yang berarti sama dengan
sekitar 600 halaman, jadi hasilnya adalah: 600x550x10 kebaikan = 3,300,000 kebaikan dalam satu bulan.
Jumlah yang cukup fantastis bukan?! Karena itu, membaca al-Qur’an merupakan suatu perniagaan yang
menguntungkan lagi mendatangkan banyak pahala dan keutamaan lain yang besar.

Apalagi ketika diiringi oleh amal ibadah yang lain seperti shalat dan berinfak sebagaimana ditegaskan
oleh Allâh dalam firman-Nya:

َ ‫صاَل ةَ َوَأ ْنفَقُوا ِم َّما َرزَ ْقنَاهُ ْم ِس ًّرا َو َعاَل نِيَةً يَرْ جُونَ تِ َج‬
‫ارةً لَ ْن‬ َّ ‫َاب هَّللا ِ َوَأقَا ُموا ال‬
َ ‫ِإ َّن الَّ ِذينَ يَ ْتلُونَ ِكت‬

‫﴾ لِيُ َوفِّيَهُ ْم ُأجُو َرهُ ْم َويَ ِزي َدهُ ْم ِم ْن فَضْ لِ ِه ۚ ِإنَّهُ َغفُو ٌر َش ُكو ٌر‬٢٩﴿ ‫تَبُو َر‬

Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allâh dan mendirikan shalat dan menafkahkan
sebahagian dari rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan,
mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi, agar Allâh menyempurnakan kepada
mereka pahala mereka dan menambah kepada mereka dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allâh Maha
Pengampun lagi Maha Mensyukuri.” [Fâthir/35:29-30]

Di antara keutamaan membaca al-Qur’an adalah bahwa al-Qur’an akan memberi syafaat kepada orang-
orang yang membacanya. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

‫ا ْق َر ُءوا ْالقُرْ آنَ فَِإنَّهُ يَْأتِي يَوْ َم ْالقِيَا َم ِة َشفِيعًا َأِلصْ َحابِه‬

Bacalah al-Qur’an, karena ia akan datang pada hari kiamat memberi syafaat kepada orang-orang yang
membacanya.” [HR. Muslim no. 804]

Sebaliknya, orang yang tidak mau membaca al-Qur’an maka dia akan merugi karena dia akan kehilangan
banyak kebaikan, pahala, dan keutamaan. Namun, satu hal yang perlu diingat bahwa ketika kita
membaca al-Qur’an maka hendaklah membacanya dengan tartil, baik di shalat maupun di luar shalat.

Karena Allâh Azza wa Jalla telah memerintahkannya dalam firman-Nya: ‫ َو َرتِّ ِل ْالقُرْ آنَ تَرْ تِياًل‬Dan bacalah al-
Quran itu dengan tartil. [Al-Muzzammil/73:4] Yakni dengan perlahan-lahan dan memenuhi kaidah-kaidah
bacaan al-Qur’an, yaitu tajwid, yang telah dijelaskan oleh para ulama.

Ketiga: Tidak Mau Memahami Dan Mentadabburi Makna Ayat-Ayat Al-Qur’an Memahami dan
mentadabburi (memperhatikan dan menghayati) makna ayat-ayat al-Qur’an merupakan suatu tuntutan
yang wajib diperhatikan dan dijalankan oleh setiap hamba. Karena dengan cara itulah dia dapat
mengingat keagungan Allâh Azza wa Jalla , mengambil pelajaran, dan mengetahui petunjuk-petunjuk
Allâh Azza wa Jalla yang jelas yang akan mengantarkannya kepada keselamatan di dunia dan akhirat.

Allâh Azza wa Jalla berfirman:

ِ ‫ك لِيَ َّدبَّرُوا آيَاتِ ِه َولِيَتَ َذ َّك َر ُأولُو اَأْل ْلبَا‬


‫ب‬ ٌ ‫ار‬ َ ‫ِكتَابٌ َأ ْنزَ ْلنَاهُ ِإلَ ْي‬
َ َ‫ك ُمب‬

“Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka
memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai fikiran.”
[Shad/38:29]

Mengabaikan hal ini, tidak peduli sama sekali dengannya, walaupun seseorang membaca al-Qur’an
untuk berta’abbud (mencari pahala ibadah membaca), maka itu merupakan bentuk hajr terhadap al-
Qur’an yang dapat mengakibatkan hati tertutup dan apa yang dibacanya dari ayat-ayat al-Qur’an tidak
memberi bekas ke dalam jiwa dan kepribadiannya.

Allâh Azza wa Jalla berfirman:

‫ب َأ ْقفَالُهَا‬
ٍ ‫َأفَاَل يَتَ َدبَّرُونَ ْالقُرْ آنَ َأ ْم َعلَ ٰى قُلُو‬

Maka apakah mereka tidak memperhatikan al-Quran ataukah hati mereka terkunci? [Muhammad/47:24]

Ini sebagai bentuk celaan dari Allâh Azza wa Jalla terhadap orang-orang yang enggan mentadabburi ayat-
ayat-Nya. Seharusnya ayat di atas mendorong kita untuk mempelajari bahasa al-Qur’an, yaitu bahasa
Arab. Karena memahami bahasa Arab pasti akan sangat membantu kita dalam usaha mentadabburi
(merenungi) ayat-ayat yang sedang kita sedang baca. Walau kita tidak menepis manfaat keberadaan
terjemah-terjemah al-Qur’an yang ada dan kita yakin bahwa itu sangat membantu juga untuk
memahami makna-makna al-Qur’an, namun dengan mengerti bahasa al-Qur’an akan lebih menambah
penghayatan kita terhadapnya membantu untuk lebih khusyu’ pada saat kita membacanya terutama
ketika dalam shalat.

Keempat: Tidak Mengimani Al-Qur’an Wajib atas semua manusia untuk mengimani al-Qur’an, karena ia
adalah kitab Allâh yang terakhir yang Allâh Azza wa Jalla turunkan kepada nabi dan rasul terakhir, yaitu
Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam , yang diutus kepada semua manusia.

Allâh Azza wa Jalla berfirman kepada Rasul-Nya Shallallahu ‘alaihi wa sallam:


ٰ
ِ َّ‫اس بَ ِشيرًا َونَ ِذيرًا َولَ ِك َّن َأ ْكثَ َر الن‬
َ‫اس اَل يَ ْعلَ ُمون‬ َ ‫َو َما َأرْ َس ْلنَا‬
ِ َّ‫ك ِإاَّل َكافَّةً لِلن‬
Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya sebagai pembawa berita
gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui. [Saba’/34:28]

Juga firman-Nya: ‫ قُلْ يَا َأيُّهَا النَّاسُ ِإنِّي َرسُو ُل هَّللا ِ ِإلَ ْي ُك ْم َج ِميعًا‬Katakanlah, “Hai manusia sesungguhnya aku adalah
utusan Allâh kepadamu semua …” [Al-A’raf/7:158]

Oleh karena itu, Allâh Azza wa Jalla memerintahkan mereka untuk beriman kepada Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam dan kepada al-Qur’an yang diturunkan kepadanya.

‫ور الَّ ِذي َأ ْن َز ْلنَا ۚ َوهَّللا ُ بِ َما تَ ْع َملُونَ َخبِي ٌر‬


ِ ُّ‫فَآ ِمنُوا بِاهَّلل ِ َو َرسُولِ ِه َوالن‬
Maka berimanlah kamu kepada Allâh dan Rasul-Nya dan kepada cahaya (Al-Quran) yang telah Kami
turunkan. Dan Allâh Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan” [At-Taghâbun/64:8]

Jika seseorang mau beriman kepada al-Qur’an, maka dia akan memperoleh petunjuk dan rahmat.

Allâh Azza wa Jalla berfirman: َ‫ب فَص َّْلنَاهُ َعلَ ٰى ِع ْل ٍم هُدًى َو َرحْ َمةً لِقَوْ ٍم يُْؤ ِمنُون‬
ٍ ‫َولَقَ ْد ِجْئنَاهُ ْم بِ ِكتَا‬

“Dan sesungguhnya Kami telah mendatangkan sebuah Kitab (Al Quran) kepada mereka yang Kami telah
menjelaskannya atas dasar pengetahuan Kami; menjadi petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang
beriman.” [Al-A’raf/7:52]

Petunjuk yang dimaksud dalam ayat di atas adalah petunjuk ilmu dan amal shalih, sedangkan kata
rahmat maksudnya rahmat terbesar yang akan diraih dari mengimani al-Qur’an yaitu berupa surga yang
penuh dengan kenikmatan. Itulah diantara kebaikan yang akan diraih oleh orang-orang yang beriman,
adapun orang-orang yang tidak beriman kepada al-Qur’an dan kufur terhadapnya, maka sejatinya dia
telah kufur dan mendustakan Allâh Azza wa Jalla serta Rasul-Nya.

Prilaku kufur ini akan menyeretnya kepada kerugian yang nyata, kesesatan, kehinaan dan adzab yang
pedih dalam api neraka –wal ‘iyadzu billah-.

Allâh Azza wa Jalla berfirman:

َ‫اسرُون‬ َ ‫ق تِاَل َوتِ ِه ُأو ٰلَِئكَ يُْؤ ِمنُونَ بِ ِه ۗ َو َم ْن يَ ْكفُرْ بِ ِه فَُأو ٰلَِئ‬
ِ َ‫ك هُ ُم ْالخ‬ َ ‫الَّ ِذينَ آتَ ْينَاهُ ُم ْال ِكت‬
َّ ‫َاب يَ ْتلُونَهُ َح‬

Orang-orang yang telah Kami berikan al-Kitab kepadanya, mereka membacanya dengan bacaan yang
sebenarnya, mereka itu beriman kepadanya. Dan barangsiapa kufur (ingkar) kepadanya, maka mereka
itulah orang-orang yang rugi. [Al-Baqarah/2:121]

Allâh Azza wa Jalla juga berfirman:

ِ ‫ت هَّللا ِ لَهُ ْم َع َذابٌ َش ِدي ٌد ۗ َوهَّللا ُ ع‬


‫َزي ٌز ُذو ا ْنتِقَ ٍام‬ ِ ‫ِإ َّن الَّ ِذينَ َكفَرُوا بِآيَا‬

Sesungguhnya orang-orang yang kafir terhadap ayat-ayat Allâh akan memperoleh siksa yang berat; dan
Allâh Maha Perkasa lagi mempunyai balasan (siksa). [Ali Imrân/3:4]

Baca Juga Inilah Al-Qur'an Wahai Ummat Islam Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: ُ‫َوالَّ ِذي نَ ْفس‬
ُ ‫وت َولَ ْم يُْؤ ِم ْن بِالَّ ِذي ُأرْ ِس ْل‬
‫ت بِ ِه ِإاَّل َكانَ ِم ْن َأصْ َحاب النَّار‬ ٌّ ‫ُم َح َّم ٍد بِيَ ِد ِه اَل يَ ْس َم ُع بِي َأ َح ٌد ِم ْن هَ ِذ ِه اُأْل َّم ِة يَهُو ِد‬
ُ ‫ي َواَل نَصْ َرانِ ٌّي ثُ َّم يَ ُم‬
Demi (Allah) yang jiwa Muhammad berada di tangan-Nya! Tidak ada seorangpun dari umat ini yang
mendengar tentangku, baik seorang Yahudi maupun Nasrani, kemudian dia mati dalam keadaan tidak
beriman kepada risalah (al-Qur’an) yang aku bawa, melainkan dia pasti termasuk penghuni neraka. [HR.
Muslim, no. 153]

Kelima: Tidak Mengamalkan Petunjuk Al-Qur’an Di antara konsekuensi iman terhadap al-Qur’an adalah
mengamalkan petunjuk yang terkandung dalam al-Qur’an, melaksanakan perintah-perintahnya,
menjauhi larangan-larangannya, membenarkan berita-beritanya, menghalalkan apa yang dihalalkannya,
dan mengharamkan apa yang diharamkannya. Allâh Azza wa Jalla berfirman: ‫اتَّبِعُوا َما ُأ ْن ِز َل ِإلَ ْي ُك ْم ِم ْن َربِّ ُك ْم‬
Ikutilah apa yang diturunkan kepadamu dari Rabbmu. [Al-A’râf/7:3]

Allâh Azza wa Jalla juga berfirman:

ُّ‫ُوف َويَ ْنهَاهُ ْم ع َِن ْال ُم ْن َك ِر َوي ُِحل‬ ِ ‫ي الَّ ِذي يَ ِجدُونَهُ َم ْكتُوبًا ِع ْن َدهُ ْم فِي التَّوْ َرا ِة َواِإْل ْن ِجي ِل يَْأ ُم ُرهُ ْم بِ ْال َم ْعر‬
َّ ‫ي اُأْل ِّم‬ َ ‫الَّ ِذينَ يَتَّبِعُونَ ال َّرس‬
َّ ِ‫ُول النَّب‬
‫َصرُوهُ َواتَّبَعُوا‬ َ ‫َت َعلَ ْي ِه ْم ۚ فَالَّ ِذينَ آ َمنُوا بِ ِه َو َع َّزرُوهُ َون‬ ْ ‫ض ُع َع ْنهُ ْم ِإصْ َرهُ ْم َواَأْل ْغاَل َل الَّتِي َكان‬ َ َ‫ث َوي‬ َ ‫ت َوي َُح ِّر ُم َعلَ ْي ِه ُم ْال َخبَاِئ‬
ِ ‫لَهُ ُم الطَّيِّبَا‬
َ‫ك هُ ُم ْال ُم ْفلِحُون‬ َ ‫النُّو َر الَّ ِذي ُأ ْن ِز َل َم َعهُ ۙ ُأو ٰلَِئ‬

(Yaitu) orang-orang yang mengikut Rasul, Nabi yang ummi yang (namanya) mereka dapati tertulis di
dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka, yang menyuruh mereka mengerjakan yang ma’ruf dan
melarang mereka dari mengerjakan yang mungkar dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan
mengharamkan bagi mereka segala yang buruk dan membuang dari mereka beban-beban dan belenggu-
belenggu yang ada pada mereka. Maka orang-orang yang beriman kepadanya. memuliakannya,
menolongnya dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (Al Quran), mereka itulah
orang-orang yang beruntung. [Al-A’râf/7:157]

Dan adalah Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah orang pertama yang mengamalkan petunjuk
al-Qur’an dan berakhlaq dengan akhlaqnya. Aisyah Radhiyallahu anhuma ketika ditanya tentang akhlaq
Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam , ia menjawab: َ‫ َكانَ ُخلُقُهُ ْالقُرْ آن‬Akhlaqnya adalah al-Qur’an. [HR.
Ahmad, Muslim, dan Abu Daud] Barangsiapa mengamalkan petunjuk al-Qur’an maka dia akan menjadi
orang yang beruntung sebagaimana dijelaskan di surat al-A’raf ayat ke-157 di atas.

Dia akan memperoleh rahmat dari Allâh Azza wa Jalla sebagaimana dalam firman-Nya:

َ‫ك فَاتَّبِعُوهُ َواتَّقُوا لَ َعلَّ ُك ْم تُرْ َح ُمون‬ َ َ‫َو ٰهَ َذا ِكتَابٌ َأ ْنزَ ْلنَاهُ ُمب‬
ٌ ‫ار‬

Dan al-Quran itu adalah kitab yang Kami turunkan yang diberkati, maka ikutilah dia dan bertakwalah agar
kamu diberi rahmat. [Al-An’âm/6:155]

Dia tidak akan tersesat dan tidak pula akan sengsara, baik di dunia maupun di akhirat.

Allâh Azza wa Jalla berfirman kepada Rasul-Nya:

‫﴾ ِإاَّل ت َْذ ِك َرةً لِ َم ْن يَ ْخ َش ٰى‬٢﴿ ‫ك ْالقُرْ آنَ لِتَ ْشقَ ٰى‬


َ ‫َما َأ ْنز َْلنَا َعلَ ْي‬

Kami tidak menurunkan al-Quran ini kepadamu agar kamu menjadi susah; tetapi sebagai peringatan bagi
orang yang takut (kepada Allâh). [Thaha/20:2-3]

Allâh Azza wa Jalla juga berfirman:

‫ضلُّ َواَل يَ ْشقَ ٰى‬ َ ‫فَِإ َّما يَْأتِيَنَّ ُك ْم ِمنِّي هُدًى فَ َم ِن اتَّبَ َع هُدَا‬
ِ َ‫ي فَاَل ي‬

Maka jika datang kepadamu petunjuk daripada-Ku, lalu barangsiapa yang mengikut petunjuk-Ku, ia tidak
akan sesat dan tidak akan celaka. [Thaha/20:123].

Adapun orang yang berpaling dari peringatan Allâh yang terdapat dalam al-Qur’an niscaya dia akan
memperoleh kehidupan yang sempit di dunia dan akhirat, bahkan akan dibangkitkan pada hari kiamat
dalam keadaan buta.

Allâh Azza wa Jalla berfirman:

‫ض ْن ًكا َونَحْ ُش ُرهُ يَوْ َم ْالقِيَا َم ِة َأ ْع َم ٰى‬ َ ‫َو َم ْن َأ ْع َر‬


َ ً‫ض ع َْن ِذ ْك ِري فَِإ َّن لَهُ َم ِعي َشة‬

Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit,
dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta.” [Thaha/20: 124]

Keenam: Tidak Berpegang Dengan Hukum Al-Qur’an Allâh Azza wa Jalla berfirman:

َ‫ب َو ُمهَ ْي ِمنًا َعلَ ْي ِه ۖ فَاحْ ُك ْم بَ ْينَهُ ْم بِ َما َأ ْن َز َل هَّللا ُ ۖ َواَل تَتَّبِ ْع َأ ْه َوا َءهُ ْم َع َّما َجا َءك‬
ِ ‫ص ِّدقًا لِ َما بَ ْينَ يَ َد ْي ِه ِمنَ ْال ِكتَا‬ ِّ ‫َاب بِ ْال َح‬
َ ‫ق ُم‬ َ ‫ك ْال ِكت‬
َ ‫َوَأ ْنزَ ْلنَا ِإلَ ْي‬
ِّ ‫ِمنَ ْال َح‬
‫ق‬

Dan Kami telah turunkan kepadamu al-Quran dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang
sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang
lain itu; maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allâh turunkan dan janganlah kamu
mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu.[Al-
Mâidah/5:48]

Ayat ini dengan jelas menunjukkan akan kewajiban berhukum dan memutuskan segala perkara di antara
manusia dengan al-Qur’an. Sementara dalam ayat-ayat sebelumnya (ayat ke-44, 45, dan 47) Allâh
mencela mereka yang tidak mau berhukum dengan apa yang telah Allâh Azza wa Jalla turunkan dan
menyebut mereka sebagai orang-orang kafir, zhalim , fasik. Allâh Azza wa Jalla berfirman:

َ‫َو َم ْن لَ ْم يَحْ ُك ْم بِ َما َأ ْن َز َل هَّللا ُ فَُأو ٰلَِئكَ هُ ُم ْال َكافِرُون‬

Barangsiapa tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allâh, maka mereka itu adalah orang-
orang yang kafir. [Al-Mâidah/5:44]

َ‫َو َم ْن لَ ْم يَحْ ُك ْم بِ َما َأ ْن َز َل هَّللا ُ فَُأو ٰلَِئكَ هُ ُم الظَّالِ ُمون‬

Barangsiapa tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allâh, maka mereka itu adalah orang-
orang yang zhalim. [Al-Mâidah/5:45]

َ‫َو َم ْن لَ ْم يَحْ ُك ْم بِ َما َأ ْن َز َل هَّللا ُ فَُأو ٰلَِئكَ هُ ُم ْالفَا ِسقُون‬


Barangsiapa tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allâh, maka mereka itu adalah orang-
orang yang fasik. [Al-Mâidah/5:47]

Ketujuh: Tidak Menjadikan Al-Qur’an Sebagai Obat Bagi Berbagai Penyakit. Allâh Azza wa Jalla telah
menerangkan bahwa di antara kegunaan al-Qur’an, di samping sebagai petunjuk dan rahmat bagi para
hamba-Nya, adalah bahwa ia bisa menjadi obat bagi beragam penyakit, baik itu penyakit hati dan jiwa
dan ini yang paling utama, maupun berbagai badan. Banyak manusia tidak yakin dengan hal ini,

padahal Allâh Azza wa Jalla telah jelas mengatakan:

َ‫ُور َوهُدًى َو َرحْ َمةٌ لِ ْل ُمْؤ ِمنِين‬


ِ ‫يَا َأيُّهَا النَّاسُ قَ ْد َجا َء ْت ُك ْم َموْ ِعظَةٌ ِم ْن َربِّ ُك ْم َو ِشفَا ٌء لِ َما فِي الصُّ د‬
Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Rabbmu dan penyembuh bagi
penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.
[Yûnus/10:57]

Allâh Azza wa Jalla juga berfirman:

‫َونُن َِّز ُل ِمنَ ْالقُرْ آ ِن َما هُ َو ِشفَا ٌء َو َرحْ َمةٌ لِ ْل ُمْؤ ِمنِينَ ۙ َواَل يَ ِزي ُد الظَّالِ ِمينَ ِإاَّل خَ َسارًا‬

Dan Kami turunkan dari al-Quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang
beriman dan al-Quran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zhalim selain kerugian.
[Al-Isrâ/17:82] Juga firman-Nya:

‫َونُن َِّز ُل ِمنَ ْالقُرْ آ ِن َما هُ َو ِشفَا ٌء َو َرحْ َمةٌ لِ ْل ُمْؤ ِمنِينَ ۙ َواَل يَ ِزي ُد الظَّالِ ِمينَ ِإاَّل خَ َسارًا‬

Dan Kami turunkan dari Al Quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang
beriman dan Al Quran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian
[Al-Isra/17:82]

Dan perkataan Allâh Azza wa Jalla sudah pasti kebenarannya. Setelah itu, apakah pantas kita masih ragu
tentang manfaat al-Qur’an sebagai obat penawar, baik bagi penyakit hati maupun badan? Sementara
Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam sendiri, sebagai panutan kita, dan para Sahabatnya g telah
menpraktekkan dan memberi contoh kepada kita, manakala mereka membacakan ayat-ayat al-Qur’an
kepada orang-orang yang sakit atau untuk mengobati diri mereka sendiri dengan al-Al-Qur’an. Wallahu
A’lam. Demikian yang bisa kami paparkan terkait beberapa macam bentuk hajrul Qur’an. Semoga Allâh
memberi hidayah dan taufik-Nya kepada kita dan seluruh kaum Muslimin agar lebih memperhatikan hak-
hak al-Qur’an.

Anda mungkin juga menyukai