Anda di halaman 1dari 13

MATERI AL-QUR’AN DAN HADIS KELAS XII

“Budaya Hidup Sederhana dan Menyantuni Dhuafa”


A. Budaya Hidup Sederhana dan Menyantuni Dhuafa
a. Hidup Sederhana
Pola hidup sederhana merupakan pola hidup pertengahan antara berlebih-lebihan, dan
kekurangan atau antara boros dan pelit. Pola hidup sederhana merupakan sifat yang terpuji.
Pola hidup sederhana berarti menggunakan harta benda yang dimiliki secara seimbang.[1]
Surat Al-Furqan Ayat 67
‫َو اَّلِذ يَن ِإَذ ا َأْنَفُقوا َلْم ُيْس ِر ُفوا َو َلْم َيْقُتُر وا َو َك اَن َبْيَن َٰذ ِلَك َقَو اًم ا‬
Artinya:”Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebihan,
dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang
demikian”. [2]
Pada ayat di atas menjelaskan, apabila manusia atau orang yang beriman yang ingin
membelajakan hartanya, maka dia tidak boleh berlebihan dan juga tidak boleh kikir.
Melainkan beada di tengah-tengah (moderat). Secara etimologi kata al-israf berasal dari kata
al saraf berarti tindakan melampaui batas pada semua perbuatan yang dikerjakan manusia.
Disamping dengan membelanjakan harta secara israf Allah juga melarang bersifat kikir.
Allah swt. berfirman ‫(َو َلْم َيْقُتُر وا‬dan tidak pula kikir). Secara etimologi, al-qatr mempunyai arti
meminimkan nafkah. Kata ini semakna dengan kata al-bukhl, lawan dari al-israf. Sedangkan
secara syar’i, al-qatr berarti menahan diri dari membelanjakan harta dalam ketaatan kepada
Allah swt.
Surat al-Isra’ 29-30
‫) ِإَّن َر َّبَك َيْبُس ُط الِّر ْز َق ِلَم ْن َيَشاُء َو َيْقِدُر‬29( ‫َو ال َتْج َعْل َيَدَك َم ْغُلوَلًة ِإَلى ُع ُنِقَك َو ال َتْبُس ْطَها ُك َّل اْلَبْسِط َفَتْقُعَد َم ُلوًم ا َم ْح ُس وًر ا‬
)30(‫ِإَّنُه َك اَن ِبِع َباِدِه َخ ِبيًر ا َبِص يًر ا‬
Artinya:
(29) “Dan janganlah kamu jadikan tanganmu terbelenggu pada lehermu dan janganlah
kamu terlalu mengulurkannya karena itu kamu menjadi tercela dan menyesal” (30)
Sesungguhnya Tuhanmu melapangkan rezeki kepada siapa yang Dia kehendaki dan
menyempitkannya, sesungguhnya Dia Maha Mengetahui lagi Maha Melihat akan hamba-
hamba-Nya.[3]
Di dalam ayat 29 ini Allah swt. memberi arahan cara yang baik dalam membelanjakan
harta. Permulaan ayat ini Allah melarang menjadikan tangan terbelenggu pada leher.
Ungkapan ini sudah terbiasa dikalangan-kalangan orang Arab yaitu sudah menunjukkan
kekikiran. Kikir di larang oleh Allah yaitu enggan memberikan harta kepada orang lain
walaupun sedikit. Di samping itu Allah melarang mengulurkan tangan selebar-lebarnya,
ungkapan ini berarti Allah melarang boros dalam membelanjakan harta.
Kemudian pada ayat 30 Allah swt. menjelaskan mengenai perolehan seseorang. Keadaan
seseorang yang tidak mampu itu hanya bersifat sementara dan tidaklah menjadi suatu
kehinaan di hadapan Allah tetapi semata-mata karena kehendak Allah yang mengatur dan
memberi rizki. Allah menjelaskan Dia-lah yang melapangkan rizki kepada siapa yang di
kehendakinya diantara hamba-hambaya dan Dia pula yang menyempitkannya.
‫عن عمروبن شعيب عن ابىه عن جده ان رسول هللا صلى هللا علىه وسلم قال كاوا واشربوا وثصدقوا والبسوا غير‬
‫مخيلة والسرف (اخرجه احمد‬
Terjemah:
Dari Amr bin Syuaib dari ayahnya dari kakrknya bahwa Rasulullah saw.bersabda,
“makanlah, minumlah, dan berpakaianlah tanpa ada kesombongan dan berlebihan.” (HR.
Ahmad:6421)[4]
Ada empat hal penting dalam hidup sederhana yang diperintahkan dalam hadis ini. Yaitu
sederhana dalam makam, minum, bersedekah, dan berpakaian. Maksud dari sederhana makan
dan minum yaitu tidak terlalu kenyang.
b. Menyantuni Dhuafa
Surat Al-Baqarah ayat 177
Yang Artinya: “Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu
kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari
kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya
kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan
pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta, dan (memerdekakan) hamba sahaya,
mendirikan shalat, dan menunaikan zakat, dan orang-orang yang menepati janjinya apabila
ia berjanji, dan orang-orang yang sabar “dalam kesempitan, penderitaan dan dalam
peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-
orang yang bertakwa.”
Allah menjelaskan kepada umat manusia kebaikan itu bukanlah sekedar menghadapkan
muka kepada sesuatu arah yang tertentu, baik ke timur maupun ke barat, tetapi kebaikan yang
sebenarnya adalah orang-orang benar-benar beriman dan bertaqwa. Yaitu orang-orang yang
melakukan kebajikan yang meliputi aktivitas jasmani dan rohani.
Adapun tanda-tanda orang yang benar-benar beriman dan bertaqwa kepada Allaah adalah
sebagaimana yang di jelaskan dalan ayat ini adalah:
1. iman (keyakinan) terhadap adanya Allah, hari pembalasan, malaikat-malaikat, kitab-
kitab yang diturunkan oleh Allah melalui para utusannNya, serta iman terhadap adanya Nabi-
nabi Allaah.
2. adanya kemapuan untuk memberikan sebagian harta kesayangan kepada orang-orang
yang membutuhkannya.
3. mendirikan sholat.
4. menunaikan zakat.
5. selalu menepati janji. Orang yang baik adalah orang yang selalu menepati janjinya.
6. orang yang ingin mendapatkan kebaikan harus bersifat sabar dalam segala situasi
seperti dalam kesempitan, ataupun kesusahan.

B. Menghadapi Cobaan dengan Senyuman


QS. Al-Baqarah 155-157
Yang Artinya: (155) “Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit
ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita
gembira kepada orang-orang yang sabar. (156) (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa
musibah, mereka mengucapkan: “Innaa lillahi wa innaa ilaihi raaji’uun. (157) Mereka
itulah yang mendapatkan keberkahan yang sempurna dan rahmat dari Rabbnya, dan mereka
itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.
Dalam ayat ini Allah telah menyebutkan beberapa ujian diantaranya sedikit dari rasa
takut, yakni keresahan hati atau ketakutan menyangkut sesuatu yang buruk yang terjadi atau
yang akan terjadi, atau hal-hal yang tidak menyenangkan dan tidak diharapkan yang akan
terjadi. Sedikit rasa lapar, yakni keinginan yang sangat untuk makan dan minum karena perut
kosong keroncongan, tetapi belum menemukan makanan dan minuman yang dibutuhkan.
Sertakekurangan harta, ujian ini bentukya seperti kemiskinan,kekurangan jiwa seperti adanya
kematian dan apapun sebab dari kematian hal ini merupakan ujian atau cobaan bagi yang
ditinggalkan dan kekurangan buah-buahan, yang dimaksud adalah tidak berbuahnya tanaman
baik diperkebunan maupun sawah sebagaimana yang diharapkan.

QS. Al Imron ayat186


Artinya: Kamu sungguh akan diuji terhadap hartamu dan dirimu. Dan (juga) kamu sungguh-
sungguh akan mendengar dari orang-orang yang diberi kitab sebelum kamu dan dari orang-
orang yang mempersekutukan Allah, gangguan yang banyak yang menyakitkan hati. Jika
kamu bersabar dan bertakwa, maka sesungguhnya yang demikian itu termasuk urusan yang
patut diutamakan.
Sebagaimana telah disebutkan dalam sejarah, pasca hijrah Muslimin dari Mekah ke
Madinah, orang-orang Musyrik menjarah harta Muslimin dan mengganggu mereka. Di sisi
lain, warga Yahudi Madinah menghina Muslimah dengan sindirian lisan dan bersikap biadab
kepada mereka. Hal ini terus berlanjut sehingga Nabi marah dan mengeluarkan perintah agar
para pimpinan makar ini dibunuh.
Ayat ini menyinggung sunah Tuhan yakni menguji. Kepada Muslimin ayat ini
mengatakan, "Janganlah anda mengira dengan masuk Islam, kalian akan terus senang dan
bahagia. Kalian harus siap diganggu dan dihujani makar musuh. Bahkan sekiranya kalian
tidak mengusik mereka, mereka yang akan mengganggu kalian.Dari ayat tadi
terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. harta dan jiwa senantiasa diuji. Hendaknya kita hidup sedemikian rupa sehingga siap
memberikan jiwa dan harta di jalan Allah.
2. para penentang Islam kompak menyerang Islam dan muslimin. Lebih mudah pengikut
agama lain mengikut orang-orang Musyrik guna melawan Islam.
3. kesabaran dan takwa merupakan faktor kemenangan. Keteguhan tanpa takwa juga dapat
disaksikan pada orang-orang yang keras kepala

C. Menjaga Kelestarian Alam


Al-Qur’an sebagai kitab suci agama Islam di dalamnya banyak terangkum ayat-ayat yang
membahas mengenai lingkungan. Seperti perintah untuk menjaga lingkungan, larangan untuk
merusaknya, dll. Seperti yang akan di bahas berikut ini.
1. Q.S. Ar-Rum ayat 41-42
‫﴾ ُقْل ِس ْيُر وا ِفي اَاْلْر ِض‬41﴿ ‫َظَهَر اْلَفَس اُد ِفي اْلَبِّر َو اْلَبْح ِر ِبَم ا َك َسَبْت َأْيِد ي الَّناِس ِلُيِذْيَقُهْم َبْعَض اَّلِذ ي َع َم ُلوا َلَعَّلُهْم َيْر ِجُعْو َن‬
42﴿ ‫﴾َفاْنُظُر وا َك ْيَف َك اَن َعاِقَبُة اَّلِذ ْيَن ِم ْن َقْبُل َك اَن َأْك َثُر ُهْم ُّم ْش ِرِك ْيَن‬
Artinya: 41. Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan
tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan
mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar). 42. Katakanlah “Adakanlah perjalanan
di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang terdahulu.
Kebanyakan dari mereka itu adalah orang-orang yang mempersekutukan (Allah).”
Kandungan Surat Ar-Rum 41-42
Allah menciptakan Jin dan Manusia untuk beribadah kepada-NYA juga memberikan
manusia kedudukan sebagai khalifah di bumi. Sebagai khalifah, manusia memiliki tugas
memanfaatkan, mengelola dan memelihara.
Tetapi seringkali manusia lalai dengan kedudukannya sebagai khalifah di bumi.
Pemanfaatan yang mereka lakukan terhadap alam seringkali tidak diiringi dengan usaha
pelestarian. Keserakahan dan perlakuan buruk sebagian manusia terhadap alam justru
mengakibatkan kerusakan dan kesengsaraan kepada manusia itu sendiri. Kerusakan terjadi di
darat dan di laut seperti Banjir, tanah longsor, kekeringan, pencemaran air dan udara, dll.
Dalam ayat ini Allah menyuruh kita untuk melakukan perjalanan di muka bumi dan
menengok kembali kisah-kisah umat terdahulu yang binasa karena ingkar kepada Allah SWT.
Banyak kisah-kisah orang terdahulu seperti cerita para nabi, sahabat-sahabat rasul dan tabi’in.
Pada masa itu manusia juga banyak melakukan kerusakan di bumi.
Usaha yang dapat kita lakukan untuk memelihara dan melestarikan lingkungan hidup
diantaranya:
1. rehabilitasi sumber daya alam berupa hutan, tanah, dan air yang rusak.
2. pemanfaatan wilayah perairan dan kawasan udara perlu ditingkatkan tanpa merusak
mutu dan kelestarian lingkungan hidup.
3. membudidayakan tanaman dan hidup bersih.

D. Islam Mendorong Ilmu Pengetahuan dan Teknologi


Q.S Al-Baqarah: 164

‫ِإَّن ِفي َخ ْلِق الَّس َم اَو اِت َو اَأْلْر ِض َو اْخ ِتاَل ِف الَّلْيِل َو الَّنَهاِر َو اْلُفْلِك اَّلِتي َتْج ِر ي ِفي اْلَبْح ِر ِبَم ا َيْنَفُع الَّناَس َو َم ا َأْنَز َل ُهَّللا ِم َن‬
‫الَّس َم اِء ِم ْن َم اٍء َفَأْح َيا ِبِه اَأْلْر َض َبْعَد َم ْو ِتَها َو َبَّث ِفيَها ِم ْن ُك ِّل َداَّبٍة َو َتْص ِر يِف الِّر َياِح َو الَّسَح اِب اْلُم َس َّخ ِر َبْيَن الَّس َم اِء‬
‫َو اَأْلْر ِض آَل َياٍت ِلَقْو ٍم َيْعِقُلوَن‬
Terjemah:
"Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang,
bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang
Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati
(kering)-nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan
awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan
dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan.”
Penjelasan ayat:
Dia-lah yang menciptakan langit dan bumi untuk keperluan manusia, maka
seharusnyalah manusia memperhatikan dan merenungkan rahmat Allah Yang Maha Suci itu
karena dengan memperhatikan isi semuanya akan bertambah yakinlah dia pada ke-Esa-an dan
kekuasaan-Nya, akan bertambah luas pulalah ilmu pengetahuannya mengenai alam ciptaan-
Nya dan dapat pula dimanfaatkan ilmu pengetahuan itu sebagaimana yang dikehendaki oleh
Allah Yang Maha Mengetahui.
Hendaklah selalu diperhatikan dan diselidiki apa yang tersebut dalam ayat ini, yaitu.
Bumi yang didiami manusia ini dan apa yang tersimpan di dalamnya berupa perbendaharaan
dan kekayaan yang tidak akan habis-habisnya baik di darat maupun di laut. Langit dengan
planet dan bintang-bintangnya yang semua berjalan dan bergerak menurut tata tertib dan
aturan Ilahi.
Tidak ada yang menyimpang dari aturan-aturan itu, karena apabila terjadi penyimpangan
akan terjadilah tabrakan antara yang satu dengan yang lain dan akan binasalah alam ini
seluruhnya. Hal ini tidak akan terjadi kecuali bila penciptanya sendiri yaitu Allah Yang Maha
Kuasa telah menghendaki yang demikian itu.
Nabi bersabda:
‫َم ا الَّس َم اَء َأَتى الُّنُج ْو ُم َذ َهَبِت َفِأَذ ا ِللَّس َم اِء َأَم َنٌة الُّنُج ْو ُم‬ ‫ُتْو َعُد ْو َن‬
‫َم ا َأْص َح اِبى َأَتى َذ َهْبُت َفِأَذ ا َأْص َح اِبى َأَم َنٌة َأَناَو َأَتى َأْص َح اِبى َذ َهَب َفِأَذ ا ُأِلَّم ِتىَأَم َنٌةَو َأْص َح اِبى‬ ‫ُيْو َعُد ْو َن‬
‫َم ا ُأَّم ِتى‬ ‫ُيْو َعُد ْو َن‬
Terjemah: “Bintang-bintang adalah pengaman bagi langit, jika bintang mati, maka
datanglah pada langit sesuatu yang mengancamnya. Dan aku adalah pengaman bagi
sahabatku, jika aku mati, maka datanglah kepada para sahabat sesuatu yang mengancam
mereka. Sahabatku adalah pengaman umatku, jika mereka mati, maka datanglah kepada
umatku sesuatu yang mengancam mereka.” (HR. Imam Muslim).
Penjelasan: Dalam hadits ini hanya mambahas satu larik saja, yaitu sabda Nabi: “bintang-
bintang adalah pengaman langit. Jika bintang mati, maka datanglah pada langit sesuatu yang
mengancamnya.” Maksud dari kematian bintang adalah meredup dan memudarnya sinar
bintang. Sedang maksud dari “sesuatu yang mengancam langit” adalah tersingkap, terpecah,
terbuka, dan perubahan langit menjadi sesuatu yang tidak terurus, ditelantarkan, dan dipenuhi
asap dan kabut.
E. Membangun Budaya Kritis Melalui Dakwah
Surat An-Nahl: 125
‫اْدُع ِإَلىَس ِبيِلَر ِّبَك ِباْلِح ْك َم ِةَو اْلَم ْو ِع َظِةاْلَح َس َنِةَو َج اِد ْلُهْمِباَّلِتيِه َيَأْح َس ُنِإَّنَرَّبَك ُهَو َأْع َلُمِبَم ْنَض َّلَعْنَس ِبيِلِهَو ُهَو َأْع َلُمِباْلُم ْه َتِد يَن‬
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan
bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih
mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih mengetahui
orang-orang yang mendapat petunjuk.”
Penjelasan:
Kata ( ‫ )اْلِح ْك َم ِة‬hikmah antara lain berarti yang paling utama dari segala sesuatu[5], baik
pengetahuan maupun perbuatan. Ia adalah pengetahuan atau tindakan yang bebas dari
kesalahan atau kekeliruan. Hikmah juga diartikan sebagai sesuatau yang bila digunakan
/diperhatikan akan mendatangkan kemashalatan dan kemudahan yang besar atau lebih besar,
serta menghalangi terjadinya mudharat atau kesulitan yang besar atau lebih besar.
Makna ini ditarik dari kata Hakamah, yang berarti kendali karena kendali menghalangi
hewan/kendaraan mengarah ke arah yang tidak diinginkan, atau menjadi liar. Memilih
perbuatan yang terbaik dan sesuai adalah perwujudan dari hikmah. Memilih perbuatan yang
terbaik dan sesuai dari dua hal yang buruk pun dinamai hikmah, dan pelakunya dinamai
hakim (bijaksana).
Kata (َ‫ )اْلَم ْو ِع َظِة‬al-mau’izhah terambil dari kata wa’azha yang berarti nasehat. Mau’izhah
adalah uraian yang menyentuh hati yang mengantar pada kebaikan. Demikian dikemukakan
oleh banyak ulama. Sedang kata (َ ‫ )َج اِد ْلُهْم‬jadilhum terambil dari kata jidal yang bermakna
diskusi atau bukti-bukti yang mematahkan alasan atau dalil mitra diskusi dan menjadikannya
tidak dapat bertahan, baik yang dipaparkan itu diterima oleh semua orang maupun hanya oleh
mitra bicara.
‫َفِإْنَلْم َيْس َتِطْع َفِبَقْلِبِهَو َذ اِلَكَاْض َعُفْاِإل ْيَم اِن‬،‫َفِإْنَلْم َيْس َتِطْع َفِبِلَس اِنِه‬،‫َم ْنَر َأىِم ْنُك ْمُم ْنَك ًر اَفْلُيَغِّّيْر ُهِبَيِدِه‬
“Barang siapa di antara kalian melihat kemunkaran, maka cegahlah dengan tangannya
(kekuasaan), apabila tidak mampu maka dengan lidahnya, apabila tidak mampu maka
dengan hatinya, dan itu adalah selemah-lemah iman.”
Berdasarkan Hadis tersebut dapat dipahami bahwa metode dakwah yang disebutkan di
dalam Alquran mempunyai integritas dengan metode dakwah yang tertera di dalam Hadis,
maksudnya adalah bahwa pelaksanaan metode dakwah yang ada di dalam Alquran dengan
menggunakan metode dari Hadis seperti yang disebutkan di atas.
Sehingga dapat dipahami bahwa Hadis merupakan salah satu landasan metode dalam
melaksanakan dakwah, selain didasarkan kepada metode dakwah yang dilaksanakan
Rasulullah dalam menyebarkan agama Islam. Konsep seperti ini merupakan modal utama
bagi para da’i (pelaksana dakwah), sehingga pemahaman terhadap metode dakwah yang
terdapat di dalam Hadis sangat diperlukan untuk pencapaian hasil yang lebih optimal dengan
persentase keberhasilan dakwah mencapai taraf yang signifikan.

F. Mengembirakan Gerakan Amar Ma’ruf Nahi Munkar


‫ ال يزال ناس من امتي ظاهرين حتي ياءتهم امر هللا‬:‫عن المغيرة بن شعبة عن النبي صلي هللا عليه وسلم قال‬
‫وهمظاهرون‬
“Dari Al-Mughairah bin Syu’bah dari Nabi saw, ia berkata: sekelompok dari umatku selalu
memperjuangkan (kebenaran) sehingga datang kepada mereka keterangan Allah, sedang
mereka menempuh jalan yang benar”.
Penjelasan:
Nabi Saw mengungkapkan kelebihan untuk sekelompok ummatnya yang senantiasa
bersikap dan berperilaku di atas garis kebenaran. Mereka merupakan segolongan ummatnya
yang berusaha memelihara dan memperjuangkan kebenaran agama Allah, menganjurkan
kepada manusia berbuat yang ma’ruf dan mencegah perbuatan yang mungkar. Diantara
sekalian banyak ummat Nabi Saw. Merekalah sekelompok manusia yang mendapat pujian
Allah Swt.
‫ واولئك هم المفلحون‬.‫ولتكن منكم امة يدعون الى الخير وياءمرون بالمعروف وينهون عن المنكر‬.
Terjemah: “Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang menyeruh kepada
kebajikan, menyeruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar. Merekalah
orang-orang yang beruntung”. Al-Imran: 104
Penjelasan:
Dari keterangan diatas dapat disimpulkan bahwa penegak kebenaran ataupun amar ma’ruf
nahi mungkar adalah kaum muslimin. Ayat diatas juga menjelaskan bahwa ada
segolongan/sebagian umat Muslim ada yang berfungsi sebagai penyeruh kebaikan dan ada
yang mencegah kemungkaran.
Perintah Amar Ma’ruf Nahi Mungkar
‫ َم ْن َر َأى ِم ْنُك ْم ُم ْنَك رًا َفْلُيَغِّيْر ُه‬: ‫ َسِم ْعُت َرُسْو َل ِهللا صلى هللا عليه وسلم َيُقْو ُل‬: ‫َعْن َأِبي َسِع ْيد اْلُخ ْد ِر ي َرِض َي ُهللا َع ْنُه َقاَل‬
‫رواه مسلم‬. ‫ َفِإْن َلْم َيْس َتِطْع َفِبَقْلِبِه َو َذ ِلَك َأْض َعُف ْاِإل ْيَم اِن‬،‫ َفِإْن َلْم َيْس َتِطْع َفِبِلَس اِنِه‬،‫ِبَيِدِه‬
“Dari Abu Sa’id Al Khudri r.a berkata: Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda: Siapa
yang melihat kemunkaran maka rubahlah dengan tangannya, jika tidak mampu maka
rubahlah dengan lisannya, jika tidak mampu maka (tolaklah) dengan hatinya dan hal
tersebut adalah selemah-lemahnya iman. (Riwayat Muslim)”
Yang dimaksud amar ma’ruf adalah ketika engkau memerintahkan orang lain untuk
bertahuid kepada Allah, menaati-Nya, bertaqarrub kepada-Nya, berbuat baik kepada sesama
manusia, sesuai dengan jalan fitrah dan kemaslahatan. Atau makruf adalah setiap pekerjaan
(urusan yang diketahui dan dimaklumi berasal dari agama Allah dan syara’-Nya. Termasuk
segala yang wajib yang mandub. Makruf juga diartikan kesadaran, keakraban, persahabatan,
lemah lembut terhadap keluarga dan lain-lainnya.
Sedang munkar adalah setiap pekerjaan yang tidak bersumber dari agama Allah dan
syara’-Nya. Setiap pekerjaan yang dipandang buruk oleh syara’, termasuk segala yang haram,
segala yang makruh, dan segala yang dibenci oleh Allah SWT.

G. Semua Bisa di Selesaikan Dengan Musyawarah


Q.S. asy-Syura: 38
‫َو اَّلِذ يَن اْس َتَج اُبوا ِلَر ِّبِهْم َو َأَقاُم وا الَّص الَة َو َأْم ُر ُهْم ُشوَر ى َبْيَنُهْم َو ِم َّم ا َر َز ْقَناُهْم ُيْنِفُقوَن‬
Artinya: “Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya dan
mendirikan shalat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarat antara mereka;
dan mereka menafkahkan sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada mereka.” (QS Asy
Syura: 38)
Isi Kandungan:
1. perintah kepada setiap muslim untuk bertakwa kepada Allah.
2. perintah Allah kepada setiap muslim untuk mendirikan Shalat.
3. menggunakan jalur musyawarah untuk mufakat dalam menyelesaikan setiap perkara.
4. menafkahkan sebagian rizki kita kepada orang-orang yang tidak mampu.
Dalam hadits
)‫ َلِو اْج َتَم ْع ُتَم ا ِفْى َم ُش ْو َرٍة َم ا اْخ َتَلْفُتُك َم ا (رواه أحمد‬:‫قال رسول هللا صّل هللا عليه و سلم آِل بى بكر و عمر‬
Artinya: Rasulullah saw. berkata kepada Abu Bakar dan Umar, “Apabila kalian berdua
sepakat dalam musyawarah, maka aku tidak akan menyalahi kamu berdua.
Musyawarah atau juga bisa disebut denan hidup demokratis memiliki banyak manfaat,
diantaranya adalah sebagai berikut.
1. Melalui musyawarah, dapat diketahui kadar akal, pemahaman, kadar kecintaan, dan
keikhlasan terhadap kemaslahatan umum.
2. Sesungguhnya akal manusia itu bertingkat-tingkat, dan jalan nalarnya pun berbeda-
beda. Oleh karena itu, di antara mereka pasti mempunyai suatu kelebihan pandangan
dibanding yang lain (dan sebaliknya), sekalipun di kalangan para pembesar.
3. Sesungguhnya pendapat-pendapat dalam musyawarah diuji keakuratannya. Setelah itu,
dipilihlah pendapat yang sesuai (baik dan benar).
4. Di dalam musyawarah, akan tampak bersatunya hati untuk mensukseskan suatu upaya
dan kesepakatan hati. Dalam hal itu, memang, sangat diperlukan untuk suksesnya masalahnya
masalah yang sedang dihadapi.
H. Hidup Tentram Karena Jujur dan Adil
1. Adil
Menurut bahasa, adil adalah meletakkan sesuatu pada tempatnya dan tidak berat sebelah.
Secara umum, adil adalah memperlakukan hak dan kewajiban dalam segala aspek kehidupan
baik sosial, budaya, ekonomi, suku, ras, golongan di dalam lingkup keluarga maupun
masyarakat secara seimbang, tidak memihak dan tidak merugikan pihak manapun.
‫َيا َأُّيَها اَّلِذ يَن آَم ُنوْا ُك وُنوْا َقَّو اِم يَن ِهّلِل ُش َهَداء ِباْلِقْسِط َو َال َيْج ِرَم َّنُك ْم َش َنآُن َقْو ٍم َع َلى َأَّال َتْعِد ُلوْا اْع ِد ُلوْا ُهَو َأْقَر ُب ِللَّتْقَو ى‬
‫﴾ َو اَّلِذ يَن َك َفُر وْا‬۹﴿ ‫﴾ َو َعَد ُهّللا اَّلِذ يَن آَم ُنوْا َو َع ِم ُلوْا الَّص اِلَح اِت َلُهم َّم ْغ ِفَر ٌة َو َأْج ٌر َع ِظ يٌم‬٨﴿ ‫َو اَّتُقوْا َهّللا ِإَّن َهّللا َخ ِبيٌر ِبَم ا َتْع َم ُلوَن‬
۱۰﴿ ‫﴾َو َك َّذ ُبوا ِبآَياِتَنا ُأْو َلـِئَك َأْص َح اُب اْلَج ِح يم‬
Artinya: “(8) Hai orang- orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu
menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali
kebencianmu terhadap suatu kaum, mendorong kamu untuk belaku tidak adil. Berlaku
adillah, karena adil itu lebih dekat kepada taqwa. Dan bertaqwa kepada Allah,
sesuungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (9) Allah telah
menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan yang beramal saleh, (bahwa) untuk
mereka akan mendapat ampunan dan pahala yang besar. (10) Adapun orang-orang yang kafir
dan mendustakan ayat- ayat Kami, mereka itu adalah penghuni neraka “. (Q. S. Al-Ma’idah :
8-10).
Ayat di atas mengandung makna bahwa setiap muslim hendaknya menjunjung tinggi
keadilan, menegakkan kebenaran dan membelanya sampai titik darah penghabisan. Perilaku
orang yang mengamalkan isi kandungan ayat di atas, sebagai berikut.
a. Selalu bersikap perilaku adil kepada siapapun.
b. Menghindari perilaku aniaya.
c. Selalu menyatukan iman dan amal shaleh.
d. Bertindak bijaksana dalam memutuskan antara orang orang yang berselisih.
e. Tidak mengurangi timbangan dan takaran.
Hadits Nabi SAW :
‫ َاْلُم ْقِس ُطْو َن ِع ْنَد ِهللا َيْو َم اْلِقَياَم ِة َع َلى َم َناِبِر ِم ْن ُنْو ٍر َع َلى َيِمْيِن اْلَعْر ِش‬: ‫عَِن ِاْبِن ُع َم َر َع ِن الَّنِبِّي َص َّلى ُهللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َقاَل‬
‫اَّلِذ ْيَن َيْعِد ُلْو َن ِفي ُح ْك ِم ِهْم َو َاْه ِلْيِهْم َو َم ا َو َّلْو ا (رواه ابن ابي شيبة ومسلم والنسائي والبيهقي‬
Artinya : “ Dari Ibnu Umar R. A. dari Nabi SAW bersabda : “ Orang yang berperilaku adil
akan berada di sisi Allah pada hari kiamat. Ia duduk di atas mimbar cahaya yang bersinar di
sebelah kanan Arasy, yaitu mereka yang adil dalam menghukum, adil terhadap keluarga, dan
terhadap sesuatu yang menjadi tanggungannya “. ( H.R. Ibnu Abi Syabah, Muslim, Nasa’I,
dan Baihaqi ).
Hadits di atas menjelaskan bahwa para penegak keadilan ( mereka yang senantiasa
berbuat adil ) memiliki kedudukan yang sangat tinggi. Di hari akhir nanti mereka akan diberi
kehormatan di sisi Allah, yaitu diposisikan di atas mimbar yang terbuat dari cahaya dan
berada di sebelah kanan Arasy Allah. Ini menunjukan betapa tingginya perilaku adil dalam
pandangan Allah[3]. Islam memang menjunjung tinggi nilai-nilai keadilan. Nilai keadilan ini
merupakan salah satu nilai kemanusiaan asasi yang dibawa oleh Islam dan dijadikan sebagai
pilar kehidupan pribadi, rumah tangga, dan masyarakat.
Islam memerintahkan kepada seorang muslim untuk berlaku adil terhadap diri sendiri,
yaitu dengan menyimbangkan antara haknya dan hak Tuhannya serta hak-hak orang lain.
Islam memerintahkan kepada kita untuk selalu berlaku adil kepada semua manusia. Keadilan
seorang muslim terhadap orang yang dicintai, dan keadilan seorang muslim terhadap orang
yang dibenci. Sehingga perasaan cinta itu tidak bersekongkol dengan kebatilan, dan perasaan
benci itu tidak mencegah dia dari berbuat adil ( insaf ) dan memberikan kebenaran kepada
yang berhak.
2. Jujur
Jujur adalah sebuah sikap yang selalu berupaya menyesuaikan atau mencocokan antara
Informasi dengan fenomena. Dalam agama Islam sikap seperti ini dinamakan shiddiq.
Makanya jujur itu bernilai tak terhingga.
Jujur adalah mengatakan sesuatu apa adanya. Jujur lawannya dusta. Ada pula yang
berpendapat bahwa jujur itu tengah-tengah antara menyembunyikan dan terus terang. Dengan
demikian, jujur berarti keselarasan antara berita dengan kenyataan yang ada. Jadi, kalau suatu
berita sesuai dengan keadaan yang ada, maka dikatakan benar atau jujur, tetapi kalau tidak,
maka dikatakan dusta.
Kejujuran dapat mengantarkan kepada kebaikan, dan kebaikan mengantarkan kepada
surga. Sedangkan dusta mengantarkan kepada perilaku menyimpang (dzalim) dan perilaku
menyimpang mengantarkan kepada neraka. Sesungguhnya orang yang biasa berlaku dusta,
maka ia akan mendapat gelas pendusta. Oleh karena itu, jujur memiliki peranan penting
dalam kehidupan seseorang baik sebagai individu maupun sebagai makhluk sosial. Kejujuran
merupakan kunci sukses dalam segala hal termasuk dalam bekerja.
Orang yang jujur akan mendapatkan amanah baik berupa harta, hak-hak dan juga
rahasia-rahasia. Kalau kemudian melakukan kesalahan atau kekeliruan, kejujurannya dengan
izin Allah akan dapat menyelamatkannya. Sementara pendusta, sebiji sawipun tidak akan
dipercaya. Jikapun terkadang diharapkan kejujurannya itupun tidak mendatangkan
ketenangan dan kepercayaan.
Q. S. An-Nahl ayat 91-92:
‫﴾ َو اَل‬۹۱﴿ ‫َو َاْو ُفوا ِبَعْهِد ِهللا ِاَذ ا َعاَهَد ُّتْم َو اَل َتْنُقُض وا اَاْلْيَم اَن َبْعَد َتْو ِكيِد َها َو َقْد َج َعْلُتُم َهللا َع َلْيُك ْم َك ِفْياًل ِاَن َهللا َيْع َلُم َم ا َتْفَعُلْو َن‬
‫َتُك وُنوا َك اَّلِتي َنَقَض ْت َغ ْز َلَها ِم ۢن َبْعِد ُقَّوٍة َاْنَك اًثا َتَّتِخ ُذ ْو َن َاْيَم اَنُك ْم َد َخ ۢاًل َبْيَنُك ْم َاْن َتُك وُن ُاَّم ة ِهَي َاْر َبى ِم ْن ُاَم ٍة قلى ِاَنَم ا َيْبُلْو ُك ْم‬
۹۲﴿ ‫﴾ُهللا ِبِه َو َلُيَبِّيَنَّن َلُك ْم َيْو َم اْلِقَيَم ِة َم ا ُك ْنُتْم ِفْيِه َتْخ َتِلُفْو َن‬
Artinya:“(91) Dan tepatilah perjanjian dengan Allah apabila kamu berjanji dan janganlah
kamu membatalkan sumpah-sumpah ( mu ) itu, sesudah meneguhkannya, sedang kamu telah
menjadikan Allah sebagai saksimu (terhadap sumpah-sumpahmu itu). Sesungguhnya Allahh
mengetahui apa yang kamu perbuat. (92) Dan janganlah kamu seperti seorang perempuan
yang menguraikan benangnya yang sudah dipintal dengan kuat, menjadi cerai berai kembali,
kamu menjadikan sumpah (perjanjian) mu sebagai alat penipu di antaramu, disebabkan
adanya satu golongan yang lebih banyak jumlahnya dari golongan yang lain. Sesungguhnya
Allah hanya menguji kamu dengan hal itu. Dan sesungguhnya di hari kiamat akan
dijelaskan-Nya kepadamu apa yang dahulu kamu perselisihkan itu “. (Q. S. An-Nahl: 91-92).
Hadits Nabi SAW:
‫ ِاَّن الِّصْدَق َيْهِد ي ِاَلى الِبَّر َو ِاَّن الِبَّر َيْهِد ي ِاَلى‬: ‫ َقاَل ُرُسْو ُل ِهللا َص َّلى هللا َع َلْيِه َو َس َلَم‬، ‫َعْن اْبِن َم ْس ُعْو ٍد َر ِض َي ُهللا َع ْنُه َقاَل‬
‫ َو ِاَّن‬، ‫ َو ِاَّن اْلَك ِذَب َيْهِد ي ِاَلى الُفُج وِر َو ِاَّن الُفُج ْو َر َيْهِد ي ِاَلى الَّناِر‬،‫ َو ِاَّن الَّرُج َل َلَيْص ُدَق َح َّتى َيَكَتَب ِع ْنَد ِهللا ِص ِّديقًا‬،‫الَج َّنِة‬
‫الَّرُج َل َلَيْك ِذَب َح َّتى ُيْك َتَب ِع ْنَد هللا ِكَذ اًبا‬
Artinya: “Dari Ibnu Mas’ud R. A. ia berkata, Rasulullah SAW telah bersabda:
“Sesungguhnya kejujuran itu menuntut kearah kebaikan dan kebaikan menuntut ke surga dan
sesungguhnya seseorang suka berbuat jujur ia dicatat di sisi Allah SWT sebagai siddiqan
(orang jujur). Adapun kebohongan itu menuntut kearah keburukan dan keburukan menuntut
ke neraka. Sesungguhnya seseorang yang suka berbohong ia dicacat di sisi Allah SWT
sebagai kizaban (pembohong)”. (H.R. Mutafaqqun ‘Alaih )[6].
Islam memerintahkan kepada umatnya agar selalu berlaku jujur, baik dalam ucapan
maupun perbuatan. Dalam hadits tersebut diperbandingkan antara perilaku jujur dan perilaku
dusta (bohong). Menurut hadits tersebut, kejujuran menuntun pelakunya kearah kebaikan.
Adapun kebaikan itu akan berbalas surga. Setelah itu dijelaskan pula bahwa seseorang yang
suka berlaku jujur akan dicatat di sisi Allah sebagai siddiqan. Gelar siddiq ini merupakan
kehormatan dari Allah bagi mereka yang menjunjung tnggi kejujuran. Para siddiqan itu
kedudukannya berdekatan dengan para nabiyullah.
Sementara itu, kebohongan akan membawa pelakunya kearah keburukan. Mengapa
demikian? Sedehana saja, karena setiap kebohongan akan selalu ditutup-tutupi dengan
kebohongan. Satu kebohongan akan ditutupi dengan kebohongan lain, dan agar tidak
terbongkar maka ditutupi dengan kebohongan lagi. Begitulah terus-menerus sehingga
bertumpuklah kebohongan itu. Kebohongan merupakan hal buruk dan seorang pembohong
tentunya tidak mau keburukannya diketahui oleh orang lain. Dalam kondisi seperti ini, maka
kebohonganlah yang akan berperan untuk menutupi keburukan itu. Jika sudah demikian,
maka tercatatlah dia di sisi Allah sebagai kizaban. Gelar kizab merupakan salah satu gelar
terburuk yang diberikan oleh Allah bagi manusia durhaka terhadap-Nya. Oleh karena itu
merupakan perlaku buruk dan akan selalu menuntun kea rah keburukan, maka balasan dari
Allahbagi seorang pembohong adalah keburukan juga, yaitu neraka.
Bentuk-bentuk Kejujuran
1. Kejujuran lisan
2. Kejujuran niat dan kemauan
3. Kejujuran tekad dan amal Perbuatan

Keutamaan-keutamaan Sifat Jujur


1. Menentramkan hati.
2. Mendapat keselamatan.
3. Dipercaya orang.
4. Tidak akan banyak mendapat masalah.
5. Mudah untuk mendapatkan kepercayaan lagi dari berbagai kalangan

Kesimpulan
Dalam kegiatan mata pembelajaran al-Qur’an Hadits, guru serta siswa mempunyai kajian
mempelajari hidup sederhana serta menyantuni kaum dhuafa. Selain itu juga memiliki kajian
antara lain, menghadapi cobaan dangan senyuman, menjaga kelestarian alam, ilmu
pengetahuan dan teknologi, dakwah, amar ma’ruf nahi munkar, musyawarah, serta tentang
kehidupan yang jujur dan adil.

Anda mungkin juga menyukai