PENDAHULUAN
Islam sebagai agama yang sempurna mengajarkan tentang pola hidup yang
sederhana, hal ini tergambar dari pribadi Nabi Muhammad Shollallahu ‘alaihi
wasalam. Banyak ayat Al-Quran dan juga hadist yang menjelaskan tentang
pola hidup sederhana dan juga perintah untuk menyantuni kaum dhu’afa yang
penting diketahui oleh setiap penuntut ilmu.
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja ayat Al-Quran yang membahas tentang pola hidup sederhana?
2. Apa saja ayat Al-Quran yang membahas tentang perintah untuk
menyantuni kaum dhu’afa?
3. Apa saja hadist tentang pola hidup sederhana dan anjuran untuk
menyantuni kaum dhu’afa?
4. Bagaimana penerapan pola hidup sederhana dan berbuat baik kepada
kaum dhu’afa?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui ayat dalam Al-Quran yang membahas tentang pola
hidup sederhana.
2. Untuk mengetahui ayat dalam Al-Quran yang membahas tentang
perintah untuk menyantuni anak yatim.
1
3. Untuk mengetahui apa saja hadist yang membahas tentang pola hidup
sederhana dan anjuran untuk menyantuni kaum dhu’afa.
4. Untuk mengetahui cara penerapan pola hidup sederhana dan berbuat
baik kepada kaum dhu’afa.
D. Manfaat Penulisan
1. Sebagai tambahan bacaan khususnya mengenai pola hidup sederhana
dan perintah untuk menyantuni kaum dhu’afa.
2. Sebagai tambahan pengetahuan dan pemahaman bagi pembaca.
2
BAB II
PEMBAHASAN
إِ َّن٢٦ ِذيرًا111 ِّذ ۡر ت َۡب111َيل َواَل تُب َّ َ ِكينَ َو ۡٱبن111ربَ ٰى َحقَّهۥُ َو ۡٱل ِم ۡس111
ِ ِب111ٱلس ۡ ُت َذا ۡٱلق ِ وَ َءا
َوإِ َّما٢٧ ورا11 ٗ ُربِّ ِهۦ َكف11 ٰ
َ ِ ۡيطَ ُن ل11ٱلش َّ َ ٰ َون11انُ ٓو ْا إِ ۡخ11 ِّذ ِرينَ َك11َۡٱل ُمب
َّ َان11 ٰيَ ِطي ۖ ِن َو َك11ٱلش
٢٨ ورا ٗ 1واٗل َّم ۡي ُس1ۡ 1َل لَّهُمۡ ق11ُا فَق11َك ت َۡرجُوه َ ِّة ِّمن َّرب1ٖ 1ض َّن ع َۡنهُ ُم ۡٱبتِغَٓا َء َر ۡح َمَ تُ ۡع ِر
ا1وم ٗ ُ َد َمل1 ِط فَت َۡق ُع1 َّل ۡٱلبَ ۡس1 ۡطهَا ُك1 كَ َواَل ت َۡب ُس11ِةً إِلَ ٰى ُعنُق1 َك َم ۡغلُول ۡ 1َواَل ت َۡج َع
َ َد1 َل ي1
يرا1 ۚ
َ ۢ 1ِا ِد ِهۦ َخب11َق لِ َمن يَ َشٓا ُء َويَ ۡق ِد ُر إِنَّ ۥهُ َكانَ بِ ِعب ۡ ُ إِ َّن َربَّكَ يَ ۡب ُسط٢٩ َّم ۡحسُورًا
َ ٱلرِّز
٣٠ يرا ٗ ص
ِ َب
Artinya :
26. Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada
orang miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan; dan janganlah kamu
menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros.
27. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudaranya setan dan setan itu
adalah sangat ingkar kepada Tuhan-nya.
28. Dan jika kamu berpaling dari mereka untuk memperoleh rahmat dari Tuhan-
mu yang kamu harapkan, maka katakanlah kepada mereka ucapan yang pantas.
29. Dan janganlah kamu jadikan tanganmu terbelenggu pada lehermu dan
janganlah kamu terlalu mengulurkannya, karena itu kamu menjadi tercela dan
menyesal.
3
a. Isi kandungan surah Al-Israa; ayat 26-30
1
Ahmad Musthafa Al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi, Terj. Hery Noer Aly, Anshori Umar, Bahrun
Abubakar, Terjemah Tafsir Al-Maraghi, CV. Toha Putra, cet. 1, 1988, hlm. 56
2
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah, Jakarta:Lentera Hati, vol.7, 2002, hlm. 452
4
Pada ayat ke 28 menjelaskan bahwa seseorang tidak selalu
memiliki harta atau sesuatu untuk dipersembahkan kepada keluarga
mereka yang butuh. Namun paling tidak rasa kekerabatan dan
persaudaraan serta keinginan membantu harus selalu menghiasi jiwa
manusia, karena itu ayat tersebut menuntun dan jika kondisi keuangan
dan kemampuan tidak memungkinkan untuk membantu mereka
sehingga memaksa engkau berpaling dari mereka bukan karena
enggan membantu, tetapi berpaling dengan harapan suatu ketika
engkau berhasil untuk memperoleh rahmat dari Tuhan pemelihara dan
selama ini selalu berbuat baik kepadamu, maka katakanalah kepada
mereka ucapan yang mudah yang tidak menyinggung perasaannya dan
melahirkan harapan dan optimisme.3
3
Ibid.,hlm. 453
4
Ibid. hlm. 454
5
tidak direstui oleh Allah, pasti akan merugikannya, kalau bukan
sekarang di dunia ini maka di akhirat kelak.5
ٓا11 َل َم1ا ِم ۡث11َ ُّد ۡنيَا ٰيَلَ ۡيتَ لَن1وةَ ٱل1ٰ 1َال ٱلَّ ِذينَ ي ُِري ُدونَ ۡٱل َحي َ َخَر َج َعلَ ٰى قَ ۡو ِم ِهۦ فِي ِزينَتِ ِۖۦه قَ َف
ِ َوابُ ٱهَّلل1 َوا ۡٱل ِع ۡل َم َو ۡيلَ ُكمۡ ث1 ْ 1ُال ٱلَّ ِذينَ أُوت1َ 1َ َوق٧٩ ظ َع ِظ ٖيم ُ ر1َأُوتِ َي ٰق
ٍّ 1 ُذو َح1 َُون إِنَّهۥُ ل
ۡ
ِ د1ِفنَا بِ ِهۦ َوب1 فَ َخ َس٨٠ َبِرُون1ٱلص
َار ِه َّ ٰ ٓا إِاَّل11َصلِ ٗح ۚا َواَل يُلَقَّ ٰىهَ ٰ ر لِّ َم ۡن َءا َمنَ َو َع ِم َلٞ خَي
ۡ
َ ِرين1 َص ۡ
ِ انَ ِمنَ ٱل ُمنت11ا َك11ون ٱهَّلل ِ َو َم ِ رُونَهۥُ ِمن ُد1 نص ُ َض فَ َما َكانَ لَ ۥهُ ِمن فِئ َٖة ي َ ٱأۡل َ ۡر
ق لِ َمن َ ر ِّۡز1طُ ٱل1أ َ َّن ٱهَّلل َ يَ ۡب ُس1ونَ َو ۡي َك1ُس يَقُول ِ ۡٱأۡل َم1ِصبَ َح ٱلَّ ِذينَ تَ َمنَّ ۡو ْا َم َكانَ ۥهُ بۡ َ َوأ٨١
َيَ َشٓا ُء ِم ۡن ِعبَا ِد ِهۦ َويَ ۡق ِد ۖ ُر لَ ۡوٓاَل أَن َّم َّن ٱهَّلل ُ َعلَ ۡينَا لَخَ َسفَ بِن َۖا َو ۡي َكأَنَّ ۥهُ اَل ي ُۡفلِ ُح ۡٱل ٰ َكفِرُون
٨٢
Artinya :
5
Ibid. hlm. 45
6
80. Berkatalah orang-orang yang dianugrahi ilmu, “kecelakaan besarlah bagi
kalian, pahala Allah adalah lebih baik bagi orang-orang yang beriman dan
beramal soleh, dan tidaklah pahala itu diperoleh, kecuali orang-orang yang sabar.”
81. Maka kami benamkanlah Qarun beserta rumahnya kedalam bumi, maka tidak
ada baginya suatu golongan pun yang menolongnya terhadap azab Allah. Dan
tiadalah dia termasuk orang-orang (yang dapat) membela (dirinya).
82. Dan jadilah orang-orang yang kemarin mencita-citakan kedudukan Qarun itu
berkata “aduhai, benarlah Allah melapangkan rezeki kepada siapa yang Dia
kehendaki dari para hamban-Nya dan menyempitkannya. Kalau Allah tidak
melimpahkan karunia-Nya atas kita, benar-benar Dia telah membenamkan kita
(pula). Aduhai benarlah, tidak beruntung orang-orang yang mengingkari (nikmat
Allah).”
7
oleh jasa siapa pun, atau bahwa kekayaan adalah pertanda kasih
Allah. Di sini mereka mengakui bahwa tidak dari pengetahuan,
tidak juga ketaatan atau kekufuran yang menjadi sempit atau
luasnya rezeki. Tetapi karena adanya sunatullah yang ditetapkan-
Nya di luar itu semua.6
6
Ibid., hlm. 415
8
selain yang diberi rahmat Allah. Hal itu terjadi tidak lain
disebabkan oleh kebodohan umat terhadap agamanya, dan tidak
mengikuti hukum-hukumnya, disamping lengah akan maksud-
maksudnya.7
7
Ahmad Mushthafa Al-Maraghi,, Op.cit., jilid.20. hlm. 178
8
Ibid., hlm. 176
9
muslim untuk saling member, itu sebagai bentuk ibadah kepada Allah
SWT. Perlu digaris bawahi, bahwa “memberi” tidak harus dengan uang,
akan tetapi kita bisa memberikan barang-barang yang lain, seperti
memberikan makanan yang nanti ibadahnya akan mengalir terus seperti
halnya infak dan kalau sudah diberi akan jadi tanggung jawab orang
miskin itu, misal saja barang yang diberikan digunakan untuk beribadah
kepada Allah atau hal positif lainnya akan mendapat pahala yang sama,
ketika ia gunakan tadi, sebaliknya dengan digunakan mencopet atau judi
kita tidak akan mendapat pahala buruk dari orang miskin itu, insya allah
pahalanya tidak akan berkurang setelah memberi kepada orang miskin itu.
إِ َّن٢٦ ِذيرًا111 ِّذ ۡر ت َۡب111َيل َواَل تُب َّ َ ِكينَ َو ۡٱبن111ربَ ٰى َحقَّهۥُ َو ۡٱل ِم ۡس111
ِ ِب111ٱلس ۡ ُت َذا ۡٱلق ِ َو َءا
٢٧ ورا ٗ ُين َو َكانَ ٱل َّش ۡي ٰطَ ُن لِ َربِّ ِهۦ َكف
ِ ۖ ۡٱل ُمبَ ِّذ ِرينَ َكانُ ٓو ْا إِ ۡخ ٰ َونَ ٱل َّش ٰيَ ِط
Artinya :
26. Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada
orang miskin dan orang yang dalam perjalanan; dan janganlah kamu
menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros.
27. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudaranya setan dan setan itu
adalah sangat ingkar kepada Tuhan-nya.
10
kepada sesamanya. Kemudian dilanjutkan dengan larangan untuk
berlaku boros.
2. Al-Qur’an surah Al-Baqarah ayat 177
9
Ibid., hlm. 109
11
Mengeluarkan harta kepada orang-orang yang membutuhkan
karena belas kasihan terhadap mereka, adalah ditujukan kepada
orang-orang sebagai berikut :
1) Sanak family yang membutuhkan, mereka adalah orang
yang paling berhak menerima ulurn tangan.
2) Anak-anak yatim, yakni anak-anak kaum miskin yang tidak
mempunyai ayah yang memberi nafkah kepada mereka.
3) Kaum fakir miskin, mereka adalah orang-orang yang tidak
mampu berusaha mencukupi hidupnya.
4) Ibnu sabil, dan juga orang yang sedang melaksanakan
perjalanan jauh (musafir)
5) Orang yang memina-minta, yakni orang yang terpaksa
melakukan pekerjaan meminta-minta kepada orang lain
karena terdesak kebutuhan yang dirasa sangat berat.
6) Memerdekakan budak hamba sahaya.
10
Ibid., hlm. 102
12
dicela dalam kesederhanaan. Dan dahulukanlah orang yang menjadi
tanggunganmu.”11
Dari Abu Umamah Iyas bin tsa’labah Al- Anshoriy Al-Haritsiy ra., ia
berkata : Pada suatu hari, para sahabat Rasulullah SAW. Membicarakan
masalah dunia, kemudian Rasulullah SAW. Bersabda : “apakah kalian
tidak mendengar ? Apakah kalian tidak mendengar? “sesungguhnya
kesederhanaan itu bagian dari iman.12
13
yang kuat serta mengamalkan isi kandungan ayat Al-Qur’an, niscaya
tidak bersikap sombong atas harta yang dimilikinya. Meskipun harta
kekayaannya tersebut sangat melimpah ruah, tak terhitung jumlahnya
dan tak ternilai harganya, namun ia tetap bersikap rendah hati, sopan
dalam ucapan, santun dalam perbuatan, dan selalu bersikap dermawan
kepada sesama. Dengan demikian, hartanya mendatangkan berkah dari
Allah SWT.
14
akan melakukan perbuatan hura-hura, dan menghambur-hamburkan
harta yang dimilikinya. Melainkan semakin bertambah hartanya,
hidupnya semakin sederhana dan hatinya semakin merendah. Ia akan
menggunakan hartanya sesuai keperluan dan sesuai petunjuk Allah
SWT.
15
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Banyak ayat Al-Qur’an dan juga Hadist Nabi Muhammad SAW yang
menjelaskan tentang pola hidup sederhana. Banyak pula ayat-ayat Al-
Qur’an yang didalamnya terdapat perintah untuk menyantuni kaum
dhu’afa, seperti pada surah Al-Israa ayat 26-30.
Pola hidup sederhana bisa diterapkan oleh kaum muslimin melalui cara-
cara berikut :
1. Tidak bersikap sombong dengan harta yang dimilikinya.
2. Menjadikan harta sebagai media untuk beribadah kepada Allah SWT.
3. Menjadikan harta sebagai penunjang untuk mencari menghindari sikap
boros.
16
DAFTAR PUSTAKA
http://afikageminius.blogspot.co.id/2013/05/pola-hidup-sederhana-dan-perintah.html
17