Anda di halaman 1dari 59

21-01-2021

‫كلمة الشكر والتقدير‬

‫بسم هللا الرمحن احليم‬

‫احلمد هلل رب العاملني ‪ .‬إن احلد هلل حنمد‪ ،‬و‬


‫نستعينو‪ ،‬ونستغفره‪ ،‬ونعوذ ابهلل تعاىل من شرور انفسنا من‬
‫يهد هللا فال مضل لو‪ ،‬ومن يضل فال ىادي لو‪ .‬وأشهد أن‬
‫ال الو إال هللا وحده ال شريك لو وأشهد أن دمحما عبده و‬
‫رسولو وصفيو وخليلو‪ ،‬وخريتو من خلقو و أمينو على وحيو‪،‬‬
‫أرسلو ربو رمحة للعاملني‪ ،‬وحجة على العبد امجعني‪.‬‬

‫والصالة والسالم على أفصح الناس لساان وأعرهبم‬


‫بياان‪ ،‬خري من نطق بلغة الضاد فأفصح و أجاد‪ .‬ماحى‬
‫الظلمة وكاشف الغمة سيدان دمحم ملسو هيلع هللا ىلص خامت األنبياء واملرسلني‬
‫ورمحة للعاملني‪ .‬وعلى آلو األطهار وصحابتو األخيار ومنو‬
‫اقتفى أثره وأتبع ىديو إىل يوم الدين وبعد‪.‬‬

‫‪i‬‬
KATA PENGANTAR PENULIS

Segala puji bagi Allah yang telah melimpahkan


rahmat serta karuniaNya kepada kita, sehingga kita
masih bisa menghirup udara tanpa bayaran, menikmati
kehidupan dengan bahagia. shalawat bertangkaikan
salam kepada pemimpin alam nabi Muhammad SAW,
sang motivator juga teladan agama dalam kehidupan
dunia ini, juga manusia teragung yang dilahirkan ke
dunia. Begitu pula kepada seluruh sahabat juga tabi’
tabiin, ulama yang telah berjuang menegakkan islam di
muka bumi ini.

Alhamdulillahi Rabbil ‘alamin. Segala puji bagi


Allah. Beribu-ribu terimakasih penulis sampaikan
kepada seluruh keluarga,,teman-teman seperjuangan,
juga kepada yang teristimewa the partner in life (Fahrus
Rezayatul Aula ), partner dalam menyelesaikan karangan
kecil ini, supporter terbaik dalam hidup yang telah
mendukung, menyemangati penulis dalam
menyelesaikan karangan sederhana ini, sehingga
membentuk menjadi sebuah ringkasan buku tipis yang
semoga senantiasa bermanfaat bagi pembaca dan penulis
sendiri.

Salam sejahtera kepada para pembaca. Buku ini


disusun bukan semata-mata sebagai acuan atau panduan
dalam menikah, akan tetapi buku ini disusun untuk
menyatakan juga memberikan gambaran tentang

ii
pentingnya berilmu ketika seseorang hendak menikah,
melaksakan ibadah sepanjang usia. Buku ini hanya
memaparkan sebagian kecil. Secuil daripada ilmu
tentang nikah serta hal-hal lainnya yang berkaitan
dengannya. Apapun yang tertera dalam buku ini sebatas
penulis uraikan untuk menjadi ilmu bagi pembaca dan
penulis sendiri, bukan untuk menjadikan pornografi serta
hal-hal yang mengarah kepada sisi negatif. Semoga
secuil ilmu dalam buku ini dapat tercurahkan kepada
pembaca sebagaimana kehendak penulis. Acuan yang
menjadi dasar penulis dalam menuliskan atau
memaparkan isi dari buku ini adalah berdasarkan
referensi-referensi fiqh yaitu I’annatuh thalibin, al
bajuri, idhah al bab, qurratul ‘uyun, matan ghayah wat
taqrib, yawaqit wal jawahir serta uqudulijjain.
kumpulan kitab-kitab fiqh yang mengupas tentang nikah
.

Penulis ingin pembaca tidak hanya terfokus pada


apa yang tertulis, tetapi carilah berbagai
pemahaman,serta pengetahuan yang lebih lengkap
karena ini hanya sebagai coretan kecil yang semoga bisa
bermanfaat bagi setiap pembaca yang ingin
mempelajarinya.

Apa-apa kebaikan yang didapat pada buku ini


semoga bisa diamalkan. Penulis berharap juga agar
pembaca bersemangat untuk membagikannya kepada

iii
teman-teman dan membagikannya di sosial media, agar
ilmu dan kebaikannya tersebar begitu luasnya.

Sesungguhnya kita berharap ilmu yang kita


sebarkan, walaupun kecil sekalipun akan disempurnakan
oleh Allah sehingga manfaatnya berdampak besar dan
menyentuh orang banyak. Semoga ilmu ini menjadi
pemberat amal shalih di hari hisab kelak. Aaamin .

Permintaan maaf jika begitu banyak kekurangan.


Semoga ada saran dan masukan yang bersifat
membangun dari para pembaca agar kita bisa sama-
sama memperbaikinya menjadi sebuah kesempurnaan.
Semoga Allah memberkahi segala usaha, Segala apa
yang kita lakukan.Amiin ya rabbal ‘alamin .

Banda Aceh , 21 Januari 2021

Fahrus Rezayatul Aula


&
Maulida Fitriani

iv
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................... i


DAFTAR ISI.............................................................. v

1. PENGERTIAN NIKAH ............................................. 1


2. TUJUAN NIKAH....................................................... 1
3. ANJURAN MENIKAH .............................................. 2
4. HUKUM NIKAH .................................................. 3
5. RUKUN DAN SYARAT NIKAH ........................ 4
6. MAHRAM NIKAH .............................................. 6
7. KHITBAH ............................................................. 8
8. AKAD NIKAH ..................................................... 21
9. MAHAR ................................................................ 23
10. WALIMATUL ‘URUSY ...................................... 24
11. NUSYUZ .............................................................. 27
12. THALAQ .............................................................. 40
13. IDDAH .................................................................. 45
14. RUJU’ ................................................................... 46
15. NAFAKAH ........................................................... 47
16. HADHANAH ....................................................... 48

PENUTUP .................................................................. 50
DAFTAR PUSTAKA ................................................ 52

v
NIKAH DAN HAL-HAL YANG
BERKAITAN DENGANNYA
1. PENGERTIAN NIKAH

Secara bahasa , nikah berarti : berkumpul, berhimpun dan


bercampur. Secara istilah, suatu ikatan yang membolehkan
bagi seorang laki-laki dan perempuan untuk melakukan
hubungan badan ( bersetubuh ) dengan menggunakan lafadz
tertentu.

‫ﺎح‬ ِ
Nikah
ٌ ‫ﻧ َﻜ‬ dalam arti harfiah memiliki makna :

 NUN , berarti Naumun, Nikmatun ( Tidur,


kenikmatan).
 KAF, berarti kamilatun ( sempurna ) .
 ALIF, berarti ulfatun ( kasih sayang ) .
 HA’ berarti Hikmatun ( Berfaidah ) .

2. TUJUAN NIKAH
A) Memelihara agama serta mengharapkan ridha
Allah dengan memperbanyak keturunan.
B) Memelihara keturunan atau nasab serta
mengharap ridha Rasulullah dengan
memperbanyak umat sebagai kebanggaannya.
C) Memperoleh keturunan.
D) Mengeluarkan air ( mani ) yang dapat
memudharakan tubuh apabila ditahan.
E) Mencapai kelezatan atau kenikmatan.

1
F) Menentramkan hati dalam berumah tangga
dengan ikatan kasih sayang.

3. ANJURAN MENIKAH

a) AL QUR’AN

No. Surat dan Nomor Ayat


1. Al-baqarah (02) 221 , 232 .
2. An – Nisa (04 ) 1,3,22,23,24,23,34
3. Al – Maidah 5
4. Al – A’raf 189
5. Ar-Ra’d ( 13 ) 38
6. An- Nahl (16 ) 72
7. An- Nur 32
8. Al- Furqan (25) 74
9. Ar- Rum (30 ) 21
10. Adz- Dzariyat (51) 49

b) HADITS

Diantaranya yaitu hadits yang diriwayatkan oleh Imam


Bukhari dan Imam Muslim dari hadits Ibnu Mas’ud , yaitu :

ُ‫ﺎع ِﻣْﻨ ُﻜ ْﻢ اﻟﺒَﺎءَة‬


َ َ‫اﺳﺘَﻄ‬ْ ‫ﺎب َﻣ ْﻦ‬ ِ ‫ ﻣ ْﻌ َﺸﺮ اﻟﺸﱠﺒ‬: ‫ﻗَ َﺎل رﺳﻮ ُل ﷲ‬
َ َ ََ ُْ َ
‫ﺼ ُﻦ ﻟِْﻠ َﻔ ْﺮِج َوَﻣ ْﻦ َﱂْ ﻳَ ْﺴﺘَ ِﻄْﻴ ْﻊ‬ َ ‫ﺼ ِﺮ َواَ ْﺣ‬
ِ ‫ﻓَـ ْﻠﻴـﺘـﺰﱠوج ﻓَِﺈﻧﱠﻪ أَ َﻏ ﱡ‬
َ َ‫ﺺ ﻟ ْﻠﺒ‬ ُ ْ َ ََ
ِ َ‫ﺼﻮِم ﻓَِﺈﻧﱠﻪ ﻟَﻪ ِوﺟﺂء أي ﻗ‬
. ِ‫ﺎﻃ ٌﻊ ﻟِﻠ ﱠﺸ ْﻬ َﻮة‬ ِِ
ٌ َ ُ ُ ْ ‫ﻟ ﱠ‬9 ‫ﻓَـ َﻌﻠَْﻴﻪ‬

2
Artinya : “wahai kaum muda, siapa diantara kalian
sudah punya biaya nikah, maka nikahlah, karena nikah
itu lebih memejamkan mata dan menjaga kehormatan
dan barang siapa yang belum mampu, maka berpuasalah
karena puasa itu menciptakan keseimbangan.

4. HUKUM NIKAH

Dasar hukum nikah adalah sunnah, kemudian ia


berkembang sesuai dengan keadaan atau kondisi
seseorang, diantaranya :

 Wajib , yaitu apabila seseorang sudah mampu untuk


menikah, memiliki kesanggupan nafkah atau
belanja, berkeinginan untuk menikah juga telah siap
untuk menikah dan jika tidak menikah
dikhawatirkan dapat terjerumus kedalam perbuatan
zina. Maka hukum menikah bagi orang yang
memiliki keadaan seperti yang diatas adalah wajib.

 Sunah , yaitu apabila seseorang memiliki keinginan


untuk menikah, siap untuk menikah serta memiliki
kesanggupan baik lahiriah maupun batiniah. Maka
hukum menikah bagi orang yang memiliki keadaan
seperti yang diatas adalah sunnah.

 Makruh, yaitu apabila seseorang memiliki


keinginan untuk menikah akan tetapi tidak memiliki
kesanggupan untuk menafkahi keluarga baik secara

3
lahiriah maupun batiniah. Maka hukum menikah
bagi orang yang memiliki keadaan seperti yang
diatas adalah makruh.

 Haram , yaitu apabila seseorang ingin menikah


dengan tujuan untuk menyakiti seseorang yang akan
ia nikahi tersebut. Maka hukum menikah bagi orang
yang memiliki keadaan seperti yang diatas adalah
haram.

 Mubah , yaitu apabila seseorang memiliki


kesanggupan nafakah lahiriah dan batiniah serta
memiliki keinginan untuk menikah, akan tetapi ia
masih mampu menahan nafsunya dari berbuat
maksiat artinya tidak diburu dalam menikah. Maka
keadaan seperti di atas , hukum nikahnya adalah
mubah.

5. RUKUN DAN SYARAT NIKAH


1. Shighat ( lafadz ijab-qabul ).
 Shighat harus dari lafadz yang sudah jelas
dalam pernikahan yaitu menggunakan
kalimat , ankahtuka atau zawwajtuka .
 Boleh menggunakan selain bahasa arab asal
bisa dipahami oleh kedua belah pihak dan
kedua saksi.
 Hendaknya antara ijab dan qabul tidak
diselangkan dalam waktu yang lama, kecuali

4
batuk, bersin atau lainnya yang tidak
berselang lama.
 Sunnah melakukan ijab dan qabul di dalam
masjid dan dibulan syawal.

2. Calon suami
 Kehendak sendiri .
 Tidak dalam masa ihram.
3. Calon istri
 Tidak dalam keadaan berihram.
 Tidak dalam masa iddah.

4. Wali yang adil


Yang diutamakan menjadi wali , yaitu :
1) Ayah
2) Kakek ( dari pihak ayah dan seterusnya ke atas ) .
3) Saudara laki-laki sekandung .
4) Saudara laki-laki seayah .
5) Keponaan laki-laki ( anak laki-laki dari saudara
laki-laki sekandung ) .
6) Keponaan laki-laki ( anak laki-laki dari saudara
laki-laki seayah ).
7) Paman dari pihak ayah ( sekandung ) .
8) Paman dari pihak ayah ( se ayah ) .
9) Sepupu laki-laki ( anak laki-lakinya paman yang
sekandung ).
10) Sepupu laki-laki ( anak laki-lakinya paman yang
seayah ) .

5
11) Penghulu , jika wali yang telah disebutkan tidak
ada atau melalui wakilah / mewakilkan.

5. Dua orang saksi yang adil .


 Islam
 Baligh
 Berakal
 Merdeka
 Laki-laki
 Adil

6. PEREMPUAN YANG HARAM DINIKAHI


1. KARENA SEBAB NASAB
1) Ibu.
2) Anak perempuan
3) Saudara perempuan .
4) Bibi ( dari pihak ayah ) .
5) Bibi ( dari pihak ibu ) .
6) Keponaan perempuan ( anak perempuan
dari saudara laki-laki ) .
7) Keponaan perempuan ( anak perempuan
dari saudara perempuan ).

2. KARENA SEBAB SEPERSUSUAN


1) Ibu susu
2) Saudara perempuan sepersusuan .

6
3. KARENA SEBAB PERNIKAHAN
1) Mertua .
2) Anak perempuannya istri ( anak tiri ) .
Bila suami telah menyetubuhi istri, bila
belum menyetubuhi istri, maka boleh
menikahi anak tirinya setelah suami
menceraikan istrinya.
3) Istrinya ayah ( ibu tiri ) , baik sudah
disetubuhi atau belum .
4) Istrinya anak laki-laki ( menantu perempuan
) baik sudah di setubuhi atau belum.

Perempuan haram di nikahi atau boleh di talaq


apabila :

a) Gila
b) Penyakit juzam
c) Penyakit barash
d) Ar ratqi yaitu tersumbatnya kemaluan dengan
tumpukan daging-daging karena terlalu gemuk .
e) Al qarni , yaitu tersumbatnya kemaluan dengan
tumpukan tulang, karena terlalu kurus.

Laki- laki haram di nikahi atau boleh di fasakh


apabila :

a) Gila
b) Penyakit juzam
c) Penyakit barash

7
d) ‘annah yaitu zakar laki-laki lemah untuk
melakukan hubungan atau bersetubuh ,disebut
impotens.
e) Al jabbi , yaitu zakar laki-laki pendek atau
terpotong sehingga tidak bisa melakukan
hubungan badan atau bersetubuh .

7. KHITBAH ( MEMINANG )
Pembagian wali :
a) Wali mujbir , yaitu wali yang boleh
memaksanak seseorang yang berada dibawah
kewaliannya untuk menikah. Wali ini yaitu
ayah atau kakek dan ia tergolong ke dalam wali
nasab.
b) Wali nasab yaitu wali yang berada di jalur
nasab dengan mempelai wanita, sebagaimana
yang telah dijelaskan di atas. Terdapat 10 wali
nasab yang paling utama dalam menikahkan
wanita . dari penjelasan itu dapat dipahami
bahwa yang paling berhak menjadi wali adalah
para pewaris ashabah dari calon mempelai
wanita dan merupakan urutan prioritas yang
berhak menjadi wali nikah bagi wanita.
c) Wali hakim yaitu pejabat yang ditunjuk oleh
menteri agama atau pihak yang berwajib
sebagai wali nikah bagi calon mempelai wanita
yang tidak mempunyai wali , sebagaimana
dikatakan dalam hadits :

8
‫ َواﻟ ﱡﺴ ْﻠﻄَﺎ ُن َوِﱄﱞ ﻟِ َﻤ ْﻦ ﻻَ َوِ ﱡ‬.‫ﺎﻫ َﺪﻳْ ِﻦ َﻋ ْﺪ ٍل‬
‫ﱄ‬ ِ ‫ﻻَ ﻧِ َﻜﺎح إِﱠﻻ ﺑِﻮٍِﱄ وﺷ‬
َََّ َ
. ُ‫ﻟَﻪ‬
Artinya : “ tidak sah nikah kecuali dengan keberadaan
wali dan dua orang saksi yang adil. Dan penguasa (
qadhi ) adalah wali bagi wanita yang tidak
mempunyai wali .”

Wali nasab boleh berpindah pada wali hakim , apabila :

a) Sudah tidak memiliki wali nasab .


b) Walinya hilang atau tidak diketahui
keberadaanya.
c) Walinya jauh, tidak mungkin dijangkau untuk
pulang.
d) Walinya sedang sakit .
e) Walinya sedang dalam masa haji/umrah .

d) Wali muhakkam ya itu orang yang ditunjuk


oleh seorang wanita untuk menjadi wali dan
menikahkannya dengan seorang laki-laki ,
biasanya dilakukan pada orang yang ‘alim atau
mujtahid hukum syara’ .

Khitbah, yaitu prosesi lamaran yang dilakukan


oleh pihak keluarga calon mempelai laki-laki
mengunjungi kediaman calon mempelai perempuan dan

9
mengutarakan permintaan calon mempelai laki-laki
untuk mengajak sang mempelai perempuan berumah
tangga. Permintaan atau pernyataan tersebut bisa
disampaikan secara langsung oleh sang mempelai laki-
laki atau juga dengan perantaraan pihak lain yang
dipercayainya sesuai dengan ketentuan agama.

Jika perempuan tersebut mengiyakan lamaran laki-


laki tersebut, maka ia disebut al makhtubah, yaitu
perempuan yang telah resmi silamar dan tidak
diperkenankan untuk menerima lamaran dari laki-laki
lain.

Hal – hal yang harus diperhatikan ketika atau sebelum


khitbah :

1. Mengetahui atau melihat perempuan yang


ingin dilamar .

Diperbolehkan untuk melihat muka dan telapak


tangan perempuan yang ingin dinikahinya dengan
tujuan untuk mengetahui sifat dan kelakuannya yaitu
tanpa menyentuhnya.

Hal-hal utama yang perlu diperhatikan pada wanita :

a. Wanita yang shalihah atau kuat menjalankan


agamanya.
b. Wanita yang baik akhlaknya.
c. Wanita yang berparas cantik .

10
d. Wanita yang sedikit maharnya.
e. Wanita yang produktif ( banyak anak ).
f. Wanita yang masih perawan.
g. Wanita yang memiliki nasab/keturunan yang
baik.
h. Wanita yang bukan kerabat dekatnya , agar lebih
bergairah.

Tingkatan orang yang baik untuk dinikahi , yaitu :

1. Saudara jauh , yaitu untuk mengeratkan tali


persaudaraan .
2. Ajnabi , atau disebut orang lain yaitu untuk
memperluas persaudaraan dan untuk
membangkitkan syahwat .
3. Saudara dekat , kurang dianjurkan karena dengan
saudara dekat, sulit bagi seseorang itu dalam
membangkitkan syahwat batinnya karena masih
saudara dekat.

Kriteria wanita pilihan :

1. Wanita yang baik agamanya .


2. Wanita yang bagus nasab/keturunannya .
3. Wanita yang anggun parasnya.
4. Wanita yang memiliki harta.

11
Dari keempat ini, yang paling dianjurkan adalah
wanita yang memiliki agama yang kuat demi terjaga nya
kehidupan rumah tangga , karena tiga hal yang lainnya
adalah sesuatu yang akan sirna atau hilang sewaktu-
waktu.

Para ulama ahli firasat berpendapat bahwa wanita yang


baik adalah wanita yang memiliki empat tanda dibawah
ini :

a. Hitam rambut kepala, alis, bulu matanya serta


bola mata.
b. Putih badannya , gigi serta dua telapak
tangannya.
c. Merah bibirnya, pipinya serta gusinya .
d. Sedang ukuran kepalanya serta harum keringat
dan nafasnya.
e. Wanita yang indah bentuk betis dan tumitnya .

2. Perempuan tersebut tidak berada dalam


pinangan laki-laki lain.
3. Tidak melamar perempuan yang sedang
beriddah .
4. Memilih perempuan sesuai dengan anjuran
Rasulullah saw.

12
CARA MEMINANG WANITA :

Ada dua macam cara meminang wanita :

1. Secara tashrih ( jelas ) yaitu meminang wanita


yang masih gadis ( bikr ) , belum pernah menikah
dan belum hilang bikr nya.
2. Secara ta’ridh ( sindiran / kinayah ) yaitu
meminang wanita yang sudah pernah menikah
dan telah habis masa iddah nya, baik itu iddah
karena meninggal suami atau iddah thalaq bain (
thalaq tiga ) atau talaq raj’i( thalaq 1 atau 2 ,
dimana suami masih bisa kembali kepadanya
selagi dalam masa iddah).

KLASIFIKASI WANITA

1. TSAYYIBAH ( JANDA )

Janda adalah wanita yang sudah hilang selaput


daranya ( keperawanannya ) sebab bersetubuh secara
halal atau tidak atau disebut juga , wanita yang sudah
pernah menikah dan sudah pernah bersetubuh. Bila
selaput daranya pecah disebabkan dengan hal yang
lain selain bersetubuh, maka tetap dikategorikan bikr
( gadis ) .

Tsayyibah tidak boleh dinikahkan oleh walinya


kecuali mendapatkan izin darinya yang berupa
ucapan.

13
2. BIKR ( GADIS / PERAWAN )

Bikr adalah wanita yang belum pernah menikah


atau belum pernah bersetubuh dan belum pecah
selaput daranya sebab di setubuhi. Bila pecahnya
selaput dara disebabkan hal seperti : jatuh,
masturbasi atau lainnya, maka masih dikategorikan
perawan / gadis.

Bikr boleh dinikahkan dengan paksa oleh


walinya seperti ayah atau kakeknya dengan syarat :

a. Wanita bikr itu belum pernah disetubuhi .


b. Dinikahkan dengan lelaki yang sekufu/
sepadan dengan mahar yang berlaku.
c. Izinnya si bikr yaitu dengan diamnya atau
dengan senyumnya.

WANITA YANG HARAM DINIKAHI DALAM


ALASAN TERTENTU :

1. Wanita yang sudah bersuami.


2. Wanita yang masih dalam masa iddah .
3. Wanita yang murtad .
4. Wanita majusiyah ( wanita penyembah api ).
5. Wanita watsaniyah ( wanita yang percaya adanya
dua Tuhan atau zindiqah ( wanita yang pura-pura
beriman ) .

14
6. Wanita dalam keadaaan ihram , baik haji maupun
umrah .

AURAT WANITA :

Aurat adalah bagian atau sesuatu yang ada pada


tubuh seseorang yang tidak boleh diperlihatkan kepada
orang lain. Aurat wanita terbagi :

1. Di dalam shalat : seluruh anggota tubuh selain


wajah dan telapak tangan .
2. Di hadapan lelaki yang bukan mahramnya :
seluruh anggota tubuh tanpa terkecuali .
3. Di hadapan laki-laki mahramnya : anggota tubuh
diantara pusar dan lutut .
4. Disaat sendirian dan dihadapan wanita muslimah
: anggota tubuh antara pusar dan lutut .

Suara wanita menurut pendapat kuat bukan termasuk


aurat kecuali suara tersebut dapat menimbulkan fitnah
dan merasakan kelezatan atau kenikmatan bagi laki-laki
yang mendengarkannya , maka termasuk aurat dalam
kondisi seperti ini.

HUKUM MEMANDANG WANITA :

1. Haram bagi laki-laki memandang wanita yang


bukan mahramnya walaupun sudah tua renta dan
tidak akan tertarik kepadanya kecuali ada

15
keperluan, yaitu : jual beli, belajar fardhu ‘ain,
persaksian dan berobat .
Hukum pandangan wanita terhadap lelaki sama
dengan hukum pandangan lelaki terhadap wanita.
2. Dibolehkan bagi suami melihat seluruh anggota
tubuh istrinya , selain kemaluan ( farji) .
Menurut pendapat yang kuat, hukum melihat
kemaluan adalah makruh .
3. Diperbolehkan bagi laki-laki melihat anggota
tubuh wanita mahramnya sebab nasab,
sepersusuan atau pernikahan kecuali antara pusar
dan lutut.
4. Diperbolehkan bagi laki-laki melihat wajah dan
kedua telapak tangan wanita yang akan
dinikahinya walaupun tanpa seizinnya.
5. Diperbolehkan bagi dokter laki-laki melihat
tempat yang diperlukan untuk mengobati
pasiennya, termasuk kemaluannya dengan syarat
hadirnya mahram atau suami dan tidak ada
dokter spesialis wanita .
6. Diperbolehkan bagi laki-laki melihat kemaluan
dengan tujuan sebagai saksi zina dan disaat
melahirkan .

16
MAHRAM WANITA

Laki-laki yang tergolong ke dalam mahram wanita


adalah :

1. Suami
2. Ayah, kakek dan seterusnya .
3. Ayah dari suami dan seterusnya .
4. Anak kandung laki-laki, cucu dan jalurnya ke
bawah .
5. Anak suami ( anak tiri )
6. Saudara kandung laki-laki ( seayah atau seibu )
7. Anak dari saudara laki-laki atau saudara
perempuan, sekandung, se ayah atau seibu.
8. Pembantu laki-laki yang tidak tertarik pada
wanita, seperti lemah akalnya, dll.
9. Anak laki-laki yang polos pengetahuannya
tentang wanita .
10. Saudara laki-laki sepersusuan .
11. Paman , dari pihak ayah atau ibu.

SUNNAH- SUNNAH FITRAH WANITA

a. Istihdad

Istihdad adalah membersihkan rambut/bulu disekitar


kemaluan karena bisa menghilangkan radang yang
menempel disekitarnya juga kuman yang menyebabkan
timbulnya berbagai penyakit lainnya.

17
Cara membersihkannya yaitu dengan dicabut atau
dicukur, sedangkan bagi wanita , cara yang paling utama
adalah dengan cara mencabut karena lebih bersih dan
melemahkan syahwat. Istihdad tidak ditentukan
waktunya, akan tetapi, secara khusus lebih baik
dilakukan setiap 40 hari sekali.

b. Mencabut bulu ketiak

Ulama sepakat bahwa hukum mencabut bulu ketiak


adalah sunnah. Bagi laki-laki boleh dilakukan dengan
mencukur dan bagi perempuan lebih diutamakan dengan
mencabut. Dan disunnahkan memulai dari anggota
sebelah kanan.

c. Memotong kuku

Berdasarkan kesepakatan ulama, memotong kuku


hukumnya sunnah dan lebih utama dilakukan pada hari
jum’at. Imam nawawi berpendapat, sebaiknya
memotong kuku dari jari tangan kanan dan memulai
dengan kuku jari telunjuk, jari tengah, jari manis,
kelingking kemudian ibu jari kemudian dilanjutkan ke
jari tangan kiri dengan mendahulukan jari kelingking,
jari manis, jari tengah, jari telunjuk kemudian ibu jari.

Secara keseluruhan, sunnah mendahulukan kuku jari


tangan daripada kuku jari kaki, dengan mendahulukan
jari kelingking kaki kanan sampai jari kelingking kaki
kiri.

18
d. Khitan

Yaitu memotong sebagian kulit yang terdapat pada


bagian atas kemaluan yaitu anggota yang terdapat pada
bagian atas tempat bersenggama. Mayoritas ulama
syafi’iyah mewajibkan khitan baik laki-laki maupun
perempuan , boleh dilakukan ketika anak masih kecil
dan sunnah pada hari ketujuh sejak ia lahir.
Mengkhitankan wanita perlu dirahasiakan dan tidak
perlu diadakan walimah atau diumumkan.

e. Siwak

Bersiwak termasuk salah satu bentuk ikhtiar


untuk menjaga kebersihan mulut dari penyebab bau
mulut .

FITRAH-FITRAH YANG DILARANG

a. Mencukur rambut kepala

Jika wanita mencukur rambut kepalanya seperti laki-


laki maka hukumnya haram. Apabila terpaksa harus
mencukur karena suatu hal yang darurat seperti ketombe,
banyak kutu atau terdapat luka pada kulit kepala , maka
hukumnya boleh mencukur rambut.

b. Memakai rambut palsu

Hukum melakukannya adalah haram yaitu dengan


memakai rambut palsu dengan cara menambahkan

19
rambut lain atau sanggul palsu, baik sambungan itu dari
rambut suci yang lain dari rambut manusia atau bukan,
maka hukumnya tetap haram.

Jika dilakukan oleh wanita yang belum menikah,


maka hukumnya haram, akan tetapi apabila dilakukan
oleh wanita yang sudah bersuamidan mendapatkan izin
dari suaminya , maka hukumnya adalah boleh .

c. Minyak wangi

Diharamkan bagi wanita mengharumkan badan atau


pakaiannya dengan minyak wangi untuk selain
memenuhi kesenangan suaminya dan wanita sebaiknya
mengg unakan minyak wangi yang aromanya tidak
terlalu merangsang.

d. Mengikir gigi

Mengikir gigi dengan maksud agar nampak lebih


kecil dan lebih menarik adalah haram, bagi yang
mengikir atau yang dikikir, apabila tujuannya untuk
mengatur gigi yang tidak teratur , bukan ingin
memperindah maka hukumnya boleh.

e. Mengganti alis

Menghilangkan atau menipiskan alis , hukumnya


haram karena tidak mensyukuri atas nikmat Allah yang
telah dianugerahkan kepadanya .

20
f. Membersihkan rambut dari wajah

Rambut-rambut yang menjadi karakteristik wanita


tidak boleh dicukur atau dicabut, sebab merubah ciptaan
Allah. Sebaliknya , rambut yang tumbuh diluar tabi’at
wanita seperti kumis, janggot, dll. Maka hendaknya
dibersihkan dengan cara mengoleskan cream atau bedak
khusus, tidak menggunakan pisau cukur.

Wanita yang menghilangkan rambut yang bukan


bagian fitrahnya, maka sunnah untuk menghilangkannya.

8. AKAD NIKAH

Nikah menurut bahasa artinya berkumpul atau


berhimpun , sedangkan menurut istilah , nikah adalah
suatu ikatan yang menghalalkan bagi suami istri untuk
melakukan hubungan suami istri ( bersetubuh ) , dengan
menggunakan lafadz inkah atau tajwiz serta melahirkan
hak serta kewajiban masing-masing.

Disunnahkan melaksanakan akad pada pagi hari


dihari jum’at pada bulan syawal dan di dalam masjid
serta suami menyetubuhi istrinya juga dianjurkan
dibulan syawal pula. Anjuran untuk melaksanakan akad
dibulan syawal, karena berpegang pada dalil bahwa
Rasulullah menikah dengan Aisyah pada bulan s yawal
juga menjima’nya pada bulan syawal pula.

21
Disunnah kepada seluruh undangan yang
menghadiri akad nikah untuk mendoakan kedua
mempelai dengan membacakan doa :

. ‫ َرَك َﻋﻠَْﻴ ُﻜ َﻤﺎ َو َﲨَ َﻊ ﺑَـْﻴـﻨَ ُﻜ َﻤﺎ ِ ْﰲ َﺧ ٍْﲑ‬9َ‫ َرَك ﷲ ﻟَ ُﻜ َﻤﺎ َو‬9َ
Atau membaca doa :

ِ ‫اﺣ ٍﺪ ِﻣْﻨ ُﻜﻤﺎ ِﰲ ﺻ‬


.‫ﺎﺣﺒِ ِﻪ َو َﲨَ َﻊ ﺑَـْﻴـﻨَ ُﻜ َﻤﺎ ِ ْﰲ َﺧ ٍْﲑ‬ ِ ‫ﺑِﺒﺎرَك ﷲ ﻟِ ُﻜ ِﻞ و‬
َ ْ َ َّ ََ
Ketentuan bersalaman sesama umat islam :

1. Sunnah bersalaman ketika laki-laki bertemu


dengan laki-laki, begitu pula ketika perempuan
bertemu perempuan .
2. Sunnah mencium tangan ketika berjabat tangan
dengan orang yang shalih.
3. Haram berjabat tangan tanpa menggunakan
penghalang/lapek bagi ajnabi (lawan jenis)
walaupun orang yng alim sekalipun. Apabila
menggunakan penghalang, ada pendapat yang
menyatakan makruh adapula yang menyatakan
haram.
4. Makruh mencium tangan orang yang hanya
memiliki kelebihan di bidang dunia, seperti
memiliki kekuasaan.

22
5. haram berjabat tangan dengan orang yang sangat
cantik atau tampan dan digemari banyak orang
karena dapat menimbulkan banyak fitnah.

9. MAHAR

Mahar adalah sesuatu yang diwajibkan dengan


sebab nikah. Mahar terbagi dua:

1. Mahar musamma, yaitu mahar yang


ditentukan oleh pihak istri.
2. Mahar mitsil, yaitu mahar yang ditentukan
oleh pihak istri dengan memperhatikan
mahar-mahar keluarganya.
Contohnya: mahar seorang adik perempuan
dengan mengikuti mahar kakak
perempuannya yang lebih dahulu menikah.

Mahar yang diberikan oleh seorang suami kepada


istri adalah sesuatu yang bernilai sekalipun sedikit
harganya.

Ketentuan mahar

1. Suami sunnah menyebutkan mahar ketika akad


dan makruh hukumnya apabila suami tidak
menyebutkannya.
2. Apabila suami tidak menyerahkan mahar kepada
istri secara penuh maka istri diperbolehkan untuk

23
menolak berhubungan sampai suami
menyerahkan mahar secara penuh.
3. Apabila seorang suami menceraikan istrinya dan
belum digauli maka suami wajib menyerahkan
setengah daripada mahar tersebut. Namun apabila
suami telah menyerahkan mahar secara penuh
maka istri wajib mengembalikan setengah dari
mahar tersebut.

10. WALIMATUL ‘URUSY

Walimatul ‘Urusy adalah suatu acara yang


dilaksanaka oleh pihak suami atau istri setelah
melakukan akad nikah. Sunnah untuk melakukan
walimatul urusy sekalipun dalam jarak waktu yang lama.

Tata cara mengundang tamu undangan :

1. Tetangga
2. Saudara
3. Teman-teman
4. Larangan mengundang dikhususkan pada orang
kaya saja, atau orang terpandang. Namun sangat
dianjurkan untuk meratakan undangan.

24
Tata cara memenuhi undangan :

1. Memenuhi undangan hukumnya wajib sekalipun


dalam keadaan berpuasa. Akan tetapi, makan
jamuan yang dihidangkan pada saat walimah
adalah sunnah.
2. Ketika beradu banyaknya undangan dalam suatu
hari maka dahulukan orang yang pertama
mengundang, kemudian dahulukan orang yang
paling dekat rumahnya, kemudian orang yang
paling dekat kerabatnya, kemudian teman yang
paling dekat dengan kita.

Walimah wajib dipenuhi apabila terpenuhi syarat-syarat


berikut :

1. Tidak ada orang yang menyakiti, memusuhi atau


dapat membinasakan kita di tempat walimah
tersebut.
2. Tidak adanya kemungkaran dan maksiat di
tempat walimah tersebut, seperti menggunakan
permadani dari sutra, atau segala bentuk hiburan
yang bertentangan dengan syariat islam.
3. Terdapat lukisan makhluk hidup atau patung di
dinding rumah.

25
Note : Diperbolehkan menggambar / lukisan
makhluk hidup tidak secara utuh, atau tidak melengkapi
seluruh tubuh dari makhluk hidup tersebut, misalkan
menggambar burung tanpa kepala, maka burung tak
bisa hidup tanpa kepala. Menggambar seperti ini
diperbolehkan, begitu juga dengan bentuk dari makhluk
hidup, tidak boleh makhluk hidup yang memiliki bentuk
utuh secara sempurna.

Macam-macam walimah :

1. Wakirah : acara yang dilakukan dengan sebab


membangun rumah baru.
2. Kharsun : acara yang dilakukan karena lahirnya
anak .
3. A’dzar : acara yang dilakukan karena melakukan
khitan .
4. Aqiqah : acara yang dilakukan pada hari ketujuh
setelah kelahiran bayi.
5. Atirah : acara yang dilakukan untuk shadaqah
kepada mayat.
6. Naqi’ah : acara yang dilakukan dengan sebab
kedatangan/kepulangan seseorang dari
berpergian.

26
11. NUSYUZ (YANG TIDAK MEMATUHI
SUAMI )

Nusyuz secara bahasa berasal dari nasyaza-


yansyuzu-nasyazan wa nusyuzan, yang berarti meninggi,
durhaka dan menentang atau bertindak kasar. Sedangkan
menurut istilah, nusyuz adalah perbuatan yang dilakukan
oleh istri yang melanggar atau mendurhakai suami , atau
melakukan sesuatu yang membuat suami tidak ridha.

Macam-macam nusyuz , yaitu :


a) Nusyuz istri terhadap suami

Yaitu bermakna kedurhakaan istri terhadap suami


dalam bentuk pelanggaran perintah dari suami,
penyelewengan dan hal-hal yang mengganggu
keharmonisan rumah tangga .
Dalam alqur’an terdapat firman Allah ,
bagaimana cara mengatasi nusyuz istri agar tidak
terjadi perceraian, yaitu surah an-nisa : 34 ,
diantaranya :
1. Istri diberi nasehat dengan cara yang ma’ruf agar
ia segera sadar terhadap kekeliruan yang
diperbuatnya. Memperingatkan istri pada suatu
yang layak dan patut dan menyebutkan dampak-
dampak dari nusyuz juga beri pemahaman
tentang akhirat terkait tanggungjawab istri
terhadap suami.

27
2. Pisah ranjang , yaitu sebagai hukuman bagi istri
dalam kesendiriannya sehingga ia dapat
mengoreksi diri terhadap kekeliruannya.
Berpisah dari tempat tidur yaitu suami tidak tidur
bersama istrinya , memalingkan punggungnya
dan tidak bersetubuh dengannya. Jika istri benar
mencintainya , maka ia akan merasa berat dan
akan kembali baik.
3. Memberi hukuman fisik yaitu dengan cara
memukulnya , yang boleh dipukul adalah bagian
yang tidak membahayakan istri seperti betisnya.

b) Nusyuz suami kepada istri

Alqur’an juga menyebutkan adanya nusyuz dari


suami seperti yang terlihat dalam surah an-nisa : 128
.Nusyuz suami terjadi bila ia tidak melaksanakan
kewajiban terhadap istrinya , baik yang bersifat materi
atau non materi seperti meninggalkan menggauli istri
dengan cara yang baik, ini mengandung arti yang luas,
yaitu segala sesuatu yang disebut menggauli istri dengan
cara yang baik adalah tidak melakukan sesuatu perlakuan
yang tidak baik, seperti berlaku kasar, menyakiti fisik
dan mental istri , tidak melakukan hubungan badan
dalam waktu tertentu atau lainnya.

28
Hak suami yang harus dipenuhi oleh istri :

1. Apabila suami hendak menggauli istri sekalipun


istrinya sedang bdi atas punggung unta, maka dia
tidak boleh menolak.
2. Istri tidak boleh memberikan apa saja kepada
orng lain kecuali mendapatkan izin dari suminya.
Kalo istri memberikan tanpa seizin suami maka
is istri menanggung dosa sedang suami mendapat
pahala.
3. Istri tidak boleh melakukan puasa sunnah tanpa
izin suami karena bila berpuasa ia hanya akan
merasakan letih dan dahaga sedangkan puasanya
tidak diterima.
4. Menyerahkam seluruh apa yang dimiliki baik
badani maupun materi demi kepentingan dan
kebahagian suami.
5. Bergaul dengan suami dengan baik.
6. Kewajiban taat kepada suami selama tidak
mengarah kepada perbuatan maksiat.
7. Tidak boleh keluar rumah tanpa seizin suami
seizin suami. Jika ia keluar maka malaikat akan
melaknat hingga ia kembali dan bertaubat.
8. Jangan menuntut sesuatu pada suami diluar batas
kemampuannya.
9. Membelanjakan harta suami dengan baik.
10. Tidak boleh membohongi suami ketika haid.

29
Hak istri yang harus dipenuhi oleh suami :

1. Kewajiban suami menggauli istri dengan baik.


2. Memberikan mahar.
3. Wajib memberikan nafkah lahir dan batin,
memberikan makan kepada istri apabila ia
makan, serta memberikan pakaian apabila ia
berpakaian secara layak.
4. Tidak memukul wajah istri, berbuat jelek dan
meninggalkannya.
5. Mengajar dan mendidik istri tentang hal-hal yang
berkaitan dengan ibadah fardhu, adab, budi
pukerti serta akhlak terpuji.
6. Suami harus selalu berbut baik kepada istri.

Sebab-sebab suami boleh memukul istri

1. Apabila istri tidak mau menghias diri, sedangkan


suami menghendaki.
2. Apabila istri tidak bersedia diajak berhubungan.
3. Apabila istri keluar rumah tanpa izin suami, atau
memukul anaknya karena menangis, dan bertutur
kata yang jelek kepada suami.
4. Apabila Istri membuka aurat.

30
Note:
Sebelum memukul istri, maka suami harus terlebih
dahulu mengajari dan menasehatinya. Jika kedua hal
tersebut tidak dipatuhi oleh istrinya, maka suami boleh
memukulinya dengan catatan memukul yang dapat
memberikan pelajaran kepadanya. Memukul istri hanya
boleh dibagian badan yang berisi seperti betis dengan
menggunakan tangan bagian atas (tidak dengan telapak
tangan).

Beberapa siksaan para wanita di dalam neraka


jahannam :
1. Wanita yang digantung dengan rambut dan
otaknya mendidih , disebabkan tidak mau
menutupi rambutnya dari yang bukan
mahramnya.
2. Wamita yang digantung dengan lidahnya lalu air
yang mendidih yang sangat panas dituangkan ke
atas tenggorokannya, disebabkan ucapannya
yang menyakiti hati suami.
3. Wanita yang kedua kakinya hingga putting
susunya dan kedua tangannya diikatkan pada
ubun-ubunnya, lalu Allah mendatangkan padanya
ular dan kalajengking, disebabkan tidak mau
mandi junub, mnadi haid serta mengabaikan
shalat.

31
4. Wanita yang digantung dengan puting susunya
disebabkan ia mengajak tidur laki-laki lain di
tempat tidur suaminya.
5. Wanita yang kepalanya seperti babi dan tubuhnya
seperti tubuh keledai dan dihadapkan pada
beribu-ribu siksaan, dikarenakan ia suka
mengadu domba dan pendusta.
6. Wanita dengan bentuk rupa anjing, sedangkan
api masuk dari mulutnya dan keluar dari
duburnya, lalu para malaikat memukuli
kepalanya dengan palu-palu dari api, disebabkan
ia suka mengungkit-ngungkit pemberian serta
pendengki.

ADAB-ADAB BERSENGGAMA
Sebelum bersenggama ,disunnahkan memulainya
dengan :
1. Membaca basmalah .
2. Membuat surat al-ikhlas .
3. Membaca kalimat takbir, tahlil serta zikir-zikir
lainnya.
4. Membaca doa di bawah ini :

. ً‫اﺟ َﻌ ِﻞ اﻟﻨﱡﻄْ َﻔﺔَ ذُِّرﻳﱠﺔً ﻃَﻴِّﺒَﺔ‬ ِ ‫ﺑِﺴ ِﻢ ﷲ اﻟﻌﻠِ ِﻲ‬


ْ ‫ اَﻟﻠﱠ ُﻬ ﱠﻢ‬, ‫اﻟﻌﻈْﻴ ِﻢ‬
َ ّ َ ْ
Kemudian membaca doa ini :
ِ ِ
َ ّ‫اَﻟﻠﱠ ُﻬ ﱠﻢ َﺟﻨّْﺒـﻨَﺎ اﻟﺸْﱠﻴﻄَﺎ َن َو َﺟﻨ‬
. ‫ﺐ اﻟﺸْﱠﻴﻄَﺎ َن َﻣ َﺎرَزﻗْـﺘَـﻨَﺎ‬

32
5. Apabila hendak inzal ( keluar mani / sperma )
maka bacalah dalam hati doa ini :
‫اَ ْﳊَ ْﻤ ُﺪ ` اﻟﱠ ِﺬ ْي َﺧﻠَ َﻖ ِﻣ َﻦ اﳌﺎءَ ﺑَ َﺸًﺮأ ﻓَ َﺠ َﻌﻠَﻪُ ﻧَ َﺴﺒًﺎ َو ِﺻ ْﻬًﺮا‬
َ
. ‫ﻚ ﻗَ ِﺪﻳْـًﺮا‬
َ ‫َوَﻛﺎ َن َرﺑﱡ‬
6. Hendaknya menghindari membelakangi kiblat
karena memuliakannya dan hendaklah menutupi
tubuhnya dan istrinya dengan selimut.

4 golongan wanita isi neraka :


1. Wanita yang jahat perkataan atas suaminya,
jikalau suaminya jauh, dia tidak memelihara
dirinya. Jikalau suami bersamanya dia
menyakitinya dengan lidahnya.
2. Wanita yang memberati suaminya dengan
sesuatu diluar kemampuan suaminya.
3. Wanita yang tiada menutup dirinya daripada
lelaki lain dan keluar dari rumahnya dengan
memakai perhiasan yang megah.
4. Wanita yang tiada cinta untuk berbuat taat
kepada Allah dan RasulNya.

Ciri-ciri istri yang baik :


1. Taat ketika suami memerintah .
2. Senang ketika suami memandang.
3. Selalu mengerjakan dan mengajak suami dan
anak untuk berbuat kebaikan.

33
4. Jika suami tidak ada, maka ia akan memelihara
dirinya dan harta suaminya.

Cara untuk mendapatkan cinta suami :


1. Kasih sayang kepada suaminya .
2. Memelihara diri dan harta suaminya .
3. Berkasih sayang dengan segala kerabat suaminya
dan anak suaminya .
4. Tidak memaki anaknya .
5. Tidak melawan perkataan suaminya .
6. Jangan menuntut dan meminta sesuatu diluar
kesanggupan suami .
7. Menuruti hal yang menjadi kesukaan suami dan
meninggalkan hal yang membuat suami marah.
8. Harus selalu suci badan dan pakaian .

3 golongan yang diharamkan Allah masuk surga:


1. Orang yang berkekalan minum yang
memabukkan.
2. Orang yang durhaka kepada ibu bapak .
3. Orang yang dayus ( membiarkan keluarga /
ahlinya dalam perbuatan dosa dan kejahatan .

34
Sifat-sifat yang harus dimiliki oleh seorang wanita
dan sunnah untuk memilihnya :
1. Memilih perempuan yang beragama ( paham
akan agama ) .
Laki-laki yang memilih perempuan karena harta
dan rupanya, maka Allah akan mengharamkan
atasnya akan harta dan rupanya .
2. Memilih perempuan yang baik perangainya (
akhlaknya ) .
Jangan menikahi perempuan yang memiliki 6
sifat :
 Perempuan yang banyak keluh kesah dan
mengadu-ngadu .
 Perempuan yang ingkar kepada suaminya,
yang menganggap bahwa tidak ada
kebaikan yang dilakukan suami
kepadanya .
 Perempuan yang ingin kepada suami
yang lain dan anak yang lain .
 Perempuan yang meminta sesuatu
kepada suaminya diluar batas
kesanggupan suaminya .
 Perempuan yang menghiasi dirinya dan
memarahi makanan serta melawan
perkataan suami .
 Perempuan yang banyak bicara yang
tidak perlu .

35
3. Memilih perempuan yang elok mukanya agar
terpelihara dari inginnya kepada perempuan lain.
Namun jangan menikah dengan perempuan yang
elok wajahnya namun tidak memiliki agama,
perempuan yang kurang elok wajahnya namun
bagus agamanya itu terlebih baik .
4. Memilih perempuan yang banyak anaknya dan
sedikit maharnya .
5. Memilih perempuan yang mempunyai kasih
sayang yang begitu besar .
6. Memilih perempuan yang bikr ( perawan )
7. Memilih perempuan yang memiliki keturunan
yang baik .
8. Memilih perempuan yang tidak ada kerabat
dengannya . jika menikah dengan kerabat sendiri,
maka dapat mengurangkan syahwat dan anaknya
akan lemah tubuhnya.

8 karakter wanita untuk mendapatkan suami idaman


:
1. Wanita yang mampu bersikap dewasa ( tau kapan
bercanda dan kapan serius ) .
2. Wanita yang cerdas .
3. Wanita yang pengertian .
4. Wanita yang memiliki sikap keibuan ( menjadi
tempat bermanja suami ) .
5. Wanita yang amanah ( bertanggung jawab dalam
menjalankan tugasnya sebagai ibu dan istri ) .

36
6. Wanita yang ramah dan selalu tersenyum , (hari
yang buruk bisa kembali cerah ketika melihat
senyum orang yang dikasihi ) .
7. Wanita yang selalu menghargai , ( tampakkan
kebahagiaan saat ia berusaha membahagiakanmu
dengan caranya sendiri ) .
8. Wanita yang selalu mengajak anak dan suaminya
untuk mendekatkan diri kepada Allah .

 Mengonsumsi obat pencegah kehamilan terbagi


dua :
1. Obat pencegah selamanya. Ini yang tidak
boleh/ haram hukumnya , karena akan
memutuskan keturunan dan mengurangi
keturunan .
2. Obat pencegah sementara, misalnya wanita
sering kali hamil dan menyulitkannya, maka
ia boleh mengatur kehamilannya setiap dua
atau tiga tahun sekali . hal ini doperbolehkan
dengan izin suami dan tidak
membahayakannya .

 Rambut terbagi 3, yaitu :


1. Rambut yang dilarang mencabutnya,
misalnya jenggot laki-laki dan bulu alis .
2. Rambut yang diperintahkan untuk
mencabutnya, misalnya bulu ketiak dan bulu
kemaluan .

37
3. Rambut yang syariat mendiamkannya ,
misalkan bulu pada kedua tangan dan betis .

Nasehat untuk suami istri :


1. Wanita harus meyakini bahwa nafakah yang
diberikan suami adalah salah satu bukti
kecintaannya pada istri .
2. Wanita harus berhati-hati dalam semua tingkah
lakunya terhadap orang lain.
3. Kesalahan istri yang paling sering terjadi adalah
penyambutan yang buruk terhadap suaminya
ketila ia kembali dari berpergian .
4. Mudah cemburu merupakan kunci perceraian .
5. Kebiasaan buruk wanita adalah membuka aib
keluarganya kepada orang lain .
6. Wanita tidak memiliki kesimbangan dalam
berpikir, maka bijaklah dalam menasehatinya .
7. Istri dan suami yang baik itu tidak akan mudah
percaya dengan setiap hal yang ia dengar dari
orang lain.

38
Apabila menghadapi permasalahan ekonomi, ikuti
langkah berikut :
1. Ridha terhadap ketetapan Allah, sabar dan tidak
mengeluh .
2. Hendaknya membaca :
‫ﻒ ِ ْﱄ‬
ْ ُ‫اﺧﻠ‬
ْ ‫َو‬
ِ ‫ أَﻟﻠﻬ ﱠﻢ أْﺟﺮِﱐ ِﰲ ﻣ‬.‫راﺟﻌﻮ َن‬
‫ﺼْﻴـﺒَِ ْﱵ‬ ٌ ْ ْ ُْ ُ ُْ َ َ ‫ إِﻟِْﻴ ِﻪ‬g‫ َوإِ ﱠ‬h ِ‫ ِﱠ‬g‫إِ ﱠ‬

.‫َﺧْﻴـًﺮا ِﻣْﻨـ َﻬﺎ‬


3. Perbanyak istighfar .
4. Mengerjakan shalat dan berdoa .

Beberapa nasehat :
1. Pada saat istri hendak melahirkan, maka suami
hendaklah shalat sunat hajat , membaca yasin
kemudian dihembuskan pada aiar dan
diminumkan pada istri supaya dimudahkan
persalinan istrinya .
2. Ketika anak lahir, di azankan di kanan dan
iqamah di kiri, kemudian membaca surah al –
qadar dikanan dan dikiri serta membaca doa .
3. Pada saat mengandung 3 bulan, makan delima
makkah, untuk menambahkan kecerdasan anak
dan daging, ikan untuk anak patuh , insyaAllah .
4. Membacakan surah ai insyirah pada telapak
tangan , lalu menggosokkan pada perut istri
ketika mengandung.

39
5. Memperbanyak konsumsi kacang panjang untuk
memperbanyak asi .
6. Membaca surah ar-rahman 1-5 ketika hendak
menyusui dan surah ali Imran ayat 200 .
7. Minum air kelapa muda pada saat usia
kandungan 6 bulan ke atas.
8. Menyetubuhi istri yang mengandung 4 bulan ke
atas dan menyusui adalah makruh hukumnya,
apabila dikhawatirkan akan memudharatkan
anak, namun haram jika hal itu sudah pasti
memudharatkannya .

12. THALAQ

Secara bahasa, thalaq berarti melepaskan ikatan.


Menurut istilah, thalaq adalah memutuskan hubungan
antara suami istri dari ikatan pernikahan yang sah
menurut syari’at dengan cara-cara tertentu.

PEMBAGIAN THALAQ
1. Thalaq di tinjau dari lafazh nya
a) Thalaq sharih yaitu thalaq yang
menggunakan kalimat yang tegas dan jelas
sebagai media untuk mempertegas paham
bahwa telah jatuhnya thalaq, seperti : aku
menceraikan kamu, kamu telah ku cerat
dengan thalaq 1 atau 2 atau 3dan kalimat
lain yang memiliki arti yang sama.

40
b) Thalaq kinayah yaitu thalaq yang menurut
pahamnya kalimat, tidak berarti menjatuhkan
thalaq, namun ada maksud menceraukan
ketika melafalkan kalimat tersebut., seperti :
pulanglah kerumah orang tua mu, kamu tidak
seperti dulu , dll. Kalimat tersebut dianggap
sebagai thalaq ketika adanya niat dari suami
ketika melafalkan kalimat tersebut untuk
menjatuhkan thalaq kepada istrinya.

2. Thalaq di tinjau dari waktunya


a) Thalaq kontan (munjaz) yaitu thalaq yang
pengaruhnya bersifat spontanitas , seperti aku
menceraikan kamu atau kamu kini terlepas
dariku. Ini merupakan thalaq yang tidak ada
penangguhan akan waktu jatuhnya. Jatuh itu
akan dianggap ketika itu diucapkan oleh
suami.
b) Thalaq bertempo/berwaktu ( mudhaf ) yaitu
thalaq yang jatuhnya thalaq ditempokan
berdasarkan batasan waktu yang telah
terucapkan, seperti : kamu akan terlepas awal
bulan atau jika tiba awal bulan, maka kamu
saya thalaq , dll. Thalaq seperti ini akan
dianggap thalaqnya dan istri terthalaq sesuai
dengan waktu yang diucapkan.
c) Thalaq bersyarat (mu’allaq ) yaitu thalaq
yang terjadinya dikaitkan pada suatu

41
peristiwa yang akan terjadi, seperti jika kamu
keluar dari rumah, maka kamu akan
terthalaq, dll . kalimat seperti ini akan
berlaku atau jatuh thalaq dengan sendirinya
ketika istri melakukan kalimat yang
diucapkan oleh suami.

3. Thalaq ditinjau dari sifat


a) Thalaq berdasarkan sunnah yaitu thalaq yang
terjadi setelah suami menyetubuhi istrinya. Hal
ini terjadi saat istri tidak hamil dan dalam
keadaan suci.
b) Thalaq tidak berdasarkan sunnah ( bid’ah) yaitu
thalaq yang terjadi pada saat istri sedang haid
atau nifas, sementara suami menyetubuhi istri
disaat istri dalam keadaan suci dan belum jelas
keberadaan Rahim atas janin hasil
persetubuhannya.

4. Thalaq ditinjau dari pengaruhnya


a) Thalaq raj’i yaitu thalaq yang memungkinkan
untuk kembali kepada istri dengan catatan
belum habis masa iddahnya, yaitu thalaq satu
atau thalaq dua yang diucapkan suami kepada
istrinya .
b) Thalaq ba’in yaitu thalaq yang terjadinya
langsung tiga kali talakan atau yang jatuhnya

42
pertahap, dimulai dari thalaq satu, dua dan
tiga.
Macam-macam thalaq ba’in :
1. Thalaq bain sughra (kecil ) yaitu thalaq yang
terjadinya secara bertahap, mulai dari thalaq
satu,dua namun sampai habisnya batasan iddah,
kesempatan yang semestinya bisa dimanfaatkan
oleh suaminya untuk merujuk kembali kepada
istrinya. Kalau suami menghendaki untuk
kembali kepada mantan istrinya maka terlebih
dahulu harus melalui beberapa syarat,
diantaranya dengan akad dan mahar baru.
2. Thalaq bain kubra ( besar ) yaitu thalaq yang
berlangsung tiga kali, atau thalaq ketiga untuk
kali yang pertama, maka putuslah segala sesuatu
yang berhubungan diantara kedua pihal .

BENTUK-BENTUK PERNIKAHAN SELAIN


THALAQ .
A) Dzihar
Dzihar berasal dari kata –dhahara – yang berarti
punggung, sedangkan menurut istilah, dzihar adalah
suami yang menyerupakan sebagian anggota tubuh
istrinya dengan sebagian anggota tubuh wanita yang
haram dinikahi, seperti menyamakan punggung,
pinggang, dll yang disebutkan dalam bentuk sumpah dan
mengharuskan bagi pihak suami untuk membayar kafarat
sebagai ganti atas sumpahnya. Adapun kafaratnya yaitu

43
berpuasadua bulan berturut-turut, memberi makan 60
orang fakir miskin.
b. ilaa’
ilaa’ menurut bahasa adalah bersumpah tidak
melakukan sesuatu, sedangkan menurut istilah syara’,
ilaa’ adalah bersumpahnya suami untuk tidak
menyetubuhi istrinya. Apabila dalam masa empat bulan
kemudian suami menyetubuhi istrinya, maka sumpah itu
hilang dan suami harus membayar kafarat sumpah dan
jika suami tidak menyetubuhi istrinya dalam batasan
empat bulan bahkan lebih, maka istri boleh untuk
menggugat cerai suaminya.
d. Khulu’
Khulu’ menurut bahasa yaitu melepaskan yakni
menceraikan istri dengan mendapatkan uang tebusan /
bayaran. Berdasarkan arti khusus, khulu’ adalah
menceraikannya pihak suami akan istrinya dengan
mendapatkan bayaran atau tebusan dari istrinya. Akan
tetapi, hukumnya haram apabila suami hanya
menginginkan uang tebusan semata-mata.
e. Li’an
Li’an menurut bahasa berarti mengutuk,
sedangkan menurut istilah syara’ adalah bersumpah atas
nama sendiri dengan menuduh istrinya berbuat zina
dengan laki-laki lain.

44
13. ‘IDDAH ( MASA PENANTIAN )

‘iddah adalah masa penantian istri setelah jatuh


thalaq atau meninggal suaminya. Suami yang menalaq
istrinya dengan thalaq raj’i maka boleh kembali kepada
istrinya selama belum berakhir masa iddah yang telah
berlaku pada istri.

Hikmah Iddah :
1) Membuktikan kekosongan atau terisinya Rahim
istri.
2) Memberi kesempatan kepada kedua belah pihak
untuk memperbaiki hubungannya dan tidak
menjadikan thalaq sebagai salah satu cara untuk
menyelesaikan masalah karena dikuasai oleh
nafsu amarah.
3) Memberikan penghormatan kepada suami yang
meninggal dunia .
4) Semakin memahami akan pentingnya
mensyukuri nikmat pernikahan dan meruginya
akibat perceraian .

Macam-macam ‘iddah :
1. Iddah wanita yang dithalaq ketika hamil, maka
sampai ia melahirkan .
2. Iddah wanita yang dithalaq tidak dalam keadaan
hamil :

45
a. Jika ia mengeluarkan darah haid , maka
iddahnya tiga kali suci ( quru’ ) .
b. Jika ia tidak lagi mengeluarkan darah haid (
menopause ) atau masih terlalu muda, maka
iddahnya adalah tiga bulan .
3. Iddah wanita yang meninggal suaminya dan tidak
dalam keadaan hamil, maka iddahnya empat
bulan sepuluh hari .
4. Iddah wanita yang meninggal suaminya dan
dalam keadaan hamil, maka iddah nya adalah
boleh memilih hingga ia melahirkan dan lalu
nifasnya atau menunggu empat bulan sepuluh
hari .

14. RUJU’ ( KEMBALI SUAMI KEPADA


ISTRINYA )

Menurut bahasa ruju’ berarti kembali, sedangkan


menurut istilah , ruju’ yaitu kembalinya suami kepada
istrinya yang telah dithalaq raj’i yaitu thalaq satu atau
thalaq dua selama dalam masa iddah. Dasar hukum dari
iddah adalah surah al baqarah (2) : 228 .

Syarat seorang suami boleh ruju’ terhadap


istrinya yaitu istri tersebut sudah disetubuhi oleh suami ,
istri sedang berada dalam masa iddah dan suami
menggunakan lafazh ruju’ baik kita secara sharih ( aku
kembali kepadamu ) atau menggunakan lafazh kinayah/

46
kiasan/sindirin yang disertai dengan niat ( aku pegang
tanganmu ) . ruju’ hanya berlaku selama istri berada
dalam masa iddah sebagaimana waktu yang telah
dijelaskan .

15. NAFAKAH

Nafakah adalah pemberian dari suami yang


diberikan kepada istri setelah adanya suatu akad
pernikahan. Nafakah wajib karena adanya akad yang sah,
penyerahan diri istri kepada suami dan memungkinkan
untuk terjadinya hubungan badan. Yang dimaksud
dengan nafkah disini adalah segala kebutuhan dan
keperluan istri yang berlaku menurut keadaan dan
tempat, seperti makanan, pakaian , tempat tinggal dan
sebagainya. Sebagaimana firman Allah dalam surah At-
Talaq : 6-7 .

Sebab-sebab yang mewajibkan nafakah :

1. Sebab keturunan

Dengan adanya pernikahan, maka lahirlah seorang


keturunan. Maka wajib bagi orang tua memenuhi
kebutuhan keluarganya serta anak-anaknya. Syarat
wajib nafakah atas kedua orang tua apabila anak masih
kecil dan miskin atau sudah besar namun tidak sanggup
berusaha atau bekerja dan miskin pula. Begitu pula

47
sebaliknya, anak wajib memberikan nafakah kepada
orangtua apabila keduanya tidak kuat lagi untuk
berusaha dan bekerja. Sebagaimana firman Allah dalam
surah Lukman : 15 .

2. Sebab perkawinan

Suami diwajibkan memberi nafakah kepada istrinya


yang baik, taat, baik itu makanan, pakaian atau tempat
tinggal. Di dalam al Qur’an maupun hadits, tidak
disebutkan kadar nafakah yang diwajibkan kepada
suami, hanya saja dalam surat at-talaq ayat 6-7
menjelaskan bahwa nafakah diberikan menurut kadar
yang patut, artinya cukup untuk keperluan istri dan harus
sesuai dengan penghasilan suami, tidak meminta di atas
kesanggupan suami. Menurut keadaan suatu tempat dan
sesuai dengan kemampuan suami serta kedudukannya
dalam masyarat.

16. HADHANAH ( HAK ASUH )

Menurut bahasa, hadhanah artinya di samping.


Sedangkan menurut istilah, hadhanah artinya melakukan
pemeliharaan anak-anak yang masih kecil, baik laki-laki
maupun perempuan atau yang sudah besar tetapi belum
mumayyiz, menyediakan sesuatu yang menjadikan
kebaikannya, menjaganya dari sesuatu yang menyakiti
dan merusaknya, mendidik jasmani, rohani dan akalnya

48
agar mampu berdiri sendiri menghadapi hidup dan
memikul tanggungjawab.
Mengasuh anak hukumnya wajib, terutama bagi
ibu , yang bisa menjaga anaknya dengan sebaik-baiknya
agar ia bisa terhindar dari bahaya kebinasaan. Hak ntuk
mengasuh anak terutama diberikan kepada ibu , jika
tidak ada ibu , maka hak tersebut berpindah kepada
nasab ibu setelah semua urutan nasab dari pihak ibu
tidak ditemukan, barulah hak asuh tersebut diberikan
kepada pihak ayah dan nasabnya ayah si anak tersebut.

49
PENUTUP

KESIMPULAN

Nikah merupakan Ibadah terlama sepanjang


hidup. Ada banyak butiran pahala yang akan terus
mengalir ketika insan manusia bisa menjadikannya
sebagai langkah menuju surga Allah. Demikian pula, ada
begitu banyak liangan dosa ketika kita tak mampu
menempatkannya di tempat sebagaimana syara’
menetapkannya. Oleh karena itu, setiap insan yang
hendak melaksanakan suatu ibadah maka ia harus
memahami ibadah apa yang akan ia laksanakan, apa saja
yang dapat meruntuhkan pahalanya serta apa saja yang
dapat menjadikannya sebagai ladang dosa padahal itu
adalah pahala yang dijanjikan pencipta akan surganNya.
Dalam agama, kita juga mengenal ilmu fiqih
yaitu ilmu yang membahas tentang hal-hal yang
berkaitan dengan ibadah. Dalam ilmu fiqih kita
diperbolehkan untuk beramal sesuai dengan pegangan
atau sumber yang kita dapati, selama itu masih
terkandung dalam 4 mazhab dalam ulama fiqh.
Begitupulalah uraian dalam buku ini. Buku kecil ini
mengurai sebagian kecil dari nikah serta hal-hal yang
berkaitan dengannya, hal-hal yang menjadikannya
ladang dosa dan juga ladang pahala. Ini merupakan
secuil daripada ilmu tentang nikah, ilmu paling dasar
yang dikutip dari berbagai referensi kitab-kitab fiqh

50
syafi’iyah. Jika pembaca menemukan hal-hal yang
berlawanan, bertentangan atau berbeda dengan penulis
uraikan disini, penulis berharap , pembaca tidak
langsung menyalahkan atau mengklaim suatu hal, akan
tetapi, sebagaimana yang telah kita uraian bahwa dalam
ilmu fiqh terdapat berbagai cabang , yang kita boleh
beramal dengan syarat kita mengikuti sesuai dengan
cabang atau pegang yang kita percayai. Semoga uraian
dalam buku ini bisa menjadi ilmu, juga bermanfaat bagi
penulis , pembaca serta orang-orang yang mau
menyebarkannya sebagai bentuk kebaikan. Aamin ya
rabbal ‘alamin.

SARAN
Tidak ada hal yang sempurna dalam dunia
kecuali pencipta. Terdapat banyak kekurangan dalam
buku ini, baik cara penulisan, tata letak, penggunaan
bahasa serta lainnya. Semoga pembaca dapat
memberikan kesan yang baik ketika membaca serta
mendalami buku ini. Penulis berharap, ada masukan
serta saran yang diberikan oleh pembaca demi
menyempurnakan segala kekurangan dalam buku ini.
Karena agama menyuruh kita untuk saling memberikan
nasehat selama nasehat itu tidak menjatuhkan orang lain.
Penulis berharap setiap pembaca dapat memahami isi
yang tertera dibuku ini dengan baik dan benar serta
berguna untuk dunia dan akhirat kita. Amiin .

51
DAFTAR PUSTAKA

Said Abu Bakar Al-Masyhur. I’annatuth Thalibin,


Cetakan Haramain. Juzu’ 3 dan 4.

Ibnu Qasim Al Ghazi. Hasyiah Al Bajuri. Cetakan


Haramain. Juzu’ 2 .

Syekh Muhammad Bin ‘Umar Nawawi. Syarah


Uqudulijjain Fi Bayani Haqqi Zaujaini, Cetakan:
Haramain.

Syekh Sayyidi Abdul Wahhab Asy Sya’rani. Yawaqitu


Wal Jawahiru. Maktabah Darul Hilmi

Qadhi Abi Syuja’ Ahmad Bin Husain Al Ashfahaniy.


Matan Ghayah Wat Taqrib, Semarang: Toha
Putra

Syekh Daud Bin Abdullah Al Fathani. Idhah Al Bab

K.H Abdullah Fauzi Pasuruan. Fathul izar

Em. Yusmar, Fauzie Aluasy, Eny Bil Kaf. Pustaka


‘Azm.

Salim A. Fillah, 2011. Barakallahu Laka. Yogyakarta:


Pro U Media

52

Anda mungkin juga menyukai