PROPOSAL
Oleh:
M. FAUZUL ABIDIN
NIM: 18.20.17.1.04.011
Dosen Pembimbing:
K. Abdur Rofi’
Ust. Farid Badruzzaman, S.Ag.
SARANG REMBANG
2024 M/ 1445 H
BAB I
PENDAHULUAN
pasangan, seperti firman Allah SWT dalam surah Aż-Żāriyāt ayat 49:
َو ِم ْن ُك ِّل َش ْي ٍء َخ َلْق َنا َزْوَج ِنْي َلَعَّلُك ْم َتَذَّك ُرْو َن
Artinya: “Segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan agar kamu
mengingat (kebesaran Allah).” (Aż-Żāriyāt [51]:49)1
Manusia menjadi bagian dari makhluk Allah yang diciptakan untuk berpasang-
pasangan. Dan Allah menciptakan pasangan tiap manusia dari golongan mereka
sendiri untuk memudahkan menjalin rasa kasih dan sayang supaya mendapatkan
kehidupan yang tenteram. Seperti firman Allah dalam surah Ar-Rūm ayat 21:
ِا
َلُك ْم ِّم ْن َاْنُف ِس ُك ْم َاْزَواًج ا ِّلَتْس ُك ُنْٓو ا َلْيَه ا َوَجَعَل َبْيَنُك ْم َّم َو َّدًة َّوَرَمْحًة ِم ِت
َو ْن ٰاٰي ه َاْن َخ َلَق
ِّلَق ْو ٍم َّيَتَف َّك ُرْو َن ِۗاَّن ٰذ ِلَك ٰاَلٰيٍت
ْيِف
Artinya: “Di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah bahwa Dia
menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari (jenis) dirimu sendiri agar
kamu merasa tenteram kepadanya. Dia menjadikan di antaramu rasa cinta
dan kasih sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar
terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir.” (Ar-
Rūm [30]:21)2
Pada dasarnya, setiap manusia ingin melaksanakan pernikahan karena
selain dari kebutuhan biologis juga merupakan ibadah yang dianjurkan nabi
1
Terjemah Al-Qur’an Kemenag
2
Ibid
1
َعن َعاِئَش ة َرِض ي اهلل َتَع اىَل َعْنَه ا َعن الَّنيِب ﷺ انه َق اَل الِّنَك اح س ((نيت َفمن مل
يْع مل ِبسنيت َفَلْيَس مين َو َتَزَّوُج وا َفِإيِّن مَك اِثر بكم االمم َو من َك اَن َذا ط((ول َفْلَيْنِكح َو من
مل جيد َفَعَليِه بالصيام َفِإَّنُه َلُه َوَج اء
3
dunia ini. Termasuk bentuk perhatian Islam adalah dengan memberikan akses
bagi manusia untuk menyalurkan hasrat biologis dan kasih sayangnya terhadap
lawan jenis melalui pernikahan. Sebab, menikah merupakan cara termulia untuk
dititipkan Allah SWT. kepada manusia. Siapa pun pasti mengetahui manakala
kebutuhan, naluri dan fitrah itu tak terpenuhi maka akan membawa pemiliknya
tindakan tak terpuji. Sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.
3
Ibnu Ḥajar Al-Haitamī (Wafat: 974 H), Al-Ifṣāḥ An Aḥādīth Al-Nikāh, (Yordania: Dār Ammār
Ammān, t.tp.), Juz 1, Hal 47.
4
Muhammad bin Ali bin Adam bin Musa Al-Atyubi Al-Walwi, Al-Bahr Al-Muhit Al-Thajjaj, (Riyadh:
Dar Ibnu Al-Jawzi, 1426 – 1436 H), j. 25, h. 10.
2
، َو َيْنَه ى َعْن الَّتَبُّت ِل َنْه ًي ا َش ِديًد ا، «َك اَن َرُس وُل الَّل ِه ﷺ َيْأُمُرَنا ِباْلَب اَءِة: َو َعْن ُه َقاَل
، َف ِإيِّن ُمَك اِثٌر ِبُك ْم اَأْلْنِبَي اَء َيْو َم اْلِق َياَم ِة» َرَواُه َأَمْحُد. َتَزَّوُج وا اْلَوُل وَد اْل َو ُدوَد: َو َيُق وُل
َواْبِن ِح َّب اَن ِم ْن َح ِديِث َم ْع ِق ِل، َوالَّنَس اِئُّي، َو َلُه َش اِه ٌد ِعْنَد َأيِب َداُود. َو َص َّح َحُه اْبُن ِح َّباَن
5 ْبِن َي اٍر
َس
Artinya: “Diriwayatkan dari sahabat Anas Ibnu Mālik RA. ia berkata:
‘Rasulullah SAW memerintahkan kami berkeluarga dan sangat melarang
kami membujang. Dan beliau bersabda: ‘Menikahlah kalian dengan
perempuan yang paling banyak memberi keturunan dan yang paling
penyayang. Sebab aku akan membanggakan jumlahmu yang banyak di
hadapan para Nabi pada hari Kiamat.”
3. Mendapatkan keberkahan dari doa anak-anak yang saleh ketika kelak
telah meninggal.6 Sebagaimana hadis berikut ini :
« َذا َم اَت اإلنَس اُن انقَطَع: وعن َأيب ُه َرْيَرَة رضي اهلل عنه أَّن رُس ول الَّل ﷺ َقاَل
ِإ ِه
َأْو َو َل ٍد َص اٍحل َي دُعو َل ُه»رواه، أْو ِعلم ُيْنَتَف ُع ِب ِه، َص دَقٍة جارَي ٍة: عَم ُل ُه إَّال ِم ْن َثالٍث
.مسلم 7
ْمَل، (َمْن َم اَت َل ُه َثاَل َث ٌة َن اْلَو َل: َعِن الَّنِّيِب ﷺ،َق اَل َأُب و ُه َرْيَرَة رضي اهلل عنه
ِد ِم
.) َأْو َدَخ َل اَجْلَّنَة، َك اَن َلُه ِح َج اًبا ِم َن الَّناِر، َيْبُلُغوا اِحْلْنَث
8
5
Muhammad Bin Ismāīl Al-Amīr Al-Yamanī Al-Ṣan’ānī (W. 1182 H.), Subul Al-Sālām Sharḥ
Bulūgh Al-Marām, (Al-Qāhirah Misr: Dār Al-Ḥadīth, 1418 H/1997 M) Cet: Ke-5, Hal: 162 Juz 3,
Hadis Ke-912.
6
Ibid.
7
Abū Zakariā Muḥyīddīn Yahyā Bin Sharaf Al-Nawawī (W. 676 H), Riyāḍ Al-Shāliḥīn,
(Damaskus Beirut: Dār Ibn Kathīr, 1428 H/2007 M) Cet Ke-1, Hal: 283, Hadis Ke-949.
8
Abū ‘Abdillāh Muhammad Bin Ismāīl Al-Bukhārī Al-Ju’fī, Ṣaḥīḥ Al-Bukhārī, (Dār Al-Yamamah:
Dār Ibnu Kathīr, 1414 H/1993 M), Cet. Ke-5 Hal: 464, Juz: 1 Hadis Ke-1314.
3
melanggar sumpah, maka dia mendapat perisai dari Neraka, atau akan
masuk surga).”
5. Bisa lebih mengontrol pandangannya pada lawan jenis agar terhindar
dari kemaksiatan dan bisa lebih menjaga farjinya dari zina.
«َق اَل َلَن ا وُل الَّل ِه: َق اَل- ِض الَّل اىَل ْن- وٍد ِد ِه
َرُس َر َي ُه َتَع َع ُه َعْن َعْب الَّل ْبِن َمْس ُع
، َفِإَّنُه َأَغُّض ِلْلَبَص ِر. َيا َم ْع َش َرا الَّش َباِب ! َمْن اْس َتَطاَع ِم ْنُك ْم اْلَباَءَة َفْلَيَتَزَّوْج:ﷺ
. َفِإَّنُه َلُه ِوَج اٌء» ُمَّتَف ٌق َعَلْيه، َوَمْن ْمَل َيْس َتِط ْع َفَعَلْيِه ِبالَّصْو ِم، َوَأْحَص ُن ِلْلَف ْرِج
9
tangga yang sakinah (tenteram). Dan untuk menciptakan keluarga yang sakinah
1. Mawaddah, suami dan istri harus memiliki rasa cinta yang berkaitan
2. Rahmah, suami dan istri harus memiliki rasa kasih sayang yang berkaitan
Kedua faktor tersebut tidak boleh terabaikan. Idealnya, kedua faktor tersebut
harus berjalan bersama-sama. Janganlah terlalu fokus pada satu hal yaitu
mawaddah yang cenderung tidak bertahan lama, tetapi yang harus diutamakan
adalah faktor rahmah yang akan terus dibawa mengiringi perjalanan suatu
9
Muhammad Bin Ismāīl Al-Amīr Al-Yamanī Al-Ṣān’ānī (W. 1182 H.), Subul Al-Salām Sharḥ
Bulugh Al-Marām, (Al-Qāhirah Misr: Dār Al-Hadīs,1997), Juz: 3 Hal: 159 Hadis Ke-910.
4
Untuk mencapai tujuan pernikahan yang sakinah (tenteram), mawadah
(penuh kasih sayang) dan rahmah, suami dan istri harus menjalankan hak dan
telah terikat dan sejak itulah mereka mempunyai hak dan kewajiban yang tidak
mereka miliki sebelumnya. Hak bagi Istri menjadi kewajiban bagi suami. Begitu
pula kewajiban suami menjadi hak bagi istri. Suatu hak belum pantas diterima
sebelum kewajiban dilaksanakan. Oleh karena itu, sebaiknya suami harus lebih
kewajiban tanpa menunggu haknya terpenuhi, dan hal tersebut juga dilakukan
َأْك َم ُل اْلُم ْؤ ِمِنَني ِإَمياًنا َأْح َس ُنُه ْم ُخ ُلًق ا َوِخ َياُرُك ْم ِخ َياُرُك ْم ِلِنَس اِئِه ْم ُخ ُلًق ا10
Artinya: “orang mu’min yang paling sempurna imannya adalah orang-
orang yang paling baik akhlaknya, dan sebaik-baik kalian adalah yang
paling baik akhlaknya terhadap istrinya”.
Untuk mewujudkan rumah tangga yang sakinah, mawadah dan rahmah perlu
adanya tekad yang kuat dan kesiapan dari kedua belah pihak yakni suami dan istri
Suatu bentuk anugerah yang Allah berikan kepada suami adalah dengan
diberikan fisik dan psikis yang lebih kuat daripada perempuan yang cenderung
lebih lemah fisik dan perasaannya. Laki-laki tercipta dari tanah sedangkan
membawa beban yang berat yakni menjadi pemimpin keluarga sehingga ia diberi
10
Al-Imām Al-Hāfīz Muhammad Bin Isā Bin Saurah Al-Sulamī Al-Tirmidhī (W. 279 H), Sunan
Al-Tirmidhī, Muwaqqi’
5
bagian lebih banyak dibandingkan perempuan. Allah berfirman dalam surat An-
ۗ َالِّرَج اُل َقَّواُم ْو َن َعَلى الِّنَس ۤاِء َمِبا َفَّض َل الّٰل ُه َبْع َض ُه ْم َعٰل ى َبْع ٍض َّوَمِبٓا َاْنَفُق ْوا ِم ْن َاْم َواِهِلْم
َفالّٰص ِلٰح ُت ٰقِنٰت ٌت ٰح ِف ٰظٌت ِّلْلَغْيِب َمِبا َح ِف َظ الّٰل ُهۗ َواّٰلْيِت َخَتاُفْو َن ُنُش ْو َزُه َّن َفِعُظ ْوُه َّن
َواْه ُج ُرْوُه َّن ىِف اْلَم َض اِج ِع َواْض ِرُبْوُه َّن ۚ َف ِاْن َاَطْع َنُك ْم َفاَل َتْبُغ ْوا َعَلْيِه َّن َس ِبْياًل ۗ ِاَّن الّٰل َه َك اَن
َعِلًّيا َك ِبْيًرا
Artinya: “Laki-laki (suami) adalah penanggung jawab atas para
perempuan (istri) karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-
laki) atas sebagian yang lain (perempuan) dan karena mereka (laki-laki)
telah menafkahkan sebagian dari hartanya. Perempuan-perempuan saleh
adalah mereka yang taat (kepada Allah) dan menjaga diri ketika
(suaminya) tidak ada karena Allah telah menjaga (mereka). Perempuan-
perempuan yang kamu khawatirkan akan nusyuz) berilah mereka nasihat,
tinggalkanlah mereka di tempat tidur (pisah ranjang), dan (kalau perlu,)
pukullah mereka (dengan cara yang tidak menyakitkan). Akan tetapi, jika
mereka menaatimu, janganlah kamu mencari-cari jalan untuk
menyusahkan mereka. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha
Besar.” (An-Nisā' [4]:34)11
َٗواْلٰو ِلٰد ُت ُيْرِض ْع َن َاْواَل َدُه َّن َح ْو َلِنْي َك اِم َلِنْي ِلَمْن َاَراَد َاْن ُّيِتَّم الَّرَض اَعَةۗ َو َعَلى اْلَمْو ُل ْو ِد َل ه
ِرْزُقُه َّن َوِكْس َوُتُه َّن ِب اْلَم ْع ُرْو ِۗف اَل ُتَك َّل ُف َنْف ٌس ِااَّل ُوْس َعَه اۚ اَل ُتَض ۤاَّر َواِل َد ٌةۢ ِبَو َل ِدَه ا َواَل
َمْو ُلْو ٌد َّل هٗ ِبَوَل ِدهٖ َو َعَلى اْل َواِرِث ِم ْث ُل ٰذ ِل َك ۚ َف ِاْن َاَراَدا ِفَص ااًل َعْن َتَراٍض ِّم ْنُه َم ا َو َتَش اُوٍر َفاَل
ِا ِض ِه ِا
ُج َن اَح َعَلْي َم اۗ َو ْن َاَرْدْمُّت َاْن َتْس َتْر ُعْٓو ا َاْواَل َدُك ْم َفاَل ُج َن اَح َعَلْيُك ْم َذا َس َّلْم ُتْم َّم ٓا ٰاَتْيُتْم
ِص ّٰل ّٰل ِب
اْلَم ْع ُرْو َواَّتُقوا ال َه َواْع َلُم ْٓو ا َاَّن ال َه َمِبا َتْع َم ُلْو َن َب ْيٌر
ِۗف
11
Terjemah Al-Qur’an Kemenag
6
Janganlah seorang ibu dibuat menderita karena anaknya dan jangan pula
ayahnya dibuat menderita karena anaknya. Ahli waris pun seperti itu pula.
Apabila keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun) berdasarkan
persetujuan dan musyawarah antara keduanya, tidak ada dosa atas
keduanya. Apabila kamu ingin menyusukan anakmu (kepada orang lain),
tidak ada dosa bagimu jika kamu memberikan pembayaran dengan cara
yang patut. Bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa
sesungguhnya Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.” (Al-Baqarah
[2]:233)12
ࣖ َو ُهَلَّن ِم ْثُل اَّلِذْي َعَلْيِه َّن ِباْلَم ْع ُرْو ِۖف َو ِللِّرَج اِل َعَلْيِه َّن َدَرَج ٌة ۗ َوالّٰل ُه َعِزْيٌز َح ِكْيٌم
Artinya: “Para istri yang diceraikan (wajib) menahan diri mereka
(menunggu) tiga kali qurū’ (suci atau haid). Tidak boleh bagi mereka
menyembunyikan apa yang diciptakan Allah dalam rahim mereka, jika
mereka beriman kepada Allah dan hari Akhir. Suami-suami mereka lebih
berhak untuk kembali kepada mereka dalam (masa) itu, jika mereka
menghendaki perbaikan. Mereka (para perempuan) mempunyai hak
seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang patut. Akan tetapi, para
suami mempunyai kelebihan atas mereka. Allah Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana.” (Al-Baqarah [2]:228)13
Ayat di atas menerangkan bahwa suami dan istri memiliki hak dan kewajiban
nafkah sedangkan kewajiban istri adalah taat pada suami sebagai timbal balik atas
bekerja di luar rumah sedangkan istri melaksanakan pekerjaan rumah tangga. Hal
ini sudah umum diterapkan karena perempuan dianggap lebih produktif bekerja di
dalam rumah dan lebih sesuai dengan fitrah mereka. Karena sudah menjadi
istri hingga muncul istilah “sumur, dapur, kasur” yang disematkan kepada
7
berkenan mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Bahkan hal-hal unik seperti istri
tidak mau memasak kerap dijadikan alasan suami menggugat cerai istrinya. 15
Seperti yang terjadi pada mantan anggota DPRD kota Pasuruan yang bercerai
hukum bagi seorang istri mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Dalam penelitian
ini penulis menitikberatkan pembahasan pada dua mazhab, yakni mazhab Shāfi’ī
wajib bagi istri dan mazhab Abū Ḥanīfah yang mengatakan hukumnya wajib
diyanatan. Kemudian pendapat mana yang paling relevan dalam konteks ke-
pekerjaan rumah tangga bagi seorang istri dalam Perspektif Mazhab Shāfi’ī dan
Abū Ḥanīfah”
B. Rumusan Masalah
2. Apa saja pekerjaan rumah tangga yang wajib dikerjakan seorang istri
Https://Www.Jurnalperempuan.Org/Wacana-Feminis/Perempuan-Dan-Belenggu-Peran-Kultural
(Diakses Pada 09 November 2023)
15
Jarkasih, “Jarang Masak, Istri Bisa Digugat Cerai” Dalam
Https://Poskota.Co.Id/2018/02/22/Jarang-Masak-Istri-Bisa-Digugat-Cerai. (Diakses Pada 09
November 2023).
16
Muhajir Arifin, Mantan Anggota DPRD Kota Pasuruan Digugat Cerai Gegara Mi Instan, Dalam
Https://News.Detik.Com/Berita-Jawa-Timur/D-5851602/Mantan-Anggota-Dprd-Kota-Pasuruan-
Digugat-Cerai-Gegara-Mi-Instan/Amp. (Diakses Pada 10 November 2023).
8
3. Mana pendapat yang paling relevan dalam konteks negara Indonesia?
C. Tujuan Penelitian
indonesia.
D. Manfaat Penelitian
hal. Sedangkan manfaat pragmatik yaitu hasil penelitian yang mempunyai nilai
manfaat bagi masyarakat luas. Manfaat teoritis dan manfaat praktis dari penelitian
1) Manfaat akademis
kontribusi dalam bidang fikih yang berkaitan dengan hak dan kewajiban
suami istri dalam rumah tangga, dapat dijadikan informasi yang berguna
2) Manfaat Pragmatik
9
Secara pragmatik, penelitian ini semoga dapat memberikan
kontribusi kepada:
keilmuan peneliti tidak hanya pada kajian fikih Mazhab Shāfi’ī, namun
E. Tinjauan Pustaka
menemukan penelitian atau penulisan yang sama yang mengkaji tentang “Hukum
Mazhab Shāfi’ī dan Abū Ḥanīfah”. Namun ada beberapa karya ilmiah yang
Dalam skripsi tersebut, penulis menjelaskan bahwa hak dan kewajiban suami istri
10
relevan bagi sebagian masyarakat Indonesia saat ini, sebagiannya lagi sangat
nafkah yang mutlak dibebankan kepada suami harusnya bisa diemban oleh
siapapun dengan berpedoman pada prinsip saling memberi dan kerjasama. Kedua:
kewajiban patuh bukan berarti harus melayani, tetapi lebih kepada relasi saling
membantu satu sama lain. Ketiga: tidak ada larangan keluar rumah bagi istri,
Kedua, skripsi yang berjudul “Hak dan Kewajiban Suami Istri Studi
studi hukum keluarga islam. Dalam skripsi tersebut, penulis meneliti dua hal.
Yang pertama: Konsep Pemikiran Sayyid Muhammad Alawī al-Malikī dan KH.
Husein Muhammad mengenai hak dan kewajiban suami istri. Kedua: persamaan
dan perbedaan serta relevansinya mengenai hak dan kewajiban suami Istri dengan
Ketiga, skripsi yang berjudul “Hak dan Kewajiban Suami Istri Studi
Pemikiran Muhammad Alī al-Shabunī dalam Kitab Tafsir Rawai’ al-Bayan” yang
Ushuluddin dan studi agama di universitas Islam negeri Raden intan lampung.
Dalam skripsi tersebut, penulis mengkaji tentang bagaimana hak dan kewajiban
11
suami istri yang tertera dalam al-Qur‟an dalam perspektif Tafsir Rawai‟ al-Bayan
Kewajiban Suami Istri Dalam Al-Qur’an” yang ditulis oleh Haris Hidayatulloh.
kewajiban suami dan hak istri menurut al-Qur’an, diantaranya yang pertama yaitu
dengan standar yang berlaku di suatu masyarakat, tidak minim dan tidak
sesuai dengan kebutuhan. Kedua, memberikan tempat tinggal atau rumah yang
layak bagi istri. Ketiga, seorang suami wajib memperlakukan dan bergaul dengan
istri dengan cara yang baik. Keempat, suami wajib memberikan mahar kepada
istrinya dengan sukarela disertai dengan cinta dan kasih sayang tanpa
mengharapkan imbalan.
Istri dalam Perspektif Mazhab Shāfi’ī dan Abū Ḥanīfah”. Meskipun terdapat
karya ilmiah lain yang membahas hak dan kewajiban suami istri dari sudut
pandang berbagai tokoh Islam, namun belum ada yang secara spesifik mengkaji
pekerjaan rumah tangga dari perspektif kedua mazhab tersebut. Oleh karena itu,
pengetahuan terkait pembahasan tersebut. Dan di dalam skripsi ini, penulis lebih
12
Mengerjakan Pekerjaan Rumah Tangga dalam perspektif Mazhab Shāfi’ī dan Abū
Ḥanīfah”.
F. Kerangka Teori
pembahasannya jelas dan tidak keluar dari topik pembahasan. Kerangka teori
sendiri merupakan suatu gambaran atau rencana yang berisi tentang penjelasan
dari semua hal yang dijadikan sebagai bahan penelitian yang berlandaskan pada
hasil dari penelitian tersebut.17 karena penulis mengangkat judul “Hukum Bagi
Shāfi’ī Dan Abū Ḥanīfah” maka kerangka teori yang dibutuhkan adalah;
mazhab.
5. Pekerjaan rumah tangga yang wajib dikerjakan istri menurut dua mazhab.
suami istri, kewajiban istri setelah menikah menurut Mazhab Shāfi’ī dan Abū
tangga menurut dua mazhab tersebut untuk mendapatkan jawaban dari rumusan
17
Qotrun A, “Pengertian Kerangka Teori: Contoh & Cara Membuatnya” Dalam
Https://Www.Gramedia.Com/Literasi/Kerangka-Teori/. Diakses Pada (09 November 2023).
13
pekerjaan rumah tangga dan apa saja pekerjaan rumah tangga yang wajib
G. Metode Penelitian
mengelolah data kepustakaan.18 baik dari al-qur’an, hadis, kitab turots, karya
ilmiah dan buku kepustakaan. Namun penulis lebih menekankan pada referensi
membandingkan satu variabel atau lebih untuk dicari titik kesamaan dan
Dalam hal ini, penulis meneliti pendapat Mazhab Shāfi’ī dan Abū Ḥanīfah
sebagai berikut:
14
b. Mencari sumber pendukung, baik dari ensiklopedia, kamus, buku, jurnal,
kelompok manusia, suatu objek, suatu kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun
suatu kilas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif adalah
membandingkan dua variabel atau lebih.21 Dimulai dari meneliti pendapat masing-
masing mengenai hak dan kewajiban antara suami istri. Setelah itu, menganalisa
isi dari perspektif Mazhab Shāfi’ī dan Abū Ḥanīfah tentang hukum mengerjakan
akhirnya.
J. Sumber Data
1. Data Primer, yaitu sumber yang memberikan teori tentang masalah yang
20
Lexy J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004), 131.
21
Surakhmad Winarno, Pengantar Penelitian Ilmiah, (Bandung: Tarsito, 1994), 143.
15
diteliti. Data ini diambil dari kitab fiqih Mazhab Shāfi’ī dan Mazhab Abu
Hadiqat al-Nadiyyat.
2. Data Sekunder, yaitu data yang yang memberikan penjelasan dari data
masalah yang diteliti, seperti Fiqh ‘ala al-Madzaahib al-Arba’ah, Fiqh al-
diteliti.
3. Data Tersier, yaitu data pelengkap yang memberikan penjelasan dari data
primer dan sekunder. Data ini diambil dari ensiklopedia, kamus, buku,
K. Sistematika Pembahasan
diantaranya:
B. Rumusan Masalah
16
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
E. Tinjauan Pustaka
F. Kerangka Teori
G. Metode Penelitian
J. Sumber Data
K. Sistematika pembahasan
BAB II : Landasan teori terkait hukum kewajiban suami istri dalam rumah
BAB III : Analisis pandangan hukum Mazhab Shāfi’ī dan Abū Ḥanīfah
diantaranya :
17
Imam Shāfi’ī
Abū Ḥanīfah
C. Relevansinya.
B. Saran.
Sulaiman bin Umar bin Mansur al-‘Ajili al-Azhari (w. 1204 H), Hāshiyat al-
18
Ahmad bin Muhammad bin Ali bin Ḥajar al-Haitamī, Tuhfah al-Muhtaj fi Sharh
Hal 332.
Muhammad bin Ahmad bin Abi Sahl al-Syarkhasi (w. 483 H), Al-Mabsuth Li al-
Ibnu Ḥajar al-Haitamī (w. 974 H), al-ifṣāḥ an aḥādīth al-nikāh, (Yordania: Dār
Ammār Ammān), Juz 1 hal 47. Hal. 159 Juz. 3 hadis ke-910.
Muhammad bin Ismāīl al-Amīr al-Yamanī al-Ṣan’ānī (w. 1182 H.), Subul al-
Abū Zakariā Muḥyīddīn Yahyā bin Sharaf al-Nawawī (w. 676 H), Riyāḍ al-
Ṣhāliḥīn, (Damaskus Beirut: Dār Ibn Kathīr, 1428 H/2007 M) Cet ke-1,
Abū ‘Abdillāh Muhammad bin Ismāīl al-Bukhārī al-Ju’fī, Ṣaḥīḥ al-Bukhārī, (Dār
al-Yamamah: Dār Ibnu kathīr, 1414 H/1993 M), Cet. Ke-5 Hal : 464,
Muhammad bin Ismāīl al-Amīr al-Yamanī al-Ṣān’ānī (w. 1182 H.), Subul al-
19
Al-Imām al-Hāfīz Muhammad bin Isā bin Saurah al-Sulamī al-Tirmidhī (W. 279
https://www.jurnalperempuan.org/wacana-feminis/perempuan-dan-
https://poskota.co.id/2018/02/22/jarang-masak-istri-bisa-digugat-cerai.
Al-Imām al-Hāfīz Muhammad bin Isā bin Saurah al-Sulamī al-Tirmidhī (W. 279
Muhammad bin Isā bin Saurah bin Musā bin al-Ḍahhāk al-Tirmidhī (W. 279 H),
November 2023).
20
Lexy J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja
BAB II
LANDASAN TEORI
Kata al-Haq (قjj ) الحberasal dari bahasa Arab dan merupakan bentuk
masdar dari kata يحق- حقyang secara etimologi mempunyai makna lawan dari
didalam kamus besar bahasa Indonesia hak mempunyai arti benar; milik;
yang dimaksud dalam masalah ini adalah pekerjaan yang memang biasa dilakukan
22
Fr.Louis Ma‟luf al- Yassu‟i, Fr. Bernard Tottel al-Yassu‟i, al-Munjîd Fî al-Lughah wa al-A’lam
(DarIal-Masyriq: Beirut Libanon, 2017), h. 144
21
dalam rumah tangga. Adapun jenis pekerjaan rumah tangga yang disebutkan oleh
a. Memasak.23
d. Mencuci.
BAB III
HANIFAH
Nama lengkap Imam Shāfi’i adalah Muhammad bin Idris bin Abbās bin
Uthman bin Shāfi’ bin Sha’ib bin ‘Ubaid bin Abd Yazīd bin Hāsyim bin Abdul
Muṭallib bin Abd Manāf bin Quṣay. 26 Nasab Imām Shāfi’i bertemu Rasulullah
pada kakeknya, yakni Abd Manāf bin Quṣay. Nasab ini sesuai dengan riwayat
yang masyhur. Penamaan mazhab Shāfi’ī itu dinisbatkan pada kakeknya yang
bernama Shāfi’.
meninggal di hari Jum’at pada penghujung akhir bulan Rajab tahun 204 H. Beliau
dimakamkan di pemakaman Qarafah. Saat usia dua tahun beiau diajak hijrah oleh
23
A. Dr. Wahbah bin Mustafa Al-Zuhaili, Al-Fiqh Al-Islami Wa Adillatuhu, (Damasqus: Dar Al-Fikri,
t,th), Cet. 4, J. 9, h. 6850.
24
Ibid.
25
Abdurrahman bin Muhammad Awad Al-Jaziri , Al-Fiqh ‘Ala al-Madzāhib al-‘Arba’ah, (Beirut: Dār
al-Kutub al-Ilmiyah, 2003), J. 4, h. 490.
26
Taj al-Din Abdul Wahhab bin Taqi al-Din al-Subki (w. 771 H), Tabaqāt Al-Shāfi'īyyah al-Kubrā,
(t.tp: Hajar, 1413H), cet. 2, j. 2, h. 71.
22
ibunya ke Makkah sampai usia remaja beliau menuntut ilmu disana. Pada usia
tujuh tahun beliau sudah hafal al-Qur’an setelah itu beliau melakukan rihlah
ilmiahnya ke Madinah guna berguru dengan Imām Mālik, dan hafal kitab
belajar keilmuan fikih kepada Syaikh Muslim bin Khālid al-Zanjiy dan belajar
hadis dari maha guru hadis kepada Sufyān bin ‘Uyainah, genap lima belas tahun
27
Al-Sayyid Bakrie bin al-Sayyid Muhammad Syaṭā, “Hashiyah I’ānah al-Thālibīn”, (Jakarta: Dār al-
Kutub al-Islāmiyyah, 2009), 33.
23