Anda di halaman 1dari 29

10

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian dan Hukum Walimatul Ur’s

1. Pengertian Walimatul Ur’s

ْ artinya Al-Jam’u= kumpul, sebab antara suami dan


Walimah (ُ‫)ال َولِ ْي َمة‬

isteri berkumpul, bahkan sanak saudara, kerabat, dan tetangga.

ْ berasal dari kata Arab: ‫ ال!! َولِ ْي َم‬artinya makanan


Walimah (ُ‫)ال َولِ ْي َم!! ة‬

pengantin, maksudnya adalah makanan yang disediakan khusus dalam

acara pesta perkawinan. Bisa juga diartikan makanan untuk tamu

undangan atau lainnya.1

Walimah dapat diadakan ketika acara akad nikah berlangsung, atau

sesudahnya, atau ketika hari perkawinan (mencampuri isterinya) atau

sesudahnya. Hal ini leluasa tergantung kepada adat dan kebiasaan. Dalam

riwayat Bukhari disebutkan bahwa Rasulullah SAW mengundang orang-

orang untuk Walimahan sesudah beliau bercampur dengan Zainab.2

Walimah adalah pesta perkawinan. Hal ini diperintahkan oleh agama,

dalam arti tidak cukup hanya pelaksanaan akad nikah saja, yaitu dengan

ijab qabul pernikahan. Hal ini dipahami dari sabda Nabi SAW yang

diriwayatkan oleh Anas Ibn Malik menurut penukilan yang Muttafaq

alaih:

1
Tihami, dan Sohari Sahrani, 2009, Fikih Munakahat: Kajian Fikih Nikah Lengkap,
(Jakarta: PT.Rajagrafindo Persada), h. 131
2
Sayyid Sabiq, 1990, Fikih Sunnah; alih bahasa oleh Moh. Thalib, (Bandung: Al-
Ma’arif), h. 167

10

8
11

‫ف أََث َر‬ ٍ ‫ رأي عب ِد ال رَّمْح ِن ب ِن ع و‬: ‫عن أنس بن مال ك ر ِض ي اهلل علَي ِه وس لَم‬
َْ ْ َ َْ َ َ َ َْ ُ َ َ
‫امرا ًة َعلَى َو ْز ِن َن َو ِاة ِم ْن‬
َ ‫ت‬
ِ
ُ ‫ يَا َريُ ْو ُل اهلل إِىِّن جَتَ َز ْوج‬:‫ َم ا َه َذا؟" قَ َال‬: ‫ص ْفَر ٍة َف َق َال‬
َ
(‫ك أ َْو ْ َولَ ْو يِ َش ٍاةز )رواه البخارى و مسلم‬ ‫مِل‬
َ َ‫ بَ َار َك اهللُ ل‬: ‫ َف َق َال‬. ‫ذَ َه ِب‬
Artinya: “Anas bin Malik ra. Menceritakan bahwa Nabi SAW melihat
bekas kunung pada kain Abdur Rahman bin Auf, maka beliau
bertanya: apa ini? Jawabnya: sesungguhnya saya dengan mas
kawinnya sebesar biji korma emas, jawab Rasulullah: semoga
Allah memberkatinya bagi engkau dan adakah kendurinya walau
dengan seekor kambing?” (H.R.Bukhari dan Muslim)

Kata Walimatul Urs memiliki makna secara umum mengumpulkan

atau berkumpul, sedang menurut istilah adalah membuat jamuan khusus

yang disediakan bagi pernikahan atau dapat sebagai perhelatan atau acara

kenduri sebagai suatu bentuk rasa syukur atas tercapainya suatu hajat.

Dalam istilah yang umum dimasyarakat Walimatul Urs’s diartikan

sebagai kenduri atau rasa syukur. Syukuran dalam artian tercapainya suatu

hajat atau maksud yang baik seperti pernikahan. Tujuan dari adanya

kegiatan Walimatul Ur’s ini akan membuat masyarakat mengetahui bahwa

yang bersangkutan telah sah menjadi pasangan suami isteri.3

Berbicara mengenai Walimatul Ur’s sangat identik dengan namanya

pernikahan. Karena kegiatan Walimatul Ur’s itu sangat erat kaitannya

dengan pernikahan atau Walimatul Ur’s atau resepsi upacara pernikahan.

Upacara pernikahan adalah kegiatan yang didalamnya terdapat syarat-

syarat sahnya pernikahan, acara tersebut adalah akad nikah. Akad nikah ini

3
Sayyid Sabiq, 2008, Fiqih Sunnah III, Seluk Beluk Perkawinan Dalam Islam, (Jakarta:
Cakrawala Publishing), h. 91
12

dikatakan sah apabila memenuhi persyaratan-persyaratan seperti calon

suami, calon isteri, wali, ijab kabul, mahar dan saksi.

Setelah suami isteri terbentuk hendaklah diadakannya Walimatul Ur’s.

Dengan tujuan untuk mengembirakan pasangan pengantin yang baru

terbentuk, selain itu juga untuk memberitahukan kepada khalayak luas

bahwa yang bersangkutan sudah resmi menjadi sepasang suami isteri.

Dalam hal mengadakan Walimatul Ur’s ini tidak ada aturan mengenai

waktu untuk mengadakannya. Makanan yang harus dihidangkan, yang

terpenting adalah bagaimana membina dan menjalankan rumah tangga

yang baru saja dibangun. Soal waktu untuk mengadakan Walimatul Ur’s

ini bisa dilakukan kapan saja. Boleh dilakukan setelah selesai akad nikah,

boleh juga dilakukan tidak lama setelah akad atau juga boleh dilakukan

setelah serumah.

Begitu juga dengan apa yang hendak disajikan dalam Walimatul Ur’s

tidak ada paksaan. Boleh dengan menyembelih kambing atau sejenis

dengan itu, boleh juga dengan menghidangkan roti, boleh juga dengan

menghidangkan buah-buahan sajian atau hidangan dalam Walimatul Ur’s

ini tergantung kepada kemampuan orang yang mengadakannya artinya

boleh mengadakan Walimah dengan hidangan sesuai kemampuan.

Konsep Walimatul Ur’s dalam hukum Islam berarti membicarakan

bagaimana konsep Walimatul Ur’s yang sesuai dengan hukum Islam.

Konsep Walimatul Ur’s juga dapat diartikan sebagai aturan yang benar
13

dalam mengadakan Walimatul Ur’s menurut ajaran dan tuntunan syaria’at

hukum Islam melalui ajaran Rasulullah SAW.

Dalam Islam konsep Walimatul Ur’s yang benar adalah dengan

mengacu pada aturan-aturan dan tata cara seperti yang dicontohkan oleh

Rasulullah SAW. Ketika beliau menikah, menikahkan putrinya maupun

ketika beliau menikahkan sahabat-sahabatnya. Diantara konsep-konsep

Walimatul Ur’s yang telah dibuat oleh Rasulullah SAW adalah dengan

tidak mencampurkan antara undangan pria dengan undangan wanita. Hal

ini dimaksudkan agar tidak terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan atau

pergaulan bebas antara seorang pria atau lebih dengan seorang wanita atau

lebih untuk menghindarkan timbulnya fitnah dan godaan syetan.

Konsep selanjutnya adalah mengadakan Walimatul Ur’s sesuai

kemampuan yang dimiliki baik kemampuan finansial maupun kemampuan

diri. Jangan sampai mengadakan Walimatul Ur’s ini terjadi penumpukan

hutang dimana-mana.

Konsep yang selanjutnya adalah hendaknya dalam mengadakan

Walimatul Ur’s mengundang orang-orang yang shalih atau orang-orang

baik agama dan tingkah lakunya agar Walimatul Ur’s yang diadakan tidak

menjadi Walimatul Ur’s yang mengandung maksiat.

Dari konsep diatas banyak diantaranya yang sudah ditinggalkan pada

masa sekarang ini. Orang-orng pada masa sekarang lebih senag jika

mengadakan Walimatul Ur’s dengan hal-hal yang berlebihan dan mubazir.


14

2. Hukum Walimatul Ur’s

Islam telah mensyari’atkan kepada kita semua untuk mengumumkan

sebuah pernikahan. Hal itu bertujuan untuk membedakan dengan

pernikahan rahasia yang dilarang keberadaannya oleh Islam. Selain itu

pengumuman tersebut juga bertujuan untuk menampakkan kebahagiaan

terhadap sesuatu yang dihalalkan oleh Allah SWT kepada seorang

mukmin, sebab dalam pernikahan dorongan nafsu birahi menjadi halal

hukumnya. Dan dalam ikatan itu juga, akan bertepis semua prasangka

negatif dari pihak lain. Tidak ada yang curiga, seseorang laki-laki berjalan

berduaan dengan seorang wanita. Hal yang mungkin terjadi jika tidak

diikat dengan tali pernikahan adalah bisa menyebabkan fitnah yang sangat

besar. Itulah sebabnya Allah SWT memerintahkan kepada umat Islam

untuk menyiarkan akad nikah atau mengadakan suatu walimah, Bahkan

Rasulullah SAW juga berwasiat kepada umatnya untuk mengumumkan

acara Walimatul Ur’s pada khalayak ramai.4

At-Tirmidzi telah meriwayatkan sabda Rasulullah SAW sebagai

berikut:

‫َحَب ْرنَا ِعْي َس ى بْ ُن َمْي ُم ْو َن‬ ِ


ْ ‫ أ‬، ‫ َح َّدثَنَا يَِزيْ ُد بْ ُن َه ُار ْو َن‬، ‫َح َّدثَنَا أَمْح َ ُد بْ ُن َمنْي ِع‬
ِ ِ ِ ُّ ‫ص ا ِر‬
ُ‫ص لَى اهلل‬ َ ‫ال َر ُس ْو ُل اهلل‬ َ َ‫ ق‬: ‫ت‬ْ َ‫ َع ْن َعائ َش ةَ قَال‬، ‫ي َع ِن الْ َقاس ِم بْ ِن حُمَ َّمد‬ َ ْ‫األَن‬
ْ ‫اج ِد َو‬
‫اض ِربُ ْوا َعلَْي ِه‬ ِ ‫ أَعلِن وا ه َذا النِّ َك اح واجعلُ واه يِف الْمس‬: ‫علَي ِه وس لَّم‬
َ َ ْ ُ ْ َْ َ َ َ ْ ُْ َ َ َ َْ
ِ ‫الد ُفو‬ ِ
(‫ )رواه الرتمذى‬. ‫ف‬ ْ ُّ ‫ب‬

4
Muhammad Ali Ash-Shabuni, 2001, Az-Zawaajul Islamil Mubakkir: Sa’aadah Terj.
Iklilah Muzayyanah Djunaedi, ”Hadiah Untuk Pengantin”, (Jakarta: Mustaqim), h. 302
15

Artinya:“Ahmad bin Mani’ telah menceritakan kepada kami, Yazid bin


Harun telah menceritakan kepada kami, Isa bin Maimun al-
Anshori telah menkhabarkan dari Qasim bin Muhammad, dari
Aisyah Berkata: Rasulullah SAW bersabda: umumkanlah
pernikahan ini, rayakanlah didalam masjid, dan pukullah alat
muusik rebana untuk memeriahkan (acara)nya.” (H.R. At-
Tirmidzi)

Walimatul Ur’s merupakan mata rantai dalam pembahasan nikah juga

mempunyai aspek-aspek hukum dalam pelaksanaannya. Sudah menjadi

kebiasaan Fiqh (yang terkadang juga dipahami sebagai hukum Islam)

mengenal istilah ikhtilaf dalam penetapan hukum. Ikhtilaf sudah sering

terjadi dikalangan ulama’ Fiqh dalam penetapan hukum suatu masalah

yang menurut mereka perlu disikapi. 5 Sikap peduli ulama dalam

pemaknaan dan pemahaman ayat-ayat Al-Qur’an maupun hadits-hadits

Rasul dijadikannya sebagai dalil untuk menentukan hukum yang pantas

bagi pelaksanaan Walimatul Ur’s.

Pandangan mereka terhadap dalil-dalil yang menerangkan tentang

walimah jelas berbeda, sesuai dengan disiplin ilmu yang mereka kuasai

dalam memahami sumber hukum Islam sebagai pemaknaan sosial. Hukum

yang dilegalisasikan oleh para ulama ada beberapa macam, diantaranya

hukum wajib dalam mengadakan suatu Walimatul Ur’s bagi orang yang

melangsungkan pernikahan. Wajibnya melaksanakan Walimatul Ur’s

adalah pendapat Ibnu Hazm dalam kitabnya al-Muhalla.

Pendapat ini disandarkan pada hadits Nabi SAW:

5
Romli, 1999, Muqarana Mdzaib fil Ushul, (Jakarta: Gaya Media Pratama), h. 2
16

‫َن َر ُس ْو ُل اهلل‬َّ ‫ أ‬: ‫س‬ٍ َ‫ َع ْن أَن‬، ‫ت‬ ٍ ِ‫ح َّد َثنَا ُقَتيب ةٌ ح َّد َثنَا مَحَّاد بن َزي ٍد عن ثَ اب‬
َْ ْ ُْ ُ َ َْ َ
َ ‫ َف َق‬. ‫ص ْفَر ٍة‬ ٍ ِ ِ
‫ال‬ ُ ‫ص لَى اهللُ َعلَْي ه َو َس لَّ َم َرأْى َعلَى َعْب د ال رَّمْح َ ِن بْ ِن َع ْوف أَثَ َؤ‬
َ
ُ‫ َب َر َك اهلل‬: ‫ال‬َ ‫ َف َق‬. ‫ب‬ٍ ‫ت ْامراةً َعلَى و ْز ِن َنو ٍاة ِم ْن ذَ َه‬ ِ َ ‫اه َذا ؟ َف َق‬
َ َ َ ُ ‫ إيِّنْ َتَز َّو ْج‬: ‫ال‬ َ ‫َم‬
(‫ )رواه الرتمذي‬. ‫ أ َْومِلْ َولَ ْو بِ َش ٍاة‬. ‫ك‬ َ َ‫ل‬
Artinya:“Qutaibah menceritakan pada kami, Hammad bin Zaid bin Tsabit
menceritakan dari Anas; sesungguhnya Rasulullah SAW telah
melihat pada Abdurrahman bin auf bekas kekuning-kuningan,
lalu beliau bertanya: apa ini? Berkata Abdurrahman bin Auf:
sesungguhnya saya telah kawin dengan wanita dengan
maskawin seberat biji kurma dari emas, lalu Rasulullah
bersabda: Semoga Allah memberkatimu, adakanlah walimah
meskipun hanya seekor kambing” (H.R. At-Tirmidzi)

Dalam hadits tersebut, Ibnu Hazm menjadikan lafazh ‫أَوْ لِ ْم َولَوْ بِ َشا ٍة‬

sebagai dalil keharusan mengadakan sebuah Walimatul Ur’s.6 Menurut

beliau Fi’il Amar dalam hadits tersebut mengandung perintah wajib.

Hukum Walimatul Ur’s menurut paham jumhur ulama adalah sunnah.

Hal ini dipahami dari sabda Nabi yang berasal dari Anas Ibn Malik

menurut penukilan dari Muttafaq Alaih.

‫ف أََث َر‬ ٍ ‫ رأي عب ِد ال رَّمْح ِن ب ِن ع و‬: ‫عن أنس بن مال ك ر ِض ي اهلل علَي ِه وس لَم‬
َْ ْ َ َْ َ َ َ َْ ُ َ َ
‫امرا ًة َعلَى َو ْز ِن َن َو ِاة ِم ْن‬
َ ‫ت‬
ِ
ُ ‫ يَا َريُ ْو ُل اهلل إِىِّن جَتَ َز ْوج‬:‫ َم ا َه َذا؟" قَ َال‬: ‫ص ْفَر ٍة َف َق َال‬
َ
(‫ك أ َْومِلْ َولَ ْو يِ َش ٍاةز )رواه البخارى و مسلم‬ َ َ‫ بَ َار َك اهللُ ل‬: ‫ َف َق َال‬. ‫ذَ َه ِب‬
Artinya: “Anas bin Malik ra. Menceritakan bahwa Nabi SAW melihat
bekas kuning pada kain Abdur Rahman bin Auf, maka beliau
bertanya: apa ini? Jawabnya: sesungguhnya saya dengan mas
kawinnya sebesar biji korma emas, jawab Rasulullah: semoga
Allah memberkatinya bagi engkau dan adakah kendurinya
walau dengan seekor kambing?” (H.R.Bukhari dan Muslim)

6
Ibnu Hazm, t.th., Al-Mahalla Juz VII, (Beirut: Dar al-Fikr), h. 450
17

Perintah Nabi untuk mengadakan Walimatul Ur’s dalam hadits diatas

tidak mengandung arti wajib, tetapi hanya sunnah menurut jumhur ulama’

karena yang demikian hanya merupakan tradisi yang hidup melanjutkan

tradisi yang berlaku dikalangan arab sebelum Islam datang. Pelaksanaan

Walimatul Ur’s masa lalu itu diakui Rasulullah SAW untuk dilanjutkan

dengan sedikit perubahan yang dengan menyesuaikan dengan tuntunan

Islam.7

Selanjutnya dalam hadits lain dijelaskan :

‫صلَى اهللُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم َعلَى اِ ْم َرأَ ِم ْن نِ َس ائِ ِه َما‬ ِ


َ ‫ َما اَْومَلْ َر ُس ْو ُل اللّه‬: ‫س‬ ٌ َ‫قَ َال اَن‬
.‫َّاس فَطْ َع َه ُم ُخْب ًزا َوحَلْ ًم ا َحىَّت َش يِعُوا‬ ُ ‫ب َو َج َع َل يُْبثُىِن فَ ْادعُ ْوا لَ هُ الن‬
َ َ‫ْاومَلَ َعلَى َز ْين‬
8
(‫)احلديث‬
Artinya: “Anas ra. berkata, “Rasulullah SAW tidak pernah mengadakan
walimah untuk isteri-isterinya, seperti walimah pada Zainab.
Beliau menyuruhku agar aku mengundang orang-orang,
kemudian beliau menyajikan makanan berupa roti dan daging
hingga mereka kenyang semuanya.”

‫) رواه‬. ِ‫ض نِ َس ائِِه مِب ُ دَّيْ ِن ِم ْن َش عِرْي‬


ِ ‫ص لَّى َعلَْي ِه َو َس لَّ َم أ َْومَلْ َعلَى َب ْع‬
َ ُ‫أَنَّه‬
(‫البخاري‬
Artinya: “Rasulullah SAW mengadakan walimah untuk sebagian isterinya
dengan dua mud gandum.” (H.R. Bukhari)

Beberapa hadits diatas menunjukkan bahwa Walimah itu boleh

diadakan dengan makan apa saja, sesuai kemampuan. Hal itu ditunjukkan

oleh Nabi SAW bahwa perbedaan-perbedaan walimah beliau bukan

7
Amir Syarifuddin, 2006, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia Antara Fiqh
Munakahat Dan Undang-Undang Perkawinan, (Jakarta: Kencana), h.156
8
Tihami, dan Sohari Sahrani, op.cit., h. 133
18

membedakan atau melebihkan salah satu dari yang lain, tetapi semat-mata

disesuaikan dengan keadaan ketika sulit atau lapang.

Ulama berbeda pendapat dengan jumhur ulama adalah Zahiriyah yang

mengatakan bahwa diwajibkan atas setiap orang yang melangsungkan

perkawinan untuk mengadakan Walimatul Ur’s, baik secara kecil-kecilan

maupun secara besar-besaran sesuai dengan keadaan ekonominya yang

mendakan perkawinan.

Walimatul Ur’s ini oleh beberapa ulama dikatakan wajib hukumnya,

sedangkan oleh beberapa yang lain mengatakan bahwa Walimatul Ur’s

adalah Sunnah saja. Akan tetapi, secara mendalam sesungguhnya

Walimatul Ur’s memiliki arti yang sangat penting. Ia masih erat

hubungannya dengan masalah persaksian, sebagaimana persaksian

Walimatul Ur’s ini sebenarnya juga berperan sebagai upaya untuk

menghindarkan diri dari berbagai prasangka yang salah tentang hubungan

kedua insan yang sesungguhnya telah diikat oleh tali Allah SWT berupa

pernikahan. Mengingat pentingnya Walimatul Ur’s, seperti itu maka

diadakan Walimatul Ur’s yaitu setelah akad dilangsungkan perkawinan

suatu perayaan yang tujuan utamanya adalah untuk memberitahukan

kepada sanak kerabat dan tetangganya.

Apabila Walimatul Ur’s dalam pesta perkawinan hanya mengundang

orang-orang kaya saja, maka hukumnya adalah makruh. Sebagaimana

hadits Rasulullah SAW sebagai berikut:9

9
Ibtida’in Hamzah, 2002, Fathul Majid, Syaik Abdurrahman Hasan Alu Syaikh, (Jakarta:
Pustaka Azzam), h. 551
19

‫ طَ َع ِام الْ َو ْلي َم ِة مُيَْنعُ َه ا َم ْن يَأْهِتَا‬: ‫اهلل َعلَْي ِه َو َس لَم قَ اَ َل‬


ِ ‫عن أَيِب هري ر َة أ ََّن رس و ُل‬
ْ ُ َ َ ْ َُ ْ ْ َ
ِ ‫هِب‬ ِ
‫ )رواه البخاري‬.ُ‫ص ى اهلل َو َر ُس ْولَه‬ َ ‫ب َد ْع َوا َة َف َق ْد َع‬ ْ ‫َويُ ْد َعى إلَْي َها َم ْن يَأْ َا َو َم ْن لَ ْميُج‬
(‫ومسلم‬
Artinya: “Dari Abu Hurairah ra. Bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda:
makanan yang paling jelek adalah pesta perkawinan yang tidak
mengundang orang kaya yang datang kepadanya (miskin), tetapi
mengundang orang yang enggan datang kepadanya (kaya).
Barang siapa tidak memperkenankan undangan, maka
sesungguhnya durhaka kepada Allah dan Rasul-Nya.” (H.R.
Bukhari dan Muslim)

Hadits tersebut diatas menunjukkan bahwa Walimatul Ur’s itu boleh

diadakan dengan makan apa saja sesuai dengan kemampuan. Hal ini

ditunjukkan oleh Nabi SAW bahwa perbedaan-perbedaan dalam

mengadakan Walimatul Ur’s bukan membedakan atau melebihkan salah

satu dari yang lain, tetapi semata-mata disesuaikan dengan keadaan ketika

sulit atau lapang.

Dalam Walimatul Ur’s kedua belah pihak yang berhajat juga

dianjurkan untuk memperhatikan nasib si miskin, karena pada dasarnya

Islam Tidak membolehkan adanya pengabaian atas kehidupan orang

miskin. Kebahagian yang ada dalam Walimatul Ur’s nikah akan dipandang

sia-sia seandainya pihak yang berhajat dalam upacara tersebut

mengabaikan orang miskin.

Islam juga membolehkan bagi kedua belah pihak untuk memeriahkan

perkawinannya dengan mengadakan hiburan, namun tetap dalam kondisi

yang wajar dan seseuai dengan tuntutan syari’at Islam. Hiburan yang

menonjolkan syahwat atau dapat merangsang hasrat seksual seseorang


20

tidak diperbolehkan. Begitu juga dengan ketentuan lain yang berkenaan

dengan konsepsi tersebut harus selalu diperhatikan dalam acara walimah,

seperti tidak dibolehkan bercampur antara laki-laki dan perempuan disuatu

tempat, atau larangan yang berkenaan dengan penampakan aurat.

Diantara walimah dalam pesta perkawinan mempunyai beberapa

keuntungan (hikmah) antara lain sebagai berikut:

a. Merupakan rasa syukur kepada Allah SWT

b. Tanda penyerahan anak gadis kepada suami dari kedua orang tuanya

c. Sebagai tanda resminya adanya akad

d. Sebagai tanda memulai hidup baru bagi suami isteri

e. Sebagai realisasi arti sosiologis dari akad nikah

Hikmah dari seluruhnya mengadakan Walimatul Ur’s ini adalah

dalam rangka mengumumkan kepada khalayak bahwa akad nikah sudah

terjadi sehingga semua pihak mengetahuinya. Ulama Malikiyah dalam

tujuan untuk memberitahukan terjadinya perkawinan itu lebih

mengutamakan Walimatul Ur’s dari menghadirkan saksi dalam akad

perkawinan.

Adab Walimatul Ur’s nikah adalah sebagai berikut:

a. Pengantin (wanita dan tamu undangannya tidak diperkenankan untuk

tabarruj. Memamerkan perhiasan dan berdandan berlebihan, cukup

sekedarnya saja yang penting rapi dan bersih dan harus menutup

aurat.10

10
Amir Syarifuddin, 2006, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia antara Fiqh
Munakahat dan Undang-undang Perkawinan, (Jakarta: Kencana Pranada Group), h. 157
21

b. Tidak adanya ikhtilat (campur baur) antara laki-laki dan perempuan.

Hendaknya tempat untuk tamu undangan dipisahkan antara laki-laki

dan perempuan. Hal ini dimaksudakn agar pandangan terpelihara,

mengingat ketika menghadiri pesta semacam ini biasanya tamu

undangan berdandan berbeda dan tidak jarang pula yang melebihi

pengantinnya.

c. Disunnahkan untuk mengundang orang miskin dan anak yatim bukan

hanya orang kaya saja.

d. Tidak berlebih-lebihan dalam mengeluarkan harta juga makanan,

sehingga terhindar dari mubazzir.

e. Boleh mengadakan hiburan berupa nasyid dari reana dan tidak

merusak akidah umat Islam.

f. Mendo’akan kedua mempelai

g. Menghindari berjabat tangan yang bukan muhrimnya, telah menjadi

kebiasaan dalam masyarakat bahwa tamu menjabat tangan mempelai

wanita, begitu pula sebaliknya.

h. Menghindari syirik dan khufarat

Oleh karena itu Walimatul Ur’s merupakan ibadah, maka harus

dihindari perbuatan-perbuatan yang mengarah pada syirik dan khufarat.

Dalam masyarakat kita, terdapat banyak kebiasaan dan adat istiadat yang

dilandasi oleh kepercayaan selain Allah SWT seperti percaya kepada

dukun, memasang sesajen, dan lain-lain. Dalam salah stu hadits Nabi

memperjelas berikut ini:11


11
Tihami, 2002, Fikih Munakahat, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada), h. 160
22

(‫) رواه أبو داود‬. ‫ول َف َق ْد َك َفَرمِبَا َعلَى حُمَ َّم ٍد‬
ُ ‫َة ْن أتَى َك َاه ًن فَ َص ًدقَهُ مبا َي ُق‬
Artinya: “Barang siapa yang mendatangi para peramal atau dukun dan
percaya kepada ucapannya maka ia telah mengkufuri apa yang
telah diturunkan Allah Kepada Muhammad SAW.” (H.R. Abu
Daud)

Lebih lanjut ulama Zahiriyah yang mewajibkan mengadakan walimah

menegaskan kewajiban undangan Walimatul Ur’s itu dengan ucapan

bahwa seandainya yang diundang itu sedang tidak berpuasa dia wajib

makan dalam Walimatul Ur’s ditempat Walimatul Ur’s tersebut.

Adapun hukum mendatangi undangan selain menurut jumhur ulama

adalah sunnah muakad. Sebagian golongan Syafi’i yang berpendapat

wajib, akan tetapi Ibnu Hazm menyangkal bahwa pendapat ini dari jumhur

sahabat dan thabi’in, karena hadits-hadits diatas memberikan pengertian

tentang wajibnya menghadiri undangan, baik undangan maupun walinya.

Secara rinci undangan itu wajib didatangi apabila memenuhi syarat

sebagai berikut:

a. Pengundangannya mukallaf, merdeka, dan berakal sehat

b. Undangannya tidak dikhususkan kepada orang-orang kaya saja, orang

miskin juga diundang.

c. Undangan tidak hanya ditujukan kepada orang yang disegani dan

orang yang dihormati saja

d. Orang yang mengundang memperlakukan orang setara dan sejajar

e. Orang yang mengundang harus orang Islam

f. Mengunjungi orang yang pertama (andaikan Walimatul Ur’s diadakan


23

beberapa hari)

g. Belum didahului oleh undangan lain, kalau ada undangan lain maka

yang pertama yang didahulukan

h. Dalam Walimatul Ur’s itu tidak ada perbuatan munkar, seperti minum-

minuman keras

i. Yang diundang tidak ada uzur syar’i

B. Pengertian Karangan Bunga dan Sejarah Singkat Pemberian Karangan

Bunga

1. Pengertian Karangan Bunga

Karangan bunga dalam istilah Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)

yaitu karangan bunga memiliki 1 arti. Karangan bunga berasal dari kata

dasar karangan. Arti: Karangan bunga berarti berbagai macam bunga yang

disusun dan diatur menjadi suatu bentuk yang elok, tanda ucapan selamat,

untuk hiasan atau tanda turut berdukacita.12

Meski sudah tidak jarang melihatnya, namun mungkin tidak sedikit

yang belum tahu makna dari bunga papan yang sekitar ini tidak jarang

difungsikan sebagai media untuk mengucapkan pesan-pesan khusus. Pada

lazimnya karangan bunga ini memiliki format segi empat. Ukuran standar

yang sangat sering dipakai ialah 21,25, 21,5, 21,8 dan 22 meter. Selain

tersebut ada pula yang menggunakan ukuran lebih banyak lagi dan

didesain secara khusus cocok pesanan pembeli. Jika memakai desain

khusus, format paling umum yang dipakai ialah bundar atau oval.

12
Departemen Pendidikan Nasional, 2008, KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia),
(Jakarta: Gramedia), h. 624
24

Bunga model papan berukuran besar tersebut seringkali dipesan serta

diserahkan kepada orang-orang tertentu laksana bos perusahaan besar,

figur masyarakat dan sebagainya. Selain tersebut juga guna lembaga atau

perusahaan besar yang sedang melangsungkan suatu acara.

Karangan bunga berbentuk papan memang selalu diciptakan dalam

ukuran lebih banyak dibanding jenis karangan bunga lainnya. Karena itu

perlu material beda untuk menciptakan serta menyusun bunga tersebut.

Material yang digunakan antara lain ialah bambu guna rangka atau

konstruksi dan steroform yang bermanfaat sebagai media penyusunan

bunga. Selain tersebut masih dibutuhkan lagi spon, suyok atau media beda

guna menciptakan tulisan pesan dan sejumlah jenis bunga. Adapun jenis

bunga yang sangat sering dipilih diantaranya yakni bunga anggrek, aster,

gerbera, krisan dan lainnya. Tidak jarang masih ditambahkan lagi dengan

daun andong atau daun pakis supaya tampilannya dapat terlihat makin

estetis dan cantik.

Ucapan selamat pendahuluan kantor baru pada perusahaan, wisuda,

perayaan valentin, gelaran sebuah acara skala besar dan lainnya pun sering

dikatakan melalui susunan bunga dalam format papan dengan sekian

banyak ukuran dan desain. Meski sudah ada standarnya, ukuran ini dapat

disesuaikan dengan kemauan pemesan. Selain tersebut ada susunan bunga

yang juga diciptakan dalam format papan dengan destinasi memberi pesan

rasa duka cita pada orang yang meninggal. Namun secara etika, perkataan

duka cita jangan disisipkan dengan kalimat-kalimat bernada promosi.


25

Biasanya yang ditulis dalam bunga duka cita ini ialah ikut berbela

sungkawa dan nama pihak atau orang yang memberi pesan. Meski pada

umumnya diciptakan dalam ukuran lebih besar, namun desain bunga untuk

perkataan duka cita diciptakan dalam format sederhana. Bunganya pun

dipilih dari jenis yang acapkali dirasakan sebagai simbol duka cita laksana

aster atau anggrek.

Adapun bunga berbentuk papan yang digunakan untuk memberi

perkataan pernikahan juga diciptakan dalam ukuran besar. Tetapi cocok

dengan temanya, tentu desainnya diciptakan secara eksklusif dan

mempunyai tampilan yang dapat menghadirkan kesan atau nuansa

kegembiraan hati.

2. Sejarah Singkat Pemberian Karangan Bunga Pada Walimah

Ilmu pengetahuan sejarah tentang seni merangkai bunga menjadi

penting jika kita ini memahami lebih mendalam tentang gaya-gaya

merangkai bunga yang ada. Hal ini juga diperlukan jika seorang desainer

ingin membuat rangkaian yang menggambarkan jangka waktu tertentu

atau gaya desain sesuai dengan kesan zaman yang akan ditampilkan.

Contohnya gaya yang memberikan kesan abad pertengahan hingga tren

yang sedang ramai digunakan sekarang.

Karangan bunga biasanya terlihat saat ada upacara pernikahan, ulang

tahun, peresmian suatu tempat, ungkapan dukacita dan lainnya. Ada

ungkapan yang ingin disampaikan dari ‘bahasa’ bunga dalam karangan

tersebut.
26

Karangan bunga masuk dalam bagian seni merangkai bunga yang

disusun dalam berbagai bentuk kreatif. Rangkaian bunga menjadi

simbolisme tertentu, bergantung pada pemilihan jenis bunga. Dalam

budaya di beberapa negara Asia dan Timur Tengah, menganggap bunga

tertentu sebagai hal suci dan berhubungan dengan spiritual. Sementara di

era Victoria, bunga memili arti khusus. Seperti bunga Chamomile sebagai

ungkapan ‘kesabaran’ dari kekasih pada pasangannya.

Sebuah studi tentang desain bunga mengungkapkan bahwa dua

konsep gaya yang berbeda dari desain bunga dikembangkan, yaitu gaya

barat (occidental style) dan gaya timur (oriental style). Rangkaian bunga

gaya barat yang pertama berkembang di Mesir dan dikembangkan lebih

lanjut oleh orang Eropa. Sedangkan gaya oriental atau gaya timur dimulai

di Cina dan kemudian dikembangkan oleh orang Jepang.13

a. Mesir Kuno

Seni merangkai bunga ini berasal dari Mesir sejak 2500 SM.

Rangkaian dekorasi menggunakan bunga ini juga terlihat pada relief

mumi yang melambangkan kereligiusan dan juga kesucian. Tidak

hanya itu, terlihat pula artefak yang ditemukan oleh arkeolog dengan

rangkaian bunga yang berada di dalam vas.

Tetapi, orang Mesir bukanlah satu-satunya yang merangkai bunga.

Sejarah pun mengatakan bahwa Cina juga turut membuat rangkaian

bunga dari tahun 207 SM 220 SMi yang merupakan era Han dari Cina

13
Ahmad Nashih Luthfi, Amien Tohari, dan Tarli Nugroho, 2010, Pemikiran Agraria
Bulaksumur, (Sleman: STPN Press), h. 227-228
27

kuno. Dan bunga dalam hal ini merupakan sebuah komponen penting

dalam upacara keagamaan serta sebagai obat-obatan.

Pengikut Budha, Tao dan pemikiran konfusianismenya rutin

menempatkan bunga potong pada altar mereka. Hal ini dimulai sekitar

tahun 618-906 M. Selain sebagai symbol dalam menunjukkan perasaan

cinta dan juga penghargaan, karangan bunga juga diciptakan dalam

bentuk lukisan, ukiran, dan juga item border dengan motif bunga

tentunya.

Selama periode tahun 500-1453 M, dalam kekaisaran Bizantium

mengatur desain rangkaian Bungan dengan bentuk kerucut.

Sedangkan, untuk dedaunan berbentuk kerucut sendiri diletakkan pada

piala dan guci, serta dihiasi pula dengan bunga dan buah berwarna

cerah.

Memasuki abad ke-20, bentuk dan jenis dari rangkaian bunga ini

semakin bervariasi. Mulai dari bouquet, standing flower, hingga dalam

proses pembentukannya menggunakan papan. Bunga yang akan

digunakan dipilih dengan hati-hati sesuai dengan makna simbolis yang

menekankan pada hal religius. Sebagai contoh yakni bunga lotus atau

lily air yang dianggap suci bagi Dewi Isis. Sedangkan, masih ada

bunga lain yang sangat popular selama masa Mesir kuno yaitu papyrus

dan juga pohon palem.

b. Yunani dan Romawi Kuno


28

Seni merangkai bunga terus berkembang hingga ke Yunani kuno

dan kerajaan Romawi. Bagi orang Yunani, rangkaian bunga ini

merupakan simbol bagi kekuasaan, kesetiaan, dedikasi, dan juga

kehormatan. Maka dari itu, pembuatannya masih sangat difokuskan

pada rangkaian bunga tangan.

Sedangkan untuk orang Romawi, karangan bunga sendiri

dilambangkan sebagai kemenangan militer dan juga sebagai

penghormatan bagi komandan yang baru pulang dari perang. Bentuk

rangkaian bunga di masa ini terkenal dengan penggunaannya pada

kepala.

Selain bunga, ada pula daun yang paling popular di era Yunani

dan Romawi kuno yaitu daun oak, laurel, ivy, teluk, dan juga peterseli.

Sedangkan untuk bunganya sendiri ada mawar, gondok, honeysuckle,

violet, dan lili. Untuk bunga tulip, larkspur, dan marigold dipilih

karena bentuk dan warnanya yang indah.

Perkembangan jaman terus mempengaruhi bentuk dari rangkaian

bunga itu sendiri. pada masa Renaissance (tahun 1400-1600) desain

karangannya menandai dimulainya era kemajuan di Eropa dengan

mengusung gaya klasik Yunani, Romawi, dan Bizantum.

c. Eropa

Merangkai bunga tiba di Eropa sekitar tahun 1000 M. Karangan

bunga pada era ini digunakan sebagai dekorasi dan juga makanan pada

gereja dan biara. Sedangkan pada abad ke-18 di Belanda, rangkaian


29

bunga sendiri digunakan untuk menghias rumah para pejabat dan

keluarga kaya saja. Hal ini juga turut diterapkan di Inggris.

Jenis rangkaian bunga yang popular pada saat itu adalah “Tussie-

Mussie” atau “Posy”. Rangkaian Tussie-Mussie sendiri merupakan

sebuah buket bunga melingkar dengan makna simbolis untuk mewakili

perasaan tertentu.

3. Bentuk-bentuk Karangan Bunga

Bunga yang disusun dengan rapi sehingga menghasilkan karangan

tersebut menyiratkan ungkapan dari si pemberi dari kata-kata yang ada di

dalam karangan. Bunga-bunga disusun menjadi karangan dalam berbagai

bentuk yang kreatif. Setiap event tertentu menggunakan pemilihan jenis

bunga yang berbeda-beda sehingga memberikan kesan simbolis yang

bermakna. Berikut jenis-jenisnya:14

a. Papan bunga

Jenis yang pertama ini merupakan karangan bunga segar yang

susunannya memanjang atau melingkar di atas sebuah rangka kayu dan

ditaruh di sebuah papan ucapan. Papan bunga terbuat dari dua macam

bahan yakni bahan sterofoam atau bahan banner printing. Ukurannya

pun bermacam-macam, mulai dari ukuran 2M, 2,5 M hingga 3 M.

Susunan rangkaian bunganya juga bervariasi, ada yang full bawah

papan, full melingkari papan, maupun 3 titik atau 4 titik. Bunga yang

digunakan untuk membuat papan bunga yaitu bunga aster, hortenia,

balon, pikok, anturium, serta tambahan daun sri gading. Fungsi papan
14
Ibid., h. 229-230
30

bunga ini bisa untuk beragam ucapan seperti grand opening, happy

wedding, dan lain-lain. Jenis karangan bunga ini banyak digunakan

oleh masyarakat di jaman sekarang sebagai tanda ucapan selamat

kepada penerimanya.

b. Karangan Bunga Meja

Karangan bunga table bouquet atau yang sering disebut karangan

bunga meja. Karangan bunga ini diletakkan diatas meja yang berfungsi

sebagai penambah desain interior ruangan atau bisa juga untuk

menghilangkan kejenuhan ruangan.

c. Standing Flower

Jenis standing flower merupakan rangkaian bunga buatan atau

artificial atau bunga segar yang susunannya ditaruh di atas standing

berupa rangka besi dan diberikan kepada penerima sebagai bentuk

ucapan atau untuk hiasan. Standing mempunyai bentuk yang mirip

dengan buket meja namun bedanya ada pada media penumpunya.

Buket meja atau table flower menggunakan media berupa vas

untuk meletakkan bunga, sedangkan standing flower menggunakan

rangka penumpu berupa standing rak yang posisinya lebih tinggi

daripada vas. Standing flower ini terdiri dari berbagai variasi susunan

dari standart 1 susun hingga 3 susun.

Rangkaian bunga yang digunakan untuk standing flower biasanya

bunga aster, mawar, hortensia, lily, anturium, pikok, dan lain

sebagainya. Karangan bunga standing berfungsi sebagai simbol ucapan


31

untuk acara-acara penting dan sakral seperti ucapan selamat atas grand

opening, turut berduka cita, hingga ucapan selamat sekaligus sukses

dari perusahaan.

d. Krans

Jenis krans terdiri dari dua macam yakni krans segar dan krans

kertas. Krans segar adalah rangkaian bunga yang disusun secara

melingkar serta diberi kaki berupa kayu di bagian bawahnya.

Sedangkan krans kertas dibuat dari kertas yang berwarna-warni dan

susunannya dibentuk lingkaran dengan dua kaki di bagian bawahnya.

Krans ini hanya digunakan sebagai ucapan turut berduka cita

kepada penerimanya. Jenis krans segar bisa dibentuk sesuai dengan

permintaan customer, seperti contohnya dibentuk salib. Karangan

bunga krans segar sering menggunakan bunga-bunga seperti bunga

hortensia, pikok, mawar, anturium, lily, baby breath dan lain

sebagainya. Nuansa krans biasanya didominasi oleh warna putih.

e. Hand Bouquet

Jenis hand bouquet adalah jenis karangan yang terdiri dari

beragam rangkaian bunga dengan bentuk kemasan menarik dan

disusun sedemikian rupa sehingga menghasilkan karangan bunga yang

cantik. Bunga yang digunakan untuk hand bouquet biasanya

disesuaikan dengan permintaan customer.

Hand bouquet ini biasanya digunakan untuk event-event seperti

wisuda, bridal shower, lamaran, ulang tahun, dan event-event lain yang
32

berharga untuk seseorang. Bahkan, hand bouquet juga digunakan

untuk event pernikahan yang biasanya digenggam oleh pengantin

wanita dan versi mininya atau boutonniere dipakai oleh pengantin pria

di bagian kerah jas nya.

f. Karangan Bunga Dekorasi

Karangan bunga dekorasi merupakan jenis karangan bunga yang

digunakan untuk mendekorasi ruangan pernikahan ataupun ruangan

acara peresmian nama. Karangan bunga ini berfungsi sebagai penyegar

pemandangan ruangan agar tidak kaku.

C. Kegiatan Yang Dibolehkan Dalam Mengadakan Walimatu Ur’s dan

Kegiatan Yang dilarang Dalam Mengadakan Walimatul Ur’s

Rasulullah SAW telah memberikan tuntunnan kepada seluruh umatnya

dalam melaksanakan Walimatul Ur’s. Namun ada kegiatan yang boleh

dilakukan dan yang dilarang dalam melaksanakan Walimatul Ur’s. Kegiatan-

kegiatan tersebut adalah:

1. Kegiatan yang Dibolehkan dalam Mengadakan Walimatul Ur’s

Kegiatan- kegiatan yang dibolehkan dalam acara Walimatul Ur’s

adalah sebagai berikut:

a. Mengumumkan pernikahan. Hal ini dilakukan agar yang akan

dilaksanakan tidak termasuk kedalam kategori pernikahan yang rahasia

atau terlarang.15

‫ )رواه‬. ‫أعلنوا هذا النكاح واجعلوه يف املسجد واضربوا عليه الدفوف‬


15
Hatta Ahmad, 2000, Bimbingan Islam Untuk Hidup Muslim¸ (Jakarta: Maghfirah
Pustaka), h. 19
33

(‫أمحد والرتمذى‬
Artinya: ”Dan umumkanlah pernikahan ini dan siarkanlah di masjid-
masjid.” (H.R.Ahmad dan Tirmidzi)

Hal ini memang penting untuk diumumkan agar diketahui oleh

orang banyak terutama keluarga baik yang jauh maupun yang dekat.

Selain itu dengan mengumumkan pernikahan akan terjadi sarana dalam

menyiarkan dakwah untuk membangkitkan semangat pemuda dalam

memasuki gerbang pernikahan. Ini sebagai bentuk rasa syukur dan

kegembiraan yang baik kepada Allah.

b. Memberikan do’a kepada pengantin

Hal ini dimaksudkan agar kiranya pengantin semangat dalam

memulai rumah tangganya.

(‫) رواه أبو داوود‬. ‫ك اهللُ بَ َار َك‬ َ ‫خَرْيٍ يِف ْ َبْينَ ُك َما َومَجَ َع َعلَْي‬
َ َ‫ك َوبَ َار َك ل‬
Artinya: “Mudah-mudahan Allah memberkahimu baik ketika senang
maupun susah dan selalu mengumpulkan kamu berdua pada
kebaikan.” (H.R. Abu Daud)

Memberikan hidangan kepada tamu, memberikan sajian atau

hidangan dalam Walimatul Ur’s ini tergantung kepada kemampuan

orang yang mengadakannya, artinya boleh mengadakan Walimatul

Ur’s dengan hidangan sesuai kemampuan. Bahkan dalam mengadakan

Walimatul Ur’s dibolehkan menghidangkan sajian tanpa ada hidangan

daging. Bahkan bila tidak mampu untuk menyediakan hidangan orang-

orang kaya dan hidup berkelebihan dianjurkan untuk membantu

memberi sumbangan dalam acara Walimatul Ur’s saudaranya.


34

2. Kegiatan yang Dilarang dalam Acara Walimatul Ur’s

Dalam melaksanakan Walimatul Ur’s wajib dijauhi kegiatan-kegiatan

yang terlarang dan bertentangan dengan syaria’at dalam melaksanaknnya,

yaitu:

a. Hanya mengundang orang-orang kaya saja. Dalam mengadakan

Walimatul Ur’s tidak boleh hanya mengundang orang dari golongan

tertentu atau orang kaya, pejabat, pengusaha saja akan tetapi hendaklah

mengundang orang-orang yang kurang mampu atau miskin

b. Menutup dinding dengan permadani atau tikar-tikar yang mahal.

Karena ini merupaka tindakan mubazzir dan hiasan yang bertentangan

dengan syari’at

c. Memakai cincin emas bagi laki-laki dan wanita. Biasanya setelah akad

nikah berlangsung dan orang yang bersangkutan telah sah menjadi

sepasang suami isteri. Ada kebiasaan dikalangan masyarakat yaitu

pengantin wanita memakaikan cincin ke jari manis pengantin pria atau

sebaliknya.

d. Mencukur alis dan mencukur jenggot. Tindakan ini sering kali didapati

pada pengantin yang akan disandingkan dipelaminan pada waktu

Walimatul Ur’s. Padahal ini adalah perbuatan yang dilarang oleh

syari’at meskipun tunjuan untuk mempercantik atau menghias diri.

Akan tetapi ini adalah perbuatan yang dilarang oleh Allah.

Q.S. An-Nisa’ ayat 118-119:

ِ ِ َ‫ال أَل َخَّتِ َذ َّن ِمن ِعب ِاد َك ن‬


ُ ‫ َوأَل ُض لَّن‬.‫وض ا‬
‫َّه ْم‬ ً ‫ص يبًا َّم ْف ُر‬ َ ْ َ َ‫لَ َعنَ هُ ٱللَّهُ ۘ َوق‬
35

ۚ ‫َّه ْم َو َلءَ ُامَرن َُّه ْم َفلَيُبَتِّ ُك َّن ءَا َذا َن ٱأْل َْن َٰع ِم َو َلءَ ُامَرن َُّه ْم َفلَُيغَِّيُر َّن َخ ْل َق ٱللَّ ِه‬
ُ ‫َوأَل َُمنَِّين‬
‫ون ٱللَّ ِه َف َق ْد َخ ِسَر ُخ ْسَرانًا ُّمبِينًا‬ ِ ‫َّخ ِذ ٱلشَّي ٰطَن ولِيًّا ِّمن د‬ ِ ‫ومن يت‬
ُ ََ ْ َ ََ
Artinya: ”Yang dilaknati Allah dan Syatan itu mengatakan: saya benar-
benar akan mengambil dari hamba-hamba engkau bahagian
yang sudah ditentukan (untuk saya). Dan aku benar-benar
akan menyesatkan mereka dan akan membangkitikan angan-
angan kosong pada mereka dan menuruh mereka (memotong
telinga-telinga binatang ternak), lalu mereka benar-benar
memotongnya dan aku suruh mereka (mengubah ciptaan
Allah) lalu mereka benar-benar merubahnya. Barang siapa
yang menjadikan syaitan menjadi pelindung selain Allah
maka sesungguhnya ia menderita kerugian yang nyata.”

D. Hukum Memberikan Karangan Bunga Pada Walimatul Ur’s


36

Meskipun pemberian karangan bunga ini menjadi trend dikota-kota besar

bahkan sampai kepelosok daerah dan berlangsung sudah lama. Namun belum

ada penegasan Majelis Ulama Indonesia untuk menentukan hukum memberi

karangan bunga.

Berbicara mengenai hukum tentang memberi karangan bunga pada

Walimah Ur’s, belum ada dalil secara tegas mengatakan tentang

pelarangannya apalagi pengharmannya baik dari Al-Qur’an, Hadits, maupun

pendapat-pendapat ulama terdahulu. Karena permasalahan ini tergolong

permasalahan yang masih baru lagi bagi umat Islam.

Berbicara tentang karangan bunga pada Walimatul Ur’s, maka

memberikan karangan bunga termasuk dalam Fiqh yang dibahas dalam bab

hadiah. Makna hadiah adalah :

‫اب ِم ْن‬
ِ ‫الث و‬ ِ ِ ‫حِل‬ ٍ ‫ااَهْلَ ِديَ ةُ امل ْش ُر ْو َعةُ ِهي َدفْ َع َعنْي ِ إىَل َش ْخ‬
ٍ ‫ص ُم َعنَّي‬
َ َ ‫ص ْول األُالْ َف ة َو‬
ُُ َ َ
‫ب َواَل َش ْر ٍط‬ ِ
َ َ‫َغرْي طَل‬
Artinya: “Hadiah disyariatkan adalah memberikan sesuatu kepada seseorang
untuik menjalin tali persahabatan dan mengharapkan pahala
tampa adanya tuntutan syarat”16

Nabi Muhammad SAW juga menganjurkan untuk saling memberi hadiah,

karena hal tersebut dapat menimbulkan cinta dan kasih sayang antar sesama,

sebagaimana dalam Hadits Nabi SAW yang berbunyi:

َ َ‫ص لَى اهللُ َعلَْي ِه َو َس لَّ َم ق‬ ِ ِ


‫اد ْوا‬
ُ ‫ َت َه‬: ‫ال‬ َ ْ ‫َو َع ْن أَيِب ْ َهَر ْي َرةَ َرض َي اهللَ َعْن هُ َعنَ ا النَّيِب‬
‫ رواه البخاري‬. ‫حَتَابُّوا‬

16
Syaikh Ahmad bin Ahmad Muhammad Abdullah Ath-Thawil; Penerjemah: Ummu
Ismail, 2006, Benang Tipis Antara Hadiah Dan Suap, (Jakarta: Darus Sunnah Press), h. 19
37

Artinya: “Dan dari Abu Hurairah ra. Menceritakan bahwa Nabi Muhammad
bersabda “ Hadiah menghadiahilah kamu, niscaya bertambah kasih
sayang sesamamu” (H.R. Bukhari)17

E. Penelitian yang Relevan

Beberapa karya ilmiah yang membahas masalah Walimatul Ur’s ini sudah

banyak yang meneliti terutama bagi Mahasiswa Ahwal Asy-Syakhsiyyah di

STAI Balaiselasa, diantaranya adalah karya Nurhikma dengan Bp/Nimko:

14.103/SI.VI.01.14.052 yang berjudul: Walimatul Ursy dalam Perspektif

Hukum Islam di Nagari Lalang Kecamatan Airpura. Hasil dari penelitian ini

adalah menunjukkan bahwa tahapan dan tata cara ritual pernikahan di Lalang

Kecamatan Airpura adalah hari akad nikah (A’nikka) pertemuan suami istri

serta perspektif hukum Islam terhadap pelaksanaan Walimatul Ursy tersebut.

Skripsi STAI Balaiselasa 2011).

Penelitian yang dilakukan oleh Saputri Neliyanti dengan Bp/Nimko:

15.160/SI.VI.01.15.016 yang berjudul: Tradisi Walimatul ‘Urs Perspektif

Hukum Islam di Nagari Sungai Sirah Kecamatan Linggo Sari Baganti. Hasil

dari penelitian ini adalah menunjukkan bahwa tradisi yang dilaksanakan

berkaitan dengan dilangsungkan sebuah pernikahan. Meskipun tujuan awalnya

dalam mengadakan Walimatul ‘Urs adalah baik, akan tetapi dampak yang

diakibatkan merugikan masyarakat, padahal Islam mengajarkan kemaslahatan

umat bukan untuk kemudharatan.

Penelitian yang dilakukan oleh Heradani dengan Bp/Nimko:

13.101/SI.VI.01.13.029 yang berjudul: Tinjauan Hukum Islam Terhadap

17
Kahar Mansyur, 1991, Bulughul Maram Terjemahan, (Jakarta: PT. Rineka Cipta),
h.530
38

Tradisi Hiburan dalam Pesta Perkawinan (Walimah Al-‘Urs) di Nagari

Taratak Kecamatan Sutera. Hasil dari penelitian ini adalah menunjukkan

bahwa faktor yang menyebabkan adanya hiburan dalam pesta perkawinan

adalah: (1) Faktor gengsi, yaitu faktor yang dimana masyarakat Nagari

Taratak rela berhutang demi suatu hiburan. (2) Menyenangkan hati para tamu

undangan. (3) Menyenangkan hati para penonton. (4) Menyenangkan hati

mempelai. (5) Publikasi Pernikahan. Dalam pandangan hukum Islam tentang

hiburan dalam pesta perkawinan adalah mubah atau boleh, selagi tidak

mengandung unsur kekejian atau tidak melanggar Syari’at Islam.

Melihat dari ketiga uraian skripsi di atas serta sekian banyak buku yang

penyusun baca, belum terdapat pembahasan mengenai masalah yang sedang

penulis teliti sehingga penulis ingin melakukan penelitian di daerah tersebut.

Anda mungkin juga menyukai