Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Islam adalah ajaran yang paling sempurna, sehingga segala tindakan manusia
diatur dalam sebuah hukum yang berupa al-Qur-a>n dan al-Hadist. Kedua landasan
hukum ini mengatur segala hal secara komprehensif, baik berkaitan dengan ibadah
mahdlah maupun ghairu mahdlah, baik hukum yang sudah jelas nashnya maupun yang
belum jelas nashnya.
Setiap ada pernikahan selalu dibarengi dengan resepsi pernikahan atau walimah
al-urs. Acara semacam ini dianggap lumrah dan telah membudaya bagi setiap lapisan
masyarakat mana pun, hanya saja cara dan sistemnya yang berbeda karena setiap adat
dan budaya memiliki cara nya masing-masing. Dalam pandangan agama Islam hal itu
tidak jadi masalah, asalkan tidak melakukan tindakan yang bertentangan dengan aqidah
Islam.
Pernikahan merupakan peristiwa yang sangat penting dan sakral dalam kehidupan
seseorang, karena pernikahan adalah jenjang memasuki dunia baru, dunia yang penuh
liku-liku kehidupan yang sangat rumit.1 Hal ini seperti firman Allah swt., dalam al-Qur-
a>n surah ar-rum ayat 21 :

ô `Ï B u r ÿ ¾ Ïm ÏG »t ƒ#uä ÷b r & t,n =y { /ä 3 s 9 ô`Ïi B ö N ä3Å ¡ à ÿ R r& %[`º urø —r&


(#þ q ã Z ä3ó ¡tF Ïj 9 $ yg øŠs9Î ) Ÿ@ yè y_ ur Nà6 uZ÷t/ Z o ¨Šuq¨B º p yJ ôm u‘ur 4 ¨bÎ) ’Îû y7 Ï9ºsŒ ;M »tƒU y
5 Q öqs)Ïj9 tbr㍩ 3x ÿtGtƒ ÇËÊÈ
Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-
isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya,
dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang
demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.2

Pada hakikatnya, al-Qur->an tidak memerintahkan untuk melaksanakan walimah,


tetapi hanya menganjurkan untuk melangsungkan pernikahan. Namun, perintah
1
Nurhikmah, Walimahtul Ursy dalam Prespektif Hukum Islam (Makassar: UIN Alauidin
Makassar,2019) , h.1
2
Kementrian Agama RI, al- Qur’an dan Terjemahan Bahasa Indonesia (Bandung: CV Diponegoro,
2010), 406
mengadakan walimah al-urs dijelaskan dalam hadist. Acara pada walimah al-urs
dilakukan dengan menyuguhkan makanan dan mengundang tetangga serta sanak
saudara, yang bertujuan untuk memberitahukan kepada masyarakat tentang
berlangsungnya prosesi pernikahan antara seorang pria dan seorang wanita. Hal ini
dilakukan agar terhindar dari pernikahan sirri dan sebagai tanda rasa syukur kepada
Allah swt., serta untuk menampakkan kegembiraan dan menyambut kedua mempelai.3
Jumhur ulama berpendapat bahwa hukum pelaksanaan walimah al-urs adalah
sunnah. Sebab, disuguhkan makanan dalam walimah al-urs karena ada peristiwa yang
menggembirakan yaitu pernikahan. Karena itu, hukumnya diserupakan dengan
pelaksanaan walimah-walimah lain yang juga dilaksanakan karena ada peristiwa
menggembirakan yaitu menunjukkan kepada hukum sunnah.4 Sedangkan Ibnu Hazm
berpendapat bahwa hukum mengadakan walimah al-urs adalah wajib, hal ini disebutkan
dalam kitab al-Muhalla yakni, setiap orang yang menikah wajib membuat walimah al-
urs (jamuan makan),baik sedikit maupun banyak.5
Berdasarkan masalah yang sudah dikemukakan, penulis bermaksud untuk
membahas secara khusus hal yang berkaitan tentang pergertian dan dasar-dasar hukum
walimah al-urs.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian walimah al-urs?
2. Bagaimana dasar-dasar hukum walimah al-urs?

3
Sa’id Thalib al-Hamdani, Risalah Nikah ( Jakarta: Pustaka Amani, 2002), h. 66
4
Al-Mawardi, Al-Hawi al-Kabir, (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiah, Juz IX, t, th), h. 556.
5
Abu muhammad ali bin ahmad bin sai’id bin hamz, AL-MUHALLA (Jakarta: Pustaka Azzam, 2016),h.
136
BAB II
PEMBAHSAN
A. Definisi Walimah Al-Urs
Agama Islam Menganjurkan agar setelah melangsugkan akad nikah
kedua mempelai menagadakan upacara, yang ditujukan sebagai ungkapan rasa
syukur kepada Allah dan ekpresi kebahagiaan kedua mempelai atas nikmat
perkawinan yang mereka alami. Upacara tersebut dalam Islam dikonsepsikan
sebagai walimah al-urs
Pembahasan ini, akan menjelaskan makna walimah al-urs yang selama ini sudah
banyak dipahami banyak kalangan masyarakat, dan bahkan sudah menjadi budaya
tersendiri dari masing-masing daerah atau wilayah.
Walimah (‫ )الوليمه‬artinya al-jam’u kumpul, sebab antara suami istri berkumpul,
bahkan sanak saudara, karabat, dan para tetangga.6
Walimah (‫ )الوليمه‬berasal berasal dari kata arab ) (‫)الولم‬artinya makanan pengantin,
maksudnya adalah makanan yang disediaakan khusus dalam acara perkawinan. Bisa
juga diartikan sebagai makanan tamu undangan lainya.7
Kata walimah (‫)وليمه‬di ambil dari kata (‫ )ولم‬yang bearti perkumpulan, karena
pasangan suami istri pada saat itu berkumpul, sebagaimana dikatakan oleh az-zuhri dan
yang lainya.Bentuk kata kerjanya adalah awlama yang bermakna setiap makan yang
dihidangkan untuk merasakan kegembiraan. Dan walimah al-urs adalah walimah untuk
pernikahan yang menghalalkan hubungan suami-istri dan perpindahan status
kepemilikan.8
walimah al-urs adalah istilah yang terdapat dalam literatur arab yang secara arti
kata berarti jamuan yang khusus untuk perkawinan dan tidak digunakan untuk
perhelatan di luar perkawinan. Sebagian ulama menggunakan kata walimah itu untuk

6
H. M. A Tihami, Fikih Munakahat Kajian Fikih Lengkap, (Jakarta: Rajawali Press, 2010), cet. ke-2, h.
131.
7
H. M. A Tihami, Fikih Munakahat Kajian Fikih Lengkap..., h.133
8
Muhammad Bin Ismail Al-Amir Ash-Shan’ani, Subul As-Salam Syarah Bulugul Maram, Alih
Bahasa Oleh Muhammad Isnan, (Jakarata; Darus Sunnah Press, 2011), cet. ke-5, h.724
setiap jamuan makan untuk setiap kesempatan mendapatkan kesenangan, hanya
penggunaannya untuk kesempatan perkawinan lebih banyak.9
Pengertian resepsi pernikahan dalam bahasa Indonesia tidak jauh
berbeda dari pengertian walimah al-urs itu sendiri, pengertian resepsi dalam
kamus besar bahasa Indonesia adalah pertemuan perjamuan resmi yang di
adakan untuk menerima tamu pada pesta perkawinan.10
Dari berbagai defenisi di atas dapat dipahami bahwa walimah al-urs merupakan
perayaan pengantin sesbagain ungkapan rasa syukur atas pernikahannya, dengan
mengajak sanak saudara beserta masyarakat untuk ikut berbahagia dan menyaksikan
peresmian pernikahan tersebut dan mendoakan kedua mempelai sehingga mereka dapat
menjalin keluarga yang di binanya yang pada akhirnya terbentuklah keluarga yang
sakinah mawaddah dan warohmah
B. Dasar Hukum Walimah Al-Urs
Pelaksanaan walimah memiliki kedudukan tersendiri dalam munakahat.
Rasulullah saw., sendiri melaksanakan walimah untuk dirinya dan memerintahkan
kepada para sahabat untuk mengadakan walimah walaupun hanya dengan makan kurma
dan roti serta seekor kambing,sebagaimana sabda Rasulullah saw :

Artinya:
”Dari Anas bin Malik, bahwasanya nabi saw melihat bekas kekuning-kuningan
minyak wangi pada Abdurrahman bin Auf, maka beliaupun berkata: apa ini? atau
mah ! dia Abduuram berkata: wahai rasulullah aku telah menikahi seorang
perempuan dengan maskawin sebesar satu biji emas maka beliaupun bersabdah:
semoga Allah memberikan keberkahan kepadamu, buatlah walimah walaupun
dengan seokor kambing.(HR. Ibnu Majah)11
Hadits ini adalah dalil yang menunjukan bahwa pasangan pengantin hendaknya
didoakan dengan keberkahan.

Perintah nabi untuk mengadakan walimah al-urs dalam hadist di atas tidak
mengandung arti wajib, tetapi hanya sunnah menurut jumhur ulama, karena yang
9
Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia, (Jakarta: Prada Media Group, 2009), cet. ke-
3, h.155
10
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: PT,
Gramedia Pustaka Utama, 2008), cet. ke-4 h. 1168
11
Muh}ammad bin Yazi>d Abu> ‘Abdullah Al-Qazwi>ni>, Sunan Ibnu Ma>jah (Bei>ru>t: Maktab
al-Ma’a>rif, 1417 ) h. 132.
demikian hanya tradisi, melanjutkan tradisi yang berlaku di kalangan arab sebelum
Islam datang.

Pelaksanaan walimah al-urs masa lalu itu diakui oleh nabi untuk dilanjutkan
dengan sedikit perubahan dengan menyesuaikan dengan tuntunan Islam12 Adapaun
hadits lain yang berbicara tentang walimah ini adalah hadist yang diriwayatkan dari
shafiyah binti syaibah berikut ini :

Artinya:
Nabi Saw melaksanakan pesta pernikahan dengan sebagian istrinya dengan dua
mud gandum (HR. al-bukhari)13
Hadist di atas menunjukan bahwa walimah itu boleh diadakan dengan makanan apa saja
sesuai denagan kemampuan. Hal itu ditunjukan oleh Nabi saw. Bahwa perbedaan
perbedaan waliamah beliau bukan membedakan atau melebihkan salah satu dari yang
lain, tetapi semata-mata disesuaikan dengan keadaan ketika sulit atau lapang.14
Dari beberapa hadis yang telah dikemukan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa
Rasulullah saw menganjurkan kepada umatnya untuk mengadakan walimah pada
upacara pernikahan. walimah al-urs tidaklah harus sampai menyembelih seekor
kambing tetapi juga cukup hanya dengan hidangan dua mud gandum. Syari’at Islam
membenarkan pelaksanaan walimah ini yang sesuai dengan kemampuan atau
kesanggupan keluarga yang mempunyai hajat.

C. Hikmah Walimah Al-Urs


Adapun hikmah dari disuruhnya mengadakan walimah al-urs ini adalah dalam rangka
mengumumkan kepada khalayak bahwa akad nikah sudah terjadi, sehingga semua pihak
mengetahui dan tidak ada tuduhan dikemudian hari. Ulama Malikiyah dalam tujuan
untuk memberi tahukan terjadinya perkawinan itu lebih mengutamakan walimah dari
mengahadirkan dua orang saksi dalam akad perkawinan.15
12
Al-Hafizh Ibnu Hajar al-asqalani, Bulugul Maram, Alih Bahasa Oleh, Abu Ikhasan alAstari, (Jakarta:
At-Tibyan, 2006),cet. ke-2 h. 570
13
Muh}ammad bin Isma>‘i>l bin Ibra>hi>m bin al-Mugi>rah Al-Bukha>ri, Shohih al-Bukha>ri
(AlDukn: Da>’irah al-Ma‘a>rif al-‘Us\ma>niyyah, t.th) h. 356
14
H. M. A Tihami, Fikih Munakahat Kajian Fikih Lengkap, (Jakarta: Rajawali Press, 2010), cet. ke-2, h.
138
15
Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia, (Jakarta: Prada Media Group, 2009), cet.
ke-3, h. 157
Jika dalam suatu akad nikah sudah dihadiri wali dan dua saksi, lalu mereka
berusaha merahasiakan atau berpesan untuk merahasiakanya, maka yang demikian itu
dimakruhkan, tetapi status pernikahanya sah. Demikian menurut pendapat Abu Hanifah,
Syafii, dan Ibnu Mundzir.40 Diadakanya walimah dalam pesta perkawinan mempunyai
bebebrapa hikmah antara lain sebagai berikut.
a. Merupakan rasa syukur kepada Alllah swt.
b. Tanda penyerahan anak gadis kepada suami dari kedua orang tuanya
c. Sebagai tanda resminya adanya akad nikah
d. Sebagai tanda memulai hidup baru bagi suami istri
e. Sebagai realisasi arti sosiologis dari akad nikah
Sebagai pengumuman bagi masyarakat bahwa antara mempelai sudah
resmi menjadi suami istri sehingga masyarakat tidak curiga terhadap kedua mempela
Walimah yang dianjurkan islam adalah bentuk upacara yang tidak berlebihan-lebihan
dalam segala halnya, karna tujuan disuruhnya mengadakan walimah al-urs adalah dalam
rangka mengumumkan kepada khalayak bahwa akad nikah sudah terjadi, sehingga
semua pihak mengetahuinya. Akan tetapi dalam masyarakat kita terkadang lebih
mementingkan pesta pernikahan dari pada memenuhi hak-hak suami istri.Alangkah
baiknya bila kita melepaskan bebanbeban materi.Hidup dalam keluarga yang mulia
bukan terhina karena mengabaikan kebaikan.16 Adapun diantara adab walimah al-urs
adalah sebagai berikut:
a. Tidak ada yang bersifat mungkar dan mengajak kepada kejelekan dalam
walimatul yanh akan dilakukan. Seperti khamar, nyanyian atau lagu-lagu
dan musik yang tidak Islami.17
b. Tidak ada ikhtilat campur baur antara laki-laki dan perempuam. Hendakya
tempat untuk tamu undangan dipisah antara laki-laki dan perempuan. Hal
ini dimaksudkan agar pandangan terpelihara.
c. Disunahkan untuk mengundang orang miskin dan anak yatim bukan hanya
orang kaya saja.

16
Sayyid Ahmad Al-Musayyar, Islam Bicara Soal Seks Percintaan dan rumag tangga, (Jakarta: Erlangga,
2008), cet. ke-3 h. 58
17
Saleh al-fauzan, al-Mulakkhasul Fiqh, Alih bahasa oleh, Abdul Hayyei al-Kattani,dkk (Depok: Gema
Insani, 2006),cet. ke-2 h. 679
d. Tidak berlebih-lebihan dalam mengeluarkan harta juga makanan, sehingga
terhindar dari mubazir. Menegenai batasan walimah nikah sebagaimana ulama
mengatakan bahwa batasanya tidak kurang dari seekor kambing. Akan tetapi,
lebih afdhal dan utama jika lebih dari seekor kambing.18
e. Undangan itu mereka pada semua keluaraga, tetangga , masyarakat
sekitarnya, atau karyawan-karyawan perusahaanya, yang kaya maupun
yang miskin dan tidak mengundang khusus orang kaya saja.19
f. ‘Boleh mengadakan hiburan berupa nasyid dari rebana dan tidak merusak
akidah umat islam. Di dalam kiatab nailul authar dikatakan hal ini
menunjukan bahwa dalam pernikahan dibolehkan penabuhan rebana.20

BAB III
PENUTUP

18
Saleh al-fauzan, al-Mulakkhasul Fiqh, Alih bahasa oleh, Abdul Hayyei al-Kattani,dkk
(Depok: Gema Insani, 2006),cet. ke-2 h. 42
19
Imam Taqiyuddin Abubakar Bin Muhammad Al Husaini, Kifayatul Akhyar, Alih Bahasa oleh
Syarifuddin anwar dan Misbah Musthafa, (Surabaya: Bina Iman), cet. ke-2 h. 146
20
Syaikh Hasan Ayyub, Fiqh Keluarga, Alih bahasa Oleh, Abdul Ghoffar, (Jakarta: Pustaka Al-Kausar,
2006), cet. ke-5, h.89
DAFTAR PUSTAKA
Al-Asqalani, Al-Hafizh Ibnu Hajar Bulugul Maram, Alih Bahasa Oleh, Abu Ikhasan
alAstari, (Jakarta: At-Tibyan, 2006.
Al-Fauzan, Saleh. al-Mulakkhasul Fiqh, Alih bahasa oleh, Abdul Hayyei al-Kattani,dkk
Depok: Gema Insani. 2006.
Al-Hamdani, Sa’id Thalib. Risalah Nikah. Jakarta: Pustaka Amani. 2002
Al Husaini, Imam Taqiyuddin Abubakar Bin Muhammad. Kifayatul Akhyar, Alih
Bahasa oleh Syarifuddin anwar dan Misbah Musthafa, Surabaya: Bina Iman. 2008
Al-Mawardi. Al-Hawi al-Kabir, Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiah, Juz IX. t, th.
Al-Musayyar, Sayyid Ahmad. Islam Bicara Soal Seks Percintaan dan rumag tangga,
Jakarta: Erlangga. 2008.
Ash-Shan’ani, Muhammad Bin Ismail Al-Amir. Subul As-Salam Syarah Bulugul
Maram, Alih Bahasa Oleh Muhammad Isnan, Jakarata; Darus Sunnah Press, 2011.
Al-Qazwi>ni>, Muh}ammad bin Yazi>d Abu> ‘Abdullah. Sunan Ibnu Ma>jah,
Bei>ru>t: Maktab
al-Ma’a>rif. 1417 .
Ayyub, Syaikh Hasan Fiqh Keluarga, Alih bahasa Oleh, Abdul Ghoffar, Jakarta: Pustaka
Al-Kausar. 2006.
Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: PT,
Gramedia Pustaka Utama, 2008.
Ibnu Hamz, Abu muhammad ali bin ahmad bin sai’id. AL-MUHALLA, Jakarta: Pustaka
Azzam. 2016.
Kementrian Agama RI. al- Qur’an dan Terjemahan Bahasa Indonesia, Bandung: CV
Diponegoro. 2010.
Muh}ammad bin Isma>‘i>l bin Ibra>hi>m bin al-Mugi>rah Al-Bukha>ri, Shohih al-
Bukha>ri (AlDukn: Da>’irah al-Ma‘a>rif al-‘Us\ma>niyyah, t.th.
Nurhikmah. Walimahtul Ursy dalam Prespektif Hukum Islam, Makassar: UIN Alauidin
Makassar. 2019.
Syarifuddin, Amir. Hukum Perkawinan Islam di Indonesia, Jakarta: Prada Media Group.
2009.
Tihami, H. M. A. Fikih Munakahat Kajian Fikih Lengkap, Jakarta: Rajawali Press.
2010.

Anda mungkin juga menyukai