Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam masalah perkawinan, Islam telah berbicara banyak, dimulai bagaimana


cara mencari kriteria bakal calon pendamping hidup hingga bagaimana
memperlakukannya dikala resmi menjadi sang penyejuk hati. Islam memiliki tuntunannya,
begitu pula Islam mengajarkan bagaimana mewujudkan sebuah pesta pernikahan yang
meriah, namun tetap mendapat berkah dan tidak melanggar tuntunan Rasulullah SAW,
demikian halnya dengan pernikahan yang sederhana namun tetap penuh pesona.

Telah membudaya dikalangan masyarakat umum, baik masyarakat dari lapisan


bawah maupun lapisan atas, ketika terlaksana pernikahan akan dilaksanakan pula sebuah
perayaan dalam rangka mensyukuri terselenggaranya momen tersebut. Dalam
merayakannya itupun sangat variatif. Ada yang dilaksanakan secara kecil-kecilan dengan
hanya sebatas menjamu para undangan dengan makanan sekedarnya atau bahkan ada yang
merayakannya secara besar-besaran, dengan memakan  waktu berhari-hari dan dengan
beraneka ragam hiburan dan makanan yang disajikan hingga terkesan berlebihan.

1.2 Rumusan Masalah


a) Apa Pengertian Walimatul ‘Ursy?
b) Bagaimana Kedudukan hukum Walimatul ‘Ursy?
c) Apa Hikmah Walimatul ‘Ursy?
d) Bagaimana Kewajiban Suami dan Istri ?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut.
a) Mengetahui Pengertian Walimatul ‘Ursy.
b) Mengetahui Kedudukan hukum Walimatul ‘Ursy.
c) Mengetahui Hikmah Penyelenggaraan Walimatul ‘Ursy.
d) Mengetahui Hak dan Kewajiban Suami dan Istri ?

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Walimatul ‘Ursy


A. Pengertian Walimatul ‘Ursy

Walimah (‫ﻠﻭﻠﻴﻤﺔ‬١) artinya al-jam’u yaitu kumpul, sebab suami dan istri berkumpul.
Walimah (‫ﻠﻭﻠﻴﻤﺔ‬١) berasal dari bahasa arab ‫ﻠﻭﻠﻴﻡ‬١ artinya makanan pengantin. Maksudnya
adalah makanan yang disediakan khusus dalam acara pesta perkawinan. Bisa juga
diartikan sebagai makanan untuk tamu undangan atau lainnya.

Walimah adalah istilah yang terdapat dalam literatur arab yang secara arti kata
berarti jamuan yang khusus untuk perkawinan dan tidak digunakan untuk penghelatan di
luar perkawinan. Sedangkan definisi yang terkenal di kalangan ulama, walimatul ‘ursy
diartikan dengan perhelatan dalam rangka mensyukuri nikmat Allah atas telah
terlaksananya akad perkawinan dengan menghidangkan makanan.

Walimah nikah atau walimatul urs adalah perayaaan pengantin sebagai ungkapan

rasa syukur atas pernikahannya, dengan mengajak sanak saudara beserta masyarakat untuk

ikut berbahagia dan menyaksikan peresmian pernikahan tersebut, sehingga mereka dapat

ikut serta menjaga kelestarian keluarga yang dibinanya. Jadi, pada dasarnya walimah

nikah merupakan suatu pengumuman pernikahan pada masyarakat.

Agama Islam menganjurkan agar setelah melangsungkan akad nikah kedua

mempelai mengadakan upacara yang ditujukan sebagai ungkapan rasa syukur kepada

Allah dan ekspresi kebahagiaan kedua mempelai atas nikmat perkawinan yang mereka

alami. Upacara tersebut dalam Islam dikonsepsikan sebagai walimah Manfaat walimah

adalah agar supaya keluarga, tetangga dan handaitaulan ikut menyaksikan dan mendoakan

mempelai berdua.

2
Walimah diadakan ketika acara akad nikah berlangsung, atau sesudahnya, atau

ketika hari perkawinan (mencampuri istrinya) atau sesudahnya. Bisa juga diadakan

tergantung adat dan kebiasaan yang berlaku dalam masyarakat.

Sehubungan dengan walimah, adat kebiasaan masing-masing daerah dapat

dipertahankan bahkan dilestarikan sepanjang tidak menyalahi prinsip ajaran Islam. Dan

apabila adat kebiasaan yang berhubungan dengan walimah tersebut bertentangan dengan

syariat Islam, setuju atau tidak, harus ditinggalkan.

Apabila kita melihat hadis Rasulullah saw., maka walimah pernikahan yang utama

dilakukan adalah setelah suami isteri menikmati malam pertamanya, sudah berhubungan

badan.

Pratek Rasulullah tersebut mengisyaratkan bahwa sebaiknya resepsi pernikahan itu

dilakukan secepat mungkin, bahkan kalau bisa hari itu juga atau besoknya. Hal ini

mengingat bahwa resepsi adalah salah satu cara mengumumkan pernikahan, dan

mengumumkan pernikahan lebih cepat tentu lebih baik, demi menghindari fitnah. Untuk

konteks Indonesia, resepsi seringkali dibayangkan dengan sesuatu acara yang sangat

meriah sehingga membutuhkan banyak dana. Hal ini kemudian mengakibatkan sejumlah

pasangan menunda acara resepsi pernikahannya sampai bebarapa bulan ke depan.

Resepsi pernikahan tidak mesti mewah cukup dengan mengundang tetangga,

kawan, kerabat, untuk makan bersama, sekalipun tidak memakai daging atau lainnya.

Dengan diundurnya resepsi ke beberapa bulan ke depan dengan dalih agar lebih meriah,

tentu hal ini sama dengan mengambil hal yang mubah hukumnya dan meninggalkan hal

yang sunnah. Namun demikian, Islam sangatlah bijak. Adat kebiasaan setempat terkadang

harus dihormati dan dijadikan sebagai hukum. Bagi orang yang resepsi pernikahannya

diundur ke beberapa bulan ke depan dengan dalih adat dan lainnya, hal itu sah-sah saja.

3
Walimah yang dianjurkan Islam adalah bentuk upacara yang tidak berlebih-

lebihan dalam segala halnya. Dalam walimah dianjurkan pada pihak yang berhajat untuk

mengadakan makan guna disajikan pada tamu yang menghadiri walimah. Namun

demikan, semua itu harus disesuaikan dengan kemampuan kedua belah pihak. Islam

melarang upacara tersebut dilakukan, bila ternyata mendatangkan kerugian bagi kedua

mempelai maupun kerugian dalam kehidupan masyarakat.

Setelah akad acara nikah maupun walimah selesai, dianjurkan bagi mempelai laki-

laki untuk tinggal di rumah mempelai wanita selama beberapa hari. Untuk mempelai

wanita yang masih perawan, pihak keluarga si wanita dapat menahan menantunya selam

tujuh hariberturut-turut. Adapun bagi mempelai wanita yang janda, pihak keluarga dapat

menahan menantu laki- laki selama tiga hariberturut-turut.

B. Kedudukan hukum Walimatul ‘Ursy

Walimah merupakan amalan yang sunnah. Semua ulama sepakat tentang


pentingnya pesta perayaan nikah, meskipun mereka berbeda pendapat tentang hukumnya:
beberapa ulama berpendapat hukum untuk mengadakan walimah pernikahan
adalah wajib sementara itu umumnya para ulama berpendapat hukumnya adalah Sunah
yang sangat dianjurkan.

Hal ini sesuai dengan hadits riwayat dari Anas bin Malik, bahwa Nabi SAW
pernah berkata kepada Abdurrahman bin ‘Auf:

.)‫َأ ْولِ ْم َولَ ْو بِشَا ٍة (متفق عليه‬


Artinya: Adakan walimah, meski hanya dengan satu kambing.

4
Dalam hadis lain dijelaskan:

‫ ما اولم رسول هللا صلي هللا عليه وسلم علي شيء من نسائه ما‬:‫عن انس قال‬
) ‫او لم علي زينب اولم بشاة (رواه بخاري ومسلم‬

Artinya: Dari Anas, ia berkata "Rasulullah SAW belum pernah mengadakan


walimah untuk istri-istrinya, seperti Beliau mengadakan walimah untuk Zainab, Beliau
mengadakan walimah untuknya dengan seekor kambing" (HR Bukhari dan Muslim).

Jumhur ulama berpendapat, bahwa walimah merupakan suatu hal yang sunnah dan
bukan wajib.

Ibnu Taimiyah pernah ditanya tentang walimatul ‘ursy. Beliau menjawab, “ Segala
puji bagi Allah. Kalau walimatul ‘ursy hukumnya adalah sunah, dan diperintahkan
menurut kesepakatan ulama. Bahkan sebagian mereka ada yang mewajibkan, karena
menyangkut tentang pemberitahuan nikah dan perayaannya, serta membedakan antara
pernikahan dan perzinahan. Oleh karena itu, menurut pendapat ulama, menghadiri hajat
pernikahan adalah wajib hukumnya jika orang yang bersangkutan ada kesempatan dan
tidak ada halangan.

Pasal 61 Tentang Hukum Walimah

Bahwa hukum sedekah walimah atas pengantin adalah sunnah, dan hukum
menepati undangan walimah itu wajib ain, kecuali ada udzur, dan tidak wajib datang untuk
makan dari makanan walimah.

Pasal 62 Tentang Uzur Walimah

Tidak wajib mendatangi sedekah walimah sebab diketahui terdapat udzur, malah
kadang terjadi haram, karena di tempat tersebut terdapat salah satu munkar.

Adapaun sebagian halangan walimah ialah sebagai berikut:

1. Terdapat arak untuk minum-minuman.


2. Terdapat seperangkat alat musik.
3. Terdapat wanita sama membuka aurat.
4. Terdapat bentuk (rupan) binatang sempurna terletak di atas.

5
5. Dan sebagainya.

Apabila ditempat (majelis) terdapat salah satu bentuk munkar tidak dihilangkan
ketika hadir, maka tidaklah wajib menghadiri undangan itu. Tetapi haram bagi orang yang
sengaja datang, karena datang ke tempat munkar hukumnya haram, kecuali ada
kemampuan melarang munkar tersebut hingga hilang. Ketika datang mampu
menghilangkan munkar, maka hadirnya ke majelis tersebut wajib.(Al Bajuri: II/138).

Pasal 63 Tentang Haram Hadlir Dalam Majelis

Terhukum haram bagi seseorang datang dengan sengaja bila mengerti di tempat itu
terdapat munkar seperti orang meminum arak, memakai pakaian haram, sutera (murni) dan
cincin emas dan terdapat bentuk binatang yang terletak dia atas dan (atau) pagar, kalau
memang tidak dihilangkan dengan kehadirannya. (Al Bajuri: II/128-129).

Agama islam mengajarkan bahwa perkahwinan merupakan peristiwa yang patut


disambut dengan rasa syukur dan gembira. walimah dalam islam tergolong perbuatan
yang mustahab  (dianjurkan).  Oleh kerana itu Nabi mengajarkan agar peristiwa
perkahwinan dirayakan dengan suatu peralatan atau walimah. 

 Nabi SAW bersabda ketika Ali melamar  fathimah, “harus ada walimah”. (sanad
hadits tidak cacat). Ini menunujukkan keharusan walimah yang semakna dengan
wajib. Disebutkan pula dalam hadits yang diriwayatkan Abu Asy-Syaikh dan
thabrani dalam kitab Al-Ausath dari Abu Hurairah RA secara marfu “ walimah adalah
hak dan sunah. Siapa yang diundang lalu ia tidak menghadiri undangan itu,maka ia telah
berbuat maksiat.” Secara tekstual, hak menunjukkan kewajiban.

Ahmad berkata  “walimah hukumnya sunah” Mayoritas ulama mengatakan bahwa


hukumnya mandub (dianjurkan) . Ibnu Baththal berkata Aku tidak mengetahui ada
seseorang ulamak yang mewajibkan walimah.”  Seolah-olah ia tidak tahu adanya
perbedaan pendapat. Ia membuktikan hokum mandub dengan ucapan Syafi`I . “Aku tidak
tahu ada seseorang yang diperintahkan mengadakan walimah selain Abdulrahman bin Auf,
dan aku tidak tahu bahwa Nabi SAW  tidak mengadakan walimah.”

Diriwayatkan dari Atha ` ia berkata : Ibnu Abbas diundang makan saat ia sedang
mengurusi masalah perairan. Lalu ia berkata kepada kaum itu, “ penuhilah undangan

6
saudaramu! Sampaikan salam kepadanya, dan beritahu ia bahawa aku sibuk.” (HR.
Abdurrazzaq) 

Hukum Menghadiri Walimah 

Hukum menghadiri undangan, Jumhur ulama penganut Imam Asy-Syafi’i dan


Imam Hambali secara jelas menyatakan bahwa mengahadiri undangan ke walimatul ‘ursy
adalah fardu ‘ain. Adapun sebagian dari penganut keduanya ini berpendapat bahwa
menghadiri undangan tersebut adalah sunnah. Sedangkan dalil hadis yang sudah
disebutkan di atas menunjukkan adanya hukum wajib menghadiri undangan. Apalagi
setelah adanya pernyataan secara jelas bahwa orang yang tidak mau menghadiri undangan
telah berbuat maksiat kepada Allah SWTdan Rasul-Nya SAW.

Dari Abdullah bin Umar bahwa Rasulullah pernah bersabda,

"  jika salah seorang di antara kalian diundang menghadiri walimah, maka


hendaklah ia menghadirinya.”

Imam al-Baghawi menyebutkan, para ulama berbeda pendapat mengenai


kewajiban menghadiri undangan walimahtul ursy (resepsi pernikahan). Sabagian mereka
berpendapat bahwa menghadirinya merupakan suatu hal yang sunnah. Sedangkan ulama
lainnya mewajibkannya sampai pada batas jika seseorang tidak menghadirinya tanpa
alasan yang dibenarkan, maka ia telah berdosa. Hal itu berdasarkan riwayat dari Abu
Hurairah, bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,

“ Seburuk-buruk makanan adalah makanan walimah, di mana orang yang mau


mendatanginya dilarang mengambilnya, sedang orang yang diundang menolaknya. Dan
barang siapa yang tidak memenuhi undangan, berarti ia telah bermaksiat kepada Allah dan
Rasul-Nya”

Apabila hukum menyelenggarakan walimah adalah sunnah muakkad, maka hukum


menghadiri walimah adalah wajib. Hadis Nabi  riwayat Bukhari dan Muslim dari Ibn
`Umar mengajarkan : “Apabila seorang kamu diundang menghadiri walimah hendaklah ia
mengabulkan, baik walimah perkahwinan maupun lainnya.”

7
 Imam Bukhari meriwayatkan hadits Nabi dari Abu Hurairah yang mengajarkan: “
orang yang sengaja tidak mengabulkan undangan walimah berarti berbuat durhaka kepada
Allah dan Rasulnya.”

 Iman Bukhari meriwayatkan hadits Nabi dari Abu Hurayrah yang mengajarkan:


Apabila salah seorang diantara kamu diundang menghadiri walimah, hendaklah
mengabulkan: apabila sedang berpuasa hendaklah mendoakan dan apabila sedang tidak
berpuasa makanlah hidangan yang disajikan.” Hadits Nabi riwayat Bukhari dari Abu
Hurairah mengajarkan : Apabila aku diundang menghadiri jamuan makan yang meskipun
hanya menyajikan makanan berupa kaki binatang ternak bagian depan,niscaya aku terima.

Syarat-syarat wajib menghadiri undang walimah menurut Ibnu Hajar sebagaimana


disebutkan dalam kitab Fath al- Bari adalah sebagaimana berikut: 

a) Apabila lebih dari satu undangan Pengundangnya adalah orang mukallaf, merdeka
dan dewasa membelanjakan harta bendanya. undangan tidak hanya ditujukan kepada
orang-orang kaya, sedang orang-orang fakir tidak ikut diundang tidak terlihat adanya
kecenderungan pihak pengundang untuk mencari hati seseorang, karena senang atau
takut kepadanya (dengan kata lain, tidak ikhlas dalam penyelenggaraanwalimah untuk
mengikuti sunnah).
b) Walimah yang diselenggarakan pada hari pertama (apabila penyelenggaraannya lebih
dari satu hari).tidak kedahuluan undangan lain, undangan yang lebih dulu, lebih
banyak dipenuhi. Apabila lebih dari satu undanganuntuk waktu yang bersamaan
diterima dalam satu waktu, maka yang lebih dekat hubungan kerabatnya lebih
diutamakan, apabila tidak ada hubungan kerabatnya,  maka yang maka yang lebih
dekat hubungan ketetanggaannya lebih diutamakan.
c) Tidak mendahulukan undangan lain: undangan yang lebih dulu diterima lebih berhak
diterima. Apabila lebih dari satu undangan untuk waktu yang bersamaan diterima
dalam satu waktu yang sama maka yang lebih dekat hubungan kerabatnya lebih
dahulukan tidak terdapat kemungkaran dalam walimah.

C. Hikmah Penyelenggaraan Walimatul ‘Ursy

Adapun hikmah dari disuruhnya mengadakan walimah ini adalah rangka


mengumunkan pada khalayak ramai bahwa kad nikah telah terjadi sehingga semua pihak

8
mengetahuinya dan tidak ada tuduhan dikemudian hari. Ulama Malikiyah dalam tujuan
untuk mengumumkan perkahwinan itu lebih penting daripada walimah dari menghadirkan
dua orang saksi dalam akad perkahwinan.

Satu hal yang harus diketahui bahwa tak satupun ketetapan yang di amanahkan
syari’ah yang tak mempunyai hikmah. Dan adapun hikmah ditetapkannya walimatul ursy
diantaranya sebagai berikut:

a. Merupakan rasa syukur kepada Allah Swt


b. Tanda penyerahan anak gadis kepada suami dari kedua orang tuanya
c. Sebagai tanda resminya adanya akad nikah
d. Sebagai tanda memulai hidup baru bagi suami-istri
e. Sebagai realisasi arti sosiologi dari akad nikah
f. Sebagai pengumuman bagi masyarakat, bahwa antara mempelai telah resmi menjadi
suami istri sehingga masyarakat tidak curiga terhadap perilaku yang dilakukan oleh
kedua mempelai.

2.2 HAK DAN KEWAJIBAN ISTRI


A. Hak Dan Kewajiban Suami Terhadap Istri
Menurut kompilasi hukum islam dalam kewajiban dan hak suami istri
memikul kewajiban yang luhur untuk menegakan rumah tangga yang sakinah
mawaddah dan rahwah yang menjadi sendi dasar dari susunan masyarakat. Selain itu,
suami istri wajib mempunyai tempat kediaman yang tetap yang ditentukan oleh
bersama. Dalam pasal 80 ayat (1) suami adalah pembimbing terhadap istri dan rumah
tangganya, akan tetapi mengenai hal-hal urusan rumah tangga yang penting-penting
diputuskan oleh suami istri bersama.
1. Hak suami terhadap istri diantaranya :
a. Ditaati dalam hal-hal yang tidak maksiat.
b. Istri menjaga dirinya sendiri dan harta suami.
c. Menjauhkan diri dari mencampuri sesuatu yang dapat menyusahkan suami.
d. Tidak bermuka masam di hadapan suami.
e. Tidak menunjukan keadaan yang tidak disenangi suami.

Kewajiban taat kepada suami hanyalah dalam hal-hal yang dibenarkan


agama, bukan dalam hal kemaksiatan kepada Allah SWT. Jika suami menyuruh istri

9
untuk berbuat maksiat, maka si istri harus menolaknya. Di antara ketaatan istri
terhadap suami adalah tidak keluar rumah, kecuali dengan seizinya.
Adapun dalam Al-Qur’an Surat An-Nisa’ ayat 34 dijelaskan bahwa istri harus
bisa menjaga dirinya, baik ketika berada di depan suami maupun dibelakangnya, dan ini
merupakan salah satu ciri istri yang shalihah.
“sebab itu maka wanita yang sholehah ialah yang taat kepada Allah SWT lagi
memelihara diri di balik pembelakangan suaminya oleh karena Allah telah memelihara
(mereka) ... (Q.S An-Nissa’ : 34)
Maksud memelihara diri dibalik pembelakangan suaminya dalam ayat tersebut
adalah istri dalam menjaga dirinya ketika suaminya tidak ada dan tidak berbuat khianat
kepadanya, baik mengenai diri maupun harta bendanya. Inilah merupakan kewajiaban
tertinggi bagi seorang istri terhadap suaminya.
2. Kewajiban Suami Terhadap Istri
a. Kewajiban yang bersifat materi yang disebut nafaqoh. Sesuai dengan
penghasilannya, suami menanggung:
a) Nafkah, kswah dan tempat kediaman bagi istri;
b) Biaya rumah tangga, biaya perawatan, dan biaya pengobatan baginya istrinya
dan anak-anaknya.
c) Dalam pasal 80 ayat (4) Biaya pendidikan bagi anak-anaknya.

b. Kewajiban yang tidak bersifat materi contohnya seperti :


a) Menggauli istrinya secara baik dan patut.
b) Menjagana dari segala sesuatu yang mungkin melibatkannya pada
maksiat, perbuatan dosa atau ditimpa oleh sesuatu kesulitan dan mara
bahaya.
c) Suami wajib mewujudkan kehidupan perkawinan yang diharapkan Allah
terwujud yaitu mawaddah, rahmah dan skinah.
d) Suami wajib memberikan pendidikan agama kepada istrinya dan member
kesempatan belajar pengetahuan yang bermanfaat dan berguna bagi
agama, nusa dan bangsa.

10
B. Hak Dan Kewajiban Istri Terhadap Suami
1. Hak istri yang wajib dilaksanakan suami. adalah:
a. Mahar
b. Adail dalam pergaulan
c. rohaniah
d. Nafkah tempat tinggal, pakaian, dan makanan.akan tetapi ada beberapa
Factor yang bisa mengugurkan hak nafkah istri diantaranya adalah:
a) Akad nikah batal atau fasid /rusak
b) Istri nusyudz atau durhaka
c) Istri murtad
d) Istri melanggar larangan-larangan allah yang berhubungan dengan
kehidupan suami istri
e) Istri dalam keadaan sakit yang oleh karenanya tidak bersedia serumah
dengan suaminya
f) Pada waktu akad niakh istri belum baligh dan ia masih belum serumah
dengan suaminya.
2. Di antara beberapa kewajiban istri terhadap suami adalah sebagai berikut:
a. Mematuhi Suami.

Diantara hak suami atas istrinya adalah ditaati selama tidak mengarah pada perilaku
maksiat. Ssebagaimana sabda Nabi :”Tidak ada kepatuhan terhadap makhluk yang maksiat
kepada pencipta. (HR. Al-Bukhari).
a) Taat kepada Suami

Rasulullah telah menganjurkan kaum wanita agar patuh kepada suami mereka, karena
hal tersebut dapat membawa maslahat dan kebaikan. Rasulullah ttelah menjadikan ridha
suami sebagai penyebab masuk surga. Sebagaimana yang diriwayatkan dari Umi Salamah ra.
Bahwa Nabi bersebda : “Dimana wanita yang mati sedang suaminya ridha dari padanya,
maka ia masuk surga. (HR.Ibnu Majah dan At-Tirmidzi)
b. Tidak Durhaka kepada Suami

Rasulullah telah memberi peringatan kepada kaum wanita yang menyalahi kepada
suaminya dalam sabdanya:”Jika seorang laki-laki mengajak istrinya ke tempat tidurnya,
tetapi ia tidak mau datang, suami semalaman murka atasnya, maka malaikat melaknat
kepadanya sampai pagi. (HR. Muttafaq Alaih)

11
Rasulullah juga menjelaskan bahwa mayoritas sesuatu yang memasukan wanita ke
dalam neraka adalah kedurhakaanya kepada suami dan kekufuranya (tidak syukur) terhadap
kebaikan suami.
c. Memelihara Kehormatan Dan Harta Suami

Di antara hak suami atas istri adalah tidak memasukkan seseorang kedalam rumahnya
melainkan dengan izinnya, kesenangannya mengikuti kesenangan suami, jika suami
membenci seseorang karena kebenaran atau karena perintah syara’ maka sang istri wajib
tidak menginjkkan diri ke tempat tidurnya. Dalam hadis Rasulullah:”maka adapun hak kalian
atas istri-istri kalian, sungguh mereka jangan menginjakkan tempat tidur kalian orang yang
membenci kalian dan tidak mengizinkan dirumah kalian orang yang engkau benci”.
d. Berhias untuk Suami

Di antara hak suami atas istri adalah berdandan karenanya dengan berbagai perhiasan
yang menarik. Setiap perhiasannya yang terlihat semakin indah akan membuat suami senang
dan merasa cukup. Sesuatu yang tidak diragukan lagi bahwa kecantikan bentuk wanita akan
menambah kecintaan suami, sedangkan melihat sesuatu apapun yang menimbulkan
kebencian akan mengurangi rasa cintanya. Oleh karena itu, selalu dianjurkan agar suami tidak
melihat istrinya dalam bentuk membencikannya sekiranya suami meminta izin istrinya
sebelum berhubungan. Ibnu juraij berkata: Aku bertanya kepada Atha’: “Apakah laki-laki
perlu meminta izin kepada istrinya?” Ia menjawab:”tidak perlu.” Ini dimaksudkan tidak ada
kewajiban untuk meminta izin, yang utama bemberitahukan istri ketika hendak berhubungan
dan tidak mengejutkannya, karena ada kemungkinan dapat membentuk tingkah yang tidak
disukai suami.
e. Menjadi Partner Suami

Allah telah mewajibkan suami bertempat tinggal bersama istri secara syar’i di tempat
yang layak bagi sesamanya dan sesuai kondisi ekonomi suami, dan istri wajib menyertainya,
di tempat tinggal tersebut. Istri tidak boleh keluar dari rumah tanpa seizin suaminya, kecuali
jika ia keluar rumah untuk berziara atau menjenguk kedua orangtuanya yang sedang sakit,
atau keluarga lainnya ketika ia merasa aman dan tidak menimbulkan fitnah karena hal
tersebut termasuk silaturrahim dan menjaga hubungan silaturrahim itu wajib, suami tidak
boleh mencegah kewajiban tersebut. Akan tetapi, alangkah baiknya jika semua itu dengan
ridha suami.

12
Istri wajib menyertai suami untuk musafir selama terdapat maslahat umum dan suami
akan membuktikanya di daerah atau negeri yang dituju sebagaimana di negeri sendiri.
Jalanya pun aman, baik terhadap jiwa, harta dan kehormatan, kecuali jika istri
mempersyaratkan pada saat akad agar suami tidak membawa pindah atau musafir. Fuqaha
berpendapat membiarkan urusan perkiraan maslahat untuk diputuskan dan bagi hakim
memutuskan sesuai dengan maslahat yang dilihat.

13
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Walimatul ‘ursy diartikan dengan perhelatan dalam rangka mensyukuri nikmat


Allah atas telah terlaksananya akad perkawinan dengan menghidangkan makanan.

Walimah merupakan amalan yang sunnah. Semua ulama sepakat tentang


pentingnya pesta perayaan nikah, meskipun mereka berbeda pendapat tentang hukumnya:
beberapa ulama berpendapat hukum untuk mengadakan walimah pernikahan
adalah wajib sementara itu umumnya para ulama berpendapat hukumnya adalah Sunah
yang sangat dianjurkan.

Hikmah dari disuruhnya mengadakan walimah ini adalah rangka mengumunkan


pada khalayak ramai bahwa kad nikah telah terjadi sehingga semua pihak mengetahuinya
dan tidak ada tuduhan dikemudian hari. 

Suami istri yang melakukan kewajibannya dan memperhatikan tanggung jawabnya


akan mampu mewujudkan ketentraman dan ketenangan hati sehingga sempurnalah
kebahagiaan suami istri tersebut.

Menurut kompilasi hukum islam dalam kewajiban dan hak suami istri memikul
kewajiban yang luhur untuk menegakan rumah tangga yang sakinah mawaddah dan
rahwah yang menjadi sendi dasar dari susunan masyarakat. Selain itu, suami istri wajib
mempunyai tempat kediaman yang tetap yang ditentukan oleh bersama. Dalam pasal 80
ayat (1) suami adalah pembimbing terhadap istri dan rumah tangganya, akan tetapi
mengenai hal-hal urusan rumah tangga yang penting-penting diputuskan oleh suami istri
bersama.

14

Anda mungkin juga menyukai