Anda di halaman 1dari 3

NAMA : ARIZQI FIRMANSYAH

NIM : 200201110212

NIKAH MISYAR

Islam adalah agama yang universal . Agama yang mencakup semua sisi kehidupan. Tidak ada suatu
masalahpun didalam kehidupan ini yang tidak dijelaskan didalamnya. Dan tidak ada satu masalahpun
yang tidak disentuh oleh nilai islam. Mau sekecil apapun masalah yang ada itu tetap ada nilainya dan
hukumnya didalam agama islam. Dalam masalah perkawinan , islam telah berbicara banyak dari mulai
bagaimana nantinya cara mencari kriteria calon pendamping hidup hingga bagaimana cara
memperlakukannya disaat nanti sudah resmi menjadi pasangan penyejuk hati dan saling menjaga.
Begitu pula islam mengajarkan bagiamana mewujudkan sebuah pesta pernikahan yang meriah,namun
tetap mendapatkan berkah dan tidak melanggar tuntunan sunnah Rasulullah SAW .

Menikah merupakan jalan yang paling bermanfaat dan paling afdhol dalam upaya menjaga
kehormatan ,karena dengan menikah inilah seseorang bisa terjaga dirinya dari apa yang diharamkan
Allah. Oleh sebab inilah Rasulullah mendorong umatnya untuk sesegera mungkin cepat
menikah.Pernikahan atau tepatnya berpasangan merupakan ketetapan ilahi atas segala makhluk . Dalam
kompilasi hukum islam disebutkan bahwa pernikahan menurut islam adalah akad yang sangat kuat
mitsyaqon gholidin untuk mentaati perintah Allah dan melaksanakannya merupoakah sebuah Ibadah.
Hal tersebut sesuai dengan UU Perkawinan no 1 tahun 1974 pasal 1 yang menyebutkan bahwa
perkawinan ialah ikatan batin antara seorang pria dan Wanita sebagai suami istri dengan tujuan
membentuk sebuah keluarga ( Rumah Tangga ) yang Bahagia dan kekal berdasarkan keutuhan yang
maha Esa.

Hikmah pernikahan ada banyak sekali :

 Cara yang halal dan suci untuk menyalurkan nafsu syahwat melalui ini selain lewat perzinahan,
pelacuran, dan lain sebagainya yang dibenci Allah dan amat merugikan.

 Untuk memperoleh ketenangan hidup, kasih sayang dan ketenteraman

 Memelihara kesucian diri

 Melaksanakan tuntutan syariat

 Sebagai media pendidikan: Islam begitu teliti dalam menyediakan lingkungan yang sehat untuk
membesarkan anak-anak. Anak-anak yang dibesarkan tanpa orang tua akan memudahkan untuk
membuat sang anak terjerumus dalam kegiatan tidak bermoral. Oleh karena itu, institusi
kekeluargaan yang direkomendasikan Islam terlihat tidak terlalu sulit serta sesuai sebagai
petunjuk dan pedoman pada anak-anak

 DLL.
Lalu bagaimana dengan fenomena baru yang disebut dengan nikah misyar?

Secara bahasa, kata misyar berasal dari kata al-sayr yang artinya pergi1 atau melakukan perjalanan.
Kemudian kata misyar dinisbahkan kepada pernikahan ini karena suami pergi ke tempat isterinya dan
bukan sebaliknya. Usamah al-Asyqar menyatakan sesungguhnya kata misyar merupakan bentuk
mubalaghah yang diperuntukkan bagi seorang lelaki yang banyak menempuh perjalanan. Pada akhirnya
kata tersebut menjadi nama bagi jenis pernikahan ini, sebab orang yang menikah dengan cara ini tidak
memenuhi kewajiban berumah tangga sebagaimana yang telah ditetapkan oleh syariat. Pernikahan ini
disebut misyar dikarenakan suamilah yang pergi menuju tempat isteri di waktu-waktu terpisah. Suami
tidak berlama-lama tinggal bersama isterinya, bahkan suami tidak bermalam dan menetap.

Nikah misyar adalah praktik pernikahan dimana seorang suami tidak wajib memberi nafkah kepada sang
istri atas dasar perjanjian kedua belah pihak. Pernikahan ini biasanya dilakukan oleh perempuan kaya
yang tidak kunjung menikah, sehingga memberi kelonggaran terhadap suami untuk menikahinya tanpa
memberi nafkah. Seringkali pasangan suami istri pada nikah misyar jug tidak tinggal dalam rumah yang
sama. Sedangkan dalam hukum Islam sendiri telah diatur bahwasanya suami wajib menafkahi istri.
Secara umum di kalangan ulama, permasalahan nikah misyar ini masih mengalami perdebatan

Nikah Misyar bukanlah nikah yang dianjurkan dalam Islam. Pernikahan seperti ini diperbolehkan karena
adanya desakan kebutuhan dengan catatan aqad nikah dengan segala syarat dan rukunnya harus
dilaksanakan. Jika tidak maka pernikahan dianggap batal. Tujuan untuk menghormati dan mensucikan
perempuan serta mempertimbangkan mashlahah dan mafsadah maka Yusuf al- Qordhawi sebagaimana
dikutip oleh Usamah al-Asyqar dalam Mustajaddat membolehkan Nikah Misyar. Alasan sebagai berikut :

1. Banyaknya perempuan yang melajang tua yang telah lewat masa melaksanakan pernikahan.

2. Perempuan-perempuan yang masih tinggal dengan orang tua mereka dan tidak mampu memenuhi
fitrah untuk membangun keluarga dan menjadi seorang ibu.

3. Banyaknya perempuan yang mengalami perceraian.

4. Janda yang ditinggal mati suaminya dengan harta yang melimpah ruah.

5. Wanita karir, berkarya dan bekerja sendiri seperti dokter, apoteker, pengacara dan lain sebagainya
yang sudah mempunyai penghasilan tetap.

Dengan alasan di atas, dapat difahami bahwa Nikah Misyar pada hakikatnya bertujuan untuk memenuhi
kebutuhan biologis untuk menjaga agar tidak tergelincir ke dalam perbuatan zina.

Syeikh Al Baani juga pernah ditanya, namun beliau melarangnya dilihat dari dua sisi:

menikah adalah tinggal bersama, sebagaimana firman Allah:

َ ِ‫ق لَ ُك ْم ِم ْن َأ ْنفُ ِس ُك ْم َأ ْز َواجًا لِتَ ْس ُكنُوا ِإلَ ْيهَا َو َج َع َل بَ ْينَ ُك ْم َم َو َّدةً َو َرحْ َمةً ِإ َّن فِي َذل‬
ٍ ‫ك َآَليَا‬
( َ‫ت لِقَوْ ٍم يَتَفَ َّكرُون‬ َ َ‫ ) َو ِم ْن َآيَاتِ ِه َأ ْن َخل‬21/‫الروم‬

“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu
sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa
kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum
yang berfikir”. (QS. Ar Ruum: 21)
Syeikh Ibnu Utsaimin –rahimahullah- sebelumnya membolehkan pernikahan jenis ini, namun akhirnya
beliau tawaquf, karena prakteknya ada beberapa kerusakan yang ditimbulkan oleh sebagian orang yang
tidak bertanggung jawab.

kesimpulan pendapat kami adalah:

Nikah misyar jika syarat-syarat nikah yang benar terpenuhi, seperti ijab qabul, walinya setuju, kedua
saksi dan diumumkan, maka akad tersebut adalah sah. Akad jenis ini boleh dilakukan oleh laki-laki atau
wanita yang berada pada kondisi tertentu yang menuntut untuk menikah dengan jenis ini. Oleh karena
ada sebagian orang yang lemah agamanya yang menyalahgunakan pernikahan ini, maka menjadi sebuah
kewajiban agar bolehnya nikah misyar ini tidak menjadi sebuah fatwa untuk umum, namun dilihat
kondisi masing-masing suami istri, jika nikah misyar ini baik bagi mereka maka akad bisa dilanjutkan,
namun tidak maka sejak awal akad harus dicegah, sebagai pencegahan dari tujuan hanya melampiaskan
syahwatnya saja, dan meremehkan tujuan pernikahan yang lain

Anda mungkin juga menyukai