Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

FIQH MUNAKAHAT

KONSEP WALIMATUL ‘‘URS’’

Dosen Pengampu : Dr Hj.Siti Nurjanah,M,Ag

Disusun Oleh :

NAMA : FIDYAN JAIS SULLAH

NPM : (2102031005)

JURUSAN HUKUM TATA NEGERA

FAKULTAS SYARIAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI METRO

2021/2022

i
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT, yang telah mencurahkan segala rahmat, hidayah sehingga kami
dapat mampu menyelesaikan tugas pembuatan makalah untuk memenuhi mata kuliah fiqh
munakahat. Solawat serta salam somoga tetap tercurah limpahkan kepada nabi Muhammad
SAW, karenanya telah membawa cahaya llahiyah untuk menerangi jalan manusia yang fana
dengan agama Islam.

Sebagian manusia yang tak lulut dari salah dan lupa, maka tentulah dalam penulisan makalah
ini sangat besar kemungkinan terdapat kekurangan baik dari segi penulisan ataupun isi dan
sebagainya, oleh karena itulah maka kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari para pembaca

Demikian yang dapat kami sampaikan, kami sangat berharap semoga isi makalah ini dapat
bermanfaat bagi kita semua, atas semuanya kami ucapkan terima kasih

Metro, 4 April 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL……………………………………………………………………..…….i

KATA PENGANTAR………………………………………………………….……...…..….ii

DAFTAR ISI …………………………………………………………………….………....iii

BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………………..…1

A. Latar Belakang ……………………………………….……………….………….……1

B. Rumusan Masalah…………………………………………………………………..….1

C. Tujuan ………………………………………………………………………………….1

BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………………….….2

A. Pengertian Walimatul’urs…………………………………………………………...…3
B. Kedudukan hukum Walimatul ‘urs……………………………………………….…...3
C. Hukum Walimatul’ urs.………………………………………………………….….3
D. Hikmah Walimatul’ urs……………………………….……………………………....7

BAB III PENUTUP…………………………………………………………………………..9

A. Kesimpulan…………………………………………………………………………9

B. Saran………………………………………………………………………………..9

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………….10

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Allah menciptakan manusia dengan berpasang-pasangan, Allah memerintahkan


manusia untuk menikah dengan syarat dan ketentuan yang telah diatur dan ditetapkan.
Manusia tidak akan berkembang tanpa adanya suatu perkawinan, karena pada dasarnya
perkawinan menyebabkan adanya keturunan dan keturunan menimbulkan keluarga yang
berkembang menjadi kerabat serta masyarakat.

Kata walimah diambil dari bahasa Arab al-walmu yamg berarti kumpu, karena
banyak manusia yang berkumpul menghadiri suatu jamuan. Sedangkan walimah dalam
literatur arab secara arti kata berarti jamuan yang khusus untuk perkawinan dan tidak
digunakan untuk perhelatan diluar perkawinan. Walimah juga dapat berarti melaksanakan
suatu suatu jamuan makanan sebagai pencetusan tanda gembira atau lainnya, tetapi biasanya
jika menyebut walimah adalah maksudnya walimatul „urs yang artinya perayaan perkawinan.
Sebagai suatu tradisi yang tumbuh dan berkembang dimasyarakat, tentunya pelaksanaan
walimah dalam perkawinan harus sejalan dengan aturanaturan Islam serta norma-norma
yanng ada pada masyarakat itu sendiri, meskipun saat ini untuk melaksanakananya terasa
sedikit sulit karena terjadi akulturasi kebudayaan sehingga untuk membedakan mana yang
benar dan mana yang salah akan terasa sulit. Pelaksanaan walimatul „urs hendaknya diadakan
sesderhana mungkin sebagaiman dibatasi oleh syari‟at Islam. Tidak boleh dilakukan secara
berlebihan apalagi bertujuan untuk memamerkan kekayaan (riya). Islam melarang orang yang
suka berlebih-lebihan yang merupakan bentuk sifat mubazir adalah sebagai saudara syaitan.

Menurut hadis Rasulullah bahwa walimah cukup dilaksnakan satu hari saja. Jika
ingin dilakukan lebih lama maksimal diadakan dua hari. Tujuan walimatul‟urs secara umum
untuk memperkenalkan bahwa kedua mempelai sudah menikah dan masyarakat mengetahui
dan mengmerti bahwa kedua mempelai sudah sah menjadi suami istri.

B. Rumusan masalah
a. Apa Pengertian walimatul urs?
b. Bagaimana kedudukan hukum walimatul urs?
c. Bagaimana Hukum walimatul urs?
d. Bagaimana Hikmah walimatul urs?

C. Tujuan

a. Agar mahasiswa mengetahui Pengertian walimatul urs?


b. Agar mahasiswa mengetahui kedudukan hukum walimatul urs?
c. Agar mahasiswa mengetahui Hukum walimatul urs?
d. Agar mahasiswa mengetahui Hikmah walimatul urs?

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Walimatul’urs

Kata walimah berasal dari al-Walamu yang dalam bahasa Indonesia artinya
“pertemuan”. Di dalam kamus ilmu fiqih disebutkan bahwa walimah merupakan makanan
pernikahan atau semua makanan yang ditujukan untuk disantap para undangan.Kemudian kata
al-Urs. Dalam bahasa Arab kata al-Urs terdiri dari tiga huruf; ‘ain, ra, sin. Karena posisinya
sebagai mudhaf ilaih, maka ditambah alif lam ma’rifah atau ( ‫)اَ ْل‬. Jika ditulis dalam bahasa
arab menjadi: ‫س‬ ُ ‫اَ ْل ُع ْر‬ / al-‘Ursu. Kata al-‘Urs dalam kalimat walimatul ‘Urs artinya adalah az-
Zifaf wa Tazwij; perkawinan dan pernikahan. Bentuk plural dari Al-‘Ursu adalah al-A’rasu / ‫اَ ْل‬
ُ ‫َأع َْر‬. Jadi ‘Urs artinya perkawinan dan pernikahan.
‫اس‬

Adapun secara istilah Walimatul Ursy adalah jamuan yang khusus untuk pernikahan
dan tidak digunakan untuk perhelatan di luar pernikahan. Karena itulah secara
umum,Walimatul Ursy diartikan dengan pesta dalam rangka mensyukuri nikmat Allah Swt
atas terlaksananya akad pernikahan dengan menghidangkan makanan.

walimah secara etimologi terbentuk dari kalimat ِ‫ ْملَو‬yang artinya berkumpul, dan secara syar’i
bermakna sajian makanan yang dihidangkan untuk merayakan suatu kebahagiaan sedangkan
al-urs artinya pesta perkawinan.

 Menurut Syaikh Khamil Muhammad Uwaidah walimah berarti penyajian makanan


untuk acara pesta. Ada juga yang mengatakan, walimah berarti segala macam
makanan yang dihidangkan untuk acara pesta atau yang lainnya. Menurut imam
Muhammad bin Ismail ash-Shan’ani walimatul ursy (‫( العرس ولیمة‬adalah sebagai tanda
pengumuman (majelis) untuk pernikahan yang menghalalkan hubungan suami isteri
dan perpindahan status kepemilikan Menurut Imam Ibnu Qudamah dan Syaikh Abu
Malik Kamal as-Sayyid Salim, “Al-Walimah merujuk kepada istilah untuk makanan
yang biasa disajikan (dihidangkan) pada upacara (majelis) perkawinan secara khusus.
 Sedangkan menurut Sayyid Sabiq, “Walimah juga dapat diartikan dengan kata walm
yang berarti perhimpunan, karena pasangan suami istri berhimpun. Walimatul ‘ursy
adalah hidangan khusus dalam acara pernikahan yang dalam kamus bahasa Arab
makna walimatul‘ursy adalah makanan acara pernikahan, atau setiap makanan yang
dibuat untuk undangan yang lainnya.
 Menurut Imam Masrudi: Walimah adalah acara pernikahan yang bertujuan
memberitahukan akan berlangsungnya pernikahan dan sebagai rasa syukur atas
karunia Allah SWT. Yang dianugerahkan kepada kedua mempelai sehingga menjadi
syiar Islami di tengah masyarakat agar tergugah keinginan bagi para pemuda untuk
dapat melangsungkan pernikahan.
 Sedangkan walimah dalam literatur arab secara arti kata berarti jamuan yang khusus
untuk perkawinan dan tidak digunakan untuk perhelatan diluar perkawinan.
Berdasarkan pendapat ahli bahasa diatas untuk selain kesempatan perkawinan tidak
digunakan kata walimah meskipun juga menghidangkan makanan. Berbagai
2
penjelasan yang bersumber dari para ulama dan tokoh Islam di atas maka yang
dimaksudkan dengan walimatul‘ursy itu adalah jamuan makan yang diadakan untuk
merayakan pernikahan pasangan pengantin. Sebagai salah satu uslub untuk
mengumumkan pernikahan kepada khalayak, agar tidak menimbulkan syubhat
(kecurigaan) dari masyarakat yang mengira orang yang sudah melakukan akad nikah
tersebut, melakukan perbuatan yang tidak dibolehkan syara’ (berzina) karena belum
diketahui statusnya (sudah menikah) juga sebagai rasa syukur pada momen yang
sangat membahagiakan dalam kehidupan seseorang, maka dianjurkan untuk
mengadakan sebuah pesta perayaan pernikahan dan membagi kebahagiaan itu kepada
orang lain.

B. Kedudukan hukum Walimatul ‘Urs

Walimah merupakan amalan yang sunnah semua ulama sepakat tentang pentingnya
pesta perayaan nikah meskipun ulama berpendapat hukum untuk mengadakan walimah
pernikahan adalah wajib sementara itu umumnya para ulama berpendapat hukumnya adalah
sunnah yang sangat dianjurkan ulama berpendapat bahwa walimah merupakan suatu hal yang
sunnah dan bukan wajib.Mnurut Ibnu Taimiyah pernah ditanya tentang walimatul urus beliau
menjawab “segala puji bagi Allah kalau walimatul urus hukumnya adalah sunnah dan
diperintahkan menurut kesepakatan ulama bahkan sebagai mereka adalah yang mewajibkan
karena menyangkut tentang pemberitahuan nikah dan perayaan serta membedakan antara
pernikahan Dan perzinahan’ oleh karena itu menurut pendapat ulama menghadiri acara
pernikahan adalah wajib hukumnya jika orang yang bersangkutan adalah kesepakatan dan
tidak ada halangan

C. Hukum Walimatul Urs

Walimatul ursy biasanya dilakukan sebelum ijab qabul atau sesudahnya. Biasanya
juga di isi dengan pembacaan ayat-ayat Al-Qur’an juga sholawat Nabi dengan tujuan ingin
diperlancarkan acara pernikahannya juga di dijadikan keluarga yang sakinah, mawwadah wa
rahmah bagi si pengantin.Walimatul Ursy merupakan perkara yang disyariatkan dalam Islam
dan tidak ada khilaf para ulama bnhwa menyelenggarakan walimatul ursy (pesta pernikahan)
hukumnya sunnah.

Hal ini sesuai dengan anjuran Rasulullah Saw dalam sebuah Hadits yang menerangkan
bahwa ketika Abdurrahman bib Auf telah menikahi perempuan dengan maskawin senilai satu
biji emas, beliau Saw menganjurkannya menyelenggarakan walimah.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

ُ ‫ يَا َر‬:‫ َما ه َذا؟ قَا َل‬:‫ص ْف َر ٍة فَقَا َل‬


‫س ْو َل‬ ٍ ‫س ْب ِن َمالِ ٍك اَنَّ النَّبِ َّي ص َرَأى َعلَى َع ْب ِد ال َّر ْحم ِن ْب ِن ع َْو‬
ُ ‫ف اَثَ َر‬ ِ َ‫عَنْ اَن‬
ٍ ‫هللاِ اِنّى تَ َز َّو ْجتُ ا ْم َرَأةً َعلَى َو ْز ِن نَ َوا ٍة ِمنْ َذ َه‬
‫ مسلم‬.‫ اَ ْولِ ْم َو لَ ْو بِشَا ٍة‬. َ‫ فَبَا َركَ هللاُ لَك‬:‫ قَا َل‬.‫ب‬
Dari Anas bin Malik, bahwasanya Nabi saw. melihat ada bekas kuning-kuning pada ‘Abdur
Rahman bin ‘Auf. Maka beliau bertanya, “Apa ini ?”. Ia menjawab, “Ya Rasulullah, saya
baru saja menikahi wanita dengan mahar seberat biji dari emas”. Maka beliau bersabda,

3
“Semoga Allah memberkahimu. Selenggarakan walimah meskipun (hanya) dengan
(menyembelih) seekor kambing”.

Hukum mengadakan walimah ursy adalah sunnah, dan tidak hanya diuntukkan
kepada orang-orang yang kaya dan berada. Namun undangan tersebut juga diperuntukkan
orang-orang miskin sekitar, guna merasakan hidangan di hari bahagia tersebut. Nabi
shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

َ‫ى هللا‬t‫َص‬ ِ ‫ْأ‬tَ‫ فَ َمنْ لَ ْم ي‬، ُ‫ا ِكيْن‬t‫س‬


َ ‫ ْد ع‬tَ‫ َّدع َْوةَ فَق‬t‫ت ال‬ َ ‫ا ُء ويُ ْت‬ttَ‫ا ْاَأل ْغنِي‬tt‫ ْدعَى ِإلَ ْي َه‬tُ‫ ي‬،‫ ِة‬t‫ش َُّر الطَّ َع ِام طَ َعا ُم ا ْل َولِ ْي َم‬
َ ‫ر ُك ا ْل َم‬t
ُ‫س ْولَه‬
ُ ‫َو َر‬
“Makanan paling buruk adalah makanan dalam walimah yang hanya mengundang orang-
orang kaya saja untuk makan, sedangkan orang-orang miskin tidak diundang. Barangsiapa
yang tidak menghadiri undangan walimah, maka ia durhaka kepada Allah dan Rasul-Nya.”

Jadi sebisa mungkin dalam sebuah pernikahan di adakan walimah, sebagai rasa syukur
kita kepada Allah Subhanahu wata’ala. Namun walimah ini juga tidak boleh berlebih-lebihan
atau memberatkan orang lain, apalagi hingga menyebabkan kemaksiatan.

a. Hukum Menghadiri Walimatul Urs

Sebagai seorang muslim kita juga di anjurkan untuk menghadiri undangan saudara kita
yang sedang melakukan walimah. Menghadiri walimatul ‘ursy hukumnya sunnah menurut
madzhab Hanafiyyah. Sementara menurut Syafiiyyah dan Hanabilah, hukumnya wajib selama
tidak ada kemungkaran.

Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda;

“Apabila seorang diantara kamu diundang walimah, hendaknya ia menghadirinya” (HR.


Muslim).

Datang di acara walimatul ursy ini merupakan suatu dorongan semangat kebahagiaan
yang kita berikan kepada si pengantin juga keluarga, sehingga menambah kebahagian kepada
sohibul hajat.Lalu, bagaimana jika kita menghadiri walimah tersebut jika dalam keadaan
berpuasa? Hal ini juga telah dijelaskan bahwa seseorang yang menghadiri walimah dalam
keadaan berpuasa maka hendaknya ia mendoakannya.Adapun bagi orang yang tidak sedang
menjalankan puasa hendaknya ia makan, ini merupakan sabda Nabi Muhammad SAW dari
Abu Hurairah Radliyallahu ‘anhu yang diriwayatkan oleh Imam Muslim.

Selain itu, dikehidupan sehari-hari biasanya terdapat lebih dari satu walimah yang
dilakukan secara bersamaan. Apalagi dalam masyarakat jawa, yang masih banyak
menggunakan weton sebagai sarana penentuan hari pelaksanaan walimah atau ijab.Lalu
bagaimana jika ada acara walimah dalam waktu yang sama? Apakah kita lihat siapa yang
mengundang dulu, orang yang kaya atau tidak, orang yang shalih atau tidak?

Hal ini juga telah di sabdakan oleh Rasulullah Saw bahwa ketika ada dua acara
walimah yang dilaksanakan secara bersamaan, maka hendaknya kita menghadiri walimah
yang terdekat dari rumah kita. Jika salah satu dari mereka telah mengundang kita terlebih
dahulu, maka kita mengutamakan yang mengundang kita lebih dahulu. Hadits ini
4
diriwayatkan oleh Abu Dawud namun sanadnya lemah.Dalam kehidupan bersosial melakukan
walimah merupakan sarana untuk bersilaturahmi sesama kaum muslim, sebagai suatu
dorongan kebersamaan juga sebagai sarana tolong menolong dalam kebaikan. Walimah
merupakan bentuk syukur atas kebahagiaan yang diekspresikan, sehingga memberikan efek
kebahagiaan kepada sesamanya, seperti yang kita ketahui bahwa kaum muslim merupakan
satu tubuh, ketika satu anggota tubuh bahagia, maka semua anggota tubuh juga ikut bahagia.

dasar dalil yang diperpegangi oleh para ulama sehingga ada yang mewajibkan dan
ada yang cukup menghukuminya dengan sunnah muakkadah. Hal tersebut dapat
dikelompokkan ke dalam dua pendapat yakni sebagai berikut:

 Walimatul ‘ursy Sebagai Suatu Kewajiban Ada perbedaan pendapat dikalangan para
ulama dalam memandang kedudukan hukum dalam melaksanakan resepsi pernikahan
atau walimatul’ursy sebagaimana Syaikh Abdul Azhim bin Badawi al-Khalafi
berpendapat bahwa:
“Wajib bagi orang yang menikah untuk menyelenggarakan walimatul ‘ursy setelah
menggauli isteri, sebagaimana perintah Nabi SAW. Kepada ‘Abdurrahman bin ‘Auf
dalam hadits yang telah diriwayatkan oleh Buraidah bin al-Hashib, ia berkata, “Tatkala
‘Ali meminang Fatimah Radhiyallahu anhuma ia berkata, ‘Rasulullah SAW, bersabda,
Sesungguhnya merupakan keharusan bagi pengantin untuk menyelenggarakan
walimah”.

Diantara dalil yang mengharuskan walimah sebagaimana perintah Nabi Shallallahu


‘alaihi wa sallam kepada ‘Abdurrahman bin ‘Auf dalam hadits yang telah disebutkan
sebelumnya dan juga hadits yang telah diriwayatkan oleh Buraidah bin al-Hashib, ia berkata:

ِ ‫ لِ ْل َع ْر‬11 ‫ ِإنَّ ُھ الَبُ َّد‬: ‫سلَّ َم‬


‫س ِمنْ َولِ ْی َم ٍة‬ َ ‫صلَّى هللاَّ ُ َعلَ ْی ِھ َو‬ ُ ‫ قَا َل َر‬:‫اط َمةَ قَا َل‬
َ ِ‫س ْو ُل هللا‬ ِ َ‫ لَ َّما َخطَ َب َعلِ ٌّي ف‬.
Artinya: “Tatkala ‘Ali meminang Fatimah Radhiyallahu anhuma ia berkata, ‘Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Sesungguhnya merupakan keharusan bagi pengantin
untuk menyelenggarakan walimah.” Ulama yang mewajibkan walimah karena adanya
perintah Rasulullah SAW. dan wajibnya memenuhi undangan walimah.

Rasulullah SAW. Sendiri menyelenggarakan walimah ketika menikahi istri-istrinya


seperti dalam hadits dari Anas bin Malik R.A. ia berkata:

‫ ا ْل َولِ ْی َمةَ ثَالَثَةَ َأیَّام‬12 ‫صدَاقَ َھا َو َج َع َل‬


َ ‫صفِیَّةَ َو َج َع َل ِع ْتقَ َھا‬
َ ‫سلَّ َم‬
َ ‫صلَّى هللاَّ ُ َعلَ ْی ِھ َو‬
َ ‫ تَ َز َّو َج النَّبِ ُّي‬.
Artinya: “Nabi Saw, menikahi Shafiyyah dan kemerdekaannya sebagai maskawinnya,
kemudian beliau menyelenggarakan walimah selama tiga hari (HR. al- Bukhari dan Muslim).”
Hadist di atas ditegaskan pula oleh pandangan bahwa hukum menghadiri undangan, Jumhur
ulama penganut Imam Asy-Syafi’i dan Imam Hambali secara jelas menyatakan bahwa
mengahadiri undangan ke walimatul‘ursy adalah fardu‘ain. Adapun sebagian dari penganut
keduanya ini berpendapat bahwa menghadiri undangan tersebut adalah sunnah. Sedangkan
dalil hadist yang telah disebutkan di atas menunjukkan adanya hukum wajib menghadiri
5
undangan. Apalagi setelah adanya pernyataan secara jelas bahwa orang yang tidak mau
menghadiri undangan telah berbuat maksiat kepada Allah SWT dan Rasul-Nya.

Atas dasar dalil-dalil tersebut di atas sebagian ulama menganggap bahwa hal tersebut
menjadi indikasi (qharinah) wajibnya menyelenggarakan walimatul’ursy sebab adanya
perintah yang mengharuskan untuk menghadiri undangan walimah.

 Walimatul ‘ursy Sebagai Sunnah Muakkadah Mengadakan walimah pernikahan


hukumnya Sunnah Muakkadah. Bagi yang melangsungkan pernikahan dianjurkan
untuk mengadakan walimah menurut kemampuan masing-masing. Dalam hal ini
Rasulullah Saw, bersabda kepada Abdurrahman bin Auf ketika ia menikah:

‫ َأ ْو لِ ْم َولَ ْو بِشَا ٍة‬،َ‫ار َك هللاُ لَك‬


َ َ‫ب‬
Artinya: “Semoga Alloh memberkahimu. Adakanlah walimah walau hanya dengan
menyembelih seekor kambing” (HR. al-Bukhari dan Muslim). Hadits di atas memberikan
penekanan bahwa walimatul’ursy itu sangat dianjurkan. Bahkan dalam hadits sebelumnya,
Rasulullah Saw, mengatakan berwalimahlah sekalipun hanya dengan seekor kambing. Ukuran
kambing, tentunya untuk saat itu merupakan hewan yang biasa dan sederhana, tidak
memberatkan.

Dengan demikian hadits tersebut betul-betul menganjurkan walimatul’ursy sekalipun


dengan sesuatu yang sangat ringan, untuk konteks sekarang mungkin sekalipun dengan
daging ayam, atau apa saja yang sifatnya sederhana. Bahkan dalam hadits kedua dikatakan
bahwa Rasulullah Saw, mengadakan walimah ketika beliau menikah dengan Shafiyyah hanya
dengan al- syai’ir yakni makanan yang bahan utamanya berupa kurma yang dicampur dengan
tepung. Oleh karena itu, dalil-dalil diatas menunjukkan bahwa walimah dalam pernikahan
sangat dianjurkan sekalipun dengan walimah yang sangat sederhana. Adapun tentang hukum
walimah, jumhur ulama berpendapat hukumnya adalah sunnah dan tidak wajib. Sebagaimana
menurut Syaikh Kamil Muhammad Uwaidah berkata bahwa “Jumhur ulama berpendapat
bahwa walimah merupakan suatu hal yang sunnah dan bukan wajib”

Para fuqoha (ahli fiqih) bersepakat bahwa mengadakan pesta pernikahan hukumnya
adalah sunah muakkadah, “Imam Ahmad berkata, “Walimah itu hukumnya sunnah”. Menurut
jumhur, walimah itu disunnahkan (mandub) yakni sebuah perbuatan yang dilakukan oleh
Nabi Muhammad SAW dan karena itu dianjurkan bagi sang suami yang merupakan seorang
laki-laki (rasyid) dan wali suami yang bukan rasyid. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah
Rahimahullah berkata, “Adapun walīmatul’ursy maka hukumnya adalah sunnah.” Kemudian
ia menambahkan, “Dianjurkan untuk menyelenggarakannya (walimah) berdasarkan
kesepakatan ulama, bahkan di antara mereka ada pula yang mewajibkannya.” Memang ada di
antara ulama yang mewajibkan penyelenggaraan walimah tersebut, seperti sebagian pengikut
Imam asy-Syafi’i Rahimahullah, dengan alasan karena Rasulullah Saw, sendiri
memerintahkan ‘Abdur Rahman bin ‘Auf ra. Untuk menyelenggarakannya dan juga karena
wajibnya memenuhi undangan walimah, maka mengundang sendiri hukumnya adalah wajib.

Tetapi pendapat itu dapat dibantah; bahwa walimah adalah hidangan makanan untuk
suatu kegembiraan yang terjadi, maka hukumnya seperti hidangan-hidangan lainnya. Artinya

6
dapat menyelenggarakan perhidangan dan juga bisa meninggalkannya (tidak melakukan).
Adapun hadits yang dimaksud, maka kepadanya diberlakukan makna istihbāb, yaitu sunnah
dan bukan wajib. Dalilnya, bahwa Rasulullah Saw. Telah memerintahkannya (‘Abdurrahman
bin ‘Auf ra.) walau hanya dengan menyembelih seekor kambing yang menjadi indikasi
perbuatan tersebut hanyalah sebagai sunnah yakni apa yang dituntut oleh pembuat syariat
untuk dikerjakan dengan tuntutan yang tidak tegas dan tidak dicela bagi orang yang
meninggalkannya. Sunnah kadang-kadang bersifat muakkad (yang dikuatkan) seperti shalat
sunnah subuh dan ‘Id, baik Idhul Fitri maupun Idhul Adha. Sedangkan hukum yang bersifat
wajib atau fardlu apabila ada nash yang memerintahkan dengan pasti (qathi’) baik dari
sumbernya qath’i as-tsubut maupun segi penunjukannya qath’i ad-dhalah seperti shalat Ashar.

Adapun hadis terkait sahabat Rosulullah Saw, Abdurrahman bin ‘Auf tentang
perintah untuk menyelenggarakan walimatul’ursy tidak lain hanya sebagai anjuran bukan
perintah yang berarti wajib. Demikian pula dengan hujjah memenuhi undangan walimah
hukumnya wajib, berarti menyelenggarakannya juga wajib. Anggapan ini tertolak, cukup
dengan menyandingkan ibrah disyariatkannya mengucapkan salam bahwa mengucapkan
salam tidaklah wajib, sementara menjawab salam sendiri hukumnya wajib. Sebagian ahli ilmu
yang lain berpendapat wajibnya mengadakan walimatul’ursy dengan mengambil dalil dari
hadits Buraidah bin Hushaib ra, bahwa Rasulullah SAW, bersabda yang artinya “Tiap-tiap
perkawinan harus diadakan walimah”. Hadist yang diriwayatkan Ibnu ‘Asakir. Maka
bantahannya; hadits ini tidak dapat dijadikan hujjah karena sanadnya dha’if atau lemah dan
tidak kuat. Walimah merupakan amalan yang sunnah.

Hal ini sesuai dengan hadits riwayat dari Anas bin Malik, bahwa Nabi SAW pernah
berkata kepada Abdurrahman bin ‘Auf artinya: “Adakan walimah, meski hanya dengan satu
kambing”. Jumhur ulama berpendapat, bahwa walimah merupakan suatu hal yang sunnah dan
bukan wajib. Berdasarkan dengan pendapat ulama di atas yang didukung oleh dali-dalil syar’i
yang berkaitan dengan status hukum walimatul’ursy maka dapat disimpulkan bahwa
menyelenggarakan walimatul’ursy hukumnya sunnah muakkadah yakni sunnah yang sangat
dianjurkan oleh Rosulullah Saw.

D. Hikmah Walimatul urs

Dalam kitab Subulus Salam, Imam Muhammad bin Ismail ash-Shan’ani


menyebutkan bahwa makna walimatul ursy adalah mengumumkan pernikahan, perindahan
status yang menghalalkan hubungan suami istri. Sementara menurut kalangan mazhab
Hanbali menyatakan bahwa acara tersebut merupakan jamuan makan yang diadakan untuk
merayakan sebuah pernikahan.Adapun tujuan walimatul ursy juga untuk memberitahukan
kepada masyarakat serta agar tidak menimbulkan kecurigaan ketika melakukan perbuatan
yang tidak diperbolehkan bagi sepasang kekasih yang belum menikah.Selain itu juga untuk
memohon doa dari para undangan, agar berlangsungnya pernikahan kedua mempelai
mendapat keberkahan menjadi keluarga yang sakinah, mawaddah, dan rahmah.

Walimah juga dapat dianggap sebagai wasilah untuk mensyiarkan hukum-hukum


Allah, sebagai satu rangkaian yang menyertai pernikahan dan mempunyai tujuan yang mulia,
yaitu beribadah kepada Allah dan mengharapkan rida Allah Swt. Dan terakhir, walimatul
Ursy juga bisa sebagai perangsang bagi para jomblo agar tidak membujang selamanya.
7
 Ada beberapa hikmah dalam pelaksanaan walimah, diantaranya:
1. Merupakan rasa syukur kepada Allah SWT.
2. Tanda penyerahan anak gadis kepada suami dari kedua orang tuanya.
3. Sebagai tanda resmi akad nikah.
4. Sebagai tanda memulai hidup baru bagi suami-istri.
5. Sebagai realisasi arti sosiologi dari akad nikah.
6. Sebagai pengumuman bagi masyarakat, bahwa antara mempelai telah resmi
menjadi suami istri, sehingga mastarakat tidak curiga terhadap perilaku yang
dilakukan oleh kedua mempelai.

BAB III

PENUTUP

8
A. Kesimpulan

Kemudian kata al-Urs. Dalam bahasa Arab kata al-Urs terdiri dari tiga huruf; ‘ain, ra,
sin. Karena posisinya sebagai mudhaf ilaih, maka ditambah alif lam ma’rifah atau ( ‫)اَ ْل‬. Jika
ditulis dalam bahasa arab menjadi: ‫س‬ ُ ‫اَ ْل ُع ْر‬ / al-‘Ursu. Kata al-‘Urs dalam kalimat walimatul
‘Urs artinya adalah az-Zifaf wa Tazwij; perkawinan dan pernikahan. Bentuk plural dari
ُ ‫اََأْل ْع َر‬. Jadi ‘Urs artinya perkawinan dan pernikahan.
Al-‘Ursu adalah al-A’rasu / ‫اس‬

Adapun secara istilah Walimatul Ursy adalah jamuan yang khusus untuk pernikahan
dan tidak digunakan untuk perhelatan di luar pernikahan. Karena itulah secara
umum,Walimatul Ursy diartikan dengan pesta dalam rangka mensyukuri nikmat Allah Swt
atas terlaksananya akad pernikahan dengan menghidangkan makanan.

Walimah merupakan amalan yang sunnah semua ulama sepakat tentang pentingnya
pesta perayaan nikah meskipun ulama berpendapat hukum untuk mengadakan walimah
pernikahan adalah wajib sementara itu umumnya para ulama berpendapat hukumnya adalah
sunnah yang sangat dianjurkan ulama berpendapat bahwa walimah merupakan suatu hal yang
sunnah dan bukan wajib. Dalam kitab Subulus Salam, Imam Muhammad bin Ismail ash-
Shan’ani menyebutkan bahwa makna walimatul ursy adalah mengumumkan pernikahan,
perindahan status yang menghalalkan hubungan suami istri. Sementara menurut kalangan
mazhab Hanbali menyatakan bahwa acara tersebut merupakan jamuan makan yang diadakan
untuk merayakan sebuah pernikahan.

B. Saran

Tentunya terhadap penulis sudah menyadari jika dalam penyusunan makalah di atas
masih banyak ada kesalahan serta jauh dari kata sempurna. Adapun nantinya penulis akan
segera melakukan perbaikan susunan makalah itu dengan menggunakan pedoman dari
beberapa sumber dan kritik yang bisa membangun dari para pembaca.

DAFTAR PUSTAKA

Muchlis Usman, Kaidah-kaidah Ushuliyah dan Fiqhiyah, (Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada,
1999), Cet. Ke-3, h. 140

9
Abd al-Wahhāb Khallāf, ‘Ilm Ushul al-Fiqh, (cet. VIII ; Kairo: Maktabat ad-Da’wat al-
Islāmiyyah Syabāb al-Azhar, 1987), h. 16-17

Abduh al-Barraq, Panduan Lengkap Pernikahan Islami, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, t.
tp

Alī al-Syuwaisyi‟, Tuḥfah al-„Urūsy ba Bahjah al-Nufūs, Terj: Abdul Risyad Shiddiq), Cet.
14, Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2010.

Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia: Antara Fiqih Munakahat dan
Undang-Undang Perkawinan, Cet. 5, Edisi Pertama, Jakarta: Kencana Prenada Media Group,
2014.

Hamzah Latief, “Interkoneksi Konsep Walimah Perkawinan dalam Hukum Islam dan Hukum
Adat Bugis Bone”, Mahasiswa Fakultas Syariah dan Hukum Islam IAIN Bone pada tahun
2019.

10

Anda mungkin juga menyukai