Anda di halaman 1dari 4

MAHAR NIKAH DAN WALIMAH

1.Defenisi mahar dan dasar hukumnya

Mahar adalah nama suatu benda yang wajib diberikan oleh seorang pria kepada seorang wanita
yang disebut dalam akad nikah sebagai pernyataan persetujua antara pria dan wanita itu untuk hidup
bersama sebagai suami isteri (Al Jaziri, 1969, h. 94).

Mahar adalah harta atau manfaat yang wajib diberikan oleh seorang pria terhadap seorang wanita
dengan sebab nikah atau watha‟. Mahar itu sunat disebutkan jumlah atau bentuk barangnya dalam
akad nikah. Apa saja barang yang ada nilai (harta) nya sah untuk dijadikan mahar. (Sayyid Bakri, III, H.
346-347).

Disunatkan menyebut mahar di dalam akad nikah. Maka jikalau tidak disebut, nikah tetap sah dan
wajib membayar mahar misil. (Safiuddin: 37)

Dari telaah buku-buku fiqh dapat disimpulkan bahwa mahar itu berupa pemberian dari calon
mempelai pria kepada calon mempelai wanita baik berbentuk barang, maupun jasa yang tidak
bertentangan dengan agama Islam.

Calon mempelai pria wajib membayar kepada calon mempelai wanita yang jumlah, bentuk dan
jenisnya disepakati kedua belah pihak. Apabila sudah disepakati bentuk jumlah dan jenisnya maka
dengan sendirinya mahar tersebut mengikat kedua belah pihak.

Besar dan bentuk mahar hendaknya berpedoman kepada kesederhanaan dan ajaran kemudahan
yang dianjurkan Islam, sehingga besar dan bentuk mahar itu tidak sampai memberiatkan calon
mempelai pria. Pemberian mahar langsung diberikan kepada calon mempelai wanita. Mahar tersebut
menjadi hak pribadi sepenuhnya calon mempelai wanita tersebut. Dalam pada itu calon mempelai
wanita berhak merelakan penggunaannya oleh pihak calon mempelai pria dikemudian hari. Firman Allah
SWT:

‫ص د ُٰقتِ ِه َّن نِحْ لَ ةً ۗ فَ اِ ْن ِط ْبنَ لَ ُك ْم ع َْن َش ْي ٍء ِّم ْن هُ نَ ْف ًس ا فَ ُكلُ وْ هُ هَنِ ۤ ْئًـا َّم ِر ۤ ْئًـا‬
َ ‫ َو ٰاتُوا النِّ َس ۤا َء‬Artinya “Berikanlah maskawin (mahar)
kepada wanita (yang kamu nikahi) sebagai pemberian dengan penuh kerelaan. Kemudian jika mereka
menyerahkan kepada kamu sebagian dari maskawin itu dengan senang hati, maka makanlah (ambillah)
pemberian itu (sebagai makanan) yang sedap lagi baik akibatnya”.(An Nisa: 4)

2. Mahar kontan atau berhutang

Pembayaran mahar hendaknya dilakukan dengan kontan, apabila calon mempelai wanita
menyetujui pembayaran mahar boleh ditangguhkan, baik seluruhnya atau untuk sebagian. Maka yang
belum dibayar kontan pembayarannya menjadi hutang calon pria. Hutang mahar seperti itu wajib
dilunasi dengan cara dan waktu sesuai dengan perjanjian. Jika calon mempelai wanita rela
menghapuskan hutang mahar seluruhnya atau sebahagiannya, maka gugurlah yang telah dihapuskan
itu. Sabda rasulullah SAW : “Ibnu Abbas meriwayatkan bahwa nabi Saw melarang ali mengumpuli
Fatimah sampai ia memberiikan sasuatu kepadanya, lalu jawabnya; saya tidak punya apa-apa, maka
sabda Rasul: dimanakah baju besi hutanniahmu itu, lalu diberikanlah barang itu kepada Fatimah”. (HR
Abu Daud, An Nasai dan Hakim )

3. Khotbah Nikah
Khotbah nikah dilakukan oleh orang yang mengakadkan nikah atau orang lain yang ditunjuk. Hukum
khotbah nikah sebelum akad nikah itu dilakukan adalah sunat. Kalau suatu akad nikah tidak dibacan
khotbah nikah maka nikah tersebut tetap sah. Sabda Rasulullah Saw Artinya“Dari seorang laki-laki Bani
Sulaim ia berkata: saya meminang lewat Nabi Saw seorang wanita yang menawarkan dirinya kepada
beliau untuk dinikahi, maka sabda beliau kepadanya: akau nikahkan engkau berdua dengan ayat-ayat Al
Qur‟an yang ada padamu dan Rasulullah tidak mengucapkan khutbah nikah”.

Sebagaimana khutbah-khutbah yang lain, khutbah nikahpun hendaknya memahami tahmid,


tasyahud, shalawat, wasiat taqwa dan ayat-ayat al quran yang berkenaan dengan masalah nikah.
Khutbah nikah itu hendaknya tidak usah panjang-panjang tetapi ringas, padat, terang dan berisi.
Demikian biasanya Rasulullah kalau menyampaikan khutbah.

Sebagaimana diketahui bahwa akad nikah adalah suatu syariat agama yang merupakan ibadah.
Sesuatu yang baik dan sesuatu yang penting dalam diadakan suatu penjelasan, nasehat, menyampaikan
kunci-kunci kebaikan hikmah pernikahan, hak dan tanggung jawab dalam pernikahan dan sebagainya.

Hal semacam ini adalah salah satu bekal bagi suami isteri yang akan melaksanakan bahtera
kehidupan rumah tangga nantinya. Dengan melaksanakan akad nikah sekaligus kita telah
menyebarluaskan ajaran agama kemudian mensyiarkan agama Allah. Sabda Rasulullah Saw “Dari Abu
Hurairah, bahwa Rasulullah Saw bersabda; setiap perkara yang penting tidak dimulai padanya dengan
“Alhamdulillah” maka terputuslah keberkahannya”. (HR Abu Daud dan Ibn Majah)

4. Walimatul Ursy
Kata-kata walimah diambil dari bahasa arab ‫ ااسلطايمة‬yang berarti berkumpul, karena banyak manusia
yang berkumpul untuk menghadiri suatu jamuan. Walimah dapat pula berarti melaksanakan suatu
jamuan makan sebagai pencetusan tanda gembira atau lainnya.Tetapi yang dipakai kalau menyebut
walimah maksudnya adalah walimah ursy artinya perayaan pernikahan. Dalam kitab tafsir An Nihaya juz
V hal. 226 seperti yang dikutib oleh departemen agama dalam buku ilmu fiqh Yaitu makanan yang dibuat
untuk pestra perkawinan (Depag, 1984/1985, h. 115)

Menurut Sayyid Sabiq, walimah diambil dari kata-kata walama yang arti harfiahnya berkumpul.
Oleh karena pada waktu itu berkumpul suami isteri. Dalam artian istilah berarti jamuan khusus diadakan
perayaan pesta perkawinan atau setiap jamuan untuk pesta lainnya (Sayyid Sabiq, 1971, h. 201).

1. Hukum walimatul „ursy


Walimatul usry itu hukumnya sunnat muakkad yang diadakan atau dibiayai oleh suami atau ayah atau
nenek suami dari hartanya.
Tidak ada ketentuan berapa besar kadar jamuan itu, tetapi yang afdol memotong seekor kambing.
Dalam kitab at tuhfah, apabila walimah itu diadakan oleh selain suami atau ayah suami seperti diadakan
oleh ayah isteri atau nenek isteri, maka telah terlaksana sunnat walimah itu. (Sayyid Sabiq, 1971, h. 357)

Melaksanakan acara jamuan perayaan nikah disunnatkan. Dan mengabulkan undangnan menghadirinya
adalah wajib, kecuali kalau ada uzur. (Taqiuddin: 37)

Golongan Jumhur berpendapat, menyelenggarakan walimah itu sunnah saja, bukan wajib. Alasannya,
bukanlah melakukan melakukan kurban pada hari raya haji dan pesta-pesta pada kesempatan-
kesempatan yang lain hanyalah anjuran saja. Akan tetapi golongan dhariri berpendapat bahwa
menyelenggarakan walimah itu hukumnya wajib (Depag, 1984/1985, h. 118)

Sabda Rasulullah Saw “Dari Anas ia berkata: Rasulullah Saw mengadakan walimah dengan seekor
kambing untuk isteri-isterinya dan untuk Zainab”(HR Buchari-Muslim)

2. Waktu walimatul „ursy Tidak ada ketetapan yang pasti kapan waktu penyelenggaraan walimatul ursy.
Hal ini tergantung pada keadaan. Walimah dapat dilaksanakan sesudah berlangsung akad nikah dan
dapat juga diadakan setelah bergaul sebagai suami isteri. Kedua hal di atas pernah dilakukan oleh
Rasulullah Saw.

Penyelenggaraan walimatul ursy tidak memiliki batasan waktu. Sebagaimana tidak ada batasan
waktu untuk menyelenggarakan akikah. (sayyid bakri; 357)

3. Hukum menghadiri undangan walimah

Asy Syafii, Hambali, Maliki dan Hanafi mengatakan bahwa hukum menghadiri undangan walimah adalah
wajib. Sebagian ulama Syafi‟iah, Hanabillah dan Malikiah menyatakan bahwa hukum menghadiri
undangan walimah adalah sunnah saja, bukan wajib. Sedangkan Syafi‟ah dan Hanadbilah lainnya dan
yang berpendapat bahwa hukum menghadiri undangan walimah itu fardhu kifayah saja, artinya apabila
sudah ada orang lain yang mengadirinya, sebagian yang lain yang tidak mengahdiri tidak mengapa.
Sabda Rasulullah Saw:
“Dari Ibn Umar bahwa Rasulullah Saw bersabda: jika salah seorang diantara kamu diundangn untuk
menghadiri walimah, hendaklah ia datangi”.

Pada dasarnya walimatul ursy adalah untuk merayakan pesta pernikahan, yang diundang hendaknya
para sanak family, kerabat, baik kaya, miskin, orang biasa maupun berpangkat. Makruh hukumnya
apabila kita mengundang orang-orang kaya saja sedangkan orang miskin kita abaikan.Sabda Rasulullah
Saw “Dari Abu HUrairah bahwa ia berkata: sejelek-jelek makanan adalah makanan walimah yang hanya
mengundang orang-orang kaya, akan tetapi meninggalkan orang-orang miskin” (HR Buchari)

4. Merayakan walimah dengan kesenian.

Suatu pernikahan yang dimeriakan dengan acara kesenian boleh saja, bahkan hukumnya sunnat.Sabda
Rasulullah Saw “Batas antara yang halal dengan yang haram itu ialah bunyi gendang, rebana dan bunyi
suara lagu di dalam pernikahan” (HR Hamsah)

Anda mungkin juga menyukai