NIKAH MUT’AH
KATA PENGANTAR
Assalamu ‘Alaikum Wr. Wb.
Alhamdulillahi Rabbil ‘Alamin... puji dan syukur kita panjatkan kepada
Allah SWT, yamg telah membentangkan jalan keselamatan buat insan dan
menerangi mereka dengan pelita yang terang benderang. Shalawat dan Salam atas
Nabi Muhammad SAW yang membawa petunjuk buat kehidupan manusia di
dunia dan di akhirat. Demikian pula, ucapan keselamatan atas keluarga, sahabat
dan pengikut beliau sampai hari kiamat.
Alhamdulillah akhirnya makalah ini dapat terselesaikan , kami menyadari
bahwa makalah ini masih sangat jauh dari kata sempurna, oleh karna itu kami
sangat berterima kasih apabila ada kritik dan saran yang membangun dari semua
pihak, semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.
Wassalamu ‘alaikum Wr. Wb.
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pernikahan merupakan sunnatullah pada alam ini, tidak ada yang keluar
dalam QS. Adz Dzariyat ayat 49 yang artinya "Dan segala sesuatu Kami
Allah"1
yang dikenal dengan nikah mut’at. Nikah Mut’ah ini merupakan salah satu
agama.
1
Al-Qur’an dan Terjemahan, Departemen Agama RI, jakarta: Mekar Surabaya
2
Nikah Mut’ah di Indonesia dikenal juga dengan istilah kawin kontrak,
kontrak/ Nikah Mut’ah di Indonesia tidak diakui dan tidak berlaku hukum itu.
B. Rumusan Masalah
Positif?
C. Tujuan Penulisan
hukum Positif?
3
BAB II
PEMBAHASAN
Pernikahan dalam bahasa arab adalah nikah. Nikah adalah suatu aqad
dan perempuan.
Menurut hukum islam, nikah itu pada hakikatnya ialah aqad antara calon
suami dan pihak calon istri (wali nikah) untuk memperbolehkan keduanya
bergaul sebagai suami-istri. Aqad artinya ikatan atau perjanjian. Jadi aqad
ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami
istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan
3. Wajib, bagi orang yang mampu memberi nafkah dan dia takut akan
tergoda zina
4
Sedangkan yang dimaksud dengan nikah mut’ah -sebagaimana yang
(Arab) ialah sesuatu yang dinikmati atau diberikan untuk dinikmati. Misalnya
benda yang diberikan sebagai ”ganti rugi” kepada isteri yang telah diceraikan.
Demikian juga kata kerja tamatta’a dan istamta’a barasal dari akar kata yang
mengerjakannya3.
menikah dengan seorang wanita dalam batas waktu tertentu, dengan sesuatu
pemberian kepadanya berupa harta, makanan, pakaian atau yang lainnya. Jika
masanya telah selesai, maka dengan sendirinya mereka berpisah tanpa kata
masyarakat islam pada waktu itu masih dalam transisi (masa peralihan dari
jahiliyah kepada islam). Sedang perzinaan pada masa jahiliyah suatu hal yang
biasa. Maka setelah islam datang dan menyeru pada pengikutnya untuk pergi
berperang. Karena jauhnya mereka dari istri mereka adalah suatu penderitaan
3
A. Dzarrin al-Hamidy, Nikah Mut’ah dalam Sorotan Hukum Islam dan Hukum Positif, (Al-
Qanun, Vol. 11, No. 1, 2008) hlm. 217
4
Armen Halim Naro, Nikah Mut’ah (Nikah Kontrak), 2006, hlm. 2
5
yang berat. Sebagian mereka ada yang kuat imannya dan adapula yang
sebagian tidak kuat imannya. Bagi yang lemah imannya akan mudah untuk
berbuat zina yang merupakan sebagai berbuatan yang keji dan terlarang. Dan
أال نستخصى؟ فنهانا رسول: كنا نغزو مع رسول هللا وليس معنا نساء فقلنا: عن بن مسعود قال
Artinya: “Dari mas'ud berkata : waktu itu kami sedang perang bersama
Rasulullah SAW dan tidak bersama kami wanita, maka kami berkata :
Tetapi rukhshah yang diberikan nabi kepada para sahabat hanya selama
ثم نهى عنها، ثالثة أيام،رخص رسول هللا عام أوطاس فى المطعة: وعن سلمة بن األكوع قال
)(رواه مسلم
Artinya :
keringanan nikah muth'ah pada tahun authas (penaklukan kota Makah) selama
6
bahwasanya pelarangannya dan kebolehannya terjadi dua kali, kebolehannya
( نهى رسول الل)وعن علي: عن المتعة عام خيبر (متفق عليه قال
Artinya : “Dari Ali ra. berkata : Rasulullah melarang nikah muth'ah pada
tahun Khaybar”
إنى كنت أذنت لكم اإلستمناع من النساء وإن: عن أبيه أن رسول هللا قال،وعن ربيع بن سبورة
)هللا قد حرم ذلك إلى يوم القيامة (أخرجه مسلم وأبو داود والنساء وأحمد وابن حبان
kepadamu untuk meminta muth'ah dari wanita, dan sesungguhnya Allah SAW
telah mengharamkan itu sampai hari kiamat”. (HR Muslim, Abu Daud, Nasai',
adalah rahmat bagi seluruh alam, Karena itu, maka Allah swt mengharamkan
Nikah Mut’ah karena tidak sesuai dengan misi yang diemban Rasulullah saw.
Memang pada mulanya nikah ini dibolehkan, akan tetapi, hal ini hanya
7
ketahui, bahwa jarak antara keislaman mereka masih dekat dengan kebiasaan-
Keringanan ini juga hanya terjadi dalam peperengan, maka tidak masuk
akal dalam keadaan seperti ini, meminta mereka menahan syahwat mereka
Mujahid dengan cara apapun dan dalam keadaan apapun. Keadaan inilah yang
perempuan dan anak yang lahir dari mereka. Dan setelah diharamkan, tidak
pernikahan adalah suatu ikatan yang kuat dan perjanjian yang teguh yang
ditegakkan di atas landasan niat untuk bergaul antara suami istri dengan abadi
supaya memetik buah kejiwaan yang telah digariskan Allah swt dalam al-
qur'an yaitu ketentraman, kecintaan, dan kasih sayang. Sedangkan tujuan yang
ِ ب هللاُ َمثَالً َر ُجلَي ِْن َأ َح ُدهُ َما َأ ْب َك ُم الَ يَ ْق ِد ُر َعلَى َش ْي ٍء َوه َُو َك ٌّل َعلَى َموْ الَهُ َأ ْينَ َما يُ َوجِّ ْههُ الَ يَْأ
ت َ ض َر
َ َو
ِ بِ َخي ٍْر هَلْ يَ ْست َِوي هُ َو َو َم ْن يَْأ ُم ُر بِ ْال َع ْد ِل َوهُ َو َعلَى
ص َرا ٍط ُم ْستَقِ ٍيم
yang seorang bisu, tidak dapat berbuat sesuatupun dan dia menjadi beban atas
6
Ramulyo, Mohd. Idris. Hukum Perkawinan Islam. Jakarta: Bumi Aksara. 2002. hlm 25
8
penanggungnya, ke mana saja dia disuruh oleh penanggungnya itu, dia tidak
yang menyuruh berbuat keadilan, dan dia berada pula di atas jalan yang
)١( َونِ َسا ًء َواتَّقُوا هللاَ الَّ ِذي تَ َسا َءلُونَ بِ ِه َواألرْ َحا َم ِإ َّن هَّللا َ َكانَ َعلَ ْي ُك ْم َرقِيبًا
Telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah
biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. dan bertakwalah kepada Allah
sesuai dengan nikah yang telah Allah swt syari'atkan. Dimana diketahui
bahwa, Nikah mut'ah dibatasi oleh waktu, dengan demikian, Nikah Mut'ah
berakhir dengan habisnya waktu yang ditentukan dalam aqad atau faskh,
Selain dibatasi oleh waktu, Nikah Mut'ah juga tidak membatasi jumlah
istri yang boleh dinikahi. Maka boleh bagi seorang peria menikah lebih dari
empat orang istri. Dan ini dapat dilakukan tampa wali atau tampa persetujuan
9
perceraian, pewarisan dan pemberian nafkah setelah selesainya waktu yang
dan karena tidak diwajibkan adanya wali dan saksi, bisa jadi, seseorang
mengumpulkan antara dua bersaudara, atau antara anak dan ibunya atau
Mut'ah, selain tidak sesuai dengan misi diutusnya Rasulullah saw (rahmatan
lilalaamin) dan syari'at yang dibawanya, Nikah Mut'ah juga memiliki banyak
untuk satu hari, satu minggu, enam minggu, satu tahun, atau berapa saja sesuai
10
hukumnya. Bila dalam akad nikah disebut jangka waktu, akad itu menjadi
pezinahan7. Nikah Mut’ah telah diharamkan oleh Islam dengan dalil kitab,
1. Dalil al-Quran
Allah berfirman:
َ ك فَُأولَِئ
)٣١( َك هُ ُم ْال َعا ُدون َ ِ) فَ َم ِن ا ْبتَغَى َو َرا َء َذل٣٠
hanya melalui dua cara. Yaitu nikah shahih dan perbudakan. Sedangkan
7
Mutawalli M. Assya’rawi, 2007, Anda Bertanya Islam Menjawab, Jakarta: Gema Insani Press
hlm. 172
11
c. Dengan akad nikah menjadi berkuranglah hak seseorang dalam
dengan mut’ah.
berstatus istri dan tidak pula berstatus budak, maka termasuklah orang
2. Dalil as-Sunnah
penaklukan Makkah. Tapi masih pada tahun yang sama pula beliau
perang Khaibar. Tapi yang benar ialah pada tahun penaklukan Makkah.
piaraan. Memang Ali bin Abi Thalib pernah berkata pada Ibnu Abbas,
ini berlaku untuk dua masalah tersebut. Tapi ada seorang rawi yang
8
Abd. Shomad, 2010, Hukum Islam; Penormaan Prinsip Syariah dalam Hukum Indonesia, Jakarta:
Kencana Predana hlm. 312
9
Ibnu Qayyim al-Jauziyyah, 2007, Zaadul Ma’ad Bekal Menuju ke Akherat, Jakarta: Pustaka
Azzam hlm. 388
12
حدثني الربيع بسبرة، حدثنا عبد العزيز بن عمر، حدثنا أبى،حدثنا محمد ابن عبدهللا بن نمير
يا أيها الناس إني قد كنت أذنت لكم فى: كان مع رسول هللا فقال، حدثه أنه، أن أباه،الجهني
االستمتاع من النساء وإن هللا قد حرم ذلك إلى يوم القيامة فمن كان عنده منهن شىء فليحل سبيله
Dari dalil yang dikutip dari hadis Nabi tersebut, bahwa Nikah Mut’ah
diperbolehkan pada era Rasulullah saw dalam keadaan darurat. Akan tetapi
pembolehan tersebut sudah dinasakh dan oleh hadis di atas. Oleh karena
itu, sangat jelas bahwa hukum Nikah Mut’ah ini haram dan akan berdosa
Rasulullah SAW. Tak ada satu pun kalangan ulama ahli sunnah yang
menghalalkannya.
10
Abd. Shomad, 2010, Hukum Islam; Penormaan Prinsip Syariah dalam Hukum Indonesia,
Jakarta: Kencana Predana hlm. 313
13
Dalam hal ini setidak-tidaknya dapat dikutip empat aturan perundang-
1. Pancasila, terutama sila I, ”Ketuhanan Yang Maha Esa” dan sila II,
”Perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang
tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”;
menurut Hukum Islam adalah pernikahan, yaitu akad yang sangat kuat
untuk melindungi seluruh rakyat Indonesia; dengan suatu teori bahwa suatu
negara dikatakan memiliki stabilitas yang kuat bila ditunjang oleh keberadaan
keluarga-keluarga atau rumah tangga yang mantap. Hal ini sulit terwujud bila
14
Karena itu, pemerintah hendaknya mengambil langkah tegas terhadap para
pelaku Nikah Mut’ah dan oknum-oknum dari instansi pemerintah atau di luar
instansi pemerintah yang terlibat atas terjadinya Nikah Mut’ah dan yang
sejenisnya11.
11
Al-Hamidy, A. Dzarrin. Ibid. hlm. 152
15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
harta, makanan, pakaian atau yang lainnya. Jika masanya telah selesai, maka
dengan sendirinya mereka berpisah tanpa kata thalaq dan tanpa warisan.
rumah tangga yang melahirkan anak dan juga saling mewarisi, yang keduanya
B. Saran
mengerti tentang apa yang diuraikan dalam makalah ini. Dengan mengerti,
16
DAFTAR PUSTAKA
A. Dzarrin al-Hamidy, Nikah Mut’ah dalam Sorotan Hukum Islam dan Hukum
Ramulyo, Mohd. Idris. Hukum Perkawinan Islam. Jakarta: Bumi Aksara. 2002.
Press 2007
Abd. Shomad, 2010, Hukum Islam; Penormaan Prinsip Syariah dalam Hukum
17