FIQIH SIYASAH
Disusun Oleh:
BAB I
Pendahuluan
Ketika seseorang mendengar istilah fiqh siyasah , tentu yang terlintas dalam
pikiranya adalah politik Islam atau islam yang bercorak politik. Pemahaman
seperti ini ada benarnya juga. Islam memang harus memiliki corak politik.
Akan tetapi, politik bukanlah satu-satunya corak yang dimiliki oleh Islam, ada
banyak corak lain yang dimiliki oleh islam. Sebab jika Islam hanya bercorak
politik tanpa ada corak lainnya yang seharusnya ada, maka Islam yang
demikian ialah Islam yang parsial, islam yang mewakili kepentingan tertentu
bukan islam universal. Munculnya varian-varian Islam dengan corak politik
yang amat kuat pada dasarnya didorong oleh kelemahan atau bahkan
keterpurukan politik umat Islam di indonesia saat ini.
Umat islam indonesia sebagai warga negara yang mayoritas tapi tidak
pernah bisa mengusung tokoh pimpinan sebagai kepala negara. Umat islam
selalu yang diwarnai bukan yang mewarnai kancah perpolitikan nasional. Umat
islam selalu dijadikan obyek politik tapi bukan sebagai subyek politik. Ini
tentunya menjadi keprihatinan bersama kita sebagai umat muslim di indonesia.
Kondisi politik yang seperti ini menjadi salah satu PR penting umat Islam saat
ini, untuk bisa bangkit dari kemundurannya.Konsep politik di negara indonesia
memang ada banyak yang kurang atau tidak sesuai dengan ajaran Islam.
Bahkan sering tanpa sadar tokoh politik dari partai politik yang bernuansa islam
tidak mengunakan politik islam. Inilah yang sangat berbahaya karena
masyarakat kita belum bisa membedakan antara siyasah islam dengan prilaku
tokoh politik islam
DAFTAR ISI
BAB …………………………………………………………………………………………………………………………...
PENDAHULUAN……………………………………………………………………………………………………...
B. Rumusan Masalah………………………………………………………………………………………….
C. Tujuan…………………………………………………………………………………………………………….
BAB II………………………………………………………………………………………………………………………...
pembahasan………….………………………………………………………………………………………………..
BAB III………………………………………………………………………………...
PENUTUPAN……………………………………………………………………………………………………………..
A. Kesimpulan…………………………………………………………………………………………………..…
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………………………………......
BAB II
PEMBAHASAN
syaria't, yang bersifat amaliah (praktis), yang digali dari dalildalilnya yang
terperinci, seperti pendapat Abu Zahrah, dibawah ini:
ساش-
سياســة
Sedangkan secara istilah, kata fiqih didefinisikan oleh para ulama dengan
berbagai definisi yang berbeda-beda. Sebagiannya lebih merupakan ungkapan
sepotong-potong, tapi ada juga yang memang sudah mencakup semua batasan
ilmu fiqih itu sendiri.Para usuliyyun membagi makna fiqh secara istilah dalam
tiga fase, yakni:
Fase pertama, fiqh sama dengan syariat, yakni segala pengetahuan yang
terkait dengan apa-apa yang datang dari Allah swt.., baik berupa akidah,
akhlak, maupun perbuatan anggota badan…
Fase ketiga, dan ini yang berlaku hingga saat ini, yaitu ilmu tentang
hukum-hukum syariah bersifat furu„iyyah amaliah yang bersandar pada
dalil-dalil terperinci)
Fiqh adalah hukum Islam yang tingkat kekuatannya hanya sampai zan,
karena ditarik dari dalil-dalil yang zanny. Bahwa hukum fiqh itu adalah zanny
sejalan pula dengan kata “al-muktasab” dalam definisi tersebut yang berarti
“diusahakan” yang mengandung pengertian adanya campur tangan akal pikiran
manusia dalam penarikannya dari Alquran dan sunnah Rasulullah SAW.
1. Kegunaan akademik
2. Kegunaan Politik
Pada dasarnya, semua kegunaa akademik di atas dapat di jadikan
rujukan perilaku politik (dalam hal praktik) dan mungkin pula untuk
dicoba terapkan dalam konteks perpolitikan di dunia, terkecuali di
Indonesia yang sedang membangun demokratisasi politik:
Ilmu lain yang dimaksudkan akan dibatasi pada disiplin ilmu tertentu,
berbentuk hubungan fungsional, yaitu sebagai berikut:
Ilmu fiqh, bahwa fiqh siyasah adalah sub dari ilmu fiqh yang
merupakan bagian dari fiqh muamalah. Oleh sebab itu, fiqh siyasah
merupakan ilmu peranata sosial yang dalam lingkup disiplin ilmu
yang telah baku dinyatakan sebagai salah satu ranting dari ilmu
sosial.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA