Anda di halaman 1dari 767



Jilid 32
Pernikahan

Bab 1 : Pengertian & Anjuran
Menikah

Kita mulai bab pertama dari bagian


pertama ini dengan mengupas seputar
pengertian nikah, pensyariatan dan juga
anjuran untuk menikah bagi mereka yang
belum atau tidak menikah.
A. Pengertian Menikah
1. Bahasa
Secara bahasa, kata an-nikah (‫)النككككاح‬
cukup unik, karena punya dua makna
sekaligus :
 Jima' : yaitu hubungan seksual
atau hubungan badan dan disebut
juga dengan al-wath'u (‫)الوطء‬.
 Akad : atau al-‘aqdu (‫)الععقَككككككد‬,
maksudnya sebuah akad, atau bisa
juga bermakna ikatan atau
kesepakatan.
Dan para ulama berbeda pendapat
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 1 Bab 1 : Pengertian & Anjuran Menikah

tentang makna yang manakah yang


merupakan makna asli dari nikah dan
mana yang makna kiasan? Apakah
makna asli nikah itu hubungan seksual
dan makna kiasannya akad ikatan dan
kesepakatan? Ataukah sebaliknya, makna
aslinya adalah ikatan atau akad,
sedangkan hubungan seksual justru
makna kiasannya?
Dalam hal ini, para ulama terpecah
menjadi tiga pendapat :
Pendapat pertama : mazhab Al-
Hanafiyah mengatakan bahwa makna asli
dari nikah itu adalah hubungan seksual (
‫)الككككوطء‬, sedangkan akad adalah makna
kiasan.
Pendapat kedua : mazhab Al-
Malikiyah dan Asy-Syafi'iyah berpendapat
sebaliknya, makna asli nikah itu adalah
akad (‫)العقَكككد‬, sedangkan kalau dimaknai
sebagai hubungan seksual, itu
merupakan makna kiasan saja.
Pendapat ketiga : ada juga
sebagian ulama yang mengatakan bahwa
nikah itu memang punya makna asli
kedua-duanya, hubungan seksual dan
akad itu sendiri.
2. Istilah
Sedangkan secara istilah fiqih, para
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 1 Bab 1 : Pengertian & Anjuran Menikah

ulama dari masing-masing mazhab


empat yang muktamad memberikan
definisi yang berbeda di antara mereka.
a. Mazhab Al-Hanafiyah
Mazhab Al-Hanafiyah menyebutkan
bahwa definisi nikah adalah :
‫صسسددا أتمي ديِعفيِسسدد عحسسلِ امسسسعتممتتاَعع‬ ‫تعمقدد ديِعفيِدد عمملتك املدممتتعسسعة بسساَ م‬
‫لمنتثىَ تق م‬ ‫ع‬
‫الرردجلِ عمتن اممترأتةَة تلمم تيِممتنمع عممن عنتكاَعحتهاَ تماَعندع تشمرععيي‬
Akad yang berarti mendapatkan hak milik untuk melakukan
hubungan seksual dengan seorang wanita yang tidak ada
halangan untuk dinikahi secara syar'i.1

b. Mazhab Al-Malikiyah
Sedangkan mazhab Al-Malikiyah
mendefinisikan nikah dengan redaksi :
‫تعمقسدد لععحسلِ تتتمتتسةَع عبسأ دمنتثىَ تغميِسعر تممحسترةَم توتمدجوعسسريِةَة توأتتمسةَة عكتتاَعبريِسةَة‬
‫صيِتغةَة‬
‫عب ع‬
Sebuah akad yang menghalalkan hubungan seksual dengan
wanita yang bukan mahram, bukan majusi, bukan budak ahli
kitab dengan shighah.2

c. Mazhab Asy-Syafi'iyah
Adapun mazhab Asy-Syafi'iyah punya
definisi yang berbeda tentang nikah
dengan definisi-definisi sebelumnya.
‫ضرمدن إعتباَتحتة تومطةَء عبتلمفعظ إعمنتكاَةَح أت مو تتمزعويِةَج أتمو تتمرتجتمعتعه‬
‫تعمقدد تيِتت ت‬
Akad yang mencakup pembolehan melakukan hubungan
seksual dengan lafadz nikah, tazwij atau lafadz yang

1 Ad-dur Al-Mukhtar wa Rad Al-Muhtar jilid 2 hal. 258


2 Asy-Syarhus-Shaghir wa Hasyiyatu As-Shawi jilid 2 hal. 332
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 1 Bab 1 : Pengertian & Anjuran Menikah

maknanya sepadan.1

d. Mazhab Al-Hanabilah
Definisi yang disebutkan dalam
mazhab Al-Hanabilah agak sedikit mirip
dengan definisi mazhab Asy-Syafi'iyah,
yaitu :
‫ظ عنتكسساَةَح أتمو تتمزعويِسسةَج أتمو‬
‫تعمقسسدد الرتمزعويِسسج أتمي تعمقسسدد ديِمعتتتبسسدر عفيِسسعه تلمفسس د‬
‫ع‬
‫تتمرتجتمدتده‬
Akad perkawinan atau akad yang diakui di dalamnya lafadz
nikah, tazwij dan lafadz yang punya makna sepadan.2

B. Masyru'iyah
Nikah disyariatkan di dalam Al-Quran
Al-Kariem, sunnah nabawiyah dan juga
lewat ijma' seluruh umat Islam.
1. Al-Quran Al-Kariem
Landasan masyru’iyah pernikahan
dalam syariat Islam adalah firman Allah
SWT di dalam Al-Quran :
‫ب َلسككمم َءمسن َالنسساَءء‬ ‫ء‬
‫سفاَنمككحوُا َسماَ َسطاَ س‬
Maka nikahilah wanita-wanita yang kamu senangi (QS. An-
Nisa' : 3)

Dan juga firman Allah SWT yang lain :


‫سوأسنمءككحوُا َالمسياَسمىَ َءممنككمم‬
Dan nikahilah wanita-wanita yang sendirian di antara

1 Mughni Al-Muhtaj jilid 3 hal. 123


2 Kasysyaf Al-Qinna' ala Matnil Iqna' jilid 5 hal. 5
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 1 Bab 1 : Pengertian & Anjuran Menikah

kalian. (QS. An-Nur : 32)

Dan masih banyak lagi ayat-ayat Al-


Quran yang menjadi landasan hukum dan
masyru’iyah dari pernikahan.
2. Hadits Nabawi
Ada begitu banyak hadits nabawi
yang memerintahkan pernikahan. Salah
satunya adalah sabda Rasulullah SAW
yang memerintahkan para pemuda yang
belum menikah namun telah memiliki
kemampuan untuk menikah.
‫ َ َيس اَ َسممعسش سر‬َ ‫ َقس اَسل َلسنس اَ َسركس وُكل َسالل ءه‬َ ‫سعس سمن َسعمبس سءد َساللس سءه َبمس سءن َسممسس سكعوُدد‬
‫ب َمس سءن َاسس ستَسطاَع َءممنككس سم َاسلمب سساَءسة َفسسمليتَ س سزلوج َ َفسس سءإنله َأسسغس س ض ء‬
‫صس سءر‬
‫ض َلملبس س‬ ‫ك س س سس س م ك‬ ‫ساللشس سسباَ ء س م س س‬
‫صسموُءم َفسسءإنلكه َلسسكه َءوسجسساَقء َكمتَلسسفسقق‬
‫صسكن َلءملسفسمرءج َسوسمسمن َسلسمس َيسمسستَسءطمع َفسسسعلسميسءه َءباَل ل‬
‫سوأسمح س‬
‫سعلسميءه‬
Dari Abdullah bin Mas'ud ra berkata bahwa Rasulullah SAW
bersabdakepada kami,"Hai para pemuda! Barangsiapa di
antara kamu sudah mampu kawin, maka kawinlah. Karena
dia itu dapat menundukkan pandangan dan menjaga
kemaluan. Dan siapa yang belum mampu hendaklah dia
berpuasa karena dapat menahan (HR. Bukhari Muslim)

Di dalam hadits yang lain Rasulullah


SAW juga menegaskan bahwa menikah
adalah jalan hidup beliau dan contoh itu
sengaja dijadikan sebagai panutan buat
umat beliau:
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 1 Bab 1 : Pengertian & Anjuran Menikah

‫س َءمنن‬ ‫ء ء‬ ‫ء ء‬
‫سالننسكاَكح َممن َكسنلت َفسسممن َ سمل َيسسمعسممل َبكسنلت َفسسلسمي س‬
Menikah itu bagian dari sunnahku, maka siapa yang tidak
beramal dengan sunnahku, bukanlah ia dari golonganku.
(HR. Ibnu Majah)

Rasulullah SAW menyebutkan bahwa


hidup sendirian tanpa nikah adalah
perbuatan yang tidak dizinkan :
‫ء‬ َ‫سعلسسسىَ َعكثمسمسساَسن َبمسءن َسمظمعكسسوُ د ت‬َ َ ‫لسسقسمد َسرلد َسركسسسوُكل َاللسءه‬
‫ن َاللستَبضسسل َسولسسموُ َأسذسن َلسسهك‬
َ‫صيسسنا‬
‫لمختَس س م‬
Sa’ad meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW menolak Usman
bin Maz’unin membujang, dan seandainya (Nabi)
mengijinkan padanya niscaya memperbolehkan.(HR. Ibnu
Majah)

Kalau pun bukan karena motivasi


nafsu dan lainnya, menikah dianjurkan
karena semata-mata perintah agama.
3. Ijma'
Seluruh umat Islam telah mencapai
kata sepakat bahwa menikah adalah
syariat yang ditetapkan dalam agama
Islam.
Bahkan banyak ulama yang
menyebutkan bahwa syariat pernikahan
telah ada sejak zaman Nabi Adam
alaihissalam, dan tetap terus dijalankan
oleh umat manusia, meski mereka
banyak yang mengingkari agama.
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 1 Bab 1 : Pengertian & Anjuran Menikah

C. Hakikat Pernikahan
Perkawinan antara laki-laki dan
perempuan serta menyatu untuk hidup
sebagai suami istri dalam ikatan
pernikahan adalah salah satu ciri
manusia sejak pertama kali diciptakan.
Tidaklah Allah SWT menciptakan Nabi
Adam alaihissalam, kecuali diciptakan
pula Hawwa sebagai pasangan hidupnya,
lalu mereka menjadi suami istri dalam
ikatan pernikahan.
Setelah itu, semua peradaban umat
manusia yang hidup di permukaan bola
bumi mengenal pernikahan dan
menjalani hidup dalam ikatan
pernikahan. Karena pernikahan adalah
jaminan atas keberlangsungan
peradaban umat manusia di muka bumi.
Tanpa adanya pernikahan, maka manusia
kehilangan jati dirinya dan derajatnya
selevel dengan hewan-hewan melata.
Meski banyak umat yang ingkar
kepada ajaran yang dibawa oleh para
nabi dan rasul, namun tetap saja mereka
hidup dalam ikatan pernikahan, dan
ikatan itu merupakan syariat dari Allah.
Fir'aun disebut-sebut sebagai orang
yang paling durhaka kepada Allah,
bahkan sampai menyatakan bahwa
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 1 Bab 1 : Pengertian & Anjuran Menikah

dirinya adalah tuhan yang patut


disembah oleh manusia. Namun dalam
keingkarannya itu, Fir'aun tetap saja
menikah dan hidup sebagai suami dari
istrinya.
Para durjana di muka bumi yang
dikenang manusia sebagai laknat,
umumnya mereka menikah dan punya
pasangan hidup. Bahkan bangsa-bangsa
yang komunis dan atheis sekali pun tetap
saja hidup dalam ikatan pernikahan.
Semua itu menunjukkan bahwa umat
manusia tidak bisa hidup tanpa ikatan
pernikahan, dimana mereka saling
mengikatkan diri dalam atap rumah
tangga.
D. Anjuran Menikah
Islam telah menganjurkan kepada
manusia untuk menikah. Dan ada banyak
hikmah di balik anjuran tersebut. Antara
lain adalah :
1. Sunnah Para Nabi dan Rasul
Kalau ada orang yang paling tinggi
derajatnya di sisi Allah, mereka tentulah
bukan para pendeta atau biksu yang
hidupnya membujang dan menjauhi
hidup berumah tangga. Kalau ada orang
yang dijamin pasti masuk surga setelah
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 1 Bab 1 : Pengertian & Anjuran Menikah

terjadi hari kiamat nanti, pastilah mereka


adalah para nabi dan rasul yang mulia.
Para pendeta dan biksu hanya
mengklaim diri mereka sebagai orang
suci, tetapi di sisi Allah sebagai tuhan
yang menetapkan tata cara beribadah
dan mendekatkan diri kepada-Nya, para
pendeta dan biksu yang tidak menikah
itu bukan orang yang dekat dengan diri-
Nya.
Orang-orang terdekat yang langsung
menerima wahyu dari Allah SWT tidak
lain hanyalah para nabi dan rasul.
Mereka adalah orang-orang yang resmi
menjadi pembawa wahyu dari langit.
Dan para nabi serta rasul itu
seluruhnya hidup normal dengan
menikahi wanita, berumah tangga dan
punya anak serta keturunan.
Di dalam Al-Quran Allah SWT
berfirman :
‫ك َسوسجسعملنسسساَ َسل سكمم َأسمزسواججسساَ َسوذكنريلسجة َسوسمسساَ َسكسساَسن‬ ‫ء‬ ‫سولسسق سمد َأسمرسس سملسناَ َكركس س ج‬
‫ل َنمسسن َقسسمبل س س‬
‫ء‬ ‫لءرسوُدل َسأن َيأمءت َءبآِيدة َإء ل ء ء ء‬
‫ب‬‫ل َبءءإمذن َاللنه َلككنل َأسسجدل َكستَاَ ق‬ ‫س س س‬ ‫سك‬
Dan sesungguhnya Kami telah mengutus beberapa Rasul
sebelum kamu dan Kami memberikan kepada mereka isteri-
isteri dan keturunan. Dan tidak ada hak bagi seorang Rasul
mendatangkan sesuatu ayat melainkan dengan izin Allah.
Bagi tiap-tiap masa ada Kitab. (QS. Ar-Ra'd : 38)

Dan di dalam hadits nabi SAW


Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 1 Bab 1 : Pengertian & Anjuran Menikah

disebutkan bahwa menikah itu bagian


dari sunnah para Nabi dan Rasul.
Dari Abi Ayyub ra bahwa Rasulullah SAW bersabda,"Empat
hal yang merupakan sunnah para rasul : [1] Hinna', [2]
berparfum, [3] siwak dan [4] menikah. (HR. At-Tirmizi)

Hinna' adalah memakai pacar kuku.


Namun sebagian riwayat mengatakan
bahwa yang dimaksud adalah bukan
Hinna' melainkan Haya' yang maknanya
adalah rasa malu.
2. Sunnah Nabi Muhammad SAW
Lebih dari separuh dari masa
kehidupan Rasulullah SAW dilalui dengan
didampingi istri. Terhitung sejak beliau
menikah pertama kali pada usia 25 tahun
hingga menutup usia di usia 63 tahun,
selama 37 tahun beliau selalu memiliki
istri, kecuali beberapa bulan saja ketika
beliau menduda sepeninggal istri
tercinta, Khadijah binti Khuwailid.
Dalam hidupnya, Rasulullah SAW
bukan hanya menikah sekali tetapi
beberapa kali. Tercatat beliau pernah
menikah 11 orang wanita, mereka adalah
Khadijah binti Khuwailid, Saudah binti
Zam’ah, Aisyah binti Abu Bakar, Hafsah
binti Umar bin Al-Khattab, Zainab binti
Khuzaimah, Ummu Salamah binti Abu
Umayyah, Zainab binti Jahsyi, Juwairiyah
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 1 Bab 1 : Pengertian & Anjuran Menikah

binti Al-Harits, Ramlah binti Abu Sufyan,


Shafiyyah binti Huyay bin Akhtab,
Maimunah binti Al- Harits.
Maka orang yang hidupnya tidak
didampingi istri, bukan karena alasan
yang syar'i dan diterima dalam udzur,
berarti hidupnya tidak sejalan dengan
sunnah Rasulullah SAW.
Dan bila ketidak-menikahan itu diiringi
dengan rasa tidak suka atau membenci
lembaga pernikahan, maka sikap itu
sudah termasuk membenci sunnah Nabi
SAW. Sebagaimana sabda beliau :
‫س َءمنن‬ ‫ء ء‬ ‫ء ء‬
‫سالننسكاَكح َممن َكسنلت َفسسممن َ سمل َيسسمعسممل َبكسنلت َفسسلسمي س‬
Menikah itu bagian dari sunnahku, maka siapa yang tidak
beramal dengan sunnahku, bukanlah ia dari golonganku.
(HR. Ibnu Majah)

Rasulullah SAW menyebutkan bahwa


hidup sendirian tanpa nikah adalah
perbuatan yang tidak dizinkan :
‫ء‬ َ‫سعلسسسىَ َعكثمسمسساَسن َبمسءن َسمظمعكسسوُ د ت‬َ َ ‫لسسقسمد َسرلد َسركسسسوُكل َاللسءه‬
‫ن َاللستَبضسسل َسولسسموُ َأسذسن َلسسهك‬
َ‫صيسسنا‬
‫لمختَس س م‬
Sa’ad meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW menolak Usman
bin Maz’unin membujang, dan seandainya (Nabi)
mengijinkan padanya niscaya memperbolehkan.(HR. Ibnu
Majah)

3. Bagian Dari Tanda Kekuasan Allah


Menikah adalah salah satu tanda dari
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 1 Bab 1 : Pengertian & Anjuran Menikah

sekian banyak tanda-tanda kekuasaan


Allah SWT, sebagaimana firman Allah :
‫سوءممن َآسياَتءءه َأسمن َسخلسسق َلسككم َنممن َسأنكفءسككمم َأسمزسواججسساَ َلنتَسمسسككنكوُا َإءسمليسسهسساَ َسوسجسعسسل‬
‫ت َلنسقموُدم َيسستَسسسفلككروسن‬ ‫ك َلياَ د‬ ‫ء‬ ‫ء‬
‫بسمسيسنسككم َلمسوُلدجة َسوسرمحسجة َإلن َءف َسذل س س‬
Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia
menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri,
supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya,
dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat
tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.(QS. Ar-Ruum : 21)

4. Salah Satu Jalan Untuk Menjadi


Kaya
Banyak pemuda takut atau enggan
untuk segera menikah karena
mengkhawatirkan dirinya yang miskin
dan tidak punya cukup harta.
Ketakutan ini wajar terjadi karena
memang di beberapa negara, penguasa
kapitalis telah mengambil lahan
penghidupan rakyatnya, sehingga
mereka hidup dalam kemiskinan, akibat
langkanya lapangan pekerjaan yang
mencukupi, sehingga rakyatnya menjadi
miskin dan beban hidup mereka menjadi
semakin berat.
Oleh karena itu menunda pernikahan
menjadi salah satu solusi yang sering
diambil banyak orang. Itu cerita duka dari
berbagai negeri yang dimiskinkan
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 1 Bab 1 : Pengertian & Anjuran Menikah

sistemnya oleh ideologi kapitalis.


Namun normalnya, apabila tidak ada
raja yang zalim yang kerjanya merampok
harta rakyat, atau sistem kapitalisme
yang memiskinkan rakyat, pada dasarnya
orang tidak perlu takut menikah, hanya
karena takut tidak punya harta. Sebab
Allah SWT telah menjanjikan bagi mereka
yang menikah untuk dijadikan orang
yang berkecukupan.
‫ي َءممن َءعسباَءدككمم َسوإءسمسساَئءككمم َءإن َيسككوُنكسوُا‬ ‫وسأنءكحوُا َالسياَمىَ َءمنككم َوال ل ءء‬
‫صاَل س‬ ‫مس‬ ‫س ك سس‬
‫ضلءءه َسواللكه َسواءسقع َسعءليقم‬
‫فكسسقسراء َيسكمغنءءهكم َاللكه َءمن َفس م‬
Dan kawinkanlah orang-orang yang sedirian diantara kamu,
dan orang-orang yang layak dari hamba-hamba sahayamu
yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan.
Jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan
kurnia-Nya. Dan Allah Maha luas lagi Maha Mengetahui.(QS.
An-Nur : 32)

5. Ibadah Dan Setengah Dari Agama


Menikah itu memang kadang bisa
menjadi bagian dari agama seseorang,
meski pun tidak merupakan jaminan
yang sifatnya pasti. Maksudnya bila
seseorang sudah punya istri, maka
seharusnya dan idealnya sudah tidak lagi
tergoda untuk melakukan zina. Karena
apa yang dibutuhkannya sudah tersedia
secara halal di rumahnya, tanpa harus
terkena resiko biaya yang mahal atau
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 1 Bab 1 : Pengertian & Anjuran Menikah

terkena penyakit kelamin.


Sebaliknya, laki-laki atau wanita
dewasa yang sehat lahir batin serta
normal, bila tidak punya pasangan yang
sah, akan mudah sekali tergoda atau
terjerumus ke dalam lembah zina yang
diharamkan.
Namun sekali lagi, untuk di masa
sekarang ini, menikah itu memang bukan
jaminan yang bergaransi 100% membuat
orang tidak berzina. Buktinya, para lelaki
hidung belang yang rajin mengunjungi
rumah bordil, umumnya adalah laki-laki
yang sudah punya istri. Entah kenapa,
masih lebih suka jajan di luar, seolah istri
yang ada di rumah tidak cukup.
Meski ada beberapa riwayat yang
lemah, namun hadits tentang menikah
itu setengah dari agama punya beberapa
jalur sanad yang bisa diterima.
ِ‫ف َالسباَءقي‬
‫صء‬ ‫ء‬
‫ف َاءل مسياَن َفسسملستَيلءق َا س‬
‫ل َءف َالن م‬ ‫ص س‬
‫ء‬ ‫ء‬
‫سممن َتسسسزلوسج َفسسسقد َامستَسمكسمسل َن م‬
"Siapa yang menikah maka sungguh dia telah
menyempurnakan setengan iman, maka hendaklah ia
bertakwa kepada Allah dalam separuh yang tersisa. (HR. Ath-
Thabrani)

‫صس س ء‬
‫ف‬ ‫ف َالس سنديمءن َفسسملستَيلس سءق َالسسس َءف سس َالن م‬ ‫إءسذا َتسس سسزلوسج َالسعمبس سكد َفسسسقس سمد َسكلمس سسل َنس م‬
‫صس س س‬
ِ‫السباَءقي‬
“Jika seseorang menikah, maka ia telah menyempurnakan
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 1 Bab 1 : Pengertian & Anjuran Menikah

separuh agamanya. Karenanya, bertakwalah pada Allah


pada separuh yang lainnya.” (HR. Al Baihaqi)
Dari Anas ra bahwa Rasulullah SAW bersabda,"Orang yang
diberi rizki oleh Allah SWT seorang istri shalihah berarti telah
dibantu oleh Allah SWT pada separuh agamanya. Maka dia
tinggal menyempurnakan separuh sisanya. (HR. Thabarani
dan Al-Hakim)

6. Tidak Ada Pembujangan Dalam


Islam
Islam berpendirian tidak ada
pelepasan kendali gharizah seksual untuk
dilepaskan tanpa batas dan tanpa ikatan.
Untuk itulah maka diharamkannya zina
dan seluruh yang membawa kepada
perbuatan zina.
Tetapi di balik itu Islam juga
menentang setiap perasaan yang
bertentangan dengan gharizah ini. Untuk
itu maka dianjurkannya supaya kawin
dan melarang hidup membujang dan
kebiri.
Seorang muslim tidak halal
menentang perkawinan dengan
anggapan, bahwa hidup membujang itu
demi berbakti kepada Allah, padahal dia
mampu kawin; atau dengan alasan
supaya dapat seratus persen
mencurahkan hidupnya untuk beribadah
dan memutuskan hubungan dengan
duniawinya.
Nabi memperhatikan, bahwa sebagian
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 1 Bab 1 : Pengertian & Anjuran Menikah

sahabatnya ada yang kena pengaruh


kependetaan ini (tidak mau kawin). Untuk
itu maka beliau menerangkan, bahwa
sikap semacam itu adalah menentang
ajaran Islam dan menyimpang dari
sunnah Nabi. Justru itu pula, fikiran-
fikiran Kristen semacam ini harus diusir
jauh-jauh dari masyarakat Islam.
Abu Qilabah mengatakan "Beberapa
orang sahabat Nabi bermaksud akan
menjauhkan diri dari duniawi dan
meninggalkan perempuan (tidak kawin
dan tidak menggaulinya) serta akan
hidup membujang. Maka berkata
Rasulullah SAW dengan nada marah
lantas ia berkata:
'Sesungguhnya orang-orang sebelum kamu hancur lantaran
keterlaluan, mereka memperketat terhadap diri-diri mereka,
oleh karena itu Allah memperketat juga, mereka itu akan
tinggal di gereja dan kuil-kuil. Sembahlah Allah dan jangan
kamu menyekutukan Dia, berhajilah, berumrahlah dan
berlaku luruslah kamu, maka Allah pun akan meluruskan
kepadamu.

Kemudian turunlah ayat:


‫ياَ َأسيسضهاَ َالءذين َآمنكسوُما َسل َكتنرمسوُما َطسينبساَ ء‬
‫ت َسمسساَ َأسسحسلل َاللنسكه َلسككسمم َسوسل َتسسمعتَسسكدوام‬ ‫سك س‬ ‫س س‬ ‫س س‬
‫ب َالمكممعتَسءديسن‬
‫إءلن َاللنسه َسل َ كءي ض‬
Hai orang-orang yang beriman! Jangan kamu mengharamka
yang baik-baik dari apa yang dihalalkan Allah untuk kamu
dan jangan kamu melewati batas, karena sesungguhnya Allah
tidak suka kepada orang-orang yang melewati batas. (QS. Al-
Maidah: 87)
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 1 Bab 1 : Pengertian & Anjuran Menikah

Mujahid berkata: Ada beberapa orang


laki-laki, di antaranya Usman bin
Madh'un dan Abdullah bin Umar
bermaksud untuk hidup membujang dan
berkebiri serta memakai kain karung
goni. Kemudian turunlah ayat di atas.
Ada satu golongan sahabat yang
datang ke tempat Nabi untuk
menanyakan kepada isteri-isterinya
tentang ibadahnya. Setelah mereka
diberitahu, seolah-olah mereka
menganggap ibadah itu masih terlalu
sedikit. Kemudian mereka berkata-kata
satu sama lain: di mana kita dilihat dari
pribadi Rasulullah SAW sedang dia
diampuni dosa-dosanya yang telah lalu
maupun yang akan datang?
Salah seorang di antara mereka
berkata: Saya akan puasa sepanjang
tahun dan tidak akan berbuka. Yang
kedua mengatakan: Saya akan bangun
malam dan tidak tidur. Yang ketiga
berkata: Saya akan menjauhkan diri dari
perempuan dan tidak akan kawin selama-
lamanya.
Maka setelah berita itu sampai
kepada Nabi SAW ia menjelaskan tentang
kekeliruan dan tidak lurusnya jalan
mereka, dan ia bersabda:
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 1 Bab 1 : Pengertian & Anjuran Menikah

‫ء‬ ‫ء‬ ‫ء‬


‫ب َسعسمن‬ ‫صنليِ َسوأسسناَكم َسوأس ك‬
‫صوُكم َسوأكفمطكر َ َسوسأتسسسزلوكج َسالنسساَسء َفسسم من َسرغس س‬ ‫لسكنن َأسسناَ َأك س‬
َ َ ‫س َءمنن‬ ‫ء‬
‫كسنلت َفسسلسمي س‬
Namun saya bangun malam tapi juga tidur, saya berpuasa
tapi juga berbuka, dan saya juga kawin dengan perempuan.
Oleh karena itu barangsiapa tidak suka kepada sunnahku,
maka dia bukan dari golonganku. (HR Bukhari Muslim)

Said bin Abu Waqqash berkata:


Rasulullah SAW menentang Usman bin Madh'un tentang
rencananya untuk membujang. Seandainya beliau
mengizinkan, niscaya kamu akan berkebiri. (HR. Bukhari)

Dan Rasulullah juga menyerukan


kepada para pemuda keseluruhannya
supaya kawin, dengan sabdanya sebagai
berikut:
‫ َ َيس اَ َسممعسش سر‬َ ‫ َقس اَسل َلسنس اَ َسركس وُكل َسالل ءه‬َ ‫سعس سمن َسعمبس سءد َساللس سءه َبمس سءن َسممسس سكعوُدد‬
‫ب َمس سءن َاسس ستَسطاَع َءممنككس سم َاسلمب سساَءسة َفسسمليتَ س سزلوج َ َفسس سءإنله َأسسغس س ض ء‬
‫صس سءر‬
‫ض َلملبس س‬ ‫ك س س سس س م ك‬ ‫ساللشس سسباَ ء س م س س‬
‫صن َلءملسفرءج َومن َ سمل َيستَسءطمع َفسسسعلسميءه َءباَل ل ء ء‬
‫صموُم َفسإنلكه َلسكه َءوسجاَءق‬ ‫سوأسمح س ك م س س م س م‬
Dari Abdullah bin Mas'ud ra berkata bahwa Rasulullah SAW
bersabdakepada kami,"Hai para pemuda! Barangsiapa di
antara kamu sudah mampu kawin, maka kawinlah. Karena
dia itu dapat menundukkan pandangan dan menjaga
kemaluan. Dan siapa yang belum mampu hendaklah dia
berpuasa karena dapat menahan (HR. Bukhari Muslim)

Dari sini, sebagian ulama ada yang


berpendapat: bahwa kawin itu wajib
hukumnya bagi setiap muslim, tidak
boleh ditinggalkan selama dia mampu.
Sementara ada juga yang
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 1 Bab 1 : Pengertian & Anjuran Menikah

memberikan pembatasan --wajib


hukumnya-- bagi orang yang sudah ada
keinginan untuk kawin dan takut dirinya
berbuat yang tidak baik.
Setiap muslim tidak boleh
menghalang-halangi dirinya supaya tidak
kawin karena kawatir tidak mendapat
rezeki dan menanggung yang berat
terhadap keluarganya. Tetapi dia harus
berusaha dan bekerja serta mencari
anugerah Allah yang telah dijanjikan
untuk orang-orang yang sudah kawin itu
demi menjaga kehormatan dirinya.
Janji Allah itu dinyatakan dalam
firmanNya sebagai berikut:
‫ي َءممن َءعسباَءدككمم َسوإءسمسساَئءككمم َإءمن َيسككوُنكسوُا‬ ‫وأسنمءكحوُا َاملسياَمىَ َءممنككم َوال ل ءء‬
‫صاَل س‬ ‫مس‬ ‫س ك سس‬
‫ضلءءه َسواللكه َسواءسقع َسعءليقم‬
‫فكسسقسراسء َيسكمغنءءهكم َاللكه َءممن َفس م‬
Kawinkanlah anak-anak kamu (yang belum kawin) dan
orang-orang yang sudah patut kawin dari hamba-hambamu
yang laki-laki ataupun hamba-hambamu yang perempuan.
Jika mereka itu orang-orang yang tidak mampu, maka Allah
akan memberikan kekayaan kepada mereka dari
anugerahNya. (QS. An-Nur : 32)

Sabda Rasulullah SAW:


Ada tiga golongan yang sudah pasti akan ditolong Allah,
yaitu: (1) Orang yang kawin dengan maksud untuk menjaga
kehormatan diri; (2) seorang hamba mukatab yang berniat
akan menunaikan; dan (3) seorang yang berperang di jalan
Allah" (HR. Ahmad, Nasa'i, Tarmizi, Ibnu Majah dan al-
Hakim)
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 1 Bab 1 : Pengertian & Anjuran Menikah

7. Menikah Itu Ciri Khas Makhluk


Hidup
Selain itu secara filosofis, menikah
atau berpasangan itu adalah merupakan
ciri dari makhluq hidup. Allah SWT telah
menegaskan bahwa makhluq-makhluq
ciptaan-Nya ini diciptakan dalam bentuk
berpasangan satu sama lain.
‫وءمن َككنل َسشيِدء َسخلسمقسناَ َسزموسج م ء‬
‫ي َلسسعلككمم َتسسذلككروسن‬ ‫م‬ ‫س‬
Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan
supaya kamu mengingat kebesaran Allah.(QS. Az-Zariyat :
49)

‫ض َسوءم سمن َسأنكفءس سءهمم‬ ‫ء‬ ‫ء‬


‫كس سمبسحاَسن َالسذيِ َسخلسسسق َالسمزسواسج َككلسهسساَ َمسلساَ َكتنبءس ك‬
‫ت َالسمر ك‬
‫سوء لماَ َل َيسسمعلسكموُسن‬
Maha Suci Tuhan yang telah menciptakan pasangan-
pasangan semuanya, baik dari apa yang ditumbuhkan oleh
bumi dan dari diri mereka maupun dari apa yang tidak
mereka ketahui.(QS. Yaasin : 36)

‫والس سءذيِ َخلسس سق َالسمزواج َككلهس سساَ َوجعس سل َلسككس سسم َنمس سن َالمكفملس س ء‬
َ‫ك َسوالسنمسسعس سساَءم َسمس سسا‬ ‫س‬ ‫س س س س س س سس س‬ ‫س‬
‫تسسمرسككبوُسن‬
Dan Yang menciptakan semua yang berpasang-pasangan dan
menjadikan untukmu kapal dan binatang ternak yang kamu
tunggangi.(QS. Az-Zukhruf : 12)

َ‫ي َاللذسكسر َسوالكنمسسثى‬


‫وأسنلكه َسخلسسق َاللزموسج م ء‬
‫س‬
Dan bahwasanya Dialah yang menciptakan berpasang-
pasangan pria dan wanita.(QS. An-Najm : 45)
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 1 Bab 1 : Pengertian & Anjuran Menikah


Bab 2 : Hukum Pernikahan

Dalam pertemuan sebelumnya, kita


telah membahas kajian tentang anjuran
untuk menikah. Dalam pembahasan ini
kita akan berbicara tentang hukum
menikah dalam pandangan syariah.
Para ulama ketika membahas hukum
pernikahan, menemukan bahwa ternyata
menikah itu terkadang bisa mejadi
sunnah (mandub), terkadang bisa
menjadi wajib atau terkadang juga bisa
menjadi sekedar mubah saja. Bahkan
dalam kondisi tertentu bisa menjadi
makruh. Dan ada juga hukum pernikahan
yang haram untuk dilakukan.
Semua akan sangat tergantung dari
kondisi dan situasi seseorang dan
permasalahannya. Apa dan bagaimana
hal itu bisa terjadi, mari kita bedah satu
persatu.
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 1 Bab 2 : Hukum Pernikahan

A. Wajib
Menikah itu menjadi wajib hukumnya
bagi apabila terpenuhi dua syaratnya,
yaitu dikhawatirkan jatuh ke dalam zina
dan seorang yang sudah mampu secara
finansial.
1. Haramnya Zina
Menjaga diri dari zina adalah wajib.
Maka bila jalan keluarnya hanyalah
dengan cara menikah, tentu saja
menikah bagi seseorang yang hampir
jatuh ke dalam jurang zina wajib
hukumnya.
Imam Al-Qurtubi berkata bahwa para
ulama tidak berbeda pendapat tentang
wajibnya seorang untuk menikah bila dia
adalah orang yang mampu dan takut
tertimpa resiko zina pada dirinya.
Zina adalah dosa yang sangat besar
dan sangat keji serta seburuk-buruk jalan
yang ditempuh oleh seseorang
berdasarkan firman Allah SWT.
‫سوسل َتسسمقسربكوُا َالنزسناَ َإءنلكه َسكاَسن َسفاَءحسشجة َسوسساَسء َسسءبيجل‬
Dan janganlah kamu mendekati zina, karena sesungguhnya
zina itu adalah faahisah (perbuatan yang keji) dan seburuk-
buruk jalan (yang ditempuh oleh seseorang). (QS. Al-Israa :
32)

Para ulama menjelaskan bahwa


Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 1 Bab 2 : Hukum Pernikahan

makna lebih dalam dari perkataan :


“Janganlah kamu berzina” adalah :
Janganlah kamu mendekati yang
berhubungan dengan zina dan membawa
kepada zina apalagi sampai berzina.
Rasulullah SAW bersabda :
Apabila seorang hamba berzina keluarlah iman darinya. Lalu
iman itu berada di atas kepalanya seperti naungan, maka
apabila dia telah bertaubat, kembali lagi iman itu kepadanya”
(HR. Abu Dawud)
Tidak akan berzina seorang yang berzina ketika dia berzina
padahal dia seorang mukmin. (HR. Bukhari)
Ada tiga golongan (manusia) yang Allah tidak akan berbicara
kepada mereka pada hari kiamat dan tidak mensucikan
mereka dan tidak melihat kepada mereka, dan bagi mereka
siksa yang sangat pedih, yaitu ; Orang tua yang berzina, raja
yang pendusta (pembohong) dan orang miskin yang
sombong” (HR. Muslim)

Allah SWT telah mewajibkan qadhi


untuk menjatuhkan hukum cambuk buat
orang yang berzina, sebagaimana Dia
berfirman :
‫اللزانءيسس سكة َسواللزاءنسس َسفاَمجلءس سكدوا َككس سلل َسواءحس سدد َنممنسكهسمسساَ َءمئسس سسة َسجملس سسددة َسوسل َتسأمكخس سمذككم‬
‫ءبءسماَ َسرأمفسقة َءف َءديسءن َاللسءه َءإن َككنتَكسمم َتكسمؤءمنكسوُسن َبءساَللءه َسوامليس سموُءم َالءخ ءر َسولميسمشسسهمد‬
‫ي‬ ‫ءء‬ ‫ء‬
‫سعسذابسسكهسماَ َسطاَئسفقة َنمسن َالمكممؤمن س‬
Wanita dan laki-laki yang berzina maka jilidlah masing-
masing mereka 100 kali. Dan janganlah belas kasihan kepada
mereka mencegah kamu dari menjalankan agama Allah, jika
kamu beriman kepada Allah dan hari Akhir. Dan hendaklah
pelaksanaan hukuman mereka disaksikan oleh sekumpulan
dari orang-orang beriman. (QS. An-Nuur : 2)
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 1 Bab 2 : Hukum Pernikahan

Dari Masruq dari Abdillah ra berakta bahwa Rasulullah SAW


bersabda,"Tidak halal darah seorang muslim kecuali karena
salah satu dari tiga hal : orang yang berzina, orang yang
membunuh dan orang yang murtad dan keluar dari jamaah".
(HR. Bukhari, Muslim, At-Tirmizy, An-Nasai, Abu Daud, Ibnu
Majah, Ahmad, Ad-Darimy)

2. Kemampuan Finansial
Syarat kedua dari jatuh hukum
wajibnya menikah adalah masalah
kemampuan finansial bagi seorang laki-
laki. Mereka yang sudah punya
kemampuan ini diwajibkan untuk
menikah dan membiayai kehidupan
sebuah keluarga.
Dan hal itu tersirat di dalam sabda
Rasulullah SAW :
‫ َ َيس اَ َسممعسش سر‬َ ‫ َقس اَسل َلسنس اَ َسركس وُكل َسالل ءه‬َ ‫سعس سمن َسعمبس سءد َساللس سءه َبمس سءن َسممسس سكعوُدد‬
‫ب َمس سءن َاسس ستَسطاَع َءممنككس سم َاسلمب سساَءسة َفسسمليتَ س سزلوج َ َفسس سءإنله َأسسغس س ض ء‬
‫صس سءر‬
‫ض َلملبس س‬ ‫ك س س سس س م ك‬ ‫ساللشس سسباَ ء س م س س‬
‫صسموُءم َفسسءإنلكه َلسسكه َءوسجسساَقء َكمتَلسسفسقق‬
‫صسكن َلءملسفسمرءج َسوسمسمن َسلسمس َيسمسستَسءطمع َفسسسعلسميسءه َءباَل ل‬
‫سوأسمح س‬
‫سعلسميءه‬
Dari Abdullah bin Mas'ud ra berkata bahwa Rasulullah SAW
bersabdakepada kami,"Hai para pemuda! Barangsiapa di
antara kamu sudah mampu kawin, maka kawinlah. Karena
dia itu dapat menundukkan pandangan dan menjaga
kemaluan. Dan siapa yang belum mampu hendaklah dia
berpuasa karena dapat menahan (HR. Bukhari Muslim)

‫ء ء‬ ‫ء ء‬ ‫ءء‬ ‫دء‬ ‫ء ء‬
‫ليكسمنفمق َكذو َسسسعة َممن َسسسعتَه َسوسممن َقكدسر َسعلسميه َءرمزقككه َفسسمليكسمنفمق َ لماَ َآستاَكه َاللهك‬
Hendaklah orang yang mampu memberi nafkah menurut
kemampuannya. Dan orang yang disempitkan rezekinya
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 1 Bab 2 : Hukum Pernikahan

hendaklah memberi nafkah dari harta yang diberikan Allah


kepadanya. (QS. Ath-Thalaq : 7)

‫وعسلىَ َالمموُكلوُءد َلسه َءرمزقكسهلن َوكءسوُتكسهلن َءباَلممعرو ء‬


‫ف‬ ‫س س س م ك ك س م س ك س مك‬
Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada
para ibu dengan cara yang makruf. (QS. Al-Baqarah : 233)

‫ء‬ ‫ء‬ ‫ء‬


‫ض سينسكقوُا‬
‫ضسساَضروكهلن َلتَك س‬
‫ث َسس سسكمنتَكمم َم سمن َكومج سدككمم َسوسل َتك س‬‫أسمس سءككنوُكهلن َءم سمن َسحمي س ك‬
‫ء‬ ‫ء‬
‫ضمعسن َسحملسكهلن‬ ‫سعلسميءهلن َسوإءمن َككلن َكأولست َسحمدل َفسأسنمفكقوُا َسعلسميءهلن َسحلت َيس س‬
Tempatkanlah mereka (para istri) di mana kamu bertempat
tinggal menurut kemampuanmu dan janganlah kamu
menyusahkan mereka untuk menyempitkan (hati) mereka.
Dan jika mereka (istri-istri yang sudah ditalak) itu sedang
hamil, maka berikanlah kepada mereka nafkahnya hingga
mereka bersalin. (QS. Ath-Thalaq : 6)

‫وسللن َعلسيككم َءرمزقكسهلن َوكءسوُتكسهلن َءباَلممعرو ء‬


‫ف‬ ‫س ك س م م ك س م س ك س مك‬
Dan ada hak bagi mereka dan kewajiban bagi kalian untuk
memberi rizki dan pakaian dengan makruf (HR. Muslim)

Dan bila seseorang tidak mampu


untuk memberi nafkah yang layak sesuai
dengan status sosial istrinya, maka Allah
SWT memberi pilihan untuk menikahi
budak saja. Mengapa menikahi budak?
Karena menikahi budak tidak
membutuhkan nlai harta yang besar.
‫ي َءممن َءعسباَءدككمم َسوإءسمسساَئءككمم َءإن َيسككوُنكسوُا‬ ‫وسأنءكحوُا َالسياَمىَ َءمنككم َوال ل ءء‬
‫صاَل س‬ ‫مس‬ ‫س ك سس‬
‫ضلءءه َسواللكه َسواءسقع َسعءليقم‬
‫فكسسقسراء َيسكمغنءءهكم َاللكه َءمن َفس م‬
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 1 Bab 2 : Hukum Pernikahan

Dan kawinkanlah orang-orang yang sedirian diantara kamu,


dan orang-orang yang layak dari hamba-hamba sahayamu
yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan.
Jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan
kurnia-Nya. Dan Allah Maha luas lagi Maha Mengetahui.(QS.
An-Nur : 32)

B. Sunnah
Sedangkan yang tidak sampai
diwajibkan untuk menikah adalah mereka
yang sudah mampu namun masih tidak
merasa takut jatuh kepada zina.
Barangkali karena memang usianya yang
masih muda atau pun lingkungannya
yang cukup baik dan kondusif.
Orang yang punya kondisi seperti ini
hanyalah disunnahkan untuk menikah,
namun tidak sampai wajib. Sebab masih
ada jarak tertentu yang menghalanginya
untuk bisa jatuh ke dalam zina yang
diharamkan Allah SWT.
Bila dia menikah, tentu dia akan
mendapatkan keutamaan yang lebih
dibandingkan dengan dia diam tidak
menikahi wanita. Paling tidak, dia telah
melaksanakan anjuran Rasulullah SAW
untuk memperbanyak jumlah kuantitas
umat Islam.
‫تسسسزلوكجوُا َاسلمسوُكدوسد َاسلمسوُكلوُسد َإءنن َكمسكاَثءقر َبءكككم َالسنمبءسياَسء َيسسموُسم َاسلمءقسياَسمءة‬
Dari Anas bin Malik RA bahwa Rasulullah SAw
bersabda,"Nikahilah wanita yang banyak anak, karena Aku
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 1 Bab 2 : Hukum Pernikahan

berlomba dengan nabi lain pada hari kiamat. (HR. Ahmad


dan dishahihkan oleh Ibnu Hibbam)
Dari Abi Umamah bahwa Rasulullah SAW
bersabda,"Menikahlah, karena aku berlomba dengan umat
lain dalam jumlah umat. Dan janganlah kalian menjadi
seperti para rahib nasrani. (HR. Al-Baihaqi)

Bahkan Ibnu Abbas radhiyallahuanhu


pernah berkomentar tentang orang yang
tidak mau menikah sebab orang yang
tidak sempurna ibadahnya.
C. Mubah
Orang yang berada pada posisi
tengah-tengah antara hal-hal yang
mendorong keharusannya untuk menikah
dengan hal-hal yang mencegahnya untuk
menikah, maka bagi hukum menikah itu
menjadi mubah atau boleh. Tidak
dianjurkan untuk segera menikah namun
juga tidak ada larangan atau anjuran
untuk mengakhirkannya.
Pada kondisi tengah-tengah seperti
ini, maka hukum nikah baginya adalah
mubah.
D. Makruh
Orang yang tidak punya penghasilan
sama sekali dan tidak sempurna
kemampuan untuk berhubungan seksual,
hukumnya makruh bila menikah. Namun
bila calon istrinya rela dan punya harta
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 1 Bab 2 : Hukum Pernikahan

yang bisa mencukupi hidup mereka,


maka masih dibolehkan bagi mereka
untuk menikah meski dengan karahiyah.
Sebab idealnya bukan wanita yang
menanggung beban dan nafkah suami,
melainkan menjadi tanggung jawab pihak
suami.
Maka pernikahan itu makruh
hukumnya sebab berdampak dharar bagi
pihak wanita. Apalagi bila kondisi
demikian berpengaruh kepada ketaatan
dan ketundukan istri kepada suami, maka
tingkat kemakruhannya menjadi jauh
lebih besar.
E. Haram
Keharaman pernikahan bisa
disebabkan oleh salah satu dari sebab
utama, yaitu dari pihak suami, dari pihak
istri, atau dari akad yang tidak sesuai
dengan syariah.
1. Keharaman Dari Pihak Calon
Suami
Di antara penyebab keharaman
pernikahan karena sebab suami adalah :
a. Suami Non Muslim
Islam tidak mengenal pernikahan
beda agama, khususnya bila agama
suami bukan agama Islam. Maka
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 1 Bab 2 : Hukum Pernikahan

pernikahan pasangan beda agama,


dimana suami bukan muslim menikahi
wanita muslimah, secara syariah
pernikahan itu haram dilakukan. Apabila
tetap dilakukan, maka hukumnya tetap
tidak sah.
b. Suami Sudah Punya Istri Empat
Orang
Bila seorang suami sudah punya istri
empat orang dalam waktu yang
bersamaan, maka dia diharamkan untuk
menikah lagi pada saat itu. Apabila dia
menceraikan salah satu istrinya dan
habis masa iddahnya, barulah boleh
menikah lagi. Demikian pula bila salah
satu dari empat istri itu wafat, barulah
suami itu boleh menikah lagi.
Karena syariat Islam membatasi
jumlah maksimal istri yang dinikahi
dalam waktu yang sama adalah empat
orang istri.
c. Suami Tidak Punya Kemampuan
Apabila suami adalah orang yang
tidak punya kemampuan untuk memberi
nafkah, baik nafkah lahir atau pun nafkah
batin, sementara istrinya
membutuhkannya, maka suami itu
diharamkan menikah. Sebab bila dia
nekat untuk menikah, maka sudah bisa
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 1 Bab 2 : Hukum Pernikahan

dipastikan dia tidak akan mampu


memberikan nafkah kepada istrinya.
Padahal memberi nafkah kepada istri
hukumnya wajib.
d. Suami Berperilaku Membahayakan
Apabila suami punya penyakit yang
sudah menjadi karakteristik serta watak
yang membahayakan jiwa istrinya,
padahal sudah diketahui sejak awal
dengan bukti-bukti yang kongkirt, maka
hukum pernikahannya menjadi haram,
sebagai bentuk saddan li adz-dzariah.
e. Suami Berpenyakit Menular
Salah satu penyebab haramnya
seorang laki-laki menikah dengan wanita
apabila dia mengidap penyakit yang
membahayakan dan bisa menulari
istrinya, sehingga dia menjadi sumber
penyebar penyakit yang membahayakan.
Maka hukum menikah bagi laki-laki itu
haram.
2. Keharaman Dari Pihak Calon Istri
Keharaman pernikahan dengan sebab
dari pihak calon istri antara lain :
a. Calon Istri Non Muslim Selain Ahli
Kitab
Islam mengharamkan pernikahan
beda agama, termasuk bila calon istri
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 1 Bab 2 : Hukum Pernikahan

menganut agama di luar agama Islam.


Undang-undang Perkawinan di Indonesia
tidak mengakui adanya perkawinan beda
agama.
Namun apabila calon istri seorang
wanita ahli kitab dan suaminya muslim,
syariat Islam masih membolehkannya,
sebagaimana yang disebutkan Al-Quran
dan juga yang dijalankan oleh
Rasululullah SAW dan para shahabat di
masa mereka.
b. Calon Istri Wanita Mahram
Bila calon istri masih termasuk wanita
mahram untuk selamanya, baik karena
nasab, pernikahan atau persusuan, maka
hukum pernikahan itu menjadi haram.
Demikian pula meski sifat keharamannya
hanya untuk sementara, maka haram
hukumnya menikahinya, paling tidak
untuk sementara waktu.
c. Calon Istri Tidak Mampu
Menjalankan Kewajiban
Umumnya para ulama sepakat bahwa
kewajiban istri adalah al-istimta’ yaitu
memberi pelayanan seksual kepada
suaminya. Kewajiban yang sudah tidak
ada lagi khilafiyah di dalamnya ini
menjadi garis batas, apakah seorang
wanita boleh atau haram menikah. Bila
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 1 Bab 2 : Hukum Pernikahan

dia tidak mampu melakukanya, maka


pernikahannya menjadi sia-sia, karena
suaminya tidak bisa mendapatkan
haknya. Maka wanita itu diharamkan
untuk menikah.
Dalam hal ini tidak ada keharaman
menikah bila wanita itu mandul atau
tidak bisa memberi anak, selama
suaminya tahu dan rela.
d. Calon Istri Berpenyakit Menular
Apabila calon istri punya penyakit
yang sudah menjadi karakteristik serta
watak yang membahayakan jiwa
suaminya, padahal sudah diketahui sejak
awal dengan bukti-bukti yang kongkirt,
maka hukum pernikahannya menjadi
haram, sebagai bentuk saddan li adz-
dzariah.
e. Calon Istri Masih Bersuami
Haram hukumnya bagi seorang
wanita yang statusnya masih bersuami
untuk menikah dengan laki-laki lain,
meskipun pasangan itu sudah lama
berpisah tanpa status yang jelas.
Dalam hukum Islam, ketidak-jelasan
status ini tidak bisa langsung diartikan
sebagai perceraian. Dan selama belum
dipastikan jatuh cerai, sesungguhnya
statusnya masih berada dalam ikatan
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 1 Bab 2 : Hukum Pernikahan

resmi suami istri.


f. Iddah
Masa iddah adalah masa menunggu
bagi sorang istri yang dicerai suaminya
atau suaminya meninggal dunia.
Seorang istri yang sudah dicerai
suaminya, tidak bisa langsung menikah,
kecuali setelah melewati masa iddahnya
terlebih dahulu. Masa iddah bagi wanita
yang ditalak suaminya adalah tiga kali
suci dari haidh.
Dan bila suaminya wafat, istri tidak
boleh langsung menikah lagi kecuali
setelah melewati masa iddah, yaitu 4
bulan 10 hari.
g. Zina
Al-Quran Al-Kariem memang
mengharamkan seorang laki-laki yang
beriman untuk menikahi wanita yang
berzina, yaitu wanita yang masih aktif
dengan kegiatan zina.
Demikian pula sebaliknya, seorang
wanita yang beriman tidak layak menikah
dengan laki-laki pezina, yang aktif
berzina juga.

‫ل َسزانءيسس سجة َأسمو َكممشس سءرسكجة َسواللزانءيسس سكة َسل َسينءككحسهسساَ َإء ن‬
‫ل َسزادن َأسمو‬ ‫اللزاءن سس َل َسينءكس سكح َإء ل‬
‫ءء‬ ‫ء‬
‫ي‬ ‫ك َسعسلىَ َالمكممؤمن س‬ ‫كممشءرقك َسوكحنرسم َسذل س‬
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 1 Bab 2 : Hukum Pernikahan

Laki-laki yang berzina tidak mengawini melainkan


perempuan yang berzina, atau perempuan yang musyrik; dan
perempuan yang berzina tidak dikawini melainkan oleh laki-
laki yang berzina atau laki-laki musyrik, dan yang demikian
itu diharamkan atas oran-orang yang mu`min. (QS. An-Nur :
3)

h. Hamil
َ ‫ضع‬
‫ت َتس س‬
‫سل َكتوُسطأ َاممسرأة َسح ل‬
Nabi SAW bersabda,"Janganlah disetubuhi (dikawini)
seorang wanita hamil (karena zina) hingga melahirkan. (HR.
Abu Daud).

َ‫صسساَبسسسهاَ َسوسجسسدسها‬ ‫ب َأسلن َسركج ج‬


‫ل َتسسسزلوسج َاممسسرأسجة َفسسلسلمسساَ َأس س‬ ‫سعمن َسسسءعيءد َبمسءن َالممسسيل ء‬
‫كس‬
َ‫صللىَ َاللكه َسعلسميءه َسوسسلسم َفسسسفلرسق َبسمسيسنسسكهسما‬ ‫ء‬
‫ب َ س‬‫ك َإءسل َالنلء ن‬
‫حبسسلىَ َفسسسرفسسع َسذل س‬
‫كم‬
Dari SAid bin Al-Musayyab bahwa seseorang telah menikah
dengan seorang wanita, namun baru ketahuan wanita itu
dalam keadaan hamil. Maka kasus itu diangkat ke hadapan
Rasulullah SAw dan beliau memisahkan antara keduanya
(HR. Said bin Manshur)

i. Ditalak Tiga
Wanita yang telah ditalak tiga oleh
suaminya maka tidak halal lagi untuk
dinikahi kembali, kecuali bila istri itu
menikah terlebih dahulu dengan laki-laki
lain. Dalil yang mengharamkan untuk
menikahi kembali istri yang telah ditalak
untuk ketiga kalinya adalah firman Allah
SWT :
َ‫غي سسركه َفسسءإمن َطسلسقسهسسا‬ ‫ء‬ ‫فسءإمن َطسلسقهاَ َفس س ء ء‬
‫ل َستضل َلسكه َممن َبسسمعكد َسحلتسس َتسسمنكسسح َسزموججسساَ َ سم‬ ‫س‬
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 1 Bab 2 : Hukum Pernikahan

‫ل َكجسناَسح َسعلسميءهسماَ َأسمن َيسستَسسسراسجسعاَ َإءمن َظسلناَ َأسمن َيكءقيسماَ َكحكدوسد َاللءه‬
‫فس س‬
Kemudian jika si suami mentalaknya, maka perempuan itu
tidak lagi halal baginya hingga dia kawin dengan suami yang
lain. Kemudian jika suami yang lain itu menceraikannya,
maka tidak ada dosa bagi keduanya untuk kawin kembali jika
keduanya berpendapat akan dapat menjalankan hukum-
hukum Allah. (QS. Al-Baqarah : 230)

3. Pernikahan Haram Karena Akad


Pernikahan haram yang disebabkan
karena akadnya
a. Mut’ah
Bentuknya semacam kawin kontrak.
Dalam perkawinan ini ditentukan
waktunya dan syaratnya. Perkawinan ini
akan berakhir apabila waktunya habis
berdasarkan syarat yang ditentukan
sebelumnya. Menurut berbagai kalangan,
perkawinan semacam ini haram
hukumnya.
Selain itu ada perkawinan yang terjadi
ketika seorang laki-laki berhubungan
dengan perempuan yang bukan istrinya,
lantas memberi imbalan.
Jika tidak memakai imbalan, maka
dinamakan perzinaan. Perzinaan ialah
percampuran antara seorang laki-laki dan
seorang perempuan yang bukan istrinya.
Biasanya dilakukan tanpa memakai
imbalan. Terjadi suka sama suka.
Pada rumah perempuan itu biasanya
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 1 Bab 2 : Hukum Pernikahan

dikibarkan bendera, yang menandakan di


dalam rumah itu disediakan wanita
bersangkutan. Jika wanita itu melahirkan
anak, ia berhak meminta
pertanggungjawaban pada laki-laki yang
mirip dengan wajah anaknya.
Di masa jahiliyah juga dikenal tukar
menukar istri. Terjadi untuk beberapa
waktu tertentu. Adat tukar-menukar istri
ini terjadi dan berlaku di kalangan
beberapa suku di Afrika, penduduk Hawai
dan Tibet. Tradisi perkawinan tukar-
menukar istri tersebar juga ke negeri
Paris.
Setelah Islam datang, membawa nilai-
nilai yang sangat luhur dan agung, di
dalamnya juga diatur hubungan
antarmanusia. Termasuk hubungan
perkawinan. Islam menata perkawinan
dengan sempurna, sebab perkawinan
menjadi masalah pokok dan vital. Melalui
perkawinan manusia dapat saling
mengasihi, menjalin hubungan
kekeluargaan dan meneruskan
keturunan.
4. Pernikahan Haram Di Masa Nabi
a. Al-Istibdha'
Praktik perkawinan semacam ini
bertujuan mencari bibit unggul sebagai
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 1 Bab 2 : Hukum Pernikahan

keturunan. Caranya, suami


memerintahkan istrinya untuk tidur
seranjang dengan laki-laki yang gagah
perkasa, kaya dan pandai.
Harapannya agar anak yang
dilahirkannya nanti dari hasil hubungan
seks menjadi sama dan setidaknya
meniru jejak dan karakter sang ayah.
Meskipun, ayahnya itu bukanlah
suaminya yang sah.
Adat perkawinan semacam ini banyak
ditemui di kalangan penduduk kota
Qabul, Turki, dan Sparta.
Di Sparta, masyarakat akan
mencemooh kaum laki-laki sebagai
suami yang cemburu pada sang istrinya
yang melakukan kebias aan seperti itu. 1
b. Al-Mukhadanah
Perkawinan ini tak ubahnya dengan
poliandri, yaitu seorang istri menikah
bersamaan dengan banyak suami. Pada
umumnya banyak terjadi di negeri
Yaman. Di negeri itu terkenal sebutan Ar-
Ranth. Selain Yaman, juga terjadi di
Turkistan, Siberia, India Selatan,
Srilangka, Vietnam dan di bagian benua
Afrika.
c. Syighar
1 Maftuhin Asyharie, Sebelas Istri Rasulullah SAW.
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 1 Bab 2 : Hukum Pernikahan

Bentuk dan praktik perkawinan ini


ialah, kedua orangtua dari kedua
mempelai, menukarkan kedua anak laki-
laki dan perempuannya, masing-masing
memberikan mas kawin kepada anaknya
sendiri. Namun, perkawinan semacam ini
dilarang Nabi. Islam tidak mengenal
kawin Syighar, sabdanya.
d. Warisan
Perkawinan ini terjadi karena ada
anggapan bahwa seorang istri itu tidak
lebih dari barang warisan yang dapat
diberikan kepada siapa saja yang
mengendaki. Jadi, saudara suami dapat
mewarisi jika suaminya telah meninggal.
Istri yang ditinggalkan mati suaminya
itu tidak berhak menolak atau kembali
pada keluarganya sebelum sang saudara
suami itu datang dan memperbolehkan
kembali pada keluarganya.
Begitu pula bila sang ayah meninggal
dunia, anak sulungnya berhak mengawini
istri ayahnya yang bukan ibu
kandungnya. Perkawinan model ini
banyak dilakukan di Persia.

Bab 3 : Wanita Yang Haram Dinikahi

Agama Islam sangat memperhatikan


masalah pemilihan calon pasangan atau
istri. Tidak semua wanita boleh diperistri,
setidaknya ada larangan-larangan
tertentu yang harus diperhatikan.
A. Wanita Yang Terlarang Untuk Dinikahi
Wanita yang terlarang untuk dinikahi
ada banyak sebab dan faktornya. Di
antara faktor-faktor itu adalah :
1. Perbedaan Agama
Faktor yang paling utama kenapa
seorang wanita haram untuk dinikahi
adalah faktor agama yang dipeluknya.
Pada prinsipnya syariat Islam
mengharamkan seorang laki-laki
menikahi wanita yang bukan muslim.
Dan bila pernikahan beda agama itu
dilakukan juga, secara hukum syariah
pernikahan itu dianggap tidak sah dan
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 1 Bab 3 : Wanita Yang Haram Dinikahi

seolah-olah tidak pernah terjadi


perkawinan.
Resikonya secara hukum syariah
adalah bahwa perbuatan mereka
dikategorikan zina. Dan apabila ada anak
yang lahir dari persetubuhan, statusnya
tergolong anak zina yang tidak punya
kekuatan syariah.
Namun Al-Quran dan As-Sunnah
membenarkan terjadinya pernikahan
antara laki-laki muslim dengan wanita
ahli kitab. Penjelasan lebih dalam tentang
hukum menikahi wanita ahli kitab akan
dibahas tersendiri, pada bagian kedua
dari buku ini.
2. Akhlaq dan Perilaku Yang Buruk
Faktor keharaman pernikahan yang
kedua adalah faktor akhlaq atau perilaku
yang buruk dari seorang wanita.
Misalnya seorang wanita yang masih
aktif berzina atau melacurkan diri
menjual kenikmatan kepada semua laki-
laki, maka haram hukumnya untuk
dinikahi, walaupun secara status dia
mengaku beragama Islam.
‫اللزاءن سس َسل َسينءكس سكح َإلل َسزانءيسس سجة َأسمو َكممشس سءرسكجة َسواللزانءيسس سكة َسل َسينءككحسهسساَ َإءلل َسزادن َأسمو‬
‫ءء‬ ‫ء‬
‫ي‬‫ك َسعسلىَ َالمكممؤمن س‬ ‫كممشءرقك َسوكحنرسم َسذل س‬
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 1 Bab 3 : Wanita Yang Haram Dinikahi

Laki-laki yang berzina tidak mengawini melainkan


perempuan yang berzina, atau perempuan yang musyrik; dan
perempuan yang berzina tidak dikawini melainkan oleh laki-
laki yang berzina atau laki-laki musyrik, dan yang demikian
itu diharamkan atas orang-orang yang mukmin. (QS. An-
Nur : 2)

‫ت َوالطلينباَ ء‬ ‫ء‬ ‫ء‬ ‫املءبيسثاَ ء ء‬


‫ت َللطلينبء س‬
‫يس َسوالطلينبسكسوُسن‬ ‫ي َسواملسءبيكثوُسن َلملسخءبيسثاَ س س ك‬ ‫ت َلملسخءبيث س‬ ‫س ك‬
‫ء‬ ‫ء‬ ‫ءللطلينباَ ء‬
‫ك َكمبسسلركؤوسن َ لماَ َيسسكقوُكلوُسن َ سكلم َلممغفسرقة َسوءرمزقق َسكءريق‬‫ت َأكمولسئء س‬ ‫س‬
Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan
laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji
(pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki
yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-
wanita yang baik (pula). Mereka (yang dituduh) itu bersih
dari apa yang dituduhkan oleh mereka (yang menuduh itu).
Bagi mereka ampunan dan rezeki yang mulia (surga).(QS.
An-Nur : 26)

Perbedaan larangan nomor dua ini


dengan larangan pada nomor satu di
atas adalah seandainya pernikahan itu
tetap dilakukan juga, hukumnya tetap
sah tetapi pelakunya berdosa.
Misalnya seorang laki-laki muslim
menikahi wanita pelacur, hukumnya
memang sah, namun dia berdosa.
3. Mahram
Jenis larangan yang ketiga adalah
karena faktor mahram, yaitu hubungan
kemahraman secara syar'i yang telah
ditetapkan Allah SWT antara laki-laki dan
perempuan, dimana mereka diharamkan
untuk menikah.
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 1 Bab 3 : Wanita Yang Haram Dinikahi

Larangan ini bersifat status yang


disandang oleh seorang wanita, atau
boleh kita katakan karena faktor posisi.
Jadi bukan karena faktor agama yang
dianutnya, dan juga bukan karena faktor
perilakunya.
Di dalam istilah fiqih, faktor larangan
yang ketiga ini sering disebut dengan
singkat sebagai : mahram.
B. Pengertian Mahram
1. Bahasa
Istilah mahram (َ‫ )عمححككككعرم‬berasal dari
makna haram, lawan dari kata halal.
Artinya adalah sesuatu yang terlarang
dan tidak boleh dilakukan.
Di dalam kamus Al-Mu'jam Al-Wasith
disebutkan bahwa al-mahram itu adalah
dzul-hurmah (‫)ذوالحرمككة‬, yaitu wanita yang
haram dinikahi.
2. Istilah
Sedangkan secara istilah di kalangan
ulama ilmu fiqih, kata mahram ini
didefinisikan sebagai :
‫تممن لت تيِدجودز تلده دمتناَتكتحدتتهاَ تعتلسسىَ الرتأمعبيِسسعد عبتقتراتبسسةَة أت مو تر ت‬
‫ضسساَةَع أتمو‬
‫صمهعرريِةَة‬
‫ع‬
Para wania yang diharamkan untuk dinikahi secara
permanen, baik karena faktor kerabat, penyusuan atau pun
berbesanan.
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 1 Bab 3 : Wanita Yang Haram Dinikahi

Harus dibedakan antara mahram


dengan muhrim. Kata muhrim berasal
dari bentukan dasar ahrama-yuhrimu-
ihraman (‫ إإححرامكككا ا‬- َ‫)أحكككرمَ – يمححكككإرمم‬, yang artinya
mengerjakan ibadah ihram. Dan makna
muhrim itu adalah orang yang sedang
mengerjakan ibadah ihram, baik haji
maupun umrah.
Salah satu faktor yang paling
menentukan dalam urusan boleh
tidaknya suatu pernikahan terjadi adalah
status wanita yang menjadi pengantin.
Bila wanita itu termasuk yang haram
untuk dinikahi, maka hukum pernikahan
itu haram. Dan sebaliknya, bila wanita itu
termasuk yang halal untuk dinikahi,
maka hukumnya halal.
Kita dapat membagi klasifikasi
tentang wanita yang haram dinikahi
berdasarkan hubungan kemahramam,
agama dan juga mantan pezina.
Para ulama membagi wanita yang
merupakan mahram menjadi dua
klasifikasi besar, mahram yang bersifat
abadi (‫ )ممعؤبَبد‬dan mahram yang tidak abadi
(‫ )عغحيمر ممعؤبَبد‬alias sementara.
C. Mahram Yang Bersifat Abadi
1. Pengertian
Mahram yang bersifat abadi
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 1 Bab 3 : Wanita Yang Haram Dinikahi

maksudnya adalah pernikahan yang


haram terjadi antara laki-laki dan
perempuan untuk selamanya meski
apapun yang terjadi antara keduanya.
Seperti seorang ibu haram menikah
dengan anak kandungnya sendiri.
Seorang wanita haram menikah dengan
ayahnya. Dan apa pun yang terjadi,
hubungan mahram ini bersifat abadi dan
selamanya, tidak akan pernah berubah.
2. Dalil
Al-Quran Al-Kariem telah
menyebutkan sebagian dari wanita yang
haram untuk dinikahi, antara lain :
‫ت َسعلسميككسمم َأكلمسهسساَتكككمم َسوبسسنسسساَتكككمم َسوأسسخسسوُاتكككمم َسوسعلمسساَتكككمم َسوسخسساَلستكككمم‬ ‫كحنرسمس م‬
‫وبسسناَت َالسءخ َوبسسناَت َالكخ ء‬
‫ضسمعنسككمم َسوأسسخسسوُاتكككم‬ ‫ت َسوأكلمسهاَتككككم َالللءت َأسمر س‬ ‫سس ك م‬ ‫سس ك‬
‫ت َنءسسسسآِئءككمم َسوسربسسساَئءبككككم َالللءتسس َءفسس َكحكجسسوُءرككم َنمسسن‬ ‫نم سن َاللر ء‬
‫ضسساَسعة َسوأكلمسهسساَ ك‬
‫س س‬
‫ل َكجنسسساَسح‬ ‫نسسسسآِئءكككم َالللءتسس َسدسخملتَسكسم َءبءسلن َفسسءإن َللسمس َتسككوُنكسوُما َسدسخملتَسكسم َءبءسلن َفس س‬
‫ء ء‬ ‫ء‬ ‫ء‬
‫صس سلسبءككمم َسوسأن َ سمتسمعكس سوُما َبسس م س‬
‫يس س‬ ‫سعلسميككس سمم َسوسحلسئس سكل َسأبمسنسس سساَئكككم َالس سذيسن َمس سمن َأس م‬
َ‫ف َإءلن َاللنسه َسكاَسن َسغكفوُجرا َلرءحيجما‬ ‫ل َسماَ َقسمد َسسلس س‬ ‫الكمختَسس م ء‬
‫ي َإس ل‬
Diharamkan atas kamu ibu-ibumu; anak-anakmu yang
perempuan ; saudara-saudaramu yang perempuan, saudara-
saudara bapakmu yang perempuan; saudara-saudara ibumu
yang perempuan; anak-anak perempuan dari saudara-
saudaramu yang laki-laki; anak-anak perempuan dari
saudara-saudaramu yang perempuan; ibu-ibumu yang
menyusui kamu; saudara perempuan sepersusuan; ibu-ibu
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 1 Bab 3 : Wanita Yang Haram Dinikahi

isterimu ; anak-anak isterimu yang dalam pemeliharaanmu


dari isteri yang telah kamu campuri, tetapi jika kamu belum
campur dengan isterimu itu , maka tidak berdosa kamu
mengawininya; isteri-isteri anak kandungmu ; dan
menghimpunkan dua perempuan yang bersaudara, kecuali
yang telah terjadi pada masa lampau; sesungguhnya Allah
Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.(QS. An-Nisa : 23)

Dari ayat ini dapat kita rinci ada


beberapa kriteria orang yang haram
dinikahi. Dan sekaligus juga menjadi
orang yang boleh melihat bagian aurat
tertentu dari wanita. Mereka adalah :
 Ibu kandung
 Anak-anakmu yang perempuan
 Saudara-saudaramu yang perempuan,
 Saudara-saudara bapakmu yang
perempuan
 Saudara-saudara ibumu yang
perempuan
 Anak-anak perempuan dari saudara-
saudaramu yang laki-laki
 Anak-anak perempuan dari saudara-
saudaramu yang perempuan
 Ibu-ibumu yang menyusui kamu
 Saudara perempuan sepersusuan
 Ibu-ibu isterimu
 Anak-anak isterimu yang dalam
pemeliharaanmu dari isteri yang telah
kamu campuri,
 Isteri-isteri anak kandungmu
Para ulama membagi mahram yang
bersifat abadi ini menjadi tiga kelompok
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 1 Bab 3 : Wanita Yang Haram Dinikahi

berdasarkan penyebabnya, yaitu karena


sebab hubungan nasab, karena
hubungan pernikahan (perbesanan dan
karena hubungan akibat persusuan.
3. Mahram Karena Nasab

Yang dimaksud mahram karena nasab


adalah hubungan antara seorang
perempuan dengan laki-laki masih satu
nasab atau hubungan keluarga.
Tetapi dalam syariat Islam, tidak
semua hubungan keluarga itu berarti
terjadi kemahraman. Hanya hubungan
tertentu saja yang hubungannya
mahram, di luar apa yang ditetapkan,
maka tidak ada hubungan kemahraman.
a. Ibu kandung
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 1 Bab 3 : Wanita Yang Haram Dinikahi

Buat seorang laki-laki, wanita yang


pertama kali menjadi mahram adalah
ibunya sendiri. Maksudnya adalah ibu
yang melahirkan dirinya. Haram terjadi
pernikahan antara seorang laki-laki
dengan ibu kandungnya sendiri. Dalilnya
adalah potongan ayat di atas (‫)أمبَمعهاتممكحم‬.
Hukum yang berlaku pada diri
seorang ibu juga seterusnya berlaku
kepada ibunya ibu atau nenek, dan
ibunya nenek ke atas. Semua ikut dalam
hukum ibu, yang haram untuk dinikahi.
b. Anak Wanita
Buat seorang laki-laki, anak kandung
perempuannya adalah wanita yang
menjadi mahramnya, sehingga haram
terjadi perkawinan antara mereka. Dan
anak perempuan dari anak perempuan
(cucu) dan seterusnya ke bawah,
hukumnya mengikuti terus sampai
kepada keturunannya.
Dalil kemahramannya adalah
potongan ayat di atas (‫)عوبععناتمكحم‬.
‫م‬
c. Saudari Kandung
Seorang laki-laki diharamkan menikah
dengan saudari wanitanya. Yang
dimaksud dengan saudari wanita bisa
saja sebagai kakak atau sebagai adik,
keduanya sama kedudukannya, yaitu
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 1 Bab 3 : Wanita Yang Haram Dinikahi

sama-sama haram untuk dinikahi. Baik


posisinya sebagai saudari itu seayah-
seibu, atau saudari seayah tidak seibu,
atau saudari seibu tapi tidak seayah.
Dalil keharaman untuk menikahinya
adalah potongan ayat (‫)عوأععخعواتممكحم‬.
d. Saudari Ayah
Yang dimaksud dengan saudari ayah
bisa saja saudari ayah yang seayah dan
seibu, atau seayah tidak seibu, atau
seibu tapi tidak seayah. Dari segi usia,
bisa saja yang lebih muda dari ayah
(adiknya ayah), atau bisa juga yang lebih
tua (kakaknya ayah).
Dalam ungkapan bahasa Indonesia,
saudari ayah sering disebut bibi. Dan
dalam bahasa pergaulan sehari-hari
biasa disebut dengan tante. Sedangkan
dalam bahasa Arab dalam bentuk
tunggal disebut 'ammah (‫ )ععبَمة‬dan dalam
bentuk jamak disebut 'ammaat (‫)ععبَمات‬.
Seorang laki-laki diharamkan menikah
dengan saudari ayahnya, atau bibinya
sendiri. Dalil kemahraman saudari ayah
adalah potongan ayat (‫)عوععبَماتممكحم‬.
e. Saudari Ibu
Dalam istilah kita, saudari ayah atau
saudari ibu tidak dibedakan
panggilannya. Namun dalam syariat
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 1 Bab 3 : Wanita Yang Haram Dinikahi

Islam, keduanya berbeda. Saudari ibu


dalam bentuk tunggal disebut khaalah (
‫)عخاعلككككة‬, sedangkan dalam bantuk jamal
disebut khaalaat (‫)خالت‬.
Dan saudari ibu termasuk wanita yang
haram dinikahi, dengan dalil potongan
ayat di atas (‫)عوعخالعتممكحم‬.
f. Keponakan dari Saudara Laki
Anak-anak wanita yang lahir dari
saudara laki-laki termasuk wanita yang
haram dinikahi. Dalam panggilan akrab
kita, mereka termasuk keponakan.
Sedangkan dalam istilah syariah disebut
banatul akh (‫)بنعات الخأ‬
Anak wanita dari saudara laki-laki ini
diharamkan untuk dinikahi dengan dasar
potongan ayat (‫)عوبععنامت العإخأ‬.
g. Keponakan dari Saudara Wanita
Anak-anak wanita dari saudari wanita
disebut banatul ukht ( ‫ )بنككات الخككت‬termasuk
para wanita yang haram untuk dinikahi.
Dalilnya adalah potongan ayat di atas (
‫ت المحخ إ‬
‫ت‬ ‫)عوبععنا م‬.
Itulah tujuh wanita yang secara nasab
(keturunan dan hubungan famili) haram
hukumnya untuk dinikahi oleh seorang
laki-laki.
4. Mahram Karena Mushaharah
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 1 Bab 3 : Wanita Yang Haram Dinikahi

Penyebab kemahraman abadi kedua


adalah karena mushaharah (َ‫صككاهععرة‬
‫)مم ع‬, atau
akibat adanya pernikahan sehingga
terjadi hubungan mertua menanti atau
orang tua tiri. Kemahramannya bukan
bersifat sementara, tetapi menjadi
mahram yang sifatnya abadi.
Di antara wanita yang haram dinikahi
karena sebab mushaharah ini adalah
sebagaimana firman Allah SWT yang
menyebutkan siapa saja wanita yang
haram dinikahi.
‫ت َنءسسآِئءككمم َسوسرسباَئءبككككم َالللءت َءف َكحكجوُءرككم َنمسن َ نسسسسآِئءكككم َالللءتس‬ ‫سوأكلمسهاَ ك‬
‫سدسخملتَسكسم َءبءسلن َفسسءإن َللسمس َتسككوُنكسوُما َسدسخملتَسكسم َءبءسلن َفس س‬
‫ل َكجنسسساَسح َسعلسميككسمم َسوسحلسئءسكل‬
َ ‫صلسبءككمم‬ ‫ء ء‬ ‫ء‬
‫سأبمسسناَئكككم َالذيسن َممن َأس م‬
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 1 Bab 3 : Wanita Yang Haram Dinikahi

(dan haram menikahi) ibu-ibu istrimu (mertua), anak-anak


istrimu yang dalam pemeliharaanmu dari istri yang telah
kamu campuri, tetapi jika kamu belum campur dengan
istrimu itu (dan sudah kamu ceraikan), maka tidak berdosa
kamu mengawininya, istri-istri anakmu dari sulbimu.(QS.
An-Nisa' : 23)

a. Ibu dari istri (mertua wanita)


Seorang laki-laki diharamkan selama-
lamanya menikahi ibu dari istrinya, atau
mertua perempuannya. Sifat
kemahramannya berlaku untuk selama-
lamanya.
Bahkan meski istrinya telah
meninggal dunia atau telah putus ikatan
perkawinannya, misalnya karena cerai
dan seterusnya, tetepi mantan ibu
mertua adalah wanita yang menjadi
mahram selama-lamanya.
Jadi meski sudah berstatus mantan
mertua, tetapi tetap haram untuk
terjadinya pernikahan antara bekas
menantu dengan bekas mertuanya
sendiri.
b. Anak wanita dari istri (anak tiri)
Bila seorang laki-laki menikahi
seorang janda beranak perawan, maka
haram selamanya untuk suatu ketika
menikahi anak tirinya itu. Keharamannya
bersifat selama-lamanya, meski pun
ibunya telah wafat atau bercerai.
Namun ada sedikit pengecualian,
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 1 Bab 3 : Wanita Yang Haram Dinikahi

yaitu bila pernikahan dengan janda itu


belum sampai terjadi hubungan suami
istri, lalu terjadi perceraian, maka anak
perawan dari janda itu masih boleh untuk
dinikahi. Dasarnya adalah firman Allah
SWT :
‫سوسربسسساَئءبككككم َالللءتسس َءفس َكحكجسسوُءرككم َنمسسن َ نسسسسآِئءكككم َالللءتسس َسدسخملتَسكسم َءبءسلن َفسسءإن‬
‫ل َكجسناَسح َسعلسميككمم‬ ‫لمل َتسككوُنكوُما َسدسخملكتَم َءبءلن َفس س‬
(dan haram menikahi) anak-anak istrimu yang dalam
pemeliharaanmu dari istri yang telah kamu campuri, tetapi
jika kamu belum campur dengan istrimu itu (dan sudah kamu
ceraikan), maka tidak berdosa kamu mengawininya. (QS. An-
Nisa' : 23)

c. Istri dari anak laki-laki (menantu)


Seorang laki-laki diharamkan untuk
menikahi istri dari anaknya sendiri, atau
dalam bahasa lain menantunya sendiri.
Dasar keharamannya adalah firman Allah
SWT :
‫صلسبءككمم‬ ‫ء ء‬ ‫ء ء‬
‫سوسحلسئكل َسأبمسسناَئكككم َالذيسن َممن َأس م‬
Dan (haram untuk menikahi) istri-istri dari anak-anakmu
yang lahir dari sulbimu. (QS. An-Nisa' : 23)

Dan keharamannya berlaku untuk


selama-lamanya, meski pun wanita itu
barangkali sudah tidak lagi menjadi
menantu.
d. Istri dari ayah (ibu tiri)
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 1 Bab 3 : Wanita Yang Haram Dinikahi

Sedangkan yang dimaksud dengan


istri dari ayah tidak lain adalah ibu tiri.
Para wanita yang telah dinikahi oleh
ayah, maka haram bagi puteranya untuk
menikahi janda-janda dari ayahnya
sendiri, sebab kedudukan para wanita itu
tidak lain adalah sebagai ibu, meski
hanya ibu tiri. Dan status ibu tiri sama
haramnya untuk dinikahi sebagaimana
haramnya menikahi ibu kandung.
Dalil pengharaman untuk menikahi
ibu tiri adalah firman Allah SWT :
‫ف َإءنلسكه َسكسساَسن‬ ‫سوسل َستنءككحسوُما َسمسساَ َنسسكسسح َآبسسساَكؤككم َنمسسن َالنسسسساَء َإء ل‬
‫ل َسمسساَ َقسسمد َسسسلس س‬
‫سفاَءحسشجة َسوسممقجتَاَ َسوسساَء َسسءبيلج‬
Dan janganlah kamu kawini wanita-wanita yang telah
dikawini oleh ayahmu, terkecuali pada masa yang telah
lampau. Sesungguhnya perbuatan itu amat keji dan dibenci
Allah dan seburuk-buruk jalan (yang ditempuh). (QS. An-Nisa'
: 22)

5. Mahram Karena Penyusuan


a. Penyusuan Yang Mengharamkan
Tidak semua penyusuan secara
otomatis mengakibatkan kemahraman.
Ada beberapa persyaratan yang
dikemukakan oleh para ulama tentang
hal ini, antara lain :
 Air Susu Manusia Wanita Baligh
Seandainya yang diminum bukan air
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 1 Bab 3 : Wanita Yang Haram Dinikahi

susu manusia, seperti air susu hewan


atau susu formula, maka tidak akan
menimbulkan kemahraman.
Demikian juga bila air susu itu di
dapat dari seorang laki-laki, atau wanita
yang belum memungkinkan untuk punya
anak, misalnya wanita yang belum
baligh, maka para ulama sepakat
penyusuan seperti tidak akan
menimbulkan kemahraman.
 Sampainya Air Susu ke dalam
Perut
Yang menjadi ukuran sebenarnya
bukan bayi menghisap puting, melainkan
bayi meminum air susu. Sehingga bila
disusui namun tidak keluar air susunya,
tidak termasuk ke dalam kategori
penyusuan yang menimbulkan
kemahraman.
Sebaliknya, meski tidak melakukan
penghisapan lewat putting susu, namun
air susu ibu dimasukkan ke dalam botol
dan dihisap oleh bayi atau diminumkan
sehingga air susu ibu itu masuk ke dalam
perut bayi, maka hal itu sudah termasuk
penyusuan.
Namun harus dipastikan bahwa air
susu itu benar-benar masuk ke dalam
perut, bukan hanya sampai di mulut,
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 1 Bab 3 : Wanita Yang Haram Dinikahi

atau di lubang hidung atau lubang kuping


namun tidak masuk ke perut.1
 Minimal 5 Kali Penyusuan
Para ulama sepakat bahwa bila
seorang bayi menyusu pada wanita yang
sama sebanyak 5 kali, meski tidak
berturut-turut, maka penyusuan itu telah
menimbulkan akibat kemahraman.
Kalau baru sekali atau dua kali
penyusuan saja, tentu belum
mengakibatkan kemahraman. Ketentuan
ini didasari oleh hadits yang diriwayatkan
ibunda mukminin Aisyah
radhiyallahuanha :
‫ت َكيسنرممسسن َ( َكثلس‬‫ت َمعكلوُمساَ د‬‫سكساَسن َءفيمساَ َأكنمسءزل َءمسن َالمكقسرآءن َ) َعمشسر َر د‬
‫ضسسعاَ س م س‬ ‫س كسس‬ ‫س م‬ ‫س‬
‫صسللىَ َاللسكه َسعلسميسءه َسوسسسلسم‬ ‫ء‬ ‫د‬ ‫نكءسسمخسن َءبسممس د‬
‫ف َسركسسسوُل َاللسه َ س‬
‫س َسممعكلوُسمسساَت َفسستَك سكوُ نس‬
‫سوكهلن َءفيسماَ َيسكمقسركأ َءمسن َالمكقمرآءن‬
Dahulu ada ayat yang diturunkan dengan lafadz :Sepuluh kali
penyusuan telah mengharamkan. Kemudian ayat itu dihapus
dan diganti dengan 5 kali penyusuan. Dan Rasulullah SAW
wafat dalam keadaan para wanita menyusui seperti itu. (HR.
Muslim)

Namun ada pendapat dari mazhab Al-


Hanafiyah dan Al-Malikiyah bahwa satu
kali penyusuan yang sempurna telah
mengakibatkan kemahraman.

1 Raudhatut-thalibin, jilid 9 hal. 6


Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 1 Bab 3 : Wanita Yang Haram Dinikahi

Mereka mendasarinya dengan


kemutlakan dalil yang sifatnya umum,
dimana tidak disebutkan keharusan
untuk melakukannya minimal 5 kali, yaitu
ayat :

‫سوأكلمسهاَتككككم َالللءت َأسمر س‬


‫ضمعنسككمم‬
Dan ibu-ibu yang telah menyusui dirimu (QS. An-Nisa : 23)

 Sampai Kenyang
Hitungan satu kali penyusuan
bukanlah berapa kali bayi mengisap atau
menyedot air susu, namun yang
dijadikan hitungan untuk satu kali
penyusuan adalah bayi menyusu hingga
kenyang. Biasanya kenyangnya bayi
ditandai dengan tidur pulas.
Ada pun bila bayi melepas puting
sebentar lalu menghisapnya lagi, tidak
dianggap dua kali penyusuan, tetapi
dihitung satu kali saja. Dasarnya adalah
sabda Nabi SAW :
‫ضاَسعكة َءمسن َالمسمسجاَسعءة‬
‫اللر س‬
Penyusuan itu karena lapar (HR. Bukhari dan Muslim)

 Maksimal 2 Tahun
Hanya bayi yang belum berusia dua
tahun saja yang menimbulkan
kemahraman. Sedangkan bila bayi yang
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 1 Bab 3 : Wanita Yang Haram Dinikahi

menyusu itu sudah lewat usia dua tahun,


maka tidak menimbulkan kemahraman.
Dalilnya adalah firman Allah SWT ;
‫ي َلءسمس س سمن َأسسراسد َأسمن َيكتَءس س سلم‬
‫ي َسك س سساَءملس م ء‬
‫ت َيسكرءضس س سمعن َأسمولسسدكهس س سلن َسحس س سوُلس م ء‬
‫م‬
‫ء‬
‫سوالمسوُالس س سسدا ك م س‬
‫ضاَسعةس‬
‫اللر س‬
Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua
tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan
penyusuan. (QS. Al-Baqarah : 233)

Dan juga berdasarkan hadits nabi


SAW :

‫م‬ ‫ع َإء ل‬
‫ل َسماَ َسكاَسن َءف َاملسوُلس م ء‬
‫ي‬ ‫ضاَ س‬
‫سل َسر س‬
Tidak ada penyusuan (yang mengakibatkan kemahraman)
kecuali di bawah usia dua tahun. (HR. Ad-Daruquthny)

b. Suami Menyusu Kepada Istri,


Mahramkah?
Dengan dalil-dalil di atas, maka dalam
kasus seorang suami menelan air susu
istrinya, maka hal itu tidak akan
menimbulkan kemahraman di antara
mereka.
Sebab semua syarat penyusuan yang
menimbulkan kemahraman tidak
terpenuhi :
 Suami bukan bayi karena usianya
sudah lebih dari 2 tahun
 Suami tidak akan kenyang perutnya
dengan menelan air susu istrinya.
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 1 Bab 3 : Wanita Yang Haram Dinikahi

Kalau pun dia meminumnya dengan


jumlah yang banyak, bukan kenyang
tapi malah muntah.
c. Siapa Sajakah Mereka?
Bila seorang bayi laki-laki menyusu
kepada seorang wanita selain ibunya,
sebagaimana sudah lazim kita pahami,
maka wanita itu akan berstatus mahram
alias haram menikah dengan bayi itu.
Selain wanita yang langsung
menyusuinya, kemahraman juga terjadi
secara otomatis dengan beberapa wanita
lainnya yang masih ada hubungan nasab,
atau mushaharah atau pun dengan
sesama bayi lain yang menyusu kepada
wanita itu.
Maka kalau kita daftarkan semuanya,
para wanita yang menjadi mahram
karena sebab penyusuan sebagai
berikut :
Pertama : Wanita Yang Menyusui
Wanita yang secara langsung
menyusui bayi orang lain secara otomatis
menjadi mahram terhadap bayi tersebut.
Jumlah wanita yang menyusui tidak
harus hanya satu orang saja, tetapi
dimungkin ada beberapa orang.
Contohnya adalah Rasulullah SAW, beliau
pernah disusui oleh setidaknya dua
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 1 Bab 3 : Wanita Yang Haram Dinikahi

wanita, yaitu Tsuwaibah Al-Aslamiyah


budak Abu Lahab dan juga Halimah As-
Sa'diyah.
Kedua : Anak Wanita Dari Wanita
Yang Menyusui
Bila wanita yang menyusui itu punya
anak perempuan, maka anak perempuan
itu otomatis menjadi saudari sesusuan
dengan bayi itu, sehingga hubungan
mereka menjadi mahram selama-
lamanya.
Dalam hal ini, Rasulullah SAW punya
saudari perempuan sesusuan, yaitu
puteri dari Halimah As-Sa'diyah, yang
bernama Syaima'.
Ketiga : Saudari Wanita Dari Wanita
Yang Menyusui
Demikian juga bila wanita yang
menyusui bayi itu punya saudari
perempuan, baik sebagai kakak ataupun
adik, maka dia pun ikut jadi mahram
juga.
Keempat : Ibu Dari Wanita Yang
Menyusui
Meski tidak menyusui langsung bayi
itu, tetapi ibu dari wanita yang menyusui
juga berstatus mahram kepada bayi itu.
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 1 Bab 3 : Wanita Yang Haram Dinikahi

Kelima : Ibu Dari Suami Wanita Yang


Menyusui
Dan kemahraman ini juga menjalar
kepada kerabat suami dari wanita yang
menyusui, yaitu ibunya suami serta
saudarinya.
Cukup menarik untuk diperhatikan,
bahwa kemahraman ini juga menjalar ke
pihak keluarga suami. Ibu dari suami
wanita yang menyusui bayi itu pun ikut
jadi mahram juga kepada si bayi.
Keenam : Saudari Dari Suami Wanita
Yang Menyusui
Demikian juga dengan saudari wanita
dari suami yang istrinya menyusui bayi
itu, ikut juga menjadi mahram atas si
bayi.
Ketujuh : Bayi Wanita Yang Menyusu
Pada Wanita Yang Sama
Bila ada dua bayi disusui oleh satu
orang wanita yang sama, maka kedua
bayi itu menjadi saudara sesusuan.
Bila bayi pertama laki-laki dan bayi
kedua perempuan, maka hubungan
keduanya menjadi mahram, alias haram
terjadi pernikahan untuk selama-
lamanya.
Namun hubungan saudara sesusuan
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 1 Bab 3 : Wanita Yang Haram Dinikahi

ini hanya berdampak dalam masalah


kemahraman saja, dan tidak
menimbulkan pengaruh apapun terhadap
masalah waris. Maksudnya, saudara
sesusuan bukan termasuk ahli waris,
sehingga tidak akan terjadi hubungan
saling mewarisi antara bayi tersebut
dengan orang-orang yang sudah
disebutkan di atas.
Untuk mudahnya mengingat, Penulis
coba buatkan diagram sederhana
tentang siapa saja wanita yang menjadi
mahram akibat persusuan.

6. Konsekuensi Hukum
Hubungan mahram ini melahirkan
beberapa konsekuensi, yaitu hubungan
mahram yang bersifat permanen, antara
lain :
 Kebolehan berkhalwat (berduaan)
 Kebolehan bepergiannya seorang
wanita dalam safar lebih dari 3 hari
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 1 Bab 3 : Wanita Yang Haram Dinikahi

asal ditemani mahramnya.


 Kebolehan melihat sebagian dari
aurat wanita mahram, seperti
kepala, rambut, tangan dan kaki.
D. Mahram Yang Bersifat Sementara
Kemahraman ini bersifat sementara,
bila terjadi sesuatu, laki-laki yang tadinya
menikahi seorang wanita, menjadi boleh
menikahinya.
Bentuk kemahraman yang ini semata-
mata mengharamkan pernikahan saja,
tapi tidak membuat seseorang boleh
melihat aurat, berkhalwat dan bepergian
bersama. Yaitu mahram yang bersifat
muaqqat atau sementara. Yang
membolehkan semua itu hanyalah bila
wanita itu mahram yang bersifat abadi.
Diantara para wanita yang termasuk
ke dalam kelompok haram dinikahi
secara sementara waktu saja adalah :
1. Istri Orang Lain
Seorang wanita yang masih berstatus
sebagai istri dari suaminya tentu saja
tidak boleh dinikahi, karena itu bisa
disebut mahram. Tetapi sifat
kemahramannya tidak abadi, hanya
bersifat sementara.
Bila suaminya wafat atau
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 1 Bab 3 : Wanita Yang Haram Dinikahi

menceraikannya, dan telah selesai masa


iddah wanita itu, maka wanita itu maka
boleh atau bisa saja dinikahi. Karena
kemahramannya berifat sementara,
maka tidak berlaku hukum-hukum seperti
kepada mahram yang bersifat abadi.
2. Saudara Ipar
Saudara ipar adalah saudara wanita
dari istri, baik sebagai kakak atau adik.
Saudara ipar tidak boleh dinikahi, karena
seorang laki-laki diharamkan memadu
dua wanita yang bersadara.
‫ف‬
‫ل َسماَ َقسمد َسسلس س‬ ‫ي َالكمختَسس م ء‬
‫ي َإس ل‬ ‫سوسأن َ سمتسمعكوُما َبسس م س‬
Dan memadu dua perempuan yang bersaudara, kecuali yang
telah terjadi pada masa lampau. (QS. An-Nisa’ : 23)

Namun bila hubungan suami istri


dengan saudara dari ipar itu sudah
selesai, baik karena meninggal atau pun
karena cerai, maka saudari ipar yang
tadinya haram dinikahi menjadi boleh
dinikahi. Istilah yang populer adalah
turun ranjang.
3. Masih Masa Iddah
Wanita yang telah dicerai oleh
suaminya, tidak boleh langsung dinikahi,
kecuali setelah selesai masa iddahnya.
Masa iddahnya adalah selama 3 kali
masa suci dari haidh, sebagaimana
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 1 Bab 3 : Wanita Yang Haram Dinikahi

firman Allah SWT :


‫صسن َبءسأنكفءسءهلن َثسلسثسسة َقكسكرسودء‬ ‫سوالمكمطسلسقاَ ك‬
‫ت َيسستَسسسربل م‬
Wanita-wanita yang ditalak handaklah menahan diri tiga
kali quru' (QS. Al-Baqarah : 228)

Sedangkan wanita yang suaminya


meninggal dunia, maka masa iddahnya
lebih lama lagi, yaitu 4 bulan 10 hari. Hal
itu ditegaskan di dalam Al-Quran :

‫صس سسن َبءسأنكفءسس سءهلن َأسمربسسسعس سةس‬ ‫ء‬ ‫ء‬


‫سوالس سذيسن َيسكتَسسسوُفلس سموُسن َمنككس سمم َسويسس سسذكروسن َأسمزسواججس سساَ َيسستَسسسربل م‬
‫أسمشكهدر َسوسعمشجرا‬
Orang-orang yang meninggal dunia di antaramu dengan
meninggalkan istri-istri (wajiblah para istri itu)
menangguhkan dirinya (beriddah) empat bulan sepuluh hari.
(QS. Al-Baqarah : 234)

Selama masa iddah itu seorang


wanita wajib tinggal di dalam rumah
suaminya, dan diharamkan untuk keluar
rumah, berdandan serta menerima
pinangan dari seorang laki-laki. Begitu
selesai masa iddahnya, maka wanita itu
halal dinikahi.
4. Istri yang Ditalak Tiga
Seorang wanita yang telah ditalak
untuk yang ketiga kalinya, maka haram
hukumnya dinikahi kembali.
‫ل َ سءتضل َلسه َءمن َبسعكد َح ل ء‬
‫فسءإن َطسلسقسهاَ َفس س‬
‫غيسسرهك‬
‫ت َستنكسح َسزموججاَ َ سم‬
‫ك سم س س‬
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 1 Bab 3 : Wanita Yang Haram Dinikahi

Kemudian jika si suami menlalaknya (sesudah talak yang


kedua), maka perempuan itu tidak halal lagi baginya hingga
dia kawin dengan suami yang lain. (QS. Al-Baqarah : 230)

Tetapi seandainya atas kehendak


Allah dia menikah lagi dengan laki-laki
lain dan kemudian diceraikan suami
barunya itu, maka halal dinikahi kembali
asalkan telah selesai iddahnya dan posisi
suaminya bukan sebagai muhallil belaka.
5. Wanita pezina.
Al-Quran Al-Kariem secara tegas
menyebutkan haramnya seorang laki-laki
muslim untuk menikahi wanita pezina.
‫اللزاءن سس َل َسينءكس سكح َإل َسزانءيسس سجة َأسمو َكممشس سءرسكجة َسواللزانءيسس سكة َل َسينءككحسهسساَ َءإل َسزادن َأسمو‬
‫ءء‬ ‫ء‬
‫ي‬‫ك َسعسلىَ َالمكممؤمن س‬ ‫كممشءرقك َسوكحنرسم َسذل س‬
Laki-laki yang berzina tidak mengawini melainkan
perempuan yang berzina, atau perempuan yang musyrik; dan
perempuan yang berzina tidak dikawini melainkan oleh laki-
laki yang berzina atau laki-laki musyrik, dan yang demikian
itu diharamkan atas orang-orang yang mukmin. (QS. An-
Nuur : 3)

Dalam hal ini selama wanita itu masih


aktif melakukan zina. Sebaliknya, ketika
wanita itu sudah bertaubat dengan
taubat nashuha, dimana dia sudah tidak
lagi disebut wanita yang berzina,
umumnya ulama membolehkannya.
Dosa zina itu adalah dosa yang bisa
diampuni. Dan kalau sudah diampuni,
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 1 Bab 3 : Wanita Yang Haram Dinikahi

tentu haram hukumnya menjuluki


mereka sebagai pezina. Bukankah dahulu
sebelum masuk Islam, banyak di antara
shahabat Nabi SAW yang berzina serta
melanggar larangan Allah. Tetapi ketika
sudah masuk Islam dan bertaubat, status
mereka tidak boleh lagi disebut sebagai
pezina.
6. Istri Yang Dili'an
Li’an adalah salah satu bentuk
perceraian, dimana seorang suami
mendapati istrinya berzina dan
menjatuhkan tuduhan, namun tidak
punya saksi selain dirinya sendiri. Di sisi
lain, pihak istri menolak untuk
mengakuinya.
Sehingga untuk itu digelarlah sebuah
pengadilan dimana kedua belah pihak
ditantang untuk saling melaknat.
Seorang suami di dalam li’an akan
melaknat istrinya. Li’an disyariatkan di
dalam Al-Quran :

‫سوالسءذيسن َيسسمركمسسوُسن َأسمزسواسجكهسمم َسوسلسمس َيسككسسن َلسكمم َكشسسهسداء َءإل َسأنكفكسسكهمم َفسسشسسهاَسدةك‬
‫صاَءدقءي َوا م ء‬ ‫د ء‬ ‫ءء‬
‫ت‬‫لاَمسسسةك َأسلن َلسمعنسس س‬ ‫أسسحدهمم َأسمربسكع َسشسهاَسدات َءباَلله َإءنلكه َلسءمسن َال ل س س س‬
‫ء‬ ‫ء‬ ‫ء ء‬
‫ب َأسمن َتسمشسسهسد َأسمربسسسع‬ ‫الله َسعلسميه َءإن َسكاَسن َمسن َالمسكاَذبء س‬
‫ي َسويسمدسرأك َسعمنسسهاَ َالمسعسسذا س‬
َ‫ب َاللسءه َسعسمليسسهسسا‬ ‫ت َبسءساَللءه َإءنلسه َلسءمسن َالمسكسساَءذبءي َوا م ء‬
‫سشسهاَدا د‬
‫لاَمسسسةس َأسلن َسغ س‬
‫ضس س‬ ‫سس س‬ ‫ك س‬ ‫سس‬
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 1 Bab 3 : Wanita Yang Haram Dinikahi

‫ي‬ ‫ءإن َسكاَسن َءمن َال ل ء ء‬


‫صاَدق س‬ ‫س‬
Dan orang-orang yang menuduh istrinya (berzina), padahal
mereka tidak ada mempunyai saksi-saksi selain diri mereka
sendiri, maka persaksian orang itu ialah empat kali
bersumpah dengan nama Allah, sesungguhnya dia adalah
termasuk orang-orang yang benar. Dan (sumpah) yang
kelima: bahwa laknat Allah atasnya, jika dia termasuk orang-
orang yang berdusta. Istrinya itu dihindarkan dari hukuman
oleh sumpahnya empat kali atas nama Allah sesungguhnya
suaminya itu benar-benar termasuk orang-orang yang dusta,
dan (sumpah) yang kelima: bahwa laknat Allah atasnya jika
suaminya itu termasuk orang-orang yang benar. (QS. An-
Nuur : 6-9)

Bila seorang suami telah melakukan


li’an kepada istrinya, maka istrinya itu
menjadi wanita yang haram untuk
dinikahi.
7. Wanita Kafir Selain Ahli Kitab
Menikahi wanita non muslim yang
bukan kitabiyah atau wanita musyrikah.
Namun begitu wanita itu masuk Islam
atau masuk agama ahli kitab, dihalalkan
bagi laki-laki muslim untuk menikahinya.

Bab 4 : Memilih Calon Pasangan

A. Menentukan Kriteria
Dalam menentukan kriteria calon
pasangan, Islam memberikan dua sisi
yang perlu diperhatikan. Pertama, sisi
yang terkait dengan agama, nasab, harta
maupun kecantikan. Kedua, sisi lain yang
lebih terkait dengan selera pribadi,
seperti masalah suku, status sosial, corak
pemikiran, kepribadian, serta hal-hal
yang terkait dengan masalah fisik
termasuk masalah kesehatan dan
seterusnya.
1. Masalah Fundamental
Masalah yang pertama adalah
masalah yang terkait dengan standar
umum, yaitu masalah agama, keturunan,
harta dan kecantikan. Masalah ini sesuai
dengan petunjuk Rasulullah SAW dalam
haditsnya yang cukup masyhur.
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 1 Bab 4 : Memilih Calon Pasangan

َ‫ َقس اَسل َتكسمنسك سكح َاسلمسم سمرأسكة َلسمربسسدع َ َلءسماَءلسسسا‬َ ‫ب‬


‫ َسع ءن َالنلء ن‬َ ‫سع سمن َأسءبسس َكهسريمس سسرسة‬
‫ء‬ ‫ء ءءء‬ ‫ء‬
-َ ‫ت َيسسسداسك‬ ‫سولسسس سبءسهاَ َ َسوءلسسماَلسسساَ َ َسول سدينسهاَ َ َفسسساَظمسفمر َبءسسذات َاسل سنديءن َتسءربسس م‬
‫كمتَلسسفقق َسعلسميءه‬
Dari Abi Hurairah ra bahwa Rasulullah SAW
bersabda,`Wanita itu dinikahi karena empat hal : karena
agamanya, nasabnya, hartanya dan kecantikannya. Maka
perhatikanlah agamanya kamu akan selamat (HR. Bukhari
Muslim)

Khusus masalah agama, Rasulullah


SAW memang memberikan penekanan
yang lebih, sebab memilih wanita yang
sisi keagamaannya sudah matang jauh
lebih menguntungkan ketimbang istri
yang kemampuan agamanya masih
setengah-setengah. Sebab dengan
kondisi yang masih setengah-setengah
itu, berarti suami masih harus bekerja
ekstra keras untuk mendidiknya. Itupun
kalau suami punya kemampuan agama
yang lebih. Tetapi kalau kemampuannya
pas-pasan, maka mau tidak mau suami
harus `menyekolahkan` kembali istrinya
agar memiliki kemampuan dari sisi
agama yang baik.
Tentu saja yang dimaksud dengan sisi
keagamaan bukan berhenti pada luasnya
pemahaman agama atau fikrah saja,
tetapi juga mencakup sisi kerohaniannya
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 1 Bab 4 : Memilih Calon Pasangan

(ruhiyah) yang idealnya adalah tipe


seorang yang punya hubungan kuat
dengan Allah SWT. Secara rinci bisa
dicontohkan antara lain :
 Aqidahnya kuat
 Ibadahnya rajin
 Akhlaqnya mulia
 Pakaiannya dan dandanannya
memenuhi standar busana muslimah
 Menjaga kehormatan dirinya dengan
tidak bercampur baur dan ikhtilath
dengan lawan jenis yang bukan
mahram
 Tidak bepergian tanpa mahram atau
pulang larut
 Fasih membaca Al-Quran Al-Kariem
 Ilmu pengetahuan agamanya
mendalam
 Aktifitas hariannya mencerminkan
wanita shalihah
 Berbakti kepada orang tuanya serta
rukun dengan saudaranya
 Pandai menjaga lisannya
 Pandai mengatur waktunya serta selalu
menjaga amanah yang diberikan
kepadanya
 Selalu menjaga diri dari dosa-dosa
meskipun kecil
 Pemahaman syariahnya tidak terbata-
bata
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 1 Bab 4 : Memilih Calon Pasangan

 Berhusnuzhan kepada orang lain,


ramah dan simpatik
Sedangkan dari sisi nasab atau
keturunan, merupakan anjuran bagi
seorang muslim untuk memilih wanita
yang berasal dari keluarga yang taat
beragama, baik status sosialnya dan
terpandang di tengah masyarakat.
Dengan mendapatkan istri dari nasab
yang baik itu, diharapkan nantinya akan
lahir keturunan yang baik pula. Sebab
mendapatkan keturunan yang baik itu
memang bagian dari perintah agama,
seperti yang Allah SWT firmankan di
dalam Al-Quran Al-Kariem.
‫ش َا سل سءذيسن َلسس سموُ َتسسسرككس سوُما َءمس سمن َسخملءفءهس سمم َذكنريسل سجة َءضس سسعاَجفاَ َسخ سساَفكوُام َسعلسميءهس سمم‬
‫سولميسمخس س س‬
‫فسسمليستَلسكقوُا َاللنسه َسومليسسكقوُلكوُما َقسسموُلج َسسءديجدا‬
Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang
seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak
yang lemah, yang mereka khawatir terhadap mereka. Oleh
sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan
hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar. (QS.
An-Nisa : 9)

Sebaliknya, bila istri berasal dari


keturunan yang kurang baik nasab
keluarga, seperti kalangan penjahat,
pemabuk, atau keluarga yang pecah
berantakan, maka semua itu sedikit
banyak akan berpengaruh kepada jiwa
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 1 Bab 4 : Memilih Calon Pasangan

dan kepribadian istri. Padahal nantinya


peranan istri adalah menjadi pendidik
bagi anak. Apa yang dirasakan oleh
seorang ibu pastilah akan langsung
tercetak begitu saja kepada anak.
Pertimbangan memilih istri dari
keturunan yang baik ini bukan berarti
menjatuhkan vonis untuk mengharamkan
menikah dengan wanita yang kebetulan
keluarganya kurang baik. Sebab bukan
hal yang mustahil bahwa sebuah
keluarga akan kembali ke jalan Islam
yang terang dan baik. Namun
masalahnya adalah pada seberapa jauh
keburukan nasab keluarga itu akan
berpengaruh kepada calon istri. Selain itu
juga pada status kurangbaik yang akan
tetap disandang terus ditengah
masyarakat yang pada kasus tertentu
sulit dihilangkan begitu saja. Tidak jarang
butuh waktu yang lama untuk
menghilangkan cap yang terlanjur
diberikan masyarakat.
Maka bila masih ada pilihan lain yang
lebih baik dari sisi keturunan, seseorang
berhak untuk memilih istri yang secara
garis keturunan lebih baik nasabnya.
2. Masalah Selera
Masalah kedua terkait dengan selera
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 1 Bab 4 : Memilih Calon Pasangan

subjektif seseorang terhadap calon


pasanan hidupnya. Sebenarnya hal ini
bukan termasuk hal yang wajib
diperhatikan, namun Islam memberikan
hak kepada seseorang untuk memilih
pasangan hidup berdasarkan subjektifitas
selera setiap individu maupun keluarga
dan lingkungannya.
Intinya, meski pun dari sisi yang
pertama tadi sudah dianggap cukup,
bukan berarti dari sisi yang kedua bisa
langsung sesuai. Sebab masalah selera
subjektif adalah hal yang tidak bisa
disepelekan begitu saja. Karena terkait
dengan hak setiap individu dan
hubungannya dengan orang lain.
Sebagai contoh adalah
kecenderungan dasar yang ada pada tiap
masyarakat untuk menikah dengan orang
yang sama sukunya atau sama rasnya.
Kecenderungan ini tidak ada kaitannya
dengan masalah fanatisme darah dan
warna kulit, melainkan sudah menjadi
bagian dari kecenderungan umum di
sepanjang zaman. Dan Islam bisa
menerima kecenderungan ini meski tidak
juga menghidup-hidupkannya.
Sebab bila sebuah rumah tangga
didirikan dari dua orang yang berangkat
dari latar belakang budaya yang
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 1 Bab 4 : Memilih Calon Pasangan

berbeda, meski masih seagama, tetap


saja akan timbul hal-hal yang secara
watak dan karakter sulit dihilangkan.
Contoh lainnya adalah selera
seseorang untuk mendapatkan pasangan
yang punya karakter dan sifat tertentu.
Ini merupakan keinginan yang wajar dan
patut dihargai. Misalnya seorang wanita
menginginkan punya suami yang lembut
atau yang macho, merupakan bagian dari
selera seseorang. Atau sebaliknya,
seorang laki-laki menginginkan punya
istri yang bertipe wanita pekerja atau
yang tipe ibu rumah tangga. Ini juga
merupakan selera masing-masing orang
yang menjadi haknya dalam memilih.
Islam memberikan hak ini sepenuhnya
dan dalam batas yang wajar dan
manusiawi memang merupakan sebuah
realitas yang tidak terhindarkan.
B. Yang Lebih Dianjurkan dalam Memilih Istri
Di dalam banyak kitab fiqih, para
ulama menulis beberapa anjuran yang
seharusnya juga menjadi bahan
pertimbangan merupakan dalam memilih
pasangan, karena sunnah Nabi SAW.
1. Kualitas Agama
Sudah dijelaskan di atas dalam
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 1 Bab 4 : Memilih Calon Pasangan

perkara fundamental bahwa idealnya


seorang wanita dipilih menjadi istri
karena memang terbukti kualitas
keagamaan yang dimilikinya itu original,
asli dan sudah bawaan dari 'sononya'.
Sebab semua itu akan sangat
membantu dalam menjaga kualitas
keagamaan suami dan anak-anak
nantinya. Rasulullah SAW bersabda :
‫ َلءماَءلاَ َوءلسبءهاَ َوءلماَءلاَ َولءءدينءهاَ َفساَظمسفر َبءسسذا ء‬:َ ‫تكسمنسكح َالممرأسكة َءلربدع‬
‫ت‬ ‫م‬ ‫ك س م مس س س س س س س س س س س س س‬
‫ت َيسسداسك‬ ‫النديءن َتسءربس م‬
Wanita itu dinikahi karena empat perkara : Karena hartanya,
karena keturunannya, karena kecantikannya dan karena
kualitas agamanya. Maka setidaknya pastikan wanita yang
punya agama engkau akan beruntung. (HR. Bukhari Muslim)

2. Diutamakan Perawan
Meski Rasulullah SAW menikah rata-
rata dengan janda, namun beliau tetap
menganjurkan para shahabatnya agar
menikah dengan perawan. Dalam
sabdanya beliau menegaskan
‫ضىَ َءباَلميسءسءي‬ ‫ء‬
‫سعلسميككمم َباَلمبمسكاَءر َفسءإنسلكهلن َأسمعسذ ك‬
‫ب َأسفمسسوُاجهاَ َسوأسنمستَسكق َأسمرسحاَجماَ َسوأسمر س‬
Hendaklah kalian menikah dengan perawan, karena mereka
lebih segar mulutnya, lebih banyak anaknya, dan lebih ridha
dengan yang sedikit.” (HR. Ibnu Majah)

Ketika Jabir bin Abdillah memberitahu


Rasulullah SAW bahwa dirinya akan
segera menikah dengan seorang janda,
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 1 Bab 4 : Memilih Calon Pasangan

maka Rasulullah SAW sempat


mempertanyakan :

‫ت َبءمكجرا َتكلسءعبكسسهاَ َسوتكلسءعبك س‬


‫ك َ؟‬ ‫فسسسه ل‬
‫ل َتسسسزلومج س‬
Kenapa kamu tidak menikahi perawan saja sehingga kamu
bisa bermain-main dengannya dan dia bisa bermain-main
denganmu? (HR. Bukhari Muslim)

Namun anjuran menikahi perawan ini


tidak bersifat mutlak, sebab selain
Rasulullah SAW sendiri lebih banyak
menikahi janda dari pada perawan, ketika
ada shahabat beliau yang menikah
dengan janda dengan alasan yang kuat
dan masuk akal, hal itu dibenarkan oleh
beliau.
Ketika Jabir dipertanyakan oleh beliau
SAW di atas, saat itu jawab Jabir adalah
bahwa dirinya menikahi janda dengan
pertimbangan bahwa dirinya punya
banyak adik perempuan yang masih kecil
dan butuh belaian tangan kasih seorang
ibu. Maka berharap dengan menikah
dengan janda yang tentunya sudah
banyak berpengalaman merawat anak-
anak kecil, Jabir berpikir akan lebih baik
untuk adik-adiknya. Dan hal itu
dibenarkan oleh Rasulullah SAW.
3. Belum Punya Anak
Mazhab Al-Hanafiyah, Asy-Syafi'iyah
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 1 Bab 4 : Memilih Calon Pasangan

dan Al-Hanabilah menganjurkan dalam


menikahi wanita sebaiknya yang belum
pernah punya anak. 1
Kalau pun wanita itu janda, maka
yang lebih diutamakan adalah yang
belum punya anak. Tujuannya tentu saja
agar wanita itu bisa lebih optimal dalam
melayani suaminya dan tidak terganggu
dengan kewajiban mengurus anak.
Oleh karena itulah ketika pada
awalnya Ummu Salamah
radhiyallahuanha menolak pinangan
Rasulullah SAW, alasannya karena beliau
adalah wanita janda yang sudah punya
anak. Beliau khawatir tidak bisa
memberikan pelayanan yang maksimal
kepada Rasulullah SAW.
Namun karena Rasulullah SAW
diperintah dengan wahyu, maka
pernikahan beliau dengan Ummu
Salamah tetap berlangsung.
4. Keturunan
Islam bukan agama feodal yang
mementingkan darah dan keningratan.
Maka ketika agama Islam menganjurkan
untuk memperhatikan masalah
keturunan, tentunya bukan dari segi
keningratan, darah biru atau tingkat

1 Al-Imam An-Nawawi, Raudhatut-Thalibin, jilid 7 hal. 19


Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 1 Bab 4 : Memilih Calon Pasangan

status sosial.
Pertimbangan masalah keturunan ini
lebih menyoal kepada keshalihan dan
kualitas implementasi agama dari kedua
orang tua dan keluarga si calon istri.
Barangkali dalam bahasa yang
sederhana, seberapa kiyai-kah keluarga
calon istri. Atau seberapa ulama-kah
keluarganya.
Sebab ada hadits yang bicara tentang
tidak bolehnya seorang wanita dinikahi
lantaran karena semata-mata ketinggian
martabat (keningratan) keluarganya
secara duniawi.
‫سوسممن َتسسسزلوسجسهاَ َءلسسسبءسهاَ َ سمل َيسءزمدكه َاللكه َإء ل‬
‫ل َسدسناَءسجة‬
Siapa yang menikahi wanita karena semata-mata dari segi
keningratannya, Allah tidak menambahkan kepadanya
kecuali kerendahan. (HR. At-Thabarani)

5. Kesuburan
Di antara salah satu pertimbangan
penting tentang calon istri yang ideal
untuk dipilih adalah mereka yang terbukti
kuat punya tingkat kesuburan tinggi. Hal
ini bisa dilihat dari berbagai indikator, di
antaranya kesuburan saudari-saudarinya
yang sudah menikah, atau para wanita
lainnya dalam keluarganya.
Sebab salah satu tujuan pernikahan di
dalam agama Islam adalah untuk
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 1 Bab 4 : Memilih Calon Pasangan

mendapatkan dan memperbanyak


keturunan, dimana secara lebih makro,
Rasulullah SAW berujar tentang lomba
dengan para nabi yang lain tentang
jumlah umat Islam.
‫تسسسزلوكجوُا َالمسوُكدوسد َالمسوُكلوُسد َفسءإنن َكمسكاَثءقر َبءكككم َالكسمسم َيسسموُسم َالمءقسياَسمءة‬
Dari Anas bin Malik radhiyallahuanhu bahwa Rasulullah
SAW bersabda,"Nikahilah wanita yang pengasih dan subur,
karena aku berlomba dengan umat lain dengan jumlah
kalian". (HR. Ahmad)

Di antar hikmah beranak banyak di


masa sekarang ini adalah seorang wanita
akan berpikir seribu kali kalau minta
bercerai dari suaminya. Jauh berbeda
antara istri yang sudah punya anak 12
dengan yang belum punya anak. Yang
belum punya anak akan lebih mudah
minta cerai kepada suaminya.
Hal yang sama juga terjadi pada
suami, ketika 10 tahun pernikahan istri
tidak juga punya anak, sulit ditepis dari
benak suami untuk tidak menikah lagi
dengan wanita lain, meski tidak pernah
diungkapkan kepada istrinya.
Dan kisah Nabi Ibrahim alahissalam
dan istrinya, Sarah, yang bertahun-tahun
membina rumah tangga tanpa segera
menerima kehadiran anak, barangkali
bisa dijadikan contoh kasus.
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 1 Bab 4 : Memilih Calon Pasangan

Namun ada juga kisah orang yang


sedemikian sabar karena belum punya
anak juga, meski usia pernikahan sudah
lebih ari 50 tahun. Salah satunya adalah
kisah Nabi Zakaria yang kerjanya siang
malam berdoa agar punya anak, sampai
dirinya jadi tua dan seluruh rambutnya
berkobar dengan uban.
‫ء‬ ‫قسس سساَسل َر ن ء‬
‫ب َإننس سس َسوسه س سسن َالمسعظم س سكم َمننس سس َسوامش س ستَسسسعسل َال س سلرأم ك‬
‫س َسش س سميجباَ َسوسلمس سس َأسككس سسن‬ ‫س‬
‫ب َسش سقيياَ َوإءننسس َءخمف ست َالمم سوُاءل َءمسسن َورائءسسيِ َوسكسساَنس ء‬ ‫ء‬
‫ت َاممسرأسءت س‬ ‫ك س س س سس س‬ ‫س‬ ‫ك َسر ن‬ ‫بءسكدسعاَئء س‬
‫ك َولءيساَ َيءرثكءنس َويسءر ك ء ء‬ ‫ء‬ ‫ء‬
‫ب َسوامجسعملسهك‬ ‫ث َمسمن َآل َيسسمعكقسسوُ س‬ ‫ب َءل َمن َلكدن س س س س س‬ ‫سعاَقجرا َفسسسه م‬
َ‫ب َسرءضييا‬ ‫سر ن‬
(Zakaria) berkata: "Ya Tuhanku, sesungguhnya tulangku
telah lemah dan kepalaku telah ditumbuhi uban, dan aku
belum pernah kecewa dalam berdoa kepada Engkau, ya
Tuhanku. Dan sesungguhnya aku khawatir terhadap
mawaliku sepeninggalku, sedang istriku adalah seorang yang
mandul, maka anugerahilah aku dari sisi Engkau seorang
putra, yang akan mewarisi aku dan mewarisi sebahagian
keluarga Ya'qub dan jadikanlah ia, ya Tuhanku, seorang yang
diridhai". (QS. Maryam : 4-6)

Akhirnya Allah SWT memberi kabar


gembira kepada hamba-Nya bahwa dia
akan segera beroleh seorang anak yang
namanya Yahya. Zakaria sempat
herannya juga dan malah balik
bertanya,"Ya Tuhanku, bagaimana akan
ada anak bagiku, padahal istriku adalah
seorang yang mandul dan aku (sendiri)
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 1 Bab 4 : Memilih Calon Pasangan

sesungguhnya sudah mencapai umur


yang sangat tua".
Maka Allah berfirman hal itu mudah
bagi-Nya dan lahirlah sang anak, ketika
keduanya sudah tua renta atas mukjizat
Allah.
Buat kita kisah ini sekedar mukjizat
buat nabi, tentu keliru kalau orang ingin
punya anak lalu malah menikahi nenek-
nenek yang sudah berusia 99 tahun 11
bulan 29 hari, sambil berharap
datangnya mukjizat seperti Nabi Zakaria.
Sebab Nabi Zakaria sendiri tidak pernah
menikahi nenek-nenek, istrinya yang
sudah tua renta itu dulu waktu dinikahi
adalah perawan ting-ting 100%. Namun
terlambatnya dapat anak karena Allah
SWT ingin menguji pasangan itu.
6. Kecantikan dan Kepatuhan
Tentu keliru kalau pertimbangan
paling utama ketika menikah seorang
wanita semata-mata hanya faktor
kecantikan. Tetapi juga keliru kalau faktor
kecantikan tidak boleh dijadikan sebagai
salah satu bahan pertimbangan. Jadi
yang tepat adalah posisi di antara kedua.
Rasulullah SAW sendiri pernah ditanya
tentang pertimbangan menikahi seorang
wanita, dan ternyata beliau menjawab
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 1 Bab 4 : Memilih Calon Pasangan

salah satunya karena faktor kecantikan.


‫ء‬ ‫ء‬ ‫يسساَ َسركسسسوُل َاللسءه َأس ض‬
‫ َالءتس َتسكسسضركه َإءسذا َنسظسسسر َسوتكطيعكسهك‬:َ ‫خي سقر َ؟ َقسساَل‬
‫يِ َالنسسساَء َ س م‬
َ ‫إءسذا َأسسمسر‬
Dari Abu Hurairah radhiyallahuanhu bahwa ada orang yang
bertanya,"Ya Rasulallah, wanita yang baik itu yang
bagaimana? Beliau SAW menjawab,"Kalau kamu melihatnya,
kamu bergembira, tapi dia patuh kepadamu kalau kamu
perintah". (HR. An-Nasa'i )

Sedangkan wanita yang terlalu


bangga dengan kecantikannya, sehingga
dia merasa bisa menaklukkan laki-laki
hanya dengan kerlingan sudut matanya,
jelas bukan termasuk dalam kategori ini.
Sebab kriteria itu menyebutkan
bahwa wanita itu patuh kepada suaminya
bila diperintah, tanpa cemberut atau
bermuka masam. Dan bukan wanita yang
membuat suaminya jadi takut kepada
istri, dikarenakan suaminya merasa tidak
percaya diri lantaran berwajah jelek.
Dan kecantikan adalah sebuah
penilaian yang sifatnya sangat relatif.
Dimana tiap peradaban dan zaman
punya konsep yang berbeda tentang
kecantikan. Di abad 21 ini, umumnya
orang punya pandangan kecantikan
adalah boneka Berbie, yang putih
kulitnya, tinggi, kurus, semampai.
Sehingga para wanita sedunia terobsesi
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 1 Bab 4 : Memilih Calon Pasangan

dengan bentuk tubuh boneka itu, meski


sesungguhnya tidak lebih dari
propaganda produk kosmetik.
Siapa sangka bahwa di masa lalu,
konsep kecantikan justru terbaik 180
derajat. Salah satunya ratu kecantikan
Mesir, Cleopatra. Meski dalam film
Cleopatra selalu digambarkan sebagai
sosok yang rupawan, para ahli sejarah
justru mengatakan bahwa bentuk
kecantikan Cleopatra itu aneh bin ajaib
bila diukur di masa kini.
Betapa tidak, ternyata sang ratu yang
diperebutkan oleh dua pemimpin besar
kala itu, Julius Caesar dan Mark Antonius,
konon malah memiliki leher yang gemuk,
dahi mendatar, hidungnya lancip
bengkok, telinganya panjang, dagunya
mencuat, tinggi tubuhnya pun hanya 1,5
meter, bertubuh agak montok dan tidak
menekankan pada kecantikannya. Satu
lagi, ternyata Cleopatra berdarah Afrika
yang kulitnya hitam legam.
7. Berakal dan Berakhlaq Baik
Amat dianjurkan menikahi wanita
yang berakal dan bukan wanita yang
bodoh, pandir, kurang akal dan idiot.
Demikian juga sangat dihindari wanita
yang kurang baik tabiat, jelek
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 1 Bab 4 : Memilih Calon Pasangan

perangainya, rendah akhlaqnya, dan


bermasalah dalam perilakunya.
Di dalam kitab-kitab fiqih seringkali
disebutkan nasehat untuk menjauhkan
diri dari menikahi tipe wanita seperti
tersebut di atas.
‫ء‬
‫صمحبستَسسسهاَ َبسلسءق‬
‫ع َسو ك‬ ‫امجتَسنبكوُا َاملسممسقاَسء َفسءإلن َسولسسدسهاَ َ س‬
‫ضسياَ ق‬
Jauhilah wanita yang bodoh, karena kalau punya anak tidak
ada artinya dan melayaninya menjadi bala'. 1

8. Bukan Kerabat Dekat


Secara aturan syar'i, Islam
membolehkan seorang laki-laki menikahi
wanita yang masih keluarganya sendiri
yang bukan mahram.
Akan tetapi bila ada banyak pilihan
ada anjuran dari para ulama untuk
sebaiknya mencari wanita yang agak
lebih jauh hubungan keluarganya.
Hikmahnya antara lain agar hubungan
kekerabatan antara keluarga yang jauh
bisa menjadi dekat, sebagaimana firman
Allah SWT :

9. Mahar Yang Seimbang


Di antara sunnah dalam menikahi
wanita adalah yang maharnya seimbang,
tidak terlalu mahal sehingga menjadi
1 Ar-Ramli, Nihayatul Muhtaj, jilid 6 hal 182
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 1 Bab 4 : Memilih Calon Pasangan

beban yang berat, tetapi juga tidak harus


terlalu murah, sehingga menjadi tidak
ada harganya.
Aisyah ummul mukminin
radhiyallahuanha pernah meriwayatkan
sabda Rasulullah SAW :
‫إءلن َءمن َكيمءن َالممرأسءة َتسسيءسي َءخطمبتَءهاَ َوتسسيءسي َصسداقءهاَ َوتسسيءسي َرءء‬
َ‫حسها‬ ‫سم م س س س س م س س س س م س س‬ ‫م‬
Diantara keberkahan seorang wanita adalah mudah
melamarnya, sedikit mas kawinnya dan mudah mendapatkan
kasih sayangnya (HR. Ahmad)

Namun kalau kita bahas nilai sedikit


atau banyak nilai mahar, tentu kita harus
sesuaikan dengan budaya lokal dimana
seseorang berada.
Budaya lokal kita memang nyaris 180
derajat berbeda dengan budaya negeri
lain, khususnya budaya Arab. Urusan
nilai mahar di negeri kita nyaris tidak
pernah menjadi persoalan, sebab
umumnya para wanita tidak terlalu
peduli dengan nilainya.
Adalah sudah menjadi 'urf (kebiasaan)
buat para wanita di negeri kita untuk
berbahagia menerima mahar berupa
mushaf Al-Quran atau sekedar mukana
dan sejadah shalat yang harganya tidak
lebih mahal dari 100 ribu perak. Tidak
ada yang merasa dirugikan, apalagi
tersinggung.
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 1 Bab 4 : Memilih Calon Pasangan

Malah terkadang maharnya hanya


berupa dibacakan surat Al-Fatihah, atau
ayat-ayat tertentu. Sama sekali tidak ada
nilainya dari sisi harta benda. Itulah
budaya kita, bangsa Indonesia.
Tetapi lain halnya dengan budaya
Arab, baik di masa sekarang apalagi di
masa Nabi SAW dahulu. Nilai mahar
setara dengan nilai martabat keluarga
dan kehormatannya. Kalau menikahi
wanita dari kalangan kaya dan
terhormat, maka maharnya harus sesuai
dengan keadaan mereka. Dan bila
nilainya dirasa kurang cocok, pernikahan
bisa saja dibatalkan.
Ketika khalifah Umar bin Al-Khattab
radhiyallahanhu berupaya memberikan
batasan tertinggi atas nilai mahar, beliau
pun diprotes dan diingatkan oleh para
wanita. Intinya, bahwa mahar itu adalah
hak para wanita, kenapa Umar berani-
beraninya membatasi, padahal Allah SWT
tidak membatasinya. Rasulullah SAW dan
Abu Bakar radhiyallahuanhu juga tidak
pernah membatasinya.
Maka ukuran mahal dan murahnya
nilai mahar harus diukur sesuai dengan
ukuran yang berlaku di suatu tempat
budaya. Sebagai perbandingan, sepuluh
ekor unta untuk mahar barangkali sangat
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 1 Bab 4 : Memilih Calon Pasangan

mahal untuk ukuran Indonesia, meski di


kalangan orang kaya sekalipun. Namun
10 ekor unta itu sebuah mahar yang
'biasa-biasa' saja untuk ukuran laki-laki
usia 25 tahun yang menikahi janda usia
40 tahun.
Adalah Rasulullah SAW ketika
menikahi Khadijah diriwayatkan memberi
mahar 10 atau 20 ekor unta. Sebagian
riwayat malah menyebutkan 100 ekor
unta, sesuai dengan perbedaan
periwayatan yang kita terima.
10. Bukan Wanita Yang Diceraikan
Mazhab Asy-Syafi'iyah menyebutkan
bahwa sebaiknya wanita yang dinikahi itu
bukan wanita yang dicerai atau ditalak
oleh suaminya dalam keadaan dia masih
mencintai suaminya. 1
Barangkali di antara hikmahnya
karena bisa saja wanita itu tidak bisa
melupakan mantan suaminya dalam
waktu yang cukup lama.
Dengan menikah dengan janda yang
masih hidup suaminya, maka masih
terbuka kemungkinan untuk kembali lagi.
Bahkan boleh jadi kembalinya mereka
sesungguhnya lebih baik demi
kemaslahatan dan keutuhan keluarga

1 Ar-Ramli, Nihayatul Muhtaj, jilid 6 hal. 182


Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 1 Bab 4 : Memilih Calon Pasangan

mereka. Apalagi misalnya masih ada


anak-anak yang membutuhkan
bersatunya kedua orang tua mereka.
Lain halnya bila suaminya telah
meninggal dunia, maka putuslah
harapannya untuk kembali kepada
suaminya. Dan lebih besar harapannya
untuk menikah dengan suami baru,
tanpa ada resiko yang kurang
diharapkan.
C. Hak Wanita Untuk Memilih Calon Suami
Memilih calon pasangan hidup itu
bukan hanya hak seorang laki-laki.
Syariat Islam juga memberikan hak yang
sama besarnya kepada para wanita
dalam memilih calon suami yang akan
menjadi pendampin hidupnya.
1. Atas Izin dan Persetujuan Wanita
Hak seorang wanita sebelum
dinikahkan adalah dimintai izin dan
persetujuannya terlebih dahulu.
Dasarnya adalah hadits berikut ini :
:َ ‫سل َتكسمنسككح َالمنكي َ َسحلت َتكمستَسأمسمسر َسوسل َتكسمنسككح َالمبءمكسكر َسحلتسس َتكمسستَسأمسذسن َقسسساَلكوُا‬
‫ء‬
‫ َأسمن َتسمسكك س‬:َ ‫ف َإءمذنسكسهاَ َ؟ َسقاَل‬
َ .َ ‫ت‬ ‫سياَ َسركسوُل َالله َسوسكمي س‬
Dari Abu Hurairah radhiyallahuanhu berkata bahwa
Rasulullah SAW bersabda, “Seorang janda tidak (boleh)
dinikahkan sehingga ia diajak musyawarah, dan seorang
gadis tidak (boleh dinikahkan) sehingga dimintai idzinnya”.
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 1 Bab 4 : Memilih Calon Pasangan

Mereka bertanya, “Ya Rasulullah, lalu bagaimana idzinnya ?”.


Rasulullah SAW menjawab, “Ia diam”. (HR. Bukhari)

:َ ‫ َيسسساَ َسركس سسوُل َاللس سءه َ َإءلن َالمبءمكس سسر َتسمسس ستَسمحءييِ َ َقسسساَل‬:َ ‫ت‬ ‫ء‬
‫سوسعس سمن َسعاَئسشس سسة َقسسساَلس م‬
َ‫صممتَكسسها‬ ‫ءر س‬
‫ضاَسهاَ َ س‬
Dari Aisyah berkata, “Ya Rasulullah SAW, gadis itu bila
diminta idzinnya, ia akan malu”. Beliau bersabda, “Idzinnya
adalah diamnya”. [HR. Ahmad, Bukhari dan Muslim]

2. Diajak Mempertimbangkan
Selain dimintai izin dan
persetujuannya, para wanita juga berhak
untuk diajak berembug dan
bermusyarah, khususnya dalam
penentuan siapa yang akan menjadi
pilihan hatinya dalam memilih suami.
Rasulullah SAW bersabda :
‫ضاَءعءهلن‬
‫سشاَءوكروا َالنسساَسء َءف َأسبم س‬
Ajaklah para wanita bermusyawarah dalam urusan
kemaluan (pernikahan) mereka. (HR. An-Nasa'i)

3. Hak Mendapatkan Suami Yang


Shalih
Setiap wanita berhak mendapatkan
yang shalih. Sehingga pada dasarnya
lamaran orang shalih tidak boleh ditolak.
Di dalam hadits nabawi disebutkan
tentang hal ini :
‫ضسموُسن َءدينسسكه َسوكخلكسقسكه َفسسسزنوكجسوُكه َإء ل‬
‫ل َتسسمفسعلكسوُا َتسككسمن‬ ‫ب َإءلسميككسمم َسمسمن َتسسمر س‬ ‫ء‬
‫إسذا َسخطس س‬
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 1 Bab 4 : Memilih Calon Pasangan

‫فءمتَسنسقة َءف َالممر ء‬


‫ض َسوفسسساَقد َسعءري ق‬
َ ‫ض‬
Bila orang yang agama dan akhlaqnya kamu ridhai datang
melamar anak gadismu, maka nikahkan dengannya. Sebab
bila tidak, akan terjadi fitnah di muka bumi dan kerusakan
yang besar. (HR. Tirmizy dan Al-Hakim).

Namun tentu saja pengertian hadits


ini jangan disalah-tafsirkan seenaknya.
Pengertian hadits ini bukan berarti setiap
ada orang shalih datang melamar lantas
jadi wajib bagi wali untuk segera
menerimanya dan menikahkannya
dengan puterinya. Tentu tidak demikian
maksud dan tujuan hadits ini yang
sesungguhnya.
Bagaimana kalau puterinya sudah
punya pilihan sendiri yang juga shalih,
bahkan boleh jadi lebih shalih? Dan
bagaimana kalau sebelumnya wali telah
menerima khitbah dari orang lain,
apakah harus dibatalkan? Dan
bagaimana pula bila ternyata keduanya
tidak sekufu? Dan yang paling penting,
bagaimana bila selera keduanya saling
berbeda jauh?
Tentu saja hadits ini bukan ditujukan
untuk melegalkan pemaksaan jodoh oleh
orang tua kepada anaknya.
Pengertian hadits di atas maksudnya
adalah janganlah menikahkan anak
wanita dengan laki-laki yang tidak shalih.
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 1 Bab 4 : Memilih Calon Pasangan

Sebab hadits ini masih ada buntutnya,


yaitu bila tidak dinikahkan dengan orang
shalih maka akan terjadi fitnah dan
kerusakan.
Apa maksudnya?
Maksudnya, bila seorang wanita yang
shalihah dinikahkan dengan laki-laki yang
tidak shalih, alias orang yang fasik dan
buruk akhlaknya, maka ini menjadi
fitnah. dan juga akan terjadi kerusakan
yang besar.
Perlu diperhatikan bahwa kata fitnah
dalam hadits ini bukan fitnah dalam
ungkapan Bahasa Indonesia yang
maknanya adalah menuduh orang lain
tanpa bukti. Pengertian kata fitnah disini
artinya adalah bencana. Khususnya
bencana bagi si wanita yang dinikahkan
dengan laki-laki yang tidak shalih.
Tentu saja keshalihan bukan satu-
satunya pertimbangan dalam menerima
calon suami. Masih ada banyak lagi
pertimbangan lain, sehingga tidak
mentang-mentang seseorang sudah
merasa shalih, lalu marah-marah kalau
lamarannya ditolak.
4. Pilihan Fasakh Bagi Yang Belum
Cukup Umur
Wanita yang sejak masih di bawah
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 1 Bab 4 : Memilih Calon Pasangan

umur telah dinikahkan, maka begitu


memasuki usia baligh mendapatkan hak
sepenuhnya untuk memilih. Apakah dia
mau meneruskan pernikahannya,
ataukah dia mau berpisah dengan
suaminya.
Bila yang dipilihan adalah pilihan
kedua, maka itu merupakan hak
sepenuhnya. Perpisahanya bukan
termasuk talak, tetapi disebut dengan
fasakh. Dan karena bukan talak,
statusnya 100% sama dengan wanita
yang sama sekali belum pernah menikah.
Dia bukan janda, tidak perlu melewati
masa iddah, dan boleh langsung menikah
dengan pria idaman hatinya.
Dan hal ini dibenarkan dalam syariah
Islam, sebagai mana disebutkan di dalam
hadits nabawi :
‫ء‬
َ‫ت َاسلن َاسسباَسهسسا‬ ‫سع سءن َابمسءن َسعبلسساَدس َاسلن َسجاَءريسسجة َبءمك سجرا َاستسس م‬
‫ت َسركسس سموُسل َالسس َفسسسذسكسر م‬
‫ء‬
‫ٌ َفسسخيلسسرسهاَ َالنلء ض‬،‫سزلوسجسهاَ َسو َهسيِ َسكاَءرسهقة‬
َ ‫ب‬
Dari Ibnu ‘Abbas, sesungguhnya ada seorang gadis datang
kepada Rasulullah SAW, lalu ia menerangkan bahwa
ayahnya telah menikahkannya, sedang ia tidak suka. Lalu
Nabi SAW menyuruhnya untuk memilih. (HR. Ahmad, Abu
Dawud, Ibnu Majah dan Daruquthni)

5. Janda Lebih Berhak Atas Dirinya


Dan yang juga merupakan bukti
bahwa syariat Islam memberikan hak
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 1 Bab 4 : Memilih Calon Pasangan

kepada wanita dalam mementukan


pasangannya adalah hak yang lebih
besar bagi seorang janda untuk
menentukan calon suaminya.
َ‫ب َأسسحضق َءبنسسمفءسسهاَ َءممن َسولءينسسها‬
‫الثلسين ك‬
Seorang janda lebih berhak atas dirinya dari pada walinya.

Kalau seorang gadis cukup dengan


diam saja sudah pertanda setuju, maka
tidak demikian bagi wanita yang sudah
janda. Harus ada persetujuan secara
lisan terlebih dahulu untuk mengetahui
izin darinya.
6. Wali Adhal
Seorang wali yang menghalangi
puterinya menikah, sehingga
menimbulkan madharat, maka hukumnya
berdosa. Sebab menolak untuk
menikahkan puteri yang sudah kebelet
ingin menikah itu adalah perbuatan yang
tegas telah dilarang di dalam Al-Quran.
Allah SWT berfirman :
‫ضكلوُكهلن َأسمن َيسسمنءكمحسن َأسمزسواسجكهلن‬
‫ل َتسسمع ك‬
‫فس س‬
Maka janganlah kamu menghalangi mereka kawin lagi
dengan bakal (QS. Al-Baqarah : 232)

Maka wali yang bertindak madharat


bagi anak gadisnya bisa 'dipaksa' oleh
pemerintah untuk menikahkan, demi
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 1 Bab 4 : Memilih Calon Pasangan

terhindarnya madharat yang lebih besar.


Dan apabila wali adhal itu masih
menolak juga tanpa alasan yang bisa
diterima akal sehat, maka negara atau
pemerintah atas izin Allah bisa
menikahkan gadis yang terzalimi itu.


Bab 5 : Khitbah

A. Pengertian
1. Makna Bahasa dan Istilah
Secara bahasa, di dalam kamus
Lisanul Arab disebutkan bahwa kata
khitbah (‫ )خطبة‬berasal dari kata khathaba (
‫ب‬ ‫ – )عخ ع‬yang artinya adalah :1
‫ط ع‬
َ‫ب المرأة أتمن تيِتتتزروتجتها‬
‫تطتل ت‬
Permintaan kepada seorang wanita untuk dinikahi

Orang yang mengajukan khitbah


disebut khatib (‫)عخإطيككب‬, sedangkan wanita
yang sudah dikhitbah disebut dengan
makhthubah (‫طوبة‬
‫)مخ م‬.
Dan antara makna secara bahasa
dengan makna secara istilah dalam ilmu
fiqih tidak berbeda, sebagaimana
disebutkan di dalam beberapa kitab fiqih.
2. Perbedaan Khitbah Dengan
Khutbah
1 Lisanul Arab, jilid 1 hal. 855
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 1 Bab 5 : Khitbah

Khitbah (‫ )إخطبة‬berbeda dengan khutbah


(‫)مخطبككة‬, meskipun semua hurufnya sama
persis, kecuali berbeda harakat pada
huruf pertama. Kedua istilah itu baru
akan nampak berbeda ketika diubah
menjadi kata kerja (fi’il) dan pelaku (isim
fa’il).
Isim fail yang menunjukkan pelaku
untuk khitbah adalah khatiib (‫)عخإطيككككب‬,
artinya laki-laki yang mengajukan
lamaran pernikahan. Sedangkan isim fail
dari khutbah adalah khaatib (‫)عخاإطمب‬, yang
berarti orang yang menyampaikan
khutbah.
3. Perbedaan Khitbah Dengan
Pertunangan
Makna khitbah dalam bahasa
Indonesia ada bermacam terjemahan,
antara lain bermakna melamar atau
meminang. Namun khitbah tidak selalu
sama dengan pertunangan.
Perbedaannya terletak pada
langkahnya. Khitbah adalah pengajuan
lamaran atau pinangan kepada pihak
wanita. Namun pengajuan ini sifatnya
belum lantas berlaku, karena belum
tentu diterima. Pihak wanita bisa saja
meminta waktu untuk berpikir dan
menimbang-nimbang atas permintaan itu
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 1 Bab 5 : Khitbah

untuk beberapa waktu.


Apabila khitbah itu diterima, maka
barulah wanita itu menjadi wanita yang
berstatus makhthubah (‫)مخطوبكككككة‬, yaitu
wanita yang sudah dilamar, sudah
dipinang, atau bisa disebut dengan
wanita yang sudah dipertunangkan.
Namun apabila khitbah itu tidak
diterima, misalnya ditolak dengan halus,
atau tidak dijawab sampai waktunya,
sehingga statusnya menggantung, maka
wanita itu tidak dikatakan sebagai wanita
yang sudah dikhitbah. Dan pertunangan
belum terjadi.
B. Hukum Taklif
Khitbah secara umum merupakan
jalan menuju kepada sebuah pernikahan,
meski pun sebuah pernikahan tidak
disyaratkan harus selalu melewati
khitbah. Maka bila sebuah akad nikah
terjadi tanpa didahului dengan khitbah,
hukumnya sah menurut jumhur ulama.
Namun mazhab Asy-Syafi’iyah
memandang bahwa hukum khitbah
adalah sunnah atau mustahab, dengan
alasan bahwa sebelum menikahi secara
sah Aisyah dan Hafshah
radhiyallahuanhuma, Rasulullah SAW
mengkhitbah mereka terlebih dahulu.
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 1 Bab 5 : Khitbah

Namun bila kita lihat dari sudut


pandang wanita yang dikhitbah, maka
ada khitbah yang hukumnya halal dan
ada yang hukumnya haram.
1. Khitbah Yang Halal
Khitbah yang halal adalah khitbah
kepada wanita yang hidup single dan
melajang, yaitu para perawan yang
belum pernah menikah sebelumnya.
Kalau pun pernah bersuami, asalkan
yang sudah dicerai oleh suaminya, atau
suaminya telah wafat, maka hukumnya
diperbolehkan. Tentunya khitbah baru
boleh diajukan apabila wanita itu telah
habis masa iddahnya.
2. Khitbah Yang Haram
Khitbah yang diharamkan adalah
khitbah yang diajukan kepada wanita
yang tidak boleh dikhitbah.
Di antaranya adalah khitbah kepada
wanita yang masih mahramnya sendiri,
khitbah kepada wanita yang masih
bersuami, khitbah wanita yang sudah
tidak bersuami namun masih dalam
masa iddah, khitbah wanita yang sedang
dikhitbah orang lain, dan khitbah yang
dilakukan pada saat menjalankan ihram.
a. Wanita Yang Haram Dinikahi
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 1 Bab 5 : Khitbah

Wanita yang statusnya haram dinikahi


maka hukumnya haram untuk dikhitbah.
Sebab tujuan khitbah mengantarkan
kepada sebuah perkawinan. Maka wanita
yang tidak boleh dinikahi otomatis juga
tidak boleh dikhitbah.
Seorang laki-laki diharamkan
menikahi para wanita yang menjadi
mahramnya, oleh karena itu haram juga
hukumnya mengkhitbah mereka. Haram
hukumnya mengkhitbah ibu sendiri, anak
wanita, saudari wanita, bibi, dan juga
keponakan sendiri.
Demikian juga berlaku keharaman
menikahi mahram karena mushaharah,
yaitu ibu mertua, anak tiri, menantu dan
juga ibu tiri. Dan juga diharamkan
mengkhitbah wanita mahram karena
penyusuan.
b. Wanita Bersuami
Wanita yang berstatus menjadi istri
dari seorang laki-laki, haram hukumnya
dikhitbah. Kalau pun khitbah diajukan
maka tidak punya implikasi hukum apa
pun.
Sebab khitbah adalah jalan menuju
kepada pernikahan secara hukum. Maka
wanita yang sedang dalam keadaan
menikah atau dinikahi, tidak boleh
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 1 Bab 5 : Khitbah

menerima khitbah.
c. Wanita Yang Masih Dalam Masa
Iddah
Allah SWT berfirman :
َ ‫ب َأسسجلسكه‬ ‫ء‬ ‫ء‬
‫ت َيسمسبسلكسغ َالمكستَاَ ك‬
‫سوسل َتسسمعزكموُما َعكمقسدسة َالنسكاَءح َسح لس‬
Dan janganlah kamu ber`azam untuk beraqad nikah, sebelum
habis `iddahnya.(QS. Al-Baqarah : 235)

Wanita yang sudah tidak lagi


bersuami ada dua macam, yaitu wanita
yang dicerai suaminya, dan wanita yang
ditinggal mati suaminya.
 Dicerai
Masa iddah untuk wanita yang dicerai
suaminya adalah tiga kali masa suci dari
haidh menurut sebagian ulama, dan
menurut sebagian ulama lain adalah tiga
kali masa haidh itu sendiri. Sebelum
habis masa iddah itu, wanita itu belum
boleh dikhitbah meski pun statusnya
sudah diceraikan oleh suaminya.
 Ditinggal Mati Suami
Sedangkan masa iddah bagi wanita
yang ditinggal mati suaminya adalah
empat bulan 10 hari. Sebelum habis
masa iddah itu, wanita itu tidak boleh
dikhitbah meski suaminya sudah tidak
ada lagi.
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 1 Bab 5 : Khitbah

d. Wanita Yang Berstatus Sedang


Dikhitbah
Wanita yang sudah dikhitbah oleh
seseorang dan khitbah itu diterima,
disebut sebagai makhthubah (‫)مخطوبككككة‬.
Wanita seperti ini haram hukumnya
dikhitbah dan tentu juga haram dinikahi,
sampai khitbah itu dicabut atau habis
waktunya dengan sendirinya tanpa
diteruskan dengan proses pernikahan.
Dasar larangan itu adalah hadits
berikut ini :
‫ب َقس مسبسلس سكه َأسمو‬ ‫ء‬ ‫ء ء‬ ‫ء‬
‫سل َسيمطكسب َاللركجسسل َسعلسسسىَ َخطمبسسة َاللركجسسل َسحلتسس َيسسمتَ سكرسك َاملسسساَط ك‬
‫ب‬ ‫يأمسذسن َلسه َا مس ء‬
‫لاَط ك‬ ‫س ك‬
Dari Ibnu Umar radhiyallahuanhu bahwa Rasulullah SAW
bersabda,"Janganlah seorang laki-laki mengkhitbah wanita
yang sudah dikhitbah oleh saudaranya, kecuali bila
saudaranya itu telah meninggalkannya atau memberinya
izin". (HR. Bukhari)

e. Laki-laki Berihram Diharamkan


Mengkhitbah
Selain haram mengkhitbah karena
faktor wanita, juga ada keharaman
khitbah karena faktor laki-laki. Para
ulama memakruhkan laki-laki yang
sedang dalam keadaan berihram untuk
mengkhitbah wanita, sampai selesai
ihramnya. Dasar dari larangan ini adalah
hadits berikut :
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 1 Bab 5 : Khitbah

‫ء‬
‫سل َيسسمنككح َالمكممحءركم َسوسل َيسكمنسككح َسوسل َسيمطك ك‬
‫ب‬
Dari Utsman bin Al-Affan radhiyallahuanhu yang
diriwayatkan secara marfu',"Jangalah orang yang sedang
berihram menikahkan orang atau menikah untuk dirinya
sendiri, dan jangan pula melakukan khitbah". (HR. Muslim)

C. Tashrih dan Ta'ridh


Dalam menyampaikan khitbah dikenal
ada dua macam metode, yaitu tashrih (
‫ )تصريح‬dan ta'ridh (‫)تعريض‬.
1. Tashrih
Yang dimaksud dengan tashrih (‫)تصكريح‬
adalah ungkapan yang jelas dan tegas,
dimana khitbah disampaikan dengan
menggunakan ungkapan yang tidak bisa
ditafsirkan apapun kecuali hanya khitbah.
Seperti kalimat berikut ini :
Saya melamar dirimu untuk kujadikan istriku

atau
Bila masa iddahmu sudah selesai, Aku ingin menikahi dirimu

Para ulama sepakat bahwa tashrih ini


bila disampaikan kepada wanita yang
masih belum boleh dikhitbah, seperti
wanita yang belum usai masa iddahnya,
hukumnya haram. Dasarnya adalah
firman Allah SWT :
َ ‫ب َأسسجلسكه‬ ‫ء‬ ‫ء‬
‫ت َيسمسبسلكسغ َالمكستَاَ ك‬
‫سوسل َتسسمعزكموُما َعكمقسدسة َالنسكاَءح َسح لس‬
Dan janganlah kamu ber`azam untuk beraqad nikah, sebelum
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 1 Bab 5 : Khitbah

habis `iddahnya.(QS. Al-Baqarah : 235)

Namun khitbah dengan cara tashrih


ini boleh disampaikan bila wanita yang
dikhitbah memang seorang wanita yang
bebas dari ikatan pernikahan dan hal-hal
yang sejenisnya.
2. Ta'ridh
Yang dimaksud dengan ta'ridh (‫)تعريككض‬
adalah penyampaian khitbah yang
menggunakan kata bersayap, sehingga
bisa ditafsirkan menjadi khitbah atau
juga bisa bermakna sesuatu yang lain di
luar khitbah.
Misalnya ketika seorang laki-laki
menyampaikan kepada seorang wanita :
D. Kepada Siapa Khitbah Ditujukan
Kepada siapakah khitbah ditujukan,
apakah kepada wanita yang ingin
dinikahi atau kepada walinya?
Dalam hal ini para ulama
membedakan wanita yang masih gadis
dan yang sudah janda.
1. Masih Gadis
Apabila wanita yang ingin dikhitbah
itu masih berstatus gadis, maka khitbah
ditujukan langsung kepada wali dari
seorang wanita, yaitu ayah kandungnya.
Dasarnya adalah khitbah yang
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 1 Bab 5 : Khitbah

dilakukan oleh Rasulullah SAW kepada


Abu Bakar Ash-Shiddiq atas diri
puterinya, Aisyah radhiyallahuanhuma.
‫ء‬
‫ َفسسسقاَل َلسهك‬َ ‫ب َسعاَئسشسة َإءسل َأسءب َبسمكدر‬ ‫ َسخطس س‬َ ‫ب‬ ‫يِ َسعمن َعكمرسوسة َأسلن َالنلء ل‬ ‫كرءو س‬
‫ َأسءخيِ َءف َءدي ءن َالل ءه َسوكءستَاَبءءه‬:َ ‫ َلس كه‬َ ‫ َإءلنسساَ َأسنسسساَ َأسكخسسوُسك َفسسسقسساَل‬:َ ‫أسبسكسوُ َبسمكسدر‬
‫سوءهسيِ َءل َسحلسقل‬
Diriwayatkan dari Urwah bahwa Nabi SAW mengkhitbah
Aisyah kepada Abu Bakar. Abu Bakar berkata,"Anda adalah
saudaraku". Nabi SAW menjawab,"Saudara dalam agama
Allah dan kitab-Nya, namun dia (Aisyah) halal untukku". (HR.
Bukhari)

2. Sudah Janda
Namun kepada wanita yang sudah
janda dan tidak punya wali, khitbah boleh
langsung ditujukan kepadanya. Hal itu
dilakukan oleh Rasulullah SAW kepada
Ummu Salamah, ketika Abu Salamah
meninggal dunia dan selesai massa
iddahnya.
َ ‫ب َبم سن َأسءب َبسسملتَسسسع سة‬ ‫ء‬ ‫ت َأسبسكسوُ َسسسلسسمسة َأسمرسسسسل َإء سل‬
‫ َسحاَط س‬َ ‫بسس‬ ‫لسس َالنلء ض‬ ‫لسلمسساَ َسمسساَ س‬
َ‫ َأسلمساَ َابمسنستَكسسهسا‬:َ ‫ٌ َفسسسقساَل‬،َ ‫ َإءلن َءلس َبءمنتَجساَ َسوأسنسساَ َسغيكسوُقر‬:َ ‫ت َلسسكه‬‫ٌ َفسسكقملس ك‬،َ ‫سيمطكبكءن َلسكه‬
‫ب َءباَلم سمغيسسرءة‬ ‫ء‬
‫ٌ َسوأسمدكعوُ َاللسه َأسمن َيسمذكه س‬،َ َ‫فسسنسمدكعوُ َاللسه َأسمن َيسكمغنيسسسهاَ َسعمنسسها‬
Dari Ummu Salamah berkata bahwa ketika Abu Salamah
(suami Ummu Salamah) meninggal dunia, Nabi SAW
mengutus Hatib bin Abi Baltaah kepadaku mengkhitbah
diriku untuk beliau SAW. Lalu Aku katakan kepadanya,"Aku
punya puteri dan Aku pencemburu". Nabi SAW
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 1 Bab 5 : Khitbah

berkata,"Masalah puterinya, maka kita berdoa kepada Allah


agar menjadikanya orang berada. Dan Aku berdoa agar rasa
cemburunya dihilangkan Allah". (HR. Muslim)

E. Proses Khitbah
Khitbah bukan pekerjaan sepihak,
tetapi merupakan bentuk kesepakatan
yang terjadi antara dua pihak. Dan untuk
bisa sampai kepada kesepakatan dari
dua pihak, khitbah memiliki alur langkah
yang terdiri dari beberapa proses.
Setidaknya proses alur sebuah
khitbah itu terdiri dari tiga hal utama,
yaitu pengajuan khitbah, tukar menukar
informasi, jawaban khitbah dan hal-hal
yang terkait dengan pembatalan khitbah
apabila dibutuhkan.
1. Pengajuan Khitbah
Sebelum khitbah dan statusnya
ditetapkan, langkah yang paling awal
adalah pengajuan khitbah yang dilakukan
oleh pihak calon suami.
Esensi yang paling utama dari
pengajuan khitbah ini adalah keinginan
untuk menikahi calon istri.
2. Tukar Menukar Informasi
Namun khitbah bukan hanya berisi
penyampaian keinginan untuk menikah,
tetapi juga berisi tukar menukar
informasi dari kedua belah pihak.
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 1 Bab 5 : Khitbah

Pengajuan khitbah ini bisa diibaratkan


sebuah pengajuan proposal kegiatan
yang didalamnya ada penjelasan-
penjelasan yang rinci dan spesifik.
Semua informasi itu akan sangat berguna
bagi wali untuk membuat pertimbangan
dan keputusan.
Di antara spesifikasi itu misalnya
tentang kesiapan pihak calon suami
dalam pemberian nilai mahar, nilai
nafkah, tempat tinggal, dan berbagai
pemberian lainnya. Dan termasuk juga di
dalamnya adalah rincian tentang hak dan
kewajiban yang akan disepakati oleh
masing-masing pihak.
Di sisi lain, pihak calon suami juga
berhak mendapatkan informasi yang
dibutuhkan terkait dengan calon istri,
baik yang terkait dengan kondisi fisik
ataupun keadaan-keadaan yang lain.
Apabila calon istri memiliki catatan
tertentu, seperti kondisi kesehatan,
cacat, aib atau hal-hal yang sekiranya
akan mengganggu keharmonisan rumah
tanggal, maka pihak wali wajib bersikap
terbuka dan kooperatif, tidak boleh
menutup-nutupi apalagi berusaha untuk
menipu.
Proses tukar menukar informasi ini
sangat berguna bagi kedua belah pihak
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 1 Bab 5 : Khitbah

untuk menentukan langkah-langkah


selanjutnya.
3. Jawaban
Khitbah yang sudah diajukan belum
sah menjadi sebuah ketetapan hukum,
dan masih membutuhkan jawaban dari
pihak wali, apakah pengajuan khitbah itu
diterima atau ditolak.
Dan jawaban untuk menerima atau
menolak pengajuan khitbah ini tidak
harus dilakukan saat itu juga. Pihak wali
boleh saja meminta waktu beberapa
laam untuk memberikan jawaban. Dan
selama jawaban khitbah belum diberikan,
status wanita itu masih belum lagi
menjadi wanita yang dikhitbah
(makhtubah).
Maka oleh karena itu, belum tertutup
kemungkinan bagi wali untuk menerima
pengajuan khitbah dari pihak lain.
Namun wali berkewajiban untuk
memberikan jawaban diterima atau
ditolak sesuai dengan tempo yang
dimintakannya kepada pihak yang
mengajukan khitbah.
Terkadang jawaban dari pihak wali
bisa dalam bentuk persetujuan dan
penerimaan secara bulat, namun dalam
prosesnya bisa saja dalam bentuk
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 1 Bab 5 : Khitbah

penerimaan bersyarat. Maksudnya,


khitbah diterima namun apabila pihak
calon suami bisa memenuhi syarat-syarat
yang diajukan oleh wali.
4. Pembatalan
Kalau sebuah pernikahan yang sangat
kokoh bisa diakhiri dengan perceraian,
maka khitbah yang sudah resmi
disepakati bisa juga dibatalkan dengan
alasan tertentu.
Misalnya, apabila terdapat ketidak-
sesuian informasi yang diterima dengan
fakta-fakta di lapangan, maka baik pihak
calon suami atau calon istri, sama-sama
berhak untuk membatalkan khitbah, baik
dilakukan secara sepihak ataupun atas
kesepakatan dari sebuah musyawarah.
Dan pembatalan itu juga bisa terjadi
apabila ada salah satu dari syarat yang
telah disepakati sebelumnya tidak bisa
dilaksanakan.
Misalnya wali mengajukan syarat
masa berlaku khitbah. Wali
mensyaratkan masa berlaku khitbah itu
terbatas, misalnya dua bulan. Apabila
dalam jangka waktu dua bulan, calon
suami tidak segera menikahi wanita yang
dikhitbahnya, maka secara otomatis
khitbahnya tidak berlaku.
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 1 Bab 5 : Khitbah

Dan syarat ini juga berlaku


sebaliknya, misalnya apabila sampai
waktu tertentu pihak calon istri masih
belum bisa melaksanakan akad nikah,
maka khitbahnya bisa dibatalkan oleh
pihak calon suami.
F. Memandang Wanita Yang Dikhitbah
Pada dasarnya sebelum terjadinya
pernikahan, disunnahkan bagi masing-
masing calon pengantin, baik calon
suami atau calon istri, untuk sama-sama
saling melihat bentuk fisik calon
pasangan hidupnya.
1. Dalil Masyru'iyah
Meskipun wajah dan kedua tangan
hingga pergelangan bukan termasuk
aurat, namun yang lebih dianjurkan bagi
laki-laki agar menahan atau membatasi
pandangannya kepada wanita yang
bukan mahramnya.
Dasanya adalah firman Allah SWT :
‫صاَءرءهمم‬ ‫كقل َلءملممؤءمنءي َيسغك ض ء‬
‫ضوُا َممن َأسبم س‬ ‫ك سس‬
Katakanlah kepada orang-orang yang beriman bahwa
haruslah mereka menahan pandangannya. (QS. An-Nur : 30)

Namun dalam konteks seseorang


ingin menikah, maka memandang yang
seharusnya dihindari justru malah
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 1 Bab 5 : Khitbah

disyariatkan. Ada banyak dalil yang


menjadi dasar masyru'iyah atas perlunya
melihat calon istri atau calon suami. Di
antara dalil-dalil itu misalnya :
‫ء ء‬ ‫ء‬
‫ب َأسسح كدكككم َالمسم مرأسةس‬ ‫ َإسذا َسخطس س‬َ ‫ َسقاَسل َسركسوُكل َسالل ه‬:َ ‫ َسقاَسل‬َ ‫سعسمن َسجسساَبدر‬
َ ‫ع َأسمن َيسسمنظكسر َءممنسسهاَ َسماَ َيسمدكعوُكه َإءسل َنءسكاَءحسهاَ َ َفسسمليسسمفسعمل‬ ‫ء‬
‫فسءإمن َامستَسسطاَ س‬
Apabila salah seorang di antara kamu hendak meminang
seorang perempuan, kemudian dia dapat melihat sebahagian
apa yang kiranya dapat menarik untuk mengawininya, maka
kerjakanlah. (HR Ahmad dan Abu Daud)

‫ء‬ ‫ء‬
‫ َأسنسظس مر س‬:َ ‫ َقس اَسل َلسركج دل َتسس سزلوسج َامم سرأسجة‬َ ‫ب‬
‫ت‬ ‫ َ َأسلن َسالنلء ل‬َ ‫سعس سمن َأسءب سس َكهسريمس سسرسة‬
َ‫ب َفساَنمظكمر َإءسمليسسها‬ ‫ء‬ ‫ء‬
‫ َ َامذسه م‬:َ ‫ َسقاَسل‬.َ ‫ َل‬:َ ‫إسمليسسهاَ َ؟ َ َسقاَسل‬
Dari Abu Hurairah radhiyallahuanhu bahwa Nabi SAW
bertanya kepada seseorang yang hendak menikahi
wanita,"Apakah kamu sudah pernah melihatnya?". "Belum",
jawabnya. Nabi SAW bersabda,"Pergilah melihatnya dahulu".
(HR. Muslim)

Selain dua hadits di atas, juga ada


beberapa hadits lainnya yang senada,
seperti berikut ini :
Dari Abu Hurairah radhiyallahuanhu berkata,"Saya pernah
di tempat kediaman Nabi, kemudian tiba-tiba ada seorang
laki-laki datang memberitahu, bahwa dia akan kawin dengan
seorang perempuan dari Anshar, maka Nabi bertanya:
Sudahkah kau lihat dia? Ia mengatakan: Belum! Kemudian
Nabi mengatakan: Pergilah dan lihatlah dia, karena dalam
mata orang-orang Anshar itu ada sesuatu.` (HR. Muslim)

‫ء‬ ‫ء ء‬
‫سخطسمبس س ك‬:َ ‫سعس سءن َالمكمغسية َبسم سءن َكشس سمعبسسة َسرضس سسيِ َال سل سكه َتسسسعسساَسل َسعمنس سكه َقسسساَل‬
‫ت َاممس سسرأسجة‬
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 1 Bab 5 : Khitbah

‫ء‬
‫ت َإءسمليسسهاَ َ؟ َقكسمل ك‬
‫ َسفاَنمظكمر‬:َ ‫ َسقاَل‬.َ ‫ َسل‬:َ ‫ت‬ ‫ َأسنسظسمر س‬:َ َ ‫فسسسقاَل َءل َسركسوُل َالله‬
َ‫إءسمليسسهاَ َفسءإنلكه َأسمحسرىَ َأسمن َيسكمؤسدسم َبسمسيسنسككسما‬
Dari Mughirah bin Syu`bah radhiyallahuanhu berkata,"Aku
meminang seorang wanita. Dan Rasulullah SAW bertanya
padaku,"Apakah kamu sudah melihatnya?". "Tidak", jawabku.
Beliau SAW bersabda,"Lihatlah dia Karena melihat itu lebih
dapat menjamin untuk mengekalkan kamu berdua. (HR. Ibnu
Majah)

Kemudian Mughirah pergi kepada


kedua orang tua calon istrinya, dan
memberitahukan apa yang diomongkan
di atas, tetapi tampaknya kedua orang
tuanya itu tidak suka. Si perempuan
tersebut mendengar dari dalam biliknya,
kemudian ia mengatakan: Kalau
Rasulullah menyuruh kamu supaya
melihat aku, maka lihatlah. Kata
Mughirah: Saya lantas melihatnya dan
kemudian mengawininya.
2. Hukum Melihat Calon Istri &
Suami
Meski semua ulama sepakat
berpendapat bahwa melihat pasangan
calon istri atau suami punya dasar
masyru'iyah sebagaimana hadits-hadits
di atas, namun mereka berbeda
pendapat tentang hukumnya. Sebagian
berpendapat bahwa hukumnya sunnah,
namun sebagian lainnya berpendapat
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 1 Bab 5 : Khitbah

hukumnya boleh.
a. Jumhur Ulama : Sunnah
Jumhur ulama dari empat mazhab
secara umum cenderung kepada
pendapat yang menyunnahkannya.
Mazhab Al-Hanafiyah, Al-Malikiyah, Asy-
Syafi'iyah dan sebagian ulama mazhab
Al-Hanabilah sama-sama sepakat bahwa
hukum melihat calon istri atau suami
mandub atau sunnah.1
Dasarnya adalah hadits Mughirah di
atas, dimana Rasulullah SAW
memerintahkannya untuk melihat calon
istrinya terlebih dahulu.
َ‫سفاَنمظكمر َإءسمليسسهاَ َفسءإنلكه َأسمحسرىَ َأسمن َيسكمؤسدسم َبسمسيسنسككسما‬
Dari Mughirah bin Syu`bah bahwa dia pernah meminang
seorang perempuan. Kemudian Nabi SAW mengatakan
kepadanya:`Lihatlah dia! Karena melihat itu lebih dapat
menjamin untuk mengekalkan kamu berdua.` Kemudian
Mughirah pergi kepada dua orang tua perempuan tersebut,
dan memberitahukan apa yang diomongkan di atas, tetapi
tampaknya kedua orang tuanya itu tidak suka. Si perempuan
tersebut mendengar dari dalam biliknya, kemudian ia
mengatakan: Kalau Rasulullah menyuruh kamu supaya
melihat aku, maka lihatlah. Kata Mughirah: Saya lantas
melihatnya dan kemudian mengawininya. (HR. Ahmad, Ibnu
Majah, Tarmizi dan ad-Darimi).

b. Mazhab Al-Hanabilah : Boleh


Sedangkan secara resmi mazhab Al-
Hanabilah memandang bahwa
1 Al-Buhuty, Kasysyaf Al-Qinna' 'an Matnil Iqna'' jilid 5 hal. 80
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 1 Bab 5 : Khitbah

kesimpulan dari hadits-hadits di atas


bukan menunjukkan kesunnahan,
melainkan hanya menunjukkan
1
kebolehan saja.
Dasarnya karena perintah untuk
melihat diberikan setelah adanya
larangan, sehingga perintah itu bukan
menjadi sunnah atau wajib, melainkan
menjadi kebolehan. Seperti halnya
perintah untuk mencari rejeki seusai
shalat Jumat, walau pun shighatnya
dalam bentuk fi'il amr yang seharusnya
menjadi kewajiba, tetapi karena perintah
itu datang setelah adanya larangan,
maka hukumnya bukan wajib melainkan
boleh.
3. Ketentuan Dalam Melihat
Meski melihat kepada calon suami
atau istrinya disunnahkan atau
setidaknya dibolehkan, namun bukan
berarti segalanya menjadi boleh. Tentu
saja tetap ada aturan dan ketentuan
yang harus dipatuhi, antara lain :
a. Niat Ingin Menikahi
Hanya calon suami yang benar-benar
berniat untuk menikahi calon istrinya saja
yang dibolehkan untuk melihat.

1 Musthafa Asy-Suyuthi Ar-Rahaibani, Mathalib Ulin Nuha fi Syarhi Ghayatil Muntaha,


jilid 5 hal. 11
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 1 Bab 5 : Khitbah

Sedangkan mereka yang cuma sekedar


iseng-iseng atau coba-coba, sementara di
dalam hati masih belum berniat untuk
menikahi, tentu tidak dibenarkan untuk
melihat.
Bahkan Jumhur ulama seperti mazhab
Al-Malikiyah, Asy-Syafi'iyah dan Al-
Hanabilah mensyaratkan bahwa orang
yang melihat calon istrinya sudah punya
keyakinan bahwa wanita itu sendiri pun
akan menerimanya.
Sementara mazhab Al-Hanafiyah tidak
mensyaratkan sampai sejauh itu, mereka
hanya membatasi adanya keinginan
untuk menikahinya saja, tidak harus ada
timbal-balik antara keduanya.1
b. Tidak Harus Seizin Wanita
Jumhur ulama berpendapat bahwa
tidak ada ketentuan bahwa wanita yang
sedang dilihat oleh calon yang ingin
menikahinya harus memberi izin.
Dasarnya adalah apa yang dilakukan
oleh Mughirah yang melihat calon
istrinya tanpa sepengetahuannya.
Bahkan sebagian ulama
berpandangan bahwa sebaiknya
memang tidak diberitahu, agar benar-
benar tampil alami di mata yang melihat,

1 Al-Hathab Ar-Ra'ini, Mawahibul Jalil Syarah Mukhtashar Khalil, jilid 3 hal. 405
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 1 Bab 5 : Khitbah

sehingga tidak perlu menutupi apa yang


ingin ditutupi. Sebab kalau wanita itu
mengetahui bahwa dirinya sedang
dilihat, secara naluri dia akan berdandan
sedemikian rupa untuk menutupi aib-aib
yang mungkin ada pada dirinya. Maka
dengan begitu, tujuan inti dari melihat
malah tidak akan tercapai.
Namun mazhab Al-Malikiyah
berpendapat kalau pun bukan izin dari
wanita yang bersangkutan, setidaknya
harus ada izin dari pihak walinya. Hal itu
agar jangan sampai tiap orang merasa
bebas memandang wanita mana saja
dengan alasan ingin melamarnya.1
c. Batas Yang Boleh Dilihat
Meskipun syariat Islam mengajurkan
melihat calon pasangan masing-masing,
namun tetap saja ada batasan mana
yang boleh dilihat dan mana yang tidak
boleh dilihat.
Jumhur ulama yaitu mazhab Al-
Hanafiyah, Al-Malikiyah dan Asy-
Syafi'iyah sepakat bahwa wajah dan
kedua tangan hingga pergelangan
tangan termasuk bagian tubuh wanita
yang boleh dilihat oleh calon suaminya.
Sebab kedua bagian tubuh itu memang

1 Shalih Abdussami' Al-Abi Al-Azhari, Jawahirul Iklil, jilid 1 hal. 275


Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 1 Bab 5 : Khitbah

bukan termasuk aurat.


Bagian tubuh selain keduanya tentu
merupakan aurat bagi wanita, sehingga
walaupun dengan alasan anjuran melihat
calon istri, tetap saja seorang calon
suami masih diharamkan untuk
melihatnya. Sebab biar bagaimana pun
juga, status calon suami 100% masih
laki-laki ajnabi, yang kedudukan sama
persis dengan laki-laki ajnabi manapun di
dunia ini.
Namun ada riwayat dari mazhab Al-
Hanafiyah yang menyebutkan bahwa
kedua kaki hingga batas pergelangan
atau mata kaki juga bukan termasuk
aurat. Dan para ulama di dalam mazhab
Al-Hanabilah saling berbeda pendapat
mengenai batasan ini. Sebagian
berpendapat sebagaimana umumnya
pendapat jumhur ulama, bahwa yang
boleh dilihat hanya sebatas wajah dan
kedua tanggan hingga pergelangannya.
Namun sebagian lagi membolehkan lebih
dari itu, yaitu termasuk wajah, leher,
tangan dan kaki .
d. Tidak Boleh Menyentuh
Dan sebagaimana laki-laki ajnabi
lainnya yang tidak diperbolehkan untuk
menyentuh kulit wanita yang bukan
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 1 Bab 5 : Khitbah

mahram, maka calon suami pun juga


tetap diharamkan melakukannya.
Jumhur ulama umumnya
mengharamkan sentuhan kulit antara
laki-laki dan wanita yang bukan mahram,
meskipun dalam rangka untuk
menikahinya.
Dari Ma’qil bin Yasar, bahwasanya Rasulullah bersabda,
“Sesungguhnya salah seorang diantara kalian jika ditusuk
dengan jarum dari besi , itu lebih baik baginya daripada
menyentuh seorang wanita yang bukan mahramnya”, (HR.
Thabrani dan juga Baihaqi).

 Madzhab Al-Hanafiyah
Penulis kitab Al-Hidayah berkata:
“Tidak diperbolehkan bagi seorang laki-
laki untuk menyentuh wajah atau telapak
tangan seorang wanita walaupun ia
merasa aman dari syahwat”
Penulis kitab Ad-Dur Al-Mukhtar
mengatakan: “Tidak diperbolehkan
menyentuh wajah atau telapak tangan
wanita walaupun ia merasa aman dari
syahwat”
 Madzhab Al-Malikiyah
Imam Al-Baaji berkata dalam kitabnya
Al-Muntaqa, Rasulullah SAW bersabda
“Sesungguhnya aku tidak berjabat
tangan dengan wanita”. Maksudnya tidak
berjabat tangan langsung dengan
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 1 Bab 5 : Khitbah

tangannya. Dari hal tersebut, diketahui


bahwasanya cara berbaiat dengan laki-
laki adalah dengan berjabat tangan
dengannya, namun hal ini terlarang jika
membaiat wanita dengan berjabat
tangan secara langsung.
 Madzhab As-Syafi’i
Imam Nawawi berkata dalam kitabnya
Al-Majmu’: “Sahabat kami berkata bahwa
diharamkan untuk memandang dan
menyentuh wanita, jika wanita tersebut
telah dewasa. Karena sesungguhnya
seseorang dihalalkan untuk memandang
wanita yang bukan mahramnya jika ia
berniat untuk menikahinya atau dalam
keadaan jual beli atau ketika ingin
mengambil atau memberi sesuatu
ataupun semisal dengannya. Namun
tidak boleh untuk menyentuh wanita
walaupun dalam keadaan demikian.
Imam Nawawi pun berkata dalam
Syarah Shahih Muslim: “Hal ini
menunjukkan bahwa cara membaiat
wanita adalah dengan perkataan, dan hal
ini juga menunjukkan, mendengar
ucapan atau suara wanita yang bukan
mahram adalah diperbolehkan jika ada
kebutuhan, karena suara bukanlah aurat.
Dan tidak boleh menyentuh secara
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 1 Bab 5 : Khitbah

langsung wanita yang bukan mahram jika


tidak termasuk hal yang darurat, semisal
seorang dokter yang menyentuh
pasiennya untuk memeriksa penyakit”.
 Madzhab Hambali
Ibnu Muflih dalam Al-Furu’
mengatakan: “Diperbolehkan berjabat
tangan antara wanita dengan wanita,
laki-laki dengan laki-laki, laki-laki tua
dengan wanita terhormat yang umurnya
tidak muda lagi, karena jika masih muda
diharamkan untuk menyentuhnya”. Hal
ini disebutkan dalam kitab Al-Fusul dan
Ar-Ri’ayah.
e. Tidak Boleh Berduaan
Meskipun dianjurkan untuk melihat
calon istri, namun dalam prakteknya
tidak boleh dilakukan hanya berduaan.
Sebab berduaan dengan wanita yang
masih belum halal menjadi istri adalah
perbuatan yang diharamkan,
sebagaimana hadis berikut ini :
‫ل َسكاَسن َسثاَءلثسسكهسماَ َاللشميسطاَكن‬
‫سل َسيملكسوُلن َسركجقل َءباَممسرأسدة َإء ل‬
Tidaklah seorang laki-laki berduaan dengan seorang
perempuan, karena yang ketiganya adalah setan. (HR. At-
Tirmizy)

f. Mengirim Utusan Untuk Melihat


Melihat bagian yang termasuk aurat
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 1 Bab 5 : Khitbah

dan menyentuh langsung memang


diharam, lalu bagaimana memastikan
bahwa tidak ada cacat atau hal-hal yang
sekiranya kurang disukai? Apakah harus
membeli kucing dalam karung?
Salah satu jalan keluarnya adalah
lewat utusan atau perwakilan. Pihak
suami mengutus wanita yang menjadi
mahramnya kepada calon istrinya, untuk
berkenalan dan melihat langsung kondisi
fisik maupun non fisiknya.
Tentu karena sama-sama wanita,
maka diperbolehkan melihat rambutnya,
kulitnya, tubuh dan bagian-bagian
lainnya.
Bahkan Rasulullah SAW sendiri juga
melakukan hal yang sama. Disebutkan
ketika akan menikahi salah seorang
istrinya, beliau mengutus Ummu Sulaim
dan memintanya untuk melihat dan
menilai. Beliau SAW bersabda :
َ‫ضسهاَ َسوانمظكءريِ َإءسل َعكمركقوُءسبا‬
‫شيِ َسعسوُاءر س‬
‫كن‬
Ciumlah aroma mulutnya dan perhatikan 'urqubnya. (HR.
Ahmad)

Urqub oleh banyak diterjemahkan


sebagai tulang lunak di atas tumit atau
betis.
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 1 Bab 5 : Khitbah



Jilid 33
Rukun Syarat
Sunnah

Bab 1 : Rukun Syarat & Sunnah

A. Pengertian
1. Pengertian Rukun
Rukun dalam bahasa Arab bermakna
sudut pada ruangan, tiang, penyangga
dan penegak bangunan. Dan kadang
secara bahasa, rukun juga bermakna :
‫لمقتوىَ توا م‬
‫لممدر املتععظيِدم‬ ‫با م‬
‫املتجاَعن د‬
Sisi yang lebih kuat dan perkara yang utama

Sedangkan secara istilah, rukun


sering didefinisikan sebagai :
‫تماَ لت دودجوتد لعتذلعتك الرشميعء إعلر عبعه‬
Apa yang membuat sesuatu tidak akan ada kecuali
dengannya

Maksudnya adalah bahwa yang


disebut sebagai rukun itu adalah pokok
dari sesuatu, dimana sesuatu itu menjadi
tidak ada apabila rukunnya tidak
terdapat.
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 2 Bab 1 : Rukun Syarat & Sunnah

Maka yang dimaksud dengan rukun


nikah adalah bagian-bagian utama dalam
suatu akad nikah, yang apabila bagian
utama itu tidak tidak terdapat, maka
pernikahan itu menjadi tidak sah.
2. Pengertian Syarat
Sedangkan pengertian syarat dalam
suatu pekerjaan, sebagaimana
didefinisikan oleh Ibnu As-Subki, adalah :
‫تماَ تيِملتزدم عممن تعتدعمعه املتعتددم تولت تيِملتزدم عممن دودجوعدعه دودجودد تولت تعسستددم‬
‫لعتذاعتعه‬
Segala hal yang mengakibatkan sesuatu menjadi tiada karena
ketiadaannya. Dan sebaliknya, meski syarat itu ada, belum
tentu sesuatu itu menjadi terwujud atau tidak terwujud secara
zatnya.

Mungkin agak sulit definisi ini, tetapi


mudahnya begini. Menutup aurat itu
syarat sah shalat. Maka bila seseorang
tidak menutup aurat, otomatis tidak sah
shalatnya. Tetapi bila seseorang sudah
menutup aurat, tidak lantas otomatis
shalat sudah terlaksana. Terlaksana atau
belum, tergantung apakah shalat itu
sudah dikerjakan atau belum, bukan
tergantung dari apakah seseorang sudah
menutup aurat atau belum.
Ibnu Al-Hajib mendefinisikan syarat
sebagai :
‫تماَ امستتملتزتم تنمفديِده تنمفتي أتممةَر تعتلىَ تغميِعر عجتهعة الرستبعبريِعة‬
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 2 Bab 1 : Rukun Syarat & Sunnah

Segala hal yang ketiadaannya mengharuskan sesuatu


menjadi tidak ada, namun bukan karena hubungan sebab
akibat.

Definisi Ibnu Al-Hajib ini setali tiga


uang dengan definisi di atas, hanya
disampaikan dengan redaksi yang
berbeda. Kalau kita masukkan ke dalam
contoh di atas, maka tidak menutup
aurat membuat shalat itu tidak ada, alias
tidak sah. Tetapi dikatakan bukan
hubungan sebab akibat, maksudnya
meski tanpa menutup aurat shalat
menjadi tidak sah, tetapi kalau ditutup
bukan berarti shalat lantas menjadi
sudah terlaksana.
3. Perbedaan Rukun dan Syarat
Sesungguhnya antara rukun dan
syarat punya hubungan yang erat, yaitu
bahwa keberadaan masing-masing sama-
sama sangat menentukan sah atau tidak
sahnya suatu amal. Suatu ibadah tidak
akan sah, bila salah satu dari sekian
banyak rukunnya tidak terpenuhi.
Demikian juga, bila kurang salah satu di
antara syarat-syaratnya, juga tidak sah.
Tetapi antara rukun dan syarat juga
punya perbedaan yang prinsipil, meski
sangat tipis. Sehingga karena saking
tipisnya itulah maka para ulama
seringkali berbeda pendapat tentang
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 2 Bab 1 : Rukun Syarat & Sunnah

apakah suatu amal termasuk ke dalam


daftar rukun atau termasuk ke dalam
daftar syarat.
Perbedaan yang asasi antara rukun
dan syarat adalah bahwa rukun itu
masuk dan berada di dalam ritual ibadah
itu sendiri. Sedangkan syarat, tidak
masuk ke dalam ritual ibadah, posisinya
ada sebelum ibadah itu dilakukan.
Contoh sederhananya adalah
menutup aurat sebagai syarat sah shalat,
yang harus sudah dikerjakan sebelum
shalat. Orang harus sudah menutup
aurat sebelum shalat dilaksanakan. Tidak
ada cerita pakai sarung sambil sujud atau
membaca doa qunut. Pakai sarung itu
dikerjakan sebelum shalat. Dan itu
adalah syarat sah shalat.
Sedangkan rukun, posisinya ada di
dalam ibadah itu. Misalnya, membaca
surat Al-Fatihah adalah rukun, dan
dikerjakannya di dalam shalat, bukan
sebelumnya.
B. Rukun
1. Perbedaan Pendapat Dalam
Menetapkan Rukun Nikah
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 2 Bab 1 : Rukun Syarat & Sunnah

Ketika menyebutkan hal-hal apa saja


yang termasuk rukun pernikahan, para
ulama dari empat mazhab yang
muktamad berbeda pendapat.
a. Mazhab Al-Hanafiyah

Dalam pandangan mazhab Al-


Hanafiyah, yang termasuk rukun nikah
hanya ada satu saja, yaitu :

 ijab qabul atau akad nikah itu


sendiri.
b. Mazhab Al-Malikiyah

Mazhab Al-Malikiyah menyebutkan


bahwa rukun nikah itu ada tiga perkara.
Ketiganya itu adalah :
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 2 Bab 1 : Rukun Syarat & Sunnah

 Wali nikah

 Mahallunnikah yaitu suami dan istri

 Shighah atau ijab qabul


c. Mazhab As-Syafi’iyah

Mazhab Asy-Syafi’iyah adalah mazhab


yang paling banyak menyebutkan jumlah
rukun nikah, yaitu mepat perkara.
Kelimanya adalah

 Shighah
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 2 Bab 1 : Rukun Syarat & Sunnah

 Suami dan Istri

 Dua orang saksi

 Wali
d. Mazhab Al-Hanabilah

Sedangkan mazhab Al-Hanabilah


menyebutkan bahwa rukun nikah itu ada
tiga perkara, yaitu :

 pasangan suami istri,

 ijab
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 2 Bab 1 : Rukun Syarat & Sunnah

 qabul.
Untuk mengingatnya dengan mudah,
mari kita masukkan perbedaan rukun
nikah antara keempat mazhab dalam
sebuah tabel :

RUKUN Hanafi Maliki Syafi’i Ham

1. Suami istri - Rukun Rukun Ruk

2. Wali Syarat Rukun Rukun Sya

3. Saksi Syarat Mustahab Syarat Rukun Ruk

4. Ijab qabul Rukun Rukun Rukun Ruk

Adapun mahar atau mas kawin tidak


termasuk dalam rukun nikah, mengingat
bahwa Rasulullah SAW pernah
menikahkan wanita, namun wanita itu
melepaskan haknya atas mahar.
2. Rukun Pertama : Suami & Istri
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 2 Bab 1 : Rukun Syarat & Sunnah

Suami dan istri sering juga disebut


sebagai az-zaujani (‫ )الزوجان‬yaitu pasangan
calon suami dan istri adalah mahallul
‘aqd (‫)محلل العقَد‬, kadang juga disebut sebagai
al-‘aqidani (‫)العاقدان‬, yaitu pihak-pihak yang
terikat pada akad yang dilangsungkan.
Keberadaan suami dan istri oleh
sebagian besar ulama menjadi rukun
dalam sebuah akad nikah, kecuali dalam
pendapat Al-Hanafiyah.
Namun yang dimaksud dengan
keberadaan disini bukan berarti
kehadiran dalam prosesi akad nikah.
Yang dimaksud dengan keberadaan disini
adalah bahwa suami dan istri itu telah
memenuhi syarat dan ketentuan sebagai
calon pasangan suami istri yang sah.
Sedangkan kehadiran suami dalam
sebuah akad nikah, tidak menjadi syarat,
karena calon suami boleh mewakilkan
aqad nikah kepada orang lain yang
ditunjuknya dengan memenuhi semua
ketentuan dan syaratnya.
Demikian juga dengan kehadiran istri,
tidak menjadi syarat dalam sebuah akad
nikah, yang penting izin dari pihak calon
istri sudah didapat oleh wali yang
menikahkan.
Jadi dalam syariat Islam, sebuah akad
nikah secara fisik mungkin saja tidak
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 2 Bab 1 : Rukun Syarat & Sunnah

dihadiri oleh calon suami dan calon istri.


Pihak calon suami boleh mengutus
wakilnya untuk menyampaikan qabul,
dan pihak calon istri boleh
memberitahukan bahwa dirinya telah rela
dinikahkan.
3. Rukun Kedua : Wali
Wali adalah ayah kandung calon
pengantin perempuan pihak yang
bertindak sebagai pihak yang melakukan
ijab, atau mengikrarkan pernikahan.
Jumhur ulama seperti mazhab Al-
Malikiyah, Asy-Syafi'iyah dan dilengkapi
dengan mazhab Adz-Dzahiriyah sepakat
untuk menjadikan posisi wali sebagai
salah satu rukun dari rukun-rukun sebuah
akad nikah. Sehingga sebuah pernikahan
menjadi tidak sah hukumnya, ketika
pernikahan itu dilakukan tanpa kesertaan
wali yang sah sesuai ketentuan syariah
Islam.
Sedangkan pendapat yang agak
berbeda adalah pendapat Abu Hanifah
yang menyebutkan bahwa wali tidak
termasuk rukun nikah, melainkan
menjadi syarat dalam rukun nikah.
Sebenarnya dalam kenyataannya
nyaris hampir tidak ada bedanya bila wali
tidak dimasukkan ke dalam rukun nikah
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 2 Bab 1 : Rukun Syarat & Sunnah

atau dimasukkan ke dalam syarat nikah.


Tetap saja nikah itu tidak sah kalau
tidak ada walinya, sebagai syarat sah
nikah. Sebab yang namanya syarat itu
sebagaimana disebutkan di atas, nyaris
sama kedudukannya dengan rukun, yaitu
bila tidak terpenuhi, maka nikah itu tidak
sah.
Masalah wali ini nanti akan kita bahas
lebih dalam pada bab-bab berikutnya.
4. Rukun Ketiga : Saksi
Jumhur ulama baik mazhab Al-
Hanafiyah, Asy-Syafi’iyah dan Al-
Hanabilah sepakat bahwa yang termasuk
rukun di dalam akad nikah adalah adanya
saksi-saksi dalam peristiwa akad itu
secara langsung.
Dasarnya adalah sabda Rasulullah
SAW berikut ini :
‫ل َسوسشاَءهسدميِ َسعمددل‬ ‫سل َنءسكاَسح َإء ل‬
‫ل َبءسوُء ل‬
Tidak sah sebuah pernikahan tanpa wali dan dua orang saksi
yang adil (HR. Ad-Daruquthni dan Al-Baihaqi )

Sedangkan dalam mazhab Al-


Malikiyah, adanya persaksian atau
hadirnya saksi di dalam sebuah akad
nikah hukumnya mustahab, atau disukai.
Namun kehadiran para saksi itu bukan
termasuk rukun atau syarat dari sebuah
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 2 Bab 1 : Rukun Syarat & Sunnah

pernikahan.
Yang menarik, mazhab Al-Malikiyah ini
membedakan kedudukan saksi pada saat
akad nikah dengan dukhul ( ‫)دخول‬. Dukhul
maksudnya adalah melakukan hubungan
suami istri secara sah, setelah keduanya
diikat dengan akad nikah.
Untuk menghalalkan dukhul, menurut
mazhab Al-Malikiyah tetap harus ada
isyhad yang menjadi syarat sahnya.
Kalau nikah itu hanya akad saja, tanpa
dukhul, tidak perlu ada saksi. Tapi kalau
kedua pasangan itu mau melakukan
hubungan seksual, maka harus ada saksi
yang harus hadir demi sahnya akad nikah
itu.
Ketentuan ini agak sulit dibayangkan
di masa sekarang, atau dalam posisi
pernikahan yang normal. Barangkali
ketentuan ini lebih mudah dijelaskan
ketika ada pasangan yang hanya
melaksanakan akad saja, lalu mereka
tidak tinggal serumah, seperti ketika
Rasulullah SAW menikahi Aisyah
radhiyallahuanha.
Beliau dinikahi oleh Rasulullah SAW
ketika masih berusia beliau, yaitu
menurut salah satu riwayat masih
berusia 6 tahun. Dan barulah beliau
hidup mendampingi Rasulullah SAW sejak
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 2 Bab 1 : Rukun Syarat & Sunnah

berumur 9 tahun. Ketika mulai hidup


serumah dengan beliau SAW, saat itulah
disebut dengan dukhul.
5. Rukun Keempat : Ijab Qabul
Ijab dan qabul adalah dua kata dalam
bahasa Arab yang merupakan pasangan
untuk membentuk sebuah akad nikah.
Kalau di dalam tabel di atas kita
menemukan ada hal-hal yang tidak
dimasukkan ke dalam rukun sebuah
pernikahan, bukan berarti otomatis hal
itu tidak dipakai. Tetapi boleh jadi fuqaha
mazhab itu memasukkannya sebagai
syarat, yang tentunya harus tetap
terpenuhi, namun posisinya bukan
sebagai rukun.

C. Syarat Sah Nikah


Agar sebuah akad nikah menjadi sah,
maka harus terpenuhi beberapa syarat
sah berikut ini :
1. Bukan Wanita Yang Haram
Dinikahi
Status pengantin perempuan
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 2 Bab 1 : Rukun Syarat & Sunnah

disyaratkan bukan wanita yang mahram


atau haram dinikahi oleh pengantin laki-
laki, baik statusnya mahram yang
bersifat selamanya (muabbad), atau pun
yang bersifat sementara (ghairu
muabbad). Keduanya tidak halal untuk
dinikahi.
2. Ijab Qabul Untuk Selamanya
Ijab qabul yang diucapkan kedua
belah pihak, baik wali atau pun suami
harus bersifat untuk selamanya, dan
tidak dibenarkan bila disebutkan hanya
berlaku untuk masa tertentu.
Maka dalam hal ini, nikah mut'ah
hukumnya haram, karena dalam nikah
mut'ah itu disebutkan bahwa pernikahan
hanya akan berlaku dalam dua jam saja,
atau dalam beberapa hari saja.
3. Tidak Terpaksa
Disyaratkan dalam sebuah akad
nikah, bahwa kedua belah pihak tidak
boleh melakukan ijab qabul dalam
keadaan terpaksa atau dipaksa, baik
karena diancam mau dibunuh atau tidak
terjamin keselamatannya.
4. Penetapan Pasangan
Disyaratkan dalam akad nikah bahwa
calon suami dan calon istri harus
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 2 Bab 1 : Rukun Syarat & Sunnah

ditetapkan secara pasti orangnya. Dan


tidak dibenarkan dengan hanya
disebutkan sifatnya atau kriterianya, atau
pun status yang sifatnya bisa berlaku
untuk beberapa orang. Harus ditetapkan
orangnya, baik dengan disebutkan
namanya atau pun ditunjuk orangnya.
Maka ijab yang diucapkan oleh wali
tidak sah, bila tanpa menetapkan orang
per-orang. Misalnya seorang wali
mengucapkan ijab,"Saya nikahkah kamu
dengan anak perempuanku". Kalau anak
perempuannya hanya ada satu, maka
hukum akadnya sah. Tetapi kalau anak
perempuannya ada dua, tiga, empat dan
seterusnya, maka harus ditetapkan,
siapa dari sekian banyak anaknya itu
yang dinikahkan.
Penetapan juga bisa dilakukan dengan
isyarat, yaitu dengan cara ditunjuk
langsung kepada orangnya, seperti
lafadz,"Aku nikahkan kamu dengan
anakku yang ini", sambil menunjukkan
jari kepada anak perempuannya.
Namun bila anda penyebutan nama
dan penunjukan dengan jari ada
perbedaan, maka yang dimenangkan
adalah yang ditunjuk langsung. Seperti
seorang wali yang punya dua anak gadis,
Fatimah dan Zainab, dia mengucapkan
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 2 Bab 1 : Rukun Syarat & Sunnah

lafadz,"Aku nikahkan kamu dengan


anakku yang bernama Fatimah", tapi
tangannya menunjuk kepada Zainab
bukan Fatimah, maka yang sah adalah
Zainab yang ditunjuk dengan jari dan
bukan Fatimah yang hanya disebut
namanya.
5. Tidak Dalam Keadaan Ihram
Disyaratkan bahwa wali atau calon
suami yang melakukan akad tidak
sedang dalam keadaan berihram, baik
untuk haji atau pun untuk umrah.
‫املضج َأسمشهر َمعكلوُمساَت َفسمسن َفسسر ء‬
‫ض َفيءهسلن َاملسسلج َسفل َسرفسس س‬
‫ث َسول َفككسسسوُسق‬ ‫س كق س م س ق س م س س‬
َ ‫سول َءجسداسل َءف َاملسنج‬
Musim haji adalah beberapa bulan yang dimaklumi.
Barangsiapa yang menetapkan niatnya dalam bulan itu akan
mengerjakan haji, maka tidak boleh berkata rafats (jorok),
berbuat fasik dan berbantah-bantahan…(al-Baqarah: 197)

Nikah dan melamar, baik untuk


dirinya maupun untuk orang lain, juga
haram dilakukan oleh orang yang sedang
berihram, karena Rasulullah SAW
bersabda:
‫ء‬
‫ليسسمنكح َالسكمحءرم َسوسل َيسكمنككح َسوسل َسيمطك ك‬
‫ب‬
Orang yang sedang ihram tidak boleh menikah atau
menikahkan, juga tidak boleh mengkhitbah (melamar).(HR
Muslim)
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 2 Bab 1 : Rukun Syarat & Sunnah

Salah satu istri Rasulullah SAW, yaitu


Maimunah radhiyallahuanha juga
menegaskan hal tersebut dengan
menceritakan tentang dirinya yang
dinikahi oleh Rasulullah SAW dalam
keadaan tidak sedang berihram.

‫تسسسزلوسجسهاَ َسوكهسوُ َسحلسقل‬َ َ ‫ب‬


‫أسلن َالنلء ل‬
Bahwa Nabi SAW menikahinya dalam keadaan halal (tidak
berihram). (HR. Muslim)

Juga tidak boleh menjadi wakil untuk


hal itu, karena nikah dalam keadaan
seperti itu tidaklah sah.
D. Sunnah-Sunnah Ketika Menikah
Selain rukun dan syarat, ada juga hal-
hal yang disunnahkan dalam sebuah
akad nikah atau perkawinan. Di antara
yang termasuk disunnahkan adalah :
1. Didahului Khitbah
Khitbah sering juga disebut dalam
bahasa kita sehari-hari sebagai melamar
atau meminang. Hukumnya bukan rukun
atau syarat, tetapi hukumnya sunnah.
Dasar dari dilaksanakannya khitbah
sebelum akad nikah adalah firman Allah
SWT :
‫ضكتَم َبءءه َءممن َءخطمبسءة َالنسساَء‬ ‫ء‬
‫سوسل َكجسناَسح َسعلسميككمم َفيسماَ َسعلر م‬
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 2 Bab 1 : Rukun Syarat & Sunnah

Dan tidak ada dosa bagi kamu meminang wanita-wanita itu


dengan sindiran atau kamu menyembunyikan dalam hatimu.
(QS. Al-Baqarah : 235)

Hikmah dari dilakukan terlebih dahulu


khitbah sebelum akad nikah antara lain
agar ada kesempatan untuk
mempertimbangkan masak-masak
keputusan yang akan diambil oleh kedua
belah pihak.
Namun khitbah bukan syarat sah akad
nikah, sehingga akad yang dilakukan
secara spontan tanpa adanya khitbah,
hukumnya tetap sah.
2. Khutbah Sebelum Akad
Disunnahkan untuk disampaikan
khutbah sebelum dilaksanakannya akad
nikah. Bahkan dalam mazhab Asy-
syafi'iyah disebutkan bahwa khutbah
bukan hanya disunnahkan menjelang
pelaksanaan akad nikah, tetapi juga
ketika akan mengajukan lamaran
(khitbah) disunnahkan untuk dibacakan
khutbah.1
a. Jumlah Khutbah
Mazhab Al-Hanafiyah dan Al-Malikiyah
menyebutkan bahwa disunnahkan hanya
satu khutbah saja, yaitu yang kita kenal
umumnya ketika akad nikah hampir

1 Kasysyaf Al-Qina', jilid 5 hal. 21


Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 2 Bab 1 : Rukun Syarat & Sunnah

dilaksanakan.
Namun mazhab Asy-syafi’iyah dan Al-
Hanabilah menyebutkan setidaknya ada
empat khutbah yang terkait dengan
nikah, yaitu khutbah ketika mengajukan
khitbah dari pihak calon suami, kemudian
khutbah dari pihak calon istri. Lalu
khutbah sebelum melakukan akad nikah
dari pihak istri sebagai ijab dan terakhir
khutbah dari pihak suami sebagai qabul.
b. Teks Khutbah
Sedangkan teks khutbahnya pada
dasarnya tidak diharuskan harus
menggunakan teks tertentu. Namun para
ulama banyak merujuk kepada teks yang
diajarkan lewat hadits Abdullah bin
Mas’ud radhiyallahuanhu berikut ini :

‫ َإءلن‬:َ ‫لاَسج ءة‬ ‫ َاللش ضهسد َءف َال ل ء‬


‫ص لسة َسو تَاللسش ضهسد َءف َا مس‬ ‫ تَ س‬َ ‫سعلسمسناَ َسركسوُل َاللسءه‬
‫ٌ َسونسسعكسسوُكذ َبءسساَللءه َءم سمن َكش سكروءر‬،َ ‫ٌ َ سمنسم سكدكه َسونسمس ستَسءعينككه َسونسمس ستَسسمغءفكركه‬،َ ‫املسمم سسد َلءل سءه‬
‫ل َم ء‬ ‫ءء‬ ‫ء‬ ‫ء‬ ‫ء‬
‫ضسنلل‬ ‫ضسسل َلسسكه َسوسمسمن َيك س‬ ‫ٌ َسممن َيسسمهسده َاللسكه َفس س ك‬،َ َ‫أسنمسكفسسناَ َسوسسينسئاَت َأسمعسماَلسنا‬
‫ٌ َسوأسمشسهكد َأسمن َسل َإءلسسه َإء ل‬،َ ‫يِ َلسكه‬ ‫فس س ء‬
‫ٌ َسوأسمشسسهكد َأسلن َكمسلمسجدا َسعمبسكدهك‬،َ ‫ل َاللكه‬ ‫ل َسهاَد س‬
‫ َيسسساَ َأسيسضسهسساَ َالسءذيسن َآسمنكسوُا َاتلسكقسوُا َاللسسه َسحسلق‬:َ ‫ت‬ ‫ث َآيسساَ د‬
‫ٌ َسويسسمقسسركأ َثسلس س س‬،َ ‫سوسركسسسوُلككه‬
‫ل َسوأسنمستَكمم َكممسلءكموُسن‬ ‫تكسسقاَتءءه َسوسل َسكتوُتكلن َإء ل‬
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 2 Bab 1 : Rukun Syarat & Sunnah

c. Bukan Syarat Sah


Namun para ulama sepakat umumnya
bahwa keberadaan khutbah nikah ini
bukan bagian dari rukun atau syarat sah
nikah. Alasannya karena di masa Nabi
SAW pernah terjadi akad nikah di
hadapan beliau SAW tanpa didahului
khutbah.

‫ص للىَ َالل كه َسعلسمي ءه‬ ‫ء‬ ‫ء‬


‫ٌ َفسسسق اَل َ س‬،َ َ‫ َ" َسزنومجنيسه ا‬:َ َ ‫ب س سس‬ ‫ألن َسركج ج‬
‫ل َقسس سساَل َللنلء ن‬
‫ك َءمسن َالمكقمرآءن‬
‫ َسزلومجسناَسكسهاَ َءبساَ َسمسع س‬:َ ‫سوسسلسم‬
Seorang laki-laki berkata kepada Nabi SAW,”Nikahkan Saya
dengan wanita itu”. Beliau SAW menjawab,”Kita nikahkan
kamu dengan wanita itu dengan mahar apa yang kamu miliki
dari Al-Quran.

Ketika itu tidak disebutkan adanya


khutbah nikah sebelumnya. Dan hal itu
menunjukkan bahwa khutbah itu buan
termasuk syarat sah atau rukun dari akad
nikah.
3. Doa Seusai Akad
Seusai dilangsungkannya akad nikah,
disunnahkan untuk dipanjantkan doa dan
permohonan keberkahan dari Allah yang
diperuntukkan kepada suami dan istri.
Di antara doa yang dicontohkan oleh
Rasulullah SAW adalah lafadz berikut ini :
‫ك َسوسجسسع َبسمسيسنسككسماَ َءف َسخ مدي‬
‫ك َسوسباَسرسك َسعلسمي س‬
‫ل َلس س‬
‫سباَسرسك َا ك‬
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 2 Bab 1 : Rukun Syarat & Sunnah

Semoga Allah memberikan keberkahan kepadamu baik dalam


keadaan senang atau pun susah, serta menghimpun kalian
berdua dalam kebaikan. (HR. Tirmizy)

4. Hari Jumat Sore


Hari Jumat adalah hari yang diberkahi
dalam seminggu. Maka melaksanakan
sesuatu yang berharap mendapatkan
keberkahan lebih utama bila dilakukan
pada hari Jumat.
Dalam satu hari Jumat, saat-saat yang
paling diberkahi di hari itu adalah pada
saat sore hari, dengan sabda Rasulullah
SAW :
‫ء‬
‫أسممكسوُا َءباَللسءك َفسءإنلكه َأسمعظسكم َبسسسرسكةج‬
Lalukanlah perkawinan pada sore hari karena lebih besar
keberkahannya. (HR. Abu Hafsh)

5. Diumumkan
Disunnahkan agar akad nikah
diumumkan kepada publik dan tidak
dirahasiakan. Dasarnya adalah sabda
Rasulullah SAW :
‫ضءربكوُا َسعلسميءه َءباَلضد ن‬ ‫ءء‬ ‫ء‬
‫ف‬ ‫أسمعلنكوُا َسهسذا َالنسكاَسح َسوامجسعكلوُكه َءف َالمسمسساَجد َسوا م‬
Umumkanlah pernikahan ini, jadikan
tempatnya di dalam masjid dan pukulkan
atasnya duff (HR. )
Di antara hikmah dari diumumkannya
akad nikah ini adalah agar pasangan itu
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 2 Bab 1 : Rukun Syarat & Sunnah

bebas dari tuduhan zina dan


mendapatkan keberkahan serta doa dari
masyarakat.1
6. Penyebutan Mahar
Salah satu sunnah dalam akad nikah
adalah disebutkannya mahar ketika akad
dilakukan. Hikmah dari penyebutan ini
agar hati menjadi tenang, serta menutup
jalan perselisihan di kemudian hari atas
perbedaan pendapat tentang mahar.
Dan termasuk di dalamnya apakah
mahar itu dibayarkan dengan tunai atau
hutang, atau sebagian dibayar tunai dan
sebagian dihutang. Mencicil hutang
mahar itu akan mendapatkan keberkahan
dan bantuan dari Allah SWT,
sebagaimana sabda Rasulullah SAW :
‫ء ء ء ء‬ ‫ء‬
‫ َالمكمسجاَهسكد َفس َسسسبيل َاللسه َ َسوالمكمسكسساَتس ك‬:َ ‫ثسلسثسقة َسحقق َسعلسسىَ َاللسه َسعسموُنسككهمم‬
‫ب‬
‫الءذيِ َيكءريكد َالمسداسء َ َسواللناَكءكح َالءذيِ َيكءريكد َالمسعسفاَ س‬
‫ف‬
Ada tiga orang yang Allah berkewajiban untuk memberikan
bantuan. Mujahid fi sabilillah, budak yang mengangsur biaya
pembebasannya dan laki-laki yang membayar maharnya
demi kesucian dirinya. (HR. At-Tirmizy)

7. Undangan Makan
Undangan makan dalam bahasa arab
disebut dengan walimah. Namun dalam
penggunaannya di Indonesia, maknanya
1 Ad-Dur Al-Mukhtar wa Radd Al-Muhtar, jilid 1 hal. 175
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 2 Bab 1 : Rukun Syarat & Sunnah

mengalami pergeseran menjadi pesta


pernikahan. Padahal yang namanya
walimah tidak harus merupakan pesta
pernikahan. Apapun acaranya, asalkan
intinya makan-makan, maka disebut
dengan walimah.
Namun jangan dibayangkan bahwa
kesunnahan walimah itu harus dengan
membuang biaya besar, berpuluh atau
beratus juga. Sebab apa yang disebut
dengan undangan makan di masa Nabi
SAW ternyata menunya sederhana saja.
‫صءفيلسة َبءتَسممدر َسوسسمدن َسوأسقءدط‬ ‫ َأسموسس‬َ ‫أسنلكه‬
‫ل َسعسلىَ َ س‬
Rasulullah SAW mengadakan walimah untuk Shafiyah
dengan hidangan kurma, minyak dan aqt. (HR. Bukhari)

Sedangkan untuk Abdurrahman bin


Auf radhiyallahuanhu yang terbilang
orang berada, Rasulullah SAW hanya
menyarankan agar menyembelih seekor
kambing.
‫أسوءل َولسوُ َبءشاَةد‬
‫ممسم س‬
Undanglah orang makan walau pun hanya dengan hidangan
seekor kambing (HR. Bukhari dan Muslim)
Bab 2 : Wali Nikah

A. Pengertian
1. Bahasa
Secara bahasa, kata wali ( ‫)ولككككككي‬
bermakna al-qurbu (‫ )القَمحرمب‬yaitu kedekatan,
an-nushrah (َ‫صككعرة‬ ‫ )النن ح‬: pembelaan dan al-
mahabbah (‫ )العمعحبَبة‬kecintaan.
Al-Fairuz Abadi menyebutkan bahwa
makna kata wali adalah ad-dunuw (‫)الككندمنو‬
yang artinya condong atau mendekat.
2. Istilah
Sedangkan secara istilah, wali nikah
adalah :
‫تممن تلده عولتتيِدة توتل مو تتتورلىَ املتعمقتد تغميِدرهد عبإعمذعنعه‬
Orang yang memiliki wilayah atau melaksanakan akad atas
orang lain dengan seizinya.

Dalam akad nikah, seorang wanita


tidak melakukan ijab qabul, melainkan
dilakukan oleh wali dari wanita tersebut.
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 2 Bab 2 : Wali Nikah

Dalam fiqih, istilah wali memang


banyak digunakan dengan berbagai
makna dan pengertian yang berbeda,
sesuai dengan bab dan pembahasannya.
 Wali bisa bermakna pemimpin suatu
negara atau wilayah pemerintahan.
 Wali juga bisa bermakna pribadi atau
orang yang dekat kepada Allah, yang
umumnya disebut dengan waliyullah.
 Wali juga bisa bermakna orang yang
bertanggung-jawab atas
pemeliharaan anak yatim, anak
terlantar, atau juga orang yang
bertanggung-jawab atas orang lain.
 Wali juga bisa bermakna orang yang
diserahkan tanggung-jawab untuk
mengelola harta, baik milik anak
yatim atau harta wakaf.
B. Wali Sebagai Rukun Nikah
1. Jumhur Ulama
Jumhur ulama seperti mazhab Al-
Malikiyah, Asy-Syafi'iyah, Al-Hanabilah
dan dilengkapi dengan mazhab Adz-
Dzahiriyah sepakat untuk menjadikan
posisi wali sebagai salah satu rukun dari
rukun-rukun sebuah akad nikah. Dan
bahwa tanpa adanya wali, maka sebuah
akad pernikahan menjadi tidak sah
hukumnya.
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 2 Bab 2 : Wali Nikah

Apa yang mereka sepakati ini sesuai


dengan pendapat jumhur para shahabat
seperti Umar bin Al-Khattab, Ali bin Abi
Thalib, Ibnu Mas'ud, Ibnu Abbas, Abu
Hurairah, Aisyah ridhwanullahi 'alaihim.
Juga merupakan pendapat dari Said bin
Al-Musayyib, Al-Hasan, Umar bin Abdul
Aziz, Jabir bin Zaid, At-Tsauri, Ibnu Abi
Laila, Inbu Syubrumah, Ibnul Mubarak
dan lainnya.
Keharusan adanya wali menurut
jumhur ulama didasarkan pada banyak
dalil, baik dari Al-Quran maupun dari
Sunnah, antara lain firman Allah SWT :

‫ي َسحلت َيسكمؤءمكنوُاس‬ ‫ء‬ ‫ء‬


‫سول َتكسمنككحوُا َالمكممشءرك س‬
Janganlah kamu menikahkan orang-orang musyrik hingga
mereka beriman. (QS. Al-Baqarah : 221)

Ayat ini mengisyaratkan bahwa dalam


sebuah pernikahan itu ada wali yang
kedudukannya menikahkan seorang
wanita dan bukan wanita itu yang
menikahkan dirinya sendiri.
Di samping itu ada sabda Rasulullah
SAW yang menegaskan bahwa menikah
tanpa izin dari wali adalah perbuatan
mungkar dan pelakunya bisa dianggap
berzina.
‫ت َبءغس مءيسس َإءمذءن َسولءينسسهسساَ َفسنءسكاَكحسهسساَ َسباَءطسقل َفسنءسكاَكحسهسساَ َسباَءطسقل‬ ‫ء د‬
‫أسضيسسساَ َاممسسرأسة َنسسكسحس م‬
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 2 Bab 2 : Wali Nikah

َ‫ َفسسءإمن َسدسخسسل َءبسساَ َفسسلسسهساَ َاسلمسممهسكر َءبسساَ َاءمسستَسسحلل َءمسمن َفسسمرءجسهسا‬.‫فسنءسكاَكحسهاَ َسباَءطسقل‬
‫ل َسممن َل َسوء ل‬
‫ل َلسهك‬ ‫فسءإءن َامشتَسسجكروا َسفاَلضسملسطاَكن َسوء ض‬
Dari Aisyah ra berkata bahwa Rasulullah SAW
bersabda,"Siapapun wanita yang menikah tanpa izin walinya
maka nikahnya itu batil, nikahnya itu batil dan nikahnya itu
batil. Jika (si laki-laki itu) menggaulinya maka harus
membayar mahar buat kehormatan yang telah
dihalalkannya. Dan bila mereka bertengkar, maka Sulthan
adalah wali bagi mereka yang tidak punya wali. (HR. Ahmad,
Abu Daud, Tirmizi dan Ibnu Majah.)

‫سل َنءسكاَسح َءإل َبءسوُء ل‬


‫ل‬
Dari Abi Buraidah bin Abi Musa dari Ayahnya berkata bahwa
Rasulullah SAW telah bersabda,"Tidak ada nikah kecuali
dengan wali". (HR Ahmad dan Empat)

Di dalam hadits yang lain juga


disebutkan :
َ َ‫سل َتكسسزنوكج َالمرأسكة َنسسمفسسسهاَ َفسءإلن َاللزانءيسسة َءهسيِ َالءت َتسسسزنوكج َنسسمفسسسها‬
Dari Abi Hurairah radhiyallahu'anhu bahwa Rasulullah SAW
bersabda,"Janganlah seorang wanita menikahkan dirinya
sendiri. Wanita pezina itu adalah wanita yang menikahkan
dirinya sendiri. (HR. Ad-Daruquthny)
Dari Al-Hasan dari Imran marfu'an,"Tidak ada nikah kecuali
dengan wali dan dua saksi".(HR Ahmad).

Sedangkan Abdullah bin Abbas


berfatwa :
‫ل َسوسشاَءهسدا َسعمددل‬
‫ َاللزموكج َسوسوء ض‬:‫ضمركه َأسمربسسسعقة َفسسكهسوُ َءسسفاَقح‬ ‫ء‬
‫ككضل َنكاَسدح َ سمل َ سمي ك‬
Semua pernikahan yang tidak menghadirkan empat pihak
maka termasuk zina : suami, wali dan dua saksi yang adil.
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 2 Bab 2 : Wali Nikah

2. Abu Hanifah
Sedangkan pendapat yang
kontrovesial adalah pendapat Abu
Hanifah yang menyebutkan bahwa wali
tidak termasuk rukun nikah, melainkan
menjadi syarat dalam rukun nikah.
Pendapat ini merupakan pendapat
yang asing dan menyendiri serta tidak
lazim dipegang oleh para jumhur ulama,
mengingat begitu banyaknya dalil yang
mengharuskan adanya wali dalam
sebuah akad nikah.
Namun bila kita teliti secara lebih
dalam, apa kira-kira dalil yang mereka
kemukakan, maka mereka
mengemukakan beberapa dalil, di
antaranyanya firman Allah SWT yang
mengisyaratkan adanya wanita yang
menikahkan diri mereka sendiri, setelah
kematian suaminya :

‫صس سسن َبءسأنكفءسس سءهلن َأسمربسسسعس سةس‬ ‫ء‬ ‫ء‬


‫سوالس سذيسن َيسكتَسسسوُفلس سموُسن َمنككس سمم َسويسس سسذكروسن َأسمزسواججس سساَ َيسستَسسسربل م‬
‫ل َكجنسسساَسح َسعلسميكك سمم َءفيسمسساَ َفسسسعمل سسن َءف س‬ ‫أسمش سكهدر َسوسعمش سجرا َفسسءإسذا َبسسلسمغ سسن َأسسجلسكه سلن َفس س‬
‫ء‬ ‫ء‬ ‫ء‬ ‫ء ء‬
‫سأنكفسءهلن َباَلمسممعكروف َسواللنكه َبساَ َتسسمعسمكلوُسن َسخبيق‬
Orang-orang yang meninggal dunia di antaramu dengan
meninggalkan isteri-isteri menangguhkan dirinya empat
bulan sepuluh hari. Kemudian apabila telah habis 'iddahnya,
maka tiada dosa bagimu membiarkan mereka berbuat
terhadap diri mereka menurut yang patut. Allah mengetahui
apa yang kamu perbuat. (QS. Al-Baqarah : 234)
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 2 Bab 2 : Wali Nikah

Yang dimaksud dengan membiarkan


mereka berbuat terhadap diri mereka
adalah menikah dengan suami baru. Dan
kesan yang kuat dalam ayat itu adalah
bahwa para janda itu menikahkan diri
mereka sendiri, tanpa keikut-sertaan
wali.
Dan isyarat Quran ini mereka kuatkan
dengan hadits Nabi SAW :
َ َ‫السنكي َأسسحضق َءبنسسمفءسسهاَ َءممن َسولءينسسها‬
Dari Ibnu Abbas radhiyallahuanhu bahwa Rasulullah SAW
bersabda,"Para janda lebih berhak atas diri mereka". (HR.
Tirimizy : hasan sahih)

َ‫صممتَكسسهاَ َإءقمسسراكرسها‬ ‫ء‬ ‫ل َسمسع َالثلسين ء‬ ‫ َلسي ء‬


‫ب َأسممقر َسوالميستَيسمكة َتكمستَسأمسمكر َسو س‬ ‫س َلملسوُء ن‬
‫م س‬
Dari Ibnu Abbas radhiyallahuanhu bahwa Rasulullah SAW
bersabda, “Seorang wali tidak memiliki kuasa memaksa
terhadap seorang janda, dan seorang wanita yatim dimintai
pertimbangannya, dan diamnya adalah persetujuannya. (HR.
Abu Daud dan An-Nasa'i)

C. Peran Wali Dalam Ijab Qabul


Dengan menafikan pendapat Abu
Hanifah, sesungguhnya dalam sebuah
akad nikah, peran wali dari pengantin
wanita tidak tergantikan. Dalam akad
nikah, seorang wanita tidak melakukan
ijab qabul, melainkan dilakukan oleh wali
dari wanita tersebut. Dan tidak bisa
terbayangkan ada sebuah pernikahan,
kecuali dengan adanya wali.
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 2 Bab 2 : Wali Nikah

Sebab ijab dalam akad nikah itu


sesungguhnya dibaca atau disebutkan
oleh seorang wali, dimana dia
berkata,"Aku nikahkan engkau dengan
puteriku . . . ".
Seandainya tidak ada orang yang
bertindak sebagai wali, maka bunyi
lafadz ijab itu menjadi tidak jelas. Apakah
pengantin perempuan yang harus
mengucapkan,"Aku nikahkah diriku
sendiri dengan engkau wahai calon
suamiku . . .".
Maka dalam akad nikah mutlak
diperlukan wali, karena sebuah akad itu
terdiri dari ijab dan qabul. Dimana lafadz
ijab diucapkan oleh wali, sedangkan
qabul diucapkan oleh suami.
Sedangkan seorang laki-laki ketika
menikah, tidak membutuhkan wali.
Dirinya sendiri yang menjawab atau
mengiyakan (mengabulkan) ijab yang
diucapkan oleh wali dari calon istrinya.
D. Syarat Sah Wali
Agar akad nikah menjadi sah
hukumnya, maka yang bertindak sebagai
wali harus memenuhi beberapa
persyaratan, antara lain :
1. Laki-laki
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 2 Bab 2 : Wali Nikah

Pada hakikatnya seorang wali itu


berfungsi sebagai pemimpin atau orang
yang berkuasa bagi orang diwalikannya.
Maka syarat utama sebagai wali harus
seorang laki-laki, apa pun hubungannya
dengan wanita yang dinikahkannya.
Bahkan jalur perwalian itu hanya
datang dari jalur ayah, baik kakek,
saudara, paman, keponakan atau pun
sepupu. Tidak ada jalur wali dari keluarga
ibu.
2. Kesamaan Agama
Syarat ini seringkali juga disebutkan
sebagai ittifaq ad-din (ْ‫)إإتدفعككككاق الككككددحين‬, yaitu
kesamaan agama antara wanita dengan
walinya.
Maksudnya, bila agama wanita itu
Islam, maka walinya harus juga seorang
muslim. Sebaliknya, bila agama wanita
itu bukan Islam, maka walinya harus
yang juga bukan muslim. Wanita muslim
tidak sah menikah dengan wali non-
muslim, sebagaimana wanita non-muslim
juga tidak sah menikah dengan wali
muslim.
Dalil haramnya seorang kafir
menikahkan anaknya yang muslimah
adalah ayat Quran berikut ini :
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 2 Bab 2 : Wali Nikah

‫ي َسسءبيلج‬ ‫ءء‬ ‫ء ء‬
‫سوسلن َ سميسعسل َاللنهك َلملسكاَفءريسن َسعسلىَ َالمكممؤمن س‬
Dan Allah sekali-kali tidak akan memberi jalan kepada orang-
orang kafir untuk memusnahkan orang-orang yang beriman.
(QS. An-Nisa : 141)

Termasuk ke dalam kategori kafir


adalah orang yang tidak percaya kepada
adanya Allah SWT (atheis).
Namun keharusan ini tidak berlaku
bila yang menjadi wali adalah
pemerintah. Dalam hal ini, dibenarkan
bila seorang wanita non muslim yang
sudah tidak punya siapapun wali atasnya
untuk dinikahkan dengan wali hakim,
dimana wali hakim itu beragama Islam.
3. Berakal
Berakal, maka seorang yang kurang
waras atau idiot atau gila tidak sah bila
menjadi wali bagi anak gadisnya, atau
buat wanita yang dinikahkannya.
4. Baligh
Maka seorang anak kecil yang belum
pernah bermimpi atau belum baligh,
tidak sah bila menjadi wali bagi saudara
wanitanya atau anggota keluarga
lainnya.
5. Merdeka
Dengan demikian maka seorang
budak tidak sah bila menikahkan
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 2 Bab 2 : Wali Nikah

anaknya atau anggota familinya, meski


pun beragama Islam, berakal, baligh.
6. Al-Adalah
Istilah al-adalah (‫ )العععدالككة‬adalah lawan
dari fasik, sering dimaksudkan dengan
orang yang punya kepribadian yang
terjaga dalam koridor agama dan
syariah, dimana dia menjalankan semua
kewajiban syariat dan tidak melakukan
dosa-dosa besar yang membawanya
kepada kefasikan. Para ulama berbeda
pendapat tentang syarat al-adalah ini,
apakah menjadi syarat seorang wali atau
tidak.
a. Syarat Wali
Dalam pandangan mazhab Asy-
Syafi’iyah dan Al-Hanabilah, al-adalah
menjadi syarat sah bagi wali ketika
menikahkan puterinya. Sehingga orang
yang fasik seperti berzina, minum
khamar, durhaka para orang tua dan
semua perbuatan dosa besar lainnya,
tidak sah menikahkan. Dasarnya adalah
sabda Rasulullah SAW :
‫ل َكممرءشدد‬ ‫سل َنءسكاَح َإء ل ء‬
‫ل َبءسشاَهسديِ َسعمددل َسوسوء ل‬ ‫س‬
Dari Jabir radhiyallahuanhu,"Tidak sah sebuah pernikahan
kecuali dengan dua orang saksi yang adil dan wali yang
mursyid". (HR. Ahmad)
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 2 Bab 2 : Wali Nikah

Hadits yang digunakan oleh kedua


mazhab ini adalah hadits dengan
tambahan kata mursyid. Maksudnya al-
adalah atau bukan wali yang fasik.
Namun ada beberapa catatan dalam hal
ini :
 Syarat ini tidak berlaku bagi wali
yang mana dia adalah penguasa
(sultan).
 Yang menjadi ukuran hanya yang
terlihat secar a nyata saja.
Sedangkan orang yang fasik pelaku
dosa besar, bila dia
menyembunyikan perbuatannya
sehingga tidak ada orang yang tahu,
tidak mengapa untuk menjadi wali.
 Al-Baghawi mengatakan apabila
pada saat itu wali yang fasik itu
langsung bertaubah, maka dia boleh
menjadi wali. Meskipun Ibnul Muqri
menentang hal ini dengan
mengatakan bahwa meskipun dia
bertaubat saat itu, tetap masih
belum boleh menjadi wali.
b. Bukan Syarat Wali
Sedangkan dalam kedua mazhab
lainnya yaitu mazhab Al-Hanafiyah dan
Al-Malikyah, al-adalah tidak dijadikan
sebagai syarat sahnya seorang wali
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 2 Bab 2 : Wali Nikah

nikah. Maka seorang yang fasik boleh


dan sah ketika menikahkan puterinya.
Dalilnya adalah hadits yang sama
juga, tetapi dengan jalur riwayat yang
berbeda dengan redaksi yang juga
berbeda :
Selain itu wali yang fasik ini juga tetap
berhak mendapatkan harta warisan atau
memberikan harta warisan kepada ahli
warisnya. Tidak ada syarat harus punya
sifat al-adalah.
E. Urutan Wali
Urut-urutan wali berbeda-beda dalam
tiap mazhab. Berikut adalah urutan wali
berdasarkan masing-masing mazhab.
1. Mazhab Al-Hanafiyah
Di dalam mazhab Al-Hanafiyah,
urutan wali sebagai berikut : 1
a. Anak Laki-laki
Mazhab Al-Hanafiyah lebih
mendahulukan anak laki-laki sebagai wali
ketimbang ayah kandung. Dalam
kenyataannya, hal ini baru mungkin
terjadi bagi kasus seorang wanita janda
yang sudah punya anak, lalu ingin
menikah lagi.
Pada saat itu, yang lebih utama untuk
1 Al-Mausuah Al-Fiqhiyah Al-Kuwaitiyah jilid 41 hal. 275
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 2 Bab 2 : Wali Nikah

menjadi wali adalah anak laki-lakinya


ketimbang ayahnya.
b. Cucu Laki
Berada pada urutan kedua adalah
cucu laki-laki, yaitu anak laki-laki dari
anak laki-laki.
c. Ayah
Posisi ayah kandung pada urutan wali
dalam mazhab Al-Hanafiyah berada
setelah anak dan cucu.
d. Kakek (Ayahnya Ayah)
Posisi berikutnya setelah posisi ayah
sesuai dengan alurnya, yaitu ayahnya
ayah alias kakek.
e. Saudara Seayah seibu (Akh
Syaqiq)
Setelah ayah dan kakek tidak ada,
maka yang berada pada urutan wali
berikutnya adalah akh syaqiq.
Maksudnya saudara laki-laki yang se-
ayah dan se-ibu.
f. Saudara Seayah (Akh li Ab)
Bila saudara laki-laki yang se-ayah
dan se-ibu tidak ada, maka urutan
berikutnya adalah saudara laki-laki yang
se-ayah saja tetapi tidak seibu. Dalam
bahasa sehari-hari kita sering menyebut
dengan saudara tiri, karena lain ibu.
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 2 Bab 2 : Wali Nikah

g. Keponakan (Ibn Akh Syaqiq)


Bila kedua saudara laki-laki di atas
tidak ada, maka yang berada pada posisi
berikutnya adalah anak laki-laki mereka.
Urutannya tentu dari anak laki dari
saudara laki yang se-ayah dan se-ibu.
h. Keponakan (Ibn Akh li Ab)
Kemudian disusul pada posisi
berikutnya adalah anak laki dari saudara
pengantin perempuan, yang se-ayah saja
tidak se-ibu.
i. Paman (Am Syaqiq)
Posisi berikutnya diisi oleh am syaqiq.
Maksudnya adalah paman, yaitu saudara
laki-laki ayah dari pengantin perempuan.
Syaqiq bermakna se-ayah dan se-ibu.
j. Paman (Am li Ab)
Bila paman yang se-ayah dan se-ibu
tidak ada, posisi berikutnya adalah
paman yang se-ayah saja tidak se-ibu.
k. Sepupu (Ibn Am Syaqiq)
Bila kedua paman di atas tidak ada,
posisi berikutnya adalah anak laki-laki
mereka. Atau dengan kata lain adalah
saudara sepupu dari pihak pengantin
wanita. Ketentuannya, sepupu laki-laki
lewat jalur paman dari pihak ayah.
Diawali dengan sepupu yang
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 2 Bab 2 : Wali Nikah

hubungan ayahnya dengan ayah


pengantin perempuan sebagai saudara
se-ayah dan se-ibu.
l. Sepupu (Ibn am li ab)
Disusul kemudian dengan sepupu
yang ayahnya dengan ayah kandung
pengantin perempuan sebagai saudara
se-ayah tetapi tidak se-ibu.
m. Seterusnya
Sebenarnya daftar urutan wali ini
masih panjang lagi, namun kurang visible
kalau ditulis lagi.
Mereka adalah :
 am ab, yaitu pamannya ayah.
 ibn am ab, yaitu anak dari
pamannya ayah.
 am jad, yaitu pamannya kakek
 ibn am jad, yaitu anaknya
pamannya kakek. Dan demikian
seterusnya.
n. Mu'tiq
Mu'tiq adalah orang yang
membebaskan dari perbudakan.
Wujudnya sudah tidak ada lagi di masa
sekarang.
Untuk mudahnya mari kita letakkan
masing-masing wali itu dalam diagram,
seperti di bawah ini :
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 2 Bab 2 : Wali Nikah

2. Mazhab Al-Malikiyah

3. Mazhab Asy-Syafi'iyah
Dalam mazhab As-Syafi'iyah, urutan
wali adalah sebagai berikut :
a. Ayah Kandung
Wali yang asli dan sesungguhnya
tidak lain adalah ayah kandung seorang
wanita yang secara nasab memang sah
sebagai ayah kandung.
Sebab bisa jadi secara biologis
seorang laki-laki menjadi ayah dari
seorang anak wanita, namun karena
anak itu lahir bukan dari perkawinan
yang syah, maka secara hukum tidak sah
juga kewaliannya.
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 2 Bab 2 : Wali Nikah

b. Kakek
Dalam kasus ayah kandung tidak ada,
entah hilang, wafat atau tidak memenuhi
syarat sebagai wali, maka duduk pada
urutan berikutnya adalah ayahnya ayah
atau kakek.
Perlu dicatat bahwa kakek yang
merupakan ayahnya ibu bukan termasuk
wali nikah bagi seorang anak perempuan.
c. Saudara Se-ayah dan Se-ibu
Yang dimaksud dengan saudara disini
adalah saudara laki-laki dari pengantin
perempuan, baik posisi saudara itu
sebagai kakak atau sebagai adik.
Ada dua macam saudara dalam hal
ini, yaitu saudara seayah dan seibu dan
saudara yang hanya seayah tetapi tidak
seibu. Bila ada saudara seayah dan
seibu, maka dia didahulukan sebagai
wali.
d. Saudara Se-ayah Tidak Seibu
Sedangkan saudara yang hanya
seayah saja tapi lain ibu, didudukkan
pada posisi di belakangnya. Saudara
seayah saja seringkali disebut dengan
saudara tiri.
Tetapi terkadang saudara tiri itu rancu
dengan saudara seibu tapi tidak seayah,
yang bukan termasuk orang yang berhak
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 2 Bab 2 : Wali Nikah

menjadi wali. Karena itu Penulis lebih


suka menyebutnya saudara seayah tidak
seibu.
e. Keponakan dari saudara yang se-
ayah dan se-ibu
Keponakan disini harus laki-laki dan
merupakan anak dari saudara laki-laki.
Sedangkan keponakan perempuan tidak
memenuhi syarat sebagai wali. Demikian
juga keponakan laki-laki dari saudari
perempuan, juga tidak memenuhi syarat
sebagai wali.
Sebagaimana saudara di atas, ada
yang seayah-seibu dan ada yang hanya
seayah tidak seibu, maka demikian juga
berlaku dengan anak-anak laki mereka.
Islam mendahulukan wali dari
keponakan yang merupakan anak laki-
laki dari saudara laki-laki yang posisinya
dengan ayah adalah saudara seayah
seibu.
f. Keponakan dari dari saudara yang
se-ayah saja
Sedangkan keponakan yang
merupakana anak laki-laki dari saudara
laki-laki ayah yang hanya seayah saja
tapi tidak seibu, duduk pada urutan
berikutnya.
g. Paman
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 2 Bab 2 : Wali Nikah

Yang dimaksud dengan paman adalah


saudara laki-laki ayah bagi pengantin
wanita, baik lebih muda (adiknya ayah)
atau pun lebih tua (kakaknya ayah).
Sedangkan paman yang merupakan
saudara laki-laki dari ibu, bukan
termasuk wali.
h. Anak Paman
Urutan paling akhir dari para wali
adalah anak laki-laki dari paman, atau
anak laki-laki dari saudara laki-laki ayah.
Posisi ini sering disebut sebagai sepupu
atau saudara misan.
Daftar urutan wali di atas tidak boleh
dilangkahi atau diacak-acak. Sehingga
bila ayah kandung masih hidup, maka
tidak boleh hak kewaliannya itu diambil
alih oleh wali pada nomor urut
berikutnya.Kecuali bila pihak yang
bersangkutan memberi izin dan haknya
itu kepada mereka.
Penting untuk diketahui bahwa
seorang wali berhak mewakilkan hak
perwaliannya itu kepada orang lain,
meski tidak termasuk dalam daftar para
wali. Hal itu biasa sering dilakukan di
tengah masyarakat dengan meminta
kepada tokoh ulama setempat untuk
menjadi wakil dari wali yang syah. Dan
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 2 Bab 2 : Wali Nikah

untuk itu harus ada akad antara wali dan


orang yang mewakilkan.
Dalam kondisi dimana seorang ayah
kandung tidak bisa hadir dalam sebuah
akad nikah, maka dia bisa saja
mewakilkan hak perwaliannya itu kepada
orang lain yang dipercayainya, meski
bukan termasuk urutan dalam daftar
orang yang berhak menjadi wali.
Sehingga bila akad nikah akan
dilangsungkan di luar negeri dan semua
pihak sudah ada kecuali wali, karena dia
tinggal di Indonesia dan kondisinya tidak
memungkinkannya untuk ke luar negeri,
maka dia boleh mewakilkan hak
perwaliannya kepada orang yang sama-
sama tinggal di luar negeri itu untuk
menikahkan anak gadisnya.
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 2 Bab 2 : Wali Nikah

Namun hak perwalian itu tidak boleh


dirampas atau diambil begitu saja tanpa
izin dari wali yang sesungguhnya. Bila hal
itu dilakukan, maka pernikahan itu tidak
sah dan harus dipisahkan saat itu juga.
F. Wali Hakim
Istilah wali hakim sering kali dipahami
secara keliru oleh masyarakat awam.
1. Salah Kaprah
Ketika ayah kandung dari pengantin
perempuan tidak mau menikahkan
anaknya, biasanya kalau tetap nekat
mau menikah juga, muncul kemudian
tokoh 'wali hakim'.
Sayangnya, 'wali hakim' yang
dimaksud ternyata tidak sesuai dengan
ketentuan syariah Islam. Karena siapa
saja dianggap bisa menjadi wali.
Dan biasanya, tokoh-tokoh agama
semacam ustadz, kiyai, muballigh,
penceramah, sesepuh, bahkan pimpinan
pondok pesantren, ormas dan kelompok
pengajian yasinan, majelis dzikir dan
seterusnya.
Praktek seperti ini sudah terlanjur
menjadi kebiasaan di tengah masyarakat,
seolah-olah 'wali hakim' bisa
mengesahkan sebuah pernikahan begitu
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 2 Bab 2 : Wali Nikah

saja.
2. Pengertian Hakim
Padahal yang dimaksud dengan hakim
tidak lain adalah penguasa yang sah,
dalam hal ini adalah kepala negara atau
kepala pemerintahan. Sebagaimana
sabda Rasulullah SAW :

‫ل َسممن َل َسوء ل‬
‫ل َلسهك‬ ‫سفاَلضسملسطاَكن َسوء ض‬
Dari Aisyah radhiyallahuanha berkata bahwa Rasulullah
SAW bersabda,"Sulthan adalah wali bagi mereka yang tidak
punya wali. (HR. Ahmad, Abu Daud, Tirmizi dan Ibnu Majah)

Di masa nabi, yang menjadi sultan


tidak lain adalah Rasulullah SAW sendiri.
Di masa khulafaurrasyidin, yang menjadi
sultan adalah Abu Bakar, Umar, Utsman
dan Ali ridhwanullahi'alaihim.
Dan begitulah yang berlaku pada
masa-masa selanjutnya, yang secara sah
diberikan kewenangan dan otoritas
menjadi wali bagi wanita yang tidak
punya wali adalah para khalifah dan
sultan.
Untuk ukuran negara Indonesia saat
ini, yang Allah SWT berikan wewenang
dan hak menjadi wali tidak lain adalah
Presiden Republik Indonesia. Kalau
Soekarno yang jadi presiden, maka dia
itulah yang berhak menjadi wali.
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 2 Bab 2 : Wali Nikah

Demikian juga dengan presiden-presiden


berikutnya, seperti Soeharto, Habibie,
Gusdur, Megawati, SBY dan siapa pun
yang nantinya akan menjabat.
Para presiden ini kemudian berhak
menunjuk atau mengangkat secara resmi
para pembantu dalam melaksanakan
tugasnya. Dan khusus untuk masalah
menjadi wali nikah ini, yang biasanya
diberikan wewenang adalah Menteri
Agama Republik Indonesia.
Lalu Menteri mengangkat wakil-
wakilnya di berbagai propinsi, kabupaten
dan kecamatan, yaitu para pimpinan
Kantor Wilayah (kanwil), Kantor Daerah,
hingga Kantor Urusan Agama (KUA).
Demikian hal itu disusun secara resmi
hingga pada tingkat yang paling bawah,
yaitu orang-orang yang diangkat secara
resmi menjadi petugas di kantor KUA di
tiap kecamatan.
Maka kesimpulannya, yang dimaksud
dengan wali hakim tidak lain adalah para
petugas resmi di Kantor Urusan Agama
(KUA).
4. Selain Sultan Haram Menikahkan
Hak dan wewenang memang Allah
SWT berikan kepada para penguasa
negeri alias sultan. Dan hal itu
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 2 Bab 2 : Wali Nikah

sebagaimana hak yang Allah berikan


untuk melaksanakan pengadilan dan
menjatuhkan vonis pada hukum jinayat
dan hudud.
Selain penguasa yang sah, tidak boleh
ada pihak-pihak tertentu, walaupun
termasuk tokoh yang terpandang, untuk
bertindah sebagai wali bagi wanita tanpa
wali. Dia tidak boleh menikahkan, karena
dia tidak punya hak dan wewenang dari
Allah SWT.
Apabila ketentuan ini dilanggar, tentu
saja berdosa, bahkan termasuk dosa
besar.
Pada dasarnya menikahkan seorang
wanita dengan laki-laki berarti
menghalalkan kemaluannya. Padahal
urusan kemaluan wanita ini sangat
esensial dan prinsipil, tidak boleh
digampangkan.
Di dalam kaidah fiqih disebutkan
bahwa hukum dasar dari kemaluan
wanita adalah haram.
‫صدلِ فيع التمبضاَ تعع الرتمحعريِم‬
‫ال ت م‬
Hukum asal dari kemaluan wanita adalah haram

Dan sesuatu yang telah Allah


haramkan tidak akan berubah jadi halal,
kecuali lewat ketentuan ketat yang telah
Allah tetapkan. Dan ketentuan itu hanya
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 2 Bab 2 : Wali Nikah

lewat pernikahan sah, dimana ayah


kandung sebagai satu-satunya orang
yang berhak menikahkan anak gadisnya.
Dan hak itu tidak boleh diambil atau
dirampas begitu saja oleh siapa pun,
kecuali memang melewati prosedur yang
dibenarkan dalam syariah.
Salah satu prosedurnya adalah lewat
penguasa atau sultan yang resmi dan sah
secara hukum syariat Islam.
Bila ada pihak-pihak yang mengambil-
alih wewenang ayah kandung sebagai
wali, lalu menikahkan wanita tanpa
wewenang yang sah, maka orang itu
jelas telah berdosa besar, karena
menghalalkan zina.
Bahkan kalau kita telaah lebih dalam,
dosanya lebih besar dari orang yang
berzina di tempat pelacuran. Kok bisa
begitu?
Karena laki-laki hidung belang yang
datang ke tempat pelacuran tetap
mengetahui bahwa apa yang
dilakukannya itu dosa. Makanya setiap
pelaku zina itu pasti punya niat kecil
dalam dirinya untuk suatu hari akan
berhenti.
Berbeda dengan kiyai gadungan yang
menikahkan wanita secara sembarangan,
dia telah menghalalkan zina secara
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 2 Bab 2 : Wali Nikah

abadi. Pasangan yang dinikahkan secara


haram itu akan melakukan hubungan
zina setiap kali mereka berhubungan.
Coba silahkan hitung sendiri berapa kali
mereka berzina dalam hidupnya.
Dan semua itu terjadi begitu saja,
tanpa mereka ketahui bahwa perbuatan
itu tidak lain adalah zina yang telah Allah
haramkan. Namun mata mereka tertutup,
karena mereka merasa sudah mendapat
jaminan kehalalan lewat kiyai dan tokoh
gadungan yang menghalalkan zina.
Kalau nanti di akhirat ada antrian
masuk neraka, para tokoh kiayai
gadungan inilah yang berada pada
urutan pertama. Sebab mereka telah
memutar-balik hukum Allah yang sudah
jelas-jelas haram menjadi halal dengan
seenaknya. Dan semua terjadi karena
kebodohan serta kejahilan yang berlipat
ganda.
G. Wali 'Adhal
Seorang ayah kandung yang tidak
mau menikahkan anak gadisnya disebut
dengan waliyul adhal, yaitu wali yang
menolak menikahkan.
Dalam kondisi yang memaksa dan
tidak ada alternatif lainnya, seorang
hakim mungkin saja menjadi wali bagi
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 2 Bab 2 : Wali Nikah

seorang wanita. Misalnya bila ayah


kandung wanita itu menolak menikahkan
puterinya sehingga menimbulkan
mudharat. Istilah yang sering dikenal
adalah wali 'adhal.
Namun tidak mudah bagi seorang
hakim ketika memutuskan untuk
membolehkan wanita menikah tanpa wali
aslinya atau ayahnya, tetapi dengan wali
hakim. Tentu harus dilakukan
pengecekan ulang, pemeriksaan kepada
banyak pihak termasuk juga kepada
keluarganya dan terutama kepada ayah
kandungnya.
Dan untuk itu diperlukan proses yang
tidak sebentar, karena harus melibatkan
banyak orang. Juga harus didengar
dengan seksama alasan yang melatar-
belakangi orang tuanya tidak mau
menikahkannya.
Sehingga pada titik tertentu dimana
alasan penolakan wali 'adhal itu memang
dianggap mengada-ada dan sekedar
menghalangi saja, bolehlah pada saat itu
hakim yang sah dari pengadilan agama
yang resmi memutuskan untuk
menggunakan wali hakim. Misalnya
untuk menghindari dari resiko zina yang
besar kemungkinan akan terjadi,
sementara ayah kandung sama sekali
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 2 Bab 2 : Wali Nikah

tidak mau tahu.


Tetapi sekali lagi, amat besar
tanggung-jawab seorang hakim bila
sampai dia harus mengambil-alih
kewalian wanita itu. Dan tentu saja
keputusan ini harus melalui proses yang
sah dan resmi menurut pengadilan yang
ada. Bukan sekedar hakim-hakiman
dengan proses kucing-kucingan.


Bab 3 : Saksi Nikah

A. Pengertian
Adanya persaksian di dalam sebuah
akad nikah disebut al-isyhad (‫)الشإهاد‬. Asal
katanya dari fi’il madhi : asyhada-
yusyhidu-isyhadan (‫)أشإككككككككهد يشككككككككهد إشإككككككككهادأ‬.
Sedangkan orang yang menjadi saksi
dalam bahasa Arab disebut syahid ( ‫)شإاهد‬,
dan karena minimal harus ada dua orang,
sebutannya yang lebih populer adalah
syahidain (ْ‫)شإاهدين‬.
B. Masyru’iyah
Rukun nikah yang kedua adalah harus
adanya saksi. Sebuah pernikahan tidak
sah bila tidak disaksikan oleh saksi yang
memenuhi syarat.
Maka sebuah pernikahan siri yang
tidak disaksikan jelas diharamkan dalam
Islam. Dalilnya secara syarih disebutkan
oleh Khalifah Umar radhiyallahuanhu.
Dari Abi Zubair Al-Makki bahwa Umar
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 2 Bab 3 : Saksi Nikah

bin Al-Khattab radhiyallahuanhu ditanya


tentang menikah yang tidak disaksikan
kecuali oleh seorang laki-laki dan
seorang wanita. Maka beliau berkata :
Ini adalah nikah sirr, aku tidak membolehkannya. Bila kamu
menggaulinya pasti aku rajam. (HR. Malik dalam Al-
Muwaththa')

C. Syarat Dasar
Mirip dengan syarat sebagai wali,
untuk bisa dijadikan sebagai saksi, maka
seseorang harus memiliki kriteria antara
lain seorang mukallaf, yaitu beragama
Islam, 'aqil, baligh. Selain itu juga harus
punya sifat al-‘adalah, jumlahnya
minimal dua orang, dimana keduanya
berjenis kelamin laki-laki, serta orang
yang merdeka dan bukan budah atau
hamba sahaya.
Kesemuanya menjadi syarat yang
paling mendasar dari syarat-syarat yang
harus terdapat pada diri para saksi dari
sebuah akad nikah. Dan kalau kita rinci
satu persatu, penjelasan dari syarat
dasar ini sebagai berikut :
1. Beragama Islam
Mazhab Al-Hanafiyah, Al-Malikiyah,
Asy-Syafi’iyah dan Al-Hanabilah sepakat
mengatakan bahwa syarat yang paling
utama dari saksi sebuah akad nikah
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 2 Bab 3 : Saksi Nikah

adalah keislaman para saksi. Orang-


orang yang menjadi saksi itu haruslah
beragama Islam, setidaknya secara
formal.
Sebuah pernikahan tidak akan terjadi
manakala disaksikan oleh orang yang
bukan muslim. Karena orang-orang non
muslim bukan termasuk ahli wilayah.
Dasar ketentuan bahwa saksi
haruslah beragama Islam adalah firman
Allah SWT dan juga sabda Nabi SAW :

‫ي َسسءبيلج‬ ‫ءء‬ ‫ء ء‬
‫سولسمن َ سميسعل َاللكه َلملسكاَفءريسن َسعسلىَ َالمكممؤمن س‬
Dan Allah sekali-kali tidak akan memberi jalan kepada orang-
orang kafir untuk memusnahkan orang-orang yang beriman.
(QS. An-Nisa’ : 141)

‫ل َسوسشاَءهسدميِ َسعمددل‬ ‫سل َنءسكاَسح َإء ل‬


‫ل َبءسوُء ل‬
Tidak sah sebuah pernikahan tanpa wali dan dua orang saksi
yang adil (HR. Ad-Daruquthni dan Al-Baihaqi )

Namun bila pernikahan itu terjadi


antar agama, dimana seorang laki-laki
muslim menikahi wanita ahli kitab yang
memang dihalalkan, ada pendapat yang
membolehkan saksi dari pihak non
muslim. Pendapat itu adalah pendapat
Abu Hanifah dan Abu Yusuf, murid beliau.
Keduanya mendasarkan pada logika
bahwa orang kafir boleh menjadi saksi
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 2 Bab 3 : Saksi Nikah

atas orang kafir juga.1


Namun jumhur ulama seperti mazhab
Asy-Syafi’iyah dan Al-Hanabilah,
termasuk juga Muhammad dan Zufar,
tetap menolak kebolehan orang kafir
menjadi saksi.
Dasar penolakan mereka karena
syarat dari saksi sebagaimana hadits di
atas, mereka harus orang-orang yang
punya kriteria ‘adil (‫)شإككاهدي عككدل‬. Dan yang
dimaksud dengan istilah ‘adil disini
adalah ‘adalatud-din (ْ‫ )عدالة الدين‬orang yang
beragama Islam, bukan adalatu-ta’athi (
‫ )عدالة التعاطي‬atau implementasi ajaran Islam.
Sebab telah menjadi ijma’ di kalangan
mazhab Asy-Syafi’iyah bahwa orang yang
melakukan dosa, kesaksiannya tetap
dapat diterima. Sebaliknya, orang kafir
tidak bisa diterima kesaksiannya.
2. Taklif
Mazhab Al-Hanafiyah, Al-Malikiyah,
Asy-Syafi’iyah dan Al-Hanabilah sepakat
mengatakan bahwa syarat yang kedua
dari saksi adalah taklif. Maksudnya
adalah saksi itu termasuk kriteria
mukallaf, yaitu ‘aqil (berakal) dan baligh.
a. Berakal
Berakal atau ‘aqil adalah orang yang
1 Badai’ush-Shana’i, jilid 2 hal. 253
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 2 Bab 3 : Saksi Nikah

berakal, alias waras dan bukan orang


yang kurang akalnya. Telah disepakati
jumhur ulama bahwa orang gila tidak
pernah bisa diterima kesaksiannya.
Bahkan kalau orang gila melakukan
tindak pidana yang berat seperti
membunuh nyawa orang sekalipun, tetap
tidak bisa dijatuhi hukuman. Kalau ada
orang gila yang bersalah lalu dijatuhi
hukuman, maka yang gila adalah
hakimnya. Sudah tahu orang gila, malah
diladeni.
Ada suatu pertanyaan nakal dari
seorang santri,”Kiyai, bagaimana dengan
pasangan suami istri yang sama-sama
orang gila? Apakah sah bila mereka
menikah dan saksi-saksi semuanya orang
gila?”. Kiyainya sambil bersungut-sungut
menjawab,”Nah, kalau pertanyaan
seperti ini, justru yang bertanya itulah
orang gila”.
b. Baligh
Jumhur ulama sepakat bahwa syarat
saksi sebuah akad nikah haruslah orang
yang sudah baligh. Sedangkan anak yang
belum cukup umur, tidak bisa diterima
kesaksiannya.
Dasarnya adalah firman Allah SWT :
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 2 Bab 3 : Saksi Nikah

‫سوامستَسمشءهكدوا َسشءهيسديمءن َءممن َءرسجاَلءككمم‬


Dan persaksikanlah dengan dua orang saksi dari orang-
orang lelaki. (QS. Al-Baqarah : 282)

Di dalam ayat ini Allah SWT


menggunakan istilah rijal (‫ )رجككككال‬yang
maknanya bukan sekedar berjenis
kelamin laki-laki, tetapi yang lebih kuat
pesannya adalah orang yang sudah
dewasa atau minimal sudah baligh.
Karena makna rijal adalah laki-laki
dewasa. Seorang bayi yang alat
kelaminnya laki-laki tidak pernah disebut
rijal, sebagaimana anak kecil laki-laki pun
juga tidak disapa dengan panggilan rijal.
Kata rijal hanya ditujukan buat laki-laki
yang sudah baligh saja.
Baik orang gila atau pun anak kecil
tidak pernah bisa dijadikan saksi, karena
mereka bukan orang yang berada dalam
kriteria ahli wilayah.
3. Al-'Adalah
Mazhab Al-Hanafiyah, Al-Malikiyah,
Asy-Syafi’iyah dan Al-Hanabilah sepakat
mengatakan bahwa syarat yang ketiga
dari seorang saksi harus memiliki sifat
al-‘adalah.
a. Pengertian
Istilah al-‘adalah dalam bahasa Arab
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 2 Bab 3 : Saksi Nikah

dan istilah ilmu fiqih sangat jauh berbeda


dengan makna kata adil atau keadilan di
dalam istilah bahwa Indonesia. Al-‘adalah
(‫ )العدالككككة‬di dalam bahasa Arab sering
disebutkan sebagai :
‫ععتباَترةد تععن التممعر املدمتتتوسَسعط تبميِتن تطترتفيع العمفتراعط توالرتمفعريِعط‬
Ungkapan atas suatu perkara yang seimbang di antara
berlebihan dan kekurangan.

Sedangkan orang yang adil oleh para


ulama disebutkan definisinya sebagai :
‫تممن تتدكودن تحتستناَدتده تغاَلعتبدة تعتلىَ تسسَيِتئاَعتعه‬
Orang yang kebaikannya lebih dominan dari keburukannya.1

Juga ada definisi lain yang agak


mendekati, misalnya :
‫دهتو دذو املدمدروتءعة تغميِدر املدمرتتهعم‬
Orang yang punya muru’ah dan tidak dalam keadaan
tertuduh2

b. Al-‘Adalah Adz-Dzhahirah
Mazhab Asy-Syafi’iyah dan Al-
Hanabilah menyebutkan bahwa ada dua
jenis al-adalah, yaitu al-‘adalah adz-
dzhahirah (َ‫ )العدالككة الظككاهرة‬dan al-‘adalah al-
bathinah (‫)العدالككة الباطنككة‬. Dan yang dijadikan
syarat dalam urusan saksi nikah
hanyalah yang pertama saja, yaitu
al-‘adalah adz-dzhahirah.
1 Kasysyaf AL-Qinna’ jilid 6 hal. 418
2 Mu’inul Hukkam, hal. 82
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 2 Bab 3 : Saksi Nikah

Lalu apa beda antara keduanya?


Al-‘adalah Adz-dzhahirah (َ‫)العدالكككة الظكككاهرة‬
maksudnya adalah sifat al-‘adalah secara
lahiriyah, yang biasa nampak di mata
orang secara umum, tanpa harus
melakukan pemeriksaan secara
mendetail. Juga tanpa harus ada
pernyataan sifat itu dari seorang ahli
seperti hakim dan sebagainya.
Misalnya seseorang terlihat secara
lahiriyah sebagai muslim yang taat
menjalankan agama, tidak ada nampak
ciri-ciri yang membuat dia tertuduh
sebagai pelaku dosa besar tertentu.
Sebaliknya, yang dimaksud dengan
al-‘adalah al-bathinah (‫ )العدالككة الباطنككة‬adalah
sifat-sifat al-‘adalah yang dilihat secara
lebih teliti dari dalam diri orang tersebut.
Sehingga seseorang yang diam-diam
tanpa diketahui orang telah melakukan
kefasikan, dikatakan tidak memenuhi
syarat al-‘adalah al-bathinah (‫)العدالككة الباطنككة‬.
Walaupun lahiriyahnya seperti orang
baik, tetapi secara di balik tirai, bila ada
kebusukan atau kemaksiatan yang
tersembunyi dan tidak diketahui publik,
maka dikatakan tidak memenuhi syarat.
Pendapat Mazhab Asy-Syafi’iyah dan
Al-Hanabilah yang tidak mensyaratkan
al-‘adalah al-bathinah berangkat dari
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 2 Bab 3 : Saksi Nikah

asumsi dan husnudz-dzhan bahwa pada


dasarnya setiap muslim itu adalah orang
yang memenuhi syarat adil, kecuali bila
terbukti dia melakukan hal-hal yang
menggurkannya. Namun tidak perlu
harus ada pembuktian terbalik.
c. Contoh Sifat Al-Adalah
Sebagian ulama menyebutkan bahwa
yang dimaksud sifat al-'adalah adalah
sifat bebas dari dosa-dosa besar yang
dilakukan dengan terang-terangan.
Di antara contoh dosa-dosa besar
yang disebutkan oleh Rasulullah SAW
adalah seperti hadits berikut ini :
‫ت‬‫ َ َاجتَسنءب وُا َاللس بع َالمموُبءسق اَ ء‬:َ ‫ َقس اَسل‬َ ‫ع س سن َأسءبس سس َهريس س سرسة َع س سن َالنلءبس سس‬
‫مس ك‬ ‫م ك‬ ‫ك سم س س م ن‬ ‫س م‬
‫ َالنشمركك َبءساَللءه َ َسوالنسسمحكر َ َسوقسسمتَسكل‬:َ ‫ َسوسماَ َكهلن َسياَ َسركسوُسل َاللءه َ؟ َسقاَسل‬:َ ‫سقاَلكوُا‬
‫ل َبءسساَملسنق َ َسوأسمكس سكل َالنربسسساَ َ َسوأسمكس سكل َسم سساَءل َالميستَءيس سءم‬
‫س َالءت سس َسحس سلرسم َاللس سكه َإ ل‬
‫النلسمفس س ء‬
‫ت َالمممؤءمسناَ ء‬ ‫ف َالممح ء ء ء‬ ‫ء‬
َ ‫ت‬ ‫صسناَت َالمسغاَفل ك‬ ‫سوالتَلسسوُنل َيسسموُسم َاللزمحف َ َسوقسمذ ك ك م س‬
Dari Abi Hurairah ra berkata bahwa Rasulullah SAW
bersabda,"Jauhilah oleh kalian tujuh hal yang mencelakakan".
Para shahabat bertanya,"Apa saja ya Rasulallah?". "Syirik
kepada Allah, sihir, membunuh nyawa yang diharamkan
Allah kecuali dengan hak, makan riba, makan harta anak
yatim, lari dari peperangan dan menuduh zina. (HR. Bukhari
dan Muslim)

Perhatikanlah tujuh dosa besar yang


disebutkan beliau di dalam hadits ini :
 Syirik atau menyekutukan Allah SWT
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 2 Bab 3 : Saksi Nikah

dengan tuhan dan sesembahan yang


selain Dia.
 Menggunakan Sihir, padahal sihir itu
telah diharamkan untuk selama-
lamanya buat umat Muhammad SAW
dalam segala bentuknya.
 Membunuh nyawa manusia yang
telah Allah haramkan tanpa hak.
 Memakan harta riba, padahal Allah
SWT sudah mengancam pelakunya
dengan peperangan.
 Makan harta anak yatim, yang
seharusnya dia menjaganya sebagai
amanat yang dipercayakan
kepadanya.
 Lari dari peperangan pada hari
dimana dia wajib maju ke medan jihad.
 Menuduh orang baik-baik melakukan
berzina tanpa memenuhi syarat
sebagai saksi.
Selain hadits di atas, ada banyak lagi
hadits lain yang menyebutkan tentang
dosa-dosa besar yang dilakukan oleh
manusia. Misalnya dosa-dosa karena
meninggalkan kewajiban dari rukun-
rukun Islam, seperti :
 Meninggalkan shalat wajib 5 waktu
tanpa udzur
 Meninggalkan puasa Ramadhan tanpa
udzur
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 2 Bab 3 : Saksi Nikah

 Meninggalkan bayar zakat padahal


telah memenuhi syarat wajib
 Meninggalkan kewajiban haji tanpa
berniat sama sekali untuk
melakukannya padahal dia punya
kemampuan.
Dan apabila motivasi meninggalkan
kewajiban yang terkait rukun Islam itu
dibarengi dengan pengingkaran atas
kewajibannya, bukan hanya dosa besar
tetapi bahkan juga akan berakibat pada
gugurnya keislaman seseorang.
Dan sebagian ulama lain
menyebutkan bahwa orang yang tidak
bersifat al-‘adalah termasuk di antaranya
para pelanggar hukum hudud dan jinayat
yang hukumannya ditetapkan langsung
oleh Allah SWT, yaitu mencuri, minum
khamar, membunuh, berzina, qadzaf,
hirabah, sihir, meninggalkan shalat lima
waktu dan zakat yang telah diwajibkan
atas hartanya.
4. Minimal Dua Orang
Mazhab Al-Hanafiyah, Al-Malikiyah,
Asy-Syafi’iyah dan Al-Hanabilah sepakat
mengatakan bahwa syarat yang keempat
dari seorang saksi harus berjumlah
minimal 2 orang.
Jumlah ini adalah jumlah minimal
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 2 Bab 3 : Saksi Nikah

yang harus ada. Bila hanya ada satu


orang, maka tidak mencukupi syarat
kesaksian pernikahan yang syah. Sebab
demikianlah teks hadits menyebutkan
bahwa harus ada 2 (dua) orang saksi
yang adil.
Dasarnya adalah firman Allah SWT :
‫سوامستَسمشءهكدوا َسشءهيسديمءن َءممن َءرسجاَلءككمم‬
Dan persaksikanlah dengan dua orang saksi dari orang-
orang lelaki. (QS. Al-Baqarah : 282)

Dan juga hadits Rasulullah SAW :


‫ل َسوسشاَءهسدميِ َسعمددل‬ ‫سل َنءسكاَسح َإء ل‬
‫ل َبءسوُء ل‬
Tidak sah sebuah pernikahan tanpa wali dan dua orang saksi
yang adil (HR. Ad-Daruquthni dan Al-Baihaqi)

Ayat dan hadits di atas sama-sama


menyebutkan kata dua orang saksi, dan
bukan hanya satu orang saja. Karena itu
akad nikah yang hanya disaksikan oleh
satu orang saja, meski orang itu terkenal
baik, jujur, tidak pelupa, pintar dan
dipercaya, tetap saja tidak dianggap
pernikahan yang sah, karena syarat itu
ditetapkan langsung di dalam Al-Quran
dan As-Sunnah yang shahihah.
Namun jumlah dua orang saksi itu
hanyalah syarat minimal. Sebaiknya yang
menjadi saksi lebih banyak, mengingat
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 2 Bab 3 : Saksi Nikah

sifat-sifat al-‘adalah di masa sekarang ini


sudah sangat kecil dan berkurang.
Fungsi dan hikmah yang paling utama
dari keharusan adanya dua orang saksi
ini karena bila yang satu lupa atau
mengalami keraguan, maka temannya
yang satu lagi akan menguatkan.
5. Laki-laki
Mazhab Al-Malikiyah, Asy-Syafi’iyah
dan Al-Hanabilah sepakat mengatakan
bahwa syarat yang ketiga dari seorang
saksi harus kedua-duanya berjenis
kelamin laki-laki.
Maka kesaksian wanita dalam
pernikahan tidak sah. Bahkan meski
dengan dua wanita untuk penguat,
khusus dalam persaksian pernikahan,
kedudukan laki-laki dalam sebuah
persaksian tidak bisa digantikan dengan
dua wanita. Abu Ubaid meriwayatkan dari
Az-Zuhri berkata,
Telah menjadi sunnah Rasulullah SAW bahwa tidak
diperkenankan persaksian wanita dalam masalah hudud,
nikah dan talak.

Namun mazhab Hanafiyah


mengatakan bahwa bila jumlah wanita
itu dua orang, maka bisa menggantikan
posisi seorang laki-laki seperti yang
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 2 Bab 3 : Saksi Nikah

disebutkan dalam Al-Quran :1


‫ضسموُسن َءمسسن َالضشسسهسداء َسأن‬ ‫ء‬
‫يسس َفسسسركجسقل َسواممسرأستسسساَءن َمسلسن َتسسمر س‬
‫فسسءإن َللمس َيسككوُنسسساَ َركجلس م ء‬
‫س‬
‫ء‬
َ‫هاَ َالكمخسرى‬ ‫هاَ َفسستَكسذنكسر َإءمحسدا كس‬
‫تسضلل َإممحسدا كس‬
...Jika tak ada dua oang lelaki, maka seorang lelaki dan dua
orang perempuan dari saksi-saksi yang kamu ridhai, supaya
jika seorang lupa maka yang seorang mengingatkannya....
(QS. Al-Baqarah : 282)

6. Merdeka
Maka seorang hamba sahaya atau
budak tidak sah bila menjadi saksi
sebuah pernikahan. Sebab seorang
hamba sahaya atau budak bukanlah
orang yang mempunyai hak dalam
sebuah persaksian atau pun dalam
sebuah pengadilan.
D. Syarat Teknis
Adapun syarat secara teknis dalam
pelaksanaan persaksian dalam sebuah
akad nikah adalah saksi itu orang yang
sehat pendengaran, sehat penglihatan,
mampu berbicara, dalam keadaan sadar
atau terjaga, memahami bahasa kedua
belah pihak, dan bukan anak dari salah
satu atau kedua pengantin.
1. Sehat Pendengaran
Secara teknis saksi-saksi dalam
1 Kasysyaf Al-Qinna’ jilid 5 hal. 65
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 2 Bab 3 : Saksi Nikah

pernikahan haruslah orang yang sehat


pendengarannya, sehingga dia bisa
mendengar dengan jelas lafadz dari ijab
dan qabul yang diucapkan oleh kedua
belah pihak, baik wali atau pun suami.
Mazhab Al-Hanafiyah, Al-Malikiyah,
Asy-Syafi’iyah dan Al-Hanabilah sepakat
mengatakan bahwa syarat mendengar ini
mutlak diharuskan, mengingat tugas dan
peran utama seorang saksi adalah
mendengar ijab qabul diucapakan oleh
kedua belah pihak.
Dalam hal ini para ulama menegaskan
bahwa saksi harus bisa mendengar suara
kedua belah pihak, baik wali yang
mengucapkan ijab atau pun suami yang
mengucapkan qabul. Bila saksi hanya
mampu mendengar suara salah satu
pihak saja, maka syaratnya belum
dianggap terpenuhi dan persaksian itu
gugur dengan sendirinya.
Dan apalagi arti kehadiran saksi,
manakala mereka hanya bisa hadir tanpa
mampu mendengar apa yang sedang
diucapkan oleh para pihak.
2. Sehat Penglihatan
Mazhab Asy-Syafi’iyah menambahkan
syarat lagi, bukan hanya saksi harus
mampu mendengar akad kedua belah
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 2 Bab 3 : Saksi Nikah

pihak, tetapi saksi juga harus mampu


melihat apa yang mereka lakukan.
Karena menurut mazhab ini, perkataan
saja belum bisa dipegang selama belum
terlihat apa yang mereka lakukan.
Artinya menurut mazhab ini, saksi
harus mendengar suara ijab qabul
dibacakan sekaligus juga melihat
langsung dengan mata kepalanya sosok
kedua belah pihak itu, yaitu wali dan
suami. Bila saksi berada di balik tabir,
atau di luar ruangan, atau di tempat
yang jauh, dengan hanya mendengar
suaranya saja, persaksian itu tidak
dianggap sah.
Namun ketiga mazhab lainnya yaitu
Al-Hanafiyah, Al-Malikiyah dan Al-
Hanabilah tidak mengharuskan saksi bisa
melihat kedua belah pihak. Yang penting
kedua saksi itu bisa mendengar suara
kedua orang yang melakukan ijab qabul,
tanpa harus melihat orangnya.
3. Mampu Berbicara
Mazhab Al-Hanafiyah, Asy-Syafi’iyah
dan Al-Hanabilah sepakat mengatakan
bahwa saksi-saksi disyaratkan harus
orang yang mampu berbicara. Sebab
tugas utama seorang saksi adalah
membuat kesaksian. Bagaimana dia akan
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 2 Bab 3 : Saksi Nikah

membuat kesaksian kalau dia tidak


mampu berbicara?
Namun pendapat Al-Malikiyah
sebaliknya, tidak perlu saksi mampu
berbicara, toh nanti dia tetap bisa
menjawab dengan bahasa isyarat atau
dengan tulisan.
4. Sadar atau Terjaga
Saksi disyaratkan harus dalam
keadaan terjaga, tidak tertidur,
kesurupan, sedang dihipnotis, mabuk,
pingsan apalagi mati. Sebab saksi itu
bertugas untuk menyaksikan dengan
mata kepala, telinga dan mata hati serta
dengan sepenuh kesadarannya.
Para ulama juga menyatakan bahwa
seorang yang menderita kekurangan dari
segi akalnya, meski bukan gila, namun
idiot atau bodoh, termasuk yang tidak
bisa diterima kesaksiannya. Termasuk
orang yang sudah pikun dan pelupa,
tidak boleh menjadi saksi.
5. Memahami Bahasa Kedua Belah
Pihak
Inti dari kesaksian adalah menjadi
saksi atas apa yang dia dengar dan dia
lihat, tetapi kalau sekedar mendengar
dan melihat saja, tanpa pernah tahu apa
yang sedang dibicarakan, maka
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 2 Bab 3 : Saksi Nikah

kesaksian itu menjadi sia-sia belaka.


Ibarat nonton film produksi Hongkong
yang tidak ada teks (credit tittle) dan
juga tidak disulih suara (dubbing), kita
hanya melihat para pemain film
berakting, tanpa tahu jalan ceritanya
seperti apa. Karana kita tidak paham
mereka sebenarnya sedang bicara apa.
Jadi yang penting bukan hanya hadir,
dengar, lihat, tapi yang utama dan paling
menentukan adalah apakah saksi
memahami bahasa yang digunakan oleh
masing-masing pihak.
6. Bukan Anak Dari Salah Satu atau
Kedua Pengantin
Pendapat mazhab Al-Hanabilah
menyebutkan bahwa saksi tidak boleh
anak dari suami atau istri. Sementara
mazhab Asy-syafi’iyah membolehkan hal
itu, bila memang anak pengantin itu
memang mendapatkan mandat atau
kuasa dari wali yang asli.
E. Saksi Yang Diminta Merahasiakan Akad Nikah
Dalam kasus tertentu, untuk
menutupi rahasia sering kali sebuah
pernikahan itu disaksikan oleh orang
tertentu, namun kepada para saksi
diminta untuk merahasiakan pernikahan
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 2 Bab 3 : Saksi Nikah

itu.
Dalam masalah ini, para ulama
mengatakan bahwa akad nikah itu
hukumnya sah, namun dengan karahah
(dibenci). Sebab tujuan utama dari
adanya persaksian itu tidak lain adalah
untuk mengumumkan. Maka meski akad
itu sah namun tetap tidak dianjurkan.
Demikianlah sikap Umar
radhiyallahuanhu, As-Sya'bi, Nafi' dan
'Urwah.
Sedangkan dalam pandangan Imam
Malik, pernikahan yang saksinya
merahasiakan apa yang disaksikan itu
harus dipisahkan dengan talak. Dan tidak
dibenarkan untuk menyaksikan
pernikahan bisa saksinya dilarang
memberitahu pihak lain.
Bila terlanjur menggaulinya, maka
harus diserahkan maharnya. Namun
kedua saksi itu tidak dihukum. Demikian
riwayat Wahab sebagaimana tertera
dalam Fiqhus Sunnah.

Bab 4 : Ijab Qabul

A. Pengertian
Istilah ijab dan qabul (‫)اليجككككاب والقَبككككول‬
adalah dua kata dalam bahasa Arab yang
merupakan sepasang kata yang
menandai sebuah akad. Istilah ijab qabul
dalam ilmu fiqih juga sering disebut
dengan istilah ash-shighah (‫)الصيغة‬.
1. Pengertian Ijab
Kata ijab (‫ )إيجككككاب‬itu sendiri secara
bahasa bermakna menetapkan sesuatu (
‫)ألزمَ على شإيء‬. Sedangkan secara istilah fiqih,
definisi ijab ada banyak makna, salah
satunya adalah :
‫لملتزاعم‬
‫ب الرشاَعرع املعفمعلِ تعتلىَ تسعبيِلِ ا م‬
‫ع‬ ‫تطتل د‬
Permintaan pembuat syariat (Allah) untuk melakukan suatu
perbuatan dengan cara mengharuskan

Khusus dalam musthalah fiqih nikah,


istilah ijab itu oleh jumhur ulama
didefinisikan sebagai :
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 2 Bab 4 : Ijab Qabul

‫صسستدتر أترولد أتمو‬


‫صتدتر عمتن الرزموتجعة أت مو تولعسَيِتهسساَ تسسستوادء ت‬
‫التعمقدد الرعذي ت‬
‫آعخدرا‬
Akad yang disampaikan (diucapkan) oleh pihak istri atau
walinya baik disampaikan di awal atau di akhir

Maksudnya, lafadz akad yang datang


dari pihak wanita adalah ijab, meski pun
sebelumnya sudah didahului oleh pihak
suami.
2. Pengertian Qabul
Sedangkan makna qabul (‫ )قبككول‬adalah
menyatakan persetujuan atas ijab yang
telah ditetapkan.

B. Syarat Ijab Qabul


1. Satu Majelis
Akad nikah dengan sebuah ijab qabul
itu harus dilakukan di dalam sebuah
majelis yang sama. Dimana keduanya
sama-sama hadir secara utuh dengan ruh
dan jasadnya. Termasuk juga didalamnya
adalah kesinambungan antara ijab dan
qabul tanpa ada jeda dengan perkataan
lain yang bisa membuat keduanya tidak
terkait.
Sedangkan syarat bahwa antara
ijab dan qabul itu harus bersambung
tanpa jeda waktu sedikitpun adalah
pendapat syafi'i dalam mazhabnya.
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 2 Bab 4 : Ijab Qabul

Namun yang lainnya tidak mengharuskan


keduanya harus langsung bersambut.
Bila antara ijab dan qabul ada jeda
waktu namun tidak ada perkataan lain,
seperti untuk mengambil nafas atau hal
lain yang tidak membuat berbeda
maksud dan maknanya, maka tetap
syah, sebagaimana yang dituliskan di
kitab Al-Mughni.
2. Saling Dengar dan Mengerti
Antara suami dengan wali sama-sama
saling dengar dan mengerti apa yang
diucapkan. Bila masing-masing tidak
paham apa yang diucapkan oleh lawan
bicaranya, maka akad itu tidak syah.
3. Tidak Bertentangan
Antara Ijab dengan qabul tidak
bertentangan. Misalnya bunyi lafaz ijab
yang diucapkan oleh wali adalah,"Aku
nikahkan kamu dengan anakku dengan
mahar satu juta", lalu lafaz qabulnya
diucapkan oleh suami adalah,"Saya
terima nikahnya dengan mahar setengah
juta".
Maka antar keduanya tidak nyambung
dan ijab qabul ini tidak syah. Namun bila
jumlah mahar yang disebutkan dalam
qabul lebih tinggi dari yang diucapkan
dalam ijab, maka hal itu sah.
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 2 Bab 4 : Ijab Qabul

4. Tamyiz
Keduanya sama-sama sudah tamyiz.
Bila suami masih belum tamyiz, akad itu
tidak syah, atau bila wali belum tamyiz
juga tidak syah. Apalagi bila kedua-
duanya belum tamyiz, maka lebih tidak
sah lagi.
C. Lafaz Ijab Qabul
1. Tidak Harus Dalam Bahasa Arab
Tidak diharuskan dalam ijab qabul
untuk menggunakan bahasa arab,
melainkan boleh menggunakan bahasa
apa saja yang intinya kedua belah pihak
mengerti apa yang ucapkan dan masing-
masing saling mengerti apa yang
dimaksud oleh lawan bicaranya.
2. Lafadz Nikah dan Sejenisnya
Ijab qabul sebaiknya ijab
menggunakan kata nikah, kawin atau
yang semakna dengan keduanya.
Sedangkan bila menggunakan kata
'hibah, memiliki, membeli dan sejenisnya
tidak dibenarkan oleh Asy-Syafi'i, Ibnu
Musayyib Ahmad dan 'Atho'.
Sebaliknya Al-Hanafiyah
membolehkannya. demikian juga dengan
Abu Tsaur, Ats-Tsauri, Abu 'Ubaid dan juga
Abu Daud.
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 2 Bab 4 : Ijab Qabul

3. Dengan Fi'il Madhi


Selain itu para fuqaha mengatakan
bahwa lafaz ijab dan qabul haruslah
dalam format fiil madhi (past) seperti
zawwajtuka atau ankahtuka. Fi'il madhi
adalah kata kerja dengan keterangan
waktu yang telah lampau. sedangkan bila
menggunakan fi'il mudhari', maka secara
hukum masih belum tentu sebuah akad
yang syah.
Sebab fi'il mudhari' masih
mengandung makna yang akan datang
dan juga sekarang. Sehingga masih ada
ihtimal (kemungkinan) bahwa akad itu
sudah terjadi atau belum lagi terjadi.
D. Bukan Termasuk Syarat
1. Kehadiran Istri dalam Majelis
Ijab qabul melibatkan 4 orang laki-laki
dan tidak membutuhkan kehadiran
wanita, termasuk pengantin wanita.
Keempat orang itu adalah wali, pengantin
laki-laki dan dua orang saksi.
Wali mengucapkan ijab dan pengantin
laki-laki mengucapkan qabul. Sedangkan
kedua orang laki-laki yang menjadi saksi
dibutuhkan kehadirannya saat ijab qabul
itu terjadi, sebagai syarat sahnya akad
nikah itu.
Ada pun pengantin perempuan, tidak
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 2 Bab 4 : Ijab Qabul

harus berada di dalam majelis akad nikah


itu. Sehingga bukan termasuk syarat sah
dari akad nikah dan ijab qabul.
2. Bersalaman
Pemandangan yang sering kita lihat di
sinetron dan kemudian seolah-olah
menjadi suatu keharusan, karena
dibiasakan adalah bersalaman antara
wali dan penganti laki-laki. Padahal ijab
qabul tidak mensyaratkan jabat tangan
itu. Juga tidak diharuskan untuk
menggoyangkan jabat tangan itu.
Entah siapakah yang memulai adegan
ini, yang jelas masyarakat seolah-olah
diajarkan bahwa ijab qabul itu harus
dengan berjabat tangan.
Memang kalau dilihat dari lensa
kamera, adegan jabat tangan ini agak
terlihat punya unsur dramatis. Tetapi ijab
qabul tidak membutuhkan drama yang
dibuat-buat.
3. Mengucapkan Dua Kalimat
Syahadat
Mengucapkan dua kalimat syahadat
juga sering dikait-kaitkan dengan lafadz
ijab dan qabul, seolah-olah pengantin
laki-laki itu muallaf yang baru mau
masuk Islam. Atau mirip seperti orang
yang lagi menghadapi sakaratul-maut.
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 2 Bab 4 : Ijab Qabul

Padahal ijab qabul itu bukan sebuah


ikrar untuk masuk dan memeluk agama
Islam, juga bukan adegan terakhir
menjelang kematian, tetapi ikrar untuk
sebuah ikatan pernikahan.
Kalau kekeliruan dalam memahami
masalah ini sebenarnya jelas sekali siapa
yang bersalah, tidak lain adalah si
penghulu. Petugas pencatat nikah dari
Kantor Urusan Agama (KUA) Kementerian
Agama Republik Indonesia adalah pihak
yang bisa ditunjuk hidungnya. Mereka
inilah yang mendiktekan atau
mentalqinkan lafadz ijab dan qabul ini,
seolah-olah wali dan calon pengantin
laki-laki adalah dua mayat yang siap
menghadapi sakaratul maut.
4. Sighat Ta’liq
Biasanya tanpa penjelasan apa pun,
petugas KUA langsung memerintahkan
pihak suami untuk membaca shighat
ta’liq, yang isi materi dan
konsekuensinya tidak dipahami. Dan
karena hal itu selalu dilakukan, seolah-
olah sighat ta’liq ini dianggap bagian dari
lafadz ijab qabul. Padahal sighat ta’liq ini
justru pintu untuk melakukan perceraian
yang amat dibenci Allah SWT.
Istilah shighat ta’liq terdiri dari suku
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 2 Bab 4 : Ijab Qabul

kata, yaitu shighat yang bermakna


ucapan, ungkapan, atau lafal, dan ta’liq
yang berasal dari kata ‘allaqa – yu’alliqu
- taliqan, yang bermakna mengaitkan,
menggantungkan, mensyaratkan dan
seterusnya.
Dalam prakteknya, Shighat Ta'liq
adalah sebuah syarat yang diikrarkan
oleh suami tentang kemungkinan
terjadinya perceraian, yaitu bila terjadi
hal-hal yang disebutkan dalam shighat
itu.
Naskah lengkapnya shighat ta'liq itu
sebagaimana yang terdapat di dalam
buku nikah adalah
Bila suami menginggalkan istri 2 tahun berturut-turut, atau
tidak memberi nafkah wajib 3 bulan lamanya, atau menyakiti
badan/jasmanni istri, atau membiarkan/tidak mempedulikan
istri 6 bulan lamanya, kemudian istri tidak menerima
perlakuan itu, lalu istri mengajukan gugatan cerai kepada
pihak pengadilan dan pengadilan membenarkan dan
menerima gugatan itu dan istri membayar Rp 1.000 sebagai
'iwadh (pengganti) kepada suami, maka jatuhlah talak satu.

Biasanya shighat ini diucapkan


setelah selesai akad nikah dilakukan.
Biasanya petugas pencatat nikah KUA
yang menuntun pengantin laki-laki untuk
membaca shighat ini. Memang tidak
banyak orang tahu apa makna dan
maksud shighat ini. Sebagaimana banyak
orang tidak tahu apa landasan
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 2 Bab 4 : Ijab Qabul

hukumnya. Termasuk juga pengantin pria


pun jarang-jarang yang mengerti.
Sebenarnya secara hukum, shighat ini
tidak ada kaitannya dengan rukun nikah
atau syarat sahnya nikah. Artinya, tanpa
shighat itu pun sebuah pernikahan sudah
sah secara hukum agama dan negara.
Kita tidak menemukan di dalam sunnah
Rasulullah SAW dan juga amal para
shahabat hingga para salafus-shalih
tentang ketentuan untuk mengikrarkan
shighat ta'liq itu. Tidak ada contoh
apalagi anjuran untuk mengucapkannya.
Kalau memang demikian, lalu
bagaimanakah munculnya hal tersebut?
Ada banyak analisa. Salah satunya
mungkin berangkat dari keinginan untuk
melindungi para istri dari sikap
sewenang-wenang dari suami, seperti
tidak memberi nafkah, atau menyakiti
badan atau tidak mempedulikan istri.
Dalam kondisi yang tersiksa seperti itu,
sebagian orang berpikir bahwa si istri ini
harus dipisahkan dari suaminya. Artinya,
mereka ingin memberikan kepada istri
untuk bisa pisah dari suaminya.
Namun karena istri tidak punya hak
untuk menceraikan, dibuatlah shighat
ta'liq ini. Sehingga sejak awal
pernikahan, suami sudah menyatakan
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 2 Bab 4 : Ijab Qabul

diri untuk menceraikan istrinya secara


otomatis, manakala terjadi hal-hal yang
disebutkan di dalam shighat itu. Rupanya
perangkat hukum di negeri ini belum
apa-apa sudah menyiapkan jalur untuk
memisahkan suami istri, justru di hari
pernikahan mereka, yaitu dengan selalu
dimintanya suami untuk mengucapkan
shighat ta’liq ini, meski suami tetap
berhak menolak untuk mengucapkannya.
Entah latar belakang pemikiran apa
yang berkecamuk di dalam para pembuat
peraturan itu. Yang jelas, dengan adanya
shighat itu, seolah-olah sudah disiapkan
sebuah skenario perceraian jauh
sebelumnya, hanya lantaran suami
melakukan hal-hal yang dianggap
merugikan pihak istri. Sebenarnya akan
lebih bijaksana bila setiap ada
permasalahan, suami dan isri itu tidak
langsung berpikir untuk sebuah
perceraian. Sebab biar bagaimana pun
perceraian itu adalah sebuah perbuatan
yang dimurkai Allah SWT, meski halal.
Tapi bisakah kita membayangkan untuk
melakukan sebuah perbuatan yang Allah
sendiri memurkainya? Idealnya, shighat
itu tidak langsung bicara tentang
perceraian.
Namun bicara tentang pentingnya
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 2 Bab 4 : Ijab Qabul

menjaga harmoni sebuah keluarga serta


menjaga keutuhannya. Dimana suami
istri sama-sama berjanji untuk saling
membela, saling berbagi, saling
memaklumi kekurangan, saling
mendukung dan saling memberikan yang
terbaik untuk pasangannya.
Seharusnya lebih ditekankan agar
masing-masing menjadikan pasangannya
sebagai sumber untuk menangguk
pahala, bukan sebagai calon sumber
malapetaka yang tersirat dalam materi
shighat ta'liq itu.
Secara hukum, bila seseorang sudah
terlanjur mengikrarkan shighat ta'liq,
tentu bukan berarti tidak bisa berbuat
apa-apa. Sebab shighat itu bisa saja
dibatalkan, sebagaimana seseorang bisa
saja membatalkan ikrar yang pernah
diucapkannya secara sepihak. Misalnya,
seorang suami pernah berkata kepada
istrinya, bila istri keluar dari rumah, maka
dia ditalak. Kemudian suami merasa
menyesal mengeluarkan statemen itu.
Maka dia boleh saja mencabut statemen
itu hingga tidak berlaku lagi. Sehingga
setelah statemen itu dicabut, istri boleh
keluar dari rumah tanpa harus terkena
resiko ditalak.
Lebih jauh lagi kalau kita perhatikan
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 2 Bab 4 : Ijab Qabul

dalam shighat itu, ada 5 langkah atau


syarat yang harus terjadi. Dan bila salah
satu syarat itu tidak terpenuhi, maka
tidak ada cerai. Jadi misalnya pihak istri
bisa menerima bahwa suaminya tidak
memberi nafkah lahir batin selama
sekian tahun misalnya dan sama sekali
tidak mengajukan gugatan cerai, maka
pengadilan tidak berhak untuk
menceraikan mereka. Sebab istrinya mau
dan rela dibegitukan oleh suaminya.


Bab 5 : Walimatul `Urs

Diantara rangkaian pernikahan adalah


walimatul urs, yaitu sebuah jamuan
makan yang menghadirkan para
undangan sebuah pernikahan.
A. Makna Walimah
Kata walimah diambil dari kata al-
walamu yang maknanya adalah
pertemuan. Sebab kedua mempelai
melakukan pertemuan.
Sedangkan secara istilah adalah
hidangan / santapan yang disediakan
pada pernikahan. Di dalam kamus
disebutkan bahwa walimah itu adalah
makanan pernikahan atau semua
makanan yang untuk disantap para
undangan.
B. Hukum Mengadakan Walimah
Jumhur ulama mengatakan bahwa
mengadakan acara walimah pernikahan
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 2 Bab 5 : Walimatul 'Urs

adalah sunah muakkadah. Dalilnya


adalah hadits-hadits Rasulullah SAW
berikut ini :

‫صءفيلسة َبءتَسممدر َسوسسمدن َسوأسقءدط‬ ‫ َأسموسس‬َ ‫أسنلكه‬


‫ل َسعسلىَ َ س‬
Rasulullah SAW mengadakan walimah untuk Shafiyah
dengan hidangan kurma, minyak dan aqt. (HR. Bukhari)

‫أسوءل َولسوُ َبءشاَةد‬


‫ممسم س‬
Undanglah orang makan walau pun hanya dengan hidangan
seekor kambing (HR. Bukhari dan Muslim)
Dari Buraidah ra berkata bahwa ketika ali bin Abi Thalib
melamar Fatimah ra, Rasulullah SAW bersabda,"Setiap
pernikahan itu harus ada walimahnya. (HR. Ahmad)

Al-Hafiz Ibnu Hajar mengomentari


hadits ini dengan ungkapan la ba'sa bihi
C. Waktu Penyelenggaraan
Tidak ada batasan tertentu untuk
melaksanakan walimah, namun lebih
diutamakan untuk menyelenggarakan
walimah setelah dukhul, yaitu setelah
pengantin melakukan hubungan seksual
pasca akad nikah.
Hal itu berdasarkan apa yang selalu
dilakukan oleh Rasulullah SAW, dimana
beliau tidak pernah melakukan walimah
kecuali sesudah dukhul.
D. Hukum Menghadiri Walimah
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 2 Bab 5 : Walimatul 'Urs

Para ulama berbeda pendapat tentang


hukum menghadiri undangan walimah.
Sebagian mengatakan wajib atau fardhu
`ain, sebagian lagi mengatakan fardhu
kifayah dan sebagian lagi mengatakan
sunnah.
1. Fardhu
Pendapat jumhur ulama terdiri dari
mazhab Al-Malikiyah, Asy-Syafi'iyah dan
Al-Hanabilah. Mereka sepakat
mengatakan bahwa menghadiri
undangan walimah hukumnya fardhu.
Namun kewajiban ini tergantung jenis
undangannya juga. Kalau undangannya
bersifat umum, tanpa menyebut nama
tertentu, maka tidak ada kewajiban harus
menghadirinya. Sebaliknya, bila
undangannya ditujukan secara pribadi,
baik lewat tulisan atau lewat orang yang
diutus untuk menyampaikan undangan,
maka barulah ada kewajiban untuk
menghadirinya.
Az-Zarqani dalam kitab Syarahnya
menyebutkan bahwa tidak termasuk
wajib hadir bila teks undangannya sendiri
tidak mengikat. Misalnya tertulis dalam
undangan 'apabila Anda berkenan hadir',
maka hadir atau tidak hadir terserah
apakah pihak yang diundang berkenan
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 2 Bab 5 : Walimatul 'Urs

atau tidak. 1
Dalil yang digunakan oleh pendapat
ini di antaranya adalah hadits berikut ini :
َ‫إءسذا َكدءعسيِ َأسسحكدككمم َإءسل َالمسوُءليسمءة َفسسمليسأم ءستا‬
Apabila kamu diundang walimah maka datangilah. (HR.
Bukhari dan Muslim)

Selain itu juga ada hadits lain yang


menyebutkan bahwa orang yang tidak
menghadiri undangan walimah, termasuk
disebut telah bermaksiat kepada Allah
dan rasul-Nya.
‫سشضر َالطلسعاَءم َطسسعاَكم َالمسوُءليسمءة َيكمدسعىَ َ سسلاَ َالممغنءسياَكء َسويسكمتَسسركك َالمكفسقسراكء َسوسممن َتسسسرسك‬
‫صىَ َاللسه َسوسركسوُلسهك‬ ‫اللدمعسوُسة َفسسسقمد َسع س‬
Makanan yang paling buruk adalah makanan walimah, bila
yang diundang hanya orang kaya dan orang miskin
ditinggalkan. Siapa yang tidak mendatangi undangan
walimah, dia telah bermaksiat kepada Allah dan rasul-Nya.
(HR. Muslim)

Di antara hikmah dari menghadiri


walimah menurut para ualam, akan
menambah keterpautan dan ikatan hati.
Sedangkan tidak menghadirinya akan
menimbulkan madharat dan
2
keterputusan silaturrahmi.
2. Sunnah
Pendapat kedua dari para ulama
1 Syarah Az-Zarqani, jilid 1 hal. 52
2 Al-Hawi li Al-Mawardi, jilid 12 hal. 193
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 2 Bab 5 : Walimatul 'Urs

tentang hukum menghadiri undangan


walimah adalah sunnah. Pendapat ini
didukung oleh beberapa ulama mazhab
Al-Hanafiyah dan Asy-Syafi'iyah, dan
salah satu versi pendapat mazhab Al-
Hanabilah. Ibnu Taimiyah termasuk yang
berpendapat bukan wajib tetapi sunnah.
Dasar pendapat ini karena menghadiri
walimah berarti memakan makanan dan
harta milik orang lain. Dan seseorang
tidak diwajibkan untuk mengambil harta
orang lain yang tidak diinginkannya.
Sehingga paling tinggi kedudukannya
hanya sunnah, tidak sampai kepada
wajib. Karena pada hakikatnya
menghadiri walimah itu seperti orang
menerima pemberian harta. Sehingga
bila harta itu tidak diterimanya, maka
hukumnya boleh-boleh saja. Dan bila
diterima hukumnya hanya sebatas
1
sunnah saja.
3. Fardhu Kifayah
Sedangkan pendapat ketiga dari
hukum menghadiri walimah adalah
fardhu kifayah. Di antara para ulama
yang berpendapat seperti ini adalah
sebagian pendapat Asy-Syafi'iyah dan
sebagian pendapt Al-Hanabilah.

1 Hasyiyatu Ibnu Abidini, jilid 5. hal. 221


Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 2 Bab 5 : Walimatul 'Urs

Dengan demikian, apabila sebagian


orang sudah ada yang menghadiri
walimah itu, maka bagi mereka yang
tidak menghadirinya sudah tidak lagi
berdosa.
Adapun kesimpulan hukumnya fardhu
kifayah berlandaskan kepada esensi dan
tujuan walimah, yaitu sebagai media
untuk mengumumkan terjadinya
pernikahan serta membedakannya dari
perzinaan. Bila sudah dihadiri oleh
sebagian orang, menurut pendapat ini
sudah gugurlah kewajiban itu bagi tamu
undangan lainnya.
E. Yang Harus Diperhatikan
Tujuan utama pesta walimah
sebenarnya sekedar memberitahukan
kepada khalayak bahwa pasangan
pengantin ini telah resmi menikah.
Kedua, tentu saja sebagai ajang untuk
mendoakan kedua pasangan ini. Ketiga,
tentu sebagai ungkapan rasa syukur
kepada Allah SWT atas limpahan rahmat
dan segala pemberian dari-Nya.
Maka sebuah walimah itu tetapi harus
mematuhi rambu-rambu syariah Islam.
Dalam prakteknya, sering kita dapati
orang begitu semangat untuk
mengadaan pesta walimah, terkadang
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 2 Bab 5 : Walimatul 'Urs

sampai melewati batas kewajaran dan


mulai memasuki wilayah yang
sebenarnya tidak lagi sesuai dengan
rambu-rambu syariah.
1. Berlebihan dan Boros
Perintah walimah dengan makan-
makan tentu tidak berarti kita dibenarkan
untuk menghambur-hamburkan harta.
Sebab orang yang menghambur-
hamburkan harta termasuk saudaranya
syetan.
Kesan yang seringkali timbul dalam
penyelenggaraan pesta walimah adalah
memaksakan diri untuk kemegahannya,
tanpa berpikir bahwa semua itu ada
batasnya.
Dan bila batas wajar itu terlewati,
maka di depan ada larangan yang
menghadang, yaitu sikap boros yang
dikaitkan oleh Allah SWT sebagai
saudaranya setan. Demikian firman Allah
SWT di dalam kitab-Nya :
‫ي َسوسكاَسن َاللشميسطاَكن َلءسربنءه َسككفوُجرا‬
‫إءلن َالممبسنذءرين َسكاَنكوُما َإءمخوُاسن َاللشسياَءط ء‬
‫س‬ ‫ك س‬
Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-
saudara syaitan dan syaitan itu adalah sangat ingkar kepada
Tuhannya. (QS. Al-Isra` : 27)

2. Bukan Untuk Gengsi


Apalagi bila tujuannya sekedar gengsi
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 2 Bab 5 : Walimatul 'Urs

dan ingin dianggap sebagai orang yang


mampu, padahal semua itu dengan
berhutang. Tidak perlu mengejar gengsi
dan sebutan orang, juga jangan merasa
menjadi dianggap pelit oleh orang lain.
Kita keluarkan harta untuk walimah
semampunya dan sesanggupnya. Kalau
tidak ada, tidak perlu diada-adakan.
Sebab yang penting acara walimahnya
bisa berjalan, karena memang anjuran
dari Rasulullah SAW.
3. Tidak Mengharapkan Amplop atau
Kado
Dalam kenyataannya, hal yang
termasuk perlu kita kritisi adalah sikap
mengharapkan adanya hadiah baik
berupa kado, angpau atau amplop berisi
uang dari para tamu yang hadir.
Seolah-olah digelarnya acara walimah
semata-mata mengharapkan 'bantuan'
finansial dari hadiah dan amplop
tersebut.
Sayangnya hal itu terjadi sudah turun
temurun, sehingga seolah-olah berlaku
hukum bahwa siapa yang tidak punya
uang untuk amplop yang diserahkan
kepada petugas penerima tamu di depan,
maka tidak boleh datang menghadiri
pesta walimah.
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 2 Bab 5 : Walimatul 'Urs

Dan kalau menghadiri walimah tanpa


membawa uang, seolah-olah dianggap
kurang sopan dan tidak tahu diri. Itulah
kesepakatan yang tidak tertulis dari
semua orang, padahal sebenarnya hal itu
sudah merupakan pergeseran dari tujuan
digelarnya walimah yang sebenarnya.
Seharusnya kalau memang tidak
mampu mengundang makan-makan,
karena dananya terbatas, terima saja dan
tidak harus memaksakan diri. Sebab
kalau sampai 'mengemis' kepada tetamu,
justru malah seharusnya kehilangan
harga diri.
Tetapi hari ini rasa malu dan jatuhnya
harga diri sudah tidak ada lagi. Bahkan
dengan tidak malu-malu dituliskan di
kartu undangan sebuah pesan yang
intinya tamu jangan bawa kado, tapi
bawa uangnya saja, biar tidak tekor alias
rugi.
4. Hendaknya Dengan Mengundang
Fakir Miskin
Juga jangan sampai walimah itu
menjadi sebuah hidangan makan yang
terburuk, yaitu dengan mengkhususkan
hanya orang kaya saja dengan
melupakan orang miskin. Maka sungguh
acara walimah seperti itu adalah walimah
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 2 Bab 5 : Walimatul 'Urs

yang paling jahat. Sebagaimana sabda


Rasulullah SAW :
‫ٌ َسوسم سمن‬،‫سش سضر َالطلسعسساَءم َطسسعسساَكم َالمسوُءليسم سءة َيكسمدسعىَ َسلسسساَ َالممغنءيسسساَكء َسويسكمتَ سسركك َالمكفسق سسراكء‬
‫صىَ َاللسه َسوسركسوُلسهك‬ ‫تسسسرسك َاللدمعسوُسة َفسسسقمد َسع س‬
Dari Abi Hurairah ra berkata bahwa Rasulullah SAW
bersabda,`Makanan yang paling jahat adalah makanan
walimah. Orang yang butuh makan (si miskin) tidak
diundang dan yang diundang malah orang yang tidak butuh
(orang kaya). (HR. Muslim)

Inilah walimah yang paling jahat dan


alangkah sedihnya bila orang-orang
miskin malah tidak dapat tempat, karena
si empunya hajat hanya mengundang
mereka yang perutnya sudah buncit saja.
Maka marilah kita biasakan membuat
acara walimah meski pun hanya
sederhana saja.
5. Menghormati Waktu Shalat
Pemandangan amat ironis yang sering
kita lihat setiap saat adalah sebuah pesta
walimah yang digelar di ruang serba
guna sebuah masjid. Tatkala adzan
berkumandang, iqamat dilantunkan,
shalat berjamaah dilaksanakan oleh
imam rawatib, pesta walimah terus
berlangsung. Ibarat anjing
menggonggong kafilah berlalu.
Mereka yang shalat berjamaah ikut
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 2 Bab 5 : Walimatul 'Urs

shalat berjamaah, tetapi mereka yang


asyik dengan pesta walimah juga tetap
khusyu’ dengan acara pesta. Sayangnya,
yang shalat berjamaah hanya sebaris
shaf saja, sementara yang pesta
walimahan membeludak, musik tetap
mengalun, acara tetap berlangsung.
Seharusnya ada kompromi antara
pihak penyelenggara pesta walimah
dengan imam masjid. Apakah pestanya
diselingi dengan shalat berjamaah
terlebih dahulu, ataukah shalatnya yang
ditunda karena ada kegiatan.
Kedua-duanya bisa dipilih, asalkan
ada kesepakatan antara imam masjid
dengan pihak penanggung jawab acara.
Misalnya, pilihan dijatuhkan untuk
menyelingi acara walimah dengan shalat
berjamaah, maka pimpinan acara
mengumumkan bahwa seluruh hadirin
diminta untuk melaksanakan shalat
berjamaah di dalam masjid, acara
sementara dihentikan untuk shalat
berjamaah. Pilihan ini jauh lebih syar'i
dari pada bikin walimahan pakai hijab
yang masih khilafiyah hukumnya.
Tetapi bila pilihan dijatuhkan pada
bentuk yang kedua, maka atas dasar
wewenang imam masjid, shalat
berjamaah ditunda barang beberapa
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 2 Bab 5 : Walimatul 'Urs

waktu hingga pesta walimah usai.


Setelah itu para hadirin tetap diajak dan
dihimbau untuk melaksanakan shalat
berjamaah di masjid itu.
Misalnya pesta walimah baru selesai
jam 13.30 siang, maka diumumkan oleh
imam masjid bahwa shalat berjamaah
Dzhuhur di masjid itu akan ditunda
hingga jam 13.30 siang itu, dan kepada
hadirin silahkan meneruskan acara
walimah itu dengan tenang.
Nanti bila telah mendekati jamnya,
semua diajak untuk segera
melaksanakan shalat Dzhuhur berjamaah
di masjid itu bersama-sama dengan
imam masjid.
F. Haruskah Pakai Hijab?
Sebuah kajian yang cukup untuk
dibahas lebih mendalam, yaitu apakah
sebuah pesta walimah itu harus ditata
sedmikian rupa agar ada hijab atau kain
hitam yang membatasi tamu laki-laki dan
tamu perempuan?
Kalau memang wajib, lalu apa hukum
pesta pernikahan yang tidak
menggunakannya, apakah nikah itu sah
hukumnya atau tidak?
Sekedar untuk diketahui bahwa
hukum penggunaan hijab atau tabir
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 2 Bab 5 : Walimatul 'Urs

pemisah antara laki-laki dan perempuan


bukanlah sesuatu yang bersifat qath'i.
Hukum kewajibannya tidak disepakati
secara bulat oleh para ulama.
Sebagain dari mereka ada yang
mewajibkan, namun sebagian lainnya
tidak sampai mewajibkannya.
Namun semua pihak sepakat bahwa
tidak boleh terjadi ikhtilat (campur baur)
antara laki dan wanita. Semua sepakat
untuk mengharamkan khalwahatau
berduaan (menyepi) antara laki-laki dan
wanita. Sebagaimana mereka juga
sepakat bahwa para wanita diwajibkan
untuk menutup aurat dan berpakaian
sesuai dengan ketentuan syariat.
Yang menjadi perbedaan pendapat
adalah apakah memasang kain tabir
penutup antara ruangan laki-laki dan
wanita, merupakan kewajiban ataukah
hanya anjuran?
1. Pendapat Pertama: Mewajibkan
Penggunakan Tabir
Mereka yang mewajibkan harus
dipasangnya kain tabir penutup ruangan
berangkat dari dalil baik Al-Quran
maupun As-Sunah
a. Dalil Al-Quran:
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 2 Bab 5 : Walimatul 'Urs

‫بسس َءإل َأسمن َيكسمؤسذسن َلسككسمم َإءسل س‬ ‫ء‬


‫ت َالنلء ن‬‫يسسساَ َأسيسضسهسساَ َالسذيسن َآسمنكسوُا َل َتسسمدكخلكوُا َبسكيكسسوُ س‬
‫غي س سسر َنسسسساَءظءريسن َإءنسس سساَكه َسولسءكس سمن َإءسذا َكدءعيتَكس سمم َفسس سساَمدكخلكوُا َفسس سءإسذا َطسعءممتَكس سمم‬
‫طسسعس سساَدم َ سم‬
‫ء‬ ‫ء‬ ‫سفاَنمستَسءش س س سروا َول َمستَسأمنءءسس س س ء ء د‬
‫ي َلسس س سديث َإءلن َسذلككس س سمم َسكس س سساَسن َيكس س سمؤذيِ َالنلء ل‬
‫بس س س‬ ‫س‬ ‫ك س كم‬
َ‫فسسيسمستَسمحءييِ َءممنككمم َسواللسكه َل َيسمسستَسمحءييِ َءمسسن َاملسسنق َسوإءسذا َسسسأسلمتَككموُكهلن َسمستَاَجعسسا‬
‫ب َذسلءككمم َأسطمسهكر َلءكقكلوُبءككمم َسوقكسكلوُءبءلن َسوسماَ َسكاَسن‬ ‫سفاَمسأسكلوُكهلن َءمن َوراءء َءحجاَ د‬
‫م سس س‬
‫لسككمم َأسمن َتسكمؤذكوا َسركسوُسل َاللءه َسول َأسمن َتسسمنءككحوُا َأسمزسواسجسكه َءمسمن َبسسمعسءدءه َأسبسسجدا َإءلن‬
َ‫سذلءككمم َسكاَسن َءعمنسد َاللءه َسعءظيجما‬
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki
rumah-rumah Nabi kecuali bila kamu diizinkan untuk makan
dengan tidak menunggu-nunggu waktu masak, tetapi jika
kamu diundang maka masuklah dan bila kamu selesai makan,
keluarlah kamu tanpa asyik memperpanjang percakapan.
Sesungguhnya yang demikian itu akan mengganggu Nabi lalu
Nabi malu kepadamu, dan Allah tidak malu yang benar.
Apabila kamu meminta sesuatu kepada mereka, maka
MINTALAH DARI BELAKANG TABIR. Cara yang demikian
itu lebih suci bagi hatimu dan hati mereka. Dan tidak boleh
kamu menyakiti Rasulullah dan tidak mengawini isteri-
isterinya selama-lamanya sesudah ia wafat. Sesungguhnya
perbuatan itu adalah amat besar di sisi Allah.(QS. Al-Ahzab:
53)

Ayat tersebut menurut mereka yang


mendukung kewajiban penggunaan tabir
dikatakan sebagai ayat yang mewajibkan
penggunaan kain tabir penutup.
Meski perintahnya hanya untuk para
isteri nabi, tapi menurut mereka
hukumnya berlaku juga untuk semua
wanita. Karena pada dasarnya para
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 2 Bab 5 : Walimatul 'Urs

wanita harus menjadikan para isteri nabi


itu menjadi teladan dalam amaliyah
sehari-hari. Sehingga khitab ini tidak
hanya berlaku bagi isteri-isteri nabi saja
tetapi juga semua wanita mukminat.
b. Dalil As-Sunnah
Dari sisi sunnah nabawiyah, mereka
mengajukan sebuah hadits yang
diriwayatkan oleh Nabhan bekas hamba
Ummu Salamah. Hadits itu menyebutkan
bahwa Rasulullah SAW pernah berkata
kepada Ummu Salamah dan Maimunah
yang waktu itu Ibnu Ummi Maktum
masuk ke rumahnya.
Nabi bersabda: 'pakailah tabir'. Kemudian kedua isteri Nabi
itu berkata: 'Dia (Ibnu Ummi Maktum) itu buta!' Maka jawab
Nabi: 'Apakah kalau dia buta, kamu juga buta? Bukankah
kamu berdua melihatnya?'

Hadits ini secara tegas menyebutkan


bahwa kedua isteri nabiitu diwajibkan
untuk menggunakan tabir ketika Abdullah
bin Ummi Maktum yang buta masuk ke
rumah mereka.
2. Pendapat Kedua: Tidak
Mewajibkan Tabir
Para ulama yang lain tidak
berpendapat bahwa hijab pembatas itu
merupakan hal yang wajib. Ada beberapa
argumentasi yang mereka kemukakan,
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 2 Bab 5 : Walimatul 'Urs

antara lain:
a. Ayat Al-Quran Bersifat Khusus
Oleh para ulama yang mengatakan
bahwa tabir penutup ruangan yang
memisahkan ruangan laki-laki yang
wanita itu tidak merupakan kewajiban,
kedua dalil di atas dijawab dengan
argumen berikut:
Ayat 53 surat Al-Ahzab yang
mewajibkan meminta dari balik tabir itu
berlaku hanya untuk pada isteri Nabi,
tidak berlaku untuk semua wanita. Hal itu
karena posisi para isteri Nabi memang
wara wanita yang mulia dan
tinggiderajatnya, sehingga salah satu
bentuk penghormatan kepada mereka
adalah dengan tidak boleh bertemu
langsung, kecuali dari balik hijab.
Sedangkan terhadap wanita
mukminah umumnya, tidak menjadi
kewajiban harus memasang kain tabir
penutup ruangan yang memisahkan
ruang untuk laki-laki dan wanita.
Dan bila mengacu pada asbabun
nuzul ayat tersebut, memang
kelihatannya memang diperuntukkan
kepada para isteri nabi saja.
Dan di dalam ayat lain secara tegas
disebutkan bahwa posisi para isteri nabi
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 2 Bab 5 : Walimatul 'Urs

memang berbeda dari wanita lain.


‫ضس سمعسن‬ ‫ت َسكأسسحس سدد َءم س سسن َالنسسس سساَءء َإءءن َاتلسسقمي ك ل‬
‫تس سس َسفل َستم س‬ ‫بس سس َلسمسس س ك ل‬ ‫ء‬
‫يسس سساَ َنسسس سساَسء َالنلء ن‬
‫ء‬ ‫ء‬
َ‫ض َسوقكسملسن َقسسموُل َسممعكروجفا‬ ‫ءباَلمسقموُءل َفسسيسطمسمسع َالذيِ َءف َقسسملبءه َسمسر ق‬
Hai isteri-isteri Nabi, kamu sekalian tidaklah seperti wanita
yang lain, jika kamu bertakwa. Maka janganlah kamu tunduk
dalam berbicara sehingga berkeinginanlah orang yang ada
penyakit dalam hatinya dan ucapkanlah perkataan yang
baik. (QS. Al-Ahzab: 32)

b. Hadits Bermasalah
Ada dua cacat dari hadits Abdullah bin
Ummi Maktum yang dikemukakan :
Pertama, kalangan ahli hadits
mengatakan bahwa hadits Ibnu Ummi
Maktum itu merupakan hadis yang tidak
sah alias lemah, tidak shahih. Pasalnya
ada seseorang yang bernamaNabhan
dalam urutan perawinya yang menurut
para ahli riwayat, omongannya tidak
dapat diterima.
Kedua, kalau seandainya pendapat
kecacatan Nabhan masih bisa dibela,
sehingga hadits ini naik derajatnya
menjadi hadis ini sahih, tetap saja tidak
bisa digunakan sebagai dalil kewajiban
kain tabir penghalang buat semua
wanita.
Mengapa?
Karena nabi SAW hanya
memerintahkan hal itu kepada isterinya,
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 2 Bab 5 : Walimatul 'Urs

tidak kepada semua wanita muslimah.


Sehingga tetap disimpulkan bahwa
perintah itu hanya berlaku buat para
isteri nabi, dan tidak berlaku buat wanita
lain.
c. Dalil lainnya: Isteri yang Melayani
Tamu-Tamu Suaminya
Hujjah lainnya yang mendukung
pendapat tidak wajibnya hijab adalah
banyak pendapat para ulama yang
mengatakan bahwa seorang isteri boleh
melayani tamu-tamu suaminya di
hadapan suami, asal dia melakukan tata
kesopanan Islam, baik dalam segi
berpakaiannya, berhiasnya, berbicaranya
dan berjalannya.
Pendapat para ulama itu didasari dari
hadits-hadits yang menyebutkan bahwa
para isteri shahabat biasa bertemu
dengan lawan jenis mereka, tidak ada
kewajiban untuk menggunakan
penghalang atau tabir.
Sahal bin Saad al-Anshari berkata sebagai berikut: 'Ketika
Abu Asid as-Saidi menjadi pengantin, dia mengundang Nabi
dan sahabat-sahabatnya, sedang tidak ada yang membuat
makanan dan yang menghidangkannya kepada mereka itu
kecuali isterinya sendiri, dia menghancurkan (menumbuk)
korma dalam suatu tempat yang dibuat dari batu sejak
malam hari. Maka setelah Rasulullah SAW selesai makan, dia
sendiri yang berkemas dan memberinya minum dan
menyerahkan minuman itu kepada Nabi.' (HR. Bukhari dan
Muslim)
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 2 Bab 5 : Walimatul 'Urs

Dari hadis ini, Ibnu Hajar Al-Asqalani


berkomentar: 'Seorang perempuan boleh
melayani suaminya sendiri bersama
orang laki-laki yang diundangnya...'
Tetapi tidak diragukan lagi, bahwa hal
ini apabila aman dari segala fitnah serta
dijaganya hal-hal yang wajib, seperti
hijab. Begitu juga sebaliknya, seorang
suami boleh melayani isterinya dan
perempuan-perempuan yang diundang
oleh isterinya itu.
Dan apabila seorang perempuan itu
tidak menjaga kewajiban-kewajibannya,
misalnya soal hijab, seperti kebanyakan
perempuan dewasa ini, maka tampaknya
seorang perempuan kepada laki-laki lain
menjadi haram.
d. Masjid Nabawi di Zaman
NabiTidak Memakai Tabir
Pandangan tidak wajibnya tabir
didukung pada kenyataan bahwa masjid
Nabawi di masa Rasulullah SAW masih
hidup pun tidak memasang kain tabir
penutup, yang memisahkan antara
ruangan laki-laki dan wanita. Bahkan
sebelumnya, mereka keluar masuk dari
pintu yang sama, namun setelah junmlah
mereka semakin hari semakin banyak,
akhirnya Rasulullah SAW menetapkan
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 2 Bab 5 : Walimatul 'Urs

satu pintu khusus untuk para wanita.


Hanya saja Rasulullah SAW
memisahkan posisi shalat laki-laki dan
wanita, yaitu laki-laki di depan dan
wanita di belakang.
Kesimpulan
Maka kesimpulan singkat yang bisa
kami kemukakan, urusan hijab atau tabir
pemisah batas antara ruang laki-laki dan
wanita adalah urusan khilafiyah, bukan
perkara qath'i dan bukan harga mati.
Sebegitu banyak dalil yang
menunjukkan ketidak-wajibannya,
sebagaimana juga banyak yang
mewajibkannya.
Ketika kita memilih untuk mewajibkan
hijab, tentu bukan berarti itu adalah satu-
satunya kebenaran yang bersifat mutlak.
Apalagi sampai mencela dan menuduh
bahwa mereka yang tidak menggunakan
hijab sebagai orang yang tidak Islami,
tidak sesuai sunnah nabi, atau keluar dari
Syariah Islam.
Dan sebaliknya, ketika kita memilih
untuk tidak mewajibkan hijab, tidak
lantas kita mencela saudara kita yang
memasang hijab sebagai ekstrimis,
fundamentalis, sok suci atau beragam
ungkapan celaan yang lain.
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 2 Bab 5 : Walimatul 'Urs

Kenapa kita tidak bisa saling


bertenggang-rasa? Ada sebegitu banyak
perkara khilafiyah di tengah kita, yang
memang tidak akan bisa dihindari. Lalu
mengapa kita masih saja sampai hati
untuk tidak berhenti dari mencela,
mengejek, melecehkan atau menuduh
sesat dan seterusnya? Apakah dengan
mencela, lalu orang akan mendapat ilmu
dan hidayah?


Jilid 34
Rumah
Tangga

Bab 1 : Kewajiban Suami Istri

Kewajiban yang harus ditunaikan oleh


seorang suami kepada istrinya di satu
sisi, tentu akan menjadi menjadi hak
yang diterima istri di sisi lain. Keduanya
berjalan berdampingan.
Di antaranya adalah kewajiban untuk
membayar mahar (maskawin), nafkah,
menyetubuhi, bermalam bersama istri,
memberikan pelayanan tertentu, serta
membagi segala sesuatu dengan yang
adil dengan istri-istri yang lain bila
memang ada.
A. Kewajiban Suami
Umumnya para ulama menyebutkan
bahwa diantara kewajiban seorang suami
adalah memberi mahar, memberi nafkah,
menyetubuhi, bermalam bersama istri,
menggilir bila punya lebih dari satu istri
dan berkhidmat memberikan pelayanan
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 3 Bab 1 : Kewajiban Suami Istri

kepada istri.
1. Memberi Mahar
Mahar adalah harta bernilai nominal
tertentu yang menjadi kewajiban suami
dan menjadi hak istri, yang ditetapkan
ketika akad nikah dilakukan. Dasar
kewajiban untuk memberi mahar ini
adalah firman Allah SWT :
َ‫بسس َلسكك سمم َسعسسن َسش سميِدء َنممن سكه َنسسمفجسسسا‬ ‫ء‬ ‫ءء ء‬
‫ص سكدسقاَتلن َ منلس سجة َفسسءإن َط م س‬‫سوآتكسوُما َالنلسسسساَء َ س‬
َ‫فسكككلوُكه َسهءنيجئاَ َلمءريجئا‬
Berikanlah mahar kepada wanita sebagai pemberian dengan
penuh kerelaan. Kemudian jika mereka menyerahkan kepada
kamu sebagian dari mahar itu dengan senang hati, maka
makanlah pemberian itu yang sedap lagi baik akibatnya.(QS.
An-Nisa: 4)

Apabila mahar sudah ditetapkan dan


disepakati, apalagi sudah diserahkan
kepada istri, maka sepenuhnya mahar itu
menjadi milik istri. Suami sudah tidak lagi
menjadi pemilik, sehingga tidak boleh
diminta kembali, sebagaimana firman
Allah SWT :

‫ل َتسأمكخكذوما َءممنكه َسشميجئاَ َأستسأمكخكذونسكه َبسكمهستَاَنجاَ َسوءإمثاَج َضمءبيناَج‬


‫فس س‬
Maka janganlah kamu mengambil kembali dari padanya
barang sedikitpun. Apakah kamu akan mengambilnya
kembali dengan jalan tuduhan yang dusta dan dengan dosa
yang nyata ?. (QS. An-Nisa:20)
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 3 Bab 1 : Kewajiban Suami Istri

‫ض َسوأسسخس سمذسن َءمنكك سسم‬


‫ضس سككمم َإءسل سس َبسسمعس س د‬ ‫ف َتسأمكخس سكذونسكه َسوقسس سمد َأسفم س‬
‫ض سسىَ َبسسمع ك‬ ‫سوسكميس س س‬
َ‫نميسثاَجقاَ َسغءليجظا‬
Bagaimana kamu akan mengambilnya kembali, padahal
sebagian kamu telah bergaul dengan yang lain sebagai
suami-isteri. Dan mereka telah mengambil dari kamu
perjanjian yang kuat.(QS An-Nisa: 21)

Pemberian mahar akan memberikan


pengaruh besar pada tingkat ke-qawam-
an suami atas istri. Juga akan
menguatkan hubungan pernikahan itu
yang pada gilirannya akan melahirkan
mawadah dan rahmah. Perhatikan firman
Allah SWT dalam ayat Al-Quran berikut
ini.
َ‫ض َسوءبسسا‬
‫ضسكهمم َسعلسسىَ َبسسمعس د‬ ‫النرسجاَكل َقسسلوُاكموُسن َسعسلىَ َالنسساَء َءبسساَ َفس ل‬
‫ضسسل َاللنسكه َبسسمع س‬
َ ‫سأنسفكقوُما َءممن َأسممسوُاءلءمم‬
Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh
karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka atas
sebahagian yang lain dan karena mereka telah menafkahkan
sebagian dari harta mereka. (QS An-Nisa : 34)

Ada dua yang menjadikan faktor


qawam-nya suami. Pertama karena
kelebihan yang Allah berikan. Kedua
karena suami itu yang memberi nafkah.
2. Memberi Nafkah
Kewajiban suami yang kedua setelah
memberi mahar kepada istrinya di awal
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 3 Bab 1 : Kewajiban Suami Istri

pernikahan, adalah memberi nafkah


secara rutin.
Nafkah adalah harta pemberian suami
kepada istri, yang seusai diberikan, maka
harta itu berubah status kepemilikannya,
menjadi milik istri.
Dasar atas perintah kepada suami
untuk memberi nafkah kepada istrinya
adalah firman Allah SWT :
‫ء ء‬ ‫ء ء‬ ‫ءء‬ ‫دء‬ ‫ء ء‬
‫ليكسمنفمق َكذو َسسسعة َممن َسسسعتَه َسوسممن َقكدسر َسعلسميه َءرمزقككه َفسسمليكسمنفمق َ لماَ َآستاَكه َاللهك‬
Wajiblah suami yang mampu untuk memberi nafkah menurut
kemampuannya. Dan orang yang disempitkan rezekinya
hendaklah memberi nafkah dari harta yang diberikan Allah
kepadanya. (QS. Ath-Thalaq : 7)

Bukan hanya suami yang punya


keluasan rizki saja yang Allah SWT
perintahkan untuk memberi nafkah
kepada istrinya, namun suami yang
rizkinya tidak seberapa, juga tetap
mendapat perintah untuk memberi
nafkah.
‫وعسلىَ َالمموُكلوُءد َلسه َءرمزقكسهلن َوكءسوُتكسهلن َءباَلممعرو ء‬
‫ف‬ ‫س س س م ك ك س م س ك س مك‬
Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada
para ibu dengan cara yang makruf. (QS. Al-Baqarah : 233)

‫ء‬ ‫ء‬ ‫ء‬


‫ض سينسكقوُا‬
‫ضسساَضروكهلن َلتَك س‬
‫ث َسس سسكمنتَكمم َم سمن َكومج سدككمم َسوسل َتك س‬‫أسس سءككنوُكهلن َءم سمن َسحمي س ك‬
‫ء‬ ‫ء‬
‫ضمعسن َسحملسكهلن‬ ‫سعلسميءهلن َسوإءمن َككلن َكأولست َسحمدل َفسأسنمفكقوُا َسعلسميءهلن َسحلت َيس س‬
Tempatkanlah mereka (para istri) di mana kamu bertempat
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 3 Bab 1 : Kewajiban Suami Istri

tinggal menurut kemampuanmu dan janganlah kamu


menyusahkan mereka untuk menyempitkan (hati) mereka.
Dan jika mereka (istri-istri yang sudah ditalak) itu sedang
hamil, maka berikanlah kepada mereka nafkahnya hingga
mereka bersalin. (QS. Ath-Thalaq : 6)

Rasulullah SAW bersabda :


‫وسللن َعلسيككم َءرمزقكسهلن َوكءسوُتكسهلن َءباَلممعرو ء‬
‫ف‬ ‫س ك س م م ك س م س ك س مك‬
Dan ada hak bagi mereka dan kewajiban bagi kalian untuk
memberi rizki dan pakaian dengan makruf (HR. Muslim)

3. Menyetubuhi
Menyetubuhi istri adalah kewajiban
suami kepada istrinya di satu sisi, dan di
sisi lain menjadi hak bagi suami
mendapatkannya dari istrinya.
Artinya, kedua belah pihak punya hak
dan kewajiban yang sama, yaitu saling
menunaikan tugas kewajiban dan juga
saling berhak menerimanya.
Namun tentang status hukum bagi
suami untuk menyetubuhi istrinya,
sedikit ada perbedaan pendapat di
kalangan ulama. Jumhur ulama
mengatakan hal itu menjadi kewajiban
suatu, sedangkan mazhab Asy-Syafi’iyah
mengatakan bahwa hukumnya bukan
wajib tetapi sunnah.
a. Wajib
Jumhur ulama di antaranya mazhab
Al-Hanafiyah, Al-Malikiyah dan Al-
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 3 Bab 1 : Kewajiban Suami Istri

Hanabilah sepakat menyebutkan bahwa


menyetubuhi istri hukumnya wajib bagi
suami. Sehingga bila suami tidak
menunaikan kewajibannya itu, maka dia
berdosa.
Dasarnya adalah hadits Rasulullah
SAW ketika mendapati ada beberapa
orang yang ingin puasa selamanya dan
tidak mau menikah selamanya. Maka
beliau bersabda :
‫ء ء‬
َ‫ك َسحيقا‬ ‫سوإءلن َلسزموج س‬
‫ك َسعلسمي س‬
Dan istrimu punya hak atas dirimu (HR. Bukhari)

Rasulullah SAW memerintahkan


kepada Abu Ad-Darda’ untuk
melakukannya dengan istrinya :
‫فسصم َوأسفمءطر َوصل َوسمن َوائم ء‬
‫ت َأسمهلس س‬
‫ك‬ ‫كم س م س س س س‬
Puasalah tapi juga berbukalah. Lakukan shalat malam tapi
juga tidur. Dan datangilah istrimu. (HR. Ad-Daruquthuny)

Selain itu Rasulullah SAW juga


melarang seorang suami melakukan ‘azl
ketika berhubungan, kecuali bila istrinya
memberi izin atau meridhainya. Sebab
‘azl yang dilakukan suami tentu
berdampak negatif bagi istri.

َ‫ل َبءءإمذ ءسنا‬


‫ َسعمن َسعمزل َاملكلرءة َإء ل‬َ ‫نسسسهىَ َسركسوُل َاللءه‬
Rasulullah SAW melarang melakukan ‘azl atas istri yang
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 3 Bab 1 : Kewajiban Suami Istri

merdeka, kecuali atas izinnya. (HR. Al-Baihaqi)

b. Sunnah
Sedangkan dalam pandangan Mazhab
Asy-Syafi’iyah, hukum atas suami
menyetubuhi istri bukan merupakan
kewajiban, melainkan hukumnya sunnah.
1

Dalam hal ini Mazhab Asy-Syafi’iyah


memandang bahwa menyetubuhi istri
bukan sebagai kewajiban suami,
melainkan sebagai hak suami atas
istrinya. Sehingga suami tidak bersalah
bila meninggalkan istrinya tanpa
disetubuhi.
Namun dalam mazhab ini,
menyetubuhi istri tetap dianggap
perbuatan yang mulia dan disunnahkan.
Hal itu menjadi sebuah kerahiman buat
istri.
4. Bermalam Bersama Istri
Bermalam bersama istri termasuk
salah satu hal yang dianggap para ulama
sebagai kewajiban suami atas istrinya.
Walaupun ada juga sebagian ulama yang
memandangnya sunnah dan bukan
kewajiban.
a. Wajib
Di antara para ulama yang
1 Mughni Al-Muhtaj, jilid 3 hal. 251
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 3 Bab 1 : Kewajiban Suami Istri

memandang bermalam sebagai


kewajiban adalah mazhab Al-Hanafiyah
dan Al-Hanabilah. Dasarnya adalah sabda
Rasulullah SAW :
‫ء ء‬ ‫ء‬ ‫ء‬
‫ك‬ ‫ك َسحيقاَ َسوإءمن َلسزموج س‬
‫ك َسعلسميس س‬ ‫ك َسحيقاَ َسوإءمن َلسعمينء س‬
‫ك َسعلسمي س‬ ‫إءلن َءلسسسدسك َسعلسمي س‬
َ‫سحيقا‬
Pada tubuhmu ada kewajiban yang harus kamu tunaikan.
Pada matamu juga ada kewajiban yang harus kamu
tunaikan. Dan pada tubuh istrimu juga ada kewajiban yang
harus kamu tunaikan. (HR. Bukhari dan Muslim)

Namun tentang ukuran dan kadarnya,


keduanya tidak sama persis menetapkan
aturannya.
Mazhab Al-Hanafiyah tidak
menetapkan minimal harus bermalam,
sedangkan mazhab Al-Hanabilah
menetapkan minimal bermalam bersama
istri adalah tiap satu hari dalam empat
hari. Logikanya, bahwa maksimal
seorang suami boleh bersuami empat
istri, sehingga seorang istri setidaknya
berhak tidur bersama suaminya sekali
dalam empat malam.
b. Tidak Wajib
Sedangkan yang memandang bahwa
bermalam bukan merupakan kewajiban
adalah mazhab Al-Malikiyah dan Asy-
Syafi'iyah. Keduanya memang tetap
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 3 Bab 1 : Kewajiban Suami Istri

menganjurkan, namun statusnya


hukumnya sunnah dan bukan merupakan
kewajiban.
5. Menggilir Para Istri
Apabila seorang suami punya lebih
dari satu istri dalam waktu yang
bersamaan, maka menjadi kewajiban
suami untuk menggilir istrinya dengan
adil. Dan menggilir ini disebut dengan
istilah al-qasmu (‫)القَسم‬.
Dan para ulama sepakat untuk
mewajibkan suami yang beristri lebih dari
satu untuk menggilirnya. Dasarnya
adalah hadits berikut ini :
‫إءسذا َسكسساَسن َءعمن سسد َاللركجسسل َاممسرأستسسساَءن َفسسلس سمم َيسسمع سءدل َبسمسيسنسسكهسمسساَ َسجسساَسء َيسس سموُسم َالمءقسياَسم سءة‬
‫سوءشضقكه َسساَقء ق‬
‫ط‬
Seorang yang punya dua istri, maka dia harus adil di antara
keduanya. Sebab bila tidak, maka nanti di hari kiamat dia
datang dalam keadaan miring. (HR. Tirmizy dan Al-Hakim).

6. Berkhidmat Memberikan
Pelayanan
Memberi pelayanan atau berkhidmat
menurut Jumhur ulama dan mazhab Adz-
Dzahiri adalah kewajiban para suami
kepada para istri. Para istri sendiri pada
hakikatnya tidak punya kewajiban untuk
berkhidmat kepada suaminya.
Memberi pelayanan yang paling
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 3 Bab 1 : Kewajiban Suami Istri

utama adalah dalam masalah makan dan


minum. Namun rincian bentuk khidmat
suami kepada istri adalah sebagai berikut
:
a. Mazhab al-Hanafi
Al-Imam Al-Kasani dalam kitab Badai'
Ash-Shanai’menyebutkan :
‫ت املتممرأتةد‬
‫تولت مو تجاَتء الرز مودج عبتطتعاَةَم تيِمحتتاَدج إتلىَ الرطمبعخ تواملتخمبعز تفأ تتب م‬
‫ت توديِسسمؤتمدر السسرزمودج أتمن‬ ‫ك إمن أتتبسس م‬
‫الرطمبتخ تواملتخمبتز تل دتمجتبدر تعتلىَ تذلع ت‬
‫تيِأمعتتي لتتهاَ عبتطتعاَةَم دمتهريِةَأ‬
Seandainya suami pulang bawa bahan pangan yang masih
harus dimasak dan diolah, lalu istrinya enggan unutk
memasak dan mengolahnya, maka istri itu tidak boleh
dipaksa. Suaminya diperintahkan untuk pulang membaca
makanan yang siap santap.1

Di dalam kitab Al-Fatawa Al-Hindiyah


fi Fiqhil Hanafiyah disebutkan : 2
‫وإن قاَلت ل أطبسخ ول أخسبز ل تجسسبر علسسىَ الطبسسخ والخسسبز‬
ِ‫وعلىَ الزوج أن يِأتيِهاَ بطعاَم مهيِأ أو يِأتيِهاَ بمن يِكفيِهاَ عمل‬
‫الطبخ والخبز‬
Seandainya seorang istri berkata,"Saya tidak mau masak dan
membuat roti", maka istri itu tidak boleh dipaksa untuk
melakukannya. Dan suami harus memberinya makanan siap
santan, atau menyediakan pembantu untuk memasak
makanan.

b. Mazhab Maliki
Ad-Dardir di dalam kitab Asy-syarhul
Kabir menyebutkan sebutkan sebagai
1 Badai'u As-Shanai', jilid 4 hal. 24
2 Al-Fatawa Al-Hindiyah, jilid 1 hal. 548
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 3 Bab 1 : Kewajiban Suami Istri

1
berikut :
‫ويِجب عليِه إخدام أهله بأن يِكون الزوج ذا سسسعة وهسسي ذات‬
‫قدر ليِس شأنهاَ الخدمة أو هو ذا قسسدر تسسزري خدمسسة زوجتسسه‬
َ‫ فيِجب عليِه أن يِسسأتي لهسسا‬،َ‫ فإنهاَ أهلِ للخدام بهذا المعنى‬،‫به‬
،‫بخاَدم وإن لم تكن أهلد للخدام أو كاَنت أهلد والزوج فقيِسسر‬
‫ ولو غنيِة ذات قدر من عجسسن وكنسسس‬،‫فعليِهاَ الخدمة الباَطنة‬
‫ واسسستقاَء مسساَ جسسرت‬،‫وفرش وطبخ له ل لضيِوفه فيِماَ يِظهر‬
‫به العاَدة وغسلِ ثيِاَبه‬
Wajib atas suami berkhidmat (melayani) istrinya. Meski
suami memiliki keluasan rejeki sementara istrinya punya
kemampuan untuk berkhidmat, namun tetap kewajiban istri
bukan berkhidmat. Suami adalah pihak yang wajib
berkhidmat. Maka wajib atas suami untuk menyediakan
pembantu buat istrinya.

c. Mazhab As-Syafi'i
Abu Ishaq Asy-Syirazi di dalam kitab
Al-Muhadzdzab menyebutkan : 2
ِ‫ول يِجب عليِهاَ خدمته في الخبز والطحسسن والطبسسخ والغسسسل‬
‫وغيِرهسساَ مسسن الخسسدم لن المعقسسود عليِسسه مسسن جهتهسساَ هسسو‬
‫ فل يِلزمهاَ ماَ سواه‬،‫الستمتاَع‬
Tidak wajib atas istri berkhidmat untuk membuat roti,
memasak, mencuci dan bentuk khidmat lainnya, karena yang
ditetapkan (dalam pernikahan) adalah kewajiban untuk
memberi pelayanan seksual (istimta'), sedangkan pelayanan
lainnya tidak termasuk kewajiban.

d. Mazhab Hanabilah
Di dalam kitab Al-Mughni karya Ibnu

1 Ad-Dardir, Asy-Syahu Al-Kabir, jilid 2 hal. 510-511


2 Abu Ishaq Asy-Syirazi , Al-Muhadzdzab, jilid 15 hal. 581
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 3 Bab 1 : Kewajiban Suami Istri

1
Qudamah disebutkan :
‫وليِس علىَ المرأة خدمة زوجهاَ من العجن والخسسبز والطبسسخ‬
‫ص عليِسسه‬
‫ نسس ص‬،‫وأشسسباَهه ككنسسس السدار وملِسسء المساَء مسن السبئر‬
‫ فل‬،َ‫أحمد؛ لن المعقود عليِه من جهتهسساَ هسسو السسستمتاَع بهسسا‬
‫يِلزمهاَ غيِره كسقي دوابه وحصاَد زرعه‬
Seorang istri tidak diwajibkan untuk berkhidmat kepada
suaminya, baik berupa mengadoni bahan makanan, membuat
roti, memasak, dan yang sejenisnya, termasuk menyapu
rumah, menimba air di sumur. Ini merupakan nash Imam
Ahmad rahimahullah. Karena aqadnya hanya kewajiban
pelayanan seksual. Maka pelayanan dalam bentuk lain tidak
wajib dilakukan oleh istri, seperti memberi minum kuda atau
memanen tanamannya.

‫ لنسسه العسساَدة‬،‫لكن الولىَ لهاَ فعلِ ماَ جرت العاَدة بقيِاَمهاَ بسسه‬
‫ول تنتظم المعيِشة من دونه ول تصلح الحاَلِ إل به‬
Namun yang lebih utama adalah melakukan apa yang sudah
menjadi adat, karena kehidupan itu tidak akan teratur tanpa
menjalanakn adat.

e. Mazhab Az-Zhahiri
Dalam mazhab yang dipelopori oleh
Daud Adz-Dzahiri ini, kita juga
menemukan pendapat para ulamanya
yang tegas menyatakan bahwa tidak ada
kewajiban bagi istri untuk mengadoni,
membuat roti, memasak dan khidmat
lain yang sejenisnya, walau pun
suaminya anak khalifah.
Suaminya itu tetap wajib
menyediakan orang yang bisa

1 Ibnu Qudamah, Al-Mughni, jilid 7 hal. 21


Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 3 Bab 1 : Kewajiban Suami Istri

menyiapkan bagi istrinya makanan dan


minuman yang siap santap, baik untuk
makan pagi maupun makan malam.
Serta wajib menyediakan pelayan
(pembantu) yang bekerja menyapu dan
menyiapkan tempat tidur.
f. Al-Qaradawi
Namun kalau kita baca kitab Fiqih
Kontemporer Dr. Yusuf Al-Qaradawi,
beliau agak kurang setuju dengan
pendapat jumhur ulama ini. Beliau
cenderung tetap mengatakan bahwa
wanita wajib berkihdmat di luar urusan
seks kepada suaminya.
Dalam pandangan beliau, wanita
wajib memasak, menyapu, mengepel dan
membersihkan rumah. Karena semua itu
adalah imbal balik dari nafkah yang
diberikan suami kepada mereka.
Kita bisa mafhum dengan pendapat
Syeikh yang tinggal di Doha Qatar ini,
namun satu hal yang juga jangan
dilupakan, beliau tetap mewajibkan
suami memberi nafkah kepada istrinya,
di luar urusan kepentingan rumah
tangga.
Jadi para istri harus digaji dengan nilai
yang pasti oleh suaminya. Karena Allah
SWT berfirman bahwa suami itu memberi
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 3 Bab 1 : Kewajiban Suami Istri

nafkah kepada istrinya. Dan memberi


nafkah itu artinya bukan sekedar
membiayai keperluan rumah tangga, tapi
lebih dari itu, para suami harus
'menggaji' para istri. Dan uang gaji itu
harus di luar semua biaya kebutuhan
rumah tangga.
Yang sering kali terjadi memang aneh,
suami menyerahkan gajinya kepada istri,
lalu semua kewajiban suami harus
dibayarkan istri dari gaji itu. Kalau masih
ada sisanya, tetap saja itu bukan lantas
jadi hak istri. Dan lebih celaka, kalau
kurang, istri yang harus berpikir tujuh
keliling untuk mengatasinya.
Jadi pendapat Syeikh Al-Qaradawi itu
bisa saja kita terima, asalkan istri juga
harus dapat 'jatah gaji' yang pasti dari
suami, di luar urusan kebutuhan rumah
tangga.
B. Kewajiban Istri
Apa yang menjadi kewajiban istri di
satu sisi tentu menjadi hak suami di sisi
yang lain. Dan begitu juga sebaliknya,
apa yang menjadi kewajiban suami tentu
menjadi hak istri di sisi yang lain. Dan
keduanya berjalan berdampingan, tidak
bisa saling terpisah antara kewajiban istri
dan hak suami.
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 3 Bab 1 : Kewajiban Suami Istri

Para ulama umum menyebutkan


bahwa diantara kewajiban yang harus
ditunaikan oleh seorang istri antara lain
penyerahan diri, memberikan pelayanan
dalam hal istimta', diberi pelajaran ketika
nusyuz, minta izin ketika keluar rumah
atau bepergian, tidak mengizinkan orang
lain masuk rumah kecuali atas izin suami
dan berkhidmat melayani suami.
1. Penyerahan Diri
Penyerahan diri dalam istilah bahasa
Arab sering disebut dengan taslimun-
nafs (‫)تسككليم النفككس‬. Maksudnya seorang istri
wajib menyerahkan dirinya sepenuhnya
untuk suaminya, khususnya dalam hal
hubungan seksual (‫)الجماع‬.
Kewajiban ini harus ditunaikan oleh
istri dan menjadi hak suaminya. Sebab
pernikahan itu pada hakikatnya memang
bertujuan menghalalkan hubungan
seksual. Oleh karena itu kewajiban utama
seorang istri adalah menyerahkan dirinya
kepada suaminya.
Namun kewajiban istri yang satu ini
berbanding juga dengan kewajiban
suami untuk menunaikan kewajibannya,
yaitu mahar dan nafkah. Oleh karena itu
bila suami tidak membayarkan mahar
atau nafkah, maka istri berhak untuk
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 3 Bab 1 : Kewajiban Suami Istri

menolak ajakan suami.


2. Istimta’
Yang dimaksud dengan istimta' tidak
lain adalah hubungan kelamin, hubungan
badan atau hubungan seksual antara
suami dan istri. Hukumnya menjadi
kewajiban sekaligus hak bagi masing-
masing. Bahkan salah satu tujuan
pernikahan adalah al-istimta' itu sendiri.
Dasarnya adalah firman Allah SWT :
‫ث َلسككمم َفسأمتكوُا َسحمرثسككمم َأسلن َءشمئتَكمم‬
‫نءسساَكؤككمم َسحمر ق‬
Para istrimu itu adalah ladangmu, maka datangilah
ladangmu itu dengan cara yang kamu mau (QS. Al-Baqarah :
223)

Dan karena istimta ini merupakan


kewajiban istri atas suami, maka suami
berhak melarang istrinya melakukan hal-
hal yang sekiranya menghalangi
terjadinya istimta'.
Di antaranya suami berhak melarang
istrinya melakukan puasa sunnah. Dan
juga berhak memerintahkan istrinya
untuk segera mandi janabah seusai haidh
atau nifas, sebab bila belum mandi maka
hal itu menghalangi istimta'.
Termasuk juga suami berhak
memerintahkan istrinya memakai
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 3 Bab 1 : Kewajiban Suami Istri

wewangian dan mencukur bulu


kemaluannya. Di dalam kitab Al-Fatawa
Al-Hindiyah disebutkan :
‫توتلده تجمبدرتهاَ تعتلىَ الرتمطعيِيِ ع‬
‫ب توالعمسعتمحتداعد‬
Hak suami untuk memerintahkan istrinya memakai
wewangian dan mencukur bulu kemaluan.1

Para ulama juga menyebutkan bahwa


suami berhak melarang istri memakan
makanan yang menimbulkan bau tidak
sedap, seperti bawang dan sejenisnya.
Juga untuk membersihkan diri dari
kotoran, najis, memotong kuku,
mencukur bulu ketiak, menggosok gigi
dan seterusnya.
Alasanya, karena semua itu termasuk
bagian dari istimta' yang menjadi hak
suami atas tubuh istrinya.
3. Diberi Pelajaran Waktu Nusyudz
Di antara hak suami kepada istrinya
pada saat nusyuz adalah diberikannya
pelajaran (ta'dib) oleh suaminya.
Dasarnya adalah firman Allah SWT :
‫ضس س سساَءجءع‬ ‫ء‬
‫سوالللءتس س سس َستسس س سساَكفوُسن َنككشس س سسوُسزكهلن َفسعظسك س سسوُكهلن َسوامهكجكروكه س س سلن َءفس س سس َالمسم س‬
‫ضءركبوُكهلن‬ ‫سوا م‬
Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya, maka
nasihatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur

1 Al-Fatwa Al-Hinidyah, jilid 1 hal. 341


Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 3 Bab 1 : Kewajiban Suami Istri

mereka, dan pukullah mereka. (QS. An-Nisa' : 34)

4. Minta Izin Bepergian


Di antara kewajiban istri atas
suaminya adalah meminta izin untuk
keluar rumah bila akan bepergian.
Dasarnya adalah hadits berikut ini :

َ‫ َسياَ َسركسوُل َالل ءه َسماَ َسح ضق َال لزموءج َسعسلى‬:‫ت‬ ‫ َفسسسقاَلس م‬َ ‫بسس‬
‫ء‬
‫أسلن َاممسسرأسجة َأستسست َالنلء ل‬
‫ٌ َفسس سءإمن‬،‫ل َبءس سءإمذنءءه‬
‫ل َستمس سكرسج َءمس سمن َبسسميتَءسهس سساَ َإء ل‬
‫ َسحضقس سكه َسعسمليسسهس سساَ َأس ل‬:‫اللزموسجس سءة؟ َفسسسقس سساَل‬
‫ب‬‫ت َلسعنسمتَسهسساَ َملسئءسكس سكة َاللسس سماَءء َوملسئءسكس سكة َاللرمحسس سءة َوملسئءسكس سكة َالمعس سسذا ء‬
‫س‬ ‫سس‬ ‫س سس‬ ‫فسسسعلسس س م س س س‬
‫سحلت َتسسمرءجسع‬
Seorang wanita datang dan bertanya kepada Rasulullah
SAW,"Apa hak seorang suami atas istrinya?". Beliau SAW
menjawab,"Haknya adalah istri tidak keluar rumah kecuali
atas izinnya. Kalau istrinya nekat keluar juga, maka malaikat
langit, malaikat kasih sayang dan malaikat adzab
melaknatnya sampai dia pulang". (HR. Al-Bazzar)

5. Tidak Mengizinkan Laki-laki Lain


Masuk Rumah
Di antara kewajiban istri terhadap
suami adalah tidak mengizinkan laki-laki
lain masuk ke dalam rumah suaminya.
Namun apabila suami sendiri yang
mengajak atau mengizinkannya, tentu
hukumnya menjadi boleh.
Dasar larangan ini adalah hadits
berikut :
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 3 Bab 1 : Kewajiban Suami Istri

‫صسسوُسم َسوسزموكجسهسساَ َسشساَءهقد َإء ل‬


‫ل َبءسءإمذنءءه َسوسل َتسسأمسذسن َءفس َبسسميتَءسءه‬ ‫ء ء ء‬
‫سل َسيل َلملسمسمرأسة َأسمن َتس ك‬
‫ل َبءءإمذنءءه‬
‫إء ل‬
Tidak halal bagi seorang wania untuk berpuasa sunnah
padahal suaminya bersamanya kecuali atas izinnya. Dan
janganlah mengizinkan orang masuk ke rumahnya kecuali
atas izinnya juga. (HR. Bukhari Muslim)

‫فسأسلم سساَ َسحضقككس سمم َسعلسسسىَ َنءسسسساَئءككمم َفس س‬


‫ل َيكسسوُءطمئسن َفكسكرسشس سككمم َسمس سمن َتسمكسركهسسوُسن َسولس‬
‫يسأمسذلن َءف َبسككيوُتءككمم َلءسممن َتسمكسركهوُسن‬
Hak kaliat atas istri kalian adalah tidak membolehkan orang
yang kalian tidak suka untuk tidur di ranjang kalian dan
tidak membolehkan orang yang tidak kamu suka unutk masuk
ke rumah kalian. (HR. Tirmizi)

6. Berkhidmat dan Melayani Suami


Para ulama berbeda pendapat tentang
kewajiban khidmat seorang istri kepada
suaminya serta melayaninya, seperti
memasak dan lainnya.
a. Jumhur : Tidak Wajib
Jumhur ulama umumnya, di antaranya
mazhab Asy-Syafi'iyah, Al-Hanabilah dan
sebagian dari mazhab Al-Malikiyah
mengatakan bahwa pada dasarnya
seorang istri tidak diwajibkan untuk
berkhidmat atau melayani suami.
Maksudnya, secara hukum syariah
sebenarnya bukan kewajiban. Namun
kalau para istri yang secara suka rela
melakukannya, tentu bukan sesuatu yang
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 3 Bab 1 : Kewajiban Suami Istri

terlarang.
Maka mereka mengatakan bahwa
mengikuti 'urf atau apa yang sudah
menjadi kebiasaan di suatu tempat tetap
dianjurkan.
b. Al-Hanafiyah
Sedangkan pandangan mazhab Al-
Hanafiyah memang merupakan
kewajiban yang sifatnya agama, namun
bukan kewajiban yang bersifat hukum
positif.
c. Sebagian Al-Malikiyah
Dan sebagian ulama mazhab Al-
Malikiyah mengatakan bahwa khidmat
istri kepada suami hanya sebatas pada
bagian yang sifatnya batiniyah, bukan
yang bersifat fisik.
7. Ikut Suami
Seorang istri diwajibkan untuk ikut
suaminya dan tinggal pada rumah yang
telah ditentukan oleh suaminya. Meski
pun tempat itu jauh dari rumah asalnya.
Karena dengan tinggal di rumah
suaminya atau bersama suaminya itulah
yang menyebabkan seorang istri berhak
mendapatkan nafkah.
Ketika seorang istri bersikeras hidup
terpisah dari suami, maka pada dasarnya
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 3 Bab 1 : Kewajiban Suami Istri

kewajiban suami untuk memberi nafkah


pun gugur dengan sendirinya.

Bab 2 : Mahar

A. Pengertian
1. Bahasa
Secara bahasa, kata mahar (‫)عمحهككككر‬
bermakna :
‫تماَ تيِمدتفدعده الرز مودج إعتلىَ تزموتجعتعه عبتعمقعد الرزتواعج‬
Harta yang diberikan oleh suami kepada istri terkait dengan
akad nikah.

2. Istilah
Tiap-tiap ulama punya definisi
tersendiri yang berbeda satu sama lain
tentang defisni mahar.
Mazhab Al-Hanafiyah mendefinisikan
mahar sebagai :
‫تماَ تتمستتعحتقده التممرأتةد عبتعمقعد السَنتكاَعح أتعو التومطعء‬
Harta yang menjadi hak seorang wanita karena dinikahkan
atau hubungan seksual.

Mazhab Al-Malikiyah mendefinisikan


mahar sebagai :
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 3 Bab 2 : Mahar

َ‫تماَ تيِمجتعدلِ عللرزموتجعة فيع تنعظيِعر العمسعتممتتاَعع عبتها‬


Harta yang diserahkan kepada istri sebagai imbalan atas
kehalalan menyetubuhinya.

Mazhab Asy-Syafi'iyah mendefinisikan


mahar sebagai :
‫ضةَع تقمهدرا‬ ‫ب عبعنتكاَةَح أتمو تومطةَء أتمو تتمفعويِ ع‬
‫ت دب م‬ ‫تماَ توتج ت‬
Harta yang wajib diserahkan karena sebab nikah, hubungan
seksual atau hilangnya keperawanan.

Mazhab Al-Hanabilah mendefinisikan


mahar sebagai :
‫ض فيع السَنتكاَعح‬
‫الععتو د‬
Imbalan atas pernikahan

Maksudnya mahar adalah harta yang


diberikan oleh suami kepada istri sebagai
imbalan (pengganti) dari telah dinikahi.
Baik mahar itu disebutkan dalam akad,
ataupun diwajibkan setelahnya dengan
keridhaan kedua belah pihak, atau lewat
pemerintah (al-hakim).
3. Istilah Yang Sepadan
Selain digunakan istilah mahar, juga
ada beberapa istilah lain yang maknanya
sama, yaitu :
 Shadaq (‫صعداق‬ ‫) ع‬
 Nihlah (‫)نإححلة‬
 Ajr (‫)أجر‬
 Faridhah (‫)فريضة‬
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 3 Bab 2 : Mahar

 Hiba’ (‫)إحعباء‬
 ‘Uqr (‫)معحقَر‬
 ‘Alaiq (‫)علئاق‬
 Thaul (‫)عطحول‬
 Nikah (‫)نكاح‬
B. Hukum Mahar
Kedudukan hukum mahar dalam fiqih
pernikahan antara lain bahwa mahar
bukan termasuk rukun nikah, sehingga
akad nikah tetap sah meski tidak
menyebutkan mahar :
1. Mahar Bukan Rukun Nikah
Jumhur ulama sepakat bahwa
kedudukan mahar dalam akad nikah
bukan sebagai rukun dalam sebuah
pernikahan, dan juga bukan syarat.
Tetapi mahar hanyalah salah satu hukum
dari hukum-hukum pernikahan. Sehingga
akad nikah tetap sah meski pun tidak ada
mahar.
Dasarnya adalah firman Allah SWT :

‫ل َكجنسسساَسح َسعلسميكك سمم َإمن َطسلمقتَكسمم َالنسسسساَسء َسمسساَ َسلسمس َستسضسسسوُكهلن َأسمو َتسسمفءر ك‬
‫ض سوُا َسل سكلن‬
‫ضةج‬ ‫فسءري س‬
Tidak ada kewajiban membayar atas kamu, jika kamu
menceraikan isteri-isteri kamu sebelum kamu bercampur
dengan mereka dan sebelum kamu menentukan maharnya.
(QS. Al-Baqarah : 236)
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 3 Bab 2 : Mahar

Pertimbangan kenapa mahar tidak


termasuk rukun nikah adalah karena
tujuan asasi dari sebuah pernikahan
bukan jual-beli. Tujuan pernikahan itu
adalah melakukan ikatan pernikahan dan
juga istimta'. Sehingga mahar hanya
salah satu kewajiban suami,
sebagaimana juga nafqah, yang tidak
perlu disebutkan pada saat akad.
Al-Imam An-Nawawi rahimahullah
dalam kitab Rasudhatu Ath-Thalibin
menebutkan : 1
‫ف املتمعبيِسسعع‬
‫س املتممهدر درمكدناَ عفسسي السَنتكسساَعح عبعخل ع‬
‫ لتميِ ت‬: ‫ب‬‫صتحاَ د‬ ‫تقاَتلِ الت م‬
‫توالرثتمعن عفي املتبميِعع‬
Al-Ashab berkata : Mahar itu bukan rukun dalam nikah,
berbeda dengan barang yang diperjual-belikan dan uang
dalam jual-beli.

2. Ijab Qabul Tanpa Penyebutan


Mahar Sah
Dan oleh karena itulah maka
penyebutan mahar dalam akad nikah
juga tidak diharuskan. Artinya, lafadz ijab
qabul yang tidak menyebutkan besaran
mahar tetap dianggap sudah sah.
Ibnu Qudamah dalam kitab Al-Mughni
juga menyebutkan bahwa nikah tetap
sah meski tanpa menyebutan mahar: 2

1 Al-Imam An-Nawawi, Raudhatu Ath-Thalibin, jilid 7 hal. 247


2 Ibnu Qudamah, Al-Mughni, jilid 6 hal 712
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 3 Bab 2 : Mahar

ِ‫ عفسسي تقسسموعل‬, ‫صسستداةَق‬ ‫تودجممتلدتده أترن السَنتكاَتح تيِ ع‬


‫صتح عممن تغميِعر تتمسسسعمتيِعة ت‬
‫تعاَرمعة أتمهعلِ املععملعم‬
Dan simplenya bahwa nikah itu sah meski tanpa
menyebutkan mahar, sebagaimana pendapat kebanyakan
ahli ilmu.

Oleh karena itu pula maka syariat


Islam membenarkan zawaju at-tafwidh,
atau pernikahan tanpa menyebutkan
mahar atau juga tidak menyebutkan
apakah ada mahar atau tidak.
3. Penyebutan Mahar Mustahab
Meski pun tanpa penyebutan mahar
sebuah akad nikah sudah dianggap sah,
namun mazhab Asy-Syafi'iyah dan Al-
Hanabilah menetapkan bahwa hukumnya
mustahab untuk disebutkan dalam akad
nikah.
Alasannya, karena Rasulullah SAW
selalu menyebutkan mahar tatkala
menikah. Selain itu juga agar tidak terjadi
sengketa di kemudian hari.
C. Hikmah Mahar
Selain status hukum, mahar pun juga
punya beberapa hikmah di balik
pensyariatannya, antara lain :
1. Bentuk Pemuliaan Islam Kepada
Wanita
Salah satu bentuk pemuliaan Islam
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 3 Bab 2 : Mahar

kepada seorang wanita adalah


pemberian mahar saat menikahinya.
Mahar adalah harta yang diberikan pihak
calon suami kepada calon istrinya untuk
dimiliki sebagai penghalal hubungan
mereka.
Dahulu di zaman jahiliyah wanita
tidak memiliki hak untuk dimiliki
sehingga urusan mahar sangat
bergantung kepada walinya. Walinya
itulah yang kemudian menentukan
mahar, menerimanya dan juga
membelanjakannya untuk dirinya sendiri.
Sedangkan pengantin wanita tidak punya
hak sedikitpun atas mahar itu dan tidak
bisa membelanjakannya.
Maka datanglah Islam menyelesaikan
permasalahan ini dan melepaskan beban
serta mewajibkan untuk memberikan
mahar kepada wanita. Islam menjadikan
mahar itu menjadi kewajiban kepada
wanita dan bukan kepada ayahnya.
َ‫بسس َلسكك سمم َسعسسن َسش سميِدء َنممن سكه َنسسمفجسسسا‬ ‫ء‬ ‫ءء ء‬
‫ص سكدسقاَتلن َ منلس سجة َفسسءإن َط م س‬‫سوآتكسوُما َالنلسسسساَء َ س‬
َ‫فسكككلوُكه َسهءنيجئاَ َلمءريجئا‬
Berikanlah maskawin kepada wanita sebagai pemberian
dengan penuh kerelaan . Kemudian jika mereka menyerahkan
kepada kamu sebagian dari maskawin itu dengan senang
hati, maka makanlah pemberian itu yang sedap lagi baik
akibatnya.(QS. An-Nisa: 4)
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 3 Bab 2 : Mahar

‫سوإءمن َأسسردضتكس س َامس س ستَءمبسداسل َسزمودج َلمسكس سساَسن َسزمودج َسوآتسسميتَكس سمم َإءمحس سسداكهلن َءقنطسس سساَجرا َفسلس‬
‫تسأمكخكذوما َءممنكه َسشميجئاَ َأستسأمكخكذونسكه َبسكمهستَاَنجاَ َسوءإمثاَج َضمءبيناَج‬
Dan jika kamu ingin mengganti isterimu dengan isteri yang
lain , sedang kamu telah memberikan kepada seseorang di
antara mereka harta yang banyak, maka janganlah kamu
mengambil kembali dari padanya barang sedikitpun. Apakah
kamu akan mengambilnya kembali dengan jalan tuduhan
yang dusta dan dengan dosa yang nyata ?. (QS. An-Nisa:20)

‫ض َسوأسسخس سمذسن َءمنكك سسم‬


‫ضس سككمم َإءسل سس َبسسمعس س د‬ ‫ف َتسأمكخس سكذونسكه َسوقسس سمد َأسفم س‬
‫ض سسىَ َبسسمع ك‬ ‫سوسكميس س س‬
َ‫نميسثاَجقاَ َسغءليجظا‬
Bagaimana kamu akan mengambilnya kembali, padahal
sebagian kamu telah bergaul dengan yang lain sebagai
suami-isteri. Dan mereka telah mengambil dari kamu
perjanjian yang kuat.(QS An-Nisa: 21)

2. Ikatan Yang Kuat


Pemberian mahar akan memberikan
pengaruh besar pada hubungan
pernikahan antar suami dan istri.
3. Wujud Nyata Bentuk
Kepemimpinan Suami
َ‫ض َسوءبسسا‬
‫ضسكهمم َسعلسسىَ َبسسمعس د‬ ‫النرسجاَكل َقسسلوُاكموُسن َسعسلىَ َالنسساَء َءبسساَ َفس ل‬
‫ضسسل َاللنسكه َبسسمع س‬
َ ‫سأنسفكقوُما َءممن َأسممسوُاءلءمم‬
Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh
karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka atas
sebahagian yang lain dan karena mereka telah menafkahkan
sebagian dari harta mereka. (QS An-Nisa : 34)

D. Mahar Rasulullah SAW 500 Dirham


Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 3 Bab 2 : Mahar

Di dalam hadits shahih disebutkan


bahwa mahar yang beliau SAW berikan
kepada istri-istri beliau adalah 500
dirham perak. Hadits itu agak panjang,
intinya Aisyah radhiyallahuanha ditanya
tentang nilai mahar yang Rasulullah SAW
berikan kepada istri-istrinya. Lalu
menurut pengamatan dan analisa Beliau
radhiyallahuannha nilainya adalah 500
dirham.
1. Nash Hadits
َ‫ َأتسمدءرىَ َسمسسا‬:‫ت‬ ‫ء‬ ‫ءءء‬
‫ َسقاَلس م‬:‫كاَن َصسداكقه َلسمزسواجه َثمنست َسعمشسرسة َأموقيسجة َسونسيشاَ َسقاَسل‬
‫ك َسخمكسس سءماَئسءة‬ ‫ َنءصس س ء‬:‫ َسل َقسس سساَلست‬:‫ َقكسملس ست‬:‫ َقسسساَسل‬.‫ش َ؟‬
‫ف َأموقيسس سدة َ َفستَءملس س س‬
‫م م ك‬ ‫ك‬ ‫النلس س ض‬
.‫ل َسعلسميءه َسوسسلسم َلسمزسواءجءه‬ ‫ء‬ ‫ء‬
‫ َفسسسهسذا َصسداكق َسركسوُكل َال َ س‬.‫دمرسهدم‬
‫صللىَ َا ك‬
‫ء‬
Aisyah berkata,"Mahar Rasulullah kepada para isteri beliau
adalah 12 Uqiyah dan satu nasy". Aisyah berkata,"Tahukah
engkau apakah nash itu?". Abdur Rahman berkata,"Tidak".
Aisyah berkata,"Setengah Uuqiyah". Jadi semuanya 500
dirham. Inilah mahar Rasulullah saw kepada para isteri
beliau. (HR. Muslim)

Maka karena hadits ini shahih


derajatnya, lagi pula yang ditanya juga
seorang yang tepat, yaitu istri Rasulullah
SAW sendiri, maka banyak para ulama
yang menerima penjelasan Aisyah ini.
Walaupun sebenarnya masih ada
beberapa versi yang lain dari jalur hadits
yang berbeda. Tetapi anggaplah 500
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 3 Bab 2 : Mahar

dihram ini salah satu versi yang paling


banyak dipakai oleh para ulama.
2. Uang 500 Dirham Itu Berapa
Rupiah?
Tinggal yang jadi masalah, uang
sebesar 500 dirham itu kalau
dikonversikan ke dalam mata uang kita
saat ini, jatuhnya kira-kira berapa rupiah?
Disinilah terjadi ijtihad yang bisa saja
berbeda-beda metodenya. Dan kalau
hasil akhirnya menjadi berbeda, tidak
bisa disalahkan.
Ada beberapa pendekatan tentang
berapa nilai 500 dirham ini kalau
dibandingkan dengan besaran uang
zaman sekarang. Pendekatan pertama,
dengan pendekatan nilai dirham di masa
Rasulullah SAW. Dan pendekatan kedua
dengan perbandingan harga perak.
a. Pendekatan Pertama
Pendekatan pertama lewat
perbandingan antara dinar dan dirham.
Dinar adalah mata uang emas sedangkan
dirham adalah mata uang perak. Nilai
dinar emas tentu lebih besar dari pada
nilai dirham perak.
Di masa Rasulullah SAW, uang 1 dinar
emas bisa untuk membeli seekor
kambing sebagaimana hadits Urwah Al-
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 3 Bab 2 : Mahar

Bariqi.

‫ضس سءحيلةج‬ ‫ء‬ ‫ء‬


‫ث َسمسعس سكه َبسء سديمسسناَدر َيسمشس س سءتيِ َلسس سكه َأك م‬ ‫سعس سمن َعكس سمرسوسة َالبسسساَءرقنيِ َأسلن َالنلء ل‬
‫بسس َبسسسعس س س‬
‫ء‬ ‫يسس َفسسبسساَ ء‬
‫ َفسس سسدسعاَلسهك‬.َ َ‫ع َسواحس سسدجة َبسء سديمسسناَدر َسوأستسسساَكه َبءسساَلكمخسرى‬ ‫سفاَمشس ستَسسسرىَ َلسس سكه َاثمسنستَسس م ء س س‬
‫ب َلسءربسسح َفءميءه‬ ‫ءء‬
‫باَلبسسسرسكة َءف َبسسميعه َسفكاَسسن َلسءوُ َامشتَسسسرىَ َالضتاس س‬
‫ء ء‬

Dari 'Urwah al-Bariqi bahwa Nabi SAW memberinya satu


dinar untuk dibelikan seekor kambing. Maka dibelikannya
dua ekor kambing dengan uang satu dinar tersebut, kemudian
dijualnya yang seekor dengan harga satu dinar. Setelah itu ia
datang kepada Nabi SAW dengan seekor kambing. Kemudian
beliau SAW mendoakan semoga jual belinya mendapat
berkah. Dan seandainya uang itu dibelikan tanah, niscaya
mendapat keuntungan pula. (HR. Ahmad dan At-tirmizy)

Dan perbandingan nilai dirham


dengan dinar di masa itu sebagaimana
banyak diriwayatkan berkisar antara 10
hingga 12 bahkan bisa sampai 15.
Maksudnya, 1 dinar emas kadang setara
dengan 10 dirham perak, kadang setara
dengan 12 dirham perak dan kadang
setara dengan 15 dirham perak. Kita
coba hitung tiga-tiganya.
 Kalau kita pakai perbandingan 1:10
yaitu 1 dinar emas setara dengan
10 dirham perak, maka 500 dirham
perak setara dengan 50 dinar
emas. Itu setara dengan 50 ekor
kambing.
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 3 Bab 2 : Mahar

 Kalau kita pakai perbandingan 1:12,


yaitu 1 dinar emas setara dengan
12 dirham perak, maka 500 dirham
perak sertara dengan 41,6 dinar
emas. Kalau dibelikan kambing
minimal dapat 41 ekor.
 Kalau kita pakai perbandingan 1:15,
yaitu 1 dinar emas setara dengan
15 dirham perak, maka 500 dirham
perak sertara dengan 33,3 dinar
emas. Kalau dibelikan kambing
minimal dapat 33 ekor.
Kesimpulannya 500 dirham kira-kira
bisa untuk membeli kurang lebih antara
33, 41 hingga 55 ekor kambing.
Tinggal kita hitung saja berapa harga
kambing saat ini. Anggaplah misalnya
harga kambing pukul rata Rp. 1. 000.000
(sejuta rupiah) per-ekor, maka kurang
lebih nilai 500 dirham itu antara 33 juta,
atau 41 juta atau 50 juta.
b. Pendekatan Kedua
Pendekatan kedua ini dihitung oleh
Syeikh Muhammad Shalih Al-Munajjid
dalam salah satu fatwanya. Beliau
menghitung dengan cara menghitung
berapa harga dirham di masa Nabi SAW
dibandingkan dengan harga perak hari
ini. Menurut beliau, nilai satu dirham di
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 3 Bab 2 : Mahar

masa Nabi SAW kalau diukur dengan


timbangan modern zaman kita kurang
lebih setara dengan 2,975 gram. Sedikit
lagi tiga gram perak. Lalu 500 dinar
dikalikan 2,975 = 1.487,5 gram perak.
Harga 1 dirham perak di Saudi Arabia
menurut hitungan beliau setara dengan 1
Riyal Saudi. Sehingga 500 dinar di masa
Nabi SAW setara dengan 1.487,5 Riyal
Saudi. Dan nilai itu setara dengan 396,7
USD.
Seandainya nilai dolar Amerika itu kita
patok 10 ribu rupiah, maka mahar Nabi
SAW itu 39 juta lebih, atau Rp.
39.670.000 rupiah Tetapi kalau pakai nilai
dolar 11 ribu rupiah, maka nilainya akan
naik menjadi Rp.43.637.000 .
3. Sepasang Sendal
‫ت َسعل سىَ َنسسمعلس م ء‬ ‫ء ء‬ ‫ءء ء ء ل‬
.‫يسس‬ ‫سع سمن َسعسساَمر َبمسن َسر مبيسسع سسة َأسن َامم سسرأسجة َم سمن َبسنسس َفس سسزاسرة َتسسسزلوسج س م س‬
‫ك َوماَلء ء‬
‫ء ء‬ ‫ء ء‬ ‫ء‬
‫ي؟‬ ‫ك َءبنسسمعلس م ء‬ ‫ َأسسرض ميت َسع من َنسسمفس س س‬:َ َ ‫فسسسقس سساَسل َسركسس سسوُكل َالس سس‬
‫ َفسأسسجاَسزهك‬.‫ َنسسسعمم‬:‫ت‬ ‫فسسسقاَلس م‬
Dari Amir bin Robi'ah bahwa seorang wanita dari Bani
Fazarah menikah dengan mahar sepasang sendal. Lalu
Rasulullah SAW bertanya, "Relakah diri dan hartamu
dinikahi dengan sepasang sendal?". Wanita itu menjawab,"
Ya". Maka beliau SAW pun membolehkannya (HR. Ahmad,
Tirmidzi, Ibnu madjah).

3. Mengajarkan Al-Quran
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 3 Bab 2 : Mahar

‫ َياَسرسوُسل َالء‬:‫ َجاَءتمه َام رأسقة َفسسسقاَلست‬َ ‫عن َسسهءل َبسءن َسسعدد َأسلن َالنلءبس‬
‫م سك‬ ‫س س ك مس‬ ‫ل‬ ‫سم سم م سم‬
‫ت َقءسياَجمسساَ َطسسءوُيم ج‬
:‫ َفسسسقسساَسم َسركج سقل َفسسسقسساَسل‬.‫ل‬ ‫ َفسسسقسساَسم م‬.‫ك‬ ‫ت َنسسمفءسسسيِ َلسس س‬ ‫إء نءنسس َسوسهمب س ك‬
‫لس‬‫ َفسسسقساَسل َرسسسوُكل َا ء‬.‫ك َءبساَ َحاَجسة‬ ‫ء ء ء‬
‫سك‬ ‫سياَسركسوُسل َال َسزنومج منيسسهاَ َإمن َلسسمم َيسككسمن َلسس س س س س‬
‫ َسمسساَ َءعمنس سءدميِ َاءلل‬:‫صس سءدقكسسهاَ َاءيلسساَكه؟ َفسسسقسساَسل‬ ‫د‬ ‫ء ء‬
‫ َسه مل َعمن سدسك َم من َسش ميِء َتك م‬:َ 
‫ َامن َاسمعطسميتَسسسهاَ َاسزاسرسك َسجلسمس س‬َ ‫بس‬
‫ء‬ ‫ء‬ ‫ء‬ ‫ء‬
‫ك‬ ‫ت َسل َاسزاسر َلس س‬ ‫ َفسسسقساَسل َالنلء ض‬.‫اسزاءرميِ َهسسذا‬
‫س َسولسسموُ َسخاَستجساَ َءمسمن‬ ‫ء ء‬ ‫ء‬ ‫ء‬
‫ َالمتَسمس م‬:‫ َفسسسقسساَسل‬.َ‫ َسمساَ َاسجسكد َسشسميجئا‬:‫ َفسسسقاَسل‬.َ‫س َسشميجئا‬ ‫سفاَلمتَسم م‬
‫ َسه مل َسمسع س‬:َ َ ‫بسس‬
‫حءدي س د‬
‫ك‬ ‫ َفسسسقسساَسل َلسسكه َالنلء ض‬.َ‫س َفسسلسسمم َ سءي سمد َسش سميجئا‬
‫س‬ ‫م‬
‫س‬ َ‫ت‬
‫س‬ ‫ل‬
‫م‬ َ‫سا‬ ‫س‬
‫س‬‫ف‬ َ .‫د‬ ‫س م‬
‫ء‬ ‫ء‬ ‫ء‬
‫ َكسموُسركة َسكسذا َسوكسموُسركة َسكسذا َلكسسسوُدر َيكسسس ن م‬.‫ َنسسسعمم‬:‫مسن َمالكقمرآن َسشميقئ؟ َسقاَسل‬
.َ‫ميسسها‬

‫ َقسمد َسزلومجتَكسكسهاَ َءبساَ َسمسع س‬:َ َ ‫ب‬


‫ك َءمسن َمالكقمرآءن‬ ‫فسسسقاَسل َلسكه َالنلء ض‬
Dari Sahal bin Sa'ad bahwa nabi SAW didatangi seorang
wanita yang berkata,"Ya Rasulullah kuserahkan diriku
untukmu", Wanita itu berdiri lama lalu berdirilah seorang
laki-laki yang berkata," Ya Rasulullah kawinkan dengan aku
saja jika kamu tidak ingin menikahinya". Rasulullah berkata,"
Punyakah kamu sesuatu untuk dijadikan mahar? dia berkata,
"Tidak kecuali hanya sarungku ini" Nabi menjawab,"bila kau
berikan sarungmu itu maka kau tidak akan punya sarung
lagi, carilah sesuatu". Dia berkata," aku tidak mendapatkan
sesuatupun". Rasulullah berkata, " Carilah walau cincin dari
besi". Dia mencarinya lagi dan tidak juga mendapatkan apa-
apa. Lalu Nabi berkata lagi," Apakah kamu menghafal
qur'an?". Dia menjawab,"Ya surat ini dan itu" sambil
menyebutkan surat yang dihafalnya. Berkatalah Nabi,"Aku
telah menikahkan kalian berdua dengan mahar hafalan
qur'anmu" (HR Bukhari Muslim).

Namun hadits ini sering ditafsirkan


banyak orang bahwa mahar itu boleh
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 3 Bab 2 : Mahar

saja berupa hafalan ayat Al-Quran. Dan


kita menemukan banyak sekali praktek
mahar berupa hafalan Al-Quran dalam
banyak kesempatan.
Pendapat ini tentu tidak sepi dari
kritik. Setidaknya ada dua masalah yang
harus dijawab oleh mereka yang
berpendapat seperti ini.
a. Mahar Adalah Pemberian
Seorang calon suami boleh saja
merasa dirinya sudah menjadi hafidz
(penghafal) Al-Quran. Tetapi hafalan yang
ada di kepalanya bukanlah sesuatu yang
bisa diberikan kepada orang lain.
Bila mahar berupa hafalan Al-Quran,
justru melanggar pengertian mahar itu
sendiri. Karena mahar itu pemberian dan
hafalan Al-Quran tidak bisa diberikan.
Sebab otak kita tidak bisa dicopykan
hafalan Al-Quran seperti komputer.
b. Bukan Memamerkan Hafalan
Tetapi Mengajarkan
Dan hadits di atas juga harus
disesuaikan dengan hadits lainnya yang
menjelaskan. Dalam beberapa riwayat
yang shahih disebutkan bahwa Rasulullah
SAW bersabda :
‫اءنمطسلءمق َلسسقمد َسزلومجتَكسكسهاَ َفسسسعلنممسهاَ َءمسن َمالكقمرآءن‬
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 3 Bab 2 : Mahar

Dan dalam riwyat lain oleh Muslim : Nabi SAW bersabda,


“Pergilah, sungguh aku telah menikahkan kamu dengannya,
maka ajarilah dia dengan Al-Qur’an”.

Maka yang dijadikan mahar bukan


pameran hafalan Al-Quran di majelis
akad nikah, melainkan beruja jasa untuk
mengajarkan Al-Quran dan ilmunya.
Maka kita dapati dalam riwayat Abu
Hurairah disebutkan bahwa jumlah ayat
yang diajarkannya itu adalah 20 ayat.
4. Tidak Dalam Bentuk Apa-apa
Bahkan diriwayatkan bahwa ada
seorang wanita rela tidak mendapatkan
mahar dalam bentuk benda atau jasa
yang bisa dimiliki. Cukup baginya
suaminya yang tadinya masih non
muslim itu untuk masuk Islam, lalu waita
itu rela dinikahi tanpa pemberian apa-
apa. Atau dengan kata lain,
keIslamanannya itu menjadi mahar
untuknya.

‫ت َسواللءه َسماَ َءمثمسلكس س‬


َ‫ك َيسسساَ َأسبسسسا‬ ‫ب َأسكبوُ َطسملسحسة َأكلم َكسلسميدم َفسسسقاَلس م‬ ‫ َسخطس س‬:‫س‬ ‫سعمن َأسنس د‬
‫ك َسركجس سقل َسكسساَفءقر َسوأسنسسساَ َاممس سسرأسقة َكممسس سلءسمقة َسوسل َ سءيس سضل َءلسس َأسمن‬
‫طسملسحس سسة َيسك سسرضد َسولسءكنسل س س‬
‫ء‬
‫غي سسركه َفسأسمس سلسسم َفسسكسساَسن‬ ‫ك َ سم‬‫ك َفسسءإمن َتكمس سلمم َفسسسذاسك َسممه سءريِ َسوسمسساَ َأسمس سأسلك س‬ ‫أستسسسزلوسج س س‬
َ‫ك َسممهسرسها‬ ‫ء‬
‫سذل س‬
Dari Anas bahwa Abu Thalhah meminang Ummu Sulaim lalu
Ummu Sulaim berkata,"Demi Allah, lelaki sepertimu tidak
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 3 Bab 2 : Mahar

mungkin ditolak lamarannya, sayangnya kamu kafir


sedangkan saya muslimah. Tidak halal bagiku untuk menikah
denganmu. Tapi kalau kamu masuk Islam, keislamanmu bisa
menjadi mahar untukku. Aku tidak akan menuntut lainnya".
Maka jadilah keislaman Abu Thalhah sebagai mahar dalam
pernikahannya itu. (HR. An-Nasa'i).

Semua hadist tadi menunjukkan


bahwa boleh hukumnya mahar itu
sesuatu yang murah atau dalam bentuk
jasa yang bermanfaat.
E. Syarat Mahar
Secara umum para ulama sepakat
bahwa mahar itu harus memenuhi syarat
tertentu agar sah dijadikan sebagai
mahar. Namun secara lebih detail,
masing-masing mereka punya ungkapan
yang beragam.
1. Jumhur
Jumhur ulama yaitu mazhab Al-
Malikiyah, Asy-Syafi'iyah dan Al-
Hanabilah sepakat bahwa hal-hal apa
saya yang saya dijadikan tsaman (ْ‫)ثععمككن‬,
mutsamman (ْ‫ )ممثعبَمن‬atau ujrah (َ‫)أمحجعرة‬, maka
sah juga untuk dijadikan mahar.
Yang dimaksud dengan istilah tsaman
(ْ‫ )ثععمكككككن‬adalah uang sebagai pembeli
sesuatu, sedangkan mutsamman (ْ‫)ممثعبَمكككن‬
adalah benda atau barang yang bisa
dibeli. Dan ujrah (َ‫ )أمحجككعرة‬adalah upah atau
honor atas suatu jasa pekerjaan tertentu.
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 3 Bab 2 : Mahar

a. Ad-Dardir
Ad-Dardir mengatakan bahwa syarat
mahar itu harus berstatus sebagai
tsaman dengan segala syaratnya, antara
lain berupa harta yang suci, bermanfaat,
bisa diserahkan, dan diketahui kadarnya. 1
Dengan demikian, tidak sah suatu
mahar apabila yang diserahkan itu bukan
merupakan harta dengan syarat-
syaratnya.
 Benda najis tentu tidak sah dijadikan
mahar. Darah, bangkai, kotoran, dan
semua benda najis, termasuk anjing
dan babi, tidak sah untuk dijadikan
mahar.
 Demikian juga benda yang tidak ada
manfaatnya, tidak sah dijadikan
mahar. Di masa lalu para ulama
mencontohkan bahwa tanah dan debu
termasuk benda yang tidak punya
manfaat. Di masa sekarang ini yang
kurang lebih dianggap tidak
bermanfaat adalah limbah yang tidak
berguna.
 Benda yang tidak bisa diserahkan,
seperti ikan yang berenang di laut
lepas, meski punya nilai tetapi tidak
bisa diserahkan, karena harus
ditangkap dulu.
1 Asy-syarhu Ash-Shaghir, jilid 2 hal. 428
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 3 Bab 2 : Mahar

 Benda yang tidak diketahui


keberadaannya tentu tidak bisa
dijadikan mahar. Misalnya mobil yang
dicuri orang dan tidak jelas apakah
bisa kembali atau tidak.
b. Al-Khatib Asy-Syarbini
Al-Khatib Asy-Syarbini menyebutkan
bahwa mahar itu harus sah dijadikan
sebagai iwadh (َ‫)إععوض‬, yaitu imbalan atas
sesuatu, baik bersifat 'ain (ْ‫)ععحين‬, dain (ْ‫)عدحين‬
atau manfaah (‫)عمحنفعععة‬.
 Mahar bersifat ain misalnya suami
menyerahkan mobil kepada istri,
dalam arti mobil itu pindah
kepemilikan, dari awalnya miliknya
menjadi milik istri.
 Mahar bersifat hutang misalnya suami
menyerahkan mobil kepada istrinya,
dimana mobil itu dibelinya dengan
kredit. Dan suami membayarkan kredit
mobil buat istrinya.
 Mahar bersifat manfaat adalah suami
tidak memberi mobil kepada istrinya,
tetapi dia membolehkan istri memakai
mobil miliknya. Dengan catatan bahwa
status mobil tetap milik suami.
c. Ibnu Qudamah
Ibnu Qudamah mewakili pendapat
kalangan mazhab Al-Hanabilah
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 3 Bab 2 : Mahar

menyebutkan bahwa semua harta yang


bisa disebut sebagai pembayaran dalam
akad jual-beli, atau pembayaran dalam
akad sewa menyewa, baik tunai atau
cicilan, baik dalam jumlah besar atau
kecil, termasuk manfaat dari orang
merdeka atau budak, maka sah untuk
dijadikan mahar. 1
2. Mazhab Al-Hanafiyah
Sedangkan dalam pandangan mazhab
Al-Hanafiyah, mahar itu harus berbentuk
mal mutaqiwwim (َ‫)مكككال متقَكككوم‬, yaitu harta
yang punya nilai tertentu dan diakui oleh
khalayak.
Berarti bila tidak dianggap sebagai
harta, maka tidak sah untuk dijadikan
mahar.2
F. Mahar Dalam Bentuk Jasa
1. Jasa Bekerja
Tidak ada perbedaan pendapat di
kalangan ulama kalau jasa bekerja dapat
dijadikan sebagai mahar. Salah satu
landasannya adalah ketika Nabi Musa
alaihissalam menikahi istrinya, mahar
yang ditetapkan adalah jasa bekerja
kepada orang tua istri alias mertua.
Mahar itu berupa jasa bekerja selama 8
1 Al-Mughni, jilid 6 hal. 862
2 Tuhfatul Fuqaha', jilid 2 hal. 136
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 3 Bab 2 : Mahar

tahun ditambah 2 tahun lagi,


sebagaimana diceritakan Al-Quran Al-
Karim.
‫ن‬ ‫ت َسهاَتسس م ء‬
‫ي َسعسلىَ َسأن َتسأمكجرءن َسسثاَء‬ ‫ن‬
‫س‬ ‫س‬ ‫دىَ َاب‬
‫س‬ ‫ح‬ ‫ك َإء‬
‫س‬ ‫ح‬ ‫سقاَسل َإءنن َأكءريكد َأسمن َكأن ء‬
‫ك‬
‫س‬ ‫س‬ ‫ل‬ ‫س‬ ‫م‬ ‫م‬ ‫س‬
‫ت َسعمشجرا َفسءممن َءعنءدسك‬
‫حسجدج َفسءإمن َأسمتسمم س‬
‫ء‬
Berkatalah dia : "Sesungguhnya aku bermaksud menikahkan
kamu dengan salah seorang dari kedua anakku ini, atas dasar
bahwa kamu bekerja denganku delapan tahun dan jika kamu
cukupkan sepuluh tahun maka itu adalah dari kamu, maka
aku tidak hendak memberati kamu. (QS. Al-Qashash : 27)

2. Mengajarkan Al-Quran
a. Boleh
Sebagian ulama di antaranya mazhab
Asy-Syafi'iyah, dan sebagian ulama dari
mazhab Al-Hanabilah membolehkan jasa
mengajarkan Al-Quran dijadikan sebagai
mahar. Namun Asy-Syafi'iyah
menetapkan syarat untuk hal itu, antara
lain :
 Bahwa harus ditetapkan dengan pasti
kuantitas materi yang harus diajarkan,
apakah seluruh ayat Al-Quran, atau
setengahnya, atau sebagian dari surat-
suratnya.
 Bahwa yang ditetapkan untuk
diajarkan itu punya nilai ekonomis
untuk diajarkan.
b. Tidak Boleh
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 3 Bab 2 : Mahar

Sebagian ulama lainnya, di antaranya


mazhab Al-Malikiyah dan sebagian dari
ulama mazhab Al-Hanabilah tidak
membolehkan jasa mengajarkan Al-
Quran untuk dijadikan sebagai mahar.
Alasannya bahwa faraj wanita itu
tidak bisa dihalalkan kecuali dengan
harta. Sedangkan mengajarkan Al-Quran
itu adalah bentuk ibadah ritual yang
bukan merupakan harta dan tidak bisa
diperjual-belikan. Kedudukannya sama
dengan kedudukan shalat dan puasa,
yang bukan merupakan harta dan tidak
bisa diperjual-belikan.
G. Nilai Mahar
Secara fiqhiyah, kalangan Al-
Hanafiyah berpendapat bahwa minimal
mahar itu adalah 10 dirham. Sedangkan
Al-Malikiyah mengatakan bahwa minimal
mahar itu 3 dirham. Meskipun demikian
sebagian ulama mengatakan tidak ada
batas minimal dengan mahar.
Dan bila dicermati secara umum,
nash-nash hadits telah datang kepada
kita dengan gambaran yang seolah tidak
mempedulikan batas minimal mahar dan
juga tidak batas maksimalnya. Barangkali
karena kenyataannya bahwa manusia itu
berbeda-beda tingkat ekonominya,
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 3 Bab 2 : Mahar

sebagian dari mereka kaya dan sebagian


besar miskin. Ada orang mempunyai
harta melebihi kebutuhan hidupnya dan
sebaliknya ada juga yang tidak mampu
memenuhinya. Maka berapakah harga
mahar yang harus dibayarkan seorang
calon suami kepada calon istrinya sangat
ditentukan dari kemampuannya atau
kondisi ekonominya.
Banyak sekali nash syariah yang
memberi isyarat tentang tidak ada
batasnya minimal nilai mahar dalam
bentuk nominal. Kecuali hanya
menyebutkan bahwa mahar haruslah
sesuatu yang punya nilai tanpa melihat
besar dan kecilnya.
Maka Islam membolehkan mahar
dalam bentuk cincin dari besi, sebutir
korma, jasa mengajarkan bacaan qur'an
atau yang sejenisnya. Yang penting
kedua belah pihak ridho dan rela atas
mahar itu.
1. Batas Maksimal Mahar
Dalam batas maksimal tidak ada
batasan mahar, sehingga pada
hakikatnya seorang wanita berhak untuk
meminta mahar yang tinggi dan mahal
jika memang itu kehendaknya. Tak
seorangpun yang berhak menghalangi
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 3 Bab 2 : Mahar

keinginan wanita itu bila dia


menginginkan mahar yang mahal.
Amirul Mukminin Umar ibn Al-Khattab
radhiyallahuanhu melihat betapa para
wanita berlomba-lomba dalam nilai
mahar dan berinisiatif memberikan batas
maksimal. Maka beliau bicara diatas
mimbar dan menyebutkan bahwa
maksimal mahar itu adalah 400 dirham.
Namun segera saja dia menerima
protes dari seorang wanita yang tegas
mengingatkannya :
‫ء‬ ‫ء‬ ‫ء‬ ‫ء‬
‫ب َاللسه َأسسحسضق َأسمن َيكتَسلبسسسع َأسسمساَ َسسسمع س‬
:‫ت َالسسس َيسسكقسوُكل‬ ‫يسكمعطيسناَ َاللكه َسوسمتنسسعكنسساَ َكتَسسساَ ك‬
َ‫ل َتسأمكخكذوا َءممنكه َسشميجئا‬‫وآتسسميتَكمم َإءمحسداكهلن َقءمنطاَسرجا َفس س‬
Allah telah memberikan kita tetapi Anda mencegahnya?
Tidakkah Anda pernah mendengar Allah SWT
berfirman ,"Dan berikanlah istrimu itu qinthar (harta yang
banyak). Dan janganlah kamu mengambil dari sebagiannya".

Umar pun tersentak kaget dan


berkata,"Allahumma afwan, ternyata
orang -orang lebih faqih dari Umar".
Kemudian Umar kembali naik
mimbar,"Sebelumnya aku melarang
kalian untuk menerima mahar lebih dari
400 dirham, sekarang silahkan lakukan
sekehendak Anda".
2. Batas Minimal Mahar
Para ulama berbeda pendapat tentang
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 3 Bab 2 : Mahar

batas minimal mahar. Sebagian kalangan


berpendapat tidak ada batas minimal
dalam nilai mahar, namun para shahabat
dan para fuqaha banyak berfatwa dalam
masalah nilai minimal ini.
a. Tidak Ada Batas Minimal
Mazhab Asy-Syafi'iyah dan Al-
Hanabilah sepakat bahwa tidak ada batas
minimal harga mahar. Sehingga
prinsipnya, apa saja yang layak dijadikan
alat pembayaran atau benda yang
diperjual-belikan boleh dijadikan mahar.
Mereka juga membolehkan mahar
dalam bentuk upah atas suatu kerja
(ujrah), baik nilainya besar ataupun kecil.
Yang penting masih layak disebut harta.
Yang sejalan dengan pendapat ini di
kalangan shahabat antara lain Umar bin
Al-Khattab dan Abdullah ibn Al-Abbas
radhiyallahuanhuma.
Sedangkan dari kalangan tabi'in dan
ulama berikutnya, yang sependapat
dengan hal ini antara lain Al-Hasan Al-
Bashri, Said ibn Al-Musayyab, Atha', Amr
bin Dinar, Ibnu Abi Laila, Ats-Tsauri, Al-
Auza'i, Al-Laits, Abu Tsaur, dan Ishaq.
Diriwayatkan bahwa Said ibn Al-
Musayyab menikahkan puterinya dengan
mahar senilai 2 dirham, seraya berkata
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 3 Bab 2 : Mahar

bahwa seandainya cuma dengan cemeti


(cambuk) sudah halal.
b. Ada Batas Minimal
Mazhab Al-Hanafiyah dan Al-Malikiyah
berpendapat bahwa tidak disebut
sebagai mahar kecuali ada nilai
minimalnya. Pendapat ini juga sejalan
dengan pendapat Said bin Jubair, An-
Nakha'i, Ibnu Subrumah dan lainnya.
Namun berapa nilai minimal mahar itu,
para pendukung pendapat ini justru
berbeda pendapat.
 Sepuluh (10) Dirham
Mazhab Al-Hanafiyah menyebutkan
bahwa minimal nilai mahar itu 10 dirham.
Dasarnya menurut mereka adalah firman
Allah SWT
‫سوأكءحل َلسككمم َسماَ َسوسراسء َسذلءككمم َأسمن َتسسمبتَسسغكوُا َبءأسممسوُالءككمم‬
Kaitan ayat ini dengan angka 10
dirham adalah bahwa ayat ini
mengharuskan mahar itu berbentuk
harta. Dan secara 'urf yang disebut harta
bukan sebutir dua butir gandum,
melainkan setidaknya 10 dirham menurut
kebiasaan yang berlaku saat itu.
3. Mahar Yang Tidak Memberatkan
Meskipun demikian tentu saja tetap
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 3 Bab 2 : Mahar

lebih baik tidak memaharkan harga


mahar. Karena Rasulullah bersabda
dalam sebuah hadist :
‫ء‬ ‫عن َعاَئءسشسة َاسلن َرسوُسل َا ء‬
‫ َالن َاسمعظسسم َالنسكاَءح َبسسسرسكجة َاسيمسسكركه َسمئكسموُنسةج‬:‫ل َسقاَسل‬ ‫س كم‬ ‫سم س‬
Dari ‘Aisyah RA, bahwa sesungguhnya Rasulullah SAW
bersabda, “Nikah yang paling besar berkahnya yaitu yang
paling ringan maharnya”. [HR. Ahmad]


Bab 3 : Nafkah

A. Pengertian
1. Bahasa
Secara etimologis, kata nafkah
berasal dari unsur serapan dari bahasa
Arab yaitu nafaq (‫)نفق‬, yang berarti kering.
Dikatakan :
‫ تنعفتد م‬: َ‫ت الردتراعهدم تنتفدقا‬
‫ت‬ ‫تنتفتق ع‬
Dirham-dirham itu telah nafaq, artinya telah kering.

Kata nafaqah (‫ )نفقَة‬dalam bentuk jamak


menjadi nifaq (‫)نفكككاق‬, sebagaimana kata
raqabah (‫ )رقبكككككة‬dalam bentuk jamak
menjadi riqab (‫)رقاب‬.
Dan nafkah juga berarti musnah ( ‫)فني‬.
Dikatakan dalam ungkapan :
‫تنتفتق الرشميدء تنتفدقاَ تفعنتي‬
Sesuatu telah mengalami nafaqa, maksudnya telah musnah.
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 3 Bab 3 : Nafkah

2. Istilah
Secara istilah, kata nafkah bermakna :
‫تماَ بعه تقروادم دممعتتاَدد تحاَلِ ا م‬
َ‫لتدعمسَي ددوتن تستر ة‬
‫ف‬ ‫ع‬
Sesuatu yang dengannya tegak keadaan manusia tanpa

B. Masyru’iyah
Seluruh ulama sepakat bahwa
seorang suami diwajibkan untuk memberi
nafkah kepada istrinya. Dan di sisi lain,
seorang istri berhak untuk mendapatkan
nafkah dari suaminya.
Ada banyak dalil yang menjadi dasar
masyru’iyah atas kewajiban memberi
nafkah yang dibebankan syariat pada
pundak seorang suami, di antaranya :
1. Al-Quran
Allah SWT berfirman :
‫ء ء‬ ‫ء ء‬ ‫ءء‬ ‫دء‬ ‫ء ء‬
‫ليكسمنفمق َكذو َسسسعة َممن َسسسعتَه َسوسممن َقكدسر َسعلسميه َءرمزقككه َفسسمليكسمنفمق َ لماَ َآستاَكه َاللهك‬
Wajiblah suami yang mampu untuk memberi nafkah menurut
kemampuannya. Dan orang yang disempitkan rezekinya
hendaklah memberi nafkah dari harta yang diberikan Allah
kepadanya. (QS. Ath-Thalaq : 7)

Bukan hanya suami yang punya


keluasan rizki saja yang Allah SWT
perintahkan untuk memberi nafkah
kepada istrinya, namun suami yang
rizkinya tidak seberapa, juga tetap
mendapat perintah untuk memberi
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 3 Bab 3 : Nafkah

nafkah.
‫وعسلىَ َالمموُكلوُءد َلسه َءرمزقكسهلن َوكءسوُتكسهلن َءباَلممعرو ء‬
‫ف‬ ‫س س س م ك ك س م س ك س مك‬
Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada
para ibu dengan cara yang makruf. (QS. Al-Baqarah : 233)

‫ء‬ ‫ء‬ ‫ء‬


‫ض سينسكقوُا‬
‫ضسساَضروكهلن َلتَك س‬
‫ث َسس سسكمنتَكمم َم سمن َكومج سدككمم َسوسل َتك س‬‫أسمس سءككنوُكهلن َءم سمن َسحمي س ك‬
‫ء‬ ‫ء‬
‫ضمعسن َسحملسكهلن‬ ‫سعلسميءهلن َسوإءمن َككلن َكأولست َسحمدل َفسأسنمفكقوُا َسعلسميءهلن َسحلت َيس س‬
Tempatkanlah mereka (para istri) di mana kamu bertempat
tinggal menurut kemampuanmu dan janganlah kamu
menyusahkan mereka untuk menyempitkan (hati) mereka.
Dan jika mereka (istri-istri yang sudah ditalak) itu sedang
hamil, maka berikanlah kepada mereka nafkahnya hingga
mereka bersalin. (QS. Ath-Thalaq : 6)

2. As-Sunnah
‫وسللن َعلسيككم َءرمزقكسهلن َوكءسوُتكسهلن َءباَلممعرو ء‬
‫ف‬ ‫س ك س م م ك س م س ك س مك‬
Dan ada hak bagi mereka dan kewajiban bagi kalian untuk
memberi rizki dan pakaian dengan makruf (HR. Muslim)

C. Sebab Wajib Nafkah Bagi Suami


Walaupun pada dasarnya suami wajib
memberi nafkah, namun tetap ada
batasannya. Batasan itu terkait dengan
kapan kewajiban itu mulai berlaku dan
kapan menjadi tidak berlaku.
Dalam hal ini pendapat para ulama
terbagi menjadi tiga macam pendapat.
Ada yang mengatakan ketika terjadi
istihqaq al-habs, yang lain mengatakan
ketika terjadi tamkin, dan ada juga yang
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 3 Bab 3 : Nafkah

mengatakan akad dan tamkin.


1. Istihqaq Al-Habs (Akad)
Kalau merujuk kepada makna secara
bahasa, istihqaq al-habs (‫)اسككككتحقَاق الحبككككس‬
adalah keadaan dimana seseorang benar-
benar menjadi tahanan atau dipenjara.
Namun sebenarnya yang dimaksud
bukan makna secara bahasa, melainkan
makna secara istilah.
Secara istilah, ungkapan istihqaq al-
habs sendiri maksudnya bahwa akad
nikah telah benar-benar terjadi secara
sah. Dan ini untuk membedakannya
dengan nikah yang batil.
Maka pendapat yang pertama ini
mengatakan bahwa kewajiban memberi
nafkah sudah langsung berlaku tepat
ketika akad nikah alias ijab qabul telah
dilaksanakan.
Mereka yang berpendapat seperti ini
adalah para ulama di kalangan mazhab
Al-Hanafiyah.
Dalil yang mereka gunakan adalah
dalil umum, di antaranya :
‫ءليكسمنءفمق َكذو َسسسعدة َءممن َسسسعتَءءه‬
Hendaklah orang yang mampu memberi nafkah menurut
kemampuannya. (QS. Ath-Thalaq : 7)
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 3 Bab 3 : Nafkah

‫وسللن َعلسيككم َءرمزقكسهلن َوكءسوُتكسهلن َءباَلممعرو ء‬


‫ف‬ ‫س ك س م م ك س م س ك س مك‬
Dan kewajiban atas suami kepada istrinya adalah
memberinya rizki dan pakaian dengan makruf. (HR. )

2. Tamkin
Tamkin secara bahasa berarti
menetap. Maksudnya disini adalah
menetapnya istri dan tinggal bersama
suaminya.
Maka dalam pandangan para ulama
kelompok yang kedua ini, kewajiban
memberi nafkah baru berlaku ketika istri
mulai tinggal menetap bersama
suaminya seusai akad nikah. Dengan
kewajiban memberi nafkah belum
berlaku bila sekedar baru akad nikah saja
tanpa tinggal bersama.
Yang berpendapat seperti ini adalah
jumhur ulama, yaitu mazhab Al-
Malikiyah, Asy-Syafi'iyah dan Al-
Hanabilah.
Dasarnya adalah apa yang dilakukan
sendiri oleh Rasulullah SAW terhadap
Aisyah radhiyalalhuanha. Memang ada
jeda waktu semenjak Beliau SAW
menikahi Aisyah hingga Aisyah tinggal
bersama. Ada yang menyebutkan bahwa
Aisyah dinikahi ketika masih berusia 6
tahun dan baru tinggal bersama
Rasulullah SAW ketika berusia 9 tahun.
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 3 Bab 3 : Nafkah

Dan selama masa tidak serumah itu


ternyata Rasulullah SAW belum lagi
memberikannya nafkah.
‫ي‬ ‫ َعسقسد َعسلىَ َعاَئءسشسة َ َوءهيِ َابسنسكة َءس ن ء ء‬َ ‫أسلن َالنلءب‬
‫ت َسن س‬ ‫س س م‬ ‫ل س س س‬
Bahwa Nabi SAW menikahi Aisyah ketika berusia enam
tahun. (HR. Bukhari dan Muslim)

Dari kenyataan inilah maka jumhur


ulama berpendapat bahwa nafkah baru
berlaku ketika istri mulai tinggal bersama
suami, bukan sejak terjadinya akad
nikah.
Penulis kitab Al-Kifayah 'Ala Al-
Hidayah menuliskan pendapat ini : 1
‫ت تزموعجتهاَ لت تتمستتعحتق الرنتفتقتة‬ ‫إعتذا تلمم دتتز ر‬
‫ف إعتلىَ تبميِ ع‬
Bila istri belum tinggal di rumah suaminya maka dia tidak
berhak mendapatkan nafkah.

Ad-Dardir dalam kitab Asyarhu Al-


Kabir juga menuliskan hal yang senada : 2
‫ب الرنتفتقدة لعدمتمسَكتنةَة عممن تنمفعستهاَ دمعطيِتقةَة لعملتومطعء عبلت تماَعنةَع‬
‫تتعج د‬
Wajib diberikan nafkah kepada istri yang sudah menetapkan
dirinya bersama suami, dimungkinkan untuk diajak jima'
tanpa halangan.

Alasan yang dijadikan landasan


jumhur ulama adalah bahwa nafkah itu
adalah imbalan dari istimta' alias jima'
antara suami dan istri. Dan jima' tidak
1 Al-Kifayah 'Ala Al-Hidayah, jlilid 4 hal. 192-193
2 Ad-Dardir, Asyarhu Al-Kabir, jilid 2 hal. 508
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 3 Bab 3 : Nafkah

bisa terjadi manakala istri tidak tinggal


bersama suaminya.
3. Akad dan Tamkin
Dan pendapat ketiga adalah pendapat
mazhab Asy-Syafi'iyah versi qaul qadim.
Pendapat ini menggabungkan antara
akad dan tamkin secara bersamaan.
Pembagiannya bahwa kewajiban
nafkah mulai berlaku kewajibannya
ketika akad nikah, namun
implementasinya dihitung sejak tamkin. 1
D. Syarat Menerima Nafkah Bagi Istri
Sedangkan dilihat dari sisi istri, ada
syarat yang harus dipenuhi agar menjadi
berhak mendapatkan nafkah. Syarat itu
adalah :
1. Dewasa
Yang dimaksud dengan dewasa disini
bukan usia minimal 18 tahun
sebagaimana hukum di negeri kita. Tetapi
maksudnya adalah sudah layak untuk
melakukan hubungan badan alias jima'.
Adapun anak wanita yang masih kecil
dan belum layak melakukan hubungan
seksual, meski boleh dinikahi secara ijab
dan qabul, namun tidak berhak untuk
menerima nafkah. Walaupun secara
1 Hasyiyatu Al-Qalyubi, jilid 4 hal. 77
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 3 Bab 3 : Nafkah

teknis dia sudah tinggal bersama


suaminya.
2. Menyerahkan Diri
Maksudnya seorang istri wajib
menyerahkan dirinya sepenuhnya untuk
suaminya, khususnya dalam hal
hubungan seksual (‫)الجماع‬.
3. Nikah Yang Shahih
Bila akad nikah tidak sah atau ada
cacatnya, maka hak istri atas harga
nafkah menjadi gugur dengan sendirinya.
E. Nilai Nafkah
Kalau kita buka berbagai kitab fiqih,
khususnya bab-bab yang berbicara
tentang angka nilai nafkah, maka kita
akan menemukan setidaknya empat
pendapat para ulama yang berbeda.
1. Pendapat Pertama
Pendapat pertama adalah pendapat
mazhab Al-Hanafiyah, Al-Malikiyah,
sebagian penganut mazhab As-Syafi'iyah
dan kebanyakan pemeluk mazhab Al-
Hanabilah.
Mereka menyebutkan bahwa tidak
ada standarisasi nilai nafkah yang
ditetapkan secara baku, semua
dikembalikan unsur kecukupan dan
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 3 Bab 3 : Nafkah

kepantasan saja. Dan istilah ini diwakili


dengan lafadz bil-ma'ruf (‫ )بكككالمعروف‬yang
tersebar di dalam berbagai dalil, baik dari
Al-Quran atau pun dari As-sunnah.
Dalilnya adalah ayat 233 dari Surat
An-Nisa' diatas, yaitu suami wajib
memberi nafkah kepada istri dengan nilai
yang makruf. Istilah makruf ini ditafsirkan
oleh pendapat pertama sebagai
'secukupnya' atau kurang lebih
'sewajarnya'.
Selain itu juga ada hadits tentang istri
Abu Sufyan yang komplain kepada
Rasulullah SAW atas kecilnya nafkah
yang diterimanya. Lantas Rasulullah SAW
membolehkannya untuk mengambil
sendiri harta suaminya, tetapi dengan
ukuran sewajarnya.

-‫اءمم سرأسكة َأسءب َكس مفسياَسن‬-َ ‫ت َعكمتَبس سة‬ ‫ َدخلس ء‬:‫ َسقاَلست‬َ ‫عن َعاَئءشسة‬
‫ت َهمنكد َبءمن ك‬‫م سس م‬ ‫سم س س‬
‫ َسياَ َسركسوُسل َسالل ءه َإءلن َأسسباَ َكس مفسياَسن َسركج قل‬:‫ت‬ ‫ء‬
‫ َفسسسقاَلس م‬.َ َ ‫سعلسسسىَ َسركسسسوُءل َساللسه‬
‫ء‬ ‫ء‬ ‫ء‬ ‫ء ء‬ ‫ء‬
‫ت‬‫نسس َإءلل َسمساَ َأسسخسمذ ك‬
‫سشحيقح َسل َيسكمعطيءن َممن َسالنلسسفسقة َسماَ َيسمكفيءن َسويسمكفيِ َبسء ل‬
ِ‫ َكخ ءذي‬:‫ك َءمسمن َكجنسساَدح؟ َفسسسقسساَسل‬ ‫ء‬ ‫ء‬ ‫ء‬
‫ءممن َسمسساَلءه َبءغس مءيسس َءعملءمسءه َفسسسهسمل َسعلسليِ َءفس َذسلس س‬
‫ك َويمكءفيِ َبءني ء‬
‫ك‬ ‫ء ء‬ ‫ء‬ ‫ء ءء ء‬
‫ممن َسماَله َباَلمسممعكروف َسماَ َيسمكفي س س س‬
'Aisyah radliyallaahu 'anhu berkata: Hindun binti Utbah istri
Abu Sufyan masuk menemui Rasulullah SAW dan berkata:
Wahai Rasulullah, sungguh Abu Sufyan adalah orang yang
pelit. Ia tidak memberiku nafkah yang cukup untukku dan
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 3 Bab 3 : Nafkah

anak-anakku kecuali aku mengambil dari hartanya tanpa


sepengetahuannya. Apakah yang demikian itu aku berdosa?
Beliau bersabda: "Ambillah dari hartanya yang cukup
untukmu dan anak-anakmu dengan baik." (HR.
Bukhari Muslim)

Kebanyakan pasangan suami istri


memang menggunakan pendekatan
pendapat pertama ini. Namun
sebenarnya istilah 'secukupnya' kalau
mau ditelusuri, masih meninggalkan
tanda tanya juga, karena nilainya tidak
pasti. Sebab boleh jadi urusan cukup
atau tidak cukup ini buat tiap istri
berbeda-beda nilainya.
Apalagi kalau kasusnya seorang
punya istri lebih dari satu, dan masing-
masing pasang tarif atas nafkah yang
menjadi hak mereka. Maka istilah
'secukupnya' boleh jadi tidak
menyelesaikan masalah, karena sifatnya
sangat relatif.
2. Pendapat Kedua
Belum tuntasnya ukuran nilai nafkah
di atas, akan terjawab kalau kita pindah
pada pendapat kedua, yang merupakan
pendapat mazhab Asy-Syafi'iyah secara
muktamad, dan juga pendapat Al-Qadhi
dari kalangan mazhab Al-Hanabilah.
Mereka menyebutkan bahwa harus
ada ukuran minimal standar nilai nafkah
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 3 Bab 3 : Nafkah

yang wajib diberikan suami kepada


istrinya. Dan ukurannya ditetapkan
dalam bentuk bahan makanan pokok
yang wajib diberikan per hari, oleh suami
kepada istri.
Ukuran minimal nafkah itu menurut
pendapat As-Syafi'iyah, bahwa setiap
harinya seorang suami wajib memberi
bahan makanan pokok kepada istrinya
satu mud gandum atau kurma. Dan buat
suami yang agak luas rejekinya, minimal
dua mud. Dan bila berada di tengah-
tengah, maka jumlahnya satu mud
setengah.
Istilah mud merupakan ukuran
volume, yang biasanya di masa
Rasulullah SAW digunakan untuk
menyebutkan banyaknya suatu
makanan. Kata mud sendiri bemakna dua
genggaman tangan. Maka kalau
disebutkan gandum sejumlah satu mud,
berarti gandum sebanyak yang bisa
ditampung dengan kedua talapak tangan
mannusia.
Di dalam Kitab Al-Fiqhul Islami Wa
Adillatuhu susunan Dr. Wahbah Az-Zuhaili
bahwa bila diukur dengan ukuran zaman
sekarang ini, satu mud itu setara dengan
0,688 liter atau 688 ml.
Sedangkan Al-Qadhi dari mazhab Al-
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 3 Bab 3 : Nafkah

Hanabilah menyebutkan minimal seorang


suami wajib memberi nafkah kepada
istrinya berupa bahan makanan pokok
seberat dua rithl. Ukuran rithl (bukan
liter) adalah ukuran yang biasa
digunakan pada masa lalu untuk
mengukur berat makanan.
Pertanyaannya, dari manakah Al-
Qadhi mendatangkan angka 2 rithl ini?
Ternyata angka itu adalah qiyas dari
kewajiban untuk membayar kaffarah.
Karena keduanya sama-sama merupakan
kewajiban yang identik, yaitu memberi
makan. Kalau kaffarah adalah memberi
makan fakir miskin sebanyak dua rithl,
maka kewajiban memberi makan istri
setidak-tidaknya seperti halnya memberi
makan kepada fakir miskin, yaitu
besarnya juga dua rithl.
Kalau dibandingkan dengan ukuran
berat di zaman sekarang, banyak ulama
kontemporer yang menyebutkan bahwa
satu rithl setara dengan 454 gram. Jadi
dua rithl itu sama dengan 908 gram atau
mendekati satu kilo.
3. Pendapat Ketiga
Pendapat menyebutkan bahwa kadar
ukuran nafkah yang wajib diberikan
suami kepada istrinya ditetapkan oleh
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 3 Bab 3 : Nafkah

negara, yang dalam hal ini oleh


pemerintah, qadhi atau sultan.
Pemerintah adalah waliyyul-amr, atau
orang yang diamanahi urusan umat
Islam. Dalam pandangan ini, apa yang
belum ditetapkan nilainya di dalam Al-
Quran dan As-Sunnah, maka menjadi
tugas dari pemerintah yang sah.
Sehingga berapa besaran nilai nafkah
yang wajib dikeluarkan oleh suami
kepada istrinya, maka harus menunggu
ketetapan dari negara atau pemerintah.
Kalau kita menggunakan pendapat ini,
maka kurang lebih mirip di zaman
sekarang ini dengan upah minimum
regional (UMR), yang ditetapkan oleh
penguasa kepada para pengusaha. Jadi
semua dikembalikan kepada negara,
berapa kira-kira nilai nafkah yang wajib
dikeluarkan oleh seorang suami.
Pendapat ini adalah pendapat
sebagian dari para ulama yang
bermazhab Asy-Syafi'iyah.
4. Pendapat Keempat
Pendapat yang keempat atau yang
terakhir menyebutkan bahwa nilai
besaran nafkah yang wajib diberikan
suami kepada istrinya ditetapkan
berdasarkan urf atau tradisi yang berlaku
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 3 Bab 3 : Nafkah

di suatu tempat. Dan boleh jadi satu


tempat dengan tempat lainnya berbeda-
beda dalam menetapkan nilai nafkah.
Misalnya di suatu desa sudah
mentradisi bahwa nakfah yang wajib
diberikan adalah seluruh gaji, maka
otomatis semua gaji suami menjadi
nafkah buat istrinya. Namun bisa saja di
tempat yang lain, kebiasaan yang
berlaku berbeda lagi.
Pendapat yang terakhir ini juga
merupakan pendapat sebagian lain dari
para ulama di dalam keluarga besar
mazhab Asy-Syafi'i.
F. Jenis Nafkah
Kalau dilihat dari bentuknya, yang
namanya nafkah suami kepada istrinya
tidak akan lepas dari segala apa yang
bisa menopang hidup seorang istri. Dan
yang paling esensial tentu adalah
makanan, pakaian dan tempat tinggal.
Tanpa ketiganya, seseorang tidak bisa
hidup normal.
1. Makanan
Yang dimaksud dengan makanan
disini tidak lain adalah makanan pokok.
Dan di atas sudah dijelaskan ukurannya
lengkap dengan perbedaan pendapat di
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 3 Bab 3 : Nafkah

kalangan para ulama.


2. Pakaian
Bentuk nafkah yang kedua buat istri
setelah urusan perut adalah kewajiban
memberi pakaian. Suami diwajibkan
memberi pakaian buat istrinya, yang
cukup untuk menutup aurat, serta
menahan dirinya dari cuaca, baik musim
panas atau musim dingin.
Secara eksplisit, Al-Quran Al-Karim
menyebutkan kewajiban suami untuk
memberi pakaian kepada istrinya.
‫وسللن َعلسيككم َءرمزقكسهلن َوكءسوُتكسهلن َءباَلممعرو ء‬
‫ف‬ ‫س ك س م م ك س م س ك س مك‬
Dan ada hak bagi mereka dan kewajiban bagi kalian untuk
memberi rizki dan pakaian dengan makruf (HR. Muslim)

Hadits nabawi juga menyebut hal itu :


‫سوسحضقكهلن َسعلسميككمم َأسمن َ كمتءسنكوُا َإءلسميءهلن َءف َكءمسسوُءتءلن َسوطسسعاَءمءهلن‬
Dan hak istri yang merupakan kewajiban atas kalian adalah
berbuat ihsan kepada mereka dalam hal pakaian dan
makanan mereka. (HR.Tirmizy)

‫وسللن َعلسيككم َءرمزقكسهلن َوكءسوُتكسهلن َءباَلممعرو ء‬


‫ف‬ ‫س ك س م م ك س م س ك س مك‬
Dan hak istri yang merupakan kewajiban atas kalian adalah
memberi rizki dan makanan kepada mereka dengan makruf
(HR.Muslim)

Mazhab Asy-Syafi’iyah menyebutkan


seorang suami diwajibkan memberi
pakaian kepada istrinya minimal 6 bulan
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 3 Bab 3 : Nafkah

sekali. 1
Sedangkan mazhab Al-Hanabilah
menyebutkan minimal suami memberi
pakaian kepada istrinya setahun sekali,
karena hal itu merupakan adat atau
kebiasaan yang berlaku umum dimana-
mana. 2
Bentuk teknis dari memberi pakaian
itu bisa bermacam-macam, bisa dengan
dengan cara suami membuat sendiri
dengan menjahit pakaian untuk istrinya,
atau pun di masa indstri sekarang ini,
pakaian bisa dengan mudah dibeli yang
sudah jadi.
Termasuk ke dalam kewajiban
memberi nafkah pakaian adalah merawat
pakaian tersebut apabila telah robek atau
usang dengan tambalan atau pun
menggantinya dengan pakaian yang
baru. Yang juga termasuk ke dalam
kategori memberi pakaian buat istri
adalah membersihkan dan mencucinya.
Sehingga pada dasarnya mencuci
pakaian istri adalah kewajiban suami,
manakala istrinya bukan termasuk orang
yang bisa mencuci bajunya sendiri.
Dan kalau suaminya tidak sempat
mencucikan baju untuk istrinya, maka
1 Raudhatut-Thalibin, jilid 9 hal. 47
2 Al-Mughni, jilid 7 hal. 568
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 3 Bab 3 : Nafkah

suaminya berkewajiban untuk membayar


orang lain untuk mencucikan baju untuk
istrinya.
3. Tempat Tinggal
Bentuk kewajiban memberi nafkah
yang ketiga buat istri adalah memberi
tempat tinggal yang didasarkan pada
firman Allah SWT :
‫ث َسسسكمنتَكمم َءممن َكومجءدككمم‬
‫أسمسءككنوُكهلن َءممن َسحمي ك‬
Tempatkanlah mereka (para istri) di mana kamu bertempat
tinggal menurut kemampuanmu. (QS. Ath-Thalaq : 6)

Sebenarnya ayat ini diperuntukkan


buat istri yang ditalak tetapi masih dalam
masa iddah. Namun kenapa dalil ini yang
digunakan, logikanya adalah kalau istri
yang sudah ditalak saja masih wajib bagi
suami untuk menempatkan istrinya di
dalam rumahnya, maka apalagi buat istri
yang tidak ditalak, tentu kewajibannya
jauh lebih utama.
Sedangkan dalil yang sifatnya umum
dalam memberikan tempat tinggal buat
istri adalah ayat berikut :
‫وعاَءشروهلن َءباَلممعرو ء‬
‫ف‬ ‫س س ك ك س مك‬
Dan pergaulilah mereka dengan cara yang makruf. (QS. Ath-
Thalaq : 6)

Pengertian dari istilah pergauli


Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 3 Bab 3 : Nafkah

dengan cara yang makruf adalah


memberi fasilitas tempat tinggal yang
layak untuk istri.

Bab 4 : Jima’

Salah satu dari tujuan pernikahan


yang menjadi judul besar buku ini adalah
dihalalkannya jima' antara suami dan
istri.
Pada kenyataannya, dalam ilmu fiqih,
jima' bukan hanya sekedar menjadi
kebolehan, bahkan juga menjadi sesuatu
yang dijadikan bagian dari ibadah kepada
Allah SWT, baik dengan hukum sunnah
atau pun dengan hukum wajib.
Oleh karena tidak lengkap rasanya
kalau buku ini tidak mengangkat topik
khusus tenang jima' dalam satu bab
tersendiri, agar kita dapat mengupas
semua detail hukum syariah yang terkait
dengan jima'.
A. Pengertian
Secara bahasa, kata jima' punya
bentuk dasar dari kata jaama'a (‫)جكككامع‬,
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 3 Bab 4 : Jima'

yang tiga huruf dasarnya adalah jim mim


'ain.
Sedangkan secara istilah dalam ilmu
fiqih, jima' adalah melakukan hubungan
kelamin, dimana kemaluan suami masuk
ke dalam kemaluan istri, baik seluruhnya
atau sebagiannya, baik sampai keluar
mani atau tidak.
Para ulama yang membuat definisi
jima’, sebagaimana mereka
mendefinisikan zina yang wajib
dikenakan hukum hudud adalah :
‫عإيِلتدج تذتكةَر عفي تفمرةَج‬
Masuknya kemaluan laki-laki ke dalam kemaluan
perempuan.1

Dalam prakteknya, ada beberapa


istilah yang maknanya adalah jima',
seperti al-wath'u dan al-mubasyarah.
B. Hukum
Hukum jima ada lima macam, yaitu
wajib, sunnah, mubah, makruh dan
haram.
1. Mubah
Pada dasarnya melakukan jima'
hukumnya boleh atau halal dalam
pandangan syariah, yaitu jima' yang
dilakukan oleh pasangan suami-istri yang
1 An-Nihayah, Ibnul Atsir, jilid 5 hal. 200
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 3 Bab 4 : Jima'

sah.
2. Sunnah
Kemudian hukumnya bergerak naik
menjadi sunnah, apabila ada qarinah
yang membuatnya menjadi sunnah.
Misalnya jima' yang disertai dengan niat
ibadah, taat kepada Allah dan juga
dengan menghidupkan sunnah-sunnah
yang telah Rasulullah SAW.
3. Wajib
Bahkan ketika seseorang secara
biologis sudah sampai kepada kebutuhan
biologis yang manusiawi, melakukan
jima' atau memenuhi kebutuhan
pasangan untuk berjima' hukumnya
menjadi kewajiban.
Apalagi sampai dikhawatirkan terjadi
zina dan sejenisnya, yang tentu saja akan
menimbulkan madharat lebih jauh. Maka
pada saat itu jima' dengan istri yang sah
hukumnya wajib.
4. Haram
Jima' yang diharamkan ada dua
macam, yaitu jima' yang masyru' tetapi
terlarang, seperti jima' saat haidh, nifas,
i'tikaf, puasa, ihram dan zhihar.
Jenis jima' kedua yang diharamkan
adalah jima' yang sejak awal sudah tidak
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 3 Bab 4 : Jima'

masyru', sepeti zina, liwath, jima' pada


dubur, jima' dengan mayat dan hewan.
C. Adab
Syariat Islam memberikan beberapa
adab yang menjadikan jima' itu bukan
sekedar kesenangan, tetapi juga menjadi
ibadah tersendiri, apabila dilakukan
sesuai dengan adab-adabnya.
Di antara adab-adab berjima' yang
disunnahkan antara lain :
1. Basmalah
Membaca basmalah atau sering juga
diistilahkan dengan tasmiyah
disunnahkan untuk dibaca sebelum jima'
dimulai. Hal ini menunjukkan bahwa jima'
bagian dari ibadah kepada Allah SWT.
Dalil yang menjadi dasar
disunnahkannya membaca basmalah
sebelum jima' adalah firman Allah SWT :
‫ث َلككس سمم َفسس سأمتكوُما َسحمرثسككس سمم َأسلن سس َءشس سمئتَكمم َسوقسس سندكموُما َسلنكفءسس سككمم‬
‫نءسس سسآِكؤككمم َسحس سمر ق‬
‫ءء‬
‫ي‬‫سواتلسكقوُما َاللنسه َسوامعلسكموُما َأسنلككم َضملسكقوُكه َسوبسنشءر َالمكممؤمن س‬
Isteri-isterimu adalah tanah tempat kamu bercocok tanam,
maka datangilah tanah tempat bercocok-tanammu itu
bagaimana saja kamu kehendaki. Dan kerjakanlah untuk
dirimu, dan bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa
kamu kelak akan menemui-Nya. Dan berilah kabar gembira
orang-orang yang beriman. (QS. Al-Baqarah : 223)

Bagian yang menjadi dalil dari ayat ini


Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 3 Bab 4 : Jima'

adalah lafadz wa qaddimu lianfusikum.


Diterjemahkan menjadi "Dan kerjakanlah
untuk dirimu". Tetapi maksudnya adalah
ucapkanlah tasmiyah sebelum memulai
jima' dengan istri.
Penafsiran ini dikemukakan oleh
shahabat Nabi yaitu Ibnu Abbas
radhiyallahuahu, sebagaimana bisa kita
baca dalam Tafsir Al-Jami' li Ahkamil
Quran.1
Bahwa lafadz waqaddimu lianfusikum
maksudnya adalah tasmiyah atau
membaca basmalah sebelum jima' juga
dikemukakan oleh Atha'.2
Selain membaca basmalah, juga ada
doa yang layak untuk dibaca berdasarkan
sabda Rasulullah SAW, yaitu :
َ‫ َبءمسسءم َاللسءه َاللكهسلم َسجنمنبسنسسسا‬:َ ‫ت َأسمهلسسكه َقسسساَل‬ ‫ء‬ ‫ء‬
‫لسسموُ َأسلن َأسسحسسدكهمم َإسذا َأسسراسد َأسمن َيسسأم س‬
‫ٌ َفسءإنلكه َإءمن َيسكسقسلدمر َبسمسيسنسسكهسمسساَ َسولسسقد َءفس‬،َ‫ب َاللشميسطاَسن َسماَ َسرسزقمستَسسسنا‬ ‫اللشميسطاَسن َوسجن ء‬
‫س‬
‫ضلركه َسشميسطاَقن َأسبسجدا‬ ‫ء‬
‫ك َ سمل َيس ك‬
‫سذل س‬
Seandainya salah seorang kalian ketika akan mendatangi
istrinya (berjima') mengucapkan : Dengan nama Allah, Ya
Allah, jauhkanlah kami dari setan dan jauhkan setan dari apa
yang Engkau berikan kami dari rizqi, seandainya ditaqdirkan
dari jima' itu seorang anak, maka setan tidak bisa
membahayakan anak itu selamanya. (HR. Bukhari Muslim)

2. Tidak Menghadap Kiblat


1 Al-Imam Al-Qurthubi, Tasfir Al-Jami' li Ahkam Al-Quran, jilid 4 hal. 12
2 Al-Mughni, jilid 10 hal. 231
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 3 Bab 4 : Jima'

Para ulama menyarankan sebagai


bentuk pemuliaan kepada Ka'bah, maka
sebaiknya kita tidak melakukan jima'
sebaiknya dengan menghadap kiblat.
Hal itu tertuang dalam beberapa kitab
para ulama di masa lalu, semisal kitab Al-
Majmu' Syarah Al-Muhadzdzab, Jawahirul
Iklil, Al-Mughni, Kasysyaf Al-Qina', Ihya'
Ulumuddin, dan lainnya.1
Barangkali dalilnya adalah qiyas
antara jima' dengan buang air, yang
dianjurkan untuk tidak menghadap atau
membelakangi kiblat.
‫ء‬ ‫ء‬
‫ َ َإسذا َسجلسس س س‬:َ ‫ َسع من َسركس وُل َال َ َقس اَسل‬َ ‫سعس سمن َأسءبس سس َكهسريم س سسرسة‬
‫س َأسسحس سكدككمم‬ s

َ ‫ل َيسمستَسسمقبءكل َال ء مقبسلسسة َسوسل َيسمستَسمدبءكرسهاَ َ َرواه َأحد َومسلم‬


‫لاَسجتَءءه َفس س‬
‫س‬
‫ء‬
Dari Abu Hurairah ra bahwa Rasulullah SAW bersabda"Bila
kamu mendatangi tempat buang air janganlah menghadap
kiblat atau membelakanginya. "(HR. Bukhari dan Muslim)

‫ب َسرءضس سسيِ َالكسس َسعمن سكه َل َتسمس ستَسسمقبءلكوُا َاسلم ء مقبسلسس سسة َبءغسسساَئءدط َسول َبسس سموُدل‬ ‫عس سسن َأءبسس َأسيضسسوُ س‬
َ ‫سولسءكمن َسشنرقكوُا َأسمو َسغنربكوُا‬
Dari Abu Ayyub radhiyallahuanhu"Janganlah menghadap
kiblat saat kencing atau buang hajat tetapi menghadaplah ke
Timur atau ke Barat" (HR. Sab’ah)

3. Diawali Dengan Percumbuan


Syariat Islam menganjurkan agar

1 Al-Majmu', jilid 2 hal. 80; Jawahirul Iklil, jilid 1 hal. 18; Al-Mughni, jilid 10 hal. 232;
Kasysyaf Al-Qina' jilid 5 hal. 216, Ihya' Ulumuddin, jilid 2 hal. 46
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 3 Bab 4 : Jima'

dalam melakukan jima' tidak langsung


kepada hubungan badan, melainkan
diawali terlebih dahulu dengan
percumbuan (mula'abah), mencium
(taqbil), dan sentuhan-sentuhan.
Tidak ada dasarnya hadits yang kuat
dan bisa dijadikan sandaran, kecuali
sepenggal hadits dhaif berikut ini :
‫سعءن َالمكمسوُاقسسسعءة َقسسمبل َالمكملسسعبسءة‬َ َ ‫نسسسهىَ َسركسوُل َاللءه‬
Rasulullah SAW melarang melakukan jima' sebelum
mula'abah.

Mula'abah secara bahasa berarti


bermain-main, dari kata la'iba - yal'abu (
‫)لعكككككككب يلعكككككككب‬, tapi maksudnya adalah
permainan yang menjadi pembuka atau
pemanasan dari hubungan suami istri.
Sering juga disebut dengan istilah
foreplay.
4. Tidak Selesai Sendirian
Sangat dianjurkan bagi pasangan
suami istri yang melakukan jima' untuk
mencapai orgasme bersama, atau
setidaknya tidak meninggalkan
pasangannya kecuali setelah sama-sama
mendapatkan puncak kenikmatannya.
Dan hal itu merupakan anjuran yang
dijelaskan di dalam salah satu hadits nabi
:
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 3 Bab 4 : Jima'

‫ضسسىَ َسحسساَسجتَسكه َقسسمبسسل َأسمن‬ ‫ٌ َكثلسس َإءسذا َقس س‬،َ‫ص سكدقمسسها‬


‫إءسذا َسجسساَسمسع َأسسح سكدككمم َأسمهلس سكه َفسسمليس م‬
َ‫ضسيِ َسحاَسجتَسسسها‬ ‫ل َيسعءجملهاَ َحلت َتسسمق ء‬ ‫ء‬
‫تسسمقضسيِ َسحاَسجتَسسسهاَ َفس س ك م س س‬
Bila salah seorang dari kalian melakukan jima' dengan
istrinya, maka lakukan dengan sungguh-sungguh. Bila sudah
terpuaskan hajatnya namun istrinya belum mendapatkannya,
maka jangan tergesa-gesa (untuk mengakhirinya) kecuali
setelah istrinya mendapatkannya juga. (HR. Ahmad)

5. Memakai Penutup
Sebagian ulama menganjurkan agar
ketika suami istri sedang melakukan jima'
untuk menggunakan penutup, dan tidak
telanjang bulat alias bugil.
Namun tidak semua ulama sepakat
akan larangan itu, lantaran dasar anjuran
ini hanya didasari oleh hadits yang
kurang kuat alias hadits dhaif, yaitu :
‫إءسذا َأسستىَ َأسسحكدككمم َأسمهلسكه َفسسمليسمستَسء مت َسوسل َيسستَسسجلرسدا َستسضرسد َالم سمعيسسريمءن‬
Bila salah seorang dari kalian mendatangi istrinya
(melakukan jima') maka gunakan penutup dan janganlah
kedua bertelanjang bulat. (HR. Ibnu Majah)

Oleh karena itu kita menemukan juga


pendapat yang berbeda dari para ulama
tentang tidak adanya keharusan
penggunakan penutup pada saat
berjima'. Salah satu yang membolehkan
adalah Ibnu Al-Qasim dalam Kitab Adz-
Dzakhirah.1

1 Adz-Dzakhirah jilid 4 hal 418


Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 3 Bab 4 : Jima'

6. Tidak Banyak Bicara dan Tidak


Berisik
Dianjurkan buat suami istri ketika
melakukan jima' untuk tidak banyak
bicara dan tidak melakukannya dengan
berisik.
Dimakruhkan apabila sampai suara
mereka terdengar orang lain, kecuali bayi
yang masih kecil dan belum mengerti
apa-apa. Meski pun keduanya tidak
merasa risih, namun hal seperti itu tetap
harus dihindari.
Hal itu sebagaimana disebutkan oleh
Asy-Syafi'i dan Al-Hanabilah.1
7. Mencuci Kemaluan dan Berwudhu
Bila Mengulangi
Dianjurkan apabila suami istri setelah
melakukan jima' akan mengulanginya
lagi, untuk mencuci atau membersihkan
kemaluannya, lalu berwudhu kembali.
‫إءسذا َأسستىَ َأسسحكدككمم َأسمهلسكه َ كلث َأسسراسد َأسمن َيسسكعوُسد َفسسمليستَسسسوُ ل‬
‫ضأم‬
Bila salah seorang dari kalian mendatangi istrinya
(melakukan jima') dan ingin mengulanginya lagi, maka
hendaklah dia berwudhu' .(HR. Muslim)

Bahkan kalau mau lebih afdhal,


dianjurkan untuk mandi janabah terlebih
dahulu, meski pun tentunya bukan

1 Al-Mawardi, Al-Hawi , jilid 11 hal. 431


Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 3 Bab 4 : Jima'

merupakan kewajiban atau syarat. Sebab


Rasulullah SAW pernah menggilir para
istrinya dengan satu kali mandi janabah.
‫ف َسعسلىَ َنءسساَئءءه َبءغكمسدل َسواءحدد‬ ‫سوسعمن َأسنس د‬
‫ َسكاَسن َيسكطوُ ك‬َ ‫ َأسلن‬َ ‫س‬
Dari Anas radhiyallahuanhu bahwa Nabi SAW pernah
menggilir para istrinya dengan sekali mandi janabah.(HR.
Muslim)

Namun bila tidak keberatan dan mau


dapat yang lebih afdhal, tidak mengapa
bila setiap kali melakukan jima' dengan
salah seorang istri, diakhiri dengan
mandi janabah. Sebab yang seperti itu
pun juga pernah dilakukan oleh
Rasulullah SAW.
‫ت َيسس موُدم‬‫ف َسذا س‬ ‫ َطس اَ س‬َ ‫ب‬ ‫ء‬ ‫ء‬
‫ َأسلن َالنلء ل‬:َ َ ‫سع سمن َأسءبسس َسراف سدع َسم سموُسل َسركسسسوُل َالل سه‬
‫ َيسسساَ َسركسسسوُل‬:َ ‫ت َلسسكه‬ ‫ءء‬ ‫ءء ء‬ ‫ء ءء ء ء‬
‫ َفسسكقملس ك‬.َ ‫سعلسسسىَ َنسسسساَئه َيسسمغتَسسسسل َعمنسسد َسهسذه َسوعمنسسد َسهسذه‬
‫ب َسوأسطمسهكر‬ ‫اللءه َ! َأسسل َ سمتعلكه َغكس ج ء‬
‫ َسهسذا َأسمزسكىَ َسوأسطميس ك‬:َ ‫ل َسواحجدا َ؟ َسقاَل‬ ‫سك م‬
Rasulullah SAW pernah menggilir para istri beliau para suatu
hari, tiap selesai dengan yang satu beliau mandi. Aku
bertanya,"Ya Rasulullah SAW, tidak cukupkah mandi sekali
saja?". Beliau SAW menjawab,"Ini lebih bersih dan lebih suci".
(HR. Abu Daud)

8. Dilalukan di Malam Jumat


Keutamaan melakukan jima' pada
malam Jumat didasarkan pada
pengertian dari hadits tentang fadhilah
atau keutamaan mandi janabah di pagi
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 3 Bab 4 : Jima'

hari Jumat, yaitu untuk melakukan shalat


Jumat.
‫ء‬ ‫ء‬
‫سممن َامغتَسسسسل َيسسموُسم َاملككمسعة َغكمسسل َاملسسناَبسة َ كلث َسراسح َفسسكأسلسناَ َقسسلر س‬
‫ب َبسسدنسةج‬
Siapa yang mandi pada hari Jumat sebagaimana mandi
janabah, lalu berangkat menuju masjid, maka dia seolah
berkurban dengan seekor unta. (HR. Al-Bukhari Muslim)

Dari dalil itu kemudian sebagian


ulama mengembangkan kesimpulan
bahwa ada isyarat untuk melakkan jima'
pada malam harinya. Karena
disunnahkan mandi janabah di pagi
harinya.
Namun sebagian ulama lainnya tidak
menyimpulkan seperti itu. Dalam
pandangan mereka, mandi yang
disunnahkan itu bukan mandi janabah,
melainkan mandi yang khusus
disyariatkan di hari Jumat terkait dengan
akan dilakukannya shalat Jumat.
Dan dalil yang menyebutkan bahwa
siapa yang melakukan jima' di malam
Jumat sama dengan membunuh orang
yahudi, ternyata tidak ditemukan
haditsnya yang shahih serta bersambung
sanadnya sampai kepada Rasulullah SAW.
D. Larangan Dalam Jima’ Yang Masyru’
Jima' yang masyru' adalah jima' yang
dilakukan oleh seorang suami kepada
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 3 Bab 4 : Jima'

istrinya. Sedangkan jima' yang tidak


masyru' adalah jima' yang dilakukan
seseorang bukan dengan pasangan
sahnya. Namun meski pun dilakukan
dengan pasangan yang sah, yaitu
istrinya, tetap ada beberapa laranngan
yang harus dihindari dan hukumnya
diharamkan. Antara lain :
1. Haidh
Apabila istri sedang dalam keadaan
haidh, maka hukumnya terlarang untuk
disetubuhi. Dasarnya adalah firman Allah
SWT :
‫ض‬‫ض َقكمل َكهسوُ َأسجذىَ َسفاَمعتَسءزلكوُما َالنسساَء َءف َالمسمءحي س ء‬ ‫ك َسعءن َالمسمءحي ء‬ ‫سويسمسأسكلوُنس س‬
‫ت َيسطمكهمرسن َفسءإسذا َتسطسلهمرسن َفسأمكتوُكهلن َءممن َسحميس ك‬
‫ث َأسسمسرككسكم َاللنسهك‬ ‫سولس َتسسمقسركبوُكهلن َسح لس‬
‫ب َالمكمتَسطسنهءريسن‬‫ي َسوكءي ض‬ ‫إءلن َاللنسه َ كءي ض‬
‫ب َالتَلسلوُابء س‬
‘Mereka bertanya kepadamu tentang haidh. Katakanlah:
‘Haidh itu adalah suatu kotoran’. Oleh sebab itu hendaklah
kamu menjauhkan diri dari wanita di waktu haidh; dan
janganlah kamu mendekati mereka sebelum mereka suci .
Apabila mereka telah suci maka campurilah mereka itu di
tempat yang diperintahkan Allah kepadamu. Sesungguhnya
Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai
orang-orang yang mensucikan diri.(QS. Al-Baqarah : 222)

Yang dimaksud dengan menjauhi


mereka adalah tidak menyetubuhinya.
Sedangkan Mazhab Al-Hanabilah
membolehkan mencumbu wanita yang
sedang haid pada bagian tubuh selain
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 3 Bab 4 : Jima'

antara pusar dan lutut atau selama tidak


terjadi persetubuhan. Hal itu didasari
oleh sabda Rasulullah SAW ketika beliau
ditanya tentang hukum mencumbui
wanita yang sedang haid maka beliau
menjawab:
‫ت َالسمرأسكة َفءميءهسمم‬‫ضس ء‬‫س َرضسسيِ َالكس َسعمنسكه َأسلن َاليسسكهسسوُسد َسكسساَنت َءإذا َسحاَ س‬ ‫سعسمن َأسنسس د‬
‫س‬
ْ‫صنْننكعوُا ككلل نشىَءء إلل ن‬
‫الننكاَنح‬ ‫ب َ ا ص‬
s ‫ء‬
‫سلم َيسكسؤاككلوُسهاَ َفسسسقاَسل َالنلء ض‬
‘Dari Anas ra bahwa Orang yahudi bisa para wanita mereka
mendapat haidh tidak memberikan makanan. Rasulullah
SAW bersabda"Lakukan segala yang kau mau kecuali
hubungan badan". (HR. Muslim).

‫ َسكسساَسن َرسسسوُكل َا ء‬:‫عسن َعاَئءسشسسة َرضسيِ َالسس َعمنسهسساَ َقسسساَسلت‬


‫ َيسأمكمكرءن َفسأستلءزكر‬sَ ‫لسس‬ ‫سك‬ ‫س ك سس‬ ‫سم س‬
‫ء‬ ‫ء‬
‫فسسيكسباَشكرءن َسوأسسناَ َسحاَئ ق‬
‫ض‬
‘Dari Aisyah ra berkata"Rasulullah SAW memerintahkan aku
untuk memakain sarung beliau mencumbuku sedangkan aku
dalam keadaan datang haidh". (HR. Muslim).

Keharaman menyetubuhi wanita yang


sedang haid ini tetap belangsung sampai
wanita tersebut selesai dari haid dan
selesai mandinya. Tidak cukup hanya
selesai haid saja tetapi juga mandinya.
Sebab didalam ayat di atas itu Allah
menyebutkan bahwa wanita haid itu
haram disetubuhi sampai mereka
menjadi suci dan menjadi suci itu bukan
sekedar berhentinya darah namun harus
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 3 Bab 4 : Jima'

dengan mandi janabah itu adalah


pendapat al Malikiyah dan as Syafi’iyah
serta al Hanafiyah.
Bila seorang wanita sedang haid
disetubuhi oleh suaminya maka ada
hukuman baginya menurut Al-Hanabilah.
Besarnya adalah satu dinar atau
setengah dinar dan terserah memilih
yang mana. Ini sesuai dengan hadis
Rasulullah SAW berikut :
‫ َءف َال ءذيِ َيس أمءت‬sَ ‫لسس‬ ‫عسسن َاب سءن َعبلسساَدس َرض سيِ َالسس َعمنسهمسساَ َع سن َرسسسوُءل َا ء‬
‫س ك س كس س م سك‬ ‫س‬ ‫س‬
‫ َيِنتنصنلدكق بإنإديِنننْاَءر أنو بإنْإ ص إ إ‬:‫امرأستسسه َوءه سيِ َحسساَئءض َقسسساَسل‬
‫صنف ديِصننْننناَءر سرسواهك‬ ‫ص ص‬ ‫ن ن‬ ‫مس ك س س س ق‬
‫ء‬ ‫المسكة َوصلححه َا ء‬
‫لاَككم َسوابمكن َالسقلطاَن َسوسرلجح َسغيك كس‬
‫هاَ َسوقمسسفهك‬ ‫سم س س س س ك س‬
‘Dari Ibn Abbas dari Rasulullah SAW bersabda tentang orang
yang menyetubuhi istrinya dalam keadaan haidh : ‘Orang
yang menyetubuhi isterinya diwaktu haid haruslah
bersedekah satu dinar atau setengah dinar’ (HR. Khamsah)

As-Syafi’iyah memandang bahwa bila


terjadi kasus seperti itu tidaklah didenda
dengan kafarat melainkan hanya
disunnahkan saja untuk bersedekah. Satu
dinar bila melakukannya diawal haid dan
setengah dinar bila diakhir haid.
Namun umumnya para ulama seperti
al-Malikiyah Asy- Syafi’iyah dalam
pendapatnya yang terbaru tidak
mewajibkan denda kafarat bagi
pelakunya cukup baginya untuk
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 3 Bab 4 : Jima'

beristigfar dan bertaubat. Sebab hadis


yang menyebutkan kafarat itu hadis yang
mudhtharib sebagaimana yang
disebutkan oleh al Hafidz Ibn Hajar.
2. Nifas
Sebenarnya tidak ada ayat atau
hadits yang secara langsung
mengharamkan wanita yang sedang
nifas untuk disetubuhi, yang ada
hanyalah ayat dan hadits terkait dengan
wanita yang mengalami haidh saja.
Namun para ulama umumnya
memandang bahwa hukum-hukum yang
terkait dengan wanita yang sedang
mengalami nifas itu tidak ada bedanya
dengan wanita yang sedang mendapat
darah haidh. Oleh karena itu wanita yang
sedang mendapat darah nifas juga
diharamkan untuk disetubuhi.
3. I’tikaf
Jima' juga terlarang bila dilakukan di
dalam masjid. Dan hal itu termasuk juga
masuk ke dalam masjid termasuk
larangan yang tidak boleh membolehkan
orang yang sehabis melakukan jima'
untuk masuk ke dalam masjid, kecuali
setelah mandi janabah dan bersuci.
‫سوسل َتكسسباَءشكروكهلن َسوأسنمستَكمم َسعاَكءكفوُسن َءف َالمسمسساَءجءد‬
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 3 Bab 4 : Jima'

janganlah kamu campuri mereka itu, sedang kamu beri`tikaf


dalam mesjid. Itulah larangan Allah, maka janganlah kamu
mendekatinya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-
Nya kepada manusia, supaya mereka bertakwa. (QS. Al-
Baqarah : 187)

4. Puasa
Ketika sedang berada di siang hari
bulan Ramadhan, maka jima' hukumnya
terlarang, yaitu bagi mereka yang wajib
mengerjakan puasa tanpa udzur yang
syar'i. Dasarnya adalah firman Allah
SWT :
‫س َلككسمم َسوسأنتَكسمم‬ ‫ء‬ ‫صسياَءم َاللرفسس ك ء ء ء‬ ‫ء‬
‫ث َإسلسس َنسسسسآِئككمم َ َكهسلن َلبسسساَ ق‬ ‫أكحسلل َلسككسمم َسمليسلسسسة َال ن س‬
‫س َلكلن‬ ‫ء‬
‫لسباَ ق‬
Dihalalkan bagi kamu pada malam hari bulan puasa
bercampur dengan isteri-isteri kamu. Mereka adalah pakaian
bagimu, dan kamupun adalah pakaian bagi mereka. (QS. Al-
Baqarah : 187)

Wajhu ad-dilalah dari ayat ini adalah


Allah SWT menghalalkan bagi kita untuk
melakukan hubungan suami istri pada
malam puasa. Pengertian terbaliknya
adalah bahwa pada siang hari bulan
puasa, hukumnya diharamkan, alias jima’
itu membatalkan puasa. Selain itu juga
ada dalil dari hadits yang
mengharamkannya, yaitu :

َ‫ َسوسما‬:‫ َسقاَسل‬.‫ت َسياَ َسركسوُسل َسالل ءه‬


‫ َسهلسمك ك‬:‫ َفسسسقاَسل‬َ ‫بسس‬
‫سجسساَسء َسركج سقل َإءسلسس َسالنلء ن‬
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 3 Bab 4 : Jima'

َ‫ َسهسمل َ سءتسكد َسمسا‬:‫ َفسسسقاَسل‬.‫ضاَسن‬ ‫ء‬


‫ت َسعسلىَ َاممسرأسءت َءف َسرسم س‬ ‫ َسوقسسمع ك‬:‫ك َ؟ َسقاَسل‬ ‫أسمهلسسك س‬
‫ص س سسوُسم َسشس س سمهسريمءن‬ ‫ء‬ ‫ء‬
‫ َفسسسهس س سمل َتسمسس س ستَسطيكع َأسمن َتس ك‬:‫ َقسس سساَسل‬.‫ َسل‬:‫تسسمعتَس س سكق َسرقسسبسس س سجة؟ َقسس سساَسل‬
:‫ي َءممسسءكيجناَ؟ َقسساَسل‬ ‫ء ء‬ ‫ء‬
‫ َفسسسهمل َستكد َسمسساَ َتكطمعسكم َسس تَسن س‬:‫ َسقاَسل‬.‫ َسل‬:‫ي؟ َسقاَسل‬ ‫كمتَسستَاَبءسع م ء‬
.َ ‫ص لدمق َءبسسذا‬ ‫د ءء‬
‫ َتس س‬:‫ َفسسسقاَسل‬.‫ َبءسع سرق َفي ه َستمقر‬َ ‫بسس‬ ‫س َفسسأكءت َسالنلء ض‬‫ َكثسلس َسجلسس س‬.‫ل‬
.َ‫ت َأسمحسسوُكج َإءلسميسءه َءمنسلسا‬‫ َأسعسلىَ َأسفمسسقر َءملناَ؟ َفسماَ َبسي َلبستَسسيسهاَ َأسهل َبسيس د‬:‫فسسسقاَسل‬
‫س س م س س م س م ك سم‬ ‫س‬ ‫س‬
‫ك‬ ‫ب َفسأسطمعءممكه َأسمهلس س‬ ‫ َسحلت َبسسد م‬َ ‫ب‬
‫ َامذسه م‬:‫ت َأسنمسسياَبككه َ كلث َسقاَسل‬ ‫ك َسالنلء ض‬ ‫ضءح س‬ ‫فس س‬
Dari Abi Hurairah ra, bahwa seseorang mendatangi
Rasulullah SAW dan berkata,”Celaka aku ya Rasulullah”. “Apa
yang membuatmu celaka ? “. Aku berhubungan seksual
dengan istriku di bulan Ramadhan”. Nabi bertanya,”Apakah
kamu punya uang untuk membebaskan budak ? “. “Aku tidak
punya”. “Apakah kamu sanggup puasa 2 bulan berturut-
turut ?”.”Tidak”. “Apakah kamu bisa memberi makan 60
orang fakir miskin ? “.”Tidak”. Kemudian duduk. Lalu
dibawakan kepada Nabi sekeranjang kurma maka Nabi
berkata,”Ambilah kurma ini untuk kamu sedekahkan”. Orang
itu menjawab lagi,”Adakah orang yang lebih miskin dariku ?
Tidak lagi orang yang lebih membutuhkan di barat atau timur
kecuali aku”. Maka Nabi SAW tertawa hingga terlihat giginya
lalu bersabda,”Bawalah kurma ini dan beri makan
keluargamu”.(HR. Bukhari dan Muslim)

Hadits ini menjelaskan kepada kita


bahwa melakukan jima' bukan hanya
membatalkan puasa, namun juga
pelakunya berdosa dan diwajibkan untuk
membayar kaffarah.
5. Ihram
Jima' juga haram dilakukan pada saat
seseorang sedang mengerjakan ibadah
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 3 Bab 4 : Jima'

ihram, baik untuk haji atau pun umrah.


Dasarnya adalah firman Allah SWT :
‫املضج َأسمشهر َمعكلوُمساَت َفسمسن َفسسر ء‬
‫ض َفيءهسلن َاملسسلج َسفل َسرفسس س‬
‫ث َسول َفككسسسوُسق‬ ‫س كق س م س ق س م س س‬
َ ‫سول َءجسداسل َءف َاملسنج‬
Musim haji adalah beberapa bulan yang dimaklumi.
Barangsiapa yang menetapkan niatnya dalam bulan itu akan
mengerjakan haji, maka tidak boleh berkata rafats (jorok),
berbuat fasik dan berbantah-bantahan…(al-Baqarah: 197)

Ayat ini memang tidak secara


langsung mengharamkan jima' bagi yang
sedang berihram. Ayat ini hanya
melarang orang melakukan rafats.
Sebagian mufassir ada yang
mengatakan bahw melakukan rafats itu
berkata-kata yang jorok. Wajhud-dilalah
dari ayat ini adalah kalau sekedar bicara
jorok saja sudah dilarang, apalagi
mengerjakan jima' itu sendiri.
Namun sebagian mufassir yang lain
justru mengatakan bahwa yang
dimaksud dengan rafats tidak lain adalah
melakukan jima' itu sendiri, sebagaimana
bisa kita baca dalam Tafsir Al-Baghawi. 1
6. Zhihar
Zhihar adalah suatu ungkapan suami
yang menyatakan kepada isterinya
“Bagiku kamu seperti punggung ibuku”,
1 Tafsir Al-Baghawi, jilid 1 hal. 226
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 3 Bab 4 : Jima'

ketika ia hendak mengharamkan


isterinya itu bagi dirinya. Talak seperti ini
telah berlaku di kalangan orang-orang
jahiliyah terdahulu. Lalu Allah SWT
memerintahkan kepada suami yang
menzhihar isterinya untuk membayar
kafarat (denda) sehingga zhiharnya
tersebut tidak sampai menjadi talak.
Orang yang sempat menzihar istrinya,
maka dia diharamkan untuk melakukan
jima' dengan istrinya itu, kecuali setelah
dia membayar denda atau kaffarah, yaitu
memerdekakan budak. Dalil yang
melandasi hal itu adalah firman Alah
SWT:
‫سوالءذيسن َيكسظاَءهكروسن َءمن َ نسساَئءءهمم َ كلث َيسسكعوُكدوسن َلءسماَ َقسسساَلكوُا َفسستَسمحءريسكر َسرقسسبسسدة َنمسسن‬
‫ء‬ ‫ء‬ ‫ءء‬ ‫ء‬
‫قسسمبءل َسأن َيسستَسسماَلساَ َسذلككمم َكتوُسعكظوُسن َبه َسواللكه َ سباَ َتسسمعسمكلوُسن َسخبيق‬
Orang-orang yang menzhihar isteri-isteri mereka, kemudian
mereka hendak menarik kembali apa yang mereka ucapkan,
maka (wajib baginya) memerdekakan seorang budak sebelum
kedua suami isteri tersebut bercampur. Demikianlah yang
diajarkan kepada kalian dan Allah Maha Mengetahui apa
yang Kalian kerjakan. (QS. Al-Mujadilah: 2)

Namun tidak semua orang mampu


membebaskan budak, mengingat budak
itu cukup mahal harganya. Sekedar
perbandingan saja, Ketika Abu Bakar Ash-
Shiddiq radhiyallahuanhu membebaskan
Bilal bin Rabah dari tangan Umayyah bin
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 3 Bab 4 : Jima'

Khalaf, harga 100 dinar yang kemudian


dinaikkan menjadi 200 dinar. Padahal
satu dinar emas di masa itu setara
dengan harta seekor kambing, karena
ada riwayat yang menyebutkan bahwa
Rasulullah SAW pernah meminta salah
seorang shahabat untuk membelikan
baginya seekor kambing dengan harga
satu dinar.
Maka kalau harga kambing di masa
sekarang kisarannya satu juta rupiah,
berarti untuk 100 dinar harga budak,
paling tidak seharga 100 juta hingga 200
juta rupiah. Harga seperti ini tidak semua
orang mampu membayarnya.
Oleh karena itu kemudian Allah SWT
memberikan keringanan buat mereka
yang tidak mampu membebaskan budak,
untuk berpuasa selama dua bulan
berturut-turut, atau memberi makan
enampuluh fakir miskin, sebagaimana
bisa kita baca dalam lanjutan ayat di
atas.
‫ي َءمسسن َقسسمبسءل َسأن َيسستَسسماَلسسساَ َفسسمسسن َللمس‬ ‫فسمسسن َللسس َ سءيسمد َفس ء‬
‫صسسياَكم َسشسمهريمءن َكمتَستَسسساَبءسع م ء‬
‫س‬ ‫س م‬
‫ء‬ ‫يسس ستَءطع َفسءإطمعسساَم َءسس تَسني َءمسس سءكينجاَ َسذلسءس ء‬
‫ك‬ ‫ك َلتَكسمؤءمنسك سوُا َبءسساَللءه َسوسركسسسوُلءه َسوتءملس س س‬
‫س‬ ‫سمس م س ك س م‬
‫ب َأسءليقم‬ ‫ء ء ء‬
‫كحكدوكد َالله َسولملسكاَفءريسن َسعسذا ق‬
Barangsiapa yang tidak mendapatkan (budak, maka ‘wajib
baginya) berpuasa dua bulan berturut-turut sebelum
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 3 Bab 4 : Jima'

keduanya bercampur. Dan barangsiapa yang tidak


kuasa(wajib baginya) memberi makan enampuluh orang
miskin. Demikianlah supaya kalian beriman kepada Allah dan
Rasul-Nya. Dan itulah hukum-hukum Allah, dan bagi orang-
orang kafir ada siksaan yang sangat pedih.(QS. Al-Mujadilah:
3)

E. Larangan Dalam Jima’ Yang Tidak Masyru’


Sedangkan larangan atas jima'
dengan penyebab yang sejak awalnya
memang sudah bukan jima' yang halal
alias tidak masyru', antara lain adalah :
1. Zina
Secara umum kita mengenal zina
sebagai jima' di luar pernikahan yang
sah, atau di luar ketentuan syariah yang
hak. Dan zina termasuk salah satu di
antara dosa besar.

‫سوسل َتسسمقسربكوُا َالنزسناَ َإءنلكه َسكاَسن َسفاَءحسشجة َسوسساَسء َسسءبيلج‬


Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu
adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang
buruk. (QS. Al-Isra' : 32)

2. Liwath
Liwath adalah hubungan kelamin
sejenis, baik sesama laki-laki ataupun
sesama perempuan. Larangannya jelas
dan tegas di dalam Al-Quran.
‫ء‬ ‫دء‬ ‫ء ء‬ ‫ء‬
‫أستسأمكتوُسن َالمسفاَحسشسة َسماَ َسسبسسسقككمم َ سباَ َممن َأسسحد َمسن َالمسعاَلسم س‬
‫ي‬
Mengapa kamu mengerjakan perbuatan faahisyah itu, yang
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 3 Bab 4 : Jima'

belum pernah dikerjakan oleh seorangpun sebelummu?" (QS.


Al-A'raf : 180)

3. Dubur
Memasukkan kemaluan laki-laki ke
lubang dubur istri sendiri termasuk
perbuatan yang diharamkan dan dosa
besar. Dasarnya adalah hadits berikut
ini :
َ‫ضاَ َأسءو َاممسرأسجة َءف َكدبكءرسهاَ َأسمو َسكاَءهجناَ َفسسسقسمد َسكسفسسر َءبسسساَ َأكنمسءزل َسعلسسسى‬ ‫ء‬
‫سممن َأسستىَ َسحاَئ ج‬
َ ‫كمسلمدد‬
Orang yang menyetubuhi istrinya yang sedang haidh, dan
menyetubuhi dubur istrinya, maka dia telah kufur terhadap
apa yang turun kepada Nabi Muhammad SAW. (HR. Tirmizy)

َ‫سمملكعوُقن َسممن َأسستىَ َاممسرأسجة َءف َكدبكءرسها‬


Telah terlaknat suami yang menyetubuhi istrinya pada
lubang duburnya. (HR. Ahmad)

‫سل َيسسمنظككر َاللكه َإءسل َسركجدل َأسستىَ َسركج ج‬


‫ل َأسءو َاممسرأسجة َءف َالضدبكءر‬
Allah tidak memandang kepada laki-laki yang menyetubuhi
dubur sesama lelaki atau pun dubur istrinya. (HR. Tirmizy)

‫ َثسلس س د‬.َ .َ .َ ‫إءلن َاللسه َسل َيسستَسحءييِ َءمسن َاملسنق‬


‫ َسل َتسسأمتكوُا َالنسسساَءس‬:َ ‫ث َسمسلرات‬ ‫س س‬ ‫س سم م‬
‫ءف َأسمعسجاَءزءهلن‬
Sesungguhnya Allah tidak malu atas kebenaran (tiga kali) :
Janganlah kamu menyetubuhi istri pada lubang duburnya.
(HR. An-Nasa'i)

4. Mayat
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 3 Bab 4 : Jima'

Bersetubuh dengan mayat atau


jenazah manusia yang sudah mati adalah
perbuatan yang diharamkan. Bahkan
meski mayat itu istrinya sendiri atau
mantan budaknya, yang ketika masih
hidup seharusnya halal untuk disetubuhi.
Ibnu Hajar Al-Haitami memasukkan
perbuatan ini sebagai salah satu dari
dosa besar sebagaimana layaknya zina. 1
5. Hewan
Bersetubuh dengan hewan juga
termasuk perbuatan yang diharamkan
dengan tegas dalam agama Islam.
‫ٌ َسوسعسلد َءممنسكهسكم‬،‫ب َاللءه َسوكيمكسوُسن َءف َسسسسخءط َاللسءه‬
‫ضء‬‫صبءكحوُسن َءف َسغ س‬ ‫أسمربسسسعقة َيك م‬
َ ‫ َالءذيِ َيسأمءت َالمبسءهيسمسة‬:
Ada empat macam orang yang mendapatkan kemarahan
Allah di pagi hari dan kemurkaan Allah di sore hari. (Salah
satunya) orang yang menyetubuhi hewan.

‫سمملكعوُقن َسممن َأسستىَ َسشميجئاَ َءمسن َاملبسسسهاَئءءم‬


Terlaknatlah orang yang menyetubuhi hewan.

F. Konsekuensi Jima’ Dalam Syariah


Jima’ yang dilakukan oleh suami dan
istri punya banyak konsekusensi. Para
ulama berbeda pendapat tentang jumlah
status hukum yang berubah karena

1 Al-Haitami, Az-Zawajid, jilid 2 hal. 143


Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 3 Bab 4 : Jima'

sebab terjadinya jima'.


Penulis kitab Al-Qawanin Al-Fihiyah,
Ibnu Juzai Al-Kalbi (w. 741 H)
menyebutkan ada lima puluh hukum
yang terjadi diakibatkan adanya jima'. 1
Sedangkan penulis kitab Al-Asybah wa
An-Nazhair, Al-Imam As-Suyuthi (w. 911
H) mengklaim bahwa hukum yang
ditimbulkan akibat terjadinya jima'
mencapai seratus lima puluh masalah. 2
Penulis kitab Kifayatu At-Thalib,
Musthafa Al-Babi Al-Halabi menuliskan
ada enampuluh masalah hukum yang
ditimbulkan akibat terjadinya jima'. 3
Dalam buku ini Penulis hanya akan
menyebutkan sebelas masalah hukum
saja yang menjadi konsekuensi fiqih
akibat terjadinya jima’.
1. Mandi Janabah
Apabila kemaluan laki-laki masuk ke
dalam kemaluan perempuan (ilaj), maka
otomatis wajib atas mereka berdua untuk
mandi janabah. Dalilnya cukup banyak,
diantaranya :
َ‫ب َالغكمس سكل َفسسسعملتَكسكه َأسنسسسا‬ ‫ء‬ ‫إءسذا َالمتَسسسقسسىَ َالستَاَن ساَسءن َأسو َم س ل ء‬
‫س َالتَسسساَكن َالتَسسساَسن َسوسج س س‬ ‫م س‬ ‫س‬

1 Ibnu Juzai Al-Kalbi , Al-Qawanin Al-Fihiyah, hal. 33


2 Al-Asybah wa An-Nazhair, Al-Imam As-Suyuthi, hal. 270-271
3 Kifayatu At-Thalib, Musthafa Al-Babi Al-Halabi, jilid 1 hal. 118
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 3 Bab 4 : Jima'

َ‫سوسركسوُكل َالء َسفاَمغتَسسسملسنا‬


Dari Aisyah radhiyallahuanhaberkata bahwa Rasulullah SAW
bersabda"Bila dua kemaluan bertemu atau bila kemaluan
menyentuh kemaluan lainnya maka hal itu mewajibkan
mandi janabah. Aku melakukannya bersama Rasulullah SAW
dan kami mandi.

َ ‫ب َالمغكمسس سكل‬ ‫ َإسذا َسجلسس سس َبسس م س ء‬


‫ي سس َكشس سسعبسهاَ َالسمربسس سءع َ َكثلسس َسجسه سسدسهاَ َفسسسقس سمد َسوسجس س س‬ ‫س‬
‫ء‬
َ "َ ‫ َ" َسوإءمن َ سمل َيسكمنءزمل‬:َ ‫ َسوسزاسد َكممسلقم‬-َ ‫كمتَلسسفقق َسعلسميءه‬
Dari Abi Hurairah radhiyallahuanhu berkata bahwa
Rasulullah SAW bersabda"Bila seseorang duduk di antara
empat cabangnya kemudian bersungguh-sungguh
(menyetubuhi) maka sudah wajib mandi. (HR. Muttafaqun
'alaihi).

Hal ini berlaku untuk semua keadaan,


baik jima' itu sampai keluar mani atau
pun tidak, tetap saja kedua harus mandi
janabah. Walau pun hal itu dilakukan oleh
pasangan yang haram (zina) dan
sejenisnya, tetap saja keduanya wajib
mandi janabah. Demikian juga, meskipun
jima' itu dilakukan oleh pasangan yang
sah, tetapi dalam kondisi haram, seperti
dalam masa haid dan nifas, tetap saja
keduanya wajib mandi janabah.
2. Membatalkan Puasa, Haji dan
I’tikaf
Jima' juga mengakibatkan batalnya
beberapa jenis ibadah, seperti puasa,
i'tikaf dan haji.
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 3 Bab 4 : Jima'

a. Puasa
Selain dari makan dan minum, yang
membatalkan puasa adalah jima’ atau
hubungan seksual. Dasar ketentuannya
adalah firman Allah SWT :
‫س َلككسمم َسوسأنتَكسمم‬ ‫ء‬ ‫صسياَءم َاللرفسس ك ء ء ء‬ ‫ء‬
‫ث َإسلسس َنسسسسآِئككمم َ َكهسلن َلبسسساَ ق‬ ‫أكحسلل َلسككسمم َسمليسلسسسة َال ن س‬
‫س َلكلن‬ ‫ء‬
‫لسباَ ق‬
“Dihalalkan bagi kamu pada malam hari bulan puasa
bercampur dengan isteri-isteri kamu. Mereka adalah pakaian
bagimu, dan kamupun adalah pakaian bagi mereka...” (QS.
Al-Baqarah : 187)

Wajhu ad-dilalah dari ayat ini adalah


Allah SWT menghalalkan bagi kita untuk
melakukan hubungan suami istri pada
malam puasa. Pengertian terbaliknya
adalah bahwa pada siang hari bulan
puasa, hukumnya diharamkan, alias jima’
itu membatalkan puasa.
Sebenarnya makna kata rafats itu
tidak harus jima’. Bahkan percumbuan,
bermesraan, serta berciuman itu pun
termasuk ke dalam wilayah rafats.
Namun karena Allah SWT meneruskan di
ayat ini dengan penegasan bahwa :
kamu menjadi pakaian untuk mereka
(istri) dan mereka menjadi pakaian untuk
kamu, maka menjadi jelas sekali bahwa
yang dimaksud itu bukanlah
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 3 Bab 4 : Jima'

percumbuan, melainkan jima’ itu sendiri.


b. I'tikaf
Dasar yang menjadi alasan kenapa
jima’ itu membatalkan i’tikaf adalah
firman Allah SWT :
‫سوسل َتكسسباَءشكروكهلن َسوأسنمستَكمم َسعاَكءكفوُسن َءف َالمسمسساَءجءد‬
“…Dan janganlah kamu melakukan persetubuhan ketika kamu
beri’tikaf di masjid…”. (QS. Al-Baqarah : 187)

Mungkin sulit dibayangkan ada orang


melakukan jima’ di dalam masjid, apalagi
sedang dalam keadaan beri’tikaf.
Bukankah masjid itu tempat umum dan
biasanya banyak orang, lalu bagaimana
caranya berjima’ di tempat umum yang
banyak orang?
c. Haji
Para ulama fiqih telah sampai ke titik
ijma' bahwa seorang yang sedang
melakukan ibadah haji, apabila
melakukan jima' dengan istrinya,
sebelum sempat melakukan wuquf di
Araf, maka hajinya rusak, batal dan tidak
sah. Untuk itu dia terkena kewajiban
mengulangi lagi hajinya di tahun depan
sebagai haji qadha', dengan kewajiban
membayar denda berupa menyembelih
seekor hewan.
Menurut mazhab Al-Hanafiyah, hewan
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 3 Bab 4 : Jima'

yang wajib disembelihnya berupa


kambing, sedangkan menurut pendapat
mazhab Al-Malikiyah, Asy-Syafi'iyah dan
Al-Hanabilah, yang wajib disembelih
haruslah sesekor unta.
Sedangkan bila jima' itu dilakukan
setelah wuquf tetapi sebelum selesai
tahallul awal, maka seluruh ulama
sepakat mewajibkannya untuk
menyembelih seekor unta.
3. Kemahraman Dengan Mushaharah
Hubungan kemahraman antara
seorang laki-laki dan perempuan bisa
terjadi karena tiga sebab utama, yaitu
nasab, mushaharah dan radhaah. Yang
dimaksud dengan mushaharah adalah
hubungan kekeluargaan dan
kemahraman yang terbentuk sebagai
akibat dari terjadinya pernikahan.
Ketika seorang laki-laki menikahi
istrinya, maka secara otomatis ibu
mertuanya menjadi mahram. Demikian
juga bila istri itu sudah punya puteri
sebelumnya, secara otomatis
hubungannya menjadi mahram juga.
Inilah yang dimaksud dengan
kemahraman yang timbul akibat
pernikahan atau mushaharah.
Yang perlu dicatat dalam hal ini
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 3 Bab 4 : Jima'

bahwa yang dimaksud dengan


pernikahan bukan sekedar terjadinya
akad nikah, semata melainkan lebih jauh
dari itu, harus terjadi jima'. Maka
kemahraman itu belum terjadi selama
pasangan itu belum melakukan jima'.
Di antara wanita yang haram dinikahi
karena sebab mushaharah ini adalah
sebagaimana firman Allah SWT yang
menyebutkan siapa saja wanita yang
haram dinikahi.
‫ت َنءسسآِئءككمم َسوسرسباَئءبككككم َالللءت َءف َكحكجوُءرككم َنمسن َ نسسسسآِئءكككم َالللءتس‬ ‫سوأكلمسهاَ ك‬
‫سدسخملتَسكسم َءبءسلن َفسسءإن َللسمس َتسككوُنكسوُما َسدسخملتَسكسم َءبءسلن َفس س‬
‫ل َكجنسسساَسح َسعلسميككسمم َسوسحلسئءسكل‬
َ ‫صلسبءككمم‬ ‫ء ء‬ ‫ء‬
‫سأبمسسناَئكككم َالذيسن َممن َأس م‬
(dan haram menikahi) ibu-ibu istrimu (mertua), anak-anak
istrimu yang dalam pemeliharaanmu dari istri yang telah
kamu campuri, tetapi jika kamu belum campur dengan
istrimu itu (dan sudah kamu ceraikan), maka tidak berdosa
kamu mengawininya, istri-istri anakmu dari sulbimu.(QS.
An-Nisa' : 23)

a. Ibu dari istri (mertua wanita)


Seorang laki-laki diharamkan selama-
lamanya menikahi ibu dari istrinya, atau
mertua perempuannya. Sifat
kemahramannya berlaku untuk selama-
lamanya.
Bahkan meski istrinya telah
meninggal dunia atau telah putus ikatan
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 3 Bab 4 : Jima'

perkawinannya, misalnya karena cerai


dan seterusnya, tetepi mantan ibu
mertua adalah wanita yang menjadi
mahram selama-lamanya.
Jadi meski sudah berstatus mantan
mertua, tetapi tetap haram untuk
terjadinya pernikahan antara bekas
menantu dengan bekas mertuanya
sendiri.
b. Anak wanita dari istri (anak tiri)
Bila seorang laki-laki menikahi
seorang janda beranak perawan, maka
haram selamanya untuk suatu ketika
menikahi anak tirinya itu. Keharamannya
bersifat selama-lamanya, meski pun
ibunya telah wafat atau bercerai.
Namun ada sedikit pengecualian,
yaitu bila pernikahan dengan janda itu
belum sampai terjadi hubungan suami
istri, lalu terjadi perceraian, maka anak
perawan dari janda itu masih boleh untuk
dinikahi. Dasarnya adalah firman Allah
SWT :
‫سوسربسسساَئءبككككم َالللءتسس َءفس َكحكجسسوُءرككم َنمسسن َ نسسسسآِئءكككم َالللءتسس َسدسخملتَسكسم َءبءسلن َفسسءإن‬
‫ل َكجسناَسح َسعلسميككمم‬ ‫لمل َتسككوُنكوُما َسدسخملكتَم َءبءلن َفس س‬
(dan haram menikahi) anak-anak istrimu yang dalam
pemeliharaanmu dari istri yang telah kamu campuri, tetapi
jika kamu belum campur dengan istrimu itu (dan sudah kamu
ceraikan), maka tidak berdosa kamu mengawininya. (QS. An-
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 3 Bab 4 : Jima'

Nisa' : 23)

c. Istri dari anak laki-laki (menantu)


Seorang laki-laki diharamkan untuk
menikahi istri dari anaknya sendiri, atau
dalam bahasa lain menantunya sendiri.
Dasar keharamannya adalah firman Allah
SWT :
‫صلسبءككمم‬ ‫ء ء‬ ‫ء ء‬
‫سوسحلسئكل َسأبمسسناَئكككم َالذيسن َممن َأس م‬
Dan (haram untuk menikahi) istri-istri dari anak-anakmu
yang lahir dari sulbimu. (QS. An-Nisa' : 23)

Dan keharamannya berlaku untuk


selama-lamanya, meski pun wanita itu
barangkali sudah tidak lagi menjadi
menantu.
d. Istri dari ayah (ibu tiri)
Sedangkan yang dimaksud dengan
istri dari ayah tidak lain adalah ibu tiri.
Para wanita yang telah dinikahi oleh
ayah, maka haram bagi puteranya untuk
menikahi janda-janda dari ayahnya
sendiri, sebab kedudukan para wanita itu
tidak lain adalah sebagai ibu, meski
hanya ibu tiri. Dan status ibu tiri sama
haramnya untuk dinikahi sebagaimana
haramnya menikahi ibu kandung.
Dalil pengharaman untuk menikahi
ibu tiri adalah firman Allah SWT :
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 3 Bab 4 : Jima'

‫ف َإءنلسكه َسكسساَسن‬ ‫سوسل َستنءككحسوُما َسمسساَ َنسسكسسح َآبسسساَكؤككم َنمسسن َالنسسسساَء َإء ل‬
‫ل َسمسساَ َقسسمد َسسسلس س‬
‫سفاَءحسشجة َسوسممقجتَاَ َسوسساَء َسسءبيلج‬
Dan janganlah kamu kawini wanita-wanita yang telah
dikawini oleh ayahmu, terkecuali pada masa yang telah
lampau. Sesungguhnya perbuatan itu amat keji dan dibenci
Allah dan seburuk-buruk jalan (yang ditempuh). (QS. An-Nisa'
: 22)

4. Hudud Zina
Hukuman hudud dari Allah atas
pelaku zina ada dua macam, yaitu
hukuman mati dengan cara dirajam atau
hukuman cambuk 100 kali.
Namun hukuman itu hanya bisa
dijatuhkan manakala jima' betul-betul
terjadi dalam arti yang sesungguhnya,
dimana kemaluan laki-laki masuk ke
dalam kemaluan perempuan, sehingga
terjadi ilaj.
5. Berstatus Ihshan
Ihshan (‫ )إحصان‬adalah status seseorang
terkait dengan hukuman rajam atas
perbuatan zina yang dilakukannya.
Orangnya disebut muhshan (ْ‫)محصككككككن‬.
Maksudnya hukum rajam yang berlaku
atas orang yang berzina itu
mensyaratkan pelakunya berstatus
muhshan.
Dan untuk bisa disebut muhshan,
setidaknya ada 5 syarat yang harus
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 3 Bab 4 : Jima'

terpenuhi sesuai kesepakatan ulama,


yaitu muslim, aqil, baligh, merdeka, dan
pernah berjima’ sebelumnya dengan
jima’ yang sah dan halal.
Keempat syarat sebelumnya umum
dimiliki oleh kebanyakan orang, tetapi
syarat kelima yaitu pernah berjima’,
tentu menjadi istimewa. Kadang istilah
orang muhshan ini sering disebut sebagai
orang yang sudah menikah. Padahal
sebenarnya yang lebih tepat adalah
pernah melakukan jima’ yang sah dan
halal.
Seorang sudah berstatus muhshan
meski hanya berjima' sekali saja, asalkan
jima'nya itu dilakukan dalam status jima'
yang sah dan halal. Setelah pernah
berjima' meski hanya sekali, maka status
muhshan ini akan terus menerus melekat
selamanya, meski sudah tidak lagi terikat
dalam pernikahan, baik sebagai janda
ataupun duda, baik karena cerai atau pun
karena kematian pasangan hidup.
6. Mahar
Dalam akad nikah, meski sudah
terjadi ijab qabul, namun kadang mahar
tidak langsung diserahkan saat itu juga,
tetapi ditunda penyerahannya. Oleh
karena itulah kita sering mendengar ijab
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 3 Bab 4 : Jima'

qabul yang diakhir kata : ’tunai’.


Maksudnya adalah bahwa mahar
diserahkan saat itu juga.
Tetapi akad nikah tetap sah apabila
dalam ijab qabul tidak ada penyebutan
mahar. Termasuk juga bila hanya
disebutkan nilainya saja, tetapi
penyerahannya ditangguhkan pada suatu
ketika nanti.
Kalau setelah akad nikah, mahar
belum diserahkan, lalu terjadi perceraian,
maka nasib mahar itu banyak ditentukan
oleh jima’ yang dilakukan oleh suami
istri.
Jumnhur ulama yaitu mazhab Al-
Hanafiyah, Al-Malikiyah, Asy-Syafi’iyah
dan Al-Hanabilah sepakat bahwa bila
suami sudah terlanjur melakukan jima’
dengan istrinya, maka suami itu harus
untuk membayar 100% mahar yang
dijanjikannya. 1
Dalam hal ini para fuqaha sepakat
bahwa jima’ itu mewajibkan mahar,
meskipun jima’ itu haram dilakukan
seperti ketika sedang haidh, nifas atau
ihram. 2
Sebaliknya bila belum sempat terjadi
jima’, ada beberapa kemungkinan.
1 Al-Hidayah maal Fathi wal Kifayah, jilid 3 hal. 209
2 An-Nawawi, Raudhatu Ath-Thalibin, jilid 7 hal. 263
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 3 Bab 4 : Jima'

a. Kondisi Pertama
Sewaktu akad nikah suami belum
menyebutkan nilai mahar, dan belum
sempat melakukan jima dengan istri. Lalu
suami menceraikan istrinya. Maka dalam
hal ini, gugurlah kewajiban mahar suami
kepada istrinya, sebagaimana firman
Allah SWT :

‫ل َكجسناَسح َسعلسميككسمم َءإن َطسلمقتَكسكم َالنسسسساَء َسمسساَ َسلمس َستسضسسسوُكهضن َأسمو َتسسمفءر ك‬
‫ضسوُما َسلسكلن‬ ‫ َ ل‬
‫فسءري س‬
‫ضةج‬
Tidak ada kewajiban membayar (mahar) atas kamu, jika
kamu menceraikan istri-istrimu sebelum kamu bercampur
dengan mereka dan sebelum kamu menentukan maharnya.
(QS. Al-Baqarah : 236)

b. Kondisi Kedua
Sewaktu akad nikah suami sudah
menyebutkan nilai mahar, dan belum
sempat terjadi melakukan jima dengan
istri. Lalu suami menceraikan istrinya.
Maka maharnya hanyalah setengah saja
dari yang telah disebutkan di dalam akad
nikah itu, sebagaimana firman Allah
SWT :

‫سوإءمن َطسلمقتَككمس سسوُكهلن َءمس س سمن َقسسمبس سسل َأسمن َستسضسس سسوُكهلن َسوقسس سمد َفسسسر م‬
‫ض س ستَكمم َسلس سك سلن َفسءري س‬
‫ض س سةج‬
‫ضتَكمم‬
‫ف َسماَ َفسسسر م‬ ‫ء‬
‫ص ك‬ ‫فسن م‬
Jika kamu menceraikan isteri-isterimu sebelum kamu
bercampur dengan mereka, padahal sesungguhnya kamu
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 3 Bab 4 : Jima'

sudah menentukan maharnya, maka bayarlah seperdua dari


mahar yang telah kamu tentukan itu. (QS. Al-Baqarah : 237)

c. Kondisi Ketiga
Sewaktu akad nikah suami sudah
menyebutkan nilai mahar, dan belum
sempat terjadi jima dengan istri, lalu
terjadi pembatalan (fakash) pernikahan,
baik dari pihak suami atau pun dari pihak
istri. Maka kewajiban membayar
maharnya menjadi gugur 100%.
7. Talak Sunnah dan Talak Bid'ah
Dalam bab talak, kita mengenal ada
dua jenis talak, yaitu talak sunnah dan
talak bid'ah. Talak sunnah adalah talak
yang sesuai dengan ketentuan syariah,
sehingga pelakunya tidak berdosa.
Sebaliknya , talak bid'ah adalah talak
yang prosedurnya menyalahi ketentuan
syariah, sehingga pelakunya terkena
dosa.
Talak menjadi bid'ah dan haram
hukumnya manakala suami menjatuhkan
talak ketika istrinya sedang berada pada
masa suci namun setelah disetubuhi.
Seharusnya bila ingin menjadi talak sunni
yang tidak haram dan tidak berdosa,
suami menjatuhkan talak ketika istrinya
berada dalam masa suci istrinya dan
sebelumnya tidak boleh
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 3 Bab 4 : Jima'

menyetubuhinya.
8. Iddah
Iddah adalah masa yang wajib dijalani
oleh seorang istri yang dicerai oleh
suaminya, atau suaminya meninggal
dunia. Selama masa iddah itu, seorang
istri tidak boleh menikah bahkan juga
sekedar menerima lamaran pun
diharamkan. Selain itu juga diharamkan
berdandan dan keluar rumah.
Namun bila seorang istri belum
sempat disetubuhi suaminya seusai akad
nikah, lalu suaminya menceraikannya,
atau suaminya meninggal dunia, maka
para ulama sepakat bahwa iddah tidak
berlaku atasnya. Dasarnya adalah firman
Allah SWT :
‫يسساَ َأسيسضهسساَ َالسءذين َآمنكسوُا َإءسذا َنسسكحتَكسم َالمممؤءمنسسساَ ء‬
‫ت َكثسلس َطسلمقتَككمسسوُكهلن َءمسمن َقسسمبسسل‬ ‫م ك ك‬ ‫س س‬ ‫س س‬
َ‫أسمن َستسضسوُكهلن َفسسماَ َلسككمم َسعلسميءهلن َءممن َءعلددة َتسسمعتَسضدونسسسها‬
Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu menikahi
perempuan-perempuan yang beriman, kemudian kamu
ceraikan mereka sebelum kamu mencampurinya maka sekali-
kali tidak wajib atas mereka idah bagimu yang kamu minta
menyempurnakannya, (QS. Al-Ahzab : 49)

Kata tamassuhunna (ْ‫ )تمسوهن‬dalam ayat


di atas disepakati para ulama bermakna
jima’. 1

1 Ibnul Arabi, Ahkam Al-Quran, jilid 1 hal. 218


Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 3 Bab 4 : Jima'

9. Rujuk
Jumhur ulama diantaranya mazhab Al-
Hanafiyah, Al-Malikiyah dan Al-Hanabilah
mengatakan apabila suami menyetubuhi
istri yang baru saja dijatuhkan talak dan
masih dalam masa iddah, maka otomatis
terjadi ruju'. Asalkan jima' yang dilakukan
seiring dengan niat untuk merujuknya.
Sedangkan pendapat mazhab Asy-
Syafi'iyah memang dalam hal ini agak
berbeda dengan pendapat jumhur. Dalam
mazhab ini, persetubuhan suami istri
sama sekali tidak akan menyebabkan
terjadinya rujuk. Bahkan meski
perbuatan itu diiringi dengan niat
merujuk istri di dalam hati.
Alasannya karena istrinya berstatus
seperti orang lain alias ajnabi yang
diharamkan menyetubuhinya.
Dan dalam pandangan mazhab ini,
rujuk itu diibaratkan seperti sebuah
pernikahan, dimana nikah itu tidak cukup
hanya dilakukan dengan percumbuan,
persebutuhan atau hanya niat saja. Nikah
itu butuh akad secara lisan. Oleh karena
itulah maka rujukpun harus dilakukan
dengan lisan juga sebagaimana
pernikahan, kecuali bedanya tidak perlu
ada ijab dan qabul.
Oleh karena itu mazhab Asy-Syafi'iyah
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 3 Bab 4 : Jima'

memandang ketika seorang suami


menyetubuhi istrinya atau
mencumbuinya dalam masa iddah, maka
perbuatan itu termasuk haram,
sebagaimana haramnya menyetubuhi
atau mencumbui wanita ajnabi yang
bukan istrinya.
10. Membolehkan Nikah Kembali
Setelah Talak Tiga
Bila istri dijatuhkan talak untuk yang
ketiga kalinya, maka suaminya tidak bisa
lagi merujuknya dan tidak bisa juga
menikahinya kembali, kecuali setelah istri
itu menikah dulu dengan laki-laki lain.
َ‫غي سسركه َفسسءإمن َطسلسقسهسسا‬ ‫ء‬ ‫فسءإمن َطسلسقهاَ َفس س ء ء‬
‫ل َستضل َلسكه َممن َبسسمعكد َسحلتسس َتسسمنكسسح َسزموججسساَ َ سم‬ ‫س‬
‫ل َكجسناَسح َسعلسميءهسماَ َأسمن َيسستَسسسراسجسعاَ َإءمن َظسلناَ َأسمن َيكءقيسماَ َكحكدوسد َاللءه‬
‫فس س‬
Kemudian jika si suami mentalaknya, maka perempuan itu
tidak lagi halal baginya hingga dia kawin dengan suami yang
lain. Kemudian jika suami yang lain itu menceraikannya,
maka tidak ada dosa bagi keduanya untuk kawin kembali jika
keduanya berpendapat akan dapat menjalankan hukum-
hukum Allah. (QS. Al-Baqarah : 230)

Dalam hal ini semua ulama sepakat


bahwa menikahnya istri dengan laki-laki
lain harus sampai terjadi jima' dalam arti
yang sesungguhnya. Dasarnya adalah
hadits yang terkait dengan kasus istri
Rufaah, dimana suaminya telah
mentalaknya tiga kali, namun ternyata
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 3 Bab 4 : Jima'

dia ingin kembali. Maka Rasulullah SAW


bersabda kepadanya :
ِ‫ك َسوتسسسكذوءقي‬
‫أستكءريس سءدين َأسمن َتسسرءجعءسسيِ َإءلسس َرسفاَسعس سءة؟ َسل َحلتسس َيس سكذوسق َعكسسسيسلستَس ء‬
‫س س م سم‬ ‫س ك‬ ‫م مس م‬
‫سيسلستَسهك‬
‫عك س م‬
Apakah kamu ingin kembali kepada Rufaah? Tidak boleh,
sehingga kamu merasakan usailahnya (suami yang baru) dan
dia merasakan 'usailahmu. (HR. Bukhari Muslim)

Dan makna 'usailah (‫ )عسيلة‬dalam hal ini


tidak lain adalah jima', sebagaimana
sabda Rasulullah SAW yang diriwayatkan
oleh Ibunda Mukminin Aisyah
radhiyallahunha :
‫ء‬
َ ‫ع‬ ‫أسسل َإءلن َالعك س م‬
‫سيسلسسة َالسماَ ك‬
Ketahuilah bahwa 'usailah itu adalah jima'. (HR. Ahmad)

Disitulah disebutkan bahwa jima' bisa


menghalalkan pernikahan kembali
pasangan yang sebelumnya sudah
melewati tiga kali talak.
11. Kaffarah
Jima' yang dilakukan bisa
menyebabkan hukuman kaffarah,
misalnya bila dilakukan ketika haidh,
puasa Ramadhan dan saat berihram.
a. Jima Saat Haidh
Bila seorang wanita sedang haid
disetubuhi oleh suaminya maka ada
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 3 Bab 4 : Jima'

hukuman baginya menurut Al-Hanabilah.


Besarnya adalah satu dinar atau
setengah dinar dan terserah memilih
yang mana. Ini sesuai dengan hadis
Rasulullah SAW berikut :

‫ َءف َال ءذيِ َيسأمءت‬َ ‫لسس‬ ‫عن َابءن َعلباَدس َرضيِ َالس َعمنسهمسساَ َعسن َرسسسوُءل َا ء‬
‫س ك س كس س م سك‬ ‫س‬ ‫س‬
‫صلدكق بإإديِصنننْاَءر أنصو بإنْإ ص‬
‫ف إديِصنننْاَءر‬
‫صإ‬ ‫ء‬ ‫ء‬
‫ َيِننتن ن‬:‫ض َسقاَسل‬
‫اممسرأستسكه َسوهسيِ َسحاَئ ق‬
‘Dari Ibn Abbas dari Rasulullah SAW bersabda tentang orang
yang menyetubuhi istrinya dalam keadaan haidh : ‘Orang
yang menyetubuhi isterinya diwaktu haid haruslah
bersedekah satu dinar atau setengah dinar’ (HR. Khamsah)

As-Syafi’iyah memandang bahwa bila


terjadi kasus seperti itu tidaklah didenda
dengan kafarat melainkan hanya
disunnahkan saja untuk bersedekah. Satu
dinar bila melakukannya diawal haid dan
setengah dinar bila diakhir haid.
Namun umumnya para ulama seperti
al-Malikiyah dan Asy- Syafi’iyah dalam
pendapatnya yang terbaru tidak
mewajibkan denda kafarat bagi
pelakunya cukup baginya untuk
beristigfar dan bertaubat. Sebab hadis
yang menyebutkan kafarat itu hadis yang
mudhtharib sebagaimana yang
disebutkan oleh al Hafidz Ibn Hajar.
b. Jima' Saat Puasa Ramadhan
Membayar kaffarah juga dibebankan
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 3 Bab 4 : Jima'

kepada laki-laki yang sedang menjalani


puasa Ramadhan, lalu dia melakukan
jima’ di siang hari. Para fuqaha telah
bersepakat bahwa siapa yang melakukan
perbuatan tersebut, wajib membayar
kaffarah.
Denda kaffarah itu ada tiga macam.
Pertama, membebaskan budak. Kedua,
berpuasa 2 bulan berturut-turut. Ketiga,
memberi makan 60 orang fakir miskin.
Dasarnya adalah hadits muttafaq
a'alihi berikut ini :

َ‫ َسوسما‬:‫ َسقاَسل‬.‫ت َسياَ َسركسوُسل َسالل ءه‬ ‫ َسهلسمك ك‬:‫ َفسسسقاَسل‬َ ‫بسس‬ ‫سجسساَسء َسركج سقل َإءسلسس َسالنلء ن‬
َ‫ َسهسمل َ سءتسكد َسمسا‬:‫ َفسسسقاَسل‬.‫ضاَسن‬ ‫ء‬
‫ت َسعسلىَ َاممسرأسءت َءف َسرسم س‬ ‫ َسوقسسمع ك‬:‫ك َ؟ َسقاَسل‬ ‫أسمهلسسك س‬
‫صس سسوُسم َسشس س سمهسريمءن‬ ‫ء‬ ‫ء‬
‫ َفسسسهس س سمل َتسمسس س ستَسطيكع َأسمن َتس ك‬:‫ َقسس سساَسل‬.‫ َسل‬:‫تسسمعتَس س سكق َسرقسسبسس سسة َ؟ َقسس سساَسل‬
:‫ي َءممسءكيجناَ َ؟ َسقاَسل‬ ‫سن س‬َ‫ َفسسسهمل َ سءتكد َسماَ َتكطمعءكم َ ء ت‬:‫ َسقاَسل‬.‫ َسل‬:‫ي؟ َسقاَسل‬ ‫كمتَسستَاَبءسع م ء‬
.َ ‫ص لدمق َءبسسذا‬ ‫د ءء‬
‫ َتس س‬:‫ َفسسسقاَسل‬.‫ َبءسع سرق َفي ه َستمقر‬َ ‫بسس‬ ‫س َفسسأكءت َسالنلء ض‬ ‫ َكثسلس َسجلسس س‬.‫ل‬
.َ‫ت َأسمحسوُكج َإءلسميءه َءملنا‬ ‫ َأسعسلىَ َأسفمسسقر َءملناَ َ؟ َفسماَ َبسي َلبستَسسيسهاَ َأسهل َبسي د‬:‫فسسسقاَسل‬
‫س س م س س م س م ك سم‬ ‫س‬ ‫س‬
‫ء‬ ‫ضس سءح س‬
‫ب َفس أسطمعممهك‬ ‫ َامذسه م‬:َ ‫ت َأسنمسيس اَبككه َكثل َقس اَسل‬ ‫ َسحلت َبس سد م‬َ ‫بس سس‬ ‫ك َسالنلء ض‬ ‫فس س‬
َ ‫ك‬‫أسمهلس س‬
Dari Abi Hurairah ra, bahwa seseorang mendatangi
Rasulullah SAW dan berkata, ”Celaka aku ya Rasulullah”.
“Apa yang membuatmu celaka ?“. “Aku berhubungan seksual
dengan istriku di bulan Ramadhan”. Nabi bertanya, ”Apakah
kamu punya uang untuk membebaskan budak ?“. “Aku tidak
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 3 Bab 4 : Jima'

punya”. “Apakah kamu sanggup puasa 2 bulan berturut-


turut ?”.”Tidak”. “Apakah kamu bisa memberi makan 60
orang fakir miskin ?“.”Tidak”. Kemudian duduk. Lalu
dibawakan kepada Nabi sekeranjang kurma, maka Nabi
berkata, ”Ambilah kurma ini untuk kamu sedekahkan”. Orang
itu menjawab lagi, ”Haruskah kepada orang yang lebih
miskin dariku ? Tidak ada lagi orang yang lebih
membutuhkan di barat atau timur kecuali aku”. Maka Nabi
SAW tertawa hingga terlihat giginya lalu bersabda, ”Bawalah
kurma ini dan beri makan keluargamu”. (HR. Bukhari dan
Muslim)

c. Jima' Saat Berihram


Pada hakikatnya ibadah ihram mirip
seperti puasa, yaitu tidak boleh
melakukan sejumlah perbuatan. Dan
apabila terjadi pelanggaran, maka
konsekuensinya adalah diharuskan
membayar kaffarah. Jadi kaffarah adalah
denda yang harus dibayarkan karena
terjadinya pelanggaran dalam ibadah
ihram. Sehingga kaffarah ihram bisa kita
definisikan sebagai :
‫املزاء َالءذيِ َ سءيب َعسلىَ َمءن َارتسسكب َسشيئاَ َءمن َ سممكظوُرا ء‬
‫ت َاءلممحسراءم‬ ‫س‬ ‫ك س س م س مج م‬ ‫سس ك‬
Hukuman atas mereka yang melanggar larangan-larangan
dalam ibadah ihram.

Kaffarat atas pelanggaran larangan-


larangan ihram ada beberapa bentuk,
tergantung dari jenis pelanggarannya,
dan juga para ulama berbeda-beda
dalam penetapannya. Tetapi jenis
kaffaratnya sendiri adalah membayar
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 3 Bab 4 : Jima'

fidyah, menyembelih hewan hadyu,


bersedekah, berpuasa dan menanggung
kerugian (dhaman).
 Fidyah
Istilah fidyah (‫ )فديككككة‬ini disebutkan
secara tegas di dalam Al-Quran Al-karim
sebagai berikut :
‫فسءفمديقة َءمن َءصياَدم َأسو َصسدقسدة َأسو َنكس د‬
‫ك‬ ‫س م س م س م ك‬
Maka wajiblah atasnya membayar fidyah, yaitu berpuasa,
atau bersedekah atau menyembelih hewan (QS. Al-Baqarah :
197)

Di dalam ayat ini Allah SWT


menyebutkan bahwa fidyah itu adalah
puasa atau sedekah atau menyembelih.
Para ulama mengatakan bahwa tiga hal
itu merupakan pilihan, atau fidyah
mukhayyarah, yang boleh dipilih oleh
orang yang melanggar larangan ihram.
 Menyembelih Hewan Hadyu
Istilah hadyu maksudnya adalah
menyembelih hewan, baik berupa
kambing atau pun bisa juga unta,
tergantung dari jenis pelanggaran yang
dilakukan. Umumnya yang disembelih
berupa kambing. Namun dalam kasus
tertentu, diwajibkan menyembelih unta.
Misalnya dalam kasus orang yang
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 3 Bab 4 : Jima'

berjima’ dengan istri saat berihram,


apabila dilakukan pada saat wuquf di
Arafah. Dalam kasus seperti itu, selain
ibadah hajinya rusak, orang tersebut juga
diwajibkan menyembelih unta, serta
diwajibkan mengganti hajinya di tahun
depan. Hadyu juga seringkali diistilahkan
secara populer dengan istilah dam, yang
aslinya bermakna darah. Tetapi
maksudnya adalah menyembelih hewan.
 Bersedekah
Istilah sedekah sebagai kaffarat atas
pelanggaran larangan ihram digunakan
oleh mazhab Al-Hanafiyah, tanpa
menyebutkan kadar dan ukurannya.
Namun para ulama lain menyebutkan
bahwa ukurannya berbeda-beda
tergantung jenis makanannya. Kalau
bentuknya burr atau qamh, ukurannya
setengah sha’. Tetapi kalau bentuk
makanannya syair, maka ukurannya
adalah satu sha’.
 Berpuasa
Puasa adalah salah satu dari tiga
pilihan dalam fidyah. Dan wujudnya
adalah puasa tiga hari. Dan puasa tiga
hari ini sebanding dengan memberi
makan fakir miskin.
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 3 Bab 4 : Jima'

 Membayar Tanggungan (Dhaman)


Kata dhaman (‫ )ضكككمان‬dalam bahasa
Arab bermakna menanggung biaya
kerugian. Maksudnya, bila seorang yang
sedang berihram melanggar larangan
dengan cara berburu, dan ternyata
hewan yang diburu itu milik seseorang,
maka dia wajib membayar uang
penggantian atas hewan yang mati
karena diburunya itu.

Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 3 Bab 4 : Jima'

Bab 5 : Pembatasan Kelahiran

A. Islam Menganjurkan Ummatnya Berketurunan


Islam sangat menganjurkan umatnya
untuk memiliki keturunan untuk dididik
dengan baik sehingga mengisi alam
semesta ini dengan manusia yang shalih
dan beriman.
Sejak dari memilih calon istri,
Rasulullah SAW mengisyaratkan untuk
mendapatkan istri yang punya potensi
untuk memiliki anak.
Nikahilah wanita yang banyak anaknya karena aku
(Rasulullah SAW) berlomba dengan umat lainnya dalam
banyaknya umat pada hari qiyamat (HR. Ahmad dan Ibnu
Hibban).

Namun perintah memilih wanita yang


subur sebanding dengan perintah untuk
memilih wanita yang shalihah dan baik
keislamannya.
Dunia itu adalah kesenangan dan
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 3 Bab 4 : Jima'

sebaik-baik kesenangan adalah wanita


yang shalihah.
Dalam hadits lain disebutkan :
Wanita itu dinikahi karena empat hal : karena agamanya,
nasabnya, hartanya dan kecantikannya. Maka perhatikanlah
agamanya kamu akan selamat.

Dalam pandangan Islam, anak


merupakan karunia dan rezeki sekaligus
yang harus disyukuri dan disiapkan
dengan sebaik-baiknya.
Namun hal itu tidak berarti kerja
orang tua hanya sekedar memproduksi
anak saja. Masih ada kewajiban lainnya
terhadap antara lain mendidiknya dan
membekalinya dengan beragam ilmu dan
hikmah.
‫ش َالس سءذيسن َلسس سموُ َتسسسرككس سوُا َءمس سمن َسخملءفءهس سمم َذكنريسل سجة َءضس سسعاَجفاَ َسخ سساَفكوُا َسعلسميءهس سمم‬
‫سولميسمخس س س‬
‫فسسمليستَلسكقوُا َاللسه َسومليسسكقوُلكوُا َقسسموُجل َسسءديجدا‬
Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang
seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak
yang lemah, yang mereka khawatir terhadap mereka. Oleh
sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan
hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar. QS.
An-Nisa : 9)

Selain menganjurkan memperbanyak


anak, Islam juga memerintahkan untuk
memperhatikan kualitas pendidikan anak
itu sendiri.
Dan diantara metode untuk
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 3 Bab 4 : Jima'

mengoptimalkan pendidikan anak adalah


dengan mengatur jarak kelahiran anak.
Hal ini penting mengingat bila setiap
tahun melahirkan anak, akan membuat
sang ibu tidak punya kesempatan untuk
memberikan perhatian kepada anaknya.
Bahkan bukan perhatian yang berkurang,
nutrisi dalam bentuk ASI yang sangat
dibutuhkan pun akan berkurang. Padahal
secara alamiyah, seorang bayi idealnya
menyusu kepada ibunya selama dua
tahun meski bukan sebuah kewajiban.
‫ء‬ ‫ء ء‬
‫ص س مسيسسناَ َا مءلنمسس سساَسن َبءسوُالس سسديمه َسحسلسمتَس سكه َأكضمس سكه َسومهنجسساَ َسعلسسسىَ َسومهس سدن َسوف س‬
‫ص سساَلككه َءفس س‬ ‫سوسو ل‬
َ ‫صكي‬ ‫ل َالمم ء‬ ‫ي َأسءن َامشككر َءل َولءوُالءسديم س ء‬ ‫سعاَسم م ء‬
‫ك َإ سل س‬ ‫م سس‬
Dan Kami perintahkan kepada manusia kepada dua orang
ibu-bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan
lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua
tahun. Bersyukurlah kepadaKu dan kepada dua orang ibu
bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.(QS. Luqman : 14)

Inilah motivasi yang paling bisa


diterima oleh syariat berkaitan dengan
pencegahan sementara atas kehamilan.
Sedangkan pencegahan kehamilan
karena motivasi karena takut miskin atau
takut tidak mendapatkan rezeki akibat
persaingan hidup yang semakin ketat,
tidak bisa diterima oleh Islam.
Karena ketakutan itu sama sekali
tidak berdasar dan hanya hembusan dan
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 3 Bab 4 : Jima'

syetan atau oang-orang kafir yang tidak


punya iman di dalam dada.
Karena jauh sebelum bumi ini dihuni
oleh manusia, Allah sudah menyiapkan
semua sarana penunjang kehidupan.
Hewan dan tumbuhan sudah disiapkan
untuk menjadi rezeki bagi manusia. Allah
sudah menjamin ketersediaan makanan
dan minuman serta semua sarana
penunjang kehidupan lainnya di bumi ini.
َ‫ل َسعلسس سسىَ َالل س سءه َءرمزقكسسهس سساَ َسويسسمعلس س سكم َكممس س ستَسسسقلرسها‬ ‫سوسمس سساَ َءم س سمن َسدابسلس سدة َءفس سس َاملسمر ء‬
‫ض َإء ل‬
‫ي‬ ‫ومستَسسوُسدسعهاَ َككقل َءف َكءستَاَ د‬
‫ب َكمبء د‬ ‫سك م م س‬
Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi
melainkan Allah-lah yang memberi rezkinya, dan Dia
mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat
penyimpanannya . Semuanya tertulis dalam Kitab yang nyata
(QS. Huud : 6).

‫سوسكس سأسينمن َءم سمن َسدابلسدة َسل َ سمتءم سكل َءرمزقسسسهسساَ َال سل سكه َيسسمركزقكسسهسساَ َسوإءيلسساَككمم َسوكهس سسوُ َاللسس سءميكع‬
‫المسعءليكم‬
Dan berapa banyak binatang yang tidak membawa
rezkinya sendiri. Allah-lah yang memberi rezki kepadanya
dan kepadamu dan Dia Maha Mendengar lagi Maha
Mengetahui.(QS. Al-Ankabut : 60)

Sehingga membunuh anak karena


motivasi takut lapar dan tidak mendapat
rizki adalah perkara yang diharamkan
oleh Islam.
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 3 Bab 4 : Jima'

‫سول َتسسمقتَكسلكوُا َأسمولسدككمم َءممن َإءمملدق َ سمنكن َنسسمركزقكككمم َسوإءلياَكهمم‬


Dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena
takut kemiskinan, Kami akan memberi rezki kepadamu dan
kepada mereka(QS. Al-An'am : 151)

‫سول َتسسمقتَكسلسك سوُا َأسمولسدككس سمم َسخمشس سيسسة َإءمملدق َ سمنس سكن َنسسمركزقكسكهس سمم َسوإءيلسساَككمم َإءلن َقسسمتَسلسكهس سمم‬
‫سكاَسن َءخطمجئاَ َسكبءجيا‬
Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena
takut kemiskinan. Kamilah yang akan memberi rezki kepada
mereka dan juga kepadamu. Sesungguhnya membunuh
mereka adalah suatu dosa yang besar.(QS. Al-Isra : 31)

B. Syarat Kebolehan Alat Pencegah Kehamilan


Secara umum pencegahan kehamilan
itu hukum dibolehkan, asal memenuhi
dua persyaratan utama :
1. Motivasi
Motivasi yang melatar-belakanginya
bukan karena takut tidak mendapat
rezeki. Yang dibenarkan adalah
mencegah sementara kehamilan untuk
mengatur jarak kelahiran itu sendiri.
Atau karena pertimbangan medis
berdasarkan penelitian ahli medis
berkaitan dengan keselamatan nyawa
manusia bila harus mengandung anak.
Dalam kasus tertentu, seorang wanita
bila hamil bisa membahayakan
nyawanya sendiri atau nyawa anak yang
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 3 Bab 4 : Jima'

dikandungnya. Dengan demikian maka


dharar itu harus ditolak.
2. Metode atau alat pencegah
kehamilan
Metode pencegah kehamilan serta
alat-alat yang digunakan haruslah yang
sejalan dengan syariat Islam. Ada
metode yang secara langsung pernah
dicontohkan langsung oleh Rasulullah
SAW dan para shahabat dan ada juga
yang memang diserahkan kepada dunia
medis dengan syarat tidak melanggar
norma dan etika serta prinsip umum
ketentuan Islam.
Contoh metode pencegah kehamilan
yang pernah dilakukan di zaman
Rasulullah SAW adalah Azl.
Dari Jabir berkata:' Kami melakukan 'azl di masa Nabi saw
sedang Al-Qur'an turun: (HR Bukhari dan Muslim)
Dari Jabir berkata: 'Kami melakukan 'azl di masa
Rasulullah saw, dan Rasul mendengarnya tetapi tidak
melarangnya' (HR muslim).

Sedangkan metode di zaman ini yang


tentunya belum pernah dilakukan di
zaman Rasulullah SAW membutuhkan
kajian yang mendalam dan melibat para
ahli medis dalam menentukan kebolehan
atau keharamannya.
C. Pandangan Ulama
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 3 Bab 4 : Jima'

1. Majma' Fiqih Islami


Majma' Fiqih Islami menetapkan
dengan ijma bahwa : 1
Tidak boleh membatasi keturunan
secara mutlak dan tidak boleh mencegah
kehamilan apabila maksudnya adalah
takut miskin. Karena Allah SWT Maha
Pemberi rizki lagi Maha Perkasa. Tidak
ada satupun makhluk melata di bumi
kecuali rizkinya telah ditanggung Allah.
Dan termasuk terlarang bila maksudnya
adalah tujuan-tujuan lain yang tidak
sesuai syariah.
Adapun penggunaan alat-alat
mencegah kehamilan atau sejenisnya
dalam keadaan khusus demi menghindari
madharat yang telah dipastikan agar
wanita melahirkan dalam keadaan yang
tidak normal hingga operasi untuk
pengguguran janin, maka hal itu tidak
terlarang secara syar'i.
Sedangkan kampanye untuk
membatasi keturunan atau pencegahan
kehamilan dalam secara umum tidak
dibolehkan secara syariat karena sebab-
sebab yang sudah disebutkan
sebelumnya. Dan lebih besar lagi dosa
serta larangannya adalah memaksakan
1 http://fatwa.islamweb.net/fatwa/index.php?
page=showfatwa&Option=FatwaId&Id=636
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 3 Bab 4 : Jima'

hal ini kepada masyarakat, di saat telah


dikeluarkan begitu besar anggaran demi
perlombaan senjata dan penghancuran,
alih-alih untuk membiayai pertumbuhan
ekonomi dan kemakmuran serta
kebutuhan masyarakat.
2. Shalih Al-Utsaimin
Kami perpendapat bahwa pencegahan
kehamilan ada dua macam. 1
Pertama : Yang bertujuan untuk
membatasi keturunan, dalam arti bahwa
tiap orang hanya boleh punya satu anak
laki dan satu anak perempuan. Maka hal
ini hukumnya tidak boleh, karena segala
urusan itu di tangan Allah azza wajalla.
Pihak yang memberi batasan ini pun
tidak pernah tahu bisa jadi anak-anaknya
pada mati dan akhirnya tidak punya
anak.
Kedua : Yang tujuannya mengatur
keturuan, dalam arti bahwa seorang
wanita subur melahirkan sehingga
membahayakan tubuhya sendiri, atau
merepotkan masalah rumah tangganya.
Lantas dia ingin menjarangkan
kehamilannya untuk waktu tertentu,
misalnya setiap dua tahun sekali. Maka
yang seperti ini hukumnya tidak

1 http://www.ajurry.com/vb/showthread.php?t=8335
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 3 Bab 4 : Jima'

mengapa, asalkan dengan izin suaminya.


Karena hal ini mirip dengan azal yang
dilakukan oleh para shahabat
radhiyallahuanhum, sementara Allah dan
rasul-Nya.
Sedangkan pengaturan kelahiran
yang motivnya takut kelaparan atau
sempitnya rejeki, maka tidak diragukan
bahwa hal itu termasuk prasangka buruk
kepada Allah.
3. Abdul Aziz bin Abdullah bin Bazz
Mufti Kerajaan Saudi Arabia, Abdul
Aziz bin Abdullah bin Bazz berfatwa 1 :
Pembatasan keturunan tidak boleh
dan jangan dengarkan para dokter.
Hendaklah suami istri meneruskan upaya
untuk mendapatkan keturunan dan
memperbanyak anak. Karena syariat
Islam menganjurkannya, demikian juga
Nabi SAW. Beliau bersabda,"Nikahilah
wanita yang subur dan penyayang,
karena sesungguhnya Aku berlomba
dengan umat yang lain di hari kiamat.
Rasulullah SAW menganjurkan untuk
memperbanyak keturunan dalam rangka
memperbanyak jumlah umat yang
menyembah Allah dan menjalankan
syariat-Nya. Boleh jadi Allah

1 http://www.binbaz.org.sa/mat/17484
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 3 Bab 4 : Jima'

menganugerahkan pasangan itu anak-


anak yang shalih dan akan memberi
syafaat di hari kiamat serta
mendoakannya di dunia, memberi
manfaat kepada umat dalam urusan
agama dan dunia. Maka tidak boleh
dibatasi kecuali kalau ada 'illatnya,
seperti penyakit yang menimpa ibu pada
rahimnya serta dokter ahli menyatakan
tidak ada jalan lain, karena kehamilannya
itu membahayakan dirinya. Atau karena
ada penyakit yang hanya bisa
disembuhkan dengan cara untuk
sementara tidak hamil dulu setahun atau
dua tahun. Sedangkan membatasi
keturunan hanya pada empat, tiga, atau
lima anak, maka hal itu tidak boleh.
Bisa saja anak-anak itu meninggal
dunia, bisa keempatnya atau kelima-
limanya wafat semua, maka dia akan
menyesal selama-lamanya, walaupun
urusan ajal di tangan Allah. Intinya tidak
boleh membatasi keturunan.
Namun tidak mengapa untuk
sementara menunda kelahiran karena
hajat seperti sakit yang menimpa istri
atau rahimnya, atau karena anaknya
sudah terlalu banyak sehingga kesulitan
merawatnya. Silahkan gunakan alat
kontrasepsi untuk setahun dua tahun
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 3 Bab 4 : Jima'

selama masa menyusui hingga


meringankan masa perawatan bayi-bayi
yang masih kecil. Namun sterilisasi
secara mutlak hukumnya tidak boleh.
D. Alat-alat Kontrasepsi dan hukumnya
Sebenarnya di masa ini banyak sekali
jenis dan metode dari alat kontrasepsi ini
dalam dunia kedokteran. Sehingga agak
sulit bagi kami untuk membahas
semuanya satu persatu. Disini hanya
kami bahas beberapa saja dan sekalian
kami lengkapi dengan kesimpulan
hukumnya menurut syariat Islam.
1. Pantang Berkala
a. Mekanisme kerja
Menentukan masa subur istri ada tiga
patokan yang diperhitungkan
pertama:ovulasi terjadi 14+2 hari
sesudah atau 14-2 hari sebelum haid
yang akan datang; kedua : sperma dapat
hidup dan membuahi dalam 48 jam
setelah ejakulasi; ketiga: ovum dapat
hidup 24 jam setelah ovulasi.
Jadi, jika konsepsi ingin dicegah,
koitus harus dihindari sekurang-
kurangnya selama 3 hari (72 jam), yaitu
48 jam sebelum ovulasi dan 24 jam
setelah ovulasi terjadi.
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 3 Bab 4 : Jima'

Dalam praktek, sukar untuk


menetukan saat ovulasi dengan tepat.
Hanya sedikit wanita yang mempunyai
daur haid teratur; lagi pula dapat terjadi
variasi, lebih-lebih sesudah persalinan,
dan pada tahun-tahun menjelang
menopause.
Namun metode ini dalam beberapa
kasus memiliki efek psikologis yaitu
bahwa pantang yang terlampau lama
dapat menimbulkan frustasi. Selain itu
kegagalan metode ini sangat besar
kemungkinannya karena sulit untuk
menerapkan disiplin kalender ini. Selain
juga tidak semua pasangan suami istri
mengetahui dengan pasti cara
menghitungnya.
b. Hukum
Metode ini jelas dibolehkan dalam
Islam asal niatnya benar. Misalnya untuk
mengatur jarak kelahiran dan menjaga
kondisi ibu.
2. Spermatisid
a. Mekanisme kerja:
Preparat spermatisid terdiri atas 2
komponen yaitu bahan kimia yang
mematikan sperma (biasanya
nonilfenoksi polietanol), dan medium
yang dipakai berupa tablet, krim atau
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 3 Bab 4 : Jima'

agar. Tablet busa atau agar diletakkan


dalam vagina, dekat serviks. Gerakan-
gerakan senggama akan menyebarkan
busa meliputi serviks, sehingga secara
mekanis akan menutupi ostium uteri
eksternum dan mencegah masuknya
sperma ke dalam kanalis servikalis.
Sering terjadi kesalahan dalam
pemakaiannya di antaranya krim atau
agar yang dipakai tidak cukup banyak,
pembilasan vagina dalam 6-8 jam setelah
senggama yang menyebabkan daya
guna kontrasepsi ini berkurang.
Efek sampingan yang bisa
ditimbulakn adalah meskipun jarang bisa
terjadi reaksi alergi. Juga rasa tidak enak
dalam pemaiakannya.
b. Hukum
Bila ditilik dari segi proses
pencegahannya, salah satu metodenya
adalah dengan mematikan sperma selain
mencegah masuknya. Ketika metode
yang digunakan sekedar mencegah
masuknya sperma agar tidak bertemu
dengan ovum, para ulama masih
membolehkan. Namun bila pil tersebut
berfungsi juga untuk mematikan atau
membunuh sperma, maka umumnya
para ulama tidak membolehkannya.
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 3 Bab 4 : Jima'

Meski masih dalam bentuk sperma,


namun tetap saja disebut pembunuhan.
Sebagian ulama ada yang berpendapat
bahwa sperma itu tetap harus dihormati
dengan tidak membunuhnya. Sebagian
ulama lainnya mengatakan bila sprema
telah membuahi ovum dan menjadi janin,
barulah diharamkan untuk
membunuhnya.
3. Kondom
a. Mekanisme kerja
Menghalangi masuknya sperma ke
dalam vagina. Pada dasarnya ada 2 jenis
kondom, kondom kulit dan kondom karet.
Kondom kulit dibuat dari usus domba.
Kondom karet lebih elastis, murah,
sehingga lebih banyak dipakai.
Secara teoritis kegagalan kondom
terjadi ketika kondom tersebut robek oleh
karena kurang hati-hati, pelumas kurang
atau karena tekanan pada waktu
ejakulasi. Hal lain yang berpengaruh
pemakaian tidak teratur, motivasi, umur,
paritas, status sosio-ekonomi,
pendidikan, dan sebagainya.
Namun keuntungan kondom adalah
murah, mudah didapat (tidak perlu resep
dokter), tidak memerlukan pengawasan,
mengurangi kemungkinan penularan
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 3 Bab 4 : Jima'

penyakit kelamin.
Efek samping yang sering ditimbulkan
antara lain adalah reaksi alergi terhadap
kondom karet meski insidensnya kecil.
Selain itu juga ada kontra Indikasi: alergi
terhadap kondom karet
b. Hukum
Sebagaimana disebutkan di atas,
maka kondom tidak termasuk membunuh
sperma tetapi sekedar menghalangi agar
tidak masuk dan bertemu dengan ovum
sehingga tidak terjadi pembuahan.
4. IUD / Spiral
a. Mekanisme Kerja
Alat ini istilahnya adalah Alat
Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) dan
sering juga disebut IUD, singkatan dari
Intra Uterine Device. AKDR biasa
dianggap tubuh sebagai benda asing
menimbulkan reaksi radang setempat,
dengan sebukan leukosit yang dapat
melarutkan blastosis atau sperma. AKDR
yang dililiti kawat tembaga, tembaga
dalam konsentrasi kecil yang dikeluarkan
dalam rongga uterus selain menimbulkan
reaksi radang seperti pada IUD biasa,
juga menghambat khasiat anhidrase
karbon dan fosfatase alkali.
IUD yang mengeluarkan hormon juga
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 3 Bab 4 : Jima'

menebalkan lendir serviks sehingga


menghalangi pasase sperma.
Secara teknik Insersi IUD hanya bisa
dilakukan oleh tenaga medis dan
paramedis karena harus dipasang di
bagian dalam kemaluan wanita.
Efek samping: nyeri pada waktu
pemasangan(kalau sakit sekali, lakukan
anestesi paraservikal), kejang rahim,
terutama pada bulan-bulan pertama
( diberi spasmolitikum atau ganti IUD
dengan yang ukurannya lebih kecil),
nyeri pelvik (atasi dengan
spasmolitikum), refleks bradikardia dan
vasovagal pada pasien dengan
predisposisi untuk keadaan ini (diberi
atrofinsulfas sebelum pemasangan),
perdarahan di luar haid atau spotting,
darah haid lebih banyak ( menorrhagia ),
sekret vagina lebih banyak dan lain-lain.
b. Hukum
Dari segi pemasangan, IUD harus
melibatkan orang yang pada dasarnya
tidak boleh melihat kemaluan wanita
meskipun dokternya wanita. Karena satu-
satunya orang yang berhak untuk
melihatnya adalah suaminya dalam
keadaan normal. Sedangkan
pemasangan IUD sebenarnya bukanlah
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 3 Bab 4 : Jima'

hal darurat yang membolehkan orang


lain melihat kemaluan wanita meski
sesama wanita.
Selain itu salah satu fungsi IUD adalah
membunuh sprema yang masuh selain
berfungsi menghalagi masuknya sprema
itu ke dalam rahim. Beberapa produk IUD
saat ini terbuat dari bahan yang tidak
kondusif bagi zygote sehingga bisa
membunuhnya dan proses kehamilan
tidak terjadi. Dengan demikian, maka
sebagian metode IUD itu telah menyalahi
ajaran syariah Islam karena melakukan
pembunuhan atas zygote yang terbentuk
dengan menciptakan ruang yang tidak
kondusif kepadanya.
5. Tubektomi /Vasektomi
a. Mekanisme Kerja
Tubektomi pada wanita atau
vasektomi pada pria ialah setiap tindakan
( pengikatan atau pemotongan) pada
kedua saluran telur(tuba fallopii) wanita
atau saluran vas deferens pria yang
mengakibatkan orang/ pasangan
bersangkutan tidak akan mendapat
keturunan lagi.
Kontrasepsi itu hanya dipakai untuk
jangka panjang, walaupun kadang-
kadang masih dapat dipulihkan
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 3 Bab 4 : Jima'

kembali/reversibel.
Perkumpulan kontrasepsi mantap
Indonesia menganjurkan 3 syarat untuk
menjadi akseptor kontrasepsi ini yaitu
syarat : sukarela, bahagia dan sehat.
Syarat sukarela meliputi antara lain
pengetahuan pasangan tentang cara-
cara kontrasepsi, risiko dan keuntungan
kontrasepsi mantap dan pengetahuan
tentang sifat permanennya cara
kontrasepsi ini.
Bahagia dilihat dari ikatan perkawinan
yang sah dan harmonis, umur istri
sekurang-kurangnya 25 tahun dengan
sekurang-kurangnya 2 orang anak hidup
dan anak terkecil berumur lebih dari 2
tahun.
b. Hukum
Para ulama sepakat
mengharamkannya karena selama ini
yang terjadi adalah pemandulan, meski
ada keterangan medis bahwa
penggunanya masih bisa dipulihkan.
Namun kenyataan lapangan
menunjukkan bahwa para penggunanya
memang tidak bisa lagi memiliki
keturunan selamanya. Pada titik inilah
para ulama mengharamkannya.
6. Morning-after pill
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 3 Bab 4 : Jima'

a. Mekanisme kerja
Morning-after pill atau kontrasepsi
darurat adalah alat kontrasepsi pil yang
mengandung levonogestrel dosis tinggi,
digunakan maksimal 72 jam setelah
senggama. Keamanan pil ini sebenarnya
belum pernah diuji pada wanita, namun
FDA (Food and Drug Administration) telah
mengijinkan penggunaannya.
Cara kerja kontrasepsi darurat ini
adalah menghambat ovulasi, artinya sel
telur tidak akan dihasilkan. Selain itu dia
merubah siklus menstruasi,
memundurkan ovulasi. Dan juga
melakukan proses mengiritasi dinding
uterus, sehingga jika dua metode di atas
tidak berhasil dan telah terjadi ovulasi,
maka zigot akan mati sebelum zigot
tersebut menempel di dinding uterus.
Pada kasus ini pil ini disebut juga
'chemical abortion'.
Efek samping kontrasepsi darurat
antara lain adalah Mual, muntah, infertil
(mandul), nyeri di payudara, kehamilan
ektopik yang dapat mengancam nyawa,
terjadi pembekuan darah.
Khasiat pil ini dalam mencegah
kehamilan yang tidak diinginkan
mencapai 85%. Di AS kehamilan yang
dicegah melalui pil ini mencapai 1,7 juta
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 3 Bab 4 : Jima'

pertahunnya. Di AS pil ini dapat dijumpai


di apotek-apotek bahkan di toilet sekolah
di AS. Sedangkan di Indonesia
tampaknya belum begitu populer dengan
pil ini. Bahkan dokter pun sangat jarang
merekomendasikan pil ini.
Morning-after pill ini pun bisa dengan
mudah disalah-gunakan oleh pasangan
tidak resmi karena cara penggunaannya
setelah persetubuhan terjadi. Dimana
pasangan tidak sah bila 'kecelakaan' bisa
saja mengkonsumsinya dan kehamilan
pun tidak terjadi.
b. Hukum
Dalam metodenya ada unsur
mematikan zygote apabila
penghambatan ovulasi dan perubahan
siklus menstruasi tidak berhasil. Dan
sebagaimana telah dibahas sebelumnya,
pembunuhan zygote adalah dilarang.
Sebenarnya masih banyak lagi alat-
alat kontrasepsi lainnya yang belum
sempat terbahas disini dan juga masih
dalam kajian kami berkaitan dengan
hukumnya. Insya pada kesempatan lain
akan kami sempurnakan.

Bab 6 : Perkawinan Para Nabi

Al-Ustadz Khalid Al-Athfi, mantan


ketua Al-Jam’iyah Asy-Syar'iyah li
Al-‘Amilina bi Al-Kitabi wa As-Sunnah Al-
Muhammadiyah di Jiza, menulis sebuah
penelitian yang cukup informatif
melengkapi ayat dan hadits di atas
tentang penikahan-pernikahan para
1
nabi.
Menurut beliau, para nabi dan rasul
itu bukan hanya menikah tetapi juga
punya istri lebih dari satu orang. Berikut
adalah hasil penelitian beliau :
A. Perkawinan Para Nabi Sebelum Muhammad
SAW
1. Nabi Adam
Nabi Adam adalah manusia pertama
yang diciptakan Allah SWT, sekaligus
beliau juga adalah Nabi yang pertama,
1 www.islam2all.com
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 3 Bab 6 : Perkawinan Para Nabi

yang diakui oleh semua agama samawi,


Yahudi, Nasrani dan Islam.
Sosok Nabi Adam alaihissalam selalu
digambarkan berdampingan dengan
seorang istri atau pasangannya, yaitu
Hawwa.

‫ك َاملسنلةس‬ ‫سوقكسملسناَ َسياَ َآسدكم َامسككمن َسأن س‬


‫ت َسوسزموكج س‬
Dan Kami berfirman: "Hai Adam, diamilah oleh kamu dan
isterimu surga ini. (QS. Al-Baqarah : 35)

2. Nabi Ibrahim Menikah 3 kali


Pertama kali beliau menikah dengan
Sarah, karena tidak punya anak, maka
beliau menikah lagi dengan Hajar yang
memberinya anak yang bernama Nabi
Ismail ‘alaihissalam.
Lalu Sarah kemudian hamil dan
melahirkan Nabi Ishak ‘alaihissalam. Istri
ketiga nabi Ibrahim adalah Qutsurah (
َ‫)قثكككككورة‬, darinya tidak disebutkan ada
keturunan atau tidak.
3. Nabi Ya’qub Menikah 5 kali
Nabi Ya’qub alaihissalam adalah anak
dari Nabi Ishaq ‘alaihissalam, cucu dari
Nabi Ibrahim ‘alaihissalam yang
berjulukan Israil.
Sebutan Bani Israil dinisbahkan
kepada anak-anak beliau yang konon
berjumlah 12 orang, hasil dari pernikahan
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 3 Bab 6 : Perkawinan Para Nabi

dengan 5 orang istri. Di antara anak-anak


beliau adalah Nabi Yusuf ‘alaihissalam
dan Bunyamin.
4. Nabi Musa Menikah 4 kali
Nabi yang paling dibanggakan oleh
Bani Israil atau Yahudi adalah Nabi Musa
‘alaihissalam. Beliau menikah 4 kali,
salah satunya adalah Shafura (Zaphora),
puteri Nabi Syu’aib ‘alaihissalam.
‫ء ء‬ ‫ك َإءمحسدىَ َابمسنس سل ء‬
‫ت َسهاَتسسمي َسعسلىَ َسأن َتسأمكجسرن َسسثاَنس‬ ‫سقاَسل َإءنن َأكءريكد َأسمن َكأنءكسح س‬
‫ء‬
‫ك‬‫ت َسعمشس سرجا َفسءمس سمن َءعنس سدسك َسوسم سساَ َأكءريس سكد َأسمن َأسكشس سلق َسعلسميس س س‬ ‫ء‬
‫حسجس سدج َفسس سءإمن َأسمتسممس س س‬
‫ي‬ ‫ستَسءجكدءن َءإن َسشاَء َالله َءمن َال ل ءء‬
‫صاَل س‬ ‫ك س‬ ‫س‬
Berkatalah dia : "Sesungguhnya aku bermaksud menikahkan
kamu dengan salah seorang dari kedua anakku ini, atas dasar
bahwa kamu bekerja denganku delapan tahun dan jika kamu
cukupkan sepuluh tahun maka itu adalah dari kamu, maka
aku tidak hendak memberati kamu. Dan kamu Insya Allah
akan mendapatiku termasuk orang-orang yang baik".(QS. Al-
Qashash : 27)

5. Nabi Daud Menikah 9 kali


Nabi Daud alaihissalam adalah salah
seorang nabi dari kalangan Bani Israil
yang memiliki kerajaan yang amat besar.
Beliau disebutkan menikah 9 kali.
Nabi Daud ini menjadi simbol dan
perlambang bahwa keangkara-murkaan
pasti akan dapat dikalahkan dengan iman
dan keteguhan hati.
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 3 Bab 6 : Perkawinan Para Nabi

6. Nabi Sulaiman Menikah 1000 Kali


Disebutkan bahwa Nabi Sulaiman
alaihissalam memiliki istri sebanyak
1.000 orang. Pendapat lain menyebutkan
istri beliau 300 orang dan 700 budak
wanita.
Ada sebuah atsar menyebutkan
bahwa beliau menggilir 90 istrinya dalam
semalam dan beliau berkata :
‫لسكطوُفسلن َاللمليسلسسة َسعسلىَ َنءسساَءئيِ َفسسملتَسمحءممل َككسضل َاممسسرأسدة َسولسيسلءسمدسن َسفاَءرجسساَ َيسكسقءاَتسكل‬
َ ‫ءف َسسبءميءل َالء‬
Aku akan menggilir istriku hingga dalam satu malam
sehingga mereka masing-masing hamil dan melahirkan
prajurit yang berperang di jalan Allah

B. Perkawinan Nabi Isa


Sudah lazim di kalangan pemeluk
Kristiani anggapan bahwa Nabi Isa
alaihissalam dianggap tidak pernah
menikah. Sehingga ketika ada novel yang
menyebutkan bahwa beliau pernah
menikah dengan Maria Magdalena,
gereja pun protes atas pencemaran itu.
Buat kita sebagai muslim, bagaimana
memandang masalah ini? Benarkah
informasi bahwa Nabi Isa alahissalam itu
tidak pernah menikah selama hidup
beliau? Atau malah sebaliknya, beliau
pernah menikah dan hidup normal
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 3 Bab 6 : Perkawinan Para Nabi

sebagaimana umumnya manusia?


1. Nabi Isa Menikah dan Poligami
Kita tidak menemukan informasi resmi
dari Al-Quran Al-Karim bahwa Nabi Isa
alaihissalam hidup membujang.
Sebagaimana sebaliknya juga tidak ada
informasi tentang beliau menikah atau
tidak.
Namun secara umum ayat di atas
telah menyebutkan bahwa semua nabi
itu memiliki istri bahkan juga punya
keturunan. Bahkan Nabi Adam
alaihissalam sebagai nabi yang pertama,
juga sudah dilengkapi dengan istri.
Sehingga secara dalil umum kita
meyakini bahwa sebagai salah seorang
nabi, beliau pun pasti menikah dan
berketurunan. Hanya saja, kita tidak
pernah tahu siapakah wanita yang
menjadi istri beliau. Dan tidak tertutup
kemungkinan beliau pun menikah bukan
hanya dengan satu istri. Sebagaimana
tidak tertutup kemungkinan bahwa beliau
punya anak, sebagaimana layaknya para
nabi dan rasul.
Kalau ada persepsi bahwa Nabi Isa
alaihissalam tidak menikah dan tidak
punya anak, kita perlu mencurigai hal itu,
mengingat infromasi itu justru datang
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 3 Bab 6 : Perkawinan Para Nabi

dari para ahli kitab, dimana periwayatan


mereka tidak bisa kita terima. Dan
terbukti selama beberapa ratus tahun
agama yang beliau bawa itu sempat
dikuasai oleh kalangan pendeta yang
mengajarkan anti pernikahan.
Maka sangat boleh jadi para pendeta
itu adalah orang-orang yang
bertanggung-jawab atas informasi yang
keliru tentang sosok Nabi Isa, demi untuk
menjadikan kehidupan beliau sebagai
legitimasi dari pembujangan para
pendeta.
Kalau pun ada pendapat yang
menyebutkan bahwa Nabi Isa
alahissalam karena alasan khusus tidak
menikah, maka harus ada dalil yang
qath’i lewat jalur periwatan yang shahih,
baik lewat ayat Al-Quran atau As-Sunnah
yang bisa diterima. Selama tidak ada
dalil tersebut, maka asumsi tidak
menikahnya Nabi Isa alaihissalam harus
tertolak dengan adanya keumuman ayat
di atas.
2. Keterangan Injil
Di dalam Injil Matius disebutkan
bahwa Nabi Isa alaihissalam bukan hanya
sekedar tidak membujang, bahkan beliau
menikah lebih dari satu perempuan.
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 3 Bab 6 : Perkawinan Para Nabi

Beliau menikahi 5 orang wanita.


Prof. Dr. Barbara Tiring, pakar
theology dari University Of Australia yang
telah melakukan penelitian atas apa yang
disebut sebagai ‘Naskah Laut Mati’
selama lebih dari 20 tahun dan
menghubungkannya dengan ayat-ayat
Injil. Sehingga dia berkesimpulan yang
cukup kontroversial bagi umumnya
pemeluk agama Kristen saat ini, bahwa
nabi Isa bukan hanya beristri tetapi
poligami.
Menurutnya upacara upacara
pernikahan Nabi Isa berusaha dikaburkan
oleh pihak Gereja. Misalnya dalam Injil
Markus pasal 14 ayat 3 :
Datanglah seorang perempuan dengan membawa buli buli
pualam yang berisi minyak wangi murni yang mahal
harganya, setelah dipecahkan buli buli itu dan dicurahkan
minyak itu ke kepala Yesus.

Lukas pasal 7 ayat 37 menjelaskan


bahwa Maria Magdalena membawa buli-
buli pualam berisi minyak wangi, sambil
menangis ia berdiri di belakang kaki Nabi
Isa, kemudian dibasahinya dengan air
matanya dan menyekanya dengan
rambutnya, menciuminya dan
meminyakinya.
Seorang perempuan membawa
minyak wangi menyeka dan memberi
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 3 Bab 6 : Perkawinan Para Nabi

minyak wangi ke rambutnya. Ini adalah


upacara pernikahan bangsawan yahudi.
Sebenarnya itu adalah perbuatan pihak
gereja untuk menutupi fakta sejarah
bahwa sesungguhnya Nabi Isa menikah.
Barbara Tiring mengatakan bahwa
pernikahan Nabi Isa dengan Magdalena
sangat jelas dalam Injil, karena Maria
datang meminyaki rambut Yesus dan
menciumnya. Menurutnya ini adalah
upacara pernikahan, karena tidak ada
seorang perempuan mencium laki-laki
yang bukan muhrimnya melainkan di
hukum mati. Kalau Maria Magdalena
tidak dihukum mati, asumsinya karena
Maria Magdalena sedang
menyelenggarakan upacara pernikahan
dengan Yesus.
Injil Matius, Markus, Lukas, Yohanes
memang bungkam tentang pernikahan
ini, namun Injil Philipus menjelaskan
menyebutkan hal itu. Sayangnya Injil
Philipus ini ditolak oleh Gereja yang kini
berkuasa. Karena kalau Gereja menerima
injil Philipus bahwa beliau menikah, maka
paham kerahiban yang selama ini
mereka anut akan runtuh dengan
sendirinya. Biarawan dan biarawati itu
akan sia-sia saja mengabdi, karena
ternyata yang mereka ikuti justru
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 3 Bab 6 : Perkawinan Para Nabi

menikah, punya anak bahkan


berpoligami.
Naskah Laut Mati bahkan menjelaskan
kronologi perkawinan Yesus. Perkawinan
Yesus yang pertama dengan Maria
Magdalena pada hari Jum’at 22
september 30M pk 18:00pm yang
bertempat di Ain Feshkha (Palestina) ini
adalah kawin gantung.
Kemudian pernikahan yang kedua
pada hari Kamis 19 Maret 33M jam 24:00
bertempat di Ain Feshkha (Kana). Yesus
kawin yang kedua kalinya dengan Maria
Magdalena. Saat itu adalah saat sebelum
Yesus di salib. Dan saat itu Yesus dan
Maria Magdalena sudah bercampur
dengan Istrinya. Ini di perlihatkan dalam
Yohanes pasal 12 ayat 3
Kemudian di dalam Kisah Para Rasul,
pasal 6 ayat 7, dijelaskan bahwa pada
tanggal 14 Juni tahun 37 Masehi, lahirlah
anak Nabi Isa yang pertama, yaitu Yesus
Justus yang berbunyi : and the words of
God continued to spread”. Kemudian
dijelaskan lagi pada tanggal 10 April
tahun 44 Masehi, lahirlah anak Yesus
yang ketiga yang tidak dijelaskan
namanya.
Selanjutnya pada malam selasa 17
Maret 50 Masehi, 17 tahun setelah
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 3 Bab 6 : Perkawinan Para Nabi

resepsi dengan Maria Magdalena, Nabi


Isa menikah untuk yang kedua kalinya
dengan seorang wanita yang bernama
Lydia.
C. Perkawinan Nabi Muhammad SAW
Kalau pun ternyata benar bahwa Nabi
Isa alaihissalam tidak menikah, tetap saja
kita tidak perlu menjadikan prilaku hidup
beliau sebagai tuntunan hidup. Sebab
meski kedudukan beliau adalah seorang
nabi, sayangnya beliau bukan nabi yang
diutus untuk kita. Beliau hanya diutus
untuk Bani Israil saja dan bukan buat
orang Melayu atau orang Jawa,
sebagaimana firman Allah SWT :
َ ‫سوسركسوُجل َإءسل َبسءن َإءمسسراءئيسل َأسنن َقسمد َءجمئتَكككم َءبآِيسدة َنمن َلربنككمم‬
Dan (Nabi Isa sebagai) Rasul kepada Bani Israil (yang
berkata kepada mereka): "Sesungguhnya aku telah datang
kepadamu dengan membawa sesuatu tanda (mu'jizat) dari
Tuhanmu. (QS. Ali Imran : 49)

Maka kita yang bukan berdarah Israel


tentu tidak perlu ikut-ikutan tidak kawin.
Toh yang beliau bawa itu bukan syariat
yang turun buat kita. Buat kita ada nabi
khusus yaitu Rasulullah SAW. Beliau
tegas-tegas menikah, bahkan kalau
dihitung jumlah istri beliau cukup banyak.
Dan beliau bersabda :
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 3 Bab 6 : Perkawinan Para Nabi

‫س َءمنن‬ ‫ء ء‬ ‫ء ء‬
‫سالننسكاَكح َممن َكسنلت َفسسممن َ سمل َيسسمعسممل َبكسنلت َفسسلسمي س‬
Nikah (kawin) itu dari sunnahku, maka barangsiapa yang
tidak beramal dengan sunnahku, bukanlah ia dari
golonganku. (HR. Ibnu Majah)

Hadits ini tegas sekali menyebutkan


bahwa orang yang tidak melakukan
pernikahan, maka tidak termasuk
golongan umat Muhammad SAW. Ketika
ada salah seorang shahabat beliau yang
tidak mau menikah, maka beliau pun
menolak perbuatan.
‫ء‬ َ‫سعلسسسىَ َعكثمسمسساَسن َبمسءن َسمظمعكسسوُ د ت‬َ َ ‫لسسقسمد َسرلد َسركسسسوُكل َاللسءه‬
‫ن َاللستَبضسسل َسولسسموُ َأسذسن َلسسهك‬
َ‫صيسسنا‬
‫لمختَس س م‬
Sa’ad meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW menolak Usman
bin Maz’unin membujang, dan seandainya (Nabi)
mengijinkan padanya niscaya memperbolehkan.(HR. Ibnu
Majah)

1. Para Istri Rasulullah SAW


Berbeda dengan sejarah Nabi Isa
alaihissalam yang lebih banyak sisi
gelapnya ketimbang sisi terangnya,
pernikahan Rasulullah SAW dengan
beberapa wanita cukup jelas di dalam
sejarah. Para wanita yang pernah dinikahi
oleh Rasulullah SAW itu adalah :
a. Istri Pertama : Khadijah binti
Khuwailid
Beliau radhiyallahuanha dinikahi oleh
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 3 Bab 6 : Perkawinan Para Nabi

Rasulullah SAW di Mekkah ketika usia


beliau 25 tahun dan Khadijah 40 tahun.
Ibnu Sa’ad dalam Tahabaqatnya
menyebutkan hal tersebut.
‫وتزوجهسساَ َرسسسوُل َالسس َوهسسوُ َبسسن َخسسس َوعش سرين َسسسنة َوخديسسة َيوُمئسسذ‬
‫بنت َأربعي َسنة َولدت َقبل َالفيل َبمس َعشرة َسنة‬
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menikahinya
(Khadijah) ketika beliau berusia 25 tahun, sementara
Khadijah berusia 40 tahun.1

Namun ada juga versi lain yang


menyebutkan bahwa usia Khadijah saat
itu 25 tahun atau 35 tahun, sebagaimana
disebutkan oleh Ibnu Katsir dalam Al-
Bidayah wa An-Nihayah.
‫نق سسل َال سسبيهقيِ َع سسن َال سساَكم َأن سسه َك سساَن َعم سسر َرس سسوُل َال سس َحي سس َت سسزوج‬
‫خدي سسة َخس سساَ َوعشس سرين َس سسنة َوك سساَن َعمره سساَ َإذ َذاك َخسسساَ َوثلثيس س‬
‫وقيل َخساَ َوعشرين َسنة‬
“Dinukil oleh Al-Baihaqi dari Al-Hakim bahwa usia Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika menikah dengan Khadijah
adalah 25 tahun, sedangkan usia Khadijah ketika itu adalah
35 tahun, ada juga yang mengatakan, 25 tahun…”2

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa


sallam pernah memuji beberapa wanita,
diantaranya Khadijah :

1 Thabaqat Ibn Sa’d, jilid 1 hal. 132


2 Al-Bidayah wa An-Nihayah, jilid 2 hal. 295
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 3 Bab 6 : Perkawinan Para Nabi

‫ء‬ ‫ء‬ ‫ء‬ ‫حس س سب ء ء ء‬


‫ٌ َسوسخديسس سكة َبءمن س س ك‬،‫ َسممرسيكس سس َابمسنسس سكة َعمم س سسراسن‬:‫ي‬
‫ت‬ ‫ك َم س سمن َنسسس سساَء َالسعس سساَلسم س‬
‫سمكس‬
‫ت َكمسلمدد َسوآءسيسكة َاممسرأسكة َفءمرسعموُسن‬ ‫ءد ء‬
‫ٌ َسوسفاَطسمكة َبءمن ك‬،‫كخسوُيملد‬
Cukup bagimu 4 wanita pemimpin dunia: Maryam bintu
Imran (Ibunda nabi Isa), Khadijah bintu Khuwailid, Fatimah
bintu Muhammad, dan Asiyah Istri Fir’aun. (HR. Ahmad)

Dari pernikahannya dengan Khadijah,


Rasulullah SAW memiliki sejumlah anak
laki-laki dan perempuan. Akan tetapi
semua anak laki-laki beliau meninggal.
Sedangkan yang anak-anak
perempuan beliau adalah Zainab,
Ruqayyah, Ummu Kultsum dan Fatimah
radhiyallahuanhunna.
Di antara kekhususan Khadijah adalah
:
 Rasulullah SAW tidak menikah dengan
wanita lain selama Khadijah masih
hidup. Artinya, Khadijah adalah satu-
satunya wanita yang tidak dimadu
oleh beliau SAW.
 Dari kesemua wanita yang dinikahi
Rasulullah SAW, tak satupun dari
mereka yang melahirkan anak yang
hidup sampai dewasa. Dengan Maria
Al-Qibthiyah beliau SAW memang
punya anak, namun wafat sejak masih
kecil.
 Khadijah adalah istri terlama yang
hidup mendampingi Rasulullah SAW.
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 3 Bab 6 : Perkawinan Para Nabi

Beliau dinikahi saat usia Rasululullah


SAW baru menginjak 25 tahun. Ketika
Rasulullah SAW menginjak usia 40
tahun, beliau SAW diangkat menjadi
Nabi dan Khadijah adalah istri yang
mendampinginya. Dan beliau wafat
beberapa tahun menjelang hijrah Nabi
ke Madinah, tepatnya pada tahun duka
cita, setelah masa kenabian lewat 10
tahun. Maka Khadijah mendampingi
Rasulullah SAW paling sedikit selama
25 tahun.
b. Istri Kedua : Saudah binti Zam’ah
Banyak orang menyangka bahwa
wanita yang dinikahi oleh Rasulullah SAW
setelah Khadijah adalah Aisyah
radhiyallahuanha. Hal itu kurang tepat,
sebab sebelum menikahi Aisyah, ternyata
Rasulullah SAW sempat menikahi
seorang janda yang ditinggal mati oleh
suaminya, Saudah binti Zam’ah.
Sepeninggal suaminya yang bernama
As-Sakran bin Amr, Saudah dinikahi oleh
Rasulullah SAW pada bulan Syawwal
tahun kesepuluh dari kenabian, beberapa
hari setelah wafatnya Khadijah.
Ketika sudah cukup tua, Saudah
menyerahkan jatah gilir malamnya untuk
A’isyah. Dengan harapan, Saudah bisa
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 3 Bab 6 : Perkawinan Para Nabi

tetap menjadi istri Rasulullah shallallahu


‘alaihi wa sallam sampai meninggal,
sehingga bisa menemani beliau di surga.
Terkait peristiwa ini, Allah menurunkan
firman-Nya disurat An-Nisa’ :
‫وإءءن َامرأسقة َخاَفس ء ء‬
‫ضسساَ َفسسل َكجنسسساَسح َسعلسميءهسمسساَ َأسمن‬‫ت َممن َبسسمعلسهاَ َنككشوُجزا َأسمو َإءمعسرا ج‬ ‫س مس س م‬
‫س َالضشسلح‬ ‫س‬ ‫ف‬
‫ك‬ ‫س‬
‫م‬ ‫ن‬‫ل‬
‫س‬ ‫م‬ ‫ت َا‬‫ض سر ء‬ ‫صسملح َخي سر َوأكح ء‬ ‫ض‬ ‫ال‬ ‫و‬ َ َ‫ا‬‫ح‬ ‫ل‬
‫م‬ ‫س‬ ‫ص‬ َ َ‫سا‬ ‫م‬ ‫ه‬ ‫س‬ ‫سن‬ ‫سي‬ ‫حاَ َب‬ ‫يصلء‬
‫ك‬ ‫س‬ ‫م‬ ‫س‬ ‫ق‬ ‫م‬ ‫س‬ ‫ك‬ ‫س‬ ‫ج‬ ‫ك‬ ‫س‬ ‫ك‬ ‫س‬ ‫م‬ ‫س‬ ‫س‬ ‫كم‬
َ ‫سوإءمن َ كمتءسنكوُا َسوتسستَلسكقوُا َفسءإلن َاللسه َسكاَسن َءبساَ َتسسمعسمكلوُسن َسخبءجيا‬
Dan jika seorang wanita khawatir akan nusyuz atau sikap
tidak acuh dari suaminya, maka tidak mengapa bagi
keduanya mengadakan perdamaian yang sebenar-benarnya,
dan perdamaian itu lebih baik (bagi mereka) walaupun
manusia itu menurut tabiatnya kikir. Dan jika kamu bergaul
dengan isterimu secara baik dan memelihara dirimu (dari
nusyuz dan sikap tak acuh), maka sesungguhnya Allah adalah
Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. An-Nisa :
128)

Saudah wafat di Madinah tahun 54


Hijriyah sebagaimana disebutkan oleh Al-
Murakfuri dalam kitabnya Ar-Rahiq Al-
Makhtum.1
c. Istri Ketiga : Aisyah binti Abu
Bakar
Beliau radhiyallahuanha dinikahi oleh
Rasulullah SAW bulan Syawal tahun
kesebelas dari kenabian, setahun setelah
beliau menikahi Saudah atau dua tahun
dan lima bulan sebelum Hijrah.
1 Al-Murakfuri , Ar-Rahiq Al-Makhtum, hlm. 471
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 3 Bab 6 : Perkawinan Para Nabi

Aisyah radhiyallahuanha dinikahi


ketika berusia 6 tahun dan tinggal
serumah di bulan Syawwal 6 bulan
setelah hijrah pada saat usia beliau 9
tahun. Beliau adalah seorang gadis dan
Rasulullah SAW tidak pernah menikahi
seorang gadis selain Aisyah.
Paraahli sejarah berbeda pendapat
tentang usia Aisyah ketika menikah
dengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam. Pendapat yang makruf, beliau
menikah di usia 6 tahun, dan baru
kumpul di usia 9 tahun. Sebagaiaman
keterangan Aisyah sendiri tentang
dirinya,
‫ٌ َوبن َب س‬،َ ‫ي‬ ‫تسسزلوجءن َالنلءب َصللىَ َالله َعلسيءه َوسلم َوأسسناَ َبءمنت َءس ن ء ء‬
‫ت َسن س‬ ‫ك‬ ‫ك سم سس س س‬ ‫ض س‬ ‫س س‬
‫وأناَ َبنت َتسع َسني‬
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menikahiku ketika aku
berusia 6 tahun. Dan beliau kumpul bersamaku ketika aku
berusia 9 tahun. (HR. Bukhari & Muslim)

Dengan menikahi Aisyah, maka


hubungan beliau dengan Abu Bakar
menjadi sangat kuat dan mereka
memiliki ikatan emosional yang khusus.
Posisi Abu Bakar sendiri sangat
penting dalam dakwah Rasulullah SAW,
baik selama beliau masih hidup dan
setelah wafat. Abu Bakar adalah khalifah
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 3 Bab 6 : Perkawinan Para Nabi

Rasulullah yang pertama yang di


bawahnya semua bentuk perpecahan
menjadi sirna.
Selain itu Aisyah radhiyallahuanha
adalah sosok wanita yang cerdas dan
memiliki ilmu yang sangat tinggi dimana
begitu banyak ajaran Islam terutama
masalah rumah tangga dan urusan
wanita yang sumbernya berasal dari
sosok ibunda muslimin ini.
d. Istri Keempat : Hafsah binti Umar
bin Al-Khattab
Hafsah radhiyallahuanha beliau
ditinggal mati oleh suaminya, Khunais
bin Hudzafah As-Sahmi, kemudian
dinikahi oleh Rasulullah SAW pada tahun
ketiga Hijriyah. Beliau menikahinya untuk
menghormati bapaknya Umar bin Al-
Khattab radhiyallahuanhu.
Dengan menikahi Hafshah putri Umar,
maka hubungan emosional antara
Rasulullah SAW dengan Umar menjadi
sedemikian akrab, kuat dan tak
tergoyahkan. Tidak heran karena Umar
memiliki pernanan sangant penting
dalam dakwah baik ketika fajar Islam
baru mulai merekah maupun saat
perluasan Islam ke tiga peradaban besar
dunia.
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 3 Bab 6 : Perkawinan Para Nabi

Di tangan Umar, Islam berhasil


membuktikan hampir semua kabar
gembira di masa Rasulullah SAW bahwa
Islam akan mengalahkan semua agama
di dunia.
Suami sebelumnya adalah Khunais bin
Khudzafah As-Sahmi. Keduanya memeluk
Islam dan sempat ikut hijrah ke
Habasyah. Khunais wafat tahun kedua
atau ketiga hijriyah. Sebagian ahli
sejarah mengatakan, ketika itu, usia
Hafshah saat itu baru menginjak 20
tahun. Setelah selesai masa iddah, Umar
sang ayah yang bertanggung jawab,
segera mencarikan suami penggantinya.
Beliau menawarkan ke Utsman, namun
Utsman belum berkeinginan menikah
karena baru ditinggal mati istrinya. Umar
kemudian menawarkan ke Abu Bakr,
namun beliau tidak menggapinya, hingga
Umarpun marah kepada Abu Bakr.
Sampai akhirnya Rasulullah SAW
meminangnya.
Setelah Hafshah dinikahi Nabi SAW,
Abu Bakr menemui Umar dan
bertanya,”Apakah kamu marah dengan
sikapku kemarin? ‘Ya.’ Jawab Umar.
Kemudian Abu Bakr menjelaskan
alasannya :
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 3 Bab 6 : Perkawinan Para Nabi

‫ء‬ ‫فسسءإنله َسلسس َسمينسعءنسس َأسمن َأسرءجسع َإءلسيس ء‬


‫ت َءإل َأسننسس َقسسمد َسعلممس ك‬
‫ت َأسلن‬ ‫ضس س‬ ‫ك َفيسمسساَ َسعسر م‬ ‫م س م س‬ ‫ك م سم‬
‫ٌ َفسسلسمم َأسككمن َلكفمءشسيِ َءسسلر‬،َ َ‫صللىَ َاللكه َسعلسميءه َسوسسلسم َقسمد َذسسكسرسها‬ ‫ء‬
‫سركسوُسل َالله َ س‬
َ‫ٌ َسولسموُ َتسسسرسكسهاَ َلسسقبءملتَكسسها‬،َ ‫صللىَ َاللكه َسعلسميءه َسوسسلسم‬ ‫ء ء‬
‫سركسوُل َالله َ س‬
Tidak ada sebab yang membuatku mendiamkan tawaranmu,
selain karena Aku dengar Rasulullah SAW menyebut-nyebut
Hafshah. Dan Aku tidak layak membuka rahasia Beliau SAW.
Jika beliau tidak berkeinginan menikahi Hafshah, niscaya
akan aku terima. (HR. Bukhari)

Hafshah dikenal sebagai wanita yang


ahli ibadah. Sehingga beliau disebut
shawwamah (wanita rajin puasa) dan
qawwamah(wanita rajin shalat malam).
Istri Rasulullah SAW di surga. (HR. Al-
Hakim). Beliau pernah mengemban
amanah yang luar biasa, menjaga
mushaf yang telah ditulis di zaman Abu
Bakr dan Umar. Karena Hafshah terkenal
dengan hafalan qurannya.
Hafshah wafat di bulan Sya’ban tahun
45 H di Madinah, di usia 60 tahun dan
jenazahnya dimakamkan di Baqi. Beliau
meriwayatkan sekitar 60 hadis yang
terdapat dalam shahih Bukhari & Muslim.
e. Istri Kelima : Zainab binti
Khuzaimah
Zainab radhiyallahuanha dikenal
sebagai ummul masakin karena beliau
sangat menyayangi orang-orang miskin.
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 3 Bab 6 : Perkawinan Para Nabi

Sebelum dinikahi Rasulullah SAW, Zainab


bersuamikan Abdullah bin Jahsy, namun
Abdullah gugur sebagai syahid pada
Perang Uhud.
Kemudian Rasulullah SAW
menikahinya pada tahun keempat
Hijriyyah. Namun usia Zainab tidak
terlalu lama, beliau meninggal dua atau
tiga bulan setelah pernikahannya dengan
Rasulullah SAW .
f. Istri Keenam : Ummu Salamah
binti Abu Umayyah
Ummu Salamah radhiyallahuanha
sebelumnya menikah dengan Abu
Salamah, akan tetapi suaminya tersebut
meninggal di bulan Jumada Akhir tahun 4
Hijriyah dengan meninggalkan dua anak
laki-laki dan dua anak perempuan. Beliau
kemudian dinikahi oleh Rasulullah SAW
pada bulan Syawwal di tahun yang sama.
Alasan beliau menikahinya adalah untuk
menghormati Ummu Salamah dan
memelihara anak-anak yatim tersebut.
Aisyah radhiyallahuanha
mengungkapkan isi hatinya terkait
Ummu Salamah sebagaimana disebutkan
dalam Thabaqat Ibnu Sa’id berikut ini :
‫ء‬ ‫ء‬
‫ص للىَ َاللسكه َسعلسميسه َسوسسسلسم َأكلم َسسسلسسمسة َسحءزنمس ك‬
َ‫ت َكحمزنجسا‬ ‫لسلمساَ َتسسسزلوسج َسركسسوُكل َاللسه َ س‬
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 3 Bab 6 : Perkawinan Para Nabi

‫شءديدا َلءماَ َذسسكروا َلسناَ َءمن َ ء‬


‫ َفسستَسسلسطلمف ك‬:َ ‫ت‬
َ‫ت َ سسلاَ َسحلتسس َسرسأيمستَكسسهسسا‬ ‫ٌ َسقاَلس م‬،َ َ‫جاَ سلا‬‫س ج س ك س م سس‬
‫ت‬ ‫ٌ َقسسساَلس م‬،َ ‫ت َءل َءف َاملكمسسءن َسواملسسمسساَءل‬
‫ء‬
‫ف َسماَ َكوصسف م‬ ‫ٌ َفسسسرسأيمستَكسسهاَ َسواللءه َأس م‬،
‫ضسعاَ س‬
‫ َل َسواللسءه َإءمن‬:َ ‫ت‬ ‫ء‬ ‫ َفسسذسكرت َسذلء ء‬:
‫ٌ َفسسسقاَلس م‬،َ ‫ٌ َسوسكاَنسسستَاَ َيسجدا َسواحسدجة‬،َ ‫صسة‬
‫ك َلسمف س‬ ‫مك س‬
‫سهءذءه َءإل َالم سمغيسسرةك‬
Ketika Rasulullah SAW menikahi Ummu Salamah, aku sangat
sedih sekali. Karena banyak orang menyebut kecantikan
Ummu Salamah. Akupun mendekatinya untuk bisa
melihatnya. Setelah aku melihatnya, demi Allah, dia jauh-jauh
lebih cantik dan lebih indah dari apa yang aku bayangkan.
Akupun menceritakannya kepada Hafshah – mereka satu
kubu – kata Hafshah, “Tidak perlu cemas, demi Allah, itu
hanya karena bawaan cemburu.”1

g. Istri Ketujuh : Zainab binti Jahsyi


Zainab binti Jahsyi radhiyallahuanha
dari Bani Asad bin Khuzaimah dan
merupakan puteri bibi Rasulullah SAW.
Sebelumnya dinikahi oleh Zaid bin Harits,
kemudian diceraikan oleh suaminya
tersebut. Kemudian beliau dinikahi oleh
Rasulullah SAW di bulan Dzul-Qa’dah
tahun kelima dari Hijrah.
Pernikahan tersebut adalah atas
perintah Allah SWT untuk menghapus
kebiasaan Jahiliyah dalam hal
pengangkatan anak dan juga menghapus
segala konskuensi pengangkatan anak
tersebut.
Rasulullah memiliki anak angkat
1 Thabaqat Al-Kubro Ibn Sa’d, no. 9895
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 3 Bab 6 : Perkawinan Para Nabi

bernama Zaid, hingga banyak orang


menyebutnya Zaid bin Muhammad.
Padahal ayah aslinya adalah Haritsah.
Aturan ketika itu, anak angkat sama
dengan anak nasab, sehingga tidak boleh
menikahi mantan istri anak angkat.
Sampai akhirnya Allah perintahkan agar
Zainab dinikahkan dengan Zaid bin
Haritsah.

‫ت َسعلسميس سءه َأسممءسس س م‬ ‫ء‬ ‫ء ء‬


‫ك‬
‫ك َسعلسميس س س‬ ‫سوإءمذ َتسسكقس سسوُكل َللس سذيِ َأسنمسسعس سسم َاللس سكه َسعلسميس سه َسوأسنمسسعممس س س‬
‫ك َسماَ َاللكه َكممبءديءه‬ ‫ء‬
‫ك َسواتلءق َاللسه َسوكتمفيِ َءف َنسسمفءس س‬ ‫سزموسج س‬
“Ingatlah, ketika kamu berkata kepada orang yang Allah telah
melimpahkan nikmat kepadanya dan kamu (juga) telah
memberi nikmat kepadanya: “Tahanlah terus isterimu dan
bertakwalah kepada Allah”, sedang kamu menyembunyikan
di dalam hatimu apa yang Allah akan menyatakannya……”
(QS. Al-Ahzab: 37)

‫ي‬ ‫ءء‬ ‫ء‬ ‫ء‬


‫ضىَ َسزيمقد َممنسسهاَ َسوطسجرا َسزلومجسناَسكسهاَ َلسكسميِ َسل َيسككسسوُسن َسعلسسسىَ َالمكمسمؤمن س‬ ‫فسسلسلماَ َقس س‬
‫ضموُا َءممنسكهلن َسوطسجرا‬ ‫ء ء‬
‫سحسرقج َءف َأسمزسواءج َأسمدعسياَئءهمم َإءسذا َقس س‬
“Tatkala Zaid telah mengakhiri keperluan terhadap Istrinya
(menceraikannya), Kami kawinkan kamu dengan dia supaya
tidak ada keberatan bagi orang mukmin untuk (mengawini)
isteri-isteri anak-anak angkat mereka, apabila anak-anak
angkat itu telah menceraikan isterinya..” (QS. Al-Ahzab: 37)

Ayat ini adalah ayat yang paling


dibanggakan Zainab. Ketika beberapa
istri Rasulullah SAW menonjolkan
kelebihannya di hadapan istri yang lain,
Zainab menampakkan dirinya dengan
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 3 Bab 6 : Perkawinan Para Nabi

mengatakan,
‫زوجكن َأهاَليكن َوزوجن َال َمن َفوُق َسبع َسوُات‬
“Kalian dinikahkan oleh orang tua kalian, sementara aku
dinikahkan oleh Allah dari atas langit yang tujuh.” (HR.
Bukhari)

Rasulullah SAW menikahi Zainab pada


bulan Dzul Qa’dah tahun 5 H. Ada yang
mengatakan, tahun 6 H. Beliau dikenal
wanita ahli ibadah dan sangat gemar
bersedekah. Beliau wafat di zaman
Khalifah Umar pada tahun 20 H, di usia
53 tahun. Beliau adalah istri yang
meninggal pertama kali setelah wafatnya
Nabi SAW.

h. Istri Kedelapan : Juwairiyah binti


Al-Harits
Juwairiyah radhiyallahuanha
merupakan tawanan perang yang
sahamnya dimiliki oleh Tsabit bin Qais bin
Syimas, kemudian ditebus oleh
Rasulullah SAW dan pada bulan Sya’ban
tahun ke 6 Hijrah.
Alasan beliau menikahinya adalah
untuk menghormatinya dan meraih
simpati dari kabilahnya, karena
Juwairiyah adalah anak pemimpin kabilah
tersebut dan membebaskan tawanan
perang.
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 3 Bab 6 : Perkawinan Para Nabi

i. Istri Kesembilan : Ramlah binti Abu


Sufyan
Ramlah radhiyallahuanha sering
disebut juga dengan panggilan Ummu
Habibah. Beliau sebelumnya ia dinikahi
oleh Ubaidillah bin Jahsy dan hijrah
bersamanya ke Habsyah. Suaminya
tersebut murtad dan menjadi nashroni
dan meninggal di sana.
Namun Ramlah tetap istiqamah
terhadap agamanya. Ketika Rasulullah
SAW mengirim Amr bin Umayyah Adh-
Dhamari untuk menyampaikan surat
kepada raja Najasy pada bulan Muharram
tahun 7 Hijrah, Ramlah dipinang melalu
raja tersebut dan dinikahkan serta
dipulangkan kembali ke Madinah
bersama Surahbil bin Hasanah.
Alasan yang paling kuat adalah untuk
menghibur beliau dan memberikan sosok
pengganti yang lebih baik baginya, serta
penghargaan kepada mereka yang hijrah
ke Habasyah karena mereka sebelumnya
telah mengalami siksaan dan tekanan
yang berat di Mekkah.
j. Istri Kesepuluh : Shafiyyah binti
Huyay bin Akhtab
Shafiyyah radhiyallahuanha dari Bani
Israel yang menjadi tawan dalam Perang
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 3 Bab 6 : Perkawinan Para Nabi

Khaibar pada tahun 7 Hijriyyah. Lalu


Rasulullah SAW memilihnya dengan
sebelumnya memerdekakannya lalu
dinikahinya.
Pernikahan tersebut bertujuan untuk
menjaga kedudukan beliau sebagai anak
dari pemuka kabilah.
k. Istri Kesebelas : Maimunah binti
Al- Harits
Maimunah radhiyallahuanha adalah
saudarinya Ummu Al-Fadhl Lubabah binti
Al-Harits. Beliau adalah seorang janda
yang sudah berusia lanjut, dinikahi di
bulan Dzul Qa’dah tahun 7 Hijrah pada
saat melaksanakan Umrah Qadha’.
Namun Rasulullah SAW pernah
memiliki anak laki-laki selain dari
Khadijah yaitu dari seorang budak wanita
yang bernama Mariah Al-Qibthiyah yang
merupakan hadiah dari Muqauqis
pembesar Mesir. Anak itu bernama
Ibrahim namun meninggal saat masih
kecil.
2. Kenapa Rasulullah SAW
Berpoligami?
Karena, hal itu adalah perintah Allah
SWT berdasarkan sebab-sebab tertentu.
Jika Rasulullah pengagum sex, mengapa
beliau tidak melakukan poligami saat
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 3 Bab 6 : Perkawinan Para Nabi

usia muda? Sejarah telah mengabarkan


kepada kita, bahwa beliau monogami
bersama Siti Khadijah selama dua puluh
lima tahun. Saat-saat dimana jiwa muda
bergelora. Juga, Siti Khadijah lebih tua
dari beliau lima belas tahun. Beliau tidak
nikah, kecuali setelah Siti Khadijah wafat.
Ketika Rasulullah berusia lima puluh
tiga tahun, ditambah dengan aktifitas
dakwah yang padat, salat tahajud sampai
kaki beliau bengkak, ikut bertempur
memerangi orang-orang kafir, menerima
tamu-tamu yang berkunjung,
mengadakan perjanjian-perjanjian damai
demi keamanan dengan Yahudi, orang-
orang munafik, dan kabilah-kabilah
tetangga, dll. Yang jika ditela’ah, satu
orang anak manusiapun tidak mampu
melakukan berbagai aktifitas yang padat
tadi. Mungkinkah, Rasulullah masih
punya waktu banyak dan tenaga yang
cukup untuk bersenang-senang dengan
isteri-isterinya? Belum lagi kehidupan
beliau yang penuh dengan kezuhudan
dan kesederhanaan.
Sampai-sampai, saat beliau sangat
lapar, dua butir batu beliau gunakan
untuk menonggak perutnya, agar rasa
lapar tidak terasa. Makan hanya dengan
tiga butir kurma dan dapurnya hampir
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 3 Bab 6 : Perkawinan Para Nabi

tidak pernah berasap. Juga, keseringan


puasanya. Padahal umatnya dilarang
puasa wisal (bersambung) sedangkan
beliau sendiri puasa wisal sampai tiga
hari berturut-turut.
Kalau Rasulullah pengagum sex,
mengapa beliau memilih isteri-isteri yang
sudah lanjut usia, lemah dan juga
memilih Siti Aisyah yang masih kecil?
Mengapa pula Rasulullah memilih janda-
janda? Sejarah membuktikan, bahwa
semua isteri Rasulullah adalah wanita-
wanita lanjut usia, lemah, dan janda.
Kecuali Siti Aisyah. Bahkan sebagian
mereka telah sangat lanjut usia. Seperti
Siti Khadijah, Siti Saudah, dan Siti Zainab
binti Khuzaimah.
Beliau nikah dengan Siti Saudah binti
Zam’ah yang janda ditinggal mati suami.
Sedangkan kerabatnya adalah orang-
orang musyrik. Usia Siti Saudah kala itu
enam puluh enam tahun. Lebih tua
dengan beliau lima belas tahun. Demi
tidak membiarkan Siti saudah dalam
kesendirian, sebatang kara. Karena kalau
dia kembali ke kerabatnya yang musyrik,
maka Islamnya akan terancam.
Sebelumnya Siti Aisyah bermimpi, bahwa
Siti Saudah menjadi isteri Rasulullah.
(Sahihul Jami’: 915).
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 3 Bab 6 : Perkawinan Para Nabi

Rasulullah nikah dengan Siti Aisyah


dan Siti Hafsah sebagai penghargaan
kepada keduanya, juga kepada kedua
orang tua keduanya. Sebab kedua bapak
mereka adalah menteri beliau. Hal ini
demi tidak menghalangi keduanya untuk
menziarahi Rasulullah kapan saja.
Rasulullah nikah dengan Ummu
Salamah (Hindun binti Abi Umayah bin
Almuqirah). Karena Umu Salamah adalah
salah peserta hijrah ke Habasyah dan
Madinah. Suaminya yang baik hati, Abu
Salamah meninggal dunia, sedangkan dia
mempunyai anak-anak yang butuh
asuhan. Maka Rasulullah menikahinya
demi memuliakan dia, karena dia
penyabar, juga karena dia termasuk
golongan orang-orang yang menganut
Islam dimasa awal-awal. Dan yang jelas,
demi memuliakan mantan suaminya
yang begitu baik. Dengan cara mengasuh
anak-anaknya. Rasulullah sebenarnya
telah berdoa kepada Allah agar Umi
Salamah mendapatkan suami yang
terbaik. Di malam pertama, Rasulullah
menanyai anak-anaknya. Karena beliau
tidak melihat mereka nampak bersama
ibunya. Umi Salamah menjawab; mereka
di rumah paman mereka. Rasulullah tidak
menerima hal itu, lalu memerintahkan
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 3 Bab 6 : Perkawinan Para Nabi

kepadanya agar mereka balik. Setelah itu


Rasulullah bersabda; “barang siapa yang
memisahkan antara orang tua dan
anaknya, maka Allah akan
memisahkannya dengan orang yang dia
cintai di hari kiamat”. (Sunan Turmudzi
dan Sahihul Jami’: 6412). Rasulullah
sangat menyayangi anak-anak Umu
Salamah. Menimang mereka, bermain
bersama, makan bersama.
Adapun Umu Habibah (Ramlah binti
Abi Sufyan) mendapatkan terror dari
bapak dan saudaranya. Lalu dia hijrah
bersama suaminya ke Habsyah. Tiba di
sana, suaminya masuk agama Kristen.
Jadilah dia dalam kesendirian. Rasulullah
kemudian mengirim utusan kepada Raja
Habsyah, Najasyi, agar meminangnya
untuk Rasulullah, demi memuliakan Umu
Habibah. Jika dia kembali kepada
kerabatnya, maka dipastikan, dia akan
sengsara lagi.
Siti Zainab binti Jahsy adalah sepupu
Rasulullah. Allah memerintahkan beliau
agar menikahinya, demi menghapus adat
tabanni (anak angkat). Karena
sebelumnya, Siti Zainab adalah isteri dari
anak angkat Rasulullah. Lalu diceraikan
suaminya.
Siti Juwairiyah binti Harits menjadi
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 3 Bab 6 : Perkawinan Para Nabi

tawanan perang Bani Mustaliq.


Bapaknya, Harits adalah kepala suku.
Ketika Rasulullah kembali ke Madinah.
Harits bermaksud hendak menjumpai
Rasulullah dan menebus anaknya dengan
beberapa ekor onta. Kala Harits tiba
disuatu tempat yang bernama Aqiq,
merasa kagum dengan onta-onta disitu
dan memilih dua ekor untuk dia
sembunyikan tanpa diketahui oleh
masyarakat muslim disitu. Setibanya
dihadapan Rasulullah, dia berkata; aku
datang menebus putriku yang telah
kalian tawan. Rasulullah bertanya; mana
dua ekor onta yang telah kau
sembunyikan di Aqiq tanpa
sepengetahuan penduduknya? Harits
kaget; Demi Allah, tak seorangpun yang
tau hal itu. Aku bersaksi bahwa tiada
tuhan selain Allah dan engkau adalah
Rasulullah. Lalu Rasulullah memintanya
agar menikahkan putrinya dengan beliau.
Maka Harits langsung memenuhinya.
Perhatikan, bagaimana Rasulullah
memuliakan Siti Juwairiyah, bapaknya
(karena dia masuk Islam), dan
kerabatnya. Bukan saja Rasulullah
membebaskan Siti Juwairiyah, tapi
menikahinya. Para sahabatpun langsung
membebaskan tawanan-tawanan yang
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 3 Bab 6 : Perkawinan Para Nabi

ada pada mereka. Demi hormat kepada


keluarga Rasulullah. Tawanan perang
Bani Mustaliq kala itu berjumlah sekitar
seratus orang.
Siti Zainab binti Khuzaimah paling tua
disbanding Rasulullah. Suaminya gugur
pada perang Uhud. Tiada seorangpun
yang mencoba menikahinya. Rasulullah
kemudian menikahinya. Zainab binti
Khuzaimah terkenal kala itu, dengan
panggilan Umu Masakin (ibu para fakir
miskin). Karena dia sering berinfak.
Siti Shafiyah binti Huyayyi tertawan
pada perang Khaibar. Dalam perang itu
suami, bapak, saudara, dan pamannya
ter- bunuh. Rasulullah membebaskannya,
demi kasih sayang, hormat, dan agar ada
yang menaunginya. Siti Shafiyah
sebelumnya bermimpi, bulan purnama
jatuh di pangkuannya. Tatkala dia
menceritakan mimpinya kepada
keluarganya. Pamannya langsung
menamparnya dan berkata; kau mau
dengan Nabinya bangsa Arab itu!
Secara garis besar, alasan Rasulullah
berpoligami adalah demi menanamkan
benih kasih sayang dengan kerabat dan
kabilah isteri-isterinya. Agar mereka
masuk Islam. Hikmah lainnya; agar
kepribadian Rasulullah dirumah diketahui
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 3 Bab 6 : Perkawinan Para Nabi

oleh banyak orang. Sebagaimana kita


ketahui bersama, bahwa banyak orang
yang nampak di luar rumah sebagai
seorang yang alim dan bertaqwa, tetapi
ketika di dalam rumahnya, sifat-sifat tadi
tidak bisa dipertahankan.
Hikmah lainnya; rumah-rumah
isterinya menjadi pusat penyebaran
risalah Islam. Lebih lagi, bila ajaran yang
menyangkut masalah khusus
perempuan.
3. Mengapa Rasulullah SAW Menikah
Lebih Dari 4 Istri?
Mengapa Rasulullah SAW tidak
membatasi empat orang isteri saja,
padahal qur’an membatasi jumlah isteri
ketika beliau sedang beristeri sembilan
orang, dan mengapa tidak ditalak
selebihnya?
a. Karena Istri Nabi Berstatus Ibunda
Mukminin
Para istri Nabi SAW berstatus sebagai
ibunda mukminin. Sementara syariat
Islam mengharamkan seorang laki-laki
menikahi ibunda mereka sendiri. Maka
seandainya Nabi SAW menceraikan salah
satu istrinya, dia akan menjada selama-
lamanya karena para shahabat
diharamkan untuk menikahi janda Nabi
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 3 Bab 6 : Perkawinan Para Nabi

SAW.
Di dalam Al-Quran Allah SWT tegas
menyebutkan status para istri Nabi SAW
sebagai ibuda mukminin.
‫ي َءممن َأسنمسكفءسءهمم َسوأسمزسواكجكه َأكلمسهاَتكسكهمم َسوكأوكلوُ َاملسمرسحاَءم‬ ‫ءء‬
‫ب َأسموس لل َءباَلمكممؤمن س‬ ‫النلء ض‬
‫ي َسوالمكمسهسساَءجءريسن َإءلل‬ ‫ءء‬ ‫ض َءفسس َكءتَسسساَ ء ء ء‬
‫ب َاللسه َم سسن َالمكم سمؤمن س‬ ‫ض سكهمم َأسموس للسس َءببسسمع س د‬‫بسسمع ك‬
‫ك َءف َالمءكستَاَ ء‬ ‫ء‬ ‫ء‬
َ ‫ب َسممسكطوُجرا‬ ‫أسمن َتسسمفسعلكوُا َإء س لل َأسمولسياَئءككمم َسممعكروجفاَ َسكاَسن َلسذل س‬
Nabi itu (hendaknya) lebih utama bagi orang-orang mukmin
dari diri mereka sendiri dan isteri-isterinya adalah ibu-ibu
mereka. Dan orang-orang yang mempunyai hubungan darah
satu sama lain lebih berhak (waris-mewarisi) di dalam Kitab
Allah daripada orang-orang mukmim dan orang-orang
Muhajirin, kecuali kalau kamu berbuat baik kepada saudara-
saudaramu (seagama). Adalah yang demikian itu telah
tertulis di dalam Kitab (Allah). (QS. Al-Ahzab : 6)

Bahkan secara eksplisit disebutkan


bahwa menikahi mantan istri Rasulullah
SAW, baik karena dicerai ataupun setelah
wafatnya Nabi SAW, hukumnya
diharamkan.
‫وماَ َسكاَسن َلسككم َأسمن َتكسؤذكوا َرسوُسل َاللءه َوسل َأسمن َتسسمنءكحوُا َأسمزواجه َءمن َبسعءدهء‬
‫ك س س ك م سم‬ ‫س‬ ‫م م سك‬ ‫سس‬
َ َ‫أسبسجدا َإءلن َلسذلءككمم َسكاَسن َءعمنسد َاللءه َسعءظيجما‬
Dan tidak boleh kamu menyakiti (hati) Rasulullah dan tidak
(pula) mengawini isteri-isterinya selama-lamanya sesudah ia
wafat. Sesungguhnya perbuatan itu adalah amat besar
(dosanya) di sisi Allah. (QS. Al-Ahzab : 53)

Jika Nabi SAW menceraikan salah satu


istrinya, maka akan dikemanakan dirinya.
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 3 Bab 6 : Perkawinan Para Nabi

Tentu kasihan kalau demikian. Bukankah


kita pun tidak akan tega melakukannya
kepada anak perempuan kita sendiri
ataupun kepada saudari kandung bahkan
kepada ibu kita sendiri.
b. Menghindari Kebencian
Meski talak itu halal, namun
Rasulullah SAW tidak menjatuhkan talak
isterinya. Dan kalau sampai talak itu
benar-benar jatuh tanpa dirujuk lagi,
tentu akan membuat isteri-isterinya
bersedih, serta mendatangkan
kebencian keluarga dan kabilah mereka.
Ada orang yang bilang; kalau begitu
apa bedanya dengan isteri-isteri kaum
muslim yang tertalak, bukankah mereka
juga akan bersedih, keluarga dan
kabilahnya akan tersinggung.

Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan Bab 12 : Nikah
Lain Agama


Jilid 35
Pernikahan
Bermasalah

Bab 1 : Pernikahan Lain Agama

A. Beragam Jenis Nikah Beda Agama


Kalau diperhatikan dengan seksama
dan menyeluruh, sesungguhnya kasus-
kasus pernikahan cukup banyak
ragamnya dan bisa terjadi dalam
beberapa jenis kasus yang berbeda-beda.
Oleh karena itu di awal bab, kita
khususkan pembahasan untuk
membedah dan membuat peta anatomi
permasalahan terlebih dahulu.
Kita mulai dari awal mula kasus nikah
beda agama yang terdiri dari dua
macam.
Pertama : Sejak Awal Pasangan Itu
Sudah Beda Agama
Prinsip dalam Islam, pasangan yang
sejak awal nikah sudah beda agama itu
haram menikah, baik yang non muslim
itu suami atau pun istri. Namun bila istri
termasuk kitabiyah, Al-Quran secara
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 4 Bab 1 : Pernikahan Lain Agama

langsung membolehkan.
Kedua : Awalnya Pasangan Itu
Seagama, Lalu Salah Satunya Pindah
Agama
Ada banyak rincian untuk kasus kedua
ini. Pertama, awalnya pasangan itu sama-
sama bukan muslim, lalu salah satu
pasangan masuk Islam. Kedua, awalnya
pasangan itu sama-sama muslim lalu
salah satu pasangan murtad.
Kita sepakat bila pasangan suami istri
sejak awal sama-sama non muslim,
pernikahan mereka dianggap sah.
Demikian juga bisa suami istri sama-
sama muslim, pernikahan mereka pun
jug sah.
Masalah akan timbul manakala di
tengah jalan, salah satu pasangan non
muslim ada yang masuk Islam, atau
salah satu pasangan muslim ada yang
murtad.
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 4 Bab 1 : Pernikahan Lain Agama

SUAMI ISTRI HUKUM

Non Non
Sah
muslim muslim

Masuk Non
?
Islam muslim

Masuk Non Masuk


?
Islam Muslim Islam

Masuk Masuk
?
Islam Islam

Muslim Muslim Sah

Murtad Tetap ?
Murtad
Tetap Murtad ?

Murtad Murtad ?

B. Pernikahan Agama Lain


Yang dimaksud dengan pernikahan
agama lain disini adalah pernikahan yang
terjadi antara suami dan istri yang sama-
sama non muslim. Dalam pandangan
syariat Islam, pernikahan mereka
dianggap sah.
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 4 Bab 1 : Pernikahan Lain Agama

Prinsipnya, meskipun kita tidak


membenarkan agama kecuali hanya
agama Islam, namun dalam beberapa
bagian tertentu, Islam mengakui
keabsahan beberapa partikel dalam
agama di luar Islam.
1. Diakui Keabsahannya Dalam
Pandangan Islam
Salah satunya adalah pengakuan atas
keabsahan pernikahan yang dilakukan
oleh pasangan yang sama-sama bukan
muslim dalam satu agama. Maka
pernikahan antara laki-laki yahudi
dengan perempuan yahudi adalah
pernikahan yang sah dalam pandangan
syariat Islam. Demikian juga pernikahan
antara pasangan suami istri dalam
agama nasrani, majusi, Hindu, Budha,
Konghuchu dan lainnya.
Wujud nyata dari pengakuan atas
keabsahan pernikahan mereka adalah
apabila pasangan itu sama-sama
menyatakan diri masuk Islam, maka
keduanya tidak perlu dinikahkan ulang
dalam syariah Islam.
2. Dalil
Ada banyak sekali dalil yang
menyebutkan bahwa pernikahan di luar
agama Islam adalah pernikahan yang
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 4 Bab 1 : Pernikahan Lain Agama

diakui keabsahannya dalam pandangan


syariah Islam.
a. Pernikahan Rasululah SAW dan
Khadijah
Dalilnya adalah apa yang terjadi pada
diri Rasulullah SAW sendiri dengan istri
beliau, Khadijah radhiyallahuanha.
Keduanya menikah ketika belum turun
syariat Islam, namun di zaman turunnya
wahyu, pernikahan keduanya dianggap
sudah sah dan tidak ada satu pun riwayat
yang menyebutkan bahwa keduanya
memperbaharui pernikahan mereka.
b. Pernikahan Para Shahabat
Dan begitu pun juga dengan
pasangan para shahabat yang sudah
menikah sebelum turunnya wahyu.
Ketika mereka masuk Islam, tidak ada
satu pun riwayat yang menyebutkan
bahwa mereka diharuskan melakukan
pembaharuan nikah.
Semua itu bermuara kepada
kesimpulan bahwa pernikahan di luar
agama Islam itu dibenarkan dan diterima
keabsahannya dalam kaca mata syariah
Islam.
c. Pasangan Non Muslim Bukan
Pasangan Zina
Dan pasangan non muslim yang
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 4 Bab 1 : Pernikahan Lain Agama

menikah sesuai dengan agama mereka


juga tidak pernah dianggap sebagai
pasangan zina.
Oleh karena itulah Al-Quran
menyebutkan Abu Lahab yang kafir itu
sebagai suami yang memiliki istri yang
sah.
‫حاَلسسة َاملسطس ء‬
‫ب‬ ‫سواممسرأستككه َ سل‬
Dan (begitu pula) istrinya, pembawa kayu bakar. (QS. Al-
Lahab : 4)

C. Pasangan Suami Istri Beda Agama


Kita bisa membagi pernikahan
pasangan beda agama menjadi beberapa
versi :
 Versi pertama adalah pasangan yang
asalnya sama-sama bukan muslim dan
keduanya menikah sesuai dengan
agama mereka. Kemudian salah
satunya masuk Islam dan yang satu
lagi tetap dalam kekafirannya.
 Versi kedua adalah pasangan ini
melakukan akad nikah dalam keadaan
berbeda agama.
1. Pasangan Non Muslim Salah
Satunya Masuk Islam
Apabila salah satu dari pasangan
masuk Islam, padahal asalnya mereka
bukan beragama Islam, apa hukum
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 4 Bab 1 : Pernikahan Lain Agama

pernikahan mereka?
Umumnya para ulama berpendapat
bahwa ikatan tali pernikahan di antara
mereka tetap masih utuh, selama hakim
belum melakukan fasakh antara
keduanya.
Namun pasangan itu diharamkan
untuk melakukan hubungan seksual
(jima'), dengan dasar dari Al-Quran :
‫ل َكهلن َءحقل َسلكمم َسول َكهمم َ سءيضلوُسن َسلكلن‬
Mereka tiada halal bagi orang-orang kafir itu dan orang-
orang kafir itu tiada halal pula bagi mereka. (QS. Al-
Mumtahanah : 10)

Lebih rincinya lagi, salah satu fatwa


menyebutkan sebagai berikut :
a. Suami Masuk Islam Istri Tidak
Apabila suami masuk Islam dan
istrinya tetap dalam agama yang lama,
ada dua kemungkinan kasus. Pertama,
istrinya termasuk ahli kitab, yaitu istrinya
Yahudi atau Nasrani. Kedua, istrinya
bukan ahli kitab, yaitu istrinya beragama
selain Yahudi dan Narsani.
 Istri Ahli Kitab
Bila istrinya ahli kitab, yaitu sebagai
pemeluk agama yahudi atau nasrani (ahli
kitab), maka perkawinan mereka masih
utuh dan sama sekali tidak menjadi
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 4 Bab 1 : Pernikahan Lain Agama

masalah.
Alasannya karena pada hakikatnya
seorang muslim boleh punya istri dari
kalangan ahli kitab, baik yahudi atau
nasrani. Dasarnya adalah firman Allah
SWT berikut ini :
‫ء‬ ‫ت َوالممحصسناَ ء ء‬ ‫ء ء‬ ‫والممحصسناَ ء‬
‫ت َمسسن َالسذيسن َكأوتكسوُما َالمكتَسسساَ س‬
‫ب‬ ‫ت َمسن َالمكممؤمسناَ س ك م س س ك‬
‫س كم س ك‬
‫ءمن َقسسمبلءككمم‬
(dihalalkan bagimu untuk menikahi) wanita yang menjaga
kehormatan di antara wanita-wanita yang beriman dan
wanita-wanita yang menjaga kehormatan di antara orang-
orang yang diberi Al-Kitab sebelum kamu (QS. Al-Maidah: 5)

Kalaupun ada sedikit perbedaan


pendapat, biasanya berkisar tentang
apakah wanita pemeluk agama Kristen
dan Yahudi hari ini masih dianggap setara
dengan di masa Rasulullah SAW. Khusus
pembahasan perbedaan pendapat ini,
kita akan bahas pada bagian akhir dari
bab ini insya Allah.
 Istri Non Ahli Kitab
Kasus kedua adalah bila status istri itu
bukan ahli kitab. Misalnya istri beragama
Hindu, Budha, Konghuchu, dan lainnya.
Hukum aslinya bahwa seorang laki-laki
muslim diharamkan untuk memiliki istri
dari kalangan mereka.
Masalahnya, awalnya suami pun
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 4 Bab 1 : Pernikahan Lain Agama

beragama yang sama dengan istrinya


dan mereka dalam pandangan Islam
dianggap pasangan yang sah. Namun
suami masuk Islam, sehingga berubah
statusnya menjadi suami muslim dan istri
nonmuslim. Pertanyaannya adalah jadi
apa hubungan pernikahan di antara
mereka.
b. Istri Masuk Islam Suami Tidak
Dalam kasus yang masuk Islam hanya
istrinya sedangkan suami tidak ikut
masuk Islam, maka berlaku hal-hal
berikut :
 Bila akad nikah sudah berlangsung
tetapi belum sempat terjadi dukhul,
maka wajib dipisahkan saat itu juga.
 Bila akad nikah sudah berlangsung dan
sudah terjadi dukhul, lalu istri masuk
Islam, kemudian suami menyusul
masuk Islam juga sebelum selesai
iddahnya, maka nikah mereka tetap
berlaku.
 Bila suami tidak masuk Islam juga, dan
masa iddah sudah selesai, maka istri
boleh menunggu suaminya walaupun
dalam waktu yang lama.
 Bila pada akhirnya suaminya ikut
masuk Islam, pernikahan mereka tetap
utuh tanpa membutuhkan akad yang
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 4 Bab 1 : Pernikahan Lain Agama

baru.
 Bila istri tidak mau menunggu
suaminya masuk Islam, maka istri
boleh memilih antra terus menunggu
suaminya, atau menikah lagi dengan
orang lain.
2. Pasangan Muslim Salah Satunya
Murtad
Jenis kasus ini adalah suami istri
asalnya beragama Islam, lalu salah
satunya murtad dalam arti keluar dari
agama Islam dan memeluk agama lain,
maka dalam hal ini ada beberapa
kemungkinan.
Hampir seluruh ulama sepakat bahwa
murtadnya suami dari pasangan muslim
dimana istrinya tetap masih memeluk
agama Islam akan mengubah status
pernikahan menjadi perpisahan. Dalilnya
adalah ayat Al-Quran berikut ini :
‫صءم َالمسكسوُافءءر‬ ‫ء‬ ‫ء‬
‫سول َكتمسككوُا َبءع س‬
Dan janganlah kamu tetap berpegang pada tali (perkawinan)
dengan perempuan-perempuan kafir (QS. Al-Mumtahanah :
10)

Namun para ulama berbeda pendapat


tentang kapan terjadinya perpisahan ini.
Jumhur ulama di antaranya mazhab Al-
Hanafiyah, Al-Malikiyah dan Al-Hanabilah
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 4 Bab 1 : Pernikahan Lain Agama

berpendapat bahwa terlepasnya ikatan


pernikahan ini terjadi secara otomatis,
yaitu ketika pasangannya murtad keluar
dari agama Islam.
Namun mazhab Asy-Syafi'iyah
memberi tenggang waktu, yaitu
menuggu dulu apakah orang yang
murtad itu kembali lagi masuk Islam apa
tidak. Batasnya adalah selama masa
iddah wanita yang dicerai suaminya,
yaitu tiga kali masa haidh. Bila selama
masa itu sudah kembali memeluk agama
Islam, pernikahan tetap masih utuh.
Sebaliknya, bila selama masa itu tidak
kembali masuk Islam lagi, barulah
pernikahan itu putus.
Para ulama juga berbeda pendapat
tentang status putusnya pernikahan,
apakah statusnya fasakh atau talaq.
Sebagian bilang fasakh dan yang lain
bilang talaq.
a. Fasakh
Mazhab Al-Hanafiyah, Asy-Syafi'iyah
dan Al-Hanabilah menetapkan bahwa
status pernikahan itu fasakh dan bukan
talaq.
Menurut Abu Hanifah dan Malik,
fasakhnya terjadi ketika peristiwa riddah
itu terjadi. Sedangkan menurut Asy-
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 4 Bab 1 : Pernikahan Lain Agama

Syafi'i bahwa fasakhnya baru terhitung


bila masa iddahnya selesai.
b. Talaq
Sedangkan mazhab Al-Malikiyah
menetapkan bahwa statusnya bukan
fasakh melainkan talaq, yang dalam hal
ini adalah talaq bain.
Namun lepas dari pendapat fasakh
atau talaq di atas, ada juga pendapat
yang berbeda sendirian, yaitu pendapat
Ibnu Taimiyah. Dalam pandangannya,
bila istri murtad dan suami masih
muslim, pernikahan mereka tetap masih
utuh.
3. Pernikahan Pasangan Beda Agama
Para ulama sepakat bahwa
pernikahan beda agama, bila suaminya
bukan muslim, maka pernikahan itu sejak
awal sudah tidak sah.
Sedangkan bila suami muslim dan istri
bukan muslim, pada dasarnya juga tidak
sah, kecuali bila istri berstatus ahli kitab,
yaitu yahudi atau nasrani.
D. Menikahi Wanita Ahli Kitab
Jumhur ulama sepakat adanya
kebolehan laki-laki muslim menikahi
wanita ahli kitab, dengan dasar bahwa
Al-Quran Al-Kariem pun secara tegas
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 4 Bab 1 : Pernikahan Lain Agama

membolehkannya.
Dasar pembolehan laki-laki muslim
menikahi wanita ahli kitab adalah surat
Al-Maidah ayat 5, dimana dalam ayat itu
Allah SWT secara tegas menyebutkan
dua hal, yaitu halalnya sembelihan ahli
kitab dan halalnya wanita mereka untuk
dinikahi oleh laki-laki muslim.
‫ء‬ ‫ت َوالممحصسناَ ء ء‬ ‫ء ء‬ ‫والممحصسناَ ء‬
‫ت َمسسن َالسذيسن َكأوتكسوُما َالمكتَسسساَ س‬
‫ب‬ ‫ت َمسن َالمكممؤمسناَ س ك م س س ك‬
‫س كم س ك‬
‫ءمن َقسسمبلءككمم‬
(dihalalkan bagimu untuk menikahi) wanita yang menjaga
kehormatan di antara wanita-wanita yang beriman dan
wanita-wanita yang menjaga kehormatan di antara orang-
orang yang diberi Al-Kitab sebelum kamu (QS. Al-Maidah: 5)

E. Wanita Ahli Ahli Kitab Zaman Sekarang


Masalahnya kini tinggal kita perlu
menjawab pertanyaan, siapakah yang
dimaksud dengan ahli kitab?
Lebih dalam lagi, apakah orang-orang
yahudi dan nasrani hari hari ini masih
termasuk ke dalam kategori ahli kitab,
ataukah hanya terbatas pada yahudi dan
nasrani di masa lalu?
Dan apakah yahudi dan nasrani itu
hanya merujuk kepada suatu ras atau
bangsa tertentu saja, ataukah orang-
orang di luar bangsa tertentu bisa juga
dimasukkan ke dalam kategori yahudi
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 4 Bab 1 : Pernikahan Lain Agama

dan nasrani.
Pertanyaan ini sangat fundamental
dan paling sering diperselisihkan para
ulama. Dan perbedaan ini menjadi dua
kutub utama, yaitu antara mereka yang
mengatakan bahwa ahli kitab sudah tidak
ada lagi di zaman sekarang, dan mereka
yang mengatakan bahwa keberadaan
ahli kitab masih ada.
Dengan kata lain, ada pendapat yang
mengatakan bahwa yahudi dan nasrani
di zaman kita sekarang ini sudah bukan
lagi ahli kitab. Dan ada pendapat yang
sebaliknya, yaitu mereka yang
berpendapat bahwa yahudi dan nasrani
di zaman kita sekarang ini tetap
termasuk ahli kitab.
1. Pendapat Bahwa Ahli Kitab Sudah
Tidak Ada
Kita mulai dari pendapat mereka yang
mengatakan bahwa ahli kitab sudah tidak
ada lagi di masa sekarang. Atau dengan
kata lain, orang-orang yahudi dan nasrani
yang kita kenal sekarang ini, bukan
termasuk dalam kategori ahli kitab
sebagaimana yang dimaksud di dalam
surat Al-Maidah ayat 5 di atas.
Ada beberapa alasan yang mereka
kemukakan, di antaranya yang paling
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 4 Bab 1 : Pernikahan Lain Agama

kuat adalah :
a. Sudah Menyimpang
Dalam pandangan mereka, orang-
orang yahudi dan nasrani yang hidup di
zaman kita sekarang ini dianggap sudah
menyimpang jauh dari fundamental
agama mereka yang asli.
Agama yang dianut oleh yahudi di
masa sekarang dianggap bukan agama
yang dibawa oleh Nabi Musa
alaihissalam. Demikian juga, agama yang
dianut oleh umat Kristiani saat ini,
dianggap bukan lagi agama yang dibawa
oleh Nabi Isa alaihissalam.
Dan penyimpangan itu bukan pada
masalah yang sifatnya cabang atau
furu'iyah, melainkan justru terjadi pada
esensi dan bagian yang paling
fundamental dari agama itu, yaitu prinsip
dalam konsep ketuhanan.
Nabi Musa dan Nabi Isa
alaihimassalam adalah nabi yang
membawa agama tauhid, yang intinya
mengesakan Allah dan menganggap
selain Allah adalah makhluk. Namun para
ahli kitab di masa berikutnya, baik yahudi
mau pun nasrani, keduanya sama-sama
mengganti elemen paling dasar dari
agama yang kini mereka anut, yaitu
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 4 Bab 1 : Pernikahan Lain Agama

menjadi agama politheis, sebagaimana


prinsip dasar agama-agama paganis di
Eropa.
Polithies adalah agama yang
menganut prinsip bahwa tuhan itu
menjalankan kekuasaannya secara
kolektif atau bersama-sama. Pendeknya,
tuhannya bukan hanya satu, melainkan
dia bersekutu atau berserikat dengan
tuhan-tuhan lain, meski derajatnya lebih
rendah dari tuhan yang utama.
Orang-orang yahudi telah mengubah
status Nabi Uzair menjadi tuhan, atau
masuk ke dalam derajat ketuhanan
dalam posisi sebagai anak tuhan.
Demikian juga orang-orang nasrani
mengatakan bahwa Nabi Isa itu masuk ke
dalam jajaran orang suci yang paling
tinggi, sehingga kemudian ditahbiskan
menjadi anak tuhan.
Di tahun 381 masehi, para pembesar
umat Nasrani mengadakan Sidang Konsili
(Konstantinopel I). Dari sidang itu
kemudian untuk pertama kali ditetapkan
bahwa ketuhanan itu sama dengan satu,
dan satu sama dengan tiga. Jadi 1 sama
denga 3 dan 3 sama dengan 1.
Kebijakan Trinitas (tatslist) ini ditetapkan
oleh konstantinopel I sebagai
perkembangan dari Konsili Nikea 325 M.
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 4 Bab 1 : Pernikahan Lain Agama

Logika yang digunakan adalah kalau


tiga berkumpul dalam sesuatu yang satu,
yang meliputi semua unsurnya, maka
jadilah ia disebut satu. Contohnya adalah
rokok kretek, yang mempunyai tiga
unsur, yaitu kertas, cengkeh dan
tembakau. Unsur-unsur itu tidak boleh
disebut sebagai saling memiliki karakter,
mustahil dikatakan bahwa kertas
memiliki karakter rokok, atau tembakau
memiliki karakter cengkeh. Setiap unsur
memiliki karakternya sendiri-sendiri,
yang menjadi kekhususannya.
Dengan penyimpangan yang sangat
jauh itu, agama monothis diubah
haluannya menjadi agama polytheis,
maka sebagian kalangan mengatakan
bahwa baik yahudi maupun nasrani,
sama-sama telah kehilangan jati diri yang
paling asli dari agama mereka. Karena itu
kedua agama itu dianggap sudah bukan
lagi agama yang asli dan original,
sehingga tidak lagi berhak menyandang
status : ahli kitab.
b. Ras dan Darah
Sebagian kalangan yang menolak
yahudi dan nasrani sebagai ahli kitab
berdalil bahwa istilah ahli kitab itu
mengacu hanya kepada Bani Israil
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 4 Bab 1 : Pernikahan Lain Agama

sebagai kaum, bangsa atau ras, bukan


sebagai religi yang bisa dipeluk oleh
siapa saja.
Hal itu dikuatkan dengan mengingat
bahwa di masa lalu, Allah SWT memang
menurunkan agama hanya kepada
bangsa-bangsa tertentu saja. Dimana
para nabi pun diutus hanya kepada kaum
atau bangsanya saja.
Dasarnya adalah firman Allah SWT :
‫ولءككسنل َأكلمسدة َلرسسسوُقل َفسسءإسذا َجساَء َرسسسوُكلم َقك ء‬
‫ضسسيِ َبسمسيسنسسكهسسم َءباَلمءقمسسءط َسوكهسمم َلس‬ ‫س س ك كم‬ ‫ك‬ ‫س‬
‫يكظملسكموُسن‬
Tiap-tiap umat mempunyai rasul, maka apabila telah datang
rasul mereka, diberikanlah keputusan antara mereka dengan
adil dan mereka tidak dianiaya. (QS. Yunus : 47)

Di masa lalu setiap rasul yang diutus


suatu kaum selalu berasal dari kaum itu
sendiri, dengan bahasa kaum itu sendiri
juga. Sebagaimana firman Allah :
‫وماَ َأسرسملناَ َءمن َلرسوُدل َإء ل ء ء ء ء ء‬
‫ل َبءلسساَن َقسسموُمه َلكيبسس ن س‬
‫ي َسلكمم‬ ‫ك‬ ‫سس م س س‬
Kami tidak mengutus seorang rasulpun, melainkan dengan
bahasa kaumnya, supaya ia dapat memberi penjelasan
dengan terang kepada mereka. (QS. Ibrahim : 4)

Di masa sekarang ini, yahudi secara


umum masih memegang prinsip ini, yaitu
agama yahudi hanya untuk ras yahudi
saja, atau untuk orang yang berdarah
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 4 Bab 1 : Pernikahan Lain Agama

yahudi. Dan ada kecenderungan mereka


untuk menjaga agar darah yahudi
mereka tidak hilang atau bercampur
dengan darah bangsa lain.
Untuk mempertahankan keaslian
darah yahudi mereka, umumnya mereka
tidak menikah kecuali dengan sesama
orang yang berdarah yahudi pula.
Sehingga secara statistik, jumlah
populasi yahudi di dunia ini tidak terlalu
banyak, hanya sekitar 15 jutaan saja.
Lima jutaan tinggal di Amerika, 5 juta lagi
tinggal di negara Palestina yang mereka
jajah dan mereka beri nama Israel. Dan
sisanya tersebar di berbagai belahan
dunia, termasuk Indonesia.
Tetapi lain hanya dengan agama
nasrani, sejak masuk ke Eropa dibawa
oleh Paulus, agama ini bukan hanya
berubah dari monotheis menjadi
polytheis, tetapi juga berubah menjadi
agama publik, yang mentargetkan agar
seluruh manusia bisa dirangkul masuk ke
dalam agama itu. Ada istilah
menyelamatkan domba-domba yang
tersesat.
Maka seiring dengan kolonialisme
barat terhadap dunia timur, proses
kristenisasi menjadi bagian langsung
yang didukung oleh kekuatan militer dan
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 4 Bab 1 : Pernikahan Lain Agama

perdangan. Maka bermunculan berbagai


lembaga misionaris untuk memasukkan
umat manusia ke dalam agama ini.
Padahal sejatinya, ketika Allah SWT
mengutus Nabi Isa alaihissalam, beliau
tidak diperintahkan untuk menjadi nabi
bagi semua umat manusia. Tugas beliau
hanya menjadi nabi buat kaumnya saja
dan tidak ada beban untuk menyebarkan
agama yang beliau bawa kepada
berbagai bangsa di dunia.
Maka kalau pun berbagai bangsa itu
memeluk agama nasrani, sesungguhnya
mereka tidak pernah diperintah oleh
Allah untuk memeluknya. Dan
kepemelukan mereka terhadap agama
yang khusus hanya buat Nabi Isa dan
kaumnya itu menjadi tidak sah alias tidak
ada artinya. Dan itu berarti bangsa-
bangsa di dunia ini, selain kaumnya Nabi
Isa, bukanlah umat nasrani, dus mereka
bukan ahli kitab.
Karena itu dalam pendapat ini, orang-
orang yang beragama Kristen di luar ras
atau darah Bani Israil dimana Nabi Isa
alaihissalam diutus, tidak bisa dianggap
sebagai pemeluk agama Nabi Isa atau
ahli kitab. Maka semau ketentuan hukum
yang berlaku buat ahli kitab yang
sesungguhnya tidak bisa diterapkan
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 4 Bab 1 : Pernikahan Lain Agama

kepada mereka.
c. Yahudi dan Nasrani Musyrik
Sebagian orang berpendapat bahwa
laki-laki muslim diharamkan menikahi
wanita yahudi dan nasrani, karena
mereka justru melakukan kemusyrikan.
Sedangkan Al-Quran mengharamkan laki-
laki muslim menikahi wanita musyrik.
Pendapat ini juga benar dan didukung
oleh Ibnu Umar radhiyallahuanhu yang
mengatakan bahwa pemeluk agama ahli
kitab itu pada dasarnya musyrik dan
haram dinikahi. Sebab tidak ada
kemusyrikan yang melebihi perbuatan
seorang menyembah nabi Isa
alihissalam.
Selain itu ada Ibnu Hazm yang
mengatakan bahwa tidak ada yang lebih
musyrik dari orang yang mengatakan
bahwa tuhannya adalah Isa.
Di Indonesia fatwa Majelis Ulama
Indonesia (MUI) juga termasuk yang
berada pada posisi mengharamkan
pernikahan laki-laki muslim dengan
wanita ahli kitab, padahal secara tegas
Al-Quran menghalalkannya.
2. Pendapat Bahwa Ahli Kitab Masih
Ada
Tentu saja para ulama yang
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 4 Bab 1 : Pernikahan Lain Agama

mendukung bahwa ahli kitab di zaman


sekarang ini masih ada, punya hujjah dan
argumentasi yang tidak kalah kuat.
Bahkan mereka menjawab lewat
kelemahan argumentasi lawan mereka
sendiri.
a. Sudah Menyimpang Sebelum Masa
Nabi
Kalau dikatakan bahwa agama yahudi
dan nasrani di hari ini telah menyimpang
dari keasliannya, hal itu memang benar.
Benar bahwa agama ini memang telah
menyimpang. Tetapi penyimpangan itu
sebenarnya sudah terjadi ratusan tahun
sebelum lahirnya Nabi Muhammad SAW.
Tetapi meski dianggap 'menyimpang',
ternyata Rasulullah SAW tetap
memperlakukan mereka sebagai ahli
kitab. Beliau makan sembelihan mereka
dan menikahi wanita mereka. Kalau
sudah demikian, argumentasi yang
mengatakan bahwa yahudi dan narsani
itu bukan ahli kitab dengan sendirinya
gugur. Sebab Nabi SAW sendiri yang
memperlakukan mereka sebagai ahli
kitab.
Sidang Konsili yang menetapkan Nabi
Isa sebagai anak tuhan dan tuhan
menjadi tiga buah itu, digelar di tahun
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 4 Bab 1 : Pernikahan Lain Agama

381 masehi. Sedangkan Muhammad SAW


diangkat menjadi utusan Allah terjadi di
tahun 611 masehi. Artinya, sudah sejak
tiga ratus tahun sebelum kenabian
Muhammad SAW dan turunnya syariat
Islam, nasrani memang telah
menyimpang.
Namun dalam keadaan menyimpang
itu, Al-Quran tetap menyebut mereka
sebagai ahli kitab dan tetap sebagai
nasrani. Bahkan penyimpangan mereka
disebut-sebut di dalam ayat Al-Quran dan
Al-Quran menyebut mereka kafir :
‫ء‬ ‫ء‬
‫لسقمد َسكسفسر َالذيسن َسقآِلكوُما َإءلن َاللنسه َكهسوُ َالمسمسيكح َابمكن َسممرسيس‬
Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata:
"Sesungguhnya Allah adalah Al Masih putra Maryam" (QS.
Al-Maidah : 72)

‫ث َثسلسثسدة‬ ‫ء‬ ‫ء‬


‫لسقمد َسكسفسر َالذيسن َسقاَلكوُما َإءلن َاللنسه َسثاَل ك‬
Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata
bahwasanya Allah salah satu dari yang tiga tuhan. (QS. Al-
Maidah : 73)

Namun mereka tetap dianggap


sebagai ahli kitab dan diperlakukan
sebagai ahli kitab di masa Rasulullah
SAW. Rasulullah SAW tidak pernah
membeda-bedakan umat nasrani di
zamannya, antara yang masih bertatus
ahli kitab atau yang bukan ahli kitab.
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 4 Bab 1 : Pernikahan Lain Agama

Berarti secara logika, di zaman


sekarang ini pun mereka tetap saja
berstatus sebagai ahli kitab. Sebab
penyimpangan yang mereka lakukan
sejak sebelum masa Rasulullah SAW itu
tidak membuat mereka keluar status
sebagai ahli kitab.
Kalau penyimpangan mereka di masa
Nabi SAW tetap tidak mengubah status
mereka sebagai ahli kitab, lalu apa yang
membuat mereka sekarang ini dianggap
bukan lagi ahli kitab?
b. Ahli Kitab Selain Bani Israel
Sedangkan argumentasi yang
menyebutkan bahwa status ahli kitab itu
hanya terbatas pada darah dan
keturunan saja, atau hanya mereka yang
punya ras sebagai Bani Israil saja,
sehingga bangsa-bangsa lain yang
memeluk nasrani tidak dianggap sebagai
nasrani, juga merupakam pendapat yang
lemah.
Dimana titik kelemahan argumentasi
itu?
Kita bisa buka lembaran sejarah di
masa Rasulullah SAW, dimana ada dua
raja di masa Nabi yang bukan berdarah
Bani Israel, tetapi oleh beliau SAW
dianggap sebagai nasrani.
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 4 Bab 1 : Pernikahan Lain Agama

Fakta yang pertama, adalah orang-


orang Yaman di masa itu yang
merupakan ahli kitab dan bukan
berdarah Israil. Raja Yaman dan
penduduknya memeluk agama nasrani,
sebelum diislamkan oleh dua shahabat
Nabi SAW, Muadz bin Jabal dan Abu Musa
Al-Asy'ari radhiyallahuanhuma.
Di waktu Nabi SAW dilahirkan,
seorang raja Yaman yang beragama
nasrani datang ke Mekkah dengan
membawa pasukan bergajah dengan niat
mau merobohkan Ka'bah. Dia bernama
Abrahah. Tidak ada keterangan Abrahah
ini keturunan atau berdarah Israil, tetapi
yang jelas dia seorang pemeluk agama
nasrani. Bahkan motivasinya datang ke
Mekkah untuk merobohkan Ka'bah tidak
lain karena di Yaman ada gereja yang
besar, dan dia ingin agar orang-orang
Arab beribadah ke gerejanya dan bukan
ke Ka'bah.
Ketika Nabi SAW mengutus dua
shahabatnya ke Yaman, beliau
memberikan arahan bahwa keduanya
akan berdakwah ke negeri yang
penduduknya termasuk ahli kitab.
Padahal mereka tidak berdarah Israil.
Fakta yang kedua, raja dan rakyat
Habasyah di Afrika. Sekarang negeri ini
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 4 Bab 1 : Pernikahan Lain Agama

disebut Ethiopia. Raja dan penduduknya


tentu berdarah Afrika dengan ciri kulit
hitam dan rambut keriting sesuai ras
benua itu.
Dan ras Bani Israil di Palestina tentu
tidak ada yang berwarna kulit hitam
dengan rambut keriting dan hidung
mancung ke dalam. Kalau kita
sandingkan ras Bani Israel dengan ras
orang Afrika, maka jelas sekali
perbedaannya dengan hanya sekali lirik
saja.
Namun raja negeri Habasyah, An-
Najasyi, jelas-jelas beragama nasrani
sebagaimana disebutkan dalam sirah
Nabawiyah. Dan Rasulullah SAW sengaja
mengirim para shahabatnya berhijrah ke
Habasyah karena tahu bahwa raja dan
rakyatnya beragama nasrani.
Maka klaim bahwa status ahli kitab itu
hanya untuk ras Bani Israil saja tidak
berlaku dan tidak dilakukan oleh
Rasulllah SAW. Beliau lebih memandang
bahwa siapa saja yang mengaku dan
berikrar bahwa dirinya seorang pemeluk
agama nasrani, maka kita perlakukan dia
sesuai dengan pengakuannya, bukan
berdasarkan kualitas pelaksanaan
ajarannya, juga bukan dari ras atau
warna kulitnya.
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 4 Bab 1 : Pernikahan Lain Agama

Maka dua argumentasi yang


dikemukakan oleh mereka yang
mengatakan sudah tidak ada lagi ahli
kitab di masa sekarang adalah
argumentasi yang lemah, dan ditolak
serta tidak sesuai dengan praktek
langsung yang dilakukan oleh Rasulullah
SAW. Hal itu berarti, wanita yahudi dan
nasrani hari ini hukumnya tetap halal dan
sah untuk dinikahi, karena status mereka
tetap masih sebagai ahli kitab.
c. Yahudi dan Nasrani Syirik Tapi
Bukan Musyrik
Penggunaan istilah al-musyrikinin (
ْ‫ )المشركين‬di dalam Al-Quran berbeda makna
dengan perbuatan yang bernilai syirik.
Istilah al-musyrikin mengacu kepada
orang-orang yang memeluk satu agama
tertentu, yang disebut sebagai agama
syirik, yaitu agama yang menyembah
berhala, seperti yang dianut oleh orang-
orang Arab Quraisy di masa itu. Jenis
yang lain dari agama musyirikin adalah
agama samawi, yaitu agama yang turun
dari langit, seperti yahudi, nasrani dan
Islam.
Adapun istilah perbuatan syirik yang
kita kenal umumnya, punya makna
lainya. Perbuatan yang bernilai syirik itu
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 4 Bab 1 : Pernikahan Lain Agama

mungkin saja terjadi pada diri orang-


orang Islam, tanpa dia harus kehilangan
status keislamannya. Ketika umat Islam
percaya kepada ramalan bintang,
percaya pada undian nasib, atau
paranormal, bahkan memberi sesaji
kepada roh-roh tertentu, semua
perbuatan itu jelas merupakan perbuatan
terlarang dan dianggap syirik, tetapi kita
tetap tidak bisa memvonis mereka
sebagai orang kafir yang murtad keluar
dari agama Islam. Secara status kita
tetap memasukkan mereka sebagai umat
Isalam.
Kalau kita cermati lebih jauh, dalam
pengistilahan Al-Quran ternyata istilah
musyrik itu memang dibedakan dengan
ahli kitab, meski kedua sama-sama
termasuk agama kafir .
‫ء‬ ‫سل َيككءن َالءذين َسكسفروا َءمن َأسمهءل َالمءكستَاَ ء‬
‫ب َسوالمكممشءرك س‬
‫ي‬ ‫س ك م‬ ‫مس‬
Orang-orang kafir yakni ahli kitab dan orang-orang musyrik
(QS. Al-Bayyinah : 1)

Tetapi orang yang mengerjakan


perbuatan syirik tidak otomatis menjadi
orang musyrik. Sebab ketika Al-Quran
menyebut istilah ''orang musyrik'', yang
dimaksud adalah orang kafir, bukan
sekedar orang yangmelakukan perbuatan
syirik. Apakah kalau ada seorang muslim
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 4 Bab 1 : Pernikahan Lain Agama

datang ke kuburan karena dia kurang


ilmunya, lalu meminta kepada kuburan,
lantas dia langsung jadi kafir? Apakah
seorang yang percaya dengan ramalan
bintang (zodiak) itu juga bukan muslim?
Bukankah ketika seorang bersikap riya
juga merupakan bagian dari syirik juga?
Tentu tidak, orang yang terlanjur
berlaku riya' tentu tidak bisa disamakan
dengan orang musyrik penyembah
berhala yang pasti masuk neraka.
Bukankah bila seorang datang kepada
dukun, percaya pada ramalan bintang,
percaya kepada burung yang terbang
melintas, percaya bahwa ruh dalam
kubur bisa mendatangkan bahaya dan
sejenisnya juga merupakan perbuatan
syirik? Dan berapa banyak umat Islam
yang hingga hari ini masih saja berkutat
dengan hal itu? Tentu saja mereka tidak
bisa dikatakan kafir, non muslim atau
pun dikatergorikan sebagai pemeluk
agama paganis dan penyembah berhala.
Sebab ayat yang mengharamkan
muslim menikahi wanita musyrik itu
maksudnya adalah wanita yang belum
masuk Islam. Bukan orang yang pernah
melakukan perbuatan yang termasuk
kategori syirik. Dan perbuatan syirik yang
mereka lakukan itu tidaklah membuat
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 4 Bab 1 : Pernikahan Lain Agama

mereka keluar dari Islam.


Yang dimaksud dengan orang musyrik
yang tidak boleh dinikahi juga bukan non-
muslim ahli kitab (nasrani atau yahudi).
Tetapi yang dimaksud adalah mereka
yang beragama majusi yang menyembah
api, atau agama para penyembah
berhala seperti kafir Quraisy di masa lalu.
Dan bisa juga agama para penyembah
matahari seperti agamanya orang jepang
dan lainnya.
Musyrikin itu dalam hukum Islam
dibedakan dengan ahli kitab, meski
sama-sama kafirnya. Pemeluk agama ahli
kitab itu secara hukum masih
mendapatkan perlakuan yang khusus
ketimbang pemeluk agama berhala
lainnya. Misalnya tentang kebolehan bagi
laki-laki muslim untuk menikahi wanita
ahli kitab. Juga tentang kebolehan umat
Islam memakan daging sembelihan
mereka. Sesuatu yang secara mutlak
diharamkan bila terhadap kafir selain ahli
kitab.
F. Hikmah Larangan dan Kebolehan
Lepas dari kebolehan syariah bagi
laki-laki muslim untuk menikahi wanita
ahli kitab (kristen atau yahudi), namun
dalam kasus tertentu dan pertimbangan
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 4 Bab 1 : Pernikahan Lain Agama

tertentu, boleh saja ada semacam


warning untuk tidak
memperbolehkannya.
Di masa lalu, Amirul Mukminin Umar
bin Al-Khattab radhiyallahuanhu pernah
melarang beberapa shahabat untuk
menikahi wanita ahli kitab, di antaranya
Hudzaifah ibnul Yaman radhiyallauhanhu,
yang beristrikan seorang wanita ahli
kitab. Umar memerintahkannya untuk
menceraikan istrinya, namun Hudzaifah
menjawab,"Apakah Anda berfatwa bahwa
menikahi wanita ahli kitab itu haram,
sehingga Aku harus menceraikannya?".
Umar menjawab,"Aku tidak bilang haram,
namun aku khawatir kamu mengambil
seorang pelacur dari mereka".
Hal yang sama juga terjadi pada diri
Thalhah bin Ubaidillah, dimana khalifah
Umar bin Al-Khattab radhiyallahuanhuma
memerintahkannya menceraikan wanita
ahli kitab yang telah dinikahinya.
Mengingat kondisi kita di Indonesia,
pernikahan campur memang sudah
sangat merugikan umat Islam. Sebab
proses pemurtadan yang selama ini
berlangsung memang di antaranya
melalui nikah beda agama.
Sebuah fenomena yang berbeda
dengan keadaan umat Islam di Barat.
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 4 Bab 1 : Pernikahan Lain Agama

Pernikahan campur di sana ternyata


malah bernilai positif, karena dengan
menikahnya laki-laki muslim dengan
wanita ahli kitab, terjadilah proses
Islamisasi yang dahsyat.
Yang kedua adalah berkaitan dengan
pendidikan anak. Sebagaimana kita tahu
orang yang paling berpengaruh dalam
pendidikan anak adalah ibu, karena
umumnya ibu lebih dekat dengan
mereka. Kalau ibu mereka bukan
muslimah, pendidikan Islam seperti apa
yang akan mereka terima. Belum lagi
kalau anak-anak itu belajar aqidah yang
intinya akan menyimpulkan bahwa orang
yang bukan muslim akan masuk neraka.
Bagaimana perasaan mereka bila tahu
bahwa ibu mereka pasti masuk neraka
karena bukan muslimah?

Bab 2 : Nikah Mut’ah

A. Pengertian
1. Bahasa
Kata mut’ah (‫ )ممحتععة‬dalam bahasa Arab
berasal dari kata mataa’ (‫ )عمتعككككاع‬yang
bermakna kesenangan. Sebagaimana
firman Allah SWT :
‫ع َإءسل َءح د‬
‫ي‬ ‫سولسككمم َءف َالسمر ء‬
‫ض َكممستَسسسققر َسوسمستَاَ ق‬
Bagi kamu ada tempat kediaman di bumi dan kesenangan
hidup sampai waktu yang ditentukan. (QS. Al-Baqarah : 36)

2. Istilah
Sedangkan secara syariah, kata
mut’ah setidaknya punya beberapa
makna dan pengertian yang berbeda,
sesuai dengan namanya. Ada nikah
mut’ah, mut’ah haji dan mut’ah cerai.
Ketiganya meski sama-sama
menggunaan istilah mut’ah tetapi
perngertian masing-masing berbeda.
a. Nikah Mut’ah
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 4 Bab 2 : Nikah Mut’ah

Nikah mut’ah adalah sebuah


pernikahan dimana seorang laki-laki
mengatakan kepada seorang perempuan
kalimat seperti : aku menikmati tubuhmu
untuk jangka waktu tertentu dengan
uang ini.
Dikatakan dengan jangka waktu
tertentu karena hubungan pernikahan
dengan sendirinya akan berakhir bila
telah jatuh tempo tanpa harus ada
proses talak. Baik jangka waktu itu
ditentukan dengan definitif hari atau
tanggalnya, ataupun disebutkan secara
umum, seperti selama musim dingin.
Dalam tulisan ini, nikah mut’ah inilah
yang menjadi objek pembahasan kita.
b. Mut’ah Haji
Dalam ibadah haji juga dikenal istilah
mut’ah, yaitu haji tamattu’. Haji tamattu’
adalah salah satu metode mengerjakan
haji, dimana orang yang telah tiba di
tanah haram tidak langsung
mengerjakan ibadah haji dengan terus
berihram, tetapi berhenti dari berihram
sambil menunggu masuknya hari Arafah.
Haji dengan metode tamattu’ ini
disyariatkan dalam firman Allah SWT :
ِ‫فسسممن َسستَتلسع َءباَلمعكممسرءة َإءسل َاملسنج َفسسماَ َامستَسسميسسسر َءمسن َاملسمدءي‬
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 4 Bab 2 : Nikah Mut’ah

Apabila kamu telah aman, maka bagi siapa yang ingin


bertamattu’ dengan mengerjakan umrah sebelum haji, maka
sembelihlah hewan yang mudah didapat. (QS. Al-Baqarah :
196)

c. Pemberian Harta dalam


Perceraian
Mut’ah juga sebuah istilah yang
digunakan sebagai harta yang diberikan
oleh suami kepada istri ketika terjadi
pernikahan, yang sifatnya bukan
kewajiban melainkan hanya sebagai
anjuran.
Dasarnya adalah firman Allah SWT :
‫ف َحيقاَ َعسلىَ َالم تَ ء‬
‫ء‬ ‫ء‬
‫ت َمستَاَ ق ء‬ ‫ء‬
‫ي‬
‫ملق س‬ ‫ع َباَلمسممعكرو س س ك‬ ‫سولملكمطسلسقاَ س‬
Kepada wanita-wanita yang diceraikan berilah mut'ah
(harta) menurut yang ma'ruf, sebagai suatu hak atas orang-
orang yang bertakwa. (QS. Al-Baqarah : 241)

B. Pernah Dibolehkan Lalu Diharamkan


Pada awalnya nikah mut’ah hukumnya
dibolehkan, namun setelah itu
diharamkan. Hukum kebolehannya
dicabut dan diganti menjadi haram.
Kalau diteliti lebih jauh, diantara
hikmah awalnya dibolehkan kawin
mut'ah waktu itu, ialah karena
masyarakat Islam waktu itu masih dalam
suatu perjalanan yang kita istilahkan
dengan masa transisi, masa peralihan
dari jahiliah kepada Islam.
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 4 Bab 2 : Nikah Mut’ah

Sedang perzinaan di masa jahiliah


merupakan satu hal yang biasa dan
tersebar di mana-mana. Maka setelah
Islam datang dan menyerukan kepada
pengikutnya untuk pergi berperang, dan
jauhnya mereka dari isteri merupakan
suatu penderitaan yang cukup berat.
Sebagian mereka ada yang imannya kuat
dan ada pula yang lemah. Yang imannya
lemah, akan mudah untuk berbuat zina
sebagai suatu perbuatan yang keji dan
cara yang tidak baik.
Sedang bagi mereka yang kuat
imannya berkeinginan untuk kebiri dan
mengimpotenkan kemaluannya, seperti
apa yang dikatakan oleh Ibnu Mas'ud
radhiyallahuanhu :
‫ َأسسل َنسستَسخ ء‬:َ َ‫ َفسسكقملسنا‬.َ ‫لسيس َلسسناَ َنءساَء‬َ َ ‫ككلناَ َنسسمغزو َمع َرسوُل َاللءه‬
ِ‫صسسي‬ ‫م م‬ ‫سق‬ ‫م س‬ ‫ك سس سك‬
‫ك َ كلث َرلخص َأسمن َنسسمنءكح َالممرأسسة َءباَلثلسوُ ء‬
‫ب َإءسل َأسسجدل‬ ‫ء‬
‫م‬ ‫س سم‬ ‫؟ َفسسنسسسهاَسناَ َسعمن َسذل س س س‬
Kami pernah berperang bersama Rasulullah SAW sedang
isteri-isteri kami tidak turut serta bersama kami, kemudian
kami bertanya kepada Rasulullah, apakah boleh kami
berkebiri? Maka Rasulullah SAW melarang kami berbuat
demikian dan memberikan rukhshah supaya kami kawin
dengan perempuan dengan maskawin baju untuk satu waktu
tertentu. (HR. Bukhari dan Muslim)

Dengan demikian, maka


dibolehkannya kawin mut'ah adalah
sebagai suatu jalan untuk mengatasi
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 4 Bab 2 : Nikah Mut’ah

problema yang dihadapi oleh kedua


golongan tersebut dan merupakan
jenjang menuju diundangkannya hukum
perkawinan yang sempurna, dimana
dengan hukum tersebut akan tercapailah
seluruh tujuan perkawinan seperti:
terpeliharanya diri, ketenangan jiwa,
berlangsungnya keturunan, kecintaan,
kasih-sayang dan luasnya daerah
pergaulan kekeluargaan karena
perkawinan itu.
Sebagaimana al-Quran telah
mengharamkan khamar dan riba dengan
bertahap, dimana kedua hal tersebut
telah terbiasa dan tersebar luas di zaman
jahiliah, maka begitu juga halnya dalam
masalah haramnya kemaluan, Rasulullah
SAW menempuh dengan jalan bertahap
juga. Misalnya tentang mut'ah,
dibolehkannya ketika terpaksa, setelah
itu diharamkannya.
Seperti apa yang diriwayatkan oleh Ali
dan beberapa sahabat yang lain, antara
lain sebagai berikut:
Dari Saburah al-Juhani, sesungguhnya ia pernah berperang
bersama Nabi SAW dalam peperangan fathu Makkah,
kemudian Nabi memberikan izin kepada mereka untuk kawin
mut'ah. Katanya: Kemudian ia (Saburah) tidak pernah keluar
sehingga Rasulullah SAW mengharamkan kawin mut'ah itu.
(HR. Muslim)

Dalam satu riwayat dikatakan:


Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 4 Bab 2 : Nikah Mut’ah

:َ َ ‫ َفسسسقسساَل َسركسسسوُل َاللسءه‬.َ ‫سخسرمجسناَ َسوسمسعسناَ َالنسسسساَكء َالللءتسس َامسستَسممتَسسمعسناَ َءبءسنن‬


‫كهلن َسحسراقم َإءسل َيسسموُءم َالمءقسياَسمءة‬
Kami pernah bepergian dan para wanita yang pernah
kaminkahi secara mut’ah ikut bersama kami. Maka
Rasulullah SAW bersabda,”Para wanitai itu haram sampai
hari kiamat. (HR. Muslim)

Tetapi apakah haramnya mut'ah ini


berlaku untuk selama-lamanya seperti
halnya kawin dengan ibu dan anak,
ataukah seperti haramnya bangkai,
darah dan babi yang dibolehkan ketika
dalam keadaan terpaksa dan takut
berbuat dosa?
Menurut pendapat kebanyakan
sahabat, bahwa haramnya mut'ah itu
berlaku selama-lamanya, tidak ada
sedikitpun rukhshah, sesudah hukum
tersebut diundangkan.
Tetapi Ibnu Abbas berpendapat lain, ia
berpendapat boleh ketika terpaksa, yaitu
seperti tersebut di bawah ini:
Ada seorang yang bertanya kepadanya tentang kawin
mut'ah, kemudian dia membolehkannya. Lantas seorang
bekas hambanya bertanya,"Apakah yang demikian itu dalam
keadaan terpaksa dan karena sedikitnya jumlah wanita atau
yang seperti itu? Ibnu Abbas menjawab," Ya!" (HR. Bukhari)

Kemudian setelah Ibnu Abbas


menyaksikan sendiri, bahwa banyak
orang-orang yang mempermudah
persoalan ini dan tidak membatasi dalam
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 4 Bab 2 : Nikah Mut’ah

situasi yang terpaksa, maka ia hentikan


fatwanya itu dan ditarik kembali.
C. Dalil Haramnya Nikah Mut'ah
Allah SWT dan Rasulullah SAW telah
mengharamkan nikah mut’ah itu sejak
dahulu. Meski pernah dibolehkan, namun
pengharamannya jelas, terang, nyata
dan sama sekali tidak ada keraguan di
dalamnya.
Dalil yang mengharamkan nikah
mut'ah adalah :
1. Al-Quran Al-Karim
Al-Quran Al-Karim sama sekali tidak
pernah menghalalkannya, sehingga nikah
mut'ah itu tidak pernah dihalalkan oleh
Al-Quran Al-Karim. Sebaliknya, justru Al-
Quran mengharamkan nikah mut’ah,
sebagaimana yang kita pahami dari ayat
berikut ;
‫ء‬ ‫سوا سل سءذيسن َكهس سمم َلءكفكروءجءهس سمم َسح سساَفءكظوُسن َإء ل‬
‫ل َسعلسسسىَ َأسمزسواجءهس سمم َأسمو َسم سساَ َسملسسكس س م‬
‫ت‬
‫ء‬
‫ي‬‫غيسكر َسمكلوُم س‬‫أسمسياَنسككهمم َفسءإنسلكهمم َ سم‬
Dan orang-orang yang menjaga kemaluannya, kecuali
terhadap istri-istri mereka atau budak yang mereka miliki,
maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela. (QS.
Al-Mukminun : 5-6)

Ayat ini mengharamkan seseorang


melakukan hubungan seksual kecuali
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 4 Bab 2 : Nikah Mut’ah

hanya dengan istri yang sah atau budak.


Sedangkan nikah mut’ah itu menjadikan
pasangan itu sebagai suami istri,
melainkan sekedar ingin menghalalkan
hubungan seksual, sesuai dengan
namanya, yaitu sekedar bersenang-
senang.
Ibnu Abbas radhiyallahuanhu
berkomentar atas ayat ini bahwa semua
faraj wanita kecuali istri atau budak,
hukumnya haram.
2. Hadits Rasulullah SAW
Ada begitu banyak hadits nabawi
yang secar tegas mengaramkan nikah
mut’ah. Tentunya selain jelas, hadits-
hadits itu mencapai derajat yang shahih,
sehingga tidak alasan bagi kita saat ini
untuk menghalalkannya.
‫ت َلسككسمم َءفسس َاءلمسستَءممستَاَءع َءمسسن َالنسسسساَءء‬ ‫يسساَ َأسيسضهسساَ َالنسلساَس َإءننسس َقسسمد َككمنس ء‬
‫ت َأسذنمس ك‬ ‫ك‬ ‫ك‬ ‫س س‬
‫ك َإءسل َيسسموُءم َالمءقسياَسمءة‬ ‫ء‬
‫سوإءلن َاللسه َقسمد َسحلرسم َذسل س‬
Dari Ar-Rabi’ bin Sabrah Al-Juhani berkata bahwa ayahnya
berkata kepadanya bahwa Rasulullah SAW bersabda,”Wahai
manusia, dahulu aku mengizinkan kamu nikah mut’ah.
Ketahuilah bahwa Allah SWT telah mengharamkannya
sampai hari kiamat. (HR. Muslim).

َ‫ت َلءسممن َ سمل َ سءيسمد َفسسلسلمسا‬ ‫ء‬ ‫ء‬


‫ َإءلسناَ َسكاَنس م‬:َ ‫سعءن َالمكممتَسسعة َسوسقاَل‬َ َ ‫نسسسهىَ َسركسوُل َالله‬
‫ء ء‬ ‫نسسسزل َالنسكاَكح َسوالطللسكق َسوالمعءلدكة َسوالمءمسيا ك‬
‫ت‬‫ي َاللزموءج َسوالمسممرأسة َنكسسخ م‬ ‫ث َبسس م س‬
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 4 Bab 2 : Nikah Mut’ah

Dari Ali bin Abi Thalib radhiyallahuanhu bahwa Rasulullah


SAW mengharamkan nikah mut’ah. Beliau berkata,”Nikah
mut’ah itu hanya berlaku buat mereka yang belum
mendapatkannya. Namun ketika turun syariat tentang nikah,
talak, iddah dan waris di antara suami istri, maka nikah
mut’ah itu dihapus.(HR. Ath-Thabarani)

‫ء‬ ‫ء‬ ‫ء‬ ‫ءل‬


‫إ سناَ َسكاَنست َالمكممتَسسعكة َف َأسلول َالممسلسم َسكاَسن َاللركجل َيسسمقسسدكم َاملبسسمل سدسة َلسميس س‬
‫س َلسسهك‬
‫ءبسسساَ َسممعءرفسسقة َفسسيستَس سسزلوكج َالمسمسمرأسسة َبءسقسمدءر َسمسساَ َيسسسرىَ َأسنلسكه َيكءقيسكم َفسستَسمحسفس ك‬
‫ظ َلسسكه َسمتَسسساَسعهك‬
‫ َسوالسءذيسن َكهسمم َلءكفكروءجءهسمم َسحسساَفءكظوُسن َإءلل‬:َ ‫ت‬ ‫وتكصسلءح َلسسه َسشسأمنسه َحلتسس َنسسزلسس ء‬
‫س م ك ك ك س س‬
‫ء‬
‫سعسلىَ َأسمزسواجءهمم َأسمو َسماَ َسملسسك م‬
َ ‫ت َأسمسياَنسككهمم‬
Abdullah bin Abbas radhiyallahuanhu berkata bahwa nikah
mut’ah itu disyariatkan di awal-awal pensyariatan. Saat itu
seseorang yang mengembara di suatu negeri tanpa punya
pengetahuan berapa lama akan tinggal, lalu dia menikah
dengan seorang wanita sekadar masa bermukim di negeri itu,
istrinya itu memelihara hartanya dan mengurusinya, hingga
turunnya ayat : orang-orang yang menjaga kemaluannya
kecuali kepada istrinya dan budaknya. (HR. At-Tirmizy)

3. Ijma' Seluruh Ummat Islam


Seluruh shahabat nabi sepakat
mengharamkan nikah mut’ah, di
antarana Abu Bakar, Umar, Ali bin Abi
Thalib, Abdullah bin Zubair, Abu Hurairah
ridhwanullahi’alaihim dan yang lainnya.
Para tabi’in, atbaut-tabiin dan seluruh
umat Islam sepanjang masa telah sampai
pada posisi ijma’ tentang
pengharamannya. Semua sepakat
menyatakan bahwa dalil yang pernah
menghalalkan nikah mut'ah itu telah
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 4 Bab 2 : Nikah Mut’ah

dimansukhkan sendiri oleh Rasulullah


SAW.
4. Ali Mengharamkan Nikah Mut'ah
‫ء‬ ‫ع سن َعلءسيِ َبسءن َأسءبسس َطسسساَلء د ء‬
‫صسللىَ َاللسهك‬
‫ب َسرضسسيِ َاللسكه َسعمن سكه َأسلن َسركسسسوُسل َاللسه َ س‬ ‫سم س ن م‬
‫سعلسميءه َسوسسلسم َنسسسهىَ َسعمن َكممتَسسعءة َالنسساَءء َيسسموُسم َسخميبسسسر َسوسعمن َأسمكسءل َكلسكسوُءم َاملككمسءر‬
‫ا مءلنمءسيلءة‬
Dari Ali bin Abi Thalib bahwa Rasulullah SAW telah
mengharamkan menikah mut’ah dengan wanita pada perang
Khaibar dan makan himar ahliyah. (HR. Bukhari dan
Muslim).

Hadits ini diriwayatkan oleh dua tokoh


besar dalam dunia hadits, yaitu Al-
Bukhari dan Muslim. Mereka yang
mengingkari keshahihahn riwayat dua
tokoh ini tentu harus berhadapan dengan
seluruh umat Islam.
Bahkan sanad pertamanya langsung
dari Ali bin Abi Thalib sendiri. Sehingga
kalau ada kelompok yang mengaku
menjadi pengikut Ali ra tapi
menghalalkan nikah mut'ah, maka dia
telah menginjak-injak hadits Ali bin Abi
Thalib. Sesungguhnya kaum seperti
harus diperangi sampai akhir zaman,
sebab menjatuhkan wibawa seorang ahli
bait Rasulullah. Ali bin Abi Thalib adalah
seorang shahabat Rasululah yang agung,
besar dan punya posisi yang sangat
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 4 Bab 2 : Nikah Mut’ah

tinggi di sisi beliau. Bagaimana mungkin


ada orang yang mengaku ingin menjadi
pengikutnya tapi menginjak-injak
haditsnya.
Al-Baihaqi menaqal dari Ja'far bin
Muhammad bahwa beliau ditanya
tentang nikah mutah dan jawabannya
adalah bahwa nikah mut’ah itu adalah
zina itu sendiri.
5. Tidak Sesuai Dengan Tujuan
Pernikahan
Nikah mut’ah sama sekali tidak
sejalan dengan tujuan dari pernikahan
secara umum, karena tujuannya bukan
membangun rumah tangga sakinah.
Sebaliknya tujuannya semata-mata
mengumbar hawa nafsu dengan imbalan
uang.
Nikah mut'ah adalah ikatan seorang
laki-laki dengan seorang perempuan
dalam batas waktu tertentu dengan upah
tertentu pula. Oleh karena itu tidak
mungkin perkawinan semacam ini dapat
menghasilkan arti sebuah pernikahan
dan rumah tangga.
Kawin mut'ah ini pernah
diperkenankan oleh Rasulullah SAW
sebelum stabilnya syariah Islamiah, yaitu
diperkenankannya ketika dalam
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 4 Bab 2 : Nikah Mut’ah

bepergian dan peperangan, kemudian


diharamkannya untuk selama-lamanya.
6. Tidak Berorientasi Mendapatkan
Keturunan
Perkawinan dalam Islam adalah suatu
ikatan yang kuat dan perjanjian yang
teguh yang ditegakkan di atas landasan
niat untuk bergaul antara suami-isteri
dengan abadi, supaya dapat memetik
buah kejiwaan yang telah digariskan
Allah dalam al-Quran, yaitu
ketenteraman, kecintaan dan kasih
sayang. Sedang tujuannya yang bersifat
duniawi yaitu demi berkembangnya
keturunan dan kelangsungan jenis
manusia. Seperti yang diterangkan Allah
dalam al-Quran:
‫سواللسن سكه َسجسعس سسل َلسككسسم َنمس سمن َسأنكفءسس سككمم َأسمزسواججسساَ َسوسجسعس سسل َلسككسسم َنمس سمن َأسمزسواءجككسسم‬
‫ت َاللنسءه‬ ‫بنءي َوحسفسسدجة َورزقسككسم َنمسن َالطلينبساَ ء‬
‫ت َأسفسءباَلمباَءطسءل َيسمؤءمنسكسوُسن َوبءنءعمس ء‬
‫س مس‬ ‫س ك‬ ‫س س‬ ‫س س س س سسس‬
‫كهمم َيسمككفكروسن‬
Allah telah menjadikan jodoh untuk kamu dari jenismu
sendiri, dan Ia menjadikan untuk kamu dari perjodohanmu
itu anak-anak dan cucu. (QS. An-Nahl: 72)

Apalagi bila dikaitkan bahwa tujuan


pernikahan adalah untuk mendapatkan
keturunan yang shalih dan shalihat.
Semua itu jelas tidak akan tercapai
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 4 Bab 2 : Nikah Mut’ah

lantararan nikah mut’ah memang tidak


pernah bertujuan untuk mendapatkan
keturunan. Tetapi untuk menikmatan
seksual sesaat. Tidak pernah terbersit
untuk nantinya punya keturunan dari
sebuah nikah mut'ah. Bahkan ketika
dahulu sempat dihalalkan di masa Nabi
yang kemudian segera diharamkan, para
shahabat pun tidak pernah berniat
membentuk rumah tangga dari nikah
mut'ah itu.
7. Umar Merajam Pelaku Nikah
Mut'ah.
Ungkapan bahwa nikah mut'ah itu
adalah zina dibenarkan oleh Umar bin Al-
Khattab radhiyallahuanhu. Dan sebagai
sebuah kemungkaran, pelaku nikah
mut'ah diancam dengan hukum rajam,
karena tidak ada bedanya dengan zina.
Umar telah berkata bahwa Rasulullah
SAW memberi izin untuk nikah mut’ah
selama tiga hari lalu beliau
mengharamkannya. Lebih lanjut tentang
pelaku nikah mut'ah ini, fuqaha dari
kalangan shahabat yang agung itu
berkata,"Demi Allah, takkan kutemui
seorang pun yang menikah mut’ah
padahal dia muhshan kecuali aku
merajamnya".
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 4 Bab 2 : Nikah Mut’ah

D. Faktor Tidak Sahnya Nikah Mut’ah


Jumhur ulama yaitu mazhab Al-
Hanafiyah, Al-Malikiyah, Asy-Syafi’iyah
dan Al-Hanabilah sepakat bahwa nikah
mut'ah itu haram dan nikah mut’ah itu
bukan termasuk jenis pernikahan yang
sah.
Tidak sahnya nikah mut’ah karena
ada beberapa rukun yang paling
fundamental dari sebuah pernikahan
yang tidak dijalankan, antara lain :
1. Tidak Ada Saksi
Nikah mut’ah itu adalah nikah yang
tidak membutuhkan saksi dalam
akadnya. Cukup akad itu dilakukan oleh
seorang laki-laki dengan seorang
perempuan. Padahal tanpa adanya saksi,
apalagi akadnya dirahasikan segala,
jelaslah bahwa nikah itu tidak sah dilihat
dari sudut pandang manapun. Ungkapan
bahwa saksi nikah mut’ah itu adalah
Allah jelas merupakan ungkapan yang
salah kaprah dalam hukum. Sebab
peristiwa akad nikah itu peristiwa hukum
yang bersifat horizontal antara manusia
dan juga vertikal dengan Allah, maka
kehadiran saksi yang berwujud manusia
dengan segala syaratnya adalah mutlak.
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 4 Bab 2 : Nikah Mut’ah

2. Tidak Ada Wali


Nikah mut’ah menjadi haram karena
umumnya nikah itu tidak melibatkan wali
dari pihak wanita.
Padahal jumhur ulama, kecuali
mazhab al-Hanafiyah, mewajibkan
adanya wali dari pihak wanita dalam
sebuah akan nikah. Bahkan justru wali
itulah yang sesungguhnya melakukan
ijab kepada calon menantunya.
3. Masa Yang Terbatas
Salah satu faktor mengapa nikah
mut’ah itu menjadi haram hukumnya
adalah faktor terbatasnya waktu berlaku.
Sementara sebuah pernikahan itu punya
masa berlaku abadi dan selamanya, di
dunia ini. Bahkan sebagian ulama
menegaskan bahwa hubungan suami istri
itu akan langgeng sampai ke surga.
Dengan dibatasi waktu berlakunya,
dimana bila telah jatuh tempo hubungan
suami istri itu dengan sendirinya
terputus, maka nikah mut’ah jelas bukan
sebuah akad nikah yang sah dalam
pandangan syariah.
Sebab terurainya hubungan suami
istri itu kalau lewat talak tentu lewat
kematian. Dan tidak ada yang ditetapkan
masa berlakunya akan expired bila usia
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 4 Bab 2 : Nikah Mut’ah

pernikahan itu telah berjalan sekian


bulan.
E. Konsekuensi Hukum Nikah Mut’ah
Apabila sebuah nikah mut’ah terlanjur
terjadi, para ulama menegaskan ada
beberapa konsekuensi hukum yang perlu
untuk diperhatikan, antara lain :
1. Tidak Saling Mewarisi
Seorang laki-laki yang melakukan
nikah mut’ah dengan seorang
perempuan, pada hakikatnya bukan
suami istri, maka mereka tidak saling
mewarisi, bila salah satunya meninggal
dunia. Istri tidak akan mendapat warisan
dari harta suaminya bila suaminya itu
wafat. Hal yang sama juga berlaku
sebaliknya, suami tidak berhak menerima
warisan dari harta istrinya bila istrinya itu
meninggal dunia. Sebab keduanya bukan
pasangan suami istri yang sah.
2. Tidak Ada Talak, Rujuk, Dzhihar
dan lainnya
Talak dengan segala konsekuensi
hukumnya hanya berlaku dan terjadi bila
seorang suami mengucapkan lafadz talak
kepada istrinya, dimana istri itu adalah
wanita yang dengan sah dinikahinya.
Sedangkan dalam hukum nikah
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 4 Bab 2 : Nikah Mut’ah

mut’ah, laki-laki itu bukan suami bagi


perempuan, maka otomatis juga tidak
dikenal istilah talak. Maka tidak ada talak
satu, talak dua atau talak tiga. Kalau pun
laki-laki itu mengucapkan lafadz talak
1000 kali, tetap saja talak itu tidak
berlaku dan tidak ada konsekuensi
hukumnya.
Selain tidak berlaku hukum talak, juga
tidak berlaku rujuk, dhihar, ilaa’ dan
seterusnya. Karena pasangan itu bukan
suami istri yang sah.
3. Bukan Muhshan
Orang yang menikah dengan cara
mut’ah, tidak termasuk orang yang
sudah muhshan, yaitu seorang yang
telah melakukan hubungan sex secara
sah dan dibenarnya secara syariah.
Sebagaimana kita tahu, seorang yang
muhshan apabila berzina, hukumannya
berbeda dengan seorang yang bukan
muhshan. Pezina muhshan hukumanya
dirajam sampai mati, sedangkan pezina
yang bukan muhshan, hukumannya
dicambuk 100 kali dan diasingkan selama
setahun.
F. Hukuman Buat Pelaku
Para ulama berbeda pendapat,
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 4 Bab 2 : Nikah Mut’ah

apakah pelaku nikah mut’ah harus


dijatuhkan hukum hudud, yaitu rajam
atau cambuk 100 kali dan diasingkan
selama setahun.
1. Tidak Dihukum Hudud
Orang yang melakukan nikah mut’ah
memang melakukan zina, namun jumhur
ulama tidak mengharuskan untuk dirajam
atau dicambuk 100 kali.
Dalilnya karena secara prinsip, hukum
hudud itu harus dihindari bila masih ada
ketidak-jelasan atau syubuhat. Dan
adanya perbedaan pendapat, atau
adanya pendapat yang meski sangat
lemah, yang membolehkan nikah mut’ah,
menjadi salah satu bentuk ketidak-
jelasan atau syubuhatnya. Sehingga
pelaku nikah mut’ah, meski dianggap
zina dan berdosa, namun tidak perlu
dijatuhkan hukum hudud menurut jumhur
ulama.
2. Dihukum Hudud
Sebagian ulama di kalangan mazhab
Al-Malikiyah dan Asy-Syafi’iyah
berpendapt bahwa karena nikah mut’ah
itu 100% adalah zina yang nyata, maka
pelakunya harus dijatuhi hukuman
sebagaimana layaknya pelaku zina.
Merajam atau mencambuk pelaku
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 4 Bab 2 : Nikah Mut’ah

nikah mut’ah karena disamakan dengan


pelaku zina pernah dahulu dilakukan oleh
Umar radhiyallahuanhu.
‫أسءذسن َلسنسسساَ َءفس َالمكممتَسسعسءة َثسلسثسجساَ َكثسلس َسحلرسمسهساَ َسواللسءه َسل َأسمعلسسكم‬َ َ ‫إءلن َسركسسسوُل َاللسءه‬
‫ل َسرسجمتَككه َءباَملءسجاَسرءة‬
‫صقن َإء ل‬ ‫أسسحجدا َسستَتلسع َسوكهسوُ َ كمم س‬
Sesungguhnya Rasulullah SAW pernah mengizinkan kami
untuk nikah mut’ah selama tiga kemudian beliau
mengharamkannya. Demi Allah, tidak seorang pun yang
melakukan nikah mut’ah sedangkan dia seorang muhshan,
kecuali pasti aku akan merajamnya dengan batu. (HR. Ibnu
Majah)

G. Hikmah Diharamkannya Nikah Mut’ah


Ketika Allah SWT mengharamkan
suatu perbuatan, biasanya ada dampak
negatif yang timbul bila larangan itu
dilanggar. Di antara sekian banyak
dampak negatif dari nikah mut’ah adalah
beredarnya penyakit kelamin semacam
spilis, raja singa dan sejenisnya di
kalangan mereka yang menghalalkannya.
Karena pada hakikatnya nikah mu’tah
itu memang zina. Maka penyakit yang
muncul tidak jauh-jauh dari penyakit
khas para pezina, yaitu penyakit kelamin.
Sungguh amat memalukan ada wanita
yang rapi berjilbab, menutup aurat dan
mengesankan dirinya sebagai wanita
baik-baik, tetapi datang ke dokter
spesialis gara-gara terkena penyakit khas
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 4 Bab 2 : Nikah Mut’ah

para pelacur. Maka kalaupun dihalalkan


dengan segala macam dalih yang dibuat-
buat, tetap saja nikah mut'ah itu terkutuk
secara nilai kemanusiaan dan nilai
kewanitaan. Sebab tidak ada agama dan
tata sosial masyarakat dalam sejarah
peradaban manusia yang menghalalkan
pelacuran. 
Bab 3 : Nikah Dengan Niat Talak

A. Pengertian
Nikah dengan niat talak (‫)النكككاح بنيككة الطلق‬
adalah sebuah istilah dimana seseorang
melakukan akad nikah seperti umumnya
pernikahan biasa, namun yang
membedakan adalah bahwa pada saat
akad nikah itu berlangsung, di dalam
hatinya sudah terpasang niat untuk
segera mentalak istrinya.
Niat ini dipendam di dalam hati, tanpa
diketahui oleh istri yang dinikahinya.
Walaupun boleh jadi karena sudah
merupakan trend, orang-orang dengan
mudah bisa menebak berdasarkan pola
tertentu adanya pernikahan dengan niat
talak.
1. Perbedaan Dengan Nikah Biasa
Perbedaan utama dengan nikah biasa
adalah bahwa pernikahan itu dibangun
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 4 Bab 3 : Nikah Dengan Niat Talak

sejak awal dengan niat dalam hati suami


akan mentalak istrinya, kecuali bila ada
hal-hal yang akan membuat suami
berubah niat.
Sedangkan dalam pernikahan biasa
pada umumnya, sejak awal pernikahan
itu terjadi, tidak ada niat apapun untuk
mentalaknya, kecuali bila di tengah-
tengah samudera kehidupan muncul
masalah yang membawanya kepada
talak.
Maka nikah dengan niat talak sangat
jauh berbeda dengan nikah biasa pada
umumnya.
2. Perbedaan Dengan Nikah Mut'ah
Nikah dengan niat talak juga berbeda
dengan nikah mut'ah atau nikah kontrak.
Letak titik perbedaannya adalah pada
kesepakatan yang terjadi antara suami
dan istri untuk menikah hanya dalam
jangka waktu tertentu, dengan nilai
mahar tertentu.
Dalam nikah mut'ah, tidak ada niat
talak yang dirahasiakan oleh suami.
Justru suami dan istri sejak awal sudah
menyepakati kontrak pernikahan dengan
jangka waktu tertentu, yang mana lama
jangka waktu itu sangat berpengaruh
kepada 'harga' maskawin atau mahar.
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 4 Bab 3 : Nikah Dengan Niat Talak

Biasanya semakin cepat jangka waktu


pernikahan hingga talak, semakin murah
'harganya'. Hampir tidak ada bedanya
dengan kita naik taksi, semakin jauh
jaraknya atau semakin lama waktunya,
tentu argonya pun semakin mahal.
B. Penyebab Nikah Dengan Niat Talak
Dalam kenyataannya, kasus-kasus
dimana terjadi nikah dengan niat talak
itu bisa beragam latar belakang sebab
dan motivasinya. Di antaranya karena
terpaksa, atau nikah muhallil, bahkan
ada juga yang motivasinya semata-mata
untuk sekedar bersenang-senang.
1. Kebutuhan Seks Halal Tapi
Sementara
Penyebab dan latar belakang yang
sering terjadi dalam perkara nikah
dengan niat talak adalah kebutuhan seks
yang halal.
Dan biasanya kasus ini terjadi pada
laki-laki sudah menikah dan berumah-
tangga, namun karena satu dan lain hal
harus tinggal tanpa istri dan keluarganya
di kota lain atau negara lain dalam
jangka waktu yang bukan sehari dua hari,
tetapi berbulan-bulan atau bertahun-
tahun.
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 4 Bab 3 : Nikah Dengan Niat Talak

Mereka bisa saja ekspatriat, pekerja,


karyawan, polisi, tentara, petugas
negara, pebisnis, bahkan termasuk juga
para dosen, guru, dan mahasiswa.
Karena satu alasan tertentu mereka
harus bertugas di luar kota atau luar
negeri dalam jangka waktu yang lama
meninggalkan istri.
Dan oleh karena itu mereka sangat
bermasalah dengan kebutuhan seksual
khususnya, dan juga teman pendamping
umumnya.
Pilihannya cuma ada dua, yaitu zina
atau menikah. Zina jelas haram dan
terlaknat, bahkan dosa besar yang buat
seorang muslim tentu tidak akan jadi
pilihan.
Tetapi menikah yang halal pun bukan
sebuah pilihan yang mudah. Tidak
sesederhana yang dibayangkan, sebab
pernikahan kedua itu membutuhkan
banyak syarat dan juga tanggung-jawab.
Dan belum tentu istri di kampung
halaman menyetujui suaminya kawin lagi
di negeri orang.
Dan tidak mungkin juga berpaling
kepada nikah mut'ah yang sudah menjadi
ijma' ulama dalam keharamannya. Sebab
nikah mut'ah itu sekedar kamuflase dan
penghalusan dari prostitusi berkedok
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 4 Bab 3 : Nikah Dengan Niat Talak

syar'i.
Maka alternatif yang muncul
kemudian adalah menikah yang normal
dan wajar, tetapi sifatnya sementara saja
dan biasanya dirahasiakan juga. Jangka
waktunya minimal selama masa
tugasnya belum berakhir, tetapi niat
talak itu tidak disebutkan dalam akad,
hanya diniatkan saja dalam hati.
Dan bila masa tugas berakhir, 'istri
sementara' itu pun dijatuhkan talak.
Maka kita mengenal pernikahan model
seperti ini dengan sebutan menikah
dengan niat talak.
2. Bersenang-senang
Sebagian kalangan juga ada yang
melakukan pernikahan model seperti ini
dengan tujuan semata-mata hanya ingin
bersenang-senang semata.
Sebab kedatangannya ke suatu negeri
sama sekali bukan dalam rangka
penugasan atau kepentingan yang logis,
melainkan hanya sekedar liburan dan
jalan-jalan sesuka hati, dengan bonus
selingan menikmati seks lewat
pernikahan model ini.
Hingga pada akhirnya tujuan
utamanya berubah 180 derajat,
tujuannya semata-mata adalah wisata
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 4 Bab 3 : Nikah Dengan Niat Talak

seks itu sendiri, bukan sekedar liburan


dan wisata.
Di negeri kita, kawasan Bogor, Puncak
dan Cianjur termasuk daerah yang sering
didatangi oleh para wisatawan dari
mancanegara, khususnya dari timur
tengah. Salah satu pesonanya adalah
wisata seks yang dikemas dengan judul
pernikahan dengan niat talak.
Prakteknya mereka datang dengan
Visa On Arrival (VOA) yang bisa dibeli di
Bandara Soekarno Hatta dan puluhan
perbatasan lainya dengan harga cuma
10-25 dolar. Untuk itu mereka mendapat
izin berwisata di negeri kita selama 7
sampai 30 hari.
Karena mereka datang dari timur
tengah yang rata-rata beragama Islam,
maka yang jadi persoalan utama adalah
apakah pernikahan seperti ini dibenarkan
dalam syariah Islam.
3. Terpaksa
Kadang terjadi ada orang menikah
dengan terpaksa, padahal hatinya tidak
ingin menikah. Bisa saja karena tidak
merasa cocok dengan pasangannya, atau
karena sebab-sebab lainnya.
Misalnya di dalam hatinya menikah
pada saat itu bukan merupakan solusi
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 4 Bab 3 : Nikah Dengan Niat Talak

tetapi hanya akan menjadi beban saja.


Beban hidup yang sudah berat, masih
ditambah lagi dengan beban lain, yaitu
menikah.
Maka seringkali orang yang terpaksa
harus menikah, saat dengan pasrah dia
harus menikah, akan tertanam dalam
hatinya niat pada saat akad, untuk
segera menyudahi saja pernikahan yang
baru saja dilaksanakan.
Kasus nikah dengan niat talak ini juga
sering terjadi pada kasus dimana suatu
pasangan pengantin dijodohkan oleh
orangtua mereka. Baik suami atau istri
sama-sama tidak saling tertarik, cuma
karena orang tua mereka memaksakan
kehendak, maka mereka memutuskan
untuk menikah.
Namun jauh di lubuk hati mereka,
sudah ada niat untuk tidak akan
mempertahankan pernikahan itu untuk
selamanya. Sudah ada dalam hati niat
untuk mengakhiri pernikahan.
4. Kecelakaan
Kadang nikah dengan niat talak
terjadi pada seorang pemuda yang
dipaksa menikahi wanita, karena telah
dihamili sebelumnya.
Boleh jadi pemuda itu pada
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 4 Bab 3 : Nikah Dengan Niat Talak

hakikatnya belum siap untuk menikah,


karena memang tidak punya pekerjaan
tetap, pengangguran dan banyak hutang.
Hidup pun masih jadi benalu buat orang
lain.
Kalau pun dia membangun hubungan
dengan wanita, boleh jadi yang
dilakukannya sekedar melampiaskan
nafsu birahinya saja, hingga kemudian
sampai terjadi perzinaan.
Dan ketika ternyata wanita yang
dizinainya itu hamil, orang tuanya
menuntut pertanggung-jawaban, dalam
bentuk pernikahan.
Maka tidak ada jalan lain kecuali
harus bertanggung-jawab menikahi,
walaupun sebenarnya tidak ada
keinginan untuk menikahi, juga tidak
punya kemampuan dari segi finansial.
Akhirnya, jalan yang diambil adalah
terpaksa menikahi, tetapi di dalam
hatinya sudah tertanam satu niat, yaitu
ingin segera menceraikannya.
5. Muhallil
Nikah muhallil adalah nikah yang
tujuannya hanya sekedar untuk
menghalalkan sebuah pernikahan yang
lain. Pernikahan itu sendiri hanya
digunakan untuk sekedar perantaraan
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 4 Bab 3 : Nikah Dengan Niat Talak

saja.
Nikah muhallil ini terjadi dalam kasus
talak tiga, dimana istri yang telah ditalak
untuk yang ketiga kalinya itu akan
kembali dinikahi. Sementara aturan baku
dari syariat Islam mengharamkan untuk
menikahi kembali istri yang telah ditalak
untuk yang ketiga kalinya.
َ‫غي سسركه َفسسءإمن َطسلسقسهسسا‬ ‫ء‬ ‫فسءإمن َطسلسقهاَ َفس س ء ء‬
‫ل َستضل َلسكه َممن َبسسمعكد َسحلتسس َتسسمنكسسح َسزموججسساَ َ سم‬ ‫س‬
‫ل َكجسناَسح َسعلسميءهسماَ َأسمن َيسستَسسسراسجسعاَ َإءمن َظسلناَ َأسمن َيكءقيسماَ َكحكدوسد َاللءه‬
‫فس س‬
Kemudian jika si suami mentalaknya, maka perempuan itu
tidak lagi halal baginya hingga dia kawin dengan suami yang
lain. Kemudian jika suami yang lain itu menceraikannya,
maka tidak ada dosa bagi keduanya untuk kawin kembali jika
keduanya berpendapat akan dapat menjalankan hukum-
hukum Allah. (QS. Al-Baqarah : 230)

Untuk itu agar boleh dinikahi kembali,


maka diaturlah sebuah sandiwara,
dimana ada laki-laki yang bersedia untuk
menikahi wanita itu, namun
perjanjiannya tidak boleh menggaulinya,
dan setelah itu diharuskan untuk
menceraikannya.
Seolah-olah sudah terjadi pernikahan
namun pada hakikatnya cara ini hanya
merupakan siasat, alibi dan trik untuk
menghalalkan apa yang telah Allah
haramkan.
C. Ulama Yang Membolehkan
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 4 Bab 3 : Nikah Dengan Niat Talak

Para ulama berbeda pendapat tentang


hukum menikah dengan niat talak,
sebagian ada yang membolehkan dan
sebagian lain ada yang mengharamkan.
Di antara para ulama yang
membolehkan pernikahan dengan niat
talak ini adalah jumhur ulama,
diantaranya mazhab Al-Hanafiyah, Al-
Malikiyah, Asy-Syafi'iyah.
Dalam hal ini mazhab Al-Hanabilah
terpecah, sebagian ulamanya ada yang
membolehkan, seperti Ibnu Qudamah
dan juga Ibnul Muflih. Termasuk yang ikut
membolehkannya adalah Ibnu Taimiyah.
1. Mazhab Asy-Syafi'iyah
Di dalam kitab Syarah Shahih Muslim,
Al-Imam An-Nawawi menukil perkataan
Al-Qadhi. 1
‫وأجمعوا علىَ أن من نكسح نكاَحساَ مطلقساَ ونيِتسه أن ل يِمكسث‬
.‫ وليِس نكاَح متعسسة‬،ِ‫معهاَ إل مدة نواهاَ فنكاَحه صحيِح حلل‬
.‫وإنماَ نكاَح المتعة ماَ وقع باَلشرط المذكور‬
Al-Qadhi berkata : Para ulama telah berijma’ bahwa orang
yang menikah secara mutlak tanpa syarat, namun di dalam
hatinya ada niat untuk tidak akan tinggal bersama istrinya
untuk seterusnya kecuali hanya sebentar saja, maka nikahnya
itu sah dan halal.
Dan nikah itu bukan termasuk nikah mut’ah, karena mut’ah
itu bila disebutkan syaratnya dalam akad.

1 Al-Imam An-Nawawi, Syarah Shahih Muslim, jilid 9 hal. 182


Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 4 Bab 3 : Nikah Dengan Niat Talak

Namun Al-Imam Malik punya


komentar negatif terhadap orang yang
melakukanya.
‫ليِس هذا من أخلق الناَس‬
Perbuatan ini bukan akhlaq manusia yang baik.

2. Ibnu Qudamah
Ibnu Qudamah di dalam kitab Al-
Mughni menyebutkan sahnya nikah ini. 1
،‫ إل أن في نيِته طلقهسساَ بعسسد شسسهر‬،‫وإن تزوجهاَ بغيِر شرط‬
ِ‫أو إذا انقضت حاَجته في هذا البلد فاَلنكاَح صسسحيِح فسسي قسسول‬
ِ‫عاَمة أهلِ العل‬
Seandainya seseorang menikah tanpa menyebutkan syarat,
kecuali hanya dipendam di dalam niatnya akan mentalak
istrinya itu sebulan kemudian, atau bila telah usai hajatnya di
negeri itu, maka nikahnya sah menurut pendapat kebanyakan
ahli ilmu.

3. Ibnu Taimiyah
Ibnu Taimiyah membolehkan
pernikahan dengan niat talak. Dalam
kitab Majmu’ Fatawa fatwanya
2
menyebutkan sebagai berikut :
‫ جساَز‬: َ‫ولو نوىَ أنه إذا سسساَفر وأعجبتسسه أمسسسكهاَ وإل طلقهسسا‬
‫ذلك‬
Seseorang berniat jika dia pergi dan istrinya itu menarik
hatinya, dia akan mempertahankanya, tetapi bila tidak akan
ditalaknya, maka hal itu dibolehkan.

1 Ibnu Qudamah, Al-Mughni, jilid 7 hal. 573


2 Ibnu Taimiyah, Majmu’ Fatawa, jilid 32 hal. 147
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 4 Bab 3 : Nikah Dengan Niat Talak

Namun bila dia mensyaratkan waktu


tertentu untuk menceraikan, maka sudah
termasuk nikah mut’ah yang disepakati
empat imam sebagai nikah yang haram.
Sedangkan bila waktu untuk
menceraikan sudah ditentukan, tetapi
masih dirahasiakan, maka hukumnya
menjadi perdebatan para ulama.
D. Ulama Yang Mengharamkan
Sedangkan yang tidak membolehkan
pernikahan dengan niat talak ini adalah
mazhab Al-Hanabilah secara resmi,
khususnya Imam Ahmad bin Hanbal
sendiri dan para ulama pendukung
mazhab ini.
Sedangkan dari kalangan ulama
modern di masa kini antara lain
Muhammad Rasyid Ridha, Syeikh
Muhammad Shalih Al-Utsaimin, Lajnah
Daimah lil Buhuts wal Ifta' Kerajaan Saudi
Arabia, dan Majma' Fiqih Islami.
E. Dalil Pendapat Yang Membolehkan
Sebagian ulama berpendapat bahwa
akad nikah walau pun diiringi dengan niat
untuk mentalak, maka hukum akadnya
itu sah. Adapun apa yang diniatkan
seseorang di dalam hatinya, tidak ada
kaitannya dengan sah atau tidak sahnya
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 4 Bab 3 : Nikah Dengan Niat Talak

pernikahan. Pendapat ini punya beberapa


hujjah, antara lain :
a. Niat Tidak Merusak Akad
Argumen yang dibangun oleh
pendukung pendapat ini bahwa akad
nikah sebagaimana umumnya akad
dalam muamalah, bukan ibadah ritual.
Tetapi akad itu merupakan bagian dari
muamalat.
Maka dalam akad yang terkait dengan
muamalat, faktor niat tidak terlalu
mendominasi. Yang dijadikan ukuran
lebih banyak pada faktor lahiriyah dari
apa yang diucapkan dan dipahami oleh
kedua belah pihak.
Maka pernikahan yang memenuhi
semua syarat dan rukunnya, seperti
adanya wali, saksi, mahar, dan ijab
qabul, hukumnya sudah sah. Sehingga
dalam pandangan syariah, pernikahan itu
sah dan telah menghalalkan hubungan
suami istri.
b. Niat Belum Sampai Kepada Amal
Bila seseorang punya niat di dalam
hati, maka niat itu tidak nampak dan juga
tidak merupakan bagian dari amal yang
nyata.
Maka suatu perbuatan yang baru
sampai pada taraf niat di dalam hati,
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 4 Bab 3 : Nikah Dengan Niat Talak

tetapi belum dilaksanakan secara nyata,


belum bisa dimasukkan ke dalam amal.
Dalam hal ini bila niat suatu pekerjaan
itu baik, memang yang punya niat sudah
mendapat pahala, yaitu pahala dari
berniat. Namun apabila perbuatan itu
merupakan suatu amal yang melahirkan
dosa dan larangan, asalkan belum
dikerjakan, maka belum ada dosa dan
belum dijatuhi hukuman.
Bagaimana kita bisa menghukum
sesuatu yang belum dikerjakan oleh
pelakunya.
Seorang yang punya niat jahat untuk
mencuri harta, tentu tidak bisa ditangkap
dan dijatuhi hukuman, apalagi dipotong
tangan.
Mengapa?
Karena secara hukum, perbuatan
pencurian itu belum lagi dilakukan. Walau
pun ada indikasi kuat bahwa si maling
akan melakukan aksinya, namun selama
pencurian itu sendiri belum terjadi, tidak
boleh dijatuhi hukuman sebagai pencuri.
Maka demikian juga dengan kasus
pernikahan sah yang diiringi niat di
dalam hati untuk menjatuhkan talak.
Pada saat akad itu berlangsung, belum
ada talak. Kalau pun talak itu nanti
dijatuhkan, sebenarnya penjatuhannya
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 4 Bab 3 : Nikah Dengan Niat Talak

dilakukan kalau sudah selesai akad


secara sah.
c. Talak Bukan Sesuatu Yang Haram
Perbuatan talak itu sendiri pada
dasarnya bukan suatu hal yang mutlak
haramnya. Talak termasuk perbuatan
yang masyru', meski pun bukan jalan
yang utama dalam solusi masalah
ketidak-akuran antara suami istri.
Lepas dari skala prioritasnya,
perbuatan menjatuhkan talak sendiri
bukan perbuatan yang berdosa atau
terlarang. Setidaknya dalam syariah, kita
mengenal ada dua jenis talak, yaitu talak
sunni dan talak bid'iy.
Ketika talak itu berstatus sunni,
banyak kalangan yang menyebutkan
bahwa talak itu sah dan tidak menjadi
larangan, serta tidak melahirkan dosa.
Talak yang melahirkan dosa itu adalah
talak yang statusnya talak bid'iy.
Misalnya talak yang dijatuhkan ketika
istri masih haidh, atau dijatuhkan di
masa suci, namun sudah sempat
disetubuhi.

Bab 4 : Nikah Siri

A. Pengertian
Istilah nikah sirri nampaknya bukan
istilah yang baku dalam fiqih Islam.
Namun pada sebagian kalangan umat
Islam, istilah ini memang cukup dikenal,
meski pun belum tentu sama maksud
dan pengertiannya.
Kata sirr (‫ )سلر‬bermakna sesuatu yang
sifatnya rahasia dan tertutup. Dan istilah
nikah sirri maksudnya pernkahan adalah
sesuatu yang sifatnya rahasia.
B. Hukum Mengumumkan Pernikahan
Lazimnya sebuah pernikahan itu
diumumkan kepada khalayak. Namun
apa sebenarnya hukum mengumumkan
nya?
Dalam hal ini para ulama umumnya
tidak menjadikan pengumuman nikah
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 4 Bab 4 : Nikah Siri

sebagai kewajiban, namun ada juga yang


berpendapat sebaliknya.
1. Jumhur Ulama : Mustahab
Jumhur ulama umumnya berpendapat
bahwa hukum mengumumkan
pernikahan bukan termasuk syarat, rukun
atau pun kewajiban dalam sebuah akad
nikah. Mereka umumnya berpendapat
bahwa mengumumkan itu hukumnya
mustahab atau lebih disukai.
Sehingga dalam pandangan jumhur
ulama bahwa para prinsipnya memang
tidak ada keharusan untuk
mengumumkan sebuah pernikahan.
2. Az-Zuhri : Harus Difasakh
Namun Az-Zuhri berpendapat bahwa
mengumumkan pernikahan hukumnya
bukan wajib, melainkan fardhu.
Sehingga dalam pandangan beliau,
meski pun sebuah pernikahan sudah sah
karena semua syarat dan rukunnya
terpenuhi, tetapi kalau tidak diumumkan
maka pernikahan itu dipisahkan.
Begitu juga bila dua orang saksinya
ikut merahasiakan kepada khalayak,
pernikahan itu harus dipisahkan.
C. Aspek Syar'i dan Aspek Legalitas
Dalam prakteknya, sebuah
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 4 Bab 4 : Nikah Siri

pernikahan harus memenuhi dua aspek,


yaitu aspek syar'i dan aspek legalitas.
Jadi pernikahan itu harus sah secara
syariah (syar'i) dan punya kekuatan
secara legalitas.
1. Aspek Syar'i
Aspek sah secara syar'i adalah aspek
yang sangat vital dalam sebuah akad
nikah. Sebab aspek syar'i inilah yang
membedakan apakah pernikahan itu
halal hukumnya atau menjadi sebuah
pernikahan yang haram.
Ketika sebuah pernikahan tidak
memenuhi aspek syar'i, maka hubungan
layaknya suami istri yang dilakukan oleh
pasangan itu akan terhitung sebagai zina
yang diharamkan.
Dan perbuatan zina adalah salah satu
di antara dosa-dosa besar yang amat
berat hukumannya, baik di dunia ataupun
di akhirat nanti.
Pelaku zina di dunia ini harus dihukum
dengan salah satu dari dua hukuman.
Pertama, dicambuk 100 kali dan
diasingkan, yaitu bila pelakunya belum
pernah menikah sebelumnya. Kedua,
dilempari batu hingga mati, yaitu bagi
yang sudah pernah menikah sebelumnya.
2. Aspek Legalitas
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 4 Bab 4 : Nikah Siri

Selain aspek syar'i, layaknya sebuah


pernikahan itu juga memenuhi aspek
legalitas yang berlaku secara resmi.
Namun aspek legal ini memang tidak
setara dengan aspek syar'i. Aspek legal
tidak membedakan halal dan haram,
tetapi memastikan legalitas sebuah
perkawinan di depan hukum.
D. Sama Istilah Beda Bentuknya
Meski pun istilah nikah sirri cukup
banyak dikenal oleh masyarat, namun
dalam prakteknya penggunaan istilah
nikah ini banyak macam dan ragamnya.
Bahkan bentuknya berkembang
sedemikian rupa sehingga satu sama lain
saling berbeda 180 derajat. Oleh karena
itu dari segi hukum, kita tidak bisa
dengan serta merta menetapkan hukum
pernikahan sirri ini.
E. Empat Model Pernikahan
Dari pembagian antara aspek syar'i
dan aspek legalitas di atas, maka
setidaknya akan muncul empat macam
model pernikan, yaitu :
1. Pernikahan Syar'i dan Legal
Model yang pertama adalah model
yang ideal, yaitu pernikahan yang
memenuhi dua aspek sekaligus, baik
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 4 Bab 4 : Nikah Siri

aspek syar'i atau pun aspek legalitas.


2. Pernikahan Syar'i Tetapi Tidak
Legal
Model kedua ini termasuk dalam jenis
pernikahan sirri yang sering kita temukan
di tengah masyarakat. Secara aspek
syariat, semua syarat dan rukunnya
terpenuhi. Sehingga pernikahan ini di
mata hukumnya Islam tidak bisa disebut
dengan perzinaan.
Namun dari sisi aspek legalitasnya,
pernikahan ini tidak terpenuhi di mata
hukum positif yang berlaku. Sehingga
pada gilirannya akan menimbulkan
kendala tersendiri secara administratif.
3. Pernikahan Tidak Syar'i Tetapi
Legal
Model ketiga adalah model yang
cukup aneh, tetapi nyata bisa kita
temukan di tengah masyarakat.
Pernikahan ini secara hukum syariah
tidak sah, tetapi lucunya malah punya
aspek legalitas di mata hukum. Padahal
seharusnya kalau secara aspek syariah
tidak memenuhi syarat, maka secara
aspek legalitasnya pun juga tidak
terpenuhi.
Namun kadang dalam kenyataannya,
hal seperti itu bisa saja terjadi dengan
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 4 Bab 4 : Nikah Siri

berbagai macam cara. Salah satu


contohnya pernikahan yang diwalikan
oleh orang yang tidak berhak menjadi
wali, seperti ayah angkat atau ayah tiri.
Secara hukum syariah, pernikahan ini
tidak sah, tetapi kita sering
menemukannya.
Contoh lain adalah pernikahan yang
dilakukan antara suami non muslim dan
istri yang muslimah. Aspek legalitasnya
memang tidak bisa didapatkan bila
pernikahan itu dilakukan di dalam
wilayah hukum negeri kita, khususnya
lewat jalur Kantor Urusan Agama (KUA).
Namun bila pernikahan itu dilakukan
di luar negeri yang tidak mengacu
kepada hukum syariah, surat nikah dan
legalitas pasangan lain agama itu bisa
saja diperoleh.
Tentu saja pernikahan seperti ini
hukumnya haram dalam pandangan
syariah. Dan sayangnya kita masih juga
menemukan pasangan lain agama yang
menikah dan punya surat nikah sebagai
legalitas resmi.
4. Pernikahan Tidak Syar'i dan Tidak
Legal
Model pernikahan yang keempat ini
yang paling rusak dan sudah pasti
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 4 Bab 4 : Nikah Siri

haram. Sebab selain tidak syar'i alias


haram, juga tidak punya legalitas resmi.
Sayangnya, pernikahan macam ini
justru banyak terjadi di tengah
masyarakat kita. Contohnya adalah yang
banyak dilakukan oleh kawanan mafia
calo kawin lari.
a. Bentuk
Nikah sirri yang pertama adalah nikah
yang dilakukan oleh pasangan laki-laki
dan perempuan, tanpa adanya wali atau
saksi yang dibenarkan syariat Islam.
b. Hukum
Seluruh ulama sepakat bahwa hukum
pernikahan yang tidak ada wali dan saksi
tidak sah, batil, haram hukumnya dan
kedudukannya sama dengan zina.
Dasarnya sabda Rasullah SAW :
‫ل َسوسشاَءهسدا َسعمددل‬
‫ َاللزموكج َسوسوء ض‬:‫ضمركه َأسمربسسسعقة َفسسكهسوُ َءسسفاَقح‬ ‫ء‬
‫ككضل َنكاَسدح َ سمل َ سمي ك‬
Semua pernikahan yang tidak menghadirkan empat pihak
maka termasuk zina : suami, wali dan dua saksi yang adil.

Seharusnya wali dalam akad nikah itu


adalah ayah kandung dari pihak istri,
tentunya yang menenuhi syarat sebagai
wali. Antara lain muslim, akil, baligh,
merdeka dan adil.
Dalam kondisi tertentu ketika ayah
kandung tidak bisa langsung menjadi
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 4 Bab 4 : Nikah Siri

wali, maka beliau berhak untuk menunjuk


orang lain yang memenuhi syarat untuk
melakukan akad nikah atas nama dirinya.
Bila ayah kandung telah meninggal
dunia, atau tidak memenuhi syarat
sebagai wali, maka kedudukan wali
secara otomatis berpindah kepada
kerabatnya, yang dalam syariat Islam
mereka telah ditetapkan, yaitu urut-
urutan :
a. Kakek
b. Saudara laki-laki yang seayah dan
seibu
c. Saudara laki-laki yang seayah saja
tapi tidak seibu
d. Keponakan, yaitu anak laki-laki dari
saudara laki-laki yang se-ayah dan
se-ibu
e. Keponakan, yaitu anak laki-laki dari
saudara laki-laki yang se-ayah saja
tidak seibu
f. Keponakan dari dari saudara yang
se-ayah saja
g. Paman, yaitu saudara laki-laki ayah
h. Anak Paman, yaitu anak laki-laki dari
saudara laki-laki ayah
Demikian juga bila pernikahan itu
tidak disaksikan oleh minimal dua orang
saksi, maka pernikahan itu tidak sah
hukumnya.
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 4 Bab 4 : Nikah Siri

F. Surat Nikah
Secara hukum syariah di sisi Allah,
sebuah pernikahan yang tidak dicatatkan
secara hukum formal yang berlaku di
suatu negara memang sudah tidak
dianggap sebagai zina. Akan tetapi
urusan surat nikah ini bukan sekedar
menghalalkan hubungan suami istri
dalam arti jima’, melainkan juga terkait
dengan hubungan harta benda.
Umpamanya masalah warisan dan hak
untuk mendapatkan nafkah materi.
Seorang istri yang dinikahi tanpa
adanya bukti surat nikah, maka bila
berseteru di depan hukum dan
pengadilan, kedudukan akan menjadi
sangat lemah. Sebab di dalam ranah
hukum, surat dan dokumen mempunyai
kedudukan yang amat menentukan.
Dalam sengketa tanah yang kusut,
pengadilan tentu akan memenangkan
pihak yang mempunyai surat-surat yang
legal dan kedudukannya lebih kuat. Bila
dua pihak berseteru memperebutkan
tanah, yang satu tidak punya surat tanah
kecuali selembar kuitansi yang hasil
photocpy, sedangkan yang satunya
punya sertifikat resmi dari Badan
Pertanahan Negara (BPN), juga
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 4 Bab 4 : Nikah Siri

dilengkapi dengan surat-surat sah dari


berbagai pihak yang menyatakan
kebenaran hak atas tanah tersebut. Maka
pihak yang hanya bermodal fotokopi
sudah barang tentu akan dengan mudah
tersingkir, karena tidak punya bukti
dokumen yang kuat dan sah.
Demikian juga kalau seseorang
membeli motor bekas dari satu mafia.
Memang harganya miring sekali alias di
luar umumnya harga pasaran, misalnya
hanya 500 ribu rupiah. Padahal di
pasaran motor bekas seperti itu masih
laku dengan harga 6-7 juta rupiah.
Motor itu dibeli tanpa dilengkapi Bukti
Kepemilikan Kendaraan Bermotor (BPKB)
dan tanpa Surat Tanda Nomor Kepolisian
(STNK). Jadi motor ini orang bilang motor
spanyol, alias separuh nyolong. Kalau
motor ini disita oleh pihak kepolisian
sebagai barang bukti pencurian
kendaraan bermotor, tentu yang
membeli motor itu tidak bisa bilang apa-
apa, meski pun pada hakikatnya motor
itu memang benar-benar dibeli pakai
uang.
Tetapi ketika motor ini tidak dilengkapi
BPKB dan STNK, maka motor itu
termasuk kategori motor ilegal. Di
hadapan hukum, yang beli motor itu
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 4 Bab 4 : Nikah Siri

tentu lemah sekali, tidak akan mampu


mempertahankan haknya. Bahkan malah
bisa jadi dituduh sebagai penadah
barang haram.
Maka demikian pula sebuah
pernikahan yang tidak dilengkapi dengan
surat-surat resmi, meski di sisi Allah SWT
dianggap telah sah dalam arti boleh
melakukan hubungan suami istri, namun
pernikahan seperti ini amat lemah
kedudukannya di mata hukum formal.
Misalnya suami meninggal dunia
punya dua istri. Istri pertama dinikahi
dengan melengkapi semua surat dan
dokumennya, sedangkan istri kedua
dinikahi hanya secara agama tanpa
selembar pun dokumen sah, kecuali yang
dikeluarkan pihak-pihak yang tidak sah.
Bila istri pertama berniat jelek lantas
mengangkangi seluruh harta peninggalan
almarhum tanpa membaginya kepada
istri kedua, di sisi hukum tentu saja istri
kedua tidak bisa berbuat apa-apa. Sebab
kedudukannya sebagai istri almarhum
sangat lemah di mata hukum positif.
Tidak ada bukti tertulis bahwa dirinya
adalah istri sah almarhum. Hal itu karena
almarhum menikahinya dengan cara sirri,
alias tanpa dokumen yang sah di depan
hukum.
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 4 Bab 4 : Nikah Siri

Dalam kasus dimana sang suami


masih hidup, tetapi setelah menikah
beberapa lama dia kemudian
menterlantarkan istri keduanya yang
dinikahi tanpa dokumen sah, maka
istrinya itu tidak bisa berbuat apa-apa di
depan hukum. Karena tidak ada bukti sah
yang memastikan bahwa dirinya adalah
istri yang sah.
Karena itu, menikahi wanita tanpa
dilengkapi dokumen yang sah dan
berlaku secara hukum juga termasuk
perbuatan yang beresiko kezaliman,
dengan resiko kerugian di pihak istri.

Bab 5 : Nikah Muhallil

A. Pengertian
Kata muhallil berasal dari kata hallala
(‫ )حللكككككل‬yang maknanya menghalalkan.
Muhallil adalah bentuk isim fail dari kata
hallala, yang maknanya menjadi sesuatu
yang menghalalkan.
Sehingga istilah “nikah muhallil” yang
banyak digunakan di tengah masyarakat
adalah nikah yang tujuannya hanya
sekedar untuk menghalalkan sebuah
pernikahan yang lain, dimana nikah itu
sendiri hanya digunakan untuk
perantaraan saja.
Kasus nikah muhallil ini terjadi dalam
bab talak tiga, dimana istri yang telah
ditalak untuk yang ketiga kalinya itu akan
kembali dinikahi. Sementara aturan baku
dari syariat Islam mengharamkan untuk
menikahi kembali istri yang telah ditalak
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 4 Bab 5 : Nikah Muhallil

untuk yang ketiga kalinya.


Untuk itu agar boleh dinikahi kembali,
maka diaturlah sebuah sandiwara,
dimana ada laki-laki yang bersedia untuk
menikahi wanita itu, namun
perjanjiannya tidak boleh menggaulinya,
dan setelah itu diharuskan untuk
menceraikannya. Seolah-olah sudah
terjadi pernikahan namun pada
hakikatnya cara ini hanya merupakan
siasat, alibi dan trik untuk menghalalkan
apa yang telah Allah haramkan.
B. Dalil
Dalil yang mengharamkan untuk
menikahi kembali istri yang telah ditalak
untuk ketiga kalinya adalah firman Allah
SWT :
َ‫غي سسركه َفسسءإمن َطسلسقسهسسا‬ ‫ء‬ ‫فسءإمن َطسلسقهاَ َفس س ء ء‬
‫ل َستضل َلسكه َممن َبسسمعكد َسحلتسس َتسسمنكسسح َسزموججسساَ َ سم‬ ‫س‬
‫ل َكجسناَسح َسعلسميءهسماَ َأسمن َيسستَسسسراسجسعاَ َإءمن َظسلناَ َأسمن َيكءقيسماَ َكحكدوسد َاللءه‬
‫فس س‬
Kemudian jika si suami mentalaknya, maka perempuan itu
tidak lagi halal baginya hingga dia kawin dengan suami yang
lain. Kemudian jika suami yang lain itu menceraikannya,
maka tidak ada dosa bagi keduanya untuk kawin kembali jika
keduanya berpendapat akan dapat menjalankan hukum-
hukum Allah. (QS. Al-Baqarah : 230)

C. Hukum
Nikah muhallil seperti yang
digambarkan di atas, yaitu yang hanya
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 4 Bab 5 : Nikah Muhallil

digunakan sebagai alibi agar bisa


kembali ke suami pertama, dengan
sandiwara pernikahan, hukumnya
diharamkan oleh jumhur ulama.
Dasar pengharaman mereka adalah
sabda Rasulullah SAW, dimana Allah SWT
dan Rasulullah SAW, keduanya sama-
sama melaknat orang yang menikah
dengan cara demikian.

‫لسسعسن َاللكه َالمكمسحنلل َلسهك‬


Allah melaknat orang yang menikah muhallil. (HR. Ibnu
Majah dan Al-Hakim)

َ ‫ َ َ َ َالمكمسحنلل َسوالمكمسحللل َلسكه‬‫لسسعسن َسركسوُل َاللءه‬


Rasulullah SAW melaknat orang yang menikahi dan dinikahi
secara muhallil. (HR. Tirmizy)

‫إءسذا َطسلس سق َاللرجس سل َامرأستسس سه َثسلسثس سجاَ َسل َ سءتس سضل َلسس سه َحس س ء‬
‫غي س سسرهك‬
‫ت َتسسمنكس سسح َسزموجس سجاَ َ سم‬
‫ك س ل‬ ‫س ك ك مس ك‬
‫صاَءحبءءه‬ ‫ءدء‬
‫سيسلسسة َ س‬
‫سويسكذموسق َككلل َسواحد َممنسكهسماَ َعك س م‬
Bila seorang laki-laki mentalak istrinya untuk yang ketiga
kalinya, maka istrinya itu lagi tidak halal baginya hingga
istrinya itu menikah dengan suami yang baru, sehingga
masing-masing merasakan usailah pasangannya. (HR).

Merasakan usailah adalah sebuah


perumpamaan yang dikenal di masa Nabi
SAW, yang maknanya adalah melakukan
persetubuhan dan merasakan
1
kelezatannya.
1 Al-Qurthubi, Al-Jami li Ahkamil Quran, jilid 2 hal. 205
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 4 Bab 5 : Nikah Muhallil

Bila seorang suami yang telah


mentalak istrinya tiga kali berkeinginan
menikah lagi dengan istrinya, maka
hukumnya sudah tidak mungkin lagi
untuk selama-lamanya. Hal itu karena
sebelumnya dia sudah pernah mentalak
istrinya dua kali. Maka untuk yang ketiga
kalinya, dia dihukum untuk tidak bisa
kembali lagi mengulanginya. Ketentuan
ini ditetapkan dalam syariat Islam,
setelah sebelumnya di masa lalu seorang
suami bisa mentalak dan merujuk
istrinya hingga berpuluh-puluh kali,
sehigga pihak istri selalu dirugikan.2
Maka untuk adanya kepastian hukum,
syariat Islam memberi batasan tentang
talak yang masih bisa dirujuk yaitu hanya
dua kali saja. Bila setelah itu ditalak lagi,
maka setelah itu suaminya tidak boleh
lagi menikahinya, untuk selama-lamanya.
Dasar bahwa batasan talak yang bisa
dirujuk itu hanya untuk dua kali saja
adalah firman Allah SWT :
‫الطللسكق َملرستاَءن َفسءإمساَقك َءبسعرو د‬
‫ف َأسمو َتسمسءريقح َبءءإمحسساَدن‬ ‫م س مك‬ ‫س‬
Talak dua kali yang boleh rujuk lagi dengan cara yang
ma'ruf, atau menceraikan dengan cara yang baik. (QS. Al-
Baqarah : 229)

D. Ketentuan Yang Menghalalkan


2 Al-Qurthubi, Al-Jami li Ahkamil Quran, jilid 2 hal. 187
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 4 Bab 5 : Nikah Muhallil

Agar bisa kembali lagi, Allah SWT


memberikan ketentuan yang cukup berat
dan nyaris hampir mustahil, walau pun
bukan berarti tidak mungkin.
Ketentuan untuk bisa kembali lagi
bagi suami yang telah menceraikan
istrinya untuk yang ketiga kali adalah
berdasarkan firman Allah SWT :
َ‫غي سسركه َفسسءإمن َطسلسقسهسسا‬ ‫ء‬ ‫فسءإمن َطسلسقهاَ َفس س ء ء‬
‫ل َستضل َلسكه َممن َبسسمعكد َسحلتسس َتسسمنكسسح َسزموججسساَ َ سم‬ ‫س‬
‫ل َكجسناَسح َسعلسميءهسماَ َأسمن َيسستَسسسراسجسعاَ َإءمن َظسلناَ َأسمن َيكءقيسماَ َكحكدوسد َاللءه‬
‫فس س‬
Kemudian jika si suami mentalaknya, maka perempuan itu
tidak lagi halal baginya hingga dia kawin dengan suami yang
lain. Kemudian jika suami yang lain itu menceraikannya,
maka tidak ada dosa bagi keduanya untuk kawin kembali jika
keduanya berpendapat akan dapat menjalankan hukum-
hukum Allah. (QS. Al-Baqarah : 230)

Untuk itu para ulama telah


menetapkan bahwa hal itu bisa saja
terjadi asalkan terpenuhi syarat-
syaratnya, antara lain :
1. Istri Menikah
Yang Allah SWT haruskan menikah
adalah pihak istri, dan tentunya bukan
pihak suami. Suami tidak perlu menikah
terlebih dahulu, karena tidak harus cerai
pun seorang laki-laki dihalalkan menikah
dengan wanita lain, bahkan sampai
empat istri sekaligus.
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 4 Bab 5 : Nikah Muhallil

2. Pernikahan Harus Sah


Penikahan itu tidak boleh merupakan
hanya sebuah dagelan atau sandiwara,
dimana suami dan istri seolah-olah duduk
bersanding di pelaminan, tetapi pada
hakikatnya meeka tidak merasa menjadi
suami istri.
Untuk itu maka pernikahan ini harus
memenuhi semua persyaratan dan rukun
nikah, antara lain harus adanya wali yang
sah, yaitu ayah kandung dari istri. Juga
harus ada ijab qabul antara ayah
kandung yang menjadi wali dengan
suami baru itu dengan akad yang
diterima secara syariah Islam.
Dan tentu saja ada syarat pernikahan
itu harus disaksikan oleh sejumlah umat
Islam, yang memenuhi syarat, yaitu
muslim, akil, baligh, laki-laki, dan adil.
Setidak-tidaknya minimal ada dua orang
yang menjadi saksinya.
Dan tentunya harus ada mahar atau
maskawin sebagai syarat menurut
sebagian ulama, atau menjadi rukun bagi
ulama yang lain.
3. Suami Barunya Harus Sudah
Baligh
Dalam syariat Islam, sebuah
pernikahan atau akad nikah memang sah
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 4 Bab 5 : Nikah Muhallil

bila dilakukan oleh mereka yang sudah


mumayyiz tapi belum baligh.
Namun dalam kasus ini, para ulama
khususnya mazhab Al-Malikiyah
mensyaratkan bahwa yang menjadi
suami baru haruslah seorang laki-laki
yang sudah baligh secara biologis.
Sedangkan ulama dari mazhab Al-
Hanabilah mensyaratkan suaminya yang
baru itu minimal berusia 12 tahun.
Hal itu karena laki-laki yang belum
baligh atau belum berusia 12 tahun
belum memungkinkan untuk melakukan
jima’, sehingga tujuan utama dari
pernikahan itu tidak mungkin terjadi.
4. Niat Untuk Menikah Selamanya
Baik suami atau istri yang menikah itu
tidak boleh di dalam hatinya berniat
untuk menikah sementara saja. Sebab
menikah dengan niat talak telah
diharamkan oleh banyak ulama.
Apalagi bila sejak awal sudah ada
perjanjian atau persyaratan bahwa usia
pernikahan itu hanya akan berlangsung
beberapa waktu saja, maka pernikahan
yang seperti itu dianggap tidak sah.
Kalau pun pernikahan seperti itu
nekat untuk tetap dilaksanakan juga,
maka secara hukum syariah pernikahan
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 4 Bab 5 : Nikah Muhallil

seperti ini tidak bisa menghalalkan si istri


untuk kembali kepada suami yang
sebelumnya.
5. Melakukan Hubungan Seksual
Yang dimaksud dengan menikah ini
bukan sekedar akad atau jijab qabul saja,
melainkan mereka harus melakukan
hubungan suami istri secara sah.
Maksudnya, bukan sekedar bercumbu
atau melakukan mula’abah, namun para
ulama mensyaratkan harus terjadi
masuknya kemaluan suami ke dalam
kemaluan istri hingga lenyap hasyafah
(ujung kemaluan).
Jumhur ulama sepakat bila suami istri
itu melakukan jima’ yang tidak sampai
masuknya kemaluan suami ke dalam
kemaluan istri, maka belum dianggap
jima’. Misalnya suami memasukkan
kemaluannya ke dalam dubur istrinya,
selain haram juga tidak dianggap sebagai
jima’.
Hal itu karena Rasulullah SAW berkata
kepada istri Rifa’ah yang ingin kembali
kepadanya, padahal telah ditalak tiga kali
oleh suaminya.
‫أستكءريس سءديسن َأسمن َتسسمرءجعءسسيِ َإءسل سس َءرسفاَسعس سسة َ؟ َسل َسحلتسس َتسس سكذوءقيِ َعكسسس مسيسلستَسكه َسويسس سكذوسق‬
‫ك‬‫عكسيسلستَس ء‬
‫سم‬
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 4 Bab 5 : Nikah Muhallil

Apakah kamu mau kembali kepada Rifaah? Tidak boleh,


sehingga kamu merasakan usailah suami barumu dan suami
barumu itu merasakan usailah dirimu. (HR. Bukhari)

Di atas tadi sudah disebutkan tentang


makna usailah, yaitu secara fisik terjadi
masuknya kemaluan suami ke dalam
kemaluan istrinya.
Jima’ atau hubungan seksual ini harus
terjadi. Bila suami istri itu tidak
melakukannya, lalu mereka bercerai,
maka pernikahan itu tidak membolehkan
istri kembali kepada suaminya yang
sebelumnya.
Kalau dari pernikahan itu sampai
terjadi kehamilan, maka haram
hukumnya untuk digugurkan, karena
menggugurkan kandungan itu memang
telah diharamkan Allah SWT.
Haruskah sampai keluar mani?
Meski jumhur ulama tidak
mensyaratkannya, namun Al-Hasan Al-
Bashri malah mensyaratkan harus
sampai keluar mani. Sehingga bila jima’
itu terjadi hingga masuk, tetapi suami
tidak sampai mengeluarkan maninya di
dalam rahim istrinya itu, maka jima’ itu
dianggap tidak pernah terjadi. Dan belum
menghalalkan istri itu bila diceraikan
untuk kembali kepada suaminya yang
sebelumnya.
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 4 Bab 5 : Nikah Muhallil

Pendapat yang menyendiri


Pendapat yang menyendiri ada juga,
yaitu Said bin Al-Musayyib. Beliau
berpendirian sesuai dengan lafadz zahir
dari ayat Quran, yaitu cukup sekedar
terjadi pernikahan, dan tidak harus
sampai terjadi hubungan suami istri.
Pendapat beliau ini tidak diterima oleh
mayoritas ulama, karena bertentangan
dengan sunnah nabawiyah yang shahih.
Karena Al-Quran tidak berdiri sendiri,
namun dikuatkan dengan sunnah. Dan
mengingkari sunnah hukumnya sama
dengan mengingkari Al-Quran.
6. Jima’ Yang Halal
Syarat jima’ yang halal ini
dikemukakan oleh mazhab Al-Malikiyah
dan Al-Hanabilah. Maksud jima’ yang
halal adalah jima’ yang tidak dilarang
untuk dikerjakan, misalnya di saat suci
dari haidh.
Bila seorang suami menyetubuhi
istrinya pada saat haidh, maka
persetubuhan itu adalah persetubuhan
yang dilarang dalam syariat Islam,
berdasarkan firman Allah SWT :
‫ض َقكمل َكهسوُ َأسجذىَ َسفاَمعتَسءزلكوُا َالنسساَسء َءف َالمسمءحي س ء‬
‫ض‬ ‫ك َسعءن َالمسمءحي ء‬
‫سويسمسأسكلوُنس س‬
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 4 Bab 5 : Nikah Muhallil

‫سول َتسسمقسركبوُكهلن َسحلت َيسطمكهمرسن َفسءإسذا َتسطسلهمرسن َفسأمكتوُكهلن َءممن َسحميس ك‬


‫ث َأسسمسرككسكم َاللسهك‬
‫ب َالمكمتَسطسنهءريسن‬‫ي َسوكءي ض‬ ‫إءلن َاللسه َ كءي ض‬
‫ب َالتَلسلوُابء س‬
Mereka bertanya kepadamu tentang haidh. Katakanlah:
"Haidh itu adalah suatu kotoran". Oleh sebab itu hendaklah
kamu menjauhkan diri dari wanita di waktu haidh; dan
janganlah kamu mendekati mereka, sebelum mereka suci .
Apabila mereka telah suci, maka campurilah mereka itu di
tempat yang diperintahkan Allah kepadamu. Sesungguhnya
Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai
orang-orang yang mensucikan diri. (QS. Al-Baqarah : 222)

Maka dalam pandangan kedua


mazhab di atas, bila persetubuhan
dilakukan di masa haidh, hukumnya
belum dianggap sah, dan bila wanita itu
diceraikan, belum sah untuk kembali
kepada suaminya yang sebelumnya.
Demikian juga bila persetubuhan itu
dilakukan pada siang hari di bulan
Ramadhan yang hukumnya haram dan
terlarang serta mewajibkan denda
kaffarah, atua pada saat beri’tikaf di
masjid, atau ketika sedang ihram di
dalam ritual ibadah haji, semua adalah
termasuk jima’ yang belum memenuhi
syarat.
Namun mazhab Asy-Syafi’iyah dan Al-
Hanafiyah tidak mensyaratkan jima’ itu
harus merupakan jima’ yang halal.
Sehingga bila suami menyetubuhi
istrinya di saat haidh, meskipun hal itu
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 4 Bab 5 : Nikah Muhallil

dilarang dan haram, namun sudah


menggugurkan kewajiban persetubuhan.
Dengan demikian, persetubuhan itu
sudah membolehkan istri bila dicerai
suaminya untuk kembali ke suaminya
yang sebelumnya.
7. Masa Iddah
Seandainya suatu ketika tanpa
direncanakan, tanpa diniatkan, juga
bukan merupakan syarat perjanjian sejak
awal, pasangan itu berpisah dan terjadi
perceraian, maka istri harus menjalani
dulu masa iddahnya.
Dan masa iddah seorang wanita yang
dicerai oleh suaminya adalah tiga kali
masa quru’, sebagaimana firman Allah
SWT :
‫صسن َبءسأنكفءسءهلن َثسلسثسسة َقكسكرسودء‬ ‫سوالمكمطسلسقاَ ك‬
‫ت َيسستَسسسربل م‬
Wanita-wanita yang ditalak hendaklah menahan dini
(menunggu) selama tiga masa quru’. (Al-Baqarah: 228)

Lama masa quru` diada dua


pendapat. Pertama, masa suci dari haidh.
Kedua, masa haid sebagaimana yang
disabdakan Rasulullah SAW
“Dia (isteri) ber’iddah (menunggu) selama tiga kali masa haid.
“(HR. Ibnu Majah)

Demikian pula sabda beliau yang lain:


“Dia menunggu selama hari-hari quru’nya. “(HR. Abu Dawud
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 4 Bab 5 : Nikah Muhallil

dan Nasa’i)


Bab 6 : Menikahi Wanita Berzina &
Hamil

A. Pengertian
1. Pengertian Zina
Kalau kita buka kitab-kitab fiqih para
ulama dan kita telusuri apa saja definisi
yang mereka kemukakan tentang zina,
baik mazhab Al-Hanafiyah, Al-Malikiyah,
Asy-Syafi’iyah atau pun Al-Hanabilah.
a. Mazhab Al-Hanafiyah
Mazhab Al-Hanafiyah menyebutkan
bahwa definisi zina adalah :
‫تومطدء الرردجعلِ التممرأتتة فيع القددبعلِ عبتغميِعر عمملةَك تولت د‬
‫شمبتهةَة‬
Hubungan seksual yang dilakukan seorang laki-laki kepada
seorang perempuan pada kemaluannya, yang bukan budak
wanitanya dan bukan akad yang syubhat

Definisi ini menegaskan kriteria zina


itu :
 Dilakukan oleh laki-laki dan
perempuan, kalau laki-laki
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 4 Bab 6 : Menikah Wanita Berzina & Hamill

melakukannya dengan sesama jenis


atau perempuan dengan sesama jenis,
tidak termasuk kriteria zina, walau pun
tetap berdosa.
 Pada kemaluan atau faraj, kalau
dilakukan pada dubur meski tetap
haram namun bukan termasuk kriteria
zina
 Perempuan itu bukan budak wanita,
kalau dilakukan pada istrinya juga
bukan termasuk kriteria zina.
 Dan juga bukan syubhat.
Ibnu Hamam Al-Hanafi mendefinisikan
bahwa zina adalah :
‫ف الرطملسسعع تقسمدتر تحتشسستفعتعه قددبلد دممشسستتتهىَ عبلت عمملسسةَك أتمو‬
‫إعمدخاَ تدلِ الدمتكلرسس ع‬
‫شمبتهعة عمملةَك‬
‫د‬
Seorang mukallaf yang memasukkan kemaluannya meski
hanya ujungnya ke dalam kemaluan wanita yang musytaha
di luar hubungan kepemilikan budah atau syubhat
kepemilikan.

Dari definisi ini ada beberapa unsur


yang dikategorikan zina, yaitu :
 Zina dilakukan oleh seorang mukallaf,
kalau anak kecil atau orang yang tidak
berakal seperti orang gila, tidak
termasuk zina
 Dia memasukkan kemaluannya meski
hanya ujungnya ke dalam kemaluan
wanita, sehingga kalau tidak terjadi
penetrasi penis ke dalam vagina,
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 4 Bab 6 : Menikah Wanita Berzina & Hamill

meski tetap berdosa namun tidak


termasuk kriteria zina.
 Wanita itu musytaha, maksudnya
memang wanita yang wajar untuk
disetubuhi, bukan mayat atau anak
bayi yang secar umum tidak menarik
bagi laki-laki untuk menyetubuhinya.
 Di luar hubungan kepemilikan budak
atau syubhat kepemilikan. Maka kalau
wanita yang disetubuhi itu merupakan
budak yang dimilikinya, atau wanita
yang status nikahnya syubhat, bukan
termasuk zina.
b. Mazhab Al-Malikiyah
Mazhab Al-Malikiyah mendefinisikan
pengertian zina sebagai :
َ‫تومطدء دمتكلر ة‬
‫ف دممسلعةَم تفمرتج آتدعميي لت عمملتك تلده عفيِعه عبلت د‬
‫شمبتهةَة تتتعتمددا‬
Hubungan seksual yang dilakukan oleh seorang mukallaf
yang muslim, pada faraj adami (manusia), yang bukan budak
miliknya, tanpa ada syubhat dan dilakukan dengan sengaja.

 Hubungan seksual : kalau tidak


terjadi hubungan seksual seperti
percumbuan, bukan termasuk zina,
meski tetap diharamkan.
 Yang dilakukan oleh seorang
mukallaf : maksudnya adalah orang
yang akil baligh. Sehingga bila
pelakunya orang gila atau anak kecil,
bukan termasuk zina.
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 4 Bab 6 : Menikah Wanita Berzina & Hamill

 Yang muslim : sehingga bila


pelakunya bukan muslim, tidak
termasuk yang dikenakan hukuman
hudud, yaitu rajam atau cambuk.
 Pada faraj manusia : sehingga bila
hubungan itu tidak dilakukan pada
kemaluan, seperti anus dan lainnya,
meski tetap haram namun bukan
termasuk zina.
 Adami : maksudnya faraj itu milik
seorang manusia dan bukan faraj
hewan. Hubungan seksual manusia
dan hewan meski hukumnya terlarang,
tetapi dalam konteks ini bukan
termasuk zina.
 Yang bukan budak miliknya,
 Tanpa ada syubhat :
 Dilakukan dengan sengaja :
Ibnu Rusyd yang mewakili mazhab Al-
Malikiyah mendefinisikan makna zina
dalam istilah para fuqaha sebagai berikut
:
‫صسسعحيِةَح تولت د‬
‫شسسمبتهعة عنتكسساَةَح تولت‬ ‫ئ توتقتع تعلتىَ تغميِعر عنتكسساَةَح ت‬ َ‫دكتلِ تومط ة‬
‫عمملعك تيِعمميِةَن‬
Segala bentuk persetubuhan yang dilakukan di luar nikah
yang sah, bukan nikah syubhat dan bukan pada budak yang
dimiliki.

 Segala bentuk persetubuhan


 yang dilakukan di luar nikah yang sah,
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 4 Bab 6 : Menikah Wanita Berzina & Hamill

 bukan nikah syubhat


 dan bukan pada budak yang dimiliki.
c. Mazhab Asy-Syafi’iyah
Sedangkan mazhab Asy-Syafi’iyah
memberikan definisi tentang istilah zina
sebagai :
‫عإيِلتدج تحتشتفةَة أت مو تقمدعرتهاَ عفي تفمرةَج دمتحررةَم لعتعميِعنعه دممشتتدهىَ تطمبدعاَ عبلت‬
‫د‬
‫شمبتهةَة‬
Masuknya ujung kemaluan laki-laki meskipun sebagiannya ke
dalam kemaluan wanita yang haram, dalam keadaan
syahwat yang alami tanpa syubhat.

 Masuknya ujung kemaluan laki-laki


meskipun sebagiannya
 ke dalam kemaluan wanita
 yang haram,
 dalam keadaan syahwat yang alami
 tanpa syubhat.
d. Mazhab Asy-Syafi’iyah
Asy-Syairazi dari mazhab Asy-
Syafi’iyah mendefinisikan zina sebagai :
‫تومطدء تردجةَلِ عممن أتمهعلِ تداعر العمسلتعم اممترأتدة دمتحررتمدة تعلتميِعه عممن تغميِعر‬
‫شمبتهعة تعمقةَد تولت عمملةَك تودهتو تعاَعقدلِ دممختتاَدر تعاَلعدم عباَلرتمحعرميِعم‬
‫تعمقةَد تولت د‬
Hubungan seksual yang dilakukan oleh seorang laki-laki dari
penduduk darul-islam kepada seorang perempuan yang
haram baginya, yaitu tanpa akad nikah, atau syibhu akad,
atau budak wanita yang dimiliki, dalam keadaan berakal,
bisa memilih dan tahu keharamannya.

 Hubungan seksual
 yang dilakukan oleh seorang laki-laki
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 4 Bab 6 : Menikah Wanita Berzina & Hamill

 dari penduduk darul-islam


 kepada seorang perempuan
 yang haram baginya,
 yaitu tanpa akad nikah,
 atau syibhu akad,
 atau budak wanita yang dimiliki,
 dalam keadaan berakal,
 bisa memilih
 dan tahu keharamannya.
d. Mazhab Al-Hanabilah
Definisi dari mazhab Al-Hanabilah,
yaitu :
‫ب تحتشسستفعة تذتكسسةَر تبسساَلعةَغ تعاَقعسسةَلِ فسسيع عامحسستد التفمرتجميِسسعن عمرمسسمن لت‬‫تتمغعيِميِسس د‬
‫شمبتهة‬ ‫صتمتة تبميِتندهتماَ تولت د‬
‫عع م‬
Hilangnya hasyafah penis laki-laki yang sudah baligh dan
berakal ke dalam salah satu dari dua lubang wanita, yang
tidak ada hubungan ishmah antara keduanya atau syubhah.

2. Pernah Berzina
Di dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia, istilah mantan diartikan
sebagai bekas pemangku jabatan atau
kedudukan. Artinya seorang adalah orang
yang pernah menjalani atau menjadi,
tetapi sekarang ini sudah tidak lagi.
Pezina di dalam bahasa Arab disebut
dengan istilah az-zani (‫)الزانككي‬, sedangkan
bila berjenis kelamin perempuan, disebut
dengan istilah az-zaniyah (‫)الزانية‬.
Orang yang melakukan perbuatan
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 4 Bab 6 : Menikah Wanita Berzina & Hamill

zina disebut dengan pezina. Namun


orang yang pernah berzina lalu sudah
berhenti dari berzina dan bertaubat
selama-lamanya, tentu sudah tidak bisa
lagi dikatakan sebagai pezina.
Yang lebih tepat dikatakan bahwa dia
adalah mantan pezina, dan seorang
mantan pezina bisa saja masuk surga,
karena Allah SWT sudah menerima
taubatnya.
B. Dalil Keharaman
Al-Quran Al-Kariem memang
mengharamkan seorang laki-laki yang
beriman untuk menikahi wanita yang
berzina, yaitu wanita yang masih aktif
dengan kegiatan zina.
Demikian pula sebaliknya, seorang
wanita yang beriman tidak layak menikah
dengan laki-laki pezina, yang aktif
berzina juga.

‫ل َسزانءيسس سجة َأسمو َكممشس سءرسكجة َسواللزانءيسس سكة َسل َسينءككحسهسساَ َإء ن‬
‫ل َسزادن َأسمو‬ ‫اللزاءن سس َل َسينءكس سكح َإء ل‬
‫ءء‬ ‫ء‬
‫ي‬ ‫ك َسعسلىَ َالمكممؤمن س‬ ‫كممشءرقك َسوكحنرسم َسذل س‬
Laki-laki yang berzina tidak mengawini melainkan
perempuan yang berzina, atau perempuan yang musyrik; dan
perempuan yang berzina tidak dikawini melainkan oleh laki-
laki yang berzina atau laki-laki musyrik, dan yang demikian
itu diharamkan atas oran-orang yang mu`min. (QS. An-Nur :
3)
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 4 Bab 6 : Menikah Wanita Berzina & Hamill

An-Nasai menyatakan bahwa Abdillah


bin Amr ra berkata.`Ada seorang wanita
bernama Ummu Mahzul (atau Ummu
Mahdun) seorang musafih, dimana
seorang laki-laki shahabat Rasulullah
SAW ingin menikahinya. Lalu turunlah
ayat
`Seorang wanita pezina tidak dinikahi kecuali oleh laki-laki
pezina atau laki-laki musyrik dan hal itu diharamkan buat
laki-laki mukminin`.

Abu Daud, An-Nasai, At-Tirmizy dan Al-


Hakim meriwayatkan dari hadits Amru
bin Syu`aib dari ayahnya dari kakeknya
bahwa ada seorang bernama Mirtsad
datang ke Mekkah dan memiliki seorang
teman wanita di Mekkah bernama `Anaq.
Lalu dia meminta izin pada Rasulullah
SAW untuk menikahinya namun beliau
tidak menjawabnya hingga turun ayat ini.
Maka Rasulullah SAW bersabda
kepadanya,
`Ya Mirtsad, seorang wanita pezina tidak dinikahi kecuali
oleh laki-laki pezina atau laki-laki musyrik dan hal itu
diharamkan buat laki-laki mukminin`.

Para Mufassirin mengatakan bahwa


ayat ini selain untuk Mirtsad bin Abi
Mirtsad, juga untuk pra shahabat yang
fakir yang minta izin kepada Rasulullah
SAW untuk menikahi para wanita pelacur
dari kalangan ahli kitab dan para budak
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 4 Bab 6 : Menikah Wanita Berzina & Hamill

wanita di Madinah, maka turunlah ayat


ini.
C. Perbedaan Pendapat
Lebih lanjut perbedaan pendapat itu
adalah sbb :
1. Pendapat Jumhur ulama
Jumhur ulama mengatakan bahwa
yang dipahami dari ayat tersebut
bukanlah mengharamkan untuk menikahi
wanita yang pernah berzina. Bahkan
mereka membolehkan menikahi wanita
yang pezina sekalipun. Lalu bagaimana
dengan lafaz ayat yang zahirnya
mengharamkan itu ?
Para fuqaha memiliki tiga alasan
dalam hal ini. Dalam hal ini mereka
mengatakan bahwa lafaz hurrima (َ‫)محكككدرعم‬
atau diharamkan di dalam ayat itu
bukanlah pengharaman namun tanzih
(dibenci). Selain itu mereka beralasan
bahwa kalaulah memang diharamkan,
maka lebih kepada kasus yang khusus
saat ayat itu diturunkan, yaitu seorang
yang bernama Mirtsad Al-Ghanawi yang
menikahi wanita pezina. Mereka
mengatakan bahwa ayat itu telah
dibatalkan ketentuan hukumnya
(dinasakh) dengan ayat lainnya yaitu :
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 4 Bab 6 : Menikah Wanita Berzina & Hamill

‫ي َءممن َءعسباَءدككمم َسوإءسمسساَئءككمم َءإن َيسككوُنكسوُا‬ ‫وسأنءكحوُا َالسياَمىَ َءمنككم َوال ل ءء‬
‫صاَل س‬ ‫مس‬ ‫س ك سس‬
‫ضلءءه َسواللكه َسواءسقع َسعءليقم‬
‫فكسسقسراء َيسكمغنءءهكم َاللكه َءمن َفس م‬
Dan kawinkanlah orang-orang yang sedirian diantara kamu,
dan orang-orang yang layak dari hamba-hamba sahayamu
yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan.
Jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan
kurnia-Nya. Dan Allah Maha luas lagi Maha Mengetahui. (QS.
An-Nur : 32)

Pendapat ini juga merupakan


pendapat Abu Bakar As-Shiddiq dan
Umar bin Al-Khattab radhiyallahuanhuma
dan fuqaha umumnya. Mereka
membolehkan seseorang untuk menikahi
wanita pezina. Dan bahwa seseorang
pernah berzina tidaklah mengharamkan
dirinya dari menikah secara syah.
Pendapat mereka ini dikuatkan
dengan hadits berikut :
Dari Aisyah radhiyallahuanha berkata,`Rasulullah SAW
pernah ditanya tentang seseorang yang berzina dengan
seorang wanita dan berniat untuk menikahinya, lalu beliau
bersabda,`Awalnya perbuatan kotor dan akhirnya nikah.
Sesuatu yang haram tidak bisa mengharamkan yang halal`.
(HR. Tabarany dan Daruquthuny).

Juga dengan hadits berikut ini :


Seseorang bertanya kepada Rasulullah SAW,`Istriku ini
seorang yang suka berzina`. Beliau menjawab,`Ceraikan
dia`. `Tapi aku takut memberatkan diriku`. `Kalau begitu
mut`ahilah dia`. (HR. Abu Daud dan An-Nasa`i)

Mut’ahilah dia maksudnya adalah


teruskan pernikahan kalian dan nikmati
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 4 Bab 6 : Menikah Wanita Berzina & Hamill

dia sebagai istri


َ ‫ضع‬
‫ت َتس س‬
‫سل َكتوُسطأ َاممسرأة َسح ل‬
Nabi SAW bersabda,"Janganlah disetubuhi (dikawini)
seorang wanita hamil (karena zina) hingga melahirkan. (HR.
Abu Daud).

‫ء‬ ‫ء ء ء‬ ‫ء ء‬ ‫ء‬
‫سل َسيضل َءلممسءردئ َكممسسلدم َيكسمؤمكن َبءساَل َسواليس سموُم َالخ ءر َأسمن َيسمسسقسيِ َسمساَءسكه َسزمر س‬
‫ع‬
َ ‫سغ مءيهء‬
Nabi SAW bersabda,"Tidak halal bagi seorang muslim yang
beriman kepada Allah dan hari akhir untuk menyiramkan
airnya pada tanaman orang lain. (HR. Abu Daud dan
Tirmizy).

Lebih detail tentang halalnya


menikahi wanita yang pernah melakukan
zina sebelumnya, simaklah pendapat
para ulama berikut ini :
a. Pendapat Abu Hanifah
Imam Abu Hanifah menyebutkan
bahwa bila yang menikahi wanita hamil
itu adalah laki-laki yang menghamilinya,
hukumnya boleh. Sedangkan kalau yang
menikahinya itu bukan laki-laki yang
menghamilinya, maka laki-laki itu tidak
boleh menggaulinya hingga melahirkan.
b. Pendapat Malik dan Ahmad bin
Hanbal
Imam Malik dan Imam Ahmad bin
Hanbal mengatakan laki-laki yang tidak
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 4 Bab 6 : Menikah Wanita Berzina & Hamill

menghamili tidak boleh mengawini


wanita yang hamil, kecuali setelah wanita
hamil itu melahirkan dan telah habis
masa 'iddahnya.
Imam Ahmad menambahkan satu
syarat lagi, yaitu wanita tersebut harus
sudah tobat dari dosa zinanya. Jika belum
bertobat dari dosa zina, maka dia masih
boleh menikah dengan siapa pun. 1
c. Pendapat Asy-Syafi'i
Adapun Al-Imam Asy-syafi'i,
sebagaimana tercantum di dalam kitab
Al-Muhazzab karya Abu Ishaq Asy-
Syairazi juz II halaman 43, bahwa baik
laki-laki yang menghamili atau pun yang
tidak menghamili, dibolehkan
2
menikahinya.
d. Undang-undang Perkawinan RI
Dalam Kompilasi Hukum Islam dengan
Instruksi Presiden RI no. 1 tahun 1991
tanggal 10 Juni 1991, yang
pelaksanaannya diatur sesuai dengan
keputusan Menteri Agama RI no. 154
tahun 1991 telah disebutkan hal-hal
berikut ini : 3
 Seorang wanita hamil di luar nikah,
dapat dikawinkan dengan pria yang
1 Al-Majmu' Syarah Al-Muhazzab karya Al-Imam An-Nawawi, jus XVI hal. 253.
2 Abu Ishaq Asy-Syairazi, Al-Muhazzab , jilid 2 hal. 43
3 Kompilasi Hukum Islam hal. 92 .
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 4 Bab 6 : Menikah Wanita Berzina & Hamill

menghamilinya.
 Perkawinan dengan wanita hamil
yang disebut pada ayat (1) dpat
dilangsungkan tanpa menunggu
lebih duhulu kelahiran anaknya.
 Dengan dilangsungkannya
perkawinan pada saat wanita hamil,
tidak diperlukan perkawinan ulang
setelah anak yang dikandung lahir.
2. Pendapat Yang Mengharamkan
Meski demkikian, memang ada juga
pendapat yang mengharamkan total
untuk menikahi wanita yang pernah
berzina.
Paling tidak tercatat ada Aisyah ra, Ali
bin Abi Thalib, Al-Barra` dan Ibnu
Mas`ud. Mereka mengatakan bahwa
seorang laki-laki yang menzinai wanita
maka dia diharamkan untuk
menikahinya. Begitu juga seorang wanita
yang pernah berzina dengan laki-laki lain,
maka dia diharamkan untuk dinikahi oleh
laki-laki yang baik (bukan pezina).
Bahkan Ali bin Abi Thalib mengatakan
bahwa bila seorang istri berzina, maka
wajiblah pasangan itu diceraikan. Begitu
juga bila yang berzina adalah pihak
suami. Tentu saja dalil mereka adalah
zahir ayat yang kami sebutkan di atas.
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 4 Bab 6 : Menikah Wanita Berzina & Hamill

Selain itu mereka juga berdalil dengan


hadits dayyuts, yaitu orang yang tidak
punya rasa cemburu bila istrinya serong
dan tetap menjadikannya sebagai istri.
Dari Ammar bin Yasir bahwa Rasulullah SAW bersbda,`Tidak
akan masuk surga suami yang dayyuts`. (HR. Abu Daud)

3. Pendapat Pertengahan
Sedangkan pendapat yang
pertengahan adalah pendapat Imam
Ahmad bin Hanbal. Beliau
mengharamkan seseorang menikah
dengan wanita yang masih suka berzina
dan belum bertaubat. Kalaupun mereka
menikah, maka nikahnya tidak syah.
Namun bila wanita itu sudah berhenti
dari dosanya dan bertaubat, maka tidak
ada larangan untuk menikahinya. Dan
bila mereka menikah, maka nikahnya sah
secara syar`i.
Nampaknya pendapat ini agak
menengah dan sesuai dengan asas
prikemanusiaan. Karena seseorang yang
sudah bertaubat berhak untuk bisa hidup
normal dan mendapatkan pasangan yang
baik.
D. Hukum Menikahi Wanita Hamil
Kalau di atas kita sudah bicara
panjang lebar tentang hukum menikahi
wanita yang berzina, maka pada bagian
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 4 Bab 6 : Menikah Wanita Berzina & Hamill

ini kita akan lebih dalam lagi membahas


tentang hukum menikahi wanita yang
hamil.
Kasus kehamilan seorang wanita bisa
terjadi oleh dua macam sebab. Pertama,
hamil yang sah dan halal di luar zina,
dalam arti hamilnya hasil hubungan
suami istri yang sah dengan suami yang
sah di bawah pernikahan yang juga sah.
Kedua, hamil yang tidak sah, karena
dilakukan dengan cara melakukan zina
yang diharamkan.
1. Hamil Bukan Karena Zina
Ada dua kemungkinan pernikahan
bagi wanita yang sedang hamil, yaitu
pernikahan wanita hamil yang halal dan
yang haram.
a. Pernikahan Wanita Hamil Yang
Halal
Wanita yang sedang hamil boleh saja
dinikahi, asalkan yang menikahinya
adalah laki-laki yang pernah menjadi
suami dan ayah dari bayi yang
dikandung. Kasus ini hanya terjadi
manakala seorang suami menceraikan
istrinya, lalu baru ketahuan ternyata
istrinya hamil.
Maka suaminya itu menikahi kembali
mantan istrinya atau merujuknya. Inilah
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 4 Bab 6 : Menikah Wanita Berzina & Hamill

pernikahan wanita hamil yang hukumnya


halal.
b. Pernikahan Wanita Hamil Yang
Haram
Pernikahan wanita hamil yang haram
ada dua macam. Pertama, nikahnya
dengan mantan suaminya, tetapi
sewaktu diceraikan, suaminya
menjatuhkan talak yang ketiga, yaitu
talak bainunah kubra.
Kedua, nikahnya seorang wanita
dalam keadaan hamil dengan laki-laki
selain yang menjadi ayah dari bayinya.
Kalau wanita itu masih bersuami, tentu
hukumnya haram menikahi wanita yang
masih bersuami. Maka kasus ini hanya
terjadi manakala suaminya yang sah
menceraikannya atau meninggal dunia,
sehingga wanita hamil ini menjadi janda.
Untuk itu maka sebagai janda tentu
dia harus melewati masa iddah, yaitu
hingga selesai melahirkan. Dalilnya
adalah dalil haramnya menikahi wanita
yang masih dalam masa iddahnya.
‫ء‬
‫سوسل َتسسمعءزكموُا َعكمقسدسة َالنسكاَءح َسحلت َيسمسبسلكسغ َالمكستَاَ ك‬
‫ب َأسسجلسهك‬
Dan janganlah kamu berazam (bertetap hati) untuk berakad
nikah, sebelum habis idahnya. (QS. Al-Baqarah : 235)

2. Hamil Karena Zina


Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 4 Bab 6 : Menikah Wanita Berzina & Hamill

Sekarang kita akan membahas hukum


menikahi wanita yang hamil dari hasil
zina. Dalam hal ini ada dua kemungkinan
kasus. Pertama, nikahnya wanita hamil
hasil zina ini dengan laki-laki yang
menzinainya. Kedua, nikahnya wanita
hamil ini dengan laki-laki lain yang bukan
ayah dari bayinya.
a. Halal : Al-Hanafiyah & Asy-
Syafi'iyah
Sedangkan pendapat mazhab Al-
Hanafiyah dan Asy-Syafi'iyah terbalik 180
derajat, yaitu mereka justru
menghalalkan pernikahan tersebut, baik
dilakukan oleh laki-laki yang menjadi
ayah dari si bayi atau pun laki-laki lain
yang bukan ayah si bayi.
Penting untuk dijadikan catatan,
meski kedua mazhab ini membolehkan
terjadinya akad nikah, namun
kebolehannya berhenti hanya sampai
pada akadnya saja. Sedangkan hubungan
seksual suami istri hukumnya haram
dilakukan, sebagaimana dalil-dalil yang
ada di atas.
b. Haram : Al-Malikiyah & Al-
Hanabilah
Mazhab Al-Malikiyah dan Al-Hanabilah
berpendapat bahwa menikahi wanita
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 4 Bab 6 : Menikah Wanita Berzina & Hamill

yang dalam keadaan hamil akibat berzina


dengan laki-laki lain hukumnya haram.
Dan keharaman ini berlaku mutlak, baik
kepada laki-laki yang menghamilinya,
atau ayah si bayi, dan juga berlaku
kepada laki-laki lain. Dasar
keharamannya adalah dalil-dalil berikut
ini :
َ ‫ضع‬
‫ت َتس س‬
‫سل َكتوُسطأ َاممسرأة َسح ل‬
Nabi SAW bersabda,"Janganlah disetubuhi (dikawini)
seorang wanita hamil (karena zina) hingga melahirkan. (HR.
Abu Daud).

َ‫صسساَبسسسهاَ َسوسجسسدسها‬ ‫ب َأسلن َسركج ج‬


‫ل َتسسسزلوسج َاممسسرأسجة َفسسلسلمسساَ َأس س‬ ‫سعمن َسسسءعيءد َبمسءن َالممسسيل ء‬
‫كس‬
َ‫صللىَ َاللكه َسعلسميءه َسوسسلسم َفسسسفلرسق َبسمسيسنسسكهسما‬ ‫ء‬
‫ب َ س‬‫ك َإءسل َالنلء ن‬
‫حبسسلىَ َفسسسرفسسع َسذل س‬
‫كم‬
Dari SAid bin Al-Musayyab bahwa seseorang telah menikah
dengan seorang wanita, namun baru ketahuan wanita itu
dalam keadaan hamil. Maka kasus itu diangkat ke hadapan
Rasulullah SAw dan beliau memisahkan antara keduanya
(HR. Said bin Manshur)

Untuk memudahkan kita dalam


memahami duduk perkara kasus-kasus
ini, Penulis membuatkan sebuah tabel
sederhana seperti berikut :
SEBAB HUKUM
HAMIL
Bukan Zina Halal Haram
Suami sendiri  Suami sendiri
(rujuk karena talak (tidak boleh rujuk
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 4 Bab 6 : Menikah Wanita Berzina & Hamill

karena talak
bainunah shughra) bainunah kubra)
 Laki-laki lain

Halal Haram
Hasil Zina
Ayah Bayi Bukan Ayah Bayi
Bab 7 : Poligami

A. Tuduhan Terhadap Islam


Para orientalis, pendeta agama
masehi, kelompok sekuleris dan kalangan
anti Islam pada hari ini sedang gencar
mengkampanyekan gerakan anti
poligami.
Kampanye mereka itu mulai dari yang
bersifat sindiran, pernyataan sinis sampai
kepada yang langsung mencaci maki,
baik syariat Islam sebagai sebuah sistem
hidup maupun pribadi Rasulullah SAW.
Kambing hitam yang selalu
disudutkan tidak lain adalah syariat
Islam. Menurut mereka, syariat Islam itu
tidak sesuai dengan jiwa keadilan,
mendorong laki-laki mengumbar
syahwat, juga tidak berpihak kepada
wanita yang selalu berada dalam posisi
terzhalimi. Sampai-sampai dengan
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 4 Bab 7 : Poligami

sengaja mereka membuat tayangan


sinetron yang menggambarkan betapa
hancurnya sebuah rumah tangga yang
melakukan poligami.
Lebih jauh lagi, mereka juga menuduh
bahwa Rasulullah SAW adalah budak
nafsu, karena menikah dengan 12 orang
wanita.. Sehingga mereka menuduh
bahwa nabi itu kerjanya tukang kawin
dan main perempuan.
Dalam catatan sirah nabawiyah,
Rasulullah SAW tercatat pernah menikahi
12 orang wanita, yaitu :
1. Khadijah binti Khuwailid RA, ia
dinikahi oleh Rasulullah SAW di
Mekkah ketika usia beliau 25 tahun
dan Khadijah 40 tahun.
2. Saudah binti Zam'ah RA, dinikahi
oleh Rasulullah SAW pada bulan
Syawwal tahun kesepuluh dari
kenabian beberapa hari setelah
wafatnya Khadijah. Ia adalah
seorang janda yang ditinggal mati
oleh suaminya yang bernama As-
Sakran bin Amr.
3. Aisyah binti Abu Bakar RA, dinikahi
oleh Rasulullah SAW bulan Syawal
tahun kesebelas dari kenabian,
Dengan menikahi
4. Hafsah binti Umar bin Al-Khatab
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 4 Bab 7 : Poligami

RA, beliau ditinggal mati oleh


suaminya Khunais bin Hudzafah As-
Sahmi, kemudian dinikahi oleh
Rasulullah SAW pada tahun ketiga
Hijriyah. Beliau SAW menikahinya
untuk menghormati bapaknya, yaitu
Umar bin Al-Khattab RA.
5. Zainab binti Khuzaimah RA, dari
Bani Hilal bin Amir bin Sha'sha'ah
dan dikenal sebagai Ummul Masakin
karena ia sangat menyayangi
mereka. Sebelumnya ia
bersuamikan Abdullah bin Jahsy
akan tetapi suaminya syahid di
Uhud, kemudian Rasulullah SAW
menikahinya pada tahun keempat
Hijriyyah. Alasan beliau SAW
menikahinya adalah untuk
menghormati Ummu Salamah dan
memelihara anak-anak yatim
tersebut.
7. Zainab binti Jahsyi bin Royab RA,
dari Bani Asad bin Khuzaimah dan
merupakan puteri bibi Rasulullah
SAW. Sebelumnya ia menikahi
dengan Zaid bin Harits kemudian
diceraikan oleh suaminya tersebut.
Ia dinikahi oleh Rasulullah SAW di
bulan Dzul Qa'dah tahun kelima dari
Hijrah.
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 4 Bab 7 : Poligami

8. Juwairiyah binti Al-Harits RA,


pemimpin Bani Musthaliq dari
Khuza'ah. Ia merupakan tawanan
perang yang sahamnya dimiliki oleh
Tsabit bin Qais bin Syimas,
kemudian ditebus oleh Rasulullah
SAW dan dinikahi oleh beliau pada
bulan Sya'ban tahun ke 6 Hijrah.
Alasan beliau SAW menikahinya
adalah untuk menghormatinya dan
meraih simpati dari kabilhnya
(karena ia adalah anak pemimpin
kabilah tersebut) dan membebaskan
tawanan perang.
9. Ummu Habibah Ramlah binti Abu
Sufyan RA, sebelumnya ia dinikahi
oleh Ubaidillah bin Jahsy dan hijrah
bersamanya ke Habsyah. Suaminya
tersebut murtad dan menjadi
nashroni dan meninggal di sana.
Ummu Habibbah tetap istiqomah
terhadap agamanya. Alasan yang
paling kuat adalah untuk menghibur
beliau dan memberikan sosok
pengganti yang lebih baik baginya.
Serta penghargaan kepada mereka
yang hijrah ke Habasyah karena
mereka sebelumnya telah
mengalami siksaan dan tekanan
yang berat di Mekkah.
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 4 Bab 7 : Poligami

10. Shafiyyah binti Huyay bin Akhtab


RA, dari Bani Israel, ia merupakan
tawan perang Khaibar lalu
Rasulullah SAW memilihnya dan
dimerdekakan serta dinikahinya
setelah menaklukan Khaibar tahun 7
Hijriyyah. Pernikahan tersebut
bertujuan untuk menjaga
kedudukan beliau sebagai anak dari
pemuka kabilah.
11. Maimunah binti Al- Harits RA,
saudarinya Ummu Al-Fadhl Lubabah
binti Al-Harits. Ia adalah seorang
janda yang sudah berusia lanjut,
dinikahi di bulan Dzul Qa'dah tahun
7 Hijrah pada saat melaksanakan
Umroh Qadha'.
Kampanye itu rupanya berjalan
sangat efektif dalam menyudutkan Islam,
karena mampu menggerakkan banyak
kalangan yang tidak sehat berpikir
termasuk para aktifis wanita untuk ikut-
ikutan menyudutkan Islam. Dan dengan
bahasa wanita, mereka terus
menggelembungkan semangat anti
poligami sekaligus semangat anti Islam
di kalangan publik terutama di kalangan
wanita.
Lucunya, sebagian dari tokoh agama
yang terlalu dekat dengan kalangan
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 4 Bab 7 : Poligami

mereka pun ikut-ikutan menentang


poligami, lalu mensitir sekian ayat dan
hadits yang diplintir sedemikian rupa
untuk menentang keabsahan poligami
dalam Islam. Entah karena mau dibilang
moderat atau motavasi lainnya.
B. Sanggahan
1. Poligami Sudah Ada jauh Sebelum
Islam
Padahal poligami itu bukan semata-
mata produk syariat Islam. Jauh sebelum
Islam lahir di tahun 610 masehi,
peradaban manusia di penjuru dunia
sudah mengenal poligami.
Dr. Yusuf Al-Qaradawi menuliskan
bahwa di masa lalu, peradaban manusia
sudah mengenal poligami dalam bentuk
yang sangat mengerikan, karena seorang
laki-laki bisa saja memiliki bukan hanya 4
istri, tapi lebih dari itu. Ada yang sampai
10 bahkan ratusan istri. Bahkan dalam
kitab orang yahudi perjanjian lama, Daud
disebutkan memiliki 300 orang istri, baik
yang menjadi istri resminya maupun
selirnya. 1
Dalam Fiqhus-Sunnah, As-Sayyid
Sabiq dengan mengutip kitab Hak-hak
Wanita Dalam Islam karya Ustaz Dr. Ali
1 Dr. Yusuf Al-Qaradawi, Ruang lingkup Aktivitas Wanita Muslimah, hal. 184
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 4 Bab 7 : Poligami

Abdul Wahid Wafi menyebutkan bahwa


poligami bila kita runut dalam sejarah
sebenarnya merupakan gaya hidup yang
diakui dan berjalan dengan lancar di
pusat-pusat peradaban manusia.
Bisa dikatakan bahwa hampir semua
pusat peradaban manusia (terutama
yang maju dan berusia panjang)
mengenal poligami dan mengakuinya
sebagai sesuatu yang normal dan formal.
Para ahli sejarah mendapatkan bahwa
hanya peradaban yang tidak terlalu maju
saja dan tidak berusia panjang yang tidak
mengenal poligami.
Bahkan agama nasrani sekalipun
mengenal dan mengajarkan poligami.
Berbeda dengan apa yang sering mereka
ungkapkan hari ini, namun Nabi Isa dan
para pengikutnya mengajarkan dan
mengakui poligami. Masih menurut ahli
sejarah, karena saat itu penyebaran
nasrani terjadi di romawi dan yunani,
sementara kedua peradaban ini memang
tidak mengenal poligami, jadilah akhirnya
seolah-olah agama nasrani itu melarang
poligami. Sesuatu yang sebenarnya
bertentangan dengan sumber asli ajaran
mereka sendiri.
Ustaz As-Sayyid Sabiq menyebutkan
bahwa peradaban maju seperti Ibrani
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 4 Bab 7 : Poligami

yang melahirkan bangsa yahudi


mengenal poligami. Begitu juga dengan
peradaban Shaqalibah yang melahirkan
bangsa Rusia, Lituania, Ustunia,
Chekoslowakia dan Yugoslavia semuanya
sangat mengenal poligami. Begitu juga
dengan Bangsa Jerman, Swis, Saksonia,
Belgia, Belanda, Denmark, Swedia,
Norwegia dan Enggris.
Jadi pendapat bahwa poligami itu
hanya produk hukum Islam adalah tidak
benar. Begitu juga dengan bangsa Arab
sebelum Islam, mereka pun mengenal
poligami.
Dalam salah satu hadits disebutkan
bahwa ada seorang masuk islam dan
masih memiliki 10 orang istri. Lalu oleh
Rasulullah SAW diminta untuk memilih
empat saja dan selebihnya diceraikan.
Beliau bersabda,"Pilihlah 4 orang dari mereka dan ceraikan
sisanya". (Hadits itu adalah hadits Ibnu Umar yang
diriwayatkan oleh At-tirmizy hadits no. 1128, oleh Ibnu Majah
hadits no. 1953)

Masih menurut beliau, poligami itu


bukan hanya milik peradaban masa lalu
dunia, tetapi hari ini masih tetap diakui
oleh negeri dengan sistem hukum yang
bukan Islam seperti Afrika, India, China
dan Jepang.
Sehingga jelaslah bahwa poligami
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 4 Bab 7 : Poligami

adalah produk umat manusia, produk


kemanusiaan dan produk peradaban
besar dunia. Islam hanyalah salah satu
yang ikut di dalamnya dengan
memberikan batasan dan arahan yang
sesuai dengan jiwa manusia.
Islam datang dalam kondisi dimana
masyarakat dunia telah mengenal
poligami selama ribuan tahun dan telah
diakui dalam sistem hukum umat
manusia. Justru Islam memberikan aturan
agar poligami itu tetap selaras dengan
rasa keadilan dan keharmonisan.
Misalnya dengan mensyaratkan adanya
keadilan dan kemampuan dalam nafkah.
Begitu juga Islam sebenarnya tidak
membolehkan poligami secara mutlak,
sebab yang dibolehkan hanya sampai
empat orang istri. Dan segudang aturan
main lainnya sehingga meski mengakui
adanya poligami, namun poligami yang
berkeadilan sehingga melahirkan
kesejahteraan.
2. Barat Adalah Pendukung Poligami
Dan kini karena masyarakat barat
banyak menganut agama nasrani,
ditambah lagi latar belakang budaya
mereka yang berangkat dari romawi dan
yunani kuno, maka mereka pun ikut-
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 4 Bab 7 : Poligami

ikutan mengharamkan poligami. Namun


anehnya, sistem hukum dan moral
mereka malah membolehkan perzinahan,
homoseksual, lesbianisme dan gonta
ganti pasangan suami istri.
Padahal semua pasti tahu bahwa
poligami jauh lebih beradab dari semua
itu. Sayangnya, ketika ada orang
berpoligami dan mengumumkan
kepoligamiannya, semua ikut merasa
`jijik`, sementara ketika hampir semua
lapisan masyarakat menghidup-hidupkan
perzinahan, pelacuran, perselingkuhan,
homosek dan lesbianisme, tak ada satu
pun yang berkomentar jelek. Semua
seakan kompak dan sepakat bahwa
perilaku bejat itu adalah `wajar` terjadi
sebagai bagian dari dinamika kehidupan
modern.
Dr. Yusuf Al-Qaradawi mengatakan
bahwa pada hakikatnya apa yang
dilakukan oleh Barat pada hari ini dengan
segala bentuk pernizahan yang mereka
lakukan tidak lain adalah salah satu
bentuk poligami juga meski tidak dalam
bentuk formal.
Dan kenyataaannya mereka memang
terbiasa melakukan hubungan seksual di
luar nikah dengan siapapun yang mereka
inginkan. Di tempat kerja, hubungan
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 4 Bab 7 : Poligami

seksual di luar nikah menjadi sesuatu


yang lazim dilakukan mereka baik
sesama teman kerja, antara atasan dan
bawahan atau pun klien mereka.
Ditempat umum mereka terbiasa
melakukan hubungan seksual di luar
nikah baik dengan wanita penghibur,
pelayan restoran, artis dan selebritis. Di
sekolah pun mereka menganggap wajar
bila terjadi hubungan seksual baik
sesama pelajar, antara pelajar dengan
guru atau dosen, antar karyawan dan
seterusnya.
Bahkan di dalam rumaah tangga pun
mereka menganggap boleh dilakukan
dengan tetangga, pembantu rumah
tangga, sesama angota keluarga atau
dengan tamu yang menginap. Semua itu
bukan mengada-ada karena secara jujur
dan polos mereka akui sendiri dan
tercermin dalam film-film hollywood
dimana hampir selalu dalam setiap
kesempatan mereka melakukan
hubungan seksual dengan siapa pun.
Jadi peradaban barat membolehkan
poligami dengan siapa saja tanpa batas,
bisa dengan puluhan bahkan ratusan
orang yang berlainan. Dan sangat besar
kemungkinannya mereka pun telah lupa
dengan siapa saja pernah melakukannya
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 4 Bab 7 : Poligami

karena saking banyaknya. Dan semua itu


terjadi begitu saja tanpa pertanggung-
jawaban, tanpa ikatan, tanpa
konsekuensi dan tanpa pengakuan.
Apabila terjadi kehamilan, sama sekali
tidak ada konsekuensi hukum untuk
mewajibkan bertanggung-jawab atas
perbuatan itu. Poligami tidak formal alias
seks di luar nikah itu alih-alih dilarang,
malah sebaliknya dilindungi dan
dihormati sebagai hak asasi. Lucunya,
banyak negara yang mengharamkan
poligami formal yang mengikat dan
menuntut tanggung jawab, sebaliknya
seks bebas yang tidak lain merupakan
bentuk poligami yang tidak bertanggung
jawab malah dibebaskan, dilindungi dan
dihormati.
Untuk kasus ini, Syeikh Abdul Halim
Mahmud menceritakan sebuah kejadian
lucu yang terjadi di sebuah negeri
sekuler di benua Afrika. Ada seorang
tokoh Islam yang menikah untuk kedua
kalinya (berpoligami) secara sah menurut
aturan syar`i. Namun berhubungan
negeri itu melarang poligami secara
tegas, maka pernikahan itu dilakukan
tanpa melaporkan kepada pemerintah.
Rupanya, inteljen sempat mencium
adanya pernikah itu dan setelah
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 4 Bab 7 : Poligami

melakukan pengintaian intensif,


dikepunglah rumah tokokh ini dan
diseretlah dia ke pengadilan untuk
dijatuhi hukuman seberat-beratnya.
Melihat situasi yang timpang seperti ini,
maka akal digunakan. Tokoh ini dengan
kalem menjawab bahwa wanita yang ada
di rumahnya itu bukan istrinya, tapi
teman selingkuhannya. Agar tidak
ketahuan istri pertamanya, maka mereka
melakukannya diam-diam.
Mendengar pengakuannya, kontak
pihak pengadilan atas nama pemerintah
meminta maaf yang sebesar-besarnya
atas kesalah-pahaman itu. Dan
memulangkannya dengan baik-baik serta
tidak lupa tetap meminta maaf atas
insiden itu. 1
C. Tujuan dan Syarat Poligami Dalam Islam
Poligami atau dikenal dengan
ta`addud zawaj pada dasarnya mubah
atau boleh. Bukan wajib atau anjuran.
Karena melihat siyaq ayatnya memang
mensyaratkan harus adil. Dan keadilan
itu yang tidak dimiliki semua orang.
Allah berfirman :
‫ء‬ ‫وإءمن َءخمفتَكس سم َأس ل ء‬
‫ل َتكسمقسس سطكوُما َءف سس َالميستَسسساَسمىَ َفسسساَنككحوُما َسم سساَ َطسسساَ س‬
‫ب َلسكك سسم َنمس سسن‬ ‫م‬ ‫س‬
1 Dr. Yusuf Al-Qaradawi, Ruang lingkup Aktivitas Wanita Muslimah, hal. 213-214
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 4 Bab 7 : Poligami

َ‫ل َتسسمعس سءدلكوُما َفسسسوُاءحس سسدجة َأسمو َسم سسا‬


‫ع َفسس سءإمن َءخمفتَكس سمم َأس ل‬ ‫ث َسوكربسسساَ س‬
‫النسس سساَء َسمثمسسن سس َسوثكلس س‬
‫ك َأسمدسن َأس ل‬ ‫ء‬
‫ل َتسسكعوُلكوُام‬ ‫ت َأسمسياَنكككمم َذسل س‬‫سملسسك م‬
Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap
perempuan yang yatim, maka kawinilah wanita-wanita yang
kamu senangi : dua, tiga atau empat. Kemudian jika kamu
takut tidak akan dapat berlaku adil , maka seorang saja , atau
budak-budak yang kamu miliki. Yang demikian itu adalah
lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya.(QS. An-Nisa : 3)

Jadi syarat utama adalah adil


terhadapat istri dalam nafkah lahir dan
batin. Jangan sampai salah satunya tidak
diberi cukup nafkah. Apalagi kesemuanya
tidak diberi cukup nafkah, maka hal itu
adalah kezaliman.
Sebagaimana hukum menikah yang
bisa memiliki banyak bentuk hukum, aka
begitu juga dengan poligami, hukumnya
sangat ditentukan oleh kondisi
seseorang, bahkan bukan hanya kondisi
dirinya tetapi juga menyangkut kondisi
dan perasaan orang lain, dalam hal ini
bisa saja istrinya atau keluarga istrinya.
Pertimbangan orang lain ini tidak bisa
dimentahkan begitu saja dan tentunya
hal ini sangat manusiawi sekali.
Karena itu kita dapati Rasulullah SAW
melarang Ali bin abi Thalib untuk
memadu Fatimah yang merupakan putri
Rasulullah SAW. Sehingga Ali bin Abi
Thalim tidak melakukan poligami.
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 4 Bab 7 : Poligami

Kalau hukum poligami itu sunnah atau


dianjurkan, maka apa yang dilakukan
oleh Rasulullah SAW untuk melarang Ali
berpoligami akan bertentangan.
Selain itu yang sudah menjadi syarat
paling utama dalam pertimbangan
poligami adalah masalah kemampuan
finansial. Biar bagaimana pun ketika
seorang suami memutuskan untuk
menikah lagi, maka yang harus pertama
kali terlintas di kepalanya adalah
masalah tanggung jawab nafkah dan
kebutuhan hidup untuk dua keluarga
sekaligus. Nafkah tentu saja tidak
berhenti sekedar bisa memberi makan
dan minum untuk istri dan anak, tapi
lebih dari itu, bagaiman dia merencakan
anggaran kebutuhan hidup sampai
kepada masalah pendidikan yang layak,
rumah dan semua kebutuhan lainnya.
Ketentuan keadilan sebenarnya pada
garis-garis umum saja. Karena bila
semua mau ditimbang secara detail
pastilah tidak mungkin berlaku adil
secara empiris. Karena itu dibuatkan
garis-garis besar seperti maslaah
pembagian jatah menginap. Menginap di
rumah istri harus adil. Misalnya sehari di
istri tua dan sehari di istri muda. Yang
dihitung adalah malamnya atau
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 4 Bab 7 : Poligami

menginapnya, bukan hubungan


seksualnya. Karena kalau sampai hal
yang terlalu mendetail harus dibuat adil
juga, akan kesulitan menghitung dan
menimbangnya.
Secara fitrah umumnya, kebutuhan
seksual laki-laki memang lebih tinggi dari
wanita. Dan secara faal, kemampuan
seksual laki-laki memang dirancang
untuk bisa mendapatkan frekuensi yang
lebih besar dari pada wanita.
Nafsu birahi setiap orang itu berbeda-
beda kebutuhannya dan cara
pemenuhannya. Dari sudut pandang laki-
laki, masalah `kehausan` nafsu birahi
sedikit banyak dipengaruhi kepada
kepuasan hubungan seksual dengan istri.
Bila istri mampu memberikan kepuasan
skesual, secara umum kehausan itu bisa
terpenuhi dan sebaliknya bila kepuasan
itu tidak didapat, maka kehausan itu
bisa-bisa tak terobati. Akhirnya, menikah
lagi sering menjadi alternatif solusi.
Umumnya laki-laki membutuhkan
kepuasan seksual baik dalam kualitas
maupun kuantitas. Namun umumnya
kepuasan kualitas lebih dominan dari
pada kepuasan secara kuantitas. Bila
terpenuhi secara kualitas, umumnya
sudah bisa dirasa cukup. Sedangkan
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 4 Bab 7 : Poligami

pemenuhan dari sisi kuantitas saja sering


tidak terlau berarti bila tidak disertai
kualitas, bahkan mungkin saja menjadi
sekedar rutinitas kosong. Lagi-lagi
menikah lagi sering menjadi alternatif
solusi.
Secara pisik, terkadang memang ada
pasangan yang agak ekstrim. Dimana
suami memiliki kebutuhan kualitas dan
kuantitas lebih tinggi, sementara pihak
istri kurang mampu memberikannya baik
dari segi kualitas dan juga kuantitas.
Ketidak-seimbangan ini mungkin saja
terjadi dalam satu pasangan suami istri.
Namun biasanya solusinya adalah
penyesuaian diri dari masing-masing
pihak. Dimana suami berusaha
mengurangi dorongan kebutuhan untuk
kepuasan secara kualitas dan kuantitas.
Dan sebaliknya istri berusaha
meningkatkan kemampuan pelayanan
dari kedua segi itu. Nanti keduanya akan
bertemu di ssatu titik.
Tapi kasus yang ekstrim memang
mungkin saja terjadi. Suami memiliki
tingkat dorongan kebutuhan yang
melebihi rata-rata, sebaliknya istri
memiliki kemampuan pelayanan yang
justru di bawah rata-rata. Dalam kasus
seperti ini memang sulit untuk mencari
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 4 Bab 7 : Poligami

titik temu. Karena hal ini merupakan


fithrah alamiah yang ada begitu saja
pada masing-masing pihak. Dan kasus
seperti ini adalah alasan yang paling
logis dan masuk akal untuk terjadinya
penyelewengan, selingkuh, prostitusi,
pelecehan seksual dan perzinahan.
Sehingga jauh-jauh hari Islam sudah
mengantisipasi kemungkinan terjadinya
fenomena ini dengan membuka pintu
untuk poligami dan menutup pintu ke
arah zina. Dari pada zina yang merusak
nilai kemanusiaan dan harga diri
manusia, lebih baik kebutuhan itu
disalurkan lewat jalur formal dan legal.
Yaitu poligami.
Dan kenyataanya, angka kasus sejenis
lumayan banyak. Namun antisipasinya
sering terlihat kurang cerdas bahkan
mengedepankan ego. Hukum agama
nasrani jelas-jelas melarang poligami
yang legal. Begitu juga hukum positif di
banyak negeri umumnya cenderung
menganggap poligami itu tidak bisa
diterima. Apalagi hukum non formal yang
berbentuk penilaian masyarakat yang
umumnya juga menganggap poligami itu
hina dan buruk.
Secara tidak sadar semuanya lebih
memaklumi kalau dalam kasus seperti
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 4 Bab 7 : Poligami

yang kita bicarakan ini, solusinya adalah


zina dan bukan poligami. Nah, inilah
terjungkir baliknya nilai-nilai agama yang
dikalahkan dengan rasa dan selera
subjektif hawa nafsu manusia.
D. Berlebihan Dalam Poligami
Ada orang yang terlalu berlebihan
dalam memahami kebolehan poligami
dalam Islam. Dan sebaliknya, ada
kalangan yang berusaha mengahalang-
halangi terjadinya poligami dalam Islam,
meski tidak sampai menolak syariatnya.
1. Pihak yang berlebihan
Menurut kalangan ini, poligami adalah
perkara yang sangat utama untuk
dikerjakan bahkan merupakan sunnah
muakkadah dan pola hidup Rasulullah
SAW. Kemana-mana mereka selalu
mendengungkan poligami hingga seolah
hamir mendekati wajib.
Pemahaman keliru seperti itu sering
menggunakan ayat poligami yang
memang bunyinya seolah seperti
mendahulukan poligami dan bila tidak
mampu, barulah beristri satu saja.
Istilahnya, poligami dulu, kalau tidak
mampu, baru satu saja.
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 4 Bab 7 : Poligami

‫ء‬ ‫وإءمن َءخمفتَكس سم َأس ل ء‬


‫ب َلسكك سسم َنمس سسن‬ ‫ل َتكسمقسس سطكوُما َءف سس َالميستَسسساَسمىَ َفسسساَنككحوُما َسم سساَ َطسسساَ س‬ ‫م‬ ‫س‬
‫ء‬ ‫ء‬ ‫ء‬
‫ع َفسس سءإمن َخمفتَكس سمم َأس ل‬
َ‫ل َتسسمعس سدلكوُما َفسسسوُاحس سسدجة َأسمو َسم سسا‬ ‫ث َسوكربسسساَ س‬
‫النسس سساَء َسمثمسسن سس َسوثكلس س‬
‫ك َأسمدسن َأس ل‬ ‫ء‬
‫ل َتسسكعوُلكوُام‬ ‫ت َأسمسياَنكككمم َسذل س‬‫سملسسك م‬
Maka kawinilah wanita-wanita yang kamu senangi : dua,
tiga atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat
berlaku adil, maka seorang saja , atau budak-budak yang
kamu miliki. Yang demikian itu adalah lebih dekat kepada
tidak berbuat aniaya.(QS. An-Nisa : 3)

Padahal makna ayat itu sama sekali


tidak demikian. Karena meski sepintas
ayat itu kelihatan mendahulukan
poligami lebih dahulu, tapi dalam
kenyataan hukum hasil dari istinbath
para ulama dengan membandingkannya
dengan dalil-dalil lainnya menunjukan
bahw poligami merupakan jalan keluar
atau rukhshah (bentuk keringanan) atas
sebuah kebutuhan. Bukan menempati
posisi utama dalam masalah pernikahan.
Alasan agar tidak jatuh ke dalam zina
adalah alasan yang ma`qul dan sangat
bisa diterima. Karena Allah SWT memang
memerintahkan agar seorang mukmin
menjaga kemaluannya.
Allah SWT berfirman :
‫سوالءذيسن َكهمم َلءكفكروءجءهمم َسحاَفءكظوُسن‬
Dan orang-orang yang menjaga kemaluannya (QS. Al-
Mukminun : 5)
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 4 Bab 7 : Poligami

‫ء‬ ‫ضوُا َءمن َأسب ء‬ ‫ء ءء‬


‫صاَءرهمم َسوسميسفظكوُا َفكسكروسجكهمم َسذل س‬
‫ك َأسمزسكسسىَ َسلسكمم‬ ‫ي َيسسغك ض م م س‬ ‫قكمل َلملكممؤمن س‬
‫ء‬
‫إءلن َاللسه َسخبءقي َبساَ َيس م‬
‫صنسسكعوُسن‬
Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman:
"Hendaklah mereka menahan pandanganya, dan memelihara
kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi
mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang
mereka perbuat. (QS. An-Nur : 30)

‫سوالءذيسن َكهمم َلءكفكروءجءهمم َسحاَفءكظوُسن‬


Dan orang-orang yang memelihara kemaluannya (QS. Al-
Ma`arij : 29)

Bila satu istri saja masih belum bisa


menahan gejolak syahwatnya, sementara
secara nafkah dia mampu berbuat adil,
bolehlah seseorang untuk menikah lagi
dengan niat menjaga agamanya. Bukan
sekedar memuaskan nafsu syahwat saja.
Bentuk kekeliruan yang lain adalah
rasa terlalu optimis atas kemampuan
menanggung beban nafkah. Padahal
Islam tetap menutut kita berlaku logis
dan penuh perhitungan. Memang rezeki
itu Allah SWT yang memberi, tapi rezeki
itu tidak datang begitu saja.
Bahkan untuk orang yang baru
pertama kali menikah pun, Rasulullah
SAW mensyaratkan harus punya
kemampuan finansial. Dan bila belum
mampu, maka hendaknya berpuasa saja.
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 4 Bab 7 : Poligami

Jangan sampai seseorang yang


penghasilannya senin kamis, tapi
berlagak bak seorang saudagar kaya
yang setiap hari isi pembicaraannya tidak
lepas dari urusan ta`addud. Ini jelas
sangat `njomplang`, jauh asap dari api.
2. Pihak yang mencegah poligami
Di sisi lain, ada kalangan yang
menentang poligami atau paling tidak
kurang bersimpati terhadap poligami.
Mereka pun sibuk membolak balik ayat
Al-Quran Al-Karim dan Sunnah Rasulullah
SAW untuk mencari dalih yang bisa
melarang atau minimal memberatkan
jalan menuju poligami.
Misalnya dengan mengikat seorang
suami untuk janji tidak menikah lagi
ketika melangsungkan pernikahan
pertamanya. Janji itu diqiyaskan dengan
sighat ta'liq yang bila dilanggar maka
istrinya diceraikan.
Menanggapi hal ini, para ulama
berbeda pendapat tentang syarat tidak
boleh melakukan poligami bagi suami
yang diajukan oleh isterinya pada saat
aqad nikah. Apakah persyaratan tersebut
dibolehkan atau tidak?
Sebahagian ulama menyatakan
bahwa pensyaratan tersebut
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 4 Bab 7 : Poligami

diperbolehkan, sedangkan yang lain


berpendapat hal tersebut dimakruhkan
tetapi tidak haram. Karena dengan
adanya pensyaratan tersebut maka
suami akan merasa terbelenggu yang
pada akhirnya akan menimbulakn
hubungan yang kurang harmonis di
antara keduanya.
Lantas bagaimana sikap suami,
apakah harus memenuhi syarat tersebut
atau tidak? Ada dua pendapat ulama.
Pendapat pertama menyatakan bahwa
hukum memenuhi persyaratan tersebut
hanya sunah saja dan tidak wajib. Oleh
karena itu suami bisa saja menikah
dengan wanita yang lain. Hal tersebut
berdasarkan sabda Rasulullah SAW yang
diriwayatkan oleh Aisyah RA.
Barangsiapa yang mensyaratkan suatu syarat yang tidak
terdapat dalam kitab Allah, maka ia tidak berhak
melakukannya (Dan tidak perlu dipenuhi), meskipun ia
mensyaratakan seratus persyaratan. Persyaratan Allah-lah
yang lebih berhak dan lebih kuat" (HR Bukhari)

Ali bin Abi Thalib pernah berkata:


"Syarat Allah sebelum syaratnya (wanita
tersebut)". Ibnu Abdil Barr mengomentari
bahwa Allah telah membolehkan
melarang apa yang engkau kehendaki
dengan sejumlah syarat, sedangkan apa
yang Allah perbolehkan adalah lebih
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 4 Bab 7 : Poligami

utama.1
Pendapat kedua menyatakan bahwa
suami wajib memenuhi persyaratan
isterinya tersebut disebabkan
pensyaratan tersebut adalah sah secara
agama. Oleh karena itu ia tidak boleh
melakukan poligami. Hal tersebut
berdasarkan hadis :
"Pensyaratan yang paling utama untuk dipenuhi adalah
syarat yang menghalakan terjadinya hubungan badan" (HR.
Muslim, Tirmidzi, Abu Daud, Nasa'i dan Ibnu Majah)

Dalam riwayat Muslim disebutkan


bahwa Nabi SAW bersabda :
"Orang-orang muslim itu berdasarkan syarat-syarat mereka
(yang disepakati) kecuali syarat yang menghalakan yang
haram atau syarat yang mengharamkan yang halal" (HR.
Muslim)

Pendapat kedua ini dipegang oleh


sejumlah sahabat dan ulama antara lain
Umar bin Al-Khattoa, Amr bin Al-Ash,
Syuraikh Al-Qadhi, Ishaq, Imam Ahmad,
Ibnu Taimiyyah dan lain-lain.1
Ada bentuk lain lagi dalam perkara
mengahalangi poligami, yaitu mereka
mengatakan bahwa Rasulullah SAW tidak
pernah melakukan poligami kecuali
hanya kepada janda saja. Tidak pernah
kepada wanita yang perawan. Memang
ketika menikahi Aisyah ra, status
1 At-Tamhid 18/168-169
1 Jami' Ahkamun-Nisaa III/361-370
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 4 Bab 7 : Poligami

Rasulullah SAW adalah seorang duda


yang ditinggal mati istrinya.
Dalam menjawab masalah ini,
sebenarnya syarat harus menikahi wanita
yang berstatus janda bukanlah syarat
untuk poligami. Meski Rasulullah SAW
memang lebih banyak menikahi janda
ketimbang yang masih gadis. Namun hal
itu terpulang kepada pertimbangan
teknis di masa itu yang umumnya untuk
memuliakan para wanita atau mengambil
hati tokoh di belakang wanita itu.
Pertimbangan ini tidak menjadi syarat
untuk poligami secara baku dalam syariat
Islam.
Sebagian kalangan juga ingin
menghalangi poligami dengan dasar
bahwa syarat berlaku adil dalam Al-
Quran Al-Karim adalah sesuatu yang
tidak mungkin bisa dilakukan. Dengan
demikian, maka poligami dilarang dalam
Islam.
Padahal, meski ada ayat yang
demikian, yang dimaksud dengan
keadilan tidak dapat dilakukan adalah
keadilan yang bersifat menyeluruh baik
materi maupun ruhi. Sementara keadilan
yang dituntut dalam sebuah poligami
hanay sebatas keadilan secara sesuatu
yang bisa diukur dan lebih bersifat
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 4 Bab 7 : Poligami

materi. Sedangkan masalah cinta dalam


dada, sangat sulit untuk diidentifikasi.
Namun demikian, Rasulullah SAW
mengancam orang yang berlaku tidak
adil kepada istrinya dengan ancaman.

Jilid 36
Talak

Bab 1 : Pengertian Talak, Hukum &
Rukun

A. Defnisi Talak
1. Bahasa
Istilah cerai atau perceraian dalam
Bahasa Arab lazim disebut dengan istilah
talak (‫)طلق‬. Secara bahasa, talak berarti :
‫املتحلِ توترمفدع املتقميِعد‬
Melepas dan membuka ikatan

2. Istilah
Sedangkan menurut istilah para
fuqaha dalam ilmu fiqih, istilah talak
sering didefinisikan sebagai :1
َ‫ص أتمو تمسسا‬ ‫ترمفدع تقميِعد السَنتكاَعح عفي املتحسساَلِ أتعو املتمسسآَلِ عبلتمفسسةَظ تممخ د‬
َ‫صسسو ة‬
‫تيِدقودم تمتقاَتمده‬
Membuka ikatan pernikahan baik berlaku saat itu juga atau
pun di masa yang akan datang, dengan menggunakan lafadz
tertentu atau hal-hal yang senilai dengannya.

1 Mughni Al-Muhtaj, jilid 3 hal. 279


Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 5 Bab 1 : Pengertian Talak, Hukum dan
Rukun

Definisi ini mengandung beberapa


unsur penting, antara lain :
 Membuka Ikatan Pernikahan
Dalam hal ini para ulama
menggunakan istilah raf’u (‫)رفكككع‬, yang
aslinya bermakna mengangkat atau tidak
memberlakukan lagi suatu hukum. Talak
itu terjadi bila sebelumnya memang ada
pernikahan yang sah. Sedangkan bila
sebelumnya tidak ada pernikahan, maka
tidak ada talak.
Dalam hal ini talak berbeda dengan
fasakh, dimana fasakh itu bukan
mengangkat ikatan pernikahan,
melainkan membatalkan kalau pernah
terjadi ikatan pernikahan dan dianggap
pernikahan tidak pernah terjadi. Seperti
kasus dimana suami istri akhirnya
terbukti secara sah dan meyakinkan
bahwa mereka berdua adalah saudara
sesusuan. Mereka tidak bercerai
melainkan pernikahan mereka batal demi
hukum.
 Saat Ini atau di Masa Mendatang
Maksudnya detik-detik terlepasnya
hubungan suami istri itu bisa dua
macam, yaitu langsung terjadi atau
menunggu waktu tertentu.
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 5 Bab 1 : Pengertian Talak, Hukum dan
Rukun

Pertama, ikatan suami istri itu


langsung terlepas begitu selesai
diucapkan. Seperti yang terjadi pada
talak untuk yang ketiga kalinya, dimana
tidak ada lagi masa iddah bagi istri
sehingga tidak mungkin lagi untuk terjadi
rujuk.
Kedua, ikatan suami istri baru terlepas
pada waktunya nanti, yaitu setelah istri
menyelesaikan masa iddahnya dan
suaminya tidak merujuknya. Kasus ini
bisa terjadi pada talak pertama dan talak
kedua.
 Dengan Menggunakan Lafadz
Tertentu
Talak itu jatuh apabila suami
mengucapkan lafadz tertentu, seperti
kalimat : “Aku menceraikan dirimu”,
yang diucapkan oleh suami kepada
istrinya.
Atau juga bisa dengan lafadz yang
tidak secara tegas menyebutkan
perceraian, namun diniatkan oleh suami
sebagai cerai. Contohnya ketika suami
berkata kepada istrinya,”Pulanglah kamu
ke rumah orang tuamu”. Suami tegas
berniat di dalam hati bahwa maksud dari
lafadz itu adalah menceraikan. Namun
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 5 Bab 1 : Pengertian Talak, Hukum dan
Rukun

bila niatnya bukan untuk menceraikan,


tetapi untuk minta beras yang sudah
habis persediaannya, maka hukumnya
bukan cerai.
 Atau Dengan Hal Yang Senilai
Maksudnya talak itu bisa dijatuhkan
dengan selain perkataan, seperti tulisan
di atas kertas, atau dengan bahasa
isyarat bagi mereka yang tidak mampu
berbicara.
3. Istilah Yang Berdekatan Dengan
Talak
Sudah disinggung di awal bagian
ketiga ini bahwa berpisahnya suami dan
istri secara hukum syar'i tidak terbatas
hanya lewat pintu talak atau perceraian.
a. Fasakh
Fasakh berbeda dengan talak. Fasakh
adalah tindakan yang dilakukan oleh
qadhi atau hakim yang merupakan
representasi dari pemerintah yang sah
untuk membatalkan dari awal sebuah
pernikahan yang terlanjur terlaksana,
sehingga pernikahan itu seolah-olah tidak
pernah terjadi. Sehingga hukum-hukum
yang berlaku sesudahnya berbeda
dengan hukum talak.Dalam talak, suami
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 5 Bab 1 : Pengertian Talak, Hukum dan
Rukun

dan istri masih bisa rujuk, sedangkan


fasakh tidak mengenal rujuk.
b. Khulu’
Khulu’ adalah tebusan yang dibayar
oleh seorang isteri kepada suami yang
membencinya, agar ia (suami) dapat
menceraikannya.
c. Ilaa’
Secara etimologis (bahasa) ilaa'
berarti melarang diri dengan
menggunakan sumpah. Sedangkan
menurut terminologis (istilah), ila’ berarti
bersumpah untuk tidak lagi mencampuri
isteri. Allah SWT befirman:
‫ء‬ ‫ء‬ ‫ء‬ ‫ء‬
‫ص َأسمربسسسع سة َأسمش سكهدر َفسسءإمن َفسسسآِكؤوا َفسسءإلن َاللنسهس‬
‫لنلسذيسن َيسكمؤلسكسوُسن َمسسن َ نسسسسآِئءهمم َتسسسربضس ك‬
‫ َسوإءمن َسعسزكموُام َالطللسسق َفسءإلن َاللنسه َ سءسيقع َسعءليقم‬.َ ‫سغكفوُقر َلرءحيقم‬
Kepada orang-orang yang meng-ilaa' istri-istrinya diberi
tangguh empat bulan (lamanya,). Kemudian jika mereka
kembali (kepada isterinya), maka sesungguhnya Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayàng. Dan jika mereka ber’azam
(berketetapan hati untuk) talak, maka sesungguhnya Allah
Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS. Al-Baqarah:
226-227)

d. Dzhihar
Zhihar adalah suatu ungkapan suami
yang menyatakan kepada isterinya
“Bagiku kamu seperti punggung ibuku”,
ketika ia hendak mengharamkan
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 5 Bab 1 : Pengertian Talak, Hukum dan
Rukun

isterinya itu bagi dirinya.


Talak seperti ini telah berlaku di
kalangan orang-orang jahiliyah
terdahulu. Lalu Allah SWT
memerintahkan kepada suami yang
menzhihar isterinya untuk membayar
kafarat (denda) sehingga zhiharnya
tersebut tidak sampai menjadi talak.
Kalimat zhihar ini pada awalnya berbunyi
“Bagiku kamu seperti perut ibuku”.
Mereka menggunakan kiasan punggung
sebagai ganti perut, karena punggung
merupakan tiang perut.
B. Masyru’iyah Talak
Syariat Islam mengakui keberadaan
talak dan merupakan bagian resmi dari
hukum Islam. Dasar masyru’iyah talak
ada di dalam Al-Quran, As-Sunnah dan
juga Ijma’ para ulama.
1. Al-Quran
Ada beberapa ayat Al-Quran yang
membicarakan talak, di antaranya :
‫الطللسكق َملرستاَءن َفسءإمساَقك َءبسعرو د‬
‫ف َأسمو َتسمسءريقح َبءءإمحسساَدن‬ ‫م س مك‬ ‫س‬
Talak (yang dapat dirujuki) dua kali. Setelah itu boleh rujuk
lagi dengan cara yang makruf atau menceraikan dengan cara
yang baik.(QS. Al-Baqarah : 229)
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 5 Bab 1 : Pengertian Talak, Hukum dan
Rukun

َ ‫صوُا َالمعءلدسة‬ ‫ء ء ءء‬


‫ب َإءسذا َطسلمقتَككم َالنسساَء َفسطسلنكقوُكهلن َلعلدتلن َسوأسمح ك‬
‫سياَ َأسيسضسهاَ َالنلء ض‬
Hai Nabi, apabila kamu menceraikan istri-istrimu maka
hendaklah kamu ceraikan mereka pada waktu mereka dapat
(menghadapi) idahnya (yang wajar) dan hitunglah waktu
idah itu serta bertakwalah kepada Allah Tuhanmu. (QS. Ath-
Talak : 1)

2. As-Sunnah
Ada beberapa hadits nabawi yang
juga membahas serta menyinggung
talak, di antaranya :
‫إءلسناَ َالطللسكق َلءسممن َأسسخسذ َءباَلضساَءق‬
Sesungguhnya hak cerai hanya ada pada orang yang berhak
menceraikan. (HR. Ibnu Majah dan Ad-Daruquthny)

َ ‫للءل َإءسل َاللءه َتسسسعاَسل َاللطلكق‬ ‫سأبمسغس ك‬


‫ض َا مس‬
Perkara halal yang paling Allah benci adalah perceraian (HR.
Abu Daud dan Ibnu Majah)

َ‫صسة َ كلث َسراسجسعسها‬ ‫طسلسق َالنلء ض‬


‫ َسحمف س‬َ ‫ب‬
Nabi SAW mentalak Hafshah namun beliau merujuknya. (HR.
Abu Daud, An-Nasai dan Ibnu Majah)

3. Ijma’
Umat Islam sejak masa Rasulullah
SAW dan seterusnya telah berijma’
tentang disyariatkannya talak. Dan logika
dasar manusia bisa menerimanya
sebagai salah satu solusi dalam
perkawinan yang tidak bisa
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 5 Bab 1 : Pengertian Talak, Hukum dan
Rukun

dipertahankan.
C. Hukum Talak
Ada dua hal yang harus dibahas
dalam masalah hukum talak, yaitu
hukum asal dan hukum turunannya
ketika dikaitkan dengan masing-masing
kasusnya.
1. Hukum Asal
Para ulama berbeda pendapat tentang
hukum asal dari talak, apakah talak itu
aslinya halal kemudian karena kasus
tertentu menjadi haram? Ataukah
sebaliknya, hukum aslinya haram lalu
karena berbagai pertimbangan dalam
kasus tertentu, hukumnya berubah
menjadi halal?
2. Hukum Turunan
Kalau didekati dari sudut pandang
hukum Islam, sebenarnya talak itu bisa
saja hukumnya wajib, tetapi terkadang
bisa juga menjadi haram, atau juga bisa
menjadi mubah dan bisa juga sunnah.
Semua tergantung dari keadaan serta
situasi yang sedang dialami oleh
seseorang dengan pasangannya.
a. Wajib
Talak wajib adalah talak yang
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 5 Bab 1 : Pengertian Talak, Hukum dan
Rukun

bertujuan untuk menyelesaikan konflik


yang terjadi antara suami dan isteri; jika
masing-masing melihat bahwa talak
adalah satu-satunya jalan untuk
mengakhiri perselisihan.” Demikian
menurut para ulama penganut madzhab
Hanbali.
Demikian pula talak yang dilakukan
oleh suami yang meng-ila’ isterinya
setelah diberi tangguh. Yang dimaksud
dengan "meng-ila`" isteri adalab
bersumpah tidak akan mencampurinya
(menyetubuhinya). Dengan adanya
sumpah ini seorang isteri sudah tentu
akan menderita, karena ia tidak lagi
disetubuhi dan tidak pula diceraikan.
Allah SWT berfirman:
‫ء‬ ‫ء ء ء‬ ‫ء ء‬
‫ص َأسمربسسسع سة َأسمش سكهدر َفسسءإمن َفسسساَءكوا َفسسءإلن َاللسهس‬
‫للسذيسن َيسكمؤلسكسوُسن َم سمن َنسسسساَئءهمم َتسسسربضس ك‬
‫سغكفوُقر َسرءحيقم َ َسوإءمن َسعسزكموُا َالطلسلسق َفسءإلن َاللسه َ سءسيقع َسعءليقم‬
Kepada orang-orang yang mengila’ isterinya diberi tangguh
selama empat bulan. Kemudianjika mereka keinbali (kepada
isteri), maka se sungguhnya Allah Maha Pengampun lagi
Maha Penyayang. Dan apabila mereka berazam
(berketetapan hati) untuk talak, maka sesungguhnya Allah
Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.(Al-Baqarah: 226-
227)

b. Sunnah
Sedangkan talak yang disunnahkan
adalah talak yang dilakukan terhadap
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 5 Bab 1 : Pengertian Talak, Hukum dan
Rukun

seorang isteri yang telah berbuat zhalim


kepada hak-hak Allah yang harus
diembannya, seperti shalat dan
kewajiban-kewajiban lainnya, dimana
berbagai cara telah ditempuh oleh sang
suami untuk menyadarkannya, akan
tetapi ia tetap tidak menghendaki
perubahan.
Talak juga disunnahkan ketika suami
isteri berada dalam perselisihan yang
cukup tegang, atau pada suatu keadaan
dimana dengan talak itu salah satu dan
keduanya akan terselamatkan dan
bahaya yang mengancam.
Dengan turunnya ayat jul. maka
seteiah empat bulan sang suami harus
memilih antarakembali rnenyetubuhi
isterinya dengan mernbayar kafarat
sumpah atau menceraikannya.
c. Mubah
Talak diperbolehkan (mubah) jika
untuk menghindari bahaya yang
mengancam salah satu pihak, baik itu
suami maupun isteri. Allah SWT
berfirman :
‫الطلسلكق َملرستاَءن َفسءإمساَقك َءبسعرو د‬
‫ف َأسمو َتسمسءريقح َبءءإمحسساَدن‬ ‫م س مك‬ ‫س‬
Talak (yang dapat dirujuk) adalah dua kali. Setelah itu boleh
rujuk kembali dengan cara yang ma ‘ruf (baik) atau
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 5 Bab 1 : Pengertian Talak, Hukum dan
Rukun

menceraikan dengan cara yang baik.(QS. Al-Baqarah: 229)

Dalam surat yang lain Allah berfirman:


َ ‫صوُا َالمعءلدسة‬ ‫ء ء ءء‬
‫ب َإءسذا َطسلمقتَككم َالنسساَسء َفسطسلنكقوُكهلن َلعلدتلن َسوأسمح ك‬
‫سياَ َأسيسضسهاَ َالنلء ض‬
Wahai Nabi, jika kamu menceraikan isteri-isterimu maka
hendaklah kamu ceraikan mereka pada waktu mereka dapat
(menghadapi) masa ‘iddahnya (yang wajar)’).(QS. Al-Talak:
1)

Rasulullah pernah mengatakan


kepada seseorang yang mengeluh
kepadanya karena perlakuan yang
menyakitkan dan isteninya:
Ceraikanlah ia.” (HR. Abu Dawud)

d. Makruh
Talak tanpa adanya alasan merupakan
sesuatu yang dimakruhkan.
Dari Tsauban Radhiyallahu Anhu, ia menceritakan; bahwa
Rasulullah SAW bersabda:,"Siapa pun wanita yang meminta
cerai tanpa adanya alasan yang membolehkan, maka haram
baginva bau surga.“(HR. Ahmad, Abu Dawud,Ibnu Majah dan
Tirmidzi).
Dan Ibnu Umar Radhiyallahu Anhu, ia berkata; bahwa Nabi
SAW telah bersabda,“Perkara halal yang sangat dibenci Allah
adalah talak.” (HR. Abu Dawud, Ibnu Majah dan Al-Hakim).

Dalam kitab Al-Hujjah Al-Balighah


disebutkan: “Memperbanyak talak dan
kurangnya perhatian terhadap masalah
tersebut menyimpan banyak bahaya.
Karena, sebagian orang akan lebih
cenderung mengutamakan nafsu
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 5 Bab 1 : Pengertian Talak, Hukum dan
Rukun

syahwatnya dengan tidak berusaha


mengurus rumah tangga dengan baik
serta enggan untuk saling menolong di
dalam mewujudkan keakraban dan
menjaga kemaluan.
Kecenderungan mereka hanyalah
bersenang-senang dengan para wanita
serta mencari kenikmatan dan setiap
wanita, sehingga hal itu menjadikan
mereka sering melakukan talak dan
nikah. Tidak ada perbedaan antara
mereka dengan para pezina, jika dilihat
dari sisi nafsu syahwat mereka, dan yang
membedakan mereka hanyalah batasan
pernikahan semata. Rasulullah telah
bersabda:
Aku tidak menyukai laki-laki yang senang mencicipi wanita
dan wanita yang senang mencicipi laki-laki.“ (HR. Thabrani
dan Daruquthni)

Beliau juga bersabda:


Bukan dan golongan kami orang yang menceraikan seorang
wanita dan suaminya.(HR. Abu Dawud dan Nasa’i)

Dan Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu,


ia berkata bahwa Rasulullah SAW
bersabda:
Tidak diperbolehkan bagi seorang wanita meminta saudara
perempuannya untuk ditalak agar ia dapat menggantikan
kedudukannya. Dan hendaklah ia menikah (dengan orang
lain) baginya apa yang telah ditentukan untuknya.
(Muttafaqun ‘Alaih)
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 5 Bab 1 : Pengertian Talak, Hukum dan
Rukun

e. Haram
Talak yang diharamkan adalah talak
yang dilakukan bukan karena adanya
tuntutan yang dapat dibenarkan. Karena,
hal itu akan membawa madharat bagi diri
sang suami dan juga isterinya serta tidak
memberikan kebaikan bagi keduanya.
Talak yang mubah adalah talak yang
dilakukan karena adanya hal yang
menuntut ke arah itu, baik karena
buruknya perangai si isteri, pergaulan
nya yang kurang baik atau hal-hal buruk
lainnya.
D. Rukun Talak
Agar talak menjadi sah dan berlaku,
maka talak harus terpenuhi rukun-
rukunnya. Bila salah satu dari rukun itu
tidak terdapat, maka talak itu menjadi
tidak sah.
Namun ketika menetapkan apa saja
yang termasuk ke dalam rukun talak,
ternyata para ulama berbeda pendapat.
Ada yang mengatakan bahwa rukun talak
hanya satu, tapi ada juga yang
mengatakan ada empat atau lima.
1. Shighat
Shighat adalah pernyataan dari suami
yang intinya menegaskan bahwa dirinya
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 5 Bab 1 : Pengertian Talak, Hukum dan
Rukun

telah menjatuhkan talak kepada istrinya.


Seluruh ulama dari empat mazhab
sepakat bahwa yang shighat talak adalah
rukun dari sebuah talak.
Dalam prakteknya, shighat itu bisa
berupa lafadz atau kalimat yang
diucapkan dengan lisan, tetapi juga bisa
berupa tulisan atau pun juga bisa berupa
bahasa isyarat.
a. Lisan
Shighat talak yang diucapkan dengan
lisan disebut dengan lafadz talak. Lafadz
ini ada dua macam, yaitu lafafz sharih
dan lafadz ghairu sharih atau kina’i,
kadang disebut juga dengan lafadz
majazi.
Contoh lafadz yang sharih adalah
perkataan suami kepada istri,”Kamu saya
cerai”, atau “Kamu saya talak”. Intinya,
lafadz sharih adalah lafadz yang tidak
bisa ditafsirkan selain cerai.
Contoh lafadz ghairu sharih misalnya
perkataan suami kepada istrinya,”Kamu
sudah menjadi orang lain”. Bisa
ditafsirkan bahwa istrinya itu sudah
bukan lagi istrinya, tetapi maksudnya
juga bisa bahwa istrinya itu tetap masih
istrinya, hanya sifat dan kelakuannya
berbeda.
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 5 Bab 1 : Pengertian Talak, Hukum dan
Rukun

b. Tulisan
Selain lewat lisan, ungkapan talak
juga bisa dilakukan lewat tulisan. Yang
penting tulisan itu jelas bisa dibaca dan
punya arti yang tidak bisa ditafsirkan
kecuali talak.
c. Isyarat
Jumhur ulama sepakat bahwa orang
yang mampu berbicara tidak boleh
menyatakan talak hanya dengan isyarat,
tetapi diharuskan mengeluarkan suara.
Penggunaan isyarat hanya berlaku buat
mereka yang tidak mampu berkata-kata
atau tidak mampu menulis.
2. Ahliyah
Yang dimaksud dengan ahliyah adalah
bahwa orang yang menjatuhkan talak itu
memang orang yang berhak untuk
menjatuhkan. Dalam hal ini adalah
suami, yaitu orang yang menikahi
seorang wanita dengan akad nikah yang
sah.
Selain itu yang termasuk ahliyah
dalam hal ini adalah orang atau pihak
yang diberi kuasa oleh suami untuk
menjatuhkan talak kepada istrinya.
Selain itu yang juga termasuk ahliyah
adalah qadhi atau hakim yang dalam hal
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 5 Bab 1 : Pengertian Talak, Hukum dan
Rukun

tertentu berhak untuk memutuskan


perceraian.
3. Al-Qashdu
Sesungguhnya yang dimaksud
dengan al-qashdu disini adalah
mengucapkan lafadz talak dengan
sengaja, meski pun di dalam hatinya
tidak berniat untuk menjatuhkan talak.
Sehingga definisinya menjadi :
‫ب عللرطلتعق عممن تغميِعر إعمجتباَةَر‬
‫صدد اللرمفعظ املدموعج ع‬
‫تق م‬
Sengaja mengucapkan lafadz talak tanpa ada tekanan

Maka bila seseorang secara sengaja


mengucapkan lafadz talak kepada
istrinya, jatuhlah talak itu. Walau pun
niatnya tidak ingin mentalak, barangkali
hanya bercanda, atau bermain-main,
bahkan berpura-pura dalam sebuah
sandiwara. Tetapi karena
mengucapkannya dengan sengaja, maka
kesengajaan itulah yang justru
menjatuhkan talak.
Dasarnya adalah sabda Rasulullah
SAW :

‫ َالنسكاَكح َسوالطللسكق َسواللرمجسعةك‬:َ ‫ث َءجضدكهلن َءجقد َسوسهمزكلكلن َءجقد‬


‫ثسلس ق‬
Tiga perkara yang apabila dilakukan dengan serius maka
hukumnya menjadi serius, namun bila dilakukan dengan
main-main maka hukumnya tetap serius, yaitu : nikah, talak
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 5 Bab 1 : Pengertian Talak, Hukum dan
Rukun

dan rujuk. (HR. Tirmizy)

Yang tidak jatuh talak adalah bila


seseorang tidak sengaja mengucapkan
lafadz talak, karena kesalahan atau
keseleo lidah ketika mengucapkan
sesuatu. Misalnya seorang suami ingin
menyapa istrinya dengan sapaan,”Hai
cantik”, tetapi lidahnya keseleo sehingga
yang keluar dari mulutnya,”Hai talik”.
Talik bermakna wanita yang dicerai.
Dalam hal ini jumhur ulama sepakat
bahwa bila seseorang keseleo lidah, tidak
berniat mengucapkan lafadz talak dan di
hatinya tidak ada niat untuk mentalak,
maka tidak jatuh talak. Dasarnya adalah
sabda Rasulullah SAW :
‫ضسع َسعمن َأكلمءت َاملسطسسأ َسوالنمسسياَسن َسوسماَ َامستَكمكءركهوُا َسعلسميءه‬
‫إءلن َاللسه َسو س‬
Sesungguhnya Allah SWT mengangkat dari umat-Ku
kesalahan, lupa dan apa yang dipaksakan atasnya. (HR. Ibnu
Majah dan Hakim)

4. Al-Mahal
Yang dimaksud dengan al-mahal
secara bahasa adalah orang yang
menjadi objek atau sasaran talak, yaitu
tidak lain adalah istri sah yang dinikahi
sesuai dengan aturan syariah dengan
memenuhi syarat dan rukun nikah,
dimana statusnya pada saat talak itu
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 5 Bab 1 : Pengertian Talak, Hukum dan
Rukun

dijatuhkan masih menjadi istri yang sah.


Meski seorang wanita belum
disetubuhi, asalkan sudah terjadi akad
nikah, maka wanita itu sah bila dijatuhi
talak. Demikian juga wanita yang sudah
dijatuhkan talak, tetapi masih dalam
masa iddah, maka sah juga untuk
dijatuhkan talak. Namun istri yang sudah
ditalak dan sudah habis masa iddahnya,
tidak sah apabila dijatuhkan talak, karena
pada saat itu wanita itu sudah bukan lagi
menjadi istri.
Yang juga tidak sah untuk dijatuhkan
talak adalah istri yang dinikahi secara
fasid, misalnya nikah tanpa wali yang
benar, atau tanpa saksi yang cukup
syaratnya. Wanita seperti itu tidak sah
kalau dijatuhkan talak, lantaran status
hukumnya bukan istri yang sah.
5. Wilayah
Rukun Hanafi Maliki Syafi’i

1. Shighat rukun Rukun Rukun

2. Ahliyah - Rukun Rukun

3. Al-
- Rukun Rukun
Qashdu
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 5 Bab 1 : Pengertian Talak, Hukum dan
Rukun

4. Tempat - Rukun Rukun

5. Wilayah - - Rukun


Bab 2 : Saksi Dalam Talak

Dalam sistem hukum agama di


Indonesia yang umumnya menggunakan
Kompilasi Hukum Islam (KHI), hakim di
Pengadilan Agama biasanya tidak
mengesahkan talak yang sudah
dijatuhkan suami kepada istrinya, kecuali
talak itu harus diulangi lagi di depan
hakim.
Ketentuan ini tentu aneh dan
membingungkan, khususnya bagi mereka
yang tekun belajar hukum talak dalam
fiqih Islam. Sebab yang sudah jadi
kesepakatan adalah bila suami
mengucapkan talak, bahkan hanya main-
main saja, atau tidak sengaja, maka
sudah jatuh talak.
Lalu mengapa justru di Pengadilan
Agama NKRI malah semua itu
dimentahkan? Suami dan istri sudah
sama-sama sepakat bercerai dan tidak
ada silang sengketa, tetap saja hakim di
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 5 Bab 2 : Saksi Dalam Talak

Pengadilan Agama menganggap ucapan


talak suami kepada istrinya tidak sah,
alias belum jatuh talak. Seolah-olah talak
itu hanya sah bila dilakukan di depan
hakim dalam sebuah pengadilan agama.
Lalu apa kira-kira pemikiran yang
mendasari ‘ijtihad’ mereka? Dan ada
semacam kesepakatan di semua
Pengadilan Agama untuk menganut
‘mazhab’ ini?
Jawaban singkatnya begini : Ada
pemikiran yang berbeda dengan apa
yang selama ini sudah ditetapkan para
ulama dalam kitab-kitab fiqih, bahwa
untuk jatuh talak itu sama sekali tidak
membutuhkan saksi. Namun belakangan
muncul pemikiran untuk mengharuskan
adanya saksi untuk sahnya suatu talak.
Sebenarnya para ulama fiqih klasik 4
mazhab dan juga para mufassirin sudah
sepakat dan mencapai level ijma' bahwa
talak itu tidak butuh saksi. Hal itu
sebagaimana disebutkan oleh Asy-
Syaukani (w. 1250 H) dalam kitabnya
Nailul Authar menyebutkan bahwa tidak
harus adanya saksi dalam talak adalah
ijma’ ulama.
‫ وا تفَّقلوا عللى‬،‫وقد ورد الججمْاع على عدم وجلوب الشإلهاد فلي الطلقا‬
‫ في ال ت‬:‫الساتحباب"؛ أي‬
‫طلقا‬
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 5 Bab 2 : Saksi Dalam Talak

Telah ada ijma’ tentang tidak wajib


keberadaan saksi dalam masalah talak.
Para ulama sepakat hukumnya adalah
istihbab saja, yaitu dalam talak. 1
A. Pendapat Harus Adanya Saksi
Salah satu alasannya karena
Pengadilan Agama menggunakan
pendapat yang mengharuskan adanya
saksi. Bila suami mengucapkan talak
tanpa saksi, maka dianggap belum sah.
Oleh karena itulah maka Pengadilan
Agama menetapkan bahwa talak itu
harus diucapkan di depan sidang
pengadilan agar mendapatkan
keabasahan secara hukum.
Pendapat ini sebenarnya tidak
mewakili mayoritas ulama, meski pun
tetap ada tokoh tertentu yang
menudukungnya. Di antaranya ada Ibnu
Hazm, Syiah Imamiyah dan satu dua
tokoh ulama kontemporer :
1. Ibnu Hazm
Ibnu Hazm (w. 456 H) adalah tokoh
mazhab Zhahiri yang terkenal
kontroversial dan menyalahi pendapat
jumhur ulama dalam hampir semua
pendapatnya. Dalam mentapa dasar

1 Asy-Syaukani, Nailul Authar, jilid 6 hal. 300


Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 5 Bab 2 : Saksi Dalam Talak

pandangannya, Ibnu Hazm menggunakan


makna zhahir dari ayat kedua Surat At-
Thalaq.
‫ف َأسو َفسس س سساَءركقوُهلن َءبسعس س سرو د‬‫د‬ ‫ء‬ ‫ء‬ ‫ء‬
‫ف‬ ‫ك مك‬ ‫فسس س سإسذا َبسسلسمغس س سسن َأسسجلسكهس س سلن َفسأسممسس س سككوُكهلن َبسمعس س سكرو م‬
‫سوأسمشءهكدوا َسذسوميِ َسعمددل َءممنككمم َسوأسءقيكموُا َاللشسهاَسدسة َلءلءه‬
Apabila mereka telah mendekati akhir iddahnya, maka
rujukilah mereka dengan baik atau lepaskanlah mereka
dengan baik dan persaksikanlah dengan dua orang saksi yang
adil di antara kamu dan hendaklah kamu tegakkan kesaksian
itu karena Allah. (QS. Ath-Thalaq : 2)

Kalau dilihat secara lahiriyah ayat ini


memang ada perintah : persaksikanlah
dengan dua orang saksi yang adil.
Kalimat inilah yang digunakan Ibnu Hazm
sebagai syarat sah talak di dalam
kitabnya Al-Muhalla bil Atsar.
- ‫وكانَ عمْنَ طتلقا وللم ييجشإلههد عذعوي علدل أو ارعجلعع وللم ييجشإلههد ذوي علدل‬
َ‫ "عمْلن‬:‫مْتع د ييا لحلدود الل تعللالى وقلال رساللول الل صلتلى الل علجيلهْ وسالتلم‬
‫عهمْل عمْلي لجيسْ عليهْ أمْيرنُا فهو رد‬
Orang yang mentalak istri atau merujuk istri tanpa
disaksikan dua orang saksi yang adil termasuk menentang
ketentuan Allah. Padahal Rasulullah SAW bersabda,”Siapa
yang melakukan perbuatan yang tidak sesuai dengan
ketentuan kami, maka perbuatannya tertolak.1

Selain itu Ibnu Hazm juga


menggunakan hadits nabawi dalam
hujjahnya :
1 Ibnu Hazm, Al-Muhalla, jilid 10 hal 17
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 5 Bab 2 : Saksi Dalam Talak

‫سئل َعن َالركجل َيطلنكق َالرأة َثسلس َيقسسع َءبساَ َوسلسس َيكمشسءهد َعلسسىَ َطلقءهساَ َول‬
‫ت َلغ مءيسس َسس سلنة َأشس سءهمد‬ ‫ء‬
‫ َطلقسست َلغيسس َسس سلنة َورجعس س س‬:‫علسسىَ َرمجسعتَهسساَ َفقسساَل‬
‫علىَ َطلءقهاَ َوعلىَ َرمجسعءتَهاَ َول َتعكمد‬
Rasulullah SAW ditanya oleh seseorang yang mentalak istri
lalu menyetubuhinya tanpa ada saksi, kemudian merujuknya
tanpa ada saksinya. Beliau SAW menjawab,”Kamu mentalak
tidak sesuai sunnah, kamu merujuk tidak sesuai sunnah.
Datangkan saksi kalau kamu mentalak atau merujuk dan
jangan ulangi. (HR. Abu Daud dan Ibnu Majah)

2. Syiah Imamiyah
Syiah Imamiyah juga tercatat sebagai
kalangan yang mensyaratkan bahwa
perceraian itu harus disaksikan agar
menjadi sah dan mengikat secara hukum.
Tidak cukup hanya diucapkan oleh suami
tanpa ada saksi.1
3. Ibnu Asyur
Ibnu Asyur dalam kitab tafsirnya At-
Tahrir wa At-Tanwir cenderung
mensyaratkan adanya saksi dalam talak.
َ‫ فيللتركب مْللنَ هللذينَ أن‬،‫ الدللللة علللى الوجللوب‬:‫وظللاهر صلليغة المْللر‬
‫يكونَ الشإهاد على المْراجعة وعلى بت الطلقا واجباي على الزأواج‬
Zhahirnya adalah shighat amr menunjukkan pada kewajiban.
Maka adanya saksi pada rujuk dan juga pada talak
merupakan kewajiban bagi suami.2

1 Ali Kasyif Al-Ghitha', Ashlu As-Syi'ah wa Ushuliha, jilid 119


2 Ibnu Asyur, At-Tahrir wa At-Tanwir, jilid 28 hal. 309
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 5 Bab 2 : Saksi Dalam Talak

4. Syeikh Ahmad Syakir


Syeikh Ahmad Syakir (w. 1377 H)
adalah salah satu tokoh ulama di
Universitas Al-Azhar Mesir, beliau juga
pernah menjadi hakim agama di Mesir
tahun 1951 dan diangkat menjadi
pimpinan Mahkamah Syar'yah Ulya di
Mesir.
Beliau termasuk salah satu tokoh
yahng mewajibkan adanya saksi dalam
talak. Kita bisa mendapatkan pemikiran
dan gagasannya bahwa talak itu harus
dengan adanya saksi kalau kita baca
bukunya, Nizham Ath-Thalaq fil Islam.1
6. Syeikh Abu Zahrah
Syeikh Abu Zarhar adalah salah satu
tokoh ulama Mesir kenamaan yang
pernah menjadi pimpinan Universitas Al-
Azhar di masanya, juga termasuk salah
satu tokoh yang mewajibkan saksi dalam
perceraian. Dalam kitabnya Ahwal Asy-
Syakhisiyah, Beliau menuliskan sebagai
berikut :
،‫إوانُهْ لو كانَ لنُا أنَ نُخاتار للمْعمْول بلهْ فللي مْصللر لخاترنُلا ذلللك اللرأي‬
‫ يمْكنُهمْل للا مْراجعل للة‬،َ‫فيشإل للترط لوقل للوع الطلقا حضل للور شإل للاهدينَ عل للدلين‬
‫ ولكيل يكونَ الزأوج فريساة لهواه‬،‫الزأوجينَ فيضديقانَ الدائرة‬

1 Ahmad Syakir, Nizham At-Thalak fil Islam, hal. 118


Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 5 Bab 2 : Saksi Dalam Talak

Kalau kami diminta memilih untuk dipraktekkan di Mesir


maka kami memilih pendapat ini, yaitu disyaratkan agar
talak itu jatuh harus dihadiri dua orang saksi yang adil, yang
memungkinkan bagi keduanya untuk murajaah pasangan
suami istri, sehingga syaratnya diperketat. Tujuannya agar
suami tidak jadi korban keganasannya sendiri. 1

5. Tokoh Ulama Modern


Dalam catatan Penulis ada beberapa
tokoh ulama modern yang mewajibkan
talak dengan adanya saksi antara lain Dr.
Muhammad Yusuf Musa2, Dr.
Abdurrahman Ash-Shabuni, Dr.
3
Muhammad Salam Madkur , Syeikh
Muhammad Faraj As-Sanhuri dan lainnya.
6. Qanun Mesir
Atas rekomendasi dari beberapa
kalangan, maka Pemerintah Mesir di
masa Presiden Gamal Abdu An-Nashr
tahun 1967 mengeluarkan undang-
undang (qonun) dalam masalah Al-Ahwal
Asy-Syakhsiyah oleh Lajnah di bawah
pimpinan Syeikh Muhammad Faraj As-
Sanhuri :
َ‫ليقع الطلقا إل بحضور شإاهدينَ رجلينَ أو رجل وامْرأتين‬
(109) - Tidak jatuh talak kecuali dengan hadirnya dua orang
saksi laki-laki atau seorang laki-laki dan dua orang
perempuan.

B. Jumhur Ulama : Tidak Perlu Saksi


1 Abu Zahrah, Al-Ahwal Asy-Syakshiyah, hal. 368-371
2 Dr. Muhammad Yusuf Musa, Al-Ahwal Asy-Syakhshiyah, Hal, 271
3 Dr. Muhammad Salam Madkur , Ahkam Al-Usrah fil Islam, jilid 2 hal. 79-84
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 5 Bab 2 : Saksi Dalam Talak

Jumhur ulama 4 mazhab umumnya


sepakat bahwa talak tetap jatuh meski
tidak ada saksi.
1. Mazhab Al-Hanafiyah
a. Al-Jashshash
Al-Jashshash (w. 370 H) salah satu
ulama fiqih sekaligus ahli tafsir di
kalangan mazhab Al-Hanafiyah
menafsirkan surat Ath-Thalaq ayat 2
menjelaskan di dalam kitab tafsirnya
Ahkam Al-Quran sebagai berikut :

‫صحح ع إوهاجنَ لعجم عيقعجع ا جهلجشإعهايد ععلعجيهعلا عوييجشإلههيد عبجعلعد عذهلل ع‬


‫ك عوقعلجد عذعكلعر‬ ‫وأعتنَ اجلفَّيرقعةع تع ه‬
‫ج‬ ‫ع‬
‫صتحتهعها‬ ‫طا هفي ه‬ ‫ب اجلفَّيجرقعهة ثيتم لعجم عييكجنَ عشإجر ي‬ ‫ه‬
‫ا جهلجشإعهاعد ععقي ع‬
Cerai itu sah meski tanpa saksi atasnya. Saksi baru ada
sesudahnya dan disebutkan saksi seusai cerai. Tidak menjadi
syarat atas sahnya cerai. 1

b. As-Syarakhsi
As-Syarakhsi (w. 483 H) salah satu
ulama rujukan dalam mazhab Al-Hanfiyah
menuliskan kitabnya Al-Mabsuth sebagai
berikut :
‫ثم الشإهاد على الفَّرقة وساتحب ل واجب على الرجعة‬
Kemudian saksi atau percertaian itu hukumnya mustahab,
bukan wajib.2

c. Ibnu Abdin

1 Al-Jashshash, Ahkam Al-Quran, jilid 5 hal. 350


2 As-Syarakhsi, Al-Mabsuth, jilid 6 hal. 23
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 5 Bab 2 : Saksi Dalam Talak

Ibnu Abdin (w. 1252 H) termasuk


salah satu tokoh ulama rujukan dalam
mazhab Al-Hanafiyah juga tidak
mewajibkan saksi dalam talak dan bahwa
hukumnya sunnah. Hal itu bisa
dikonfirmasi dalam kitabnya Rad Al-
Muhtar 'ala Ad-dur Al-Mukhtar Syarah
Tanwir Al-Abshar.1
2. Mazhab Al-Malikiyah
Ibnu Abdil Barr (w. 463 H) salah satu
ulama rujukan dalam mazhab Al-
Malikiyah menyebutkan dalam kitabnya
Al-Kafi fi Fiqhi Ahlil Madinah sebagai
berikut :
‫والشإللهاد علللى الطلقا ليللسْ بل لواجب فرضللا عنُللد جمْهللور أهللل العلللم‬
‫ولكنُهْ نُدب و إرشإاد‬
Persaksian dalam talak itu bukan kewajiban atau fardhu
menurut jumhur ahli ilmu, tetapi hukumnya nadb dan irsyad. 2

3. Mazhab Asy-Syafi’iyah
a. Al-Kiya Al-Harasi
Al-Kiya Al-Harasi (w. 504 H) salah
satu ulam ahli tafsir di kalangan mazhab
Asy-Syafi’iyah menuliskan tafsir surat
Ath-Thalaq ayat 2 sebagai berikut :
‫ إل أنَ الشإ للهاد ل يظه للر انُصل لرافهْ إل للى الطلقا‬،‫ي للدل عل للى الشإ للهاد‬

1 Ibnu Abdin, Rad Al-Muhtar 'ala Ad-dur Al-Mukhtar Syarah Tanwir Al-Abshar.
2 Ibnu Abdil Barr, Al-Kafi fi Fiqhi Ahlil Madinah, jilid 6 hal. 23
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 5 Bab 2 : Saksi Dalam Talak

‫ والرجعللة هللي‬،‫الللذي يساللتحقا الللزأوج بللهْ أبللدا مْللنَ غيللر حاجللة إلللى فللترة‬
:ْ‫ فالظللاهر رجللوع قللوله‬.‫الللتي إذا تللأخارت إلللى انُقضللاء العللدة امْتنُعللت‬
‫)عوأعجشإههيدوا( إلى الرجعة ل إلى الطلقا‬
Ayat ini menunjukkan keharusan adanya saksi, namun saksi
tidak relevan dalam masalah talaq. Yang diperlukan saksi
justru pada rujuk dimana bila terlambat merujuknya menjadi
tidak boleh merujuk lagi. Maka zhahirnya perintah
(saksikanlah) itu untuk rujuk dan bukan untuk talal. 1

b. Al-Qalyubi
Al-Qalyubi (w. 1069 H) dalam
kitabnya Hasyiyatu Al-Qalyubi 'Ala Syarhi
Jalaluddin Al-Mahalli 'Ala Minhaj Ath-
Thalibin menegaskan bahwa keberadaan
saksi hanyalah sunnah dan bukan syarat
sah talak.2
4. Mazhab Al-Hanabilah
a. Ibnu Taimiyah
Ibnu Taimiyah (w. 728 H)
menegaskan di dalam Majmu’ Al-Fatawa
bahwa talak itu tidak memerlukan saksi,
seraya menegaskan adanya sebagian
kalangan yang keliru dalam memahami
nash Al-Quran.
‫طلقا الللذي‬ ‫طلقا وظلتنَ أتنَ ال ت‬
‫وقد ظتنَ بعض التنُاسْ أتنَ الشإهاد هللو ال ت‬
‫ل ييجشإعهد عليهْ ل يقع وهذا هخالفا الجمْاع وهخالفا الكتاب والساتنُة ولم‬
1 Al-Kiya Al-Harasi, Ahkam Al-Quran, jilid 4 hal. 420
2 Al-Qalyubi, Hasyiyatu Al-Qalyubi 'Ala Syarhi Jalaluddin Al-Mahalli 'Ala Minhaj Ath-
Thalibin, jilid 4 hal. 4
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 5 Bab 2 : Saksi Dalam Talak

‫يقل أحدد مْنَ العلمْاء المْجشإهورينَ بهْ فإتنَ ال ت‬


‫طلقا أذنَ فيهْ أتولي ولم يأمْر‬
‫فيهْ بالشإهاد‬
Sebagian orang menyangka bahwa saksi itu harus ada dalam
talak dan bahwa talak tanpa saksi itu tidak jatuh. Padahal
pemikiran seperti ini menyalahi ijma’ bahkan menyalahi Al-
Quran dan Sunnah. Dan tidak ada satu pun ulama masyhur
yang mengatakannya. Pertama bahwa talak itu diizinkan dan
kedua tidak ada perintah untuk adanya saksi. 1

b. Al-Buhuti
Al-Buhuti (w. 1051 H) salah satu
tokoh ulama rujukan dalam mazhab Al-
Hanabilah menegaskan dalam kitabnya
Ar-Raudh Al-Murbi' Syarah Zad Al-
Mustaqni' tentang tidak adanya
keharusan talak dengan adanya saksi. 2
Kesimpulan :
1. Jumhur ulama klasik 4 mazhab telah
ijma' bahwa untuk jatuh talak tidak
dibutuhkan saksi.
2. Sebagian ulama kontemporer
mengikuti pendapat Ibnu Hazm yang
bermazhab Zhahiri yang
mensyaratkan adanya saksi untuk
jatuhnya talak.
3. Di Indonesia, tokoh agama
memasukkan pemikiran Ibnu Hazm
dan sebagain pendapat dari tokoh-

1 Ibnu Taimiyah, Majmu’ Fatawa, jilid 33 hal. 33


2 Al-Buhuti, Ar-Raudh Al-Murbi' Syarah Zad Al-Mustaqni' jilid 3 hal. 184
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 5 Bab 2 : Saksi Dalam Talak

tokoh ulama kontemporer itu ke dalam


sistem hukum Islam di Pengadilan
Agama secara resmi.
4. Meski demikian, para ulama fiqih di
Indonesia masih tetap mengajarkan
ilmu fiqih apa adanya sesuai dengan
teks yang diwariskan dari para ulama
klasik bahwa tidak disyaratkan adanya
saksi dalam jatuhnya talak.
5. Para hakim agama di Pengadilan
Agama terpecah dua, sebagian yang
berasal dari kalangan santri dan
mengaji ilmu fiqih menjadi bimbang
dibuatnya, sebab hukum positif yang
dia gunakan ternyata bertentangan
dengan ilmu fiqih yang dipelajarinya
selama ini. Namun sebagian yang
tidak terlalu mendalam belajar ilmu
fiqihnya, menjadi tidak terlalu
meributkannya dan 100% menerapkan
apa yang dianggapnya benar yaitu
talak itu mewajibkan adanya saksi.
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 5 Bab 2 : Saksi Dalam Talak

Bab 3 : Pembagian Talak

Memang talak ini ada begitu banyak


nama dan jenisnya, sehingga pada waktu
menyebutkannya, rasanya perlu kita
kelompokkan berdasarkan jenis-jenisnya.
Pada bab ini kita akan mengupas
masing-masing jenis dan nama talak
berdasarkan masing-masing kriterianya.
Setidaknya kita kita bisa membagi
menjadi empat kriteria pembagian jenis
talak, yaitu berdasarkan hal-hal berikut :
 Prosedur
 Kebolehan Untuk Kembali
 Jenis Lafadz
 Waktu Mulai Berlakunya
A. Talak Menurut Prosedurnya
Secara prosedural, kita bisa membagi
talak menjadi dua macam, yaitu talak
yang prosedural dan yang tidak
prosedural.
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 5 Bab 2 : Saksi Dalam Talak

Talak yang prosedural sering


diistilahkan para ulama dengan talak
sunni, karena prosedurnya sesuai dengan
sunnah Nabi atau dengan syariat Islam.
Sedangkan talak yang non-prosedural
disebut dengan talak bid’i, atau bid’ah.
Hal itu karena talak ini tidak sesuai
dengan sunnah atau syariah Islam.
Namun demikian, kedua jenis talak ini
sama-sama tetap menjatuhkan talak,
hanya saja prosedurnya yang
bermasalah.
1. Talak Sunni
Talak sunni adalah talak yang
didasarkan pada sunnah Nabi SAW.
Intinya seorang suami mentalak isterinya
dengan talak satu pada saat suci
sebelum disetubuhi.
Allah SWT berfirman:
‫الطلسلكق َملرستاَءن َفسءإمساَقك َءبسعرو د‬
‫ف َأسمو َتسمسءريقح َبءءإمحسساَدن‬ ‫م س مك‬ ‫س‬
Talak (yang dapat dirujuk) adalah dua kali. Setelah itu boleh
rujuk kembali dengan cara yang ma ‘ruf (baik) atau
menceraikan dengan cara yang baik.(QS. Al-Baqarah: 229)

Pada surat yang lain Allah juga


berfirman:
‫صوُا َالمعءلدسة‬ ‫ء ء ءء‬
‫ب َإءسذا َطسلمقتَككم َالنسساَء َفسطسلنكقوُكهلن َلعلدتلن َسوأسمح ك‬
‫سياَ َأسيسضسهاَ َالنلء ض‬
Wahai Nabi, jika kamu menceraikan isteri-isterimu maka
hendaklah kamu ceraikan mereka pada waktu mereka dapat
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 5 Bab 2 : Saksi Dalam Talak

menghadapi yang wajar. (QS. At-Talak: 1)

‫ء‬ ‫ء‬
‫ َسركسوُل‬َ ‫ض َفسسس سأل َعكسم كر‬ ‫ َأسنلكه َطسلسق َاممسرأستسكه َسوه سيِ َسحاَئ ق‬َ ‫ألن َبمسن َعكسمسر‬
‫ َكم مركه َفسسمليكسسراءجمعسه اَ َكثل‬:َ َ ‫ك َفسسسق اَل َلس كه َسركس وُل َالل ءه‬ ‫ء‬
‫ َسع من َسذل س‬َ ‫اللس سءه‬
‫ك َبسسمعسكد َسوإءمن‬ ‫ء‬ ‫ء‬
‫ض َكثسلس َتسطمكهسسر َكثسلس َإءمن َسشساَسء َأسممسسس س‬ ‫ليسمتَسكرمكسهاَ َسحلت َتسطمكهسر َ كلث َستيس س‬
َ‫ك َالمعءس سلدكة َالءتسس َأسسمس سسر َاللس سكه َأسمن َيكطس سل سسق َسلسسسا‬
‫س َفستَءملس س س‬
‫سشسساَسء َطس سل سسق َقسسمبسسل َأسمن َسيسسس ل‬
‫النسساَءك‬
Abdullah bin Umar Radhiyallahuanhu berkata bahwa dirinya
pernah menceraikan isterinya ketika sedang haid. Lalu Umar
bin Khaththab bertanya kepada Nabi SAW mengani hal itu?
Beliau SAW menjawab:"Perintahkan dia (Abdulah bin Umar)
untuk rujuk kembali dan biarkan hingga suci dari haidh,
kemudian haidh lagi dan suci lagi. Setelah itu kalau dia
berkenan dia pertahankan istrinya atau kalau tidak berkenan
jatuhkan talak kepadanya sebelum menggaulinya. Itulah
hitungan yang telah Allah perintahkan dalam urusan
mentalak istri." (HR. Bukhari, Muslim)

Sedangkan sebagian ulama yang lain


berpendapat: “Jika si suami mentalak
tiga, sedang isterinya dalarn keadaan
suci, maka yang demikian itu juga
termasuk talak sunni.” Pendapat ini juga
dikemukakan oleh Imam Syafi’ i dan
Ahmad bin Hanbal.
Adapun Sufyan Ats-Tsauri dan Ishaq
berpendapat: “Talak tiga bukan termasuk
talak sunni, kecuali jika talak tiga itu
dilakukan satu-satu hingga mencapai
tiga.”
Sebagian ulama yang lain
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 5 Bab 2 : Saksi Dalam Talak

berpendapat: “Disebut sebagai talak


sunni apabila suami mentalak isterinya
pada setiap bulannya satu kali dengan
talak satu.”
Dari Anas bin Sirin, ia menceritakan: “Ibnu Umar pernah
mentalak isterinya ketika sedang menjalani masa haid. Lalu
Umar menuturkan ha! itu kepada Nabi dan beliau berkata:
Hendaklah ia rujuk kembali. Ia (Umar) bertanya: Apakah
talak tersebut masuk hitungan? Beliau menjawab: Ya.” (HR.
Bukhari)

Dari Sa’id bin Jubair, dan Ibnu Umar,


ia menuturkan, bahwa talak tersebut
dihitung sebagai talak satu.” Sedangkan
Imam Nawawi menyatakan, bah- wa
sebagian dan ahli zhahir berpendapat:
“Apabila seorang suami mentalak
isterinya dalam keadaan haid, maka talak
tersebut tidak sah. Karena tidak diizinkan
baginya pada saat mentalaknya,
sehingga menyerupai talak yang
dilakukan terhadap wanita yang bukan
isterinya.” Demikian pula menurut
pendapat Al-Khuthabi dan kelompok Al-
Khawarij dan Rawafidh.
Tidak ada yang menentang hal itu
kecuali ahlul bid’ah dan orang-orang
sesat, demikian menurut Ibnu Abdil Barr.
Pendapat senada, juga disampaikan dan
sebagian tabi’in dan diceritakan pula oleh
Ibnu Arabi serta lainnya dan Ibrahim Ibnu
Aliyah, dimana mengenai dirinya Imam
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 5 Bab 2 : Saksi Dalam Talak

Syafi’i mengatakan: “Ibrahim Ibnu Aliyah


itu adalah orang sesat yang
menyesatkan orang banyak.”
2. Talak Bid’ah
Mengenai talak bid’ah ini ada
beberapa macam keadaan, yang mana
seluruh ulama telah sepakat
menyatakan, bahwa talak semacam ini
hukumnya haram. karena jelas
bertentangan dengan syari’at.
Ada beberapa macam bentuk talak
bid’ah , antara lain :
a. Menceraikan Istri Ketika Haidh
Apabila seorang suami menceraikan
isterinya ketika sedang dalam keadaan
haid atau nifas, maka hukumnya adalah
talak bid’ah.
Secara prosedural talak ini tidak
dibenarkan bila dikerjakan, dan
pelakunya tentu mendapatkan dosa
tersendiri. Namun secara akibat, talak ini
bila dikerjakan juga hukumnya tetap
jatuh talak.
Dalam hal ini bila seseorang telah
terlanjur melakukannya, maka ada
kewajiban untuk segera merujuknya. Al-
Hanafiyah mengatakan merujuk istri
yang ditalak secara bid’ah ini hukumnya
wajib, sementara Mazhab As-Syafi’iyah
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 5 Bab 2 : Saksi Dalam Talak

hukunya sunnah, sedangkan Mazhab Al-


Malikiyah menyebut bahwa hukumnya
mustahab.
Dasarnya adalah apa yang dilakukan
oleh Ibnu Umar radhiyallahuanhu
terhadap istrinya, dimana beliau
mentalak istrinya padahal sedang dalam
keadaan haidh.
َ‫كممركه َسفاَليكسسراءجمعسها‬
Perintahkan kepadanya untuk merujuk istrinya.

b. Menceraikan Istri Ketika Suci


Setelah Disetubuhi
Ketika dalam keadaan suci, sedang ia
telah menyetubuhinya pada masa suci
tersebut.
c. Menjatuhkan Talak Tiga Sekaligus
Seorang suami mentalak tiga isterinya
dengan satu kalimat dengan tiga kalimat
dalam sama waktu. Seperti dengan
mengatakan, “Ia telah aku talak, lalu aku
talak dan selanjutnya aku talak.”
Dalil yang melandasinya adalah sabda
Rasulullah.
Bahwa ada seorang laki-laki yang mentalak tiga isterinya
dengan satu kalimat. Lalu beliau mengatakan kepadanya:
“Apakah Kitab Allah hendak dipermainkan, sedang aku masih
berada di tengah-tengah kalian?” (HR. An-Nasa’i).
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 5 Bab 2 : Saksi Dalam Talak

B. Talak Menurut Kebolehan Untuk Bersatu


Kembali
Jenis pembagian talak yang kedua
adalah berdasarkan apakah dengan talak
itu pasangan suami istri masih mungkin
untuk kembali rujuk atau tidak.
Sebagaimana kita ketahui bahwa
meski talak itu memisahkan antara suami
dan istri, namun bukan berarti talak akan
memisahkan pasangan itu untuk selama-
lamanya.
Adakalanya hanya talak itu hanya
merupakan sebuah proses, yang meski
menuju terpisahnya ikatan suami istri,
namun proses itu bisa diterusan dengan
proses selanjutnya, dimana keduanya
bisa kembali lagi.
Maka dalam hal ini kita membagi
talak itu menjadi tiga macam, yaitu talak
raj’i, talak bain (bainunah shughra) dan
talak bainunah kubra.
1. Talak Raj‘i
Talak raj‘i (‫ )طلق رجعي‬adalah talak yang
dijatuhkan oleh seorang suami kepada
isterinya, namun suami masih
mempunyai hak untuk rujuk dan kembali
kepada isterinya.
Sebagaimana disebutkan dalam
firman Allah :
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 5 Bab 2 : Saksi Dalam Talak

‫ء‬ ‫ء‬
‫سوبسككعوُلستَكسكهلن َأسسحضق َبءسرندهلن َءف َسذل س‬
‫ك َإءمن َأسسراكدوا َإء م‬
َ‫صسلجحا‬
“Dan suami-suaminya berhak merujuknya dalam masa
menanti itu, jika mereka (para suami) tersebut menghendaki
islah.“(Al-Baqarah: 228)

Talak raj‘i adalah talak yang


dijatuhkan oleh suami kepada istrinya,
namun sebelum berakhir masa iddahnya,
suaminya merujuknya. Sehingga
keduanya kembali lagi menjadi suami
istri seperti sedia kala.
Kesempatan melakukan talak raj’i
bagi seorang suami hanya dua kali,
sebagaimana firman Allah SWT :
‫الطللسكق َملرستاَءن َفسءإمساَقك َءبسعرو د‬
‫ف َأسمو َتسمسءريقح َبءءإمحسساَدن‬ ‫م س مك‬ ‫س‬
Talak (yang dapat dirujuki) dua kali. Setelah itu boleh rujuk
lagi dengan cara yang makruf atau menceraikan dengan cara
yang baik.(QS. Al-Baqarah : 229)

Bila sudah dua kali suami


menjatuhkan talak kepada istrinya, lalu
dirujuk lagi, maka bila suaminya itu
menjatuhkan lagi talak untuk ketiga
kalinya, talak itu berubah menjadi talak
yang tidak bisa kembali lagi, atau disebut
dengan talak bainunah kubra.
Selama masa iddah, seorang isteri
yang ditalak raj‘i mempunyai hukum
yang sama seperti hukum yang berlaku
pada seorang isteri dalam pemberian
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 5 Bab 2 : Saksi Dalam Talak

nafkah, tempat tinggal atau yang lainnya


seperti ketika belum ditalak, sehingga
berakhir masa ‘iddahnya.
2. Talak Bainunah Shughra
Talak ba’in (ْ‫ )طلق بائان‬atau lazim disebut
dengan talak bainunah shughra (‫)بينونة صغرى‬
adalah talak yang dijatuhkan oleh
seorang suami, sebagaimana talak raj’i di
atas, namun hingga habis masa iddah
istri, suami tidak melakukan rujuk.
Dengan demikian, tamatlah sudah ikatan
perkawinan di antara keduanya, sehingga
keduanya resmi sudah bukan suami istri
lagi.
Namun demikian, selama mantan istri
itu belum kawin lagi, maka keduanya
masih boleh bersatu lagi. Bukan dengan
jalan rujuk, melainkan dengan cara
menikah ulang, dengan lamaran, mahar,
dan ijab qabul serta akad nikah yang
baru.
Perbedaan rujuk dengan menikah
ulang adalah bahwa rujuk itu hanya
dilakukan sebelum habis masa iddah istri
yang ditalak. Dan rujuk itu bukan akad
nikah, melainkan hanya diniatkan saja di
dalam hati oleh suami, atau diucapkan,
atau dilakukan hubungan suami istri,
maka otomatis terjadilah rujuk.
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 5 Bab 2 : Saksi Dalam Talak

Sedangkan yang disebut dengan


menikah ulang adalah sebagaimana yang
dilakukan oleh pasangan yang belum
pernah menikah sebelumnya. Menikah
ulang itu berarti harus melewati tahapan-
tahapan seperti melamar, memberi
mahar, juga melakukan ijab qabul antara
wali dan suami, dengan dihadiri oleh
minimal dua orang saksi.
3. Talak Bainunah Kubra
Talak ketiga adalah talak bainunah
kubra (‫)طلق بينونة كبرى‬. Talak ini adalah talak
yang ketiga kali dijatuhkan oleh seorang
suami kepada istrinya.
Dalam bentuk halalnya (talak
sunnah), talak ini harus dilakukan dengan
tiga kali secara terpisah, dimana di
antara talak yang pertama, kedua dan
ketiga harus ada proses rujuk terlebih
dahulu. Hukumnya talak tiga ini tidak
dibolehkan untuk dijatuhkan sekaligus
secara bersamaan.
Apabila hal itu dilakasanakan juga,
tentu suami berdosa karena melanggar
ketentuan Allah SWT dan rasul-Nya. Dan
termasuk ke dalam jenis talak bid’ah.
Namun lepas dari hukumya yang
haram, bila seseorang tetap
melakukannya juga, apakah talaknya
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 5 Bab 2 : Saksi Dalam Talak

jatuh dan berlaku talak tiga?


Dalam hal ini kita menemukan dalam
beberapa kitab fiqih beberapa
pandangan yang berbeda.
a. Jumhur : Jatuh Talak Tiga
Keempat mujtahid mutlak dalam
masing-masing mazhabnya sepakat
bahwa talak tiga yang dijatuhkan secara
langsung bersamaan, hukumnya
talaknya jatuh tiga, termasuk bainunah
kubra.
b. Syiah Imamiyah : Tidak Jatuh
Talak Sama Sekali
Pendapat syiah imamiyah tegas
menyatakan bahwa talak tiga yang
dijatuhkan sekaligus justru sama sekali
tidak menyebabkan talak apapun, alias
sama sekali tidak jatuh talak.
c. Ibnu Taimiyah & Ibnul Qayyim :
Jatuh Talak Satu
Pendapat Ibnu Taimiyah, Ibnul
Qayyim, dan juga pendapat yang
mewakili kalangan mazhab Zahiriyah
menyatakan bahwa talak yang berlaku
hanya talak satu saja dan bukan talak
tiga.
C. Talak Menurut Jenis Lafaznya
1. Lafadz Sharih
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 5 Bab 2 : Saksi Dalam Talak

Yaitu talak dimana suami tidak lagi


membutuhkan adanya niat, akan tetapi
cukup dengan mengucapkan kata talak
secara sharih (tegas). Seperti dengan
mengucapkan: “Aku cerai,” atau “Kamu
telah aku cerai”.
2. Lafadz Kina’i
Talak ini memerlukan adanya fiat
pada din suami. Karena, kata- kata yang
diucapkan tidak menunjukkan pengertian
talak. Hal ini didasarkan pada hadits
riwayat dan Aisyah Radhiyallahu Anha:
“Bahwa ketika puteri Jaun dihadapkan kepada Rasululullah
dan beliau mendekatkan diripadanya, maka ia (puteri Jaun)
pun berkata: Aku ber lindung kepada Allah darimu. Lalu
beliau SAW bersabda,"Sesungguhnya engkau telah berlindung
kepada Dzat Yang Maha Agung, maka kembalilah ke
keluargamu.“ (HR. Bukhari dan lainnya)

Dalam kitab Shahih Bukhari, Shahih


Muslim dan kitab-kitab lainnya
disebutkan hadits tentang Ka’ab bin
Malik yang tidak mau bergabung dalam
peperangan, yaitu ketika ada orang yang
berkata kepadanya:
Bahwa Rasulullah menyuruh kamu menjauhi isterimu. Ka’ab
bertanya: Aku ceraikan atau apa yang harus aku lakukan?
Orang itu menjawab: Jauhi saja dan jangan sekali-kali kamu
dekati. Maka Ka’ab melanjutkan ceritanya: Lalu kukatakan
kepada isteriku: Pulanglah kepada keluargamu” (Muttafaqun
‘Alaih).

Kedua hadits di atas menunjukkan,


Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 5 Bab 2 : Saksi Dalam Talak

bahwa kata-kata yang diucapkan berarti


talak, seiring dengan niat yang ada pada
diri suami dan tidak berarti talak jika
tidak diikuti dengan adanya niat.
Apakah lafaz ini berarti talak atau
bukan?.
Jawabannya tergantung niat atau
kebiasaan yang terjadi di masyarakat.
Bila kebiasaannya lafaz itu yang
digunakan untuk mencerai istri, maka
jatuhlah talak itu. Bila tidak, maka tidak.
Begitu juga dengan niat, apakah ketika
mengucapkan itu dia berniat
menceraikan atau tidak?
Sedangkan talak tiga itu tidak terjadi
sebelum jatuhnya talak satu dan dua.
Memang ada sebagian ulama yang
mengatakan talak tiga bisa dijatuhkan
sekaligus, namun pendapat yang kuat
mengatakan bahwa talak itu jatuhnya
satu persatu. Bila sekali mentalak istri,
maka jatuhlah talak satu. Selama masa
waktu tiga kali masa suci dari haidh. Bila
selama itu terjadi rujuk yang bentuknya
bisa dengan lafaz atau bisa juga dengan
perbuatan langsung, maka ruju' telah
terjadi dan masih tersisa dua talak untuk
sampai ke tahalq tiga.
Selama masa iddah itu, maka istri
masih merupakan hak suami untuk
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 5 Bab 2 : Saksi Dalam Talak

merujuknya dan dia tidak boleh


menerima lamaran dari orang lain
apalagi menikah dengan orang lain.
Namun bila masa iddah telah habis, bila
ingin kembali harus dengan akad nikah
baru lagi dengan lamaran dan mahar
baru. Barulah bila sudah dua kali kejadian
yang sama, jatuhlah talak dua. Ini adalah
batas terakhir bisa rujuk. Bila
menjatuhkan lagi talak, maka jatuhlah
talak tiga yang dengan ini putuslah
hubungan suami istri tanpa ada masa
iddah atau masa rujuk.
Bahkan untuk menikah dari baru pun
sudah tidak boleh. Kecuali bila ada laki-
laki lain yang menikahinya dengan nikah
yang sah dan sesuai syariah, bukan
sekedar menjadi muhallil saja. Bila suatu
hari istri dicerai oleh suami barunya itu
atau ditinggal mati, barulah boleh suami
yang lama itu kembali menikahinya.
D. Talak Menurut Mulai Berlakunya
1. Talak Munjaz
Talak munjaz adalah talak yang
diberlakukan terhadap isteri tanpa
adanya penangguhan. Misalnya seorang
suami mengatakan kepada isterinya:
“Kamu telah dicerai.” Maka isteri telah
ditalak dengan apa yang diucapkan oleh
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 5 Bab 2 : Saksi Dalam Talak

suaminya.
2. Mu ‘allaq
Sedangkan talak mu’allaq adalah
talak yang digantungkan pada suatu
perbuatan atau kejadian yang akan
terjadi. Dan perbuatan itu bisa saja
dikaitkan dengan perbuatan istri, suami
atau sesuatu kejadian yang lain.
Contoh talak yang digantungkan
kepada perbuatan istri misalnya ketika
suami mengatakan kepada isterinya:
“Jika kamu keluar dari rumah ini, maka
kamu saya ditalak.” Maka talak tersebut
berlaku sah isterinya melangkahkan kaki
keluar.
Contoh talak yang digantungkan
kepada perbuatan suami misalnya ketika
suami membaca shighat ta’liq seusai
akad nikah.
Contoh talak yang digantungkan pada
suatu kejadian lain seperti suami
berkata,”Bila harga dolar Amerika
menembus angka 20 ribu rupiah, maka
istri saya saya talak”.
3. Mudhaf li Al-Mustaqbal
Talak ini maksudnya akan berlaku
pada waktu yang telah ditetapkan
dengan hitungan waktu tertentu, seperti
dengan hitungan jam, hari, minggu,
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 5 Bab 2 : Saksi Dalam Talak

bulan atau tahun. Misalnya seorang


suami berkata,”Istriku aku ceraikan
sebulan lagi”. Maka sebulan lagi istrinya
akan jatuh talak.

Bab 4 : Talak Islam dan Luar Islam

A. Talak Dalam Islam


Agama Islam adalah agama yang
membolehkan talak terjadi. Sebab di
balik sisi negatifnya, dalam kasus-kasus
tertentu talak justru dibutuhkan.
Sehingga kita tidak bisa
menggeneralisir bahwa talak itu
hukumnya halal secara mutlak,
sebagaimana kita tidak bisa
mengharamkannya secara mutlak. Tiap
rumah tangga punya keunikan tersendiri.
Beda orang beda kasusnya. Lain lubuk
lain belalang.
1. Dalil Kebolehan Talak
Allah SWT sebagai Tuhan yang
menetapkan syariah telah dengan tegas
membolehkan talak yang dijatuhkan oleh
suami kepada istrinya. Hal itu
sebagaimana tersebut di dalam Al-Quran
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 5 Bab 4 : Talak Islam dan Luar Islam

Al-Karim :

‫ل َكجنسسساَسح َسعلسميكك سمم َءإن َطسلمقتَكسكم َالنسسسساَء َسمسساَ َسلسمس َستسضسسسوُكهضن َأسمو َتسسمفءر ك‬
‫ضسوُما َسل سكلن‬ ‫ل‬
‫ضةج‬ ‫فسءري س‬
Tidak ada kewajiban membayar (mahar) atas kamu, jika
kamu menceraikan istri-istrimu sebelum kamu bercampur
dengan mereka dan sebelum kamu menentukan maharnya.
(QS. Al-Baqarah : 236)

Selain itu kita juga mengenal satu


nama surat yang disebut dengan surat
Ath-Thalaq, dimana surat itu banyak
menjelaskan hal-hal yang terkait dengan
talak.
َ ‫صوُا َالمعءلدسة‬ ‫ء ء ءء‬
‫ب َإءسذا َطسلمقتَككم َالنسساَء َفسطسلنكقوُكهلن َلعلدتلن َسوأسمح ك‬
‫سياَ َأسيسضسهاَ َالنلء ض‬
Hai Nabi, apabila kamu menceraikan istri-istrimu maka
hendaklah kamu ceraikan mereka pada waktu mereka dapat
(menghadapi) idahnya (yang wajar) dan hitunglah waktu
iddah itu serta bertakwalah kepada Allah Tuhanmu. (QS. Ath-
Talak : 1)

Dan dalam prakteknya, Rasulullah


SAW pernah melakukan talak kepada
salah satu istri beliau, yaitu Hafshah
radhiyallahuanha, namun setelah itu
sebelum habis masa ‘iddahnya, beliau
melakukan rujuk.
Demikian juga beliau pernah
mengancam atau memberikan pilihan
kepada para istrinya untuk ditalak.
Namun akhirnya para istri itu tidak mau
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 5 Bab 4 : Talak Islam dan Luar Islam

diceraikan.
Intinya, agama Islam tidak antipati
dengan talak, meski pun juga bukan
berarti agama Islam mengobral murah
urusan talak.
2. Syarat Kebolehan Talak
Meski ada peluang untuk melakukan
talak, namun pada hakikatnya syariat
Islam telah meletakkan beberapa ikatan
yang membendung jalan yang akan
membawa kepada perceraian, sehingga
terbatas dalam lingkaran yang sangat
sempit.
Talak bukanlah perbuatan yang boleh
dikerjakan begitu saja. Sebab perbuatan
itu adalah perkara halal namun dibenci
Allah. Seolah ada kesan ingin
mengharamkannya, namun masih tetap
dibolehkan dengan catatan ada tingkat
keperluan yang sulit dihindari.
Di antara hal-hal yang mempersempit
kesempatan untuk melakukan talak
adalah sebagai berikut :
a. Diharamkan Talak Tanpa Alasan
Kuat
Talak yang dijatuhkan tanpa suatu
alasan yang kuat adalah talak yang
diharamkan dalam Islam.
Tidak boleh membuat bahaya dan membalas bahaya.
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 5 Bab 4 : Talak Islam dan Luar Islam

(Riwayat Ibnu Majah dan Thabarani dan lain-lain)

Adapun apa yang diperbuat oleh


orang-orang yang suka berselera dan
suka mencerai isteri, adalah satu hal
yang samasekali tidak dibenarkan Allah
dan Rasul-Nya.
Aku tidak suka kepada laki-laki yang suka kawin cerai dan
perempuan yang suka kawin cerai. (Riwayat Thabarani dan
Daraquthni)
Sesungguhnya Allah tidak suka kepada laki-laki yang suka
kawin cerai dan perempuan-perempuan yang suka kawin
cerai. (Riwayat Thabarani)

Abdullah bin Abbas juga berkata:


Talak itu hanya dibenarkan karena suatu
kepentingan.`
b. Mencerai Waktu Haidh (Talak
Bid`iy)
Apabila ada keperluan dan
kepentingan yang membolehkan talak,
tidak berarti seorang muslim
diperkenankan untuk segera
menjatuhkan talaknya kapan pun ia suka,
tetapi harus dipilihnya waktu yang tepat.
Sedang waktu yang tepat itu --menurut
yang digariskan oleh syariat-- yaitu
sewaktu si perempuan dalam keadaan
bersih, yakni tidak datang bulan, baru
saja melahirkan anak (nifas) dan tidak
sehabis disetubuhinya khusus waktu
bersih itu, kecuali apabila si perempuan
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 5 Bab 4 : Talak Islam dan Luar Islam

tersebut jelas dalam keadaan


mengandung,
Karena dalam keadaan haidh,
termasuk juga nifas, mengharuskan
seorang suami untuk menjauhi isterinya.
Barangkali karena terhalangnya atau
ketegangan alat vitalnya itu yang
mendorong untuk mentalak. Oleh karena
itu si suami diperintahkan supaya
menangguhkan sampai selesai haidhnya
itu kemudian bersuci, kemudian dia boleh
menjatuhkan talaknya sebelum si isteri
itu disetubuhinya.
Sebagaimana diharamkannya
mencerai isteri di waktu haidh, begitu
juga diharamkan mencerai di waktu suci
sesudah bersetubuh. Sebab siapa tahu
barangkali si perempuan itu memperoleh
benih dari suaminya pada kali ini, dan
barangkali juga kalau si suami setelah
mengetahui bahwa isterinya hamil
kemudian dia akan merubah niatnya, dan
dia dapat hidup senang bersama isteri
karena ada janin yang dikandungnya.
Tetapi bila si perempuan itu dalam
keadaan suci yang tidak disetubuhi atau
si perempuan itu sudah jelas hamil, maka
jelas di sini bahwa yang mendorong
untuk bercerai adalah karena ada alasan
yang bisa dibenarkan. Oleh karena itu di
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 5 Bab 4 : Talak Islam dan Luar Islam

saat yang demikian dia tidak berdosa


mencerainya.
Dalam hadis yang diriwayatkan oleh
Imam Bukhari dikisahkan, bahwa
Abdullah bin Umar Ibnul-Khattab pernah
mencerai isterinya waktu haidh. Kejadian
ini sewaktu Rasulullah SAW masih hidup.
Maka bertanyalah Umar kepada
Rasulullah SAW, maka jawab Nabi kepada
Umar:
`Suruhlah dia (Abdullah bin Umar)
supaya kembali, kemudian jika dia mau,
cerailah sedang isterinya itu dalam
keadaan suci sebelum disetubuhinya.
Itulah yang disebut mencerai pada iddah,
sebagaimana yang diperintahkan Allah
dalam firmanNya:
Hai Nabi! Apabila kamu hendak
mencerai isterimu, maka cerailah dia
pada iddahnya. Yakni menghadapi iddah,
yaitu di dalam keadaan suci.`
Di satu riwayat disebutkan:
Perintahlah dia (Abdullah bin Umar) supaya kembali,
kemudian cerailah dia dalam keadaan suci atau
mengandung.` (HR. Bukhari)

Akan tetapi apakah talak semacam itu


dipandang sah dan harus dilaksanakan
atau tidak?
Pendapat yang masyhur, bahwa talak
semacam itu tetap sah, tetapi si
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 5 Bab 4 : Talak Islam dan Luar Islam

pelakunya berdosa.
Sementara ahli fiqih berpendapat
tidak sah, sebab talak semacam itu
samasekali tidak menurut aturan syara`
dan tidak dibenarkan. Oleh karena itu
bagaimana mungkin dapat dikatakan
berlaku dan sah?
Diriwayatkan:
Sesungguhnya Ibnu Umar pernah ditanya: bagaimana
pendapatmu tentang seorang laki-laki yang mencerai
isterinya waktu haidh? Maka ia menceriterakan kepada si
penanya tentang kisahnya ketika ia mencerai isterinya waktu
haidh, dan Rasulullah s.a. w. niengembalikan isterinya itu
kepadanya sedang Rasulullah tidak menganggapnya
sedikitpun.` (Riwayat Abu Daud dengan sanad yang sahih)

c. Bersumpah Untuk Mencerai


Hukumnya Haram
Seorang muslim tidak dibenarkan
menjadikan talak sebagai sumpah untuk
mengerjakan ini atau meninggalkan itu,
atau untuk mengancam isterinya.
Misalnya ia berkata kepada isterinya:
`Apabila dia berbuat begitu, maka ia
tertalak.`
Sumpah dalam Islam mempunyai
redaksi khusus, tidak boleh lain, yaitu
bersumpah dengan nama Allah: Demi
Allah. Sebab Rasulullah SAW pernah
bersabda:
`Barangsiapa bersumpah dengan selain asma` Allah, maka
sungguh ia berbuat syirik.` (Riwayat Abu Daud, Tarmizi dan
Hakim)
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 5 Bab 4 : Talak Islam dan Luar Islam

Dan sabdanya pula:


Barangsiapa bersumpah, maka bersumpahlah dengan nama
Allah atau diam.` (HR. Muslim)

d. Talak Harus Dijatuhkan Bertahap


Islam memberikan kepada seorang
muslim tiga talak untuk tiga kali, dengan
suatu syarat tiap kali talak dijatuhkan
pada waktu suci, dan tidak
disetubuhinya. Kemudian
ditinggalkannya isterinya itu sehingga
habis iddah. Kalau tampak ada keinginan
merujuk sewaktu masih dalan iddah,
maka dia boleh merujuknya. Dan
seandainya dia tetap tidak merujuknya
sehingga habis iddah, dia masih bisa
untuk kembali kepada isterinya itu
dengan aqad baru lagi. Dan kalau dia
tidak lagi berhasrat untuk kembali, maka
si perempuan tersebut diperkenankan
kawin dengan orang lain.
Kalau si laki-laki tersebut kembali
kepada isterinya sesudah talak satu,
tetapi tiba-tiba terjadi suatu peristiwa
yang menyebabkan jatuhnya talak yang
kedua, sedang jalan-jalan untuk
menjernihkan cuaca sudah tidak lagi
berdaya, maka dia boleh menjatuhkan
talaknya yang kedua, dengan syarat
seperti yang kami sebutkan di atas; dan
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 5 Bab 4 : Talak Islam dan Luar Islam

dia diperkenankan merujuk tanpa aqad


baru (karena masih dalam iddah) atau
dengan aqad baru (karena sesudah habis
iddah).
Dan kalau dia kembali lagi dan dicerai
lagi untuk ketiga kalinya, maka ini
merupakan suatu bukti nyata, bahwa
perceraian antara keduanya itu harus
dikukuhkan, sebab persesuaian antara
keduanya sudah tidak mungkin. Oleh
karena itu dia tidak boleh kembali lagi,
dan si perempuan pun sudah tidak lagi
halal buat si laki-laki tersebut, sampai dia
kawin dengan orang lain secara syar`i.
Bukan sekedar menghalalkan si
perempuan untuk suaminya yang
pertama tadi.
Dari sini kita tahu, bahwa
menjatuhkan talak tiga dengan satu kali
ucapan, berarti menentang Allah dan
menyimpang dari tuntunan Islam yang
lurus.
Tepatlah apa yang diriwayatkan,
bahwa suatu ketika Rasulullah s.a.w.
pernah diberitahu tentang seorang laki-
laki yang mencerai isterinya tiga talak
sekaligus. Kemudian Rasulullah berdiri
dan marah, sambil bersabda:
Apakah dia mau mempermainkan kitabullah, sedang saya
berada di tengah-tengah kamu? Sehingga berdirilah seorang
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 5 Bab 4 : Talak Islam dan Luar Islam

laki-laki lain, kemudian dia berkata: Ya Rasulullah! apakah


tidak saya bunuh saja orang itu!` (HR An-Nasa`i)

Kembali dengan Baik atau Melepas


dengan Baik
Kalau seorang suami mencerai
isterinya dan iddahnya sudah hampir
habis, maka suami boleh memilih satu di
antara dua:
Mungkin dia merujuk dengan cara
yang baik; yaitu dengan maksud baik dan
untuk memperbaiki, bukan dengan
maksud membuat bahaya.
Mungkin dia akan melepasnya dengan
cara yang baik pula; yaitu dibiarkanlah
dia sampai habis iddahnya dan
sempurnalah perpisahan antara
keduanya itu tanpa suatu gangguan dan
tanpa diabaikannya haknya masing-
masing.
Tidak dihalalkan seorang laki-laki
merujuk isterinya sebelum habis iddah
dengan maksud jahat yaitu guna
memperpanjang masa iddah; dan supaya
bekas isterinya itu tidak kawin dalam
waktu cukup lama. Begitulah apa yang
dilakukan oleh orang-orang jahiliah dulu.
Perbuatan jahat ini diharamkan Allah
dalam kitabNya dengan suatu uslub
(gaya bahasa) yang cukup menggetarkan
dada dan mendebarkan jantung. Maka
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 5 Bab 4 : Talak Islam dan Luar Islam

berfirmanlah Allah:
‫ف َأسمو‬ ‫وإءسذا َطسلمقتَس س س سم َالنلسس س س سساَء َفسسبسلسمغس س س سن َأسجلسهس س س سلن َفسأسمءسس س س سككوُهلن َءبسعس س س سرو د‬
‫ك م ك‬ ‫م‬ ‫ك ك س س س سك‬ ‫س‬
‫ء‬ ‫د‬
‫ك‬ ‫سس سنركحوُكهلن َءبسمع سكروف َسوسل َكتمءس سككوُكهلن َءض سسرارجا َلتَسسمعتَس سكدوما َسوسمسسن َيسسمفسع سمل َسذل س س‬
‫ت َاللنسءه‬ ‫ء‬ ‫ء ء‬ ‫ء‬
‫فسسسق سمد َظسلس سسم َنسسمفسس سكه َسوسل َتستَسلخ سكذسوما َآيسسساَت َاللنسه َكه سكزوجا َسواذمكك سكروام َنمعسم س س‬
‫ب َسواملءمكسم سءة َيسعءظكككسسم َبءسءه َسواتلسكق سوُام‬ ‫سعلسميكك سم َومسساَ َأسن سسزسل َسعلسميكك سم َنم سن َالمءكتَسسساَ ء‬
‫م س‬ ‫م سس‬
‫اللنسه َسوامعلسكموُما َأسلن َاللنسه َبءككنل َسشميِدء َسعءليقم‬
Apabila kamu mencerai isterimu, kemudian telah sampai
pada batasnya, maka rujuklah mereka itu dengan baik atau
kamu lepas dengan baik pula; jangan kamu rujuk dia dengan
maksud untuk menyusahkan lantaran kamu akan melanggar.
Barangsiapa berbuat demikian, maka sungguh dia telah
berbuat zalim pada dinnya sendiri. Dan jangan kamu jadikan
ayat-ayat Allah sebagai permainan; dan ingatlah akan
nikmat Allah yang diberikan kepadamu dan apa yang Allah
turunkan kepadamu daripada kitab dan kebijaksanaan yang
dengan itu Dia menasehati kamu. Takutlah kepada Allah; dan
ketahuilah, bahwa sesungguhnya Allah Maha Mengetahui
segala sesuatu. (QS. Al-Baqarah: 231)

Dengan memperhatikan ayat ini,


maka kita dapati di dalamnya
mengandung tujuh butir yang antara lain
berisikan ultimatum, peringatan dan
ancaman. Kiranya cukup merupakan
peringatan bagi orang yang berjiwa dan
mau mendengarkan.
B. Talak Di Luar Islam
Bukan Islam saja satu-satunya agama
yang membenarkan adanya talak,
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 5 Bab 4 : Talak Islam dan Luar Islam

bahkan sebelum Islam, talak sudah


merata di dunia, apabila kita mau
kecualikan satu ummat atau dua ummat,
yaitu: apabila seorang suami sedang
marah kepada isterinya, maka isterinya
itu diusir dari rumah dengan tangan
hampa, atau tidak ada kekuasaan
sedikitpun. Si perempuan tidak ada
wewenang untuk membela diri,
mendapat ganti atau hak-hak lain.
Dan ketika bangsa Yunani mulai
bangkit dan kebudayaan mulai
menanjak, maka persoalan talak telah
merata di kalangan masyarakat, tanpa
suatu ikatan dan persyaratan.
Talak bagi orang-orang Romawi dinilai
dari eksistensi perkawinan itu sendiri.
Sehingga para hakim pun dapat
membatalkan perkawinan, walaupun
kedua belah pihak telah berjanji tidak
akan bercerai. Padahal perkawinan
secara keagamaan menurut generasi
pertama tidak membenarkan adanya
talak.
Tetapi pada waktu itu juga seorang
suami diberinya kekuasaan penuh, tanpa
batas (absolut) terhadap isterinya.
Sehingga dalam beberapa hal dia
dibenarkan membunuh isterinya.
Kemudian agama mereka ini mencabut
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 5 Bab 4 : Talak Islam dan Luar Islam

hak tersebut dan membenarkan adanya


talak yang juga dibenarkan oleh undang-
undang sipil yang berlaku.
1. Talak dalam Pandangan Agama
Yahudi
Agama Yahudi menganggap baik
persoalan talak dengan menitik-beratkan
peninjauannya kepada keadaan isteri.
Tetapi perkenan itu diperluas. Seorang
suami oleh syari`at mereka diharuskan
mencerai isterinya kalau ternyata si isteri
berbuat serong, sekalipun suami telah
memaafkannya. Secara hukum istri yang
serong harus dicerai, meski suami masih
menyayanginya dan tidak mau
melepaskannya.
Undang-undang mereka pun
memaksa kepada suami untuk mencerai
isterinya kalau perkawinan itu berjalan
20 tahun, tetapi ternyata tidak
menghasilkan anak.
Ini adalah sebuah bentuk ketidak-
adilan kepada pihak wanita, dimana
secara undang-undang resmi para wanita
secara otomatis diceraikan, apabila tidak
sanggup melahirkan keturunan.
2. Talak dalam Pandangan Agama
Kristen
Kristen adalah agama yang
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 5 Bab 4 : Talak Islam dan Luar Islam

menyimpang dari agama-agama yang


kami tuturkan di atas, bahkan
bertentangan dengan agama Yahudi itu
sendiri. Injil melalui lidah al-Masih
mengharamkan talak dan
mengharamkan mengawini laki-laki atau
perempuan yang ditalak.
Injil karangan Matius fasal 5 ayat 31
dan 32 mengatakan:
Barangsiapa mencerai istrinya, hendaklah ia memberi surat
talak kepadanya. Tetapi aku ini berkata kepadamu:
Barangsiapa mencerai istrinya lain daripada sebab berzina,
ialah menjadi pohon yang sebab perempuan itu berzina; dan
barangsiapa beristrikan perempuan yang diceraikan
demikian itu, ia pun berzina.`

Dan dalam Injil karangan Markus,


fasal 10 ayat 11 dan 12 dikatakan:
`Barangsiapa menceraikan istrinya, lalu
beristrikan orang lain, ialah berbuat zina
terhadap istrinya yang dahulu itu. Dan
jikalau seorang perempuan menceraikan
suaminya, lalu bersuamikan orang lain, ia
pun berbuat zina. Injil memberikan
alasan haramnya talak yang demikian
keras itu karena:
sesuatu yang telah dijodohkan oleh Allah jangan diceraikan
oleh manusia.` (Matius 19: 6).

Alasan ini maksudnya baik. Tetapi


menjadikan alasan tersebut untuk
melarang perceraian adalah suatu hal
yang sangat ganjil. Sebab maksud Allah
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 5 Bab 4 : Talak Islam dan Luar Islam

menjodohkan antara suami-isteri itu


pengertiannya, bahwa Ia memberi izin
dan mengatur jalannya perkawinan. Oleh
karena itu benar kalau menisbatkan
penjodohan kepada Allah, sekalipun pada
hakikatnya manusialah yang langsung
mengadakan aqad.
Jika Allah membenarkan dan
mengatur perceraian karena sebab dan
alasan yang mengharuskan, maka
perceraian waktu itu artinya dari Allah
juga, sekalipun pada hakikatnya manusia
itu sendiri yang secara langsung
melakukan perceraian.
Dengan demikian, jelas bukan
manusia itu sendiri yang menceraikan
apa yang telah dijodohkan Allah. Bahkan
baik yang menjodohkan maupun yang
menceraikan adalah Allah. Bukankah
Allah jua yang menceraikan antara
suami-isteri lantaran sebab berzina?!
Mengapa Allah tidak boleh menceraikan
suami-isteri lantaran sebab lain yang
mengharuskan cerai?!
3. Pertentangan Sekte Kristen dalam
Persoalan Talak
Sekalipun Injil mengecualikan
larangan talak selain karena zina, akan
tetapi pengikut sekte Katholik
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 5 Bab 4 : Talak Islam dan Luar Islam

menafsirkan pengecualian ini sebagai


berikut: `Di sini tidak dapat diartikan,
bahwa prinsip ini ada beberapa
keganjilan, atau ada sebab-sebab yang
membenarkan perceraian. Dalam Kristen
sedikitpun tidak ada apa yang disebut
talak. Perkataan selain karena sebab
zina, di sini maksudnya adalah
perkawinan itu sendiri yang tidak sah,
sebab diadakan dan disahkannya
perkawinan itu bukan karena yang
tampak saja. Jadi zina bukan suatu
pengecualian. Maka dalam situasi seperti
ini seorang laki-laki dibenarkan, bahkan
diharuskan meninggalkan isterinya.`
Pengikut sekte Protestan
membolehkan perceraian dalam
beberapa hal yang antara lain: karena
isteri berbuat zina, isteri berkhianat
kepada suami dan beberapa hal lagi yang
kesemuanya itu menambah-nambah nas
Injil. Akan tetapi kendati mereka
membolehkan talak karena ini dan itu,
namun mereka tetap tidak membenarkan
suami-isteri yang sudah bercerai itu
untuk menikmati hidup dengan
bersuamikan/beristerikan orang lain.
Adapun pengikut sekte Ortodoks,
perguruan-perguruan mereka yang
ekstrim di Mesir membolehkan talak
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 5 Bab 4 : Talak Islam dan Luar Islam

apabila seorang isteri melakukan zina,


persis seperti apa yang termaktub dalam
Injil. Di samping itu mereka juga
membenarkan adanya talak karena
sebab-sebab lain, seperti: karena mandul
selama tiga tahun, karena sakit, karena
pertentangan yang berkepanjangan yang
tidak dapat diharapkan kedamaiannya.
Sebab-sebab ini semua tidak terdapat
dalam Injil. Oleh karena itu pengikut-
pengikut setia dari sekte ini tidak
mengakui alasan tersebut yang memberi
perkenan orang belakangan mencerai
isterinya karena sebab-sebab ini. Begitu
juga mereka tidak mengakui kebenaran
bolehnya mengawini laki-laki atau
perempuan yang sudah bercerai dengan
alasan apapun.
Dengan dasar inilah, salah satu
mahkamah Kristen di Mesir pernah
menolak pengaduan seorang perempuan
Kristen yang minta diceraikan dengan
suaminya berhubung suaminya tidak
mampu. Dalam keputusannya itu
mahkamah berpendapat: `Sungguh
sangat mengherankan sementara aktivis
agama dari kepala-kepala gereja dan
anggota majlis agama tinggi telah berani
mengikuti perkembangan zaman,
sehingga mereka mau memenuhi selera
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 5 Bab 4 : Talak Islam dan Luar Islam

orang-orang yang lemah iman dan


membolehkan cerai, justru sebab yang
tidak bersandar pada Injil. Padahal
syariat Kristen dengan tegas tidak
membolehkan cerai, kecuali karena
sebab zina, dengan konsekwensi bahwa
mengawini salah seorang yang telah
bercerai itu berkawin kotor, bahkan dia
itu sendiri dihukumi berzina.`
4. Effek Pengekangan Agama Kristen
dalam Persoalan Talak
Dari effek pengekangan yang sangat
ganjil dari agama Kristen dalam
persoalan talak dan bertentangan
dengan naluri manusia serta faktor vital
yang mengharuskan seseorang bercerai
dengan isterinya karena beberapa hal,
maka --sebagai akfibat dari itu semua--
para pengikut agama ini berani
melanggar agamanya dan melepaskan
diri dari tuntunan Injil, bagaikan anak
panah terlepas dari busurnya. Akhirnya
mereka tidak dapat berbuat lain selain
harus memisahkan apa yang oleh Allah
telah dijodohkannya itu.
Orang-orang Barat yang beragama
Kristen sendiri kemudian membuat
undang-undang sipil yang membolehkan
keluar dari penjara abadi ini. Dan di balik
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 5 Bab 4 : Talak Islam dan Luar Islam

itu tidak sedikit dari kalangan mereka,


seperti bangsa Amerika, yang berlebih-
lebihan dan melepaskan kendali dalam
persoalan dibolehkannya bercerai, yang
seolah-olah mereka itu satu kesatuan
dengan Injil.
Oleh karena itu, mereka menjatuhkan
Injil tersebut justru kurangnya
pengertian; dan para cerdik-pandainya
mengadukan situasi yang krisis ini yang
menimpa ikatan perkawinan dan yang
mengancam kehidupan berumahtangga
serta tata-tertib keluarga, sehingga
sementara hakim urusan talak
menegaskan: bahwa kehidupan
rumahtangga (perkawinan) akan musnah
di negeri mereka dan akan diganti
dengan suatu kebebasan perhubungan
antara laki-laki dan perempuan pada
waktu yang tidak terlalu lama.
Sekarang ini perkawinan dianggapnya
sebagai barang perdagangan yang
dihancurkan sendiri oleh dua pasangan
suami-isteri, karena kelemahan sendi-
sendinya yang sama sekali berbeda
dengan agama-agama lain, lebih-lebih
tidak adanya keyakinan dan kecintaan
yang mengikat antara dua pasangan
suami-isteri itu. Tetapi syahwat dan
berganti-ganti pasangan adalah jalan-
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 5 Bab 4 : Talak Islam dan Luar Islam

jalan untuk memuaskan nafsu dan


mencapai hidup senang.
5. Penolakan Farid Dalam Persoalan
Ini
Kenyataan inilah yang berlaku dalam
undang-undang perkawinan sejalan
dengan undang-undang sipil yang
berlaku, yang samasekali bertentangan
dengan ajaran agama dan hampir tidak
dijumpai selain bangsa Barat yang
beragama Kristen.
Seluruh aliran dan kepercayaan,
termasuk di dalamnya kaum Brahma,
Buddhis, Polytheis dan Majusi, semuanya
melaksanakan undang-undang
perkawinannya menurut tuntunan
agamanya masing-masing. Sekalipun
kadang-kadang kita dapati di antara
mereka ada yang membuat undang-
undang sipil dalam beberapa hal yang
bertentangan dengan ajaran agamanya.
Tetapi tidak kita jumpai di kalangan
mereka yang membuat undang-undang
sipil dalam bidang perkawinan yakni
dalam urusan perkawinan, talak dan
sebagainya bertentangan dengan ajaran
agamanya. Sebab aliran dan
kepercayaan-kepercayaan ini
memungkinkan untuk menjalankan
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 5 Bab 4 : Talak Islam dan Luar Islam

praktik hidup dan menyalurkan naluri


manusia dalam persoalan ini (baca
perkawinan).
Hanya orang-orang Kristen saja yang
mengingkari agamanya dari segi praktik
perkawinan pada umumnya dan dalam
persoalan talak pada khususnya. Karena
mereka sendiri sudah mengetahui,
bahwa ajaran agamanya dalam
persoalan ini bertentangan dengan
realita dan bersikap masa bodoh
terhadap naluri manusia dan tidak
mungkin dapat diterapkan dalam
kehidupan.
6. Agama Kristen Hanya Obat
Sementara
Kalau benar apa yang terdapat dalam
Injil tentang persoalan talak, bukan
mengalami perubahan sebagaimana
yang terjadi pada abad-abad pertama,
maka tidak diragukan lagi, bahwa orang
yang mau berfikir tentang Injil --sampai
pun yang ada sekarang ini-- akan
mengetahui dengan jelas, bahwa al-
Masih tidak bermaksud menetapkan
agama ini sebagai hukum yang universal
dan abadi.
Tetapi dia hanya bermaksud akan
melawan kesewenang-wenangan orang
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 5 Bab 4 : Talak Islam dan Luar Islam

Yahudi terhadap hal-hal yang oleh Allah


telah diberikan rukhshah, sebagaimana
apa yang mereka perbuat dalam masalah
talak ini.
Injil Matius fasal 19 menerangkan:
`Tatkala Jesus telah menyudahkan segala ucapan itu,
berangkatlah Ia dari tanah Galilea, lalu sampai ke tanah
Judea yang di seberang sungai Jordan. Maka amatlah
banyak orang mengikuti dia, lalu disembuhkannya mereka itu
di sana. Maka datanglah orang Parisi kepadanya hendak
mencobai dia, serta bertanya kepadanya: Halalkah orang
mencerai bininya karena tiap-tiap sebab? Maka jawab Jesus,
katanya: Tidakkah kamu membaca, bahwa Ia yang
menjadikan manusia pada mulanya menjadikan laki-laki dan
perempuan, lalu berfirman: `Karena sebab itu orang
hendaklah meninggalkan ibu-bapanya, dan berdamping
dengan bininya; lalu keduanya itu menjadi saudara-daging?`
Sehingga mereka itu bukannya lagi dua orang, melainkan
sedarah-daging adanya. Sebab itu yang telah dijodohkan oleh
Allah, janganlah diceraikan oleh manusia. Maka kata mereka
itu kepadanya: Kalau begitu, apakah sebabnya Musa
menyuruh memberi surat talak serta menceraikan dia? Maka
kata Jesus kepada mereka itu: Oleh sebab keras hatimu, Musa
meluluskan kamu menceraikan binimu; tetapi pada mulanya
bukan demikian adanya. Aku berkata kepadamu:
Barangsiapa yang menceraikan bininya kecuali sebab hal
zina, lalu berbinikan orang lain, ialah berzina. Dan
barangsiapa berbinikan perempuan yang sudah diceraikan
demikian, iapun berzina juga. Maka kata murid-murid itu
kepadanya: Jikalau demikian ini perihal laki-laki dengan bini,
tiada berfaedah kawin.` (Matius 19: 1 - 10)25

Dari percakapan ini jelas, bahwa Jesus


(Isa) hanya bermaksud membatasi
kesewenang-wenangan orang Yahudi
dalam mempergunakan izin talak yang
telah diberikan Musa kepadanya,
kemudian ia menghukumi mereka ini
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 5 Bab 4 : Talak Islam dan Luar Islam

dengan larangan bercerai kecuali sebab


si perempuan itu berbuat zina. Dengan
demikian, apa yang diperbuatnya itu
adalah obat sementara untuk waktu
tertentu, sehingga datanglah agama
yang universal dan abadi; yaitu dengan
diutusnya Nabi Muhammad SAW.
Tidak rasional kalau al-Masih
menghendaki hukumnya ini bersifat
abadi dan berlaku untuk segenap ummat
manusia. Sebab murid-muridnya sendiri
telah menyatakan keberatannya
terhadap hukum yang sangat berat ini.
Mereka berkata: `Jikalau demikian ini
perihal laki dengan bini, tiada berfaedah
kawin.`
Sebab semata-mata kawin dengan
seorang perempuan, berarti dia
menjadikan perempuan itu sebagai
belenggu di lehernya yang tidak mungkin
dapat dilepaskan dengan apapun,
kendatipun hatinya penuh kebencian,
kesempitan dan kemurkaan; dan
betapapun watak dan pembawaan kedua
belah pihak itu berbeda.
Bab 5 : 'Iddah

A. Defnisi
1. Bahasa
Secara bahasa, kata iddah diambil
dari kata al-add (‫ )العكككككلد‬yang berarti
bilangan dan al-hisab (‫ )الحساب‬yang berarti
hitungan.
2. Istilah
'Iddah adalah ketentuan syariat
kepada seorang wanita untuk menunggu
dan sementara belum diperbolehkan
menikah lagi, akibat terpisahnya dirinya
dari suaminya, baik disebabkan oleh
cerai ataupun karena kematian
suaminya.
‫ص هفيعها اجلعمْ جأعرةي هلعمْجعهرفعهة عب عارعءهة عرهحهمْعها أعجو هلل تععحبهد أعجو هلتعفَّعحجهعهعللا‬ ‫ه ة‬
‫اجسادم ليمْتدة تعتععرتب ي‬
‫عععلى عزأجوهجعها‬
Masa tenggang yang dilalui seorang wanita untuk
mengosongkan rahimnya, atau sekedar ta’abbud, atau untuk
tafajju’ kepada suaminya.
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 5 Bab 5 : Iddah

Dalam definisi ini kita diajak untuk


mengenal iddah lewat tujuan, yaitu
kepastian kosongnya rahim, atau untuk
sekedar ta’abbudi saja, atau untuk
tafajju’ suaminya.
3. Istilah Yang Berdekatan
Beberapa istilah yang berdekatan
dengan iddah adalah istibra’, ihdad dan
tarabbush.
a. Istibra’
Istibra’ berasal dari kata bara’atu
arrrahim, yang berarti kosongnya rahim.
Jadi istibra’ ini adalah suatu masa
menunggu yang harus dijalani oleh
seorang wanita demi kepastian
kosongnya rahimnya. Minimal dengan
mengalami satu kali haidh.
Dalam prakteknya, iddah dan
bara’aturrahim punya persamaan dan
perbedaan. Yang paling utama adalah
dalam iddah harus dijalani tiga kali haidh
atau tiga kali suci dari haidh. Angka tiga
kali ini bersifat ta’abbudi alias ritual.
Sedangkan dalam istibra’, tidak dikenal
ritual tiga kali, cukup sekali mengalami
haidh saja, sudah didapat kepastian
kosongnya rahim.
b. Ihdad
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 5 Bab 5 : Iddah

Secara bahasa, ihdad itu berarti al-


man’u (‫ )المنع‬yang bermakna mencegah.
Dan secara istilah fiqih, ihdad adalah :
‫صلةي هفللي أعجحلعواةل‬
‫صو ع‬
‫ه‬ ‫ه‬ ‫ه‬ ‫ه‬
‫اجمْتعنُللاعي اجلعمْل جأعرة ععلهنَ الدزأيعنُلة عوعمْللا فللي عمْجععنُاعهللا يمْلتدةي عمْجخا ي‬
‫صةة عوهمْجنُهْي اجمْتهعنُاعي اجلعمْ جأعرهة همْعنَ اجلعبجييتوتعهة هفي عغجيهر عمْجنُهزأهلعها‬
‫صو ع‬ ‫عمْجخا ي‬
Dicegahnya seorang wanita dari berhias dan hal-hal yang
semakna dengannya, selama masa waktu tertentu dengan
sebab tertentu, termasuk dicegahnya dari bertempat tinggal
kecuali ditempatnya.

Dalam prakteknya seorang wanita


yang menjalani masa iddah harus
melakukan ihdad, yaitu tidak berhias dan
keluar rumah.
c. Tarabbush
Secara bahasa, makna tarabbush (
‫ )الككككتربص‬adalah al-intizhar (‫ )النتطككككار‬yang
berarti menunggu. Sedangkan makna
secara istilah adalah :
‫التثبت والنُتطار‬
Memastikan hukum suatu masalah dan menunggunya.

Dan hubungan antara tarabbush


dengan iddah bahwa menjalani masa
iddah bagi seorang wanita itu berarti
memastikan hukum apakah dirinya itu
punya janin di dalam perutnya,
memastikan hukum apakah suaminya
tidak akan merujuknya lagi, dimana
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 5 Bab 5 : Iddah

kedua hal itu dilakukan dengan cara :


menunggu beberapa waktu.
B. Pensyariatan
Sebelum disyariatkan dalam risalah
kita, sebenarnya kewajiban wanita yang
suaminya meninggal atau suaminya
menceraikannya ini juga sudah dikenal
pada masa jahiliyah. Sehingga ketentuan
ini bukan hal yang terlalu aneh bagi
bangsa Arab saat itu untuk
menjalankannya. Apalagi di dalamnya
banyak terkandung hikmah dan manfaat.
1. Al-Quran
Ada beberapa ayat dalam Al-Quran
yang menetapkan kewajiban wanita
menjalani iddah, di antarnya ayat-ayat
berikut.
‫صسن َبءسأنكفءسءهلن َثسلسثسسة َقكسكرسودء‬ ‫سوالمكمطسلسقاَ ك‬
‫ت َيسستَسسسربل م‬
Wanita-wanita yang ditalak hendaklah menahan dini
(menunggu) selama tiga masa quru’. (Al—Baqarah: 228)

Ayat ini menyebutkan dua hal penting


yaitu penyebab iddah dan masa iddah.
Penyebabnya adalah karena dicerai
suaminya, sedangkan masa iddahnya
adalah 3 kali haidh atau 3 kali suci dari
haidh.
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 5 Bab 5 : Iddah

‫صس سسن َبءسأنكفءسس سءهلن َأسمربسسسعس سةس‬ ‫ء‬ ‫ء‬


‫سوالس سذيسن َيسكتَسسسوُفلس سموُسن َمنككس سمم َسويسس سسذكروسن َأسمزسواجس سجاَ َيسستَسسسربل م‬
َ ‫أسمشكهدر َسوسعمشرجا‬
Orang-orang yang meninggal dunia di antara kalian dengan
meninggalkan isteri-isteri, maka hendaklah para isteri itu
menangguhkan diri nya (ber’iddah) selama empat bulan
sepuluh hari.“(QS. Al-Baqarah: 234)

Ayat ini menyebutkan dua hal, yaitu


penyebab iddah dan masa iddahnya.
Penyebab iddahnya adalah kematian
suami dan masa iddahnya adalah 4 bulan
10 hari.

‫ض َءمسمن َنءسسساَئءككمم َإءءن َامرتسسمبتَكسمم َفسعءسلدتكسكهلن َثسسلثسسةك‬


‫سوالللءئيِ َيسئءمسسن َءمسن َالمسمءحيس ء‬
‫ضمعسن َسحملسكهلن‬ ‫حاَءل َأسسجلككهلن َأسمن َيس س‬ ‫ت َاملس م س‬ ‫أسمشكهدر َسوالللءئيِ َ سمل َ سءي م‬
‫ضسن َسوأكوسل ك‬
Perempuan-perempuan yang sudah tidak haidh lagi dari istri
kalian bila kalian cerai maka iddahnya adalah tiga bulan.
Dan berlaku juga bagi yang masuk usia haidh. (QS. Ath-
Talak : 4)

Ayat ini tidak menyebutkan penyebab


iddah, apakah karena dicerai suami atau
suaminya meninggal. Tetapi
menyebutkan kondisi atau keadaan istri,
yaitu sudah tidak haidh lagi atau justru
sudah tidak haidh lagi, dimana masa
iddahnya menjadi tiga bulan.

‫حاَءل َأسسجلككهلن َأسمن َيس س‬


‫ضمعسن َسحملسكهلن‬ ‫سوأكوسل ك‬
‫ت َاملس م س‬
Sedangkan wanita yang hamil, masa iddah mereka itu adalah
sampai mereka melahirkan (QS. Ath-Talak : 4)
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 5 Bab 5 : Iddah

Ayat ini sambungan ayat sebelumnya


yang bicara kondisi wanita yang dalam
keadaan hamil, tanpa menyebutkan
sebabnya apakah karena dicerai atau
suaminya meninggal dunia, tetapi jelas
disebutkan masa iddahnya, yaitu hingga
dia melahirkan anaknya.
2. Hadits
Selain itu juga ada beberapa hadits
nabawi yang menjadi dasar pensyariatan
hukum iddah ini :
‫ت َفس س سوُسق َثسلس د‬
‫ث َإء ل‬
‫ل َسعلسس سسىَ َسزمودج َأسمربسسسعس سسة َأسمشس سكهدر‬ ‫د‬
‫سل َستكس سضد َاممس سسرأسقة َسعلسس سسىَ َسمينس س م‬
‫سوسعمشجرا‬
Tidaklah seorang wanita yang suaminya meninggal
melaksanakan ihdad kecuali dengan masa 4 bulan 10 hari.
(HR. Muslim)

َ ‫ت َابمءن َأكنم َسممككتَوُدم‬


‫امعتَسنديِ َءف َبسي ء‬
‫سم‬
Jalani masa iddah di rumah Abdullah bin Ummi Maktum
(HR. Muslim)

‫أكءمرت َبءريركة َأسمن َتسسعتَسلد َبءثسلس ء‬


‫ث َءحيس د‬
‫ض‬ ‫م‬ ‫سم سس‬
Barirah diperintahkan untuk menjalani masa iddah selama
tiga kali haidh. (HR. Ibnu Majah)

C. Pembagian Jenis ‘Iddah


Kalau kita rinci ayat-ayat Al-Quran
yang bicara tentang iddah, kita
menemukan ada 3 ayat yang berbeda,
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 5 Bab 5 : Iddah

yang menerangkan penyebab iddah serta


masa iddahnya.
Sebab Kondisi Masa Idd
Masih aktif haidh 3 x haidh ata
suci

Belum usia haidh 3 bulan


Cerai
Sudah usia tidah 3 bulan
haidh

Hamil hingga melah

Tidak Hamil 4 bulan 10


Suami  4 bulan 10 h
Wafat Hamil  Melahirkan
 Paling lama
Perpisahan antara suami istri bisa
terjadi dengan salah satu dari dua
kemungkinan, yaitu cerai atau suaminya
meninggal. Dan masing-masing bisa
punya kondisi-kondisi yang berbeda dan
ikut mempengaruhi masa iddah bagi istri.
1. Dicerai Suami
Ada dua keadaanya istri ketika dicerai
suaminya, yaitu dia dalam keadaan hamil
atau tidak dalam keadaan hamil.
a. Hamil
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 5 Bab 5 : Iddah

Wanita yang dicerai oleh suaminya


dan kondisinya masih dalam keadaan
hamil, masa masa iddahnya adalah
hingga melahirkan anaknya.
b. Tidak Hamil
Bila seorang wanita tidak dalam
keadaan hamil, maka ada tiga
kemungkinan kondisinya, yaitu belum
masuk usia haidh, sedang dalam usia
haidh secara aktif dan sudah tidak haidh
lagi.
 Belum Haidh
Istri yang dinikahi suaminya ketika
belum masuk masa haidh lalu dijatuhkan
talak (cerai), maka masa iddahnya
adalah 3 bulan.
 Masa Aktif Haidh
Istri yang dicerai dan masih berusia
produktif dalam arti masih mengalami
haidh secara normal, maka masa
iddahnya adalah 3 kali suci dari haidh
atau tidak kali haidh.
 Sudah Tidak Haidh Lagi
Wanita yang sudah tidak mengalami
haidh alias menopouse, maka masa kalau
diceraikan oleh suaminya, masa
iddahnya adalah 3 bulan lamanya.
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 5 Bab 5 : Iddah

2. Suami Wafat
Bila terlepasnya ikatan pernikahan
terjadi karena suami meninggal dunia,
maka ada dua kemungkinan keadaan
istrinya, yaitu dia hamil atau tidak hamil
a. Tidak Hamil
Kalau seorang suami wafat sedangkan
istri dalam keadaan tidak hamil, maka
masa iddahnya adalah 4 bulan 10 hari.
b. Hamil
Namun ketika suami wafat dan kondisi
istri lagi dalam keadaan hamil, maka
para ulama berpecah menjadi tiga
pendapat.
 Pendapat Pertama
Pendapat pertama meyebutkan
bahwa masa iddahnya adalah 4 bulan 10
hari.
 Pendapat Kedua
Namun ada juga yang mengatakan
bahwa masa iddahnya hingga
melahirkan.
 Pendapat Ketiga
Pendapat yang ketiga mengatakan
masa iddahnya adalah masa yang lama
dari keduanya. Misalnya suami
meninggal saat kehamilan berusia 9
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 5 Bab 5 : Iddah

bulan, lalu 10 hari kemudian bayinya


lahir, maka masa iddahnya bukan 10 hari
tetapi 4 bulan 10 hari.
Sedangkan bila suami wafat ketika
usia kehamilan baru 2 bulan, maka masa
iddahnya bukan 4 bulan 10 hari,
melainkan hingga melahirkan yaitu 7
bulan lamanya.
D. Hukum Menjalani Masa ‘Iddah dan
Konsewensinya
Seorang wanita yang terpisah dari
suaminya, baik karena dicerai atau
karena suaminya wafat, maka dia wajib
menjalani masa ’iddah dengan
konsekuensi antara lain :
1. Berhias
Seorang wanita yang sedang dalam
masa iddah dilarang untuk berhias atau
bercantik-cantik. Dalam istilah fiqih
disebut dengan al-ihdad (‫ )الحككداد‬atau al-
ihtidad (‫)الحتككككداد‬. Dan diantara kategori
berhias itu antara lain adalah :
 Menggunakan alat perhiasan seperti
emas, perak atau sutera
 Menggunakan parfum atau wewangian
 Menggunakan celak mata, kecuali ada
sebagian ulama yang
membolehkannya memakai untuk
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 5 Bab 5 : Iddah

malam hari karena darurat.


 Memakai pewarna kuku seperti pacar
kuku (hinna`) dan bentuk-bentuk
pewarna lainnya.
 Memakai pakaian yang berparfum atau
dicelup dengan warna-warna seperti
merah dan kuning.
Di dalam Fiqih Sunnah Sayyid Sabiq
mengatakan: “Isteri yang sedang
menjalani masa ‘iddah berkewajiban
untuk menetap di rumah dimana ia
dahulu tinggal bersama sang suami
sampai selesai masa ‘iddahnya dan tidak
diperbolehkan baginya keluar dan rumah
tensebut. Sedangkan suaminya juga
tidak diperbolehkan untuk
mengeluarkannya ia dari rumahnya.
Seandainya terjadi perceraian di antara
mereka berdua, sedang isterlnya tidak
berada di rumah dimana mereka berdua
menjalani kehidupan rumah tangga,
maka si isteri wajib kembali kepada
suaminya untuk sekedar suaminya
mengetahuinya dimana ia berada.
Sebagaimana disebutkan di dalam
firman Allah SWT pada surat Ath-Talak
ayat pertama.”
Apabila isteri yang ditalak itu
melakukan perbuatan keji secara terang-
terangan memperlihatkan sesuatu yang
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 5 Bab 5 : Iddah

tidakbaik bagi keluarga suaminya, maka


dibolehkan bagi suami untuk
mengusirnya dari rumah tersebut,
demikian menu rut Ibnu Abbas.
Pendapat Sayyid Sabiq di atas juga
ditentang oleh Aisyah Radhiyallahu Anha,
Ibnu Abbas, Jabir bin Zaid, Hasan, Atha’,
dan diriwayatkan dan Ali dan Jabir;
dimana Aisyah sendiri pernah
mengeluarkan fatwa kepada isteri yang
ditinggal mati suaminya untuk keluar dan
rumah pada saat menjalani masa
‘iddahnya. Lalu isteri tersebut keluar
rumah bersama dengan saudara
perempuannya, Ummu Kultsum
berangkat ke Makkah untuk menjalankan
ibadah umrah, yaitu ketika Thalhah bin
Ubaid terbunuh.
2. Keluar Rumah
Seorang wanita yang sedang
menjalani masa iddah diwajibkan
melakukan apa yang disebut dengan
mulazamtu as-sakan (ْ‫)ملزامككة السكككن‬. Artinya
adalah selalu berada di dalam rumah,
tidak keluar dari dalam rumah, selama
masa iddah itu berlangsung.
Wanita itu tidak diperkenankan keluar
meninggalkan rumah tempat dia dimana
menjalani masa iddah itu, kecuali ada
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 5 Bab 5 : Iddah

udzur-uzdur yang secara syar'i memang


telah diperbolehkan, atau ada hajat yang
tidak mungkin ditinggalkan.
Pelanggaran ini berdampak pada dosa
dan kemasiatan. Dan bagi suami yang
mentalak istrinya, ada kewajiban untuk
menegur dan mencegah istrinya bila
keluar dari rumah.
Dalilnya adalah apa yang telah Allah
SWT tetapkan di dalam Al-Quran Al-Karim
:
‫سل َكتمءركجوُكهلن َءممن َبسككيوُءتءلن َسوسل َسيمكرمجسن‬
Janganlah kamu keluarkan mereka dari rumah mereka dan
janganlah para wanita itu keluar dari rumah. (QS. Ath-
Talak : 1)

Namun para ulama, di antaranya


mazhab Al-Malikiyah, Asy-Syafi’iyah dan
Al-Hanabilah, serta Ats-Tsuari, Al-Auza’i,
Allaits dan yang lainya, mengatakan
bahwa bagi wanita yang ditalak bain,
yaitu talak yang tidak memungkinkan
lagi untuk dirujuk atau kembali, seperti
ditalak untuk yang ketiga kalinya, maka
mereka diperbolehkan untuk keluar
rumah, setidak-tidaknya pada siang hari.
Alasannya karena wanita yang telah
ditalak seperti itu sudah tidak berhak lagi
mendapatkan nafkah dari mantan
suaminya. Dan dalam keadaan itu, dia
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 5 Bab 5 : Iddah

wajib mencari nafkah sendiri dengan


kedua tangannya. Maka tidak masuk akal
bila wanita itu tidak boleh keluar rumah,
sementara tidak ada orang yang
berkewajiban untuk menafkahinya.
Selain itu memang ada nash yang
membolehkan hal itu, sebagaimana
hadits berikut ini :
‫ت َ سءت ضد‬ ‫ء ء‬
‫ت َسخاَلسءت َثسلسجثاَ َفسسخسرسج م‬ ‫ َطسلكسق م‬:َ ‫ َسقاَل‬َ ‫سعمن َسجاَبءءر َبمءن َسعمبد َالله‬
‫ك َلسكه َفسسسقاَل‬ ‫ َفسسسقاَلس ء‬َ ‫ت َالنلءبسس‬ ‫ل َسلاَ َفسسلسءقيسهاَ َرجل َفسسنسسهاَهاَ َفسسأستس ء‬
‫ت َسذل س‬ ‫م‬ ‫ل‬ ‫سنم ج س س س س ك ق س س‬
‫ء‬ ‫ك َأسمن َتس ء ء‬ ‫ك َلسعل ء‬ ‫ء‬ ‫ء‬
‫صلدقيِ َممنكه َأسمو َتسسمفسعليِ َ س م‬
‫خيسجرا‬ ‫س‬ ‫ َامخكرجيِ َفسكجنديِ َسنملس س‬:َ َ‫سسلا‬
Dari Jabir bin Abdillah radhiyallahuanhu, dia berkata,”Bibiku
ditalak yang ketiga oleh suaminya. Namun beliau tetap keluar
rumah untuk mendapatkan kurma (nafkah), hingga beliau
bertemu dengan seseorang yang kemudian melarangnya.
Maka bibiku mendatangi Rasulullah SAW sambil bertanya
tentang hal itu. Dan Rasululah SAW berkata,”Silahkan keluar
rumah dan dapatkan nafkahmu, barangkali saja kamu bisa
bersedekah dan mengerjakan kebaikan. (HR. Muslim).

Dalam hal ini yang menjadi ‘illat atas


kebolehannya semata-mata karena
wanita itu tidak ada yang memberinya
nafkah untuk menyambung hidup.
Sedangkan bila ada yang memberinya
nafkah, atau dia adalah wanita yang
punya harta, yang dengan hartanya itu
cukup untuk menyambung hidup tanpa
harus bekerja keluar rumah, maka
kebolehan keluar rumah itu tidak berlaku.
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 5 Bab 5 : Iddah

Selain itu juga ada hadits yang


membolehkan para wanita untuk
berkunjung ke rumah tetangga pada
saat-saat menjalani masa ‘iddah, dan hal
itu atas seizin dan sepengetahuan
Rasulullah SAW.
‫ت َءف سس َسدادر‬ ‫استَسمشس سهسد َءرج سساَقل َي س سوُم َأكحس سدد َفسسسآِم َنءس سساَكؤهم َوككس سلن َمتَسج سساَءورا د‬
‫س س كم س ك س س‬ ‫م س س س مس ك‬
‫ء‬ ‫ء‬ ‫ء‬
‫ت‬‫ش َءباَللميسسل َفسسنسبءيس ك‬‫ َيسسساَ َسركسسسوُل َاللسه َإءنسلساَ َنسمسستَسسموُح ك‬:َ ‫فسسكقملسسن‬َ َ ‫بسس‬ ‫فسجمئسسن َالنلء ل‬
‫ء‬ ‫ء‬
‫ َستس لدثمسن‬:َ َ ‫بسس‬ ‫صسبسمحسناَ َتسسبسسلدمرسناَ َإءسلس َبسككيوُتنسسساَ َفسسسقساَل َالنلء ض‬
‫عمنسد َإءمحسداسناَ َفسءإسذا َأس م‬
‫ب َككل َاممسسرأسدة َءممنككسلن‬ ‫عمنسد َإءمحسداككلن َسماَ َبسسدا َلسككلن َفسءإسذا َأسسرمدتكلن َالنلسموُسم َفسسملتَسسكؤ م‬
‫ء‬
َ‫إءسل َبسسميتَءسها‬
Beberapa laki-laki telah gugur dalam perang Uhud, maka
para istri mereka yang saling bertetangga berkumpul di
rumah salah seorang mereka. Mereka pun mendatangi
Rasulullah SAW dan bertanya,”Ya Rasulullah, kami merasa
khawatir di malam hari dan kami tidur bersama di rumah
salah seorang dari kami. Bila hari telah pagi, maka kami
kembali ke rumah masing-masing”. Nabi SAW
bersabda,”Kalian saling menghibur di rumah salah seorang
kalian. Bila kalian akan tidur, maka kembali masing-masing
ke rumahnya. (HR. Al-Bahaqi)

Mengomentari hadits ini, para ulama


mengatakan bahwa hal itu termasuk
dibolehkan, asalkan kondisinya amanat
dan pada saat menjelang tidur, mereka
kembali ke rumah mereka masing-
masing.
3. Menerima Khitbah
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 5 Bab 5 : Iddah

Seorang wanita yang baru saja ditalak


suaminya, atau ditinggal mati, maka dia
harus menjalani masa iddah, dimana
ketika masa iddah itu dia tidak boleh
menerima ajakan atau lamaran (khitbah)
dari seorang laki-laki.
Kalau pun laki-laki itu punya keinginan
untuk menikahinya, maka tidak boleh
disampaikan dalam bentuk terang-
terangan. Yang dibolehkan hanya bila
dilakukan lewat bentuk sindiran. Hal itu
telah diatur Allah SWT di dalam ayat
berikut ini :
‫ضسكتَم َبءسءه َءمسمن َءخطمبسسءة َالنسسساَء َأسمو َأسمكسننتَكسمم َءفس‬ ‫ء‬
‫سوسل َكجنسساَسح َسعلسميككسمم َفيسمساَ َسعلر م‬
‫ل َتكسسوُاءعسكدوكهلن َءسسنرجا َإءلل‬‫سأنكفءسككمم َسعلءسسم َاللنسكه َأسنلككسمم َسسستَسمذكككرونسسكهلن َسولسسءكن َ ل‬
‫ء‬ ‫ء‬
‫ب‬ ‫سأن َتسسكقوُلكوُما َقسسموُجل َلممعكروفساَج َسوسل َتسسمعزكمسوُما َعكمقسسدسة َالنسكساَءح َسح لس‬
‫تس َيسمسبسلكسسغ َالمكتَسساَ ك‬
‫أسسجلس سهك َسوامعلسكم سوُما َأسلن َاللن سسه َيسسمعلس سكم َسمسساَ َءفسس َسأنكفءس سككمم َسفاَمح سسذكروكه َسوامعلسكم سوُام َأسلن‬
َ َ َ ‫اللنسه َسغكفوُقر َسحءليقم‬
Dan tidak ada dosa bagi kamu meminang wanita-wanita itu
dengan sindiran atau kamu menyembunyikan (keinginan
mengawini mereka) dalam hatimu. Allah mengetahui bahwa
kamu akan menyebut-nyebut mereka, dalam pada itu
janganlah kamu mengadakan janji kawin dengan mereka
secara rahasia, kecuali sekedar mengucapkan (kepada
mereka) perkataan yang ma'ruf. Dan janganlah kamu
ber'azam (bertetap hati) untuk beraqad nikah, sebelum habis
'iddahnya. Dan ketahuilah bahwasanya Allah mengetahui apa
yang ada dalam hatimu; maka takutlah kepada-Nya, dan
ketahuilah bahwa Allah Maha Pengampun lagi Maha
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 5 Bab 5 : Iddah

Penyantun. (QS. Al-Baqarah : 235)

4. Menikah
Kalau sekedar menerima lamaran saja
diharamkan, maka tentu saja bila
menikah lebih diharamkan lagi. Sehingga
kalau seorang wanita yang dicerai
suaminya atau ditinggal mati mau
menikah lagi, dia harus menunggu
sampai masa iddahnya selesai terelbih
dahulu.
Pernikahan seorang wanita yang
dilakukan ketika masa iddah belum
selesai adalah pernikahan yang haram,
dan hukumnya tidak sah dalam syariat
Islam. Maka hukum pernikahan semacam
ini bisa diabaikan dan dianggap
pernikahan itu tidak pernah terjadi. Bila
sudah terlanjur, maka keduanya
dipisahkan atau difasakh dan tidak perlu
diceraikan. Karena cerai itu hanya
berlaku manakala pernikahan sudah
terjadi terlebih dahulu sebelumnya
sebagai pernikahan yang sah.
E. Hikmah Disyari‘atkannya ‘Iddah
Sebuah pertanyaan menarik, apa
hikmah di balik adanya syariat iddah bagi
wanita yang berpisah dengan suaminya,
baik karena perceraian atau kematian?
Para ulama mencoba mencarikan
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 5 Bab 5 : Iddah

beberapa hikmah itu, antara lain :


1. Kepastian Kosongnya Rahim
Untuk mengetahui adanya kehamilan
atau tidak pada isteri yang dicerai. Untuk
selanjutnya memelihara jika terdapat
bayi di dalam kandungannya, agar
menjadi jelas siapa ayah dan bayi
tersebut.
2. Agungnya Nilai Sebuah
Pernikahan
Menegaskan betapa agungnya nilai
sebuah perkawinan, sehingga selepas
dari suaminya, seorang wanita tidak bisa
begitu saja menikah lagi, kecuali setelah
melewati masa waktu tertentu.
3. Memberi Kesempatan Rujuk
Memberikan kesempatan kepada
suami isteri untuk kembali kepada ke
hidupan rumah tangga, apabila keduanya
masih melihat adanya kebaikan di dalam
hal itu.
4. Menunaikan Hak Suami
Agar isteri yang diceraikan dapat ikut
merasakan kesedihan yang dialami
keluarga suaminya danjuga anak-anak
mereka serta menepati permintaan
suami. Hal ini jika ‘iddah tersebut di
karenakan oleh kematian suami.
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 5 Bab 5 : Iddah

F. Ikhtilaf Ulama Makna Quru'


Di dalam ayat ini Allah SWT memang
tidak menyebut secara tegas istilah
haidh, tetapi menyebut dengan istilah
quru’ (‫)قكككروء‬, bentuk jamak qur’u (‫)قكككرء‬.
Dalam hal ini terdapat ikhtilaf di
kalangan ahli bahasa dan juga
berpengaruh kepada pendapat para
ulama dengan makna istilah al-qur’u ini.
Para ahli bahasa, di antaranya Al-
Fayoumi dalam Al-Misbah Al-Munir
menyebutkan kata bahwa al-qur’u
termasuk jenis kata yang punya makna
ganda dan sekaligus bertentangan
artinya. Menurut mereka al-qur’u
bermakna suci dari haidh, dan juga
bermakna haidh itu sendiri. 1
Perbedaan makna secara bahasa ini
kemudian berpengaruh kepada
perbedaan pendapat di antara para
ulama dalam menetapkan masa iddah
wanita yang dicerai suaminya.
1. Quru Adalah Masa Suci
Dalam pandangan mazhab Al-
Malikiyah, Asy-Syafi’iyah dan Al-
Hanabilah, al-qur’u berarti ath-thuhru (
‫)ال ن‬. Maksudnya adalah masa suci dari
‫طحهككر‬
haidh. Jadi tiga kali quru’ artinya adalah
1 Al-Fayoumi, Al-ishbah Al-Munir,
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 5 Bab 5 : Iddah

tiga kali suci dari haidh.


Kebanyakan para shahabat
ridhwanullahi alaihim, juga para fuqaha
Madinah, berpendapat bahwa quru'
adalah masa suci dari haidh.
Al-Malikiyah : Ad-Dasuqi, salah
seorang ulama mazhab Al-Malikiyah,
dalam kitab Hasyiyatu Ad-Dasuqi 'ala
Asy-Syarhu Al-Kabir menyebutkan :1
‫امعتلمم أتمن تكسسموتن التمقسستراعء الرعتسسي تتمعتتسستد عبتهسساَ املتمسسمرأتةد عهسستي التمطتهسساَدر‬
‫ب التعئرمسسعة الرثلتثسسعة عخلدفسساَ لتعبسسي تحعنيِتفسستة تودمسستواعفعقيِعه عمسسمن أترن‬ ‫تمسسمذته د‬
‫التمقتراتء عهتي املتحميِ د‬
‫ض‬
Ketahuilah bahwa yang dimaksud dengan aqra' sebagai
ukuran masa iddah seorang wanita adalah masa suci
merupakah pendapat dari tiga mazhab. Dan itu berbeda
dengan pandangan Al-Hanafiyah serta para pendukungnya
yang mengatakan bahwa aqra itu adalah masa haidh.

Asy-Syafi'iyah : Dan hal yang sama


dikemukakan oleh An-Nawawi dalam
kitab Raudhatu Ath-Thalibin. 2
‫ التمطتهاَدر‬: ‫تواملدمترادد عباَلتمقتراعء عفي املععردعة‬
Yang dimaksud dengan aqra' dalam urusan iddah adalah :
masa suci.

2. Quru Adalah Masa Haidh


Sedangkan dalam pandangan mazhab
Al-Hanafiyah, al-qur’u justru bermakna
haidh, atau hari-hari dimana seorang

1 Ad-Dasuqi, Hasyiyah Ad-Dasuqi 'ala Asy-Syarhi Al-Kabir, jilid 2 hal. 469


2 An-Nawawi, Raudhatu Ath-Thalibin, jilid 8 hal. 366
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 5 Bab 5 : Iddah

wanita menjalani masa haidhnya.


Al-Hanabilah : Ada dua riwayat yang
berbeda tentang pendapat Al-Imam
Ahmad dalam hal ini. Sebagian riwayat
menyebutkan bahwa beliau
berpandangan bahwa quru' itu adalah
suci dari haidh. Sebagian riwayat yang
lain sebaliknya, bahwa Al-Imam Ahmad
dianggap telah mengoreksi pendapat
sebelumnya dan cenderung berpendapat
bahwa quru' adalah haidh itu sendiri.
Ibnu Qudamah dalam Al-Mughni
memberikan penjelasan akan hal ini :
‫صعحيِدح تعمن أتمحتمتد أترن التمقتراتء املتحميِسس د‬
‫ض توإعلتميِسسعه‬ ‫ ال ر‬: ‫ضي‬ ‫تقاَتلِ املتقاَ ع‬
‫صتحاَدبتناَ توترتجتع تعمن تقمولععه عباَلتمطتهاَعر‬‫ب أت م‬ ‫تذته ت‬
Al-Qadhi berkata bahwa yang benar tentang Imam Ahmad
bahwa aqra itu adalah haidh, dan seperti itulah pendapat
ulama kami. Beliau telah mengoreksi pendapat sebelumnya
bahwa aqra itu suci.

Menurut Ibnul Qayyim dalam I'lamul


Muwaqqi'in, Imam Ahmad itu awalnya
berpendapat bahwa quru itu suci dari
haidh, namun kemudian beliau
mengoreksi pendapatnya dan
berpendapat bahwa quru itu adalah
haidh.1
3. Cara Menghitung Masa Iddah
Karena para ulama berbeda pendapat
1 Ibnul Qayyim, I'lamul Muqaqqi'in, jilid 1 hal. 25
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 5 Bab 5 : Iddah

tentang lamanya masa iddah, antara


yang berpatokan dengan masa suci dan
masa haidh, maka cara penghitungan
harinya pun berbeda sedikit.
a. Masa Suci
Apabila kita menggunakan pendapat
yang mengatakan bahwa makna quru' itu
adalah masa suci, maka ketentuan dalam
penghitungannya sebagai berikut :
 Yang dihitung adalah masa sucinya,
bukan masa haidhnya.
 Masa suci pertama sudah mulai
dihitung sejak talak dijatuhkan oleh
suami. Walau masa suci sudah
hampir selesai dan pun jarak
waktunya ke haidh tinggal sebentar
lagi.
 Masa suci ketiga harus diselesaikan
hingga penuh dan mendapat haidh
yang ketiga kalinya.
 Begitu selesai dari masa suci
ketiga, maka masa iddah sudah
selesai.
Untuk lebih mudahnya, mari kita
perhatikan ilustrasi sederhana berikut
ini :
Fatimah ditalak oleh suaminya dalam
keadaan suci dari haidh pada tanggal 1
Maret. Di hari itu juga seusai dijatuhkan
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 5 Bab 5 : Iddah

talak, Fatimah memasuki masa suci.


Maka pada hari itu masa 'iddah Fatimah
sudah mulai terhitung masa suci yang
pertama, walaupun lamanya hanya
beberapa jam atau beberapa menit saja.
Fatimah mendapatkan haidh selama 7
hari. Jadi pada tanggal 7 April Fatimah
suci dari haidh, yang berlangsung hingga
tanggal 31 Maret. Kurang lebih Fatimah
melewati masa suci keduanya selama 23
hari. Berarti ini adalah masa suci yang
kedua bagi Fatimah.
Dengan selesainya masa suci kedua,
Fatimah pun segera mendapatkan haidh
yang kedua. Haidh itu berlangsung
selama 6 hari, terhitung sejak tanggal 31
Maret hingga tanggal 7 April.
Kemudian sejak 7 April itu Fatimah
telah memasuki masa suci dari haidhnya
untuk yang ketiga kalinya. Masa sucinya
berlangsung hingga tanggal 30 April. Di
hari itulah Fatimah sudah menyelesaikan
tiga kali masa suci dari haidhnya, dan
berakhir pula masa iddahnya. Kalau
dijumlahkan, masa totalnya kurang lebih
hanya 2 bulanan saja.

Suci/Haidh MULAI SELESA jumlah Ket


I
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 5 Bab 5 : Iddah

Suci 1 - 1 Maret Mulai idda

Haidh 1 1 Maret 8 Maret 7 hari Masa idda

Suci 2 8 Maret 31 Maret 23 hari Masa idda

Haidh 2 31 Maret 7 April 7 hari Masa idda

Suci 3 7 April 30 Mei 23 hari Masa idda

Haidh 3 30 Mei - Berakhir id

TOTAL 60 hari

Namun perlu dicatat bahwa kasus ini


belum tentu terjadi pada semua wanita,
semua tergantung dengan durasi masa
haidh dan durasi masa suci masing-
masing wanita yang bersangkutan.
b. Masa Haidh
Apabila kita menggunakan pendapat
yang mengatakan bahwa makna quru' itu
adalah masa haidh, maka cara
penghitungannya lain lagi. Ketentuannya
sebagai berikut :
 Yang dihitung adalah masa haidh
sebanyak tiga kali.
 Suami harus menjatuhkan talak
pada saat sedang suci, maka
hitungan haidh pertama adalah
haidh setelah suci, walaupun masa
suci itu hanya beberapa saat saja.
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 5 Bab 5 : Iddah

 Masa iddah berakhir manakala


sudah selesai dari haidh yang
ketiga, yaitu bertepatan dengan
masuknya masa suci.
Mari kita gunakan ilustrasi yang sama,
dimana Fatimah ditalak suaminya pada
tanggal 1 Maret. Dan sore harinya
Fatimah mendapatkan haidh
pertamanya, dimana haidh ini
berlangsung hingga tanggal 8 Maret.
Sejak tanggal 8 Maret itu Fatimah
mendapatkan masa suci yang
berlangsung hingga tanggal 31 Maret.
Kurang lebih Fatimah melewati masa suci
selama 23 hari.
Masa haidh yang kedua berlangsung
sejak tanggal 31 Maret hingga 7 April,
lalu suci hingga tanggal 30 Mei.
Masa haidh yang ketiga berlangsung
sejak tanggal 30 Mei hingga tanggal 7
Mei. Maka dengan selesainya haidh yang
ketiga ini, selesai pula masa iddah
Fatimah.

Suci/Haidh MULAI SELESA jumlah Ket


I

Suci 1 - 1 Maret Mulai idda

Haidh 1 1 Maret 8 Maret 7 hari Masa idda


Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 5 Bab 5 : Iddah

Suci 2 8 Maret 31 Maret 23 hari Masa idda

Haidh 2 31 Maret 7 April 7 hari Masa idda

Suci 3 7 April 30 Mei 23 hari Masa idda

Haidh 3 30 Mei 7 Mei 7 hari Berakhir idd

TOTAL 67 hari

c. Ditalak Dalam Keadaan Istihadhah


Seorang wanita yang sedang dalam
keadaan istihadhah, tentu tidak bisa
mengukur masa iddahnya dengan masa
haidh. Sebab hukum darah istihadhah
bukan termasuk darah haidh, meski pun
secara fisik sama-sama keluar darah.
Maka ketentuan masa ‘iddah bagi
wanita yang mengalami istihadhah
adalah dengan mengira hari-hari dimana
ia biasa menjalani masa haid, maka ia
harus memperhatikan kebiasaan masa
haid dan masa sucinya tersebut. Jika ia
telah menjalani tiga kali masa haid, maka
selesailah sudah masa ‘iddahnya.
d. Haidh Terhenti
‘Iddah isteri yang sedang menjalani
masa haid, lalu terhenti karena sebab
yang diketahui maupun tidak. Jika
berhentinya darah haid itu diketahui oleh
adanya penyebab tertentu, seperti
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 5 Bab 5 : Iddah

karena proses penyusuan atau sakit,


maka ia harus menunggu kembalinya
masa haid tersebut dan menjalani masa
‘iddahnya sesuai dengan haidnya
meskipun memerlukan waktu yang lebih
lama.
Sebaliknya jika disebabkan oleh
sesuatu yang tidak diketahui, maka ia
harus menjalani ‘iddahnya selama satu
tahun, yaitu, sembilan bulan untuk
menjalani masa hamilnya dan tiga bulan
untuk menjalani masa ‘iddahnya.
G. Ditalak Tanpa Iddah
Seorang yang sudah sah menjadi istri
dari seorang laki-laki, apabila belum
pernah disetubuhi sekali pun oleh
suaminya, bila dijatuhi talak, maka dia
tidak perlu menjalani masa iddah sama
sekali.
Hal ini karena memang telah
ditegaskan oleh Allah SWT ketika
berfirman :
‫ت َكثسلس َطسلمقتَككمسسوُكهلن َءمسسن َقسسمبسءل‬ ‫يسساَ َأسيسضهسساَ َالسءذين َآمنكسوُا َإءسذا َنسسكحتَكسم َالمممؤءمنسسساَ ء‬
‫م ك ك‬ ‫س س‬ ‫س س‬
‫سأن َستسضسس س سسوُكهلن َفسسمس س سساَ َلسككس س سمم َسعلسميءهس س سلن َءمس س سمن َءعس س سلددة َتسسمعتَسس س سضدونسسسهاَ َفسسمتَنسعكس س سسوُكهلن‬
َ َ َ ‫جيلج‬ ‫وسنرحوُهلن َسراحجاَ َ سء‬
‫س س ك ك سس‬
Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu menikahi
perempuan-perempuan yang beriman, kemudian kamu
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 5 Bab 5 : Iddah

ceraikan mereka sebelum kamu mencampurinya maka sekali-


sekali tidak wajib atas mereka 'iddah bagimu yang kamu
minta menyempurnakannya. (QS. Al-Ahzab : 49)

Dan ayat ini dapat diambil dalil,


bahwa seorang isteri yang belum digauli
suaminya tidak mempunyai kewajiban
menjalani masa ‘iddah. Akan tetapi, jika
suaminya meninggal sebelum ia
menggauli isterinya, maka isteri yang
diceraikannya itu harus menjalani ‘iddah
sebagaimana jika suaminya telah
menggaulinya.
Bab 6 : Rujuk

A. Pengertian
1. Bahasa
Rujuk atau ar-raj’ah (‫ )البَرحجععككككة‬dalam
bahasa Arab merupakan isim mashdar
dari kata dasarnya dalam fi’il madhi dan
mudhari’ : (‫ يحرإجكككمع‬- ‫ )عرعجكككعع‬yang bermakna :
kembali.
Di dalam Al-Quran Allah SWT
berfirman :
‫ك َاللكه َإءسل َسطاَئءسفدة َءممنسكهمم‬
‫فسءإمن َسرسجسع س‬
Maka jika Allah mengembalikanmu kepada suatu golongan
dari mereka. (QS. At-Taubah : 83)

2. Istilah
Sedangkan secara istilah, para ulama
memberikan banyak definisi tentang
istilah rujuk ini, antara lain adalah :
a. Mazhab Al-Hanafiyah
Al-Kasani dalam kitab Badai' Ash-
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 5 Bab 6 : Rujuk

Shanai' menyebutkan bahwa definisi


rujuk adalah : 1
ِ‫امسعتتداتمدة عمملعك السَنتكاَعح املتقاَعئعم توتممندعده عمتن الرزتوال‬
Keberlanjutan kepemilikan nikah yang sudah ada sebelumnya
dan pencegahannya dari kehilangan.

b. Mazhab Al-Malikiyah
Ad-Dardir penulis kitab fiqih Asy-
Syarhu Al-Kabir, mendefinisikan rujuk
sebagai : 2
‫تعمودد الرزموتجعة املدمتطلرتقعة لعملعع م‬
‫صتمعة عممن تغميِعر تتمجعديِعد تعمقةَد‬
Mengembalikan istri yang terlanjur diceraikan tanpa
memperbaharui akad baru.

Definisi Ad-Dardir ini lebih tegas


menyebutkan min ghairi tajdidi 'aqdin,
artinya tanpa memperbaharui akad.
c. Mazhab Asy-Syafi’iyah
Sedangkan Al-Khatib Asy-Syarbini
dalam kitab Mughni Al-Muhtaj yang
mewakili mazhab Asy-Syafi’iyah
mendefinisikan rujuk sebagai : 3
َ‫ترتد املتممرأتعة إعتلىَ السَنتكاَعح عمسسمن تطلتةَق تغميِسسعر تبسساَعئةَن عفسسي املععسسردعة تعتلسسى‬
‫ص‬ َ‫صو ة‬ ‫تومجةَه تممخ د‬
Mengembalikan wanita ke dalam pernikahan dari perceraian
yang bukan talak bain dalam masa iddah dengan cara
tertentu.

1 Al-Kasani, Badai' Ash-Shanai', jilid 3 hal. 181


2 Ad-Dardir, Asy-Syarhu Al-Kabir, hal. 369
3 Al-Khatib Asy-Syarbini, Mughni Al-Muhtaj, jilid 3 hal. 335
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 5 Bab 6 : Rujuk

Definisi Al-Khatib Asy-Syarbini ini lebih


menegaskan fil 'iddah, yaitu dilakukan di
dalam masa iddah.
d. Mazhab Al-Hanabilah
Sedangkan Al-Buhuti dari mazhab Al-
Hanabilah menyebutkan tentang definisi
rujuk di dalam kitab Kasysyaf Al-Qinna'
sebagai : 1
‫إعتعاَتدةد دمتطلرتقةَة تغميِعر تباَعئةَن إعتلىَ تماَ تكاَتن م‬
‫ت تعلتميِعه عبتغميِعر تعمقةَد‬
Pengembalian wanita yang telah ditalak yang bukan bain
kepada posisinya semula tanpa akad.

B. Masyru’iyah
Rujuk adalah salah satu praktek
dalam urusan pernikahan, yang
berlandaskan ayat-ayat Al-Quran dan
juga sunnah nabawiyah.
1. Al-Quran
‫ء‬ ‫ء‬
‫سوبسككعوُلستَكسكهلن َأسسحضق َبءسرندهلن َءف َسذل س‬
‫ك َإءمن َأسسراكدوا َإء م‬
َ‫صلسجحا‬
Dan suami-suami mereka lebih berhak untuk merujuk mereka,
bila mereka menginginkan ishlah. (QS.Al-Baqarah : 228)

‫وإءسذا َطسلمقتَس س س سم َالنسس س س سساَء َفسسبسلسمغس س س سن َأسجلسهس س س سلن َفسأسمءسس س س سككوُهلن َءبسعس س س سرو د‬
‫ف َأسمو‬ ‫ك م ك‬ ‫م‬ ‫ك ك س س س س سك‬ ‫س‬
‫سنرحوُهلن َءبسعرو د‬
‫ف‬ ‫س ك ك مك‬
Apabila kamu menalak istri-istrimu dan sudah mendekati
akhir idahnya, maka rujukilah mereka dengan cara yang
makruf, atau ceraikanlah mereka dengan cara yang makruf

1 Al-Buhuti, Kasysyaf Al-Qinna, jilid 5 hal. 341


Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 5 Bab 6 : Rujuk

(pula). (QS. Al-Baqarah : 231).

2. As-Sunnah
Selain di dalam Al-Quran, masyru’iyah
merujuk wanita yang telah ditalak juga
ditegaskan di dalam hadits nabawi.
Bahkan beliau SAW sendiri yang
melakukannya kepada istri beliau sendiri.
‫سعن َعكمر َبمءن َاملسلطاَ ء‬
‫ َطسلسق َسحمف س‬َ ‫ب‬
َ‫صسة َ كلث َسراسجسعسها‬ ‫أسلن َالنلء ل‬َ َ ‫ب‬ ‫م سس‬
Dari Umar bin Al-Khattab radhiyallahuanhu bahwa Nabi
SAW mentalak Hafshah kemudian beliau merujuknya. (HR.
Ibnu Majah).

:َ ‫ َفسسسقاَل‬َ ‫صسسة َتسطمءليسقسجة َفسأستسسساَكه َءج مءبيسسل‬ ‫طسلسق َسحمف س‬َ َ ‫ب‬ ‫س َأسلن َالنلء ل‬‫سعمن َأسنس د‬
‫ك َءفس س‬ ‫ء‬ ‫ء‬
‫صس سلوُاسمقة َقسسلوُاسمس سقة َسوهس سسيِ َسزموسجتَكس س س‬
‫صس سسة َسوهس سسيِ َ س‬ ‫يسسسساَ َكمسلمس سكد َطسلمقس س س‬
‫ت َسحمف س‬
َ‫املسنلءة َ؟ َفسسسراءجمعسها‬
Dari Anas radhiyallahhuanhu bahwa Nabi SAW mentalak
Hafshah dengan talak satu. Jibril alaihissalam
mendatanginya dan berkata,”Ya Muhammad, bagaimana
kamu bisa mentalak Hafshah padahal dia seorang yang rajin
berpuasa, tekun dan juga menjadi istrimu nanti di surga?
Rujukilah dia”.(HR. Al-Haim)

3. Ijma’
Umat Islam sepanjang zaman telah
berijma’ tentang disyariatkannya rujuk
dalam sebuah perceraian, yaitu bila
semua syaratnya telah terpenuhi.
Dalam kitab Ar-Raudhul Murbi’, Ibnul
Mundzir berkata bahwa umat Islam telah
ijma’ bahwa bagi orang merdeka yang
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 5 Bab 6 : Rujuk

mentalak bukan talak tiga, atau budak


yang mentalak bukan talak dua, ada hak
untuk merujuk istri yang telah
diceraikannya.
C. Hukum Rujuk
Hukum asli dari rujuk adalah mubah
atau boleh, dan merupakan hak bagi
seorang suami.
Namun dalam kasus talak bid’ah,
hukumnya berubah dari hukum asal.
1. Wajib
Al-Malikiyah dan Al-Hanabilah
mewajibkan rujuk bagi suami yang
melakukan talak kepada istrinya dengan
talak bid’ah. Di antara yang kategori
talak bid’ah adalah talak yang dilakukan
saat seorang istri sedang dalam keadaan
haidh.
Dalilnya adalah hadits Ibnu Umar
radhiyallahuanhu, bahwa dia telah
mentalak istrinya dalam keadaan haidh.
Lalu ayahnya, Umar bin Al-Khattab
radhiyallahuanhu bertanya tentang
hukumnya kepada Rasulullah SAW. Dan
beliau SAW menjawab :
‫ض َكثسلس َتسطمكهسسر َكثسلس َإءمن‬ ‫ء‬ ‫ء ء‬ ‫ء‬
‫كمسمركه َفسسمليكسسراجمعسهسساَ َكثسلس َليكممسسمكسهاَ َسحلتسس َتسطمكهسسر َكثسلس َستيس س‬
‫ك َالمعءسلدكة َالءتس َأسسمسسر‬ ‫س َفستَءملس س‬
‫ك َبسسمعكد َسوإءمن َسشاَسء َطسلسق َقسسمبل َأسمن َسيس ل‬
‫سشاَسء َأسممسس س‬
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 5 Bab 6 : Rujuk

‫اللكه َأسمن َتكطسلسق َ سسلاَ َالنسساَءك‬


Perintahkan kepadanya (ibnu umar) supaya kembali kepada
isterinya sehingga suci, kemudian haidh, kemudian suci lagi,
kemudian apabila ia ingin mentalaknya hendaklah ia
mentalak sebelum berhubungan dengannya, apabila tetap
ingin bersamanya maka hendaklah bersamanya. Itulah iddah
yang diperintahkan oleh Allah. (HR. Bukhari dan Muslim)

2. Sunnah
Namun mazhab Asy-Syafi’iyah dan Al-
Hanabilah dalam kasus ini tidak
mewajibkan rujuk. Mereka hanya
mengatakan hukumnya sunnah.
Begitu juga dalam kasus dimana
seorang suami merasa menesal telah
mentalak istrinya, apalagi ditambah
dengan kemashlahatan anak-anak, maka
umumnya para ulama mengatakan
merujuk istri yang telah ditalak
hukumnya sunnah.
Dalilnya adalah firman Allah SWT
berikut ini :
‫خيسقر‬ ‫ل َجناَح َعلسيءهماَ َأسمن َي ء‬
‫صملكح َ س م‬
‫صملجحاَ َسوال ض‬
‫صلسحاَ َبسمسيسنسسكهسماَ َ ك‬
‫فس س ك س س س م س ك م‬
Maka tidak mengapa bagi keduanya mengadakan
perdamaian yang sebenar-benarnya, dan perdamaian itu
lebih baik. (QS. An-Nisa’ : 128)

َ ‫ضل َبسمسيسنسككمم‬
‫سوسل َتسسمنسسكوُا َالمسف م‬
Dan janganlah kalian melupakan kebaikan-kebaikan di
antara kalian. (QS. Al-Baqarah : 237)
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 5 Bab 6 : Rujuk

3. Haram
Sedangkan rujuk yang hukumnya
haram antara lain dalam kasus dimana
suami berniat untuk mencelakakan istri.
Larangan seperti itu telah dengan tegas
disebutkan di dalam Al-Quran :
‫ء‬ ‫ء‬
‫سوسل َكتمءسككوُكهلن َءضسراجرا َلتَسسمعتَسكدوا َسوسممن َيسسمفسعل َسذل س‬
‫ك َفسسسقمد َظسلسسم َنسسمفسسهك‬
Janganlah kamu rujuki mereka untuk memberi kemudaratan,
karena dengan demikian kamu menganiaya mereka. Barang
siapa berbuat demikian, maka sungguh ia telah berbuat lalim
terhadap dirinya sendiri. (QS. Al-Baqarah : 231)

D. Syarat Rujuk
Untuk sahnya tindakan merujuk istri
yang telah terlanjur ditalak, ada
beberapa persyaratan, antara lain :
1. Rujuknya Atas Talak Raj’i
Talak raj’i adalah talak yang
dimungkinkan setelah itu terjadi rujuk,
yaitu talak yang baru satu kali atau talak
yang untuk yang kedua kali.
Sedangkan bila talak itu sudah sampai
ketiga kalinya, maka talak itu sudah
bukan lagi talak raj’i, sehingga tidak bisa
terjadi lagi rujuk. Talak untuk yang ketiga
kalinya sering diistilahkan dengan
bainunah kubra.
Kalau pun mantan pasangan suami
istri ingin tetap kembali, walau sudah
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 5 Bab 6 : Rujuk

tiga kalil diceraikan, syariat Islam


mengharuskan wanita itu menikah
dengan laki-laki lain dengan nikah yang
sah dan hubungan seksual harus terjadi.
Hal itu ditegaskan di dalam Al-Quran :
َ‫غي سسره َفسسءإن َطسلسقسهسسا‬ ‫ء‬ ‫فسءإمن َطسلسقهاَ َفس س ء ء‬
‫ل َستل َلسكه َممن َبسسمعكد َسحلتسس َتسسمنكسسح َسزموججسساَ َ سم‬ ‫س‬
‫ء‬
‫ك‬‫ل َكجنسسساَسح َسعلسميءهسمسساَ َسأن َيسستَسسسراسجسعسساَ َءإن َظسنلسساَ َسأن َيكقيسمسساَ َكحسكدوسد َاللنسءه َسوتءملس س‬‫فس س‬
‫كحكدوكد َاللنءه َيكسبسسينسنكسسهاَ َلءسقموُدم َيسسمعلسكموُسن‬
Kemudian jika si suami menlalaknya (sesudah talak yang
kedua), maka perempuan itu tidak halal lagi baginya hingga
dia kawin dengan suami yang lain. Kemudian jika suami yang
lain itu menceraikannya, maka tidak ada dosa bagi keduanya
(bekas suami pertama dan istri) untuk kawin kembali jika
keduanya berpendapat akan dapat menjalankan hukum-
hukum Allah. Itulah hukum-hukum Allah, diterangkan-Nya
kepada kaum yang (mau) mengetahui. (QS. Al-Baqarah : 230)

2. Dalam Masa Iddah


Syarat kedua bahwa rujuk itu
dilakukan dalam masa iddah dan
sebelum habis masanya. Dan masa iddah
itu adalah tiga kali quru' sebagaimana
ditetapkan di dalam Al-Quran.
‫صسن َبءسأنكفءسءهلن َثسلسثسسة َقكسكرسودء‬ ‫سوالمكمطسلسقاَ ك‬
‫ت َيسستَسسسربل م‬
Wanita-wanita yang ditalak handaklah menahan diri
(menunggu) tiga kali quru' . (QS. Al-Baqarah : 228)

Sedangkan bila wanita itu dalam


keadaan hamil dan tidak mungkin
mendapat haidh, maka batas masa
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 5 Bab 6 : Rujuk

iddahnya hingga melahirkan,


sebagaimana disebutkan di dalam Al-
Quran.

‫حاَءل َأسسجلككهلن َسأن َيس س‬


‫ضمعسن َسحملسكهلن‬ ‫سوأكمول ك‬
‫ت َالس م س‬
Perempuan-perempuan yang hamil masa iddah mereka itu
adalah sampai mereka melahirkan (QS. Ath-Talak : 4)

Kalau sudah lewat masa iddah, maka


sudah tidak bisa lagi dirujuk begitu saja.
Kalau dikatakan tidak bisa dirujuk
begitu saja, maksudnya bukan berarti
pasangan itu tidak boleh bersatu kembali
di bawah mahligai rumah tangga, tetapi
maksudnya tidak cukup suami hanya
menyebutkan kata rujuk. Kalau masa
iddah sudah selesai, sementara
pasangan itu ingin bersatu kembali,
maka kembalinya mereka hanya bisa
dilakukan lewat pernikahan ulang.
3. Sudah Dukhul Sebelumnya
Syarat ketiga masih terkait dengan
syarat kedua di atas, yaitu bahwa rujuk
terjadi setelah sebelumnya ada dukhul,
yaitu hubungan badan alias jima' antara
suami dan istri. Mengapa demikian?
Sebab kalau suami istri itu tidak
pernah melakukan persetubuhan,
kemudian suami menceraikan istrinya,
maka tidak ada masa iddah. Padahal
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 5 Bab 6 : Rujuk

syarat kedua di atas menyebutkan bahwa


rujuk itu hanya bisa dilakukan di dalam
masa iddah. Kalau masa iddahnya saja
sudah tidak ada, maka rujuk pun tidak
bisa dilakukan.
Kalau pasangan itu mau bersatu
kembali, jalurnya bukan lewat rujuk
tetapi lewat sebuah pernikahan yang
baru dari awal. Hal itu sebagaimana
firman Allah SWT di dalam Al-Quran.
‫ت َكثسلس َطسلمقتَككمسسوُكهلن َءمسمن َقسسمبسسل‬ ‫يسساَ َأسيسضهسساَ َالسءذين َآمنكسوُا َإءسذا َنسسكحتَكسم َالمممؤءمنسسساَ ء‬
‫م ك ك‬ ‫س س‬ ‫س س‬
‫أسمن َستسضسس س سسوُكهلن َفسسمس س سساَ َلسككس س سمم َسعلسميءهس س سلن َءمس س سمن َءعس س سلددة َتسسمعتَسس س سضدونسسسهاَ َفسسمتَنسعكس س سسوُكهلن‬
‫جيلج‬ ‫وسنرحوُهلن َسراحاَ َ سء‬
‫س س ك ك سس ج‬
Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu menikahi
perempuan-perempuan yang beriman, kemudian kamu
ceraikan mereka sebelum kamu mencampurinya maka sekali-
kali tidak wajib atas mereka idah bagimu yang kamu minta
menyempurnakannya, Maka berilah mereka mut'ah dan
lepaskanlah mereka itu dengan cara yang sebaik-baiknya.
(QS. Al-Ahzab : 49)

4. Sebelum Terjadinya Fasakh


Syarat keempat bahwa rujuk itu bisa
dilakukan asalkan pernikahan itu belum
sempat dibubarkan lewat jalur fasakh.
Fasakh berbeda dengan talak. Fasakh
adalah pembatalan pernikahan yang
sudah terlanjur terjadi, seolah-olah tidak
pernah terjadi pernikahan sebelumnya.
Sedangkan talak bukanlah pembatalan
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 5 Bab 6 : Rujuk

pernikahan, melainkan menyudahi


huubungan pernikahan yang sudah
berjalan sampai disitu.
Lalu kenapa bila pisahnya lewat
fasakh tidak bisa dilakukan rujuk?
Karena daam fasakh tidak dikenal
masa iddah. Maka istri yang pisah
dengan suaminya lewat cara fasakh tidak
perlu menjalani masa iddah. Sebab masa
iddah yang wajib dijalani itu hanya
berlaku bila terjadi talak.
5. Talaknya Tanpa 'Iwadh (Bukan
Khulu')
Syarat kelima bahwa rujuk bisa
dilakukan asalkan bubarnya pernikahan
itu bukan lewat jalur khulu'. Khulu’
adalah terlepaskan hubungan
perkawinan dengan cara istri memberi
uang tebusan kepada suami, dengan
tujuan agar suami menceraikannya.
Yang menjadi titik pentingnya dalam
khulu' bukan pada status perpisahan,
namun justru terletak harta atau uang
tebusan itu sendiri. Adanya harta atau
uang tebusan inilah yang membedakan
khulu' dengan jenis-jenis perpisahan
lainnya secara unik dan spesifik.
6. Rujuk Tanpa Syarat
Syarat keenam bahwa rujuk yang
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 5 Bab 6 : Rujuk

dilakukan itu tidak boleh bersyarat,


dalam arti digantungkan kepada suatu
kejadian lain. Suami harus menyebutkan
status rujuk secara pasti dengan lafadz
yang tidak menggantung.
Bila suami berkata,"Aku akan
merujukmu bila nanti malam turun
hujan", maka hal itu belum bisa
dikatakan sebagai rujuk. Begitu juga bila
dia berkata,"Aku akan merujukmu
minggu depan", itupun belum termasuk
rujuk yang sah.
7. Syarat Ahliyah
Syarat terakhir adalah ahliyah,
maksudnya suami yang merujuk itu
harus berstatus muslim, akil dan baligh.
Bahkan dalam mazhab Asy-syafi'iyah
ditambahkan syarat lagi yaitu tidak
dalam keadaan terpaksa dan bukan
suami yang murtad.
E. Tata Cara Rujuk
Secara umum menurut para ulama,
rujuk bisa dilakukan dengan ucapan
ataupun dengan perbuatan.
1. Dengan Perkataan
Rujuk sah dilakukan dengan satu
kalimat seperti lafadz raja'tuki (‫)راجعتكككك‬
yang bermakna,"Aku merujukmu".
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 5 Bab 6 : Rujuk

Lafadz rujuk ini tidak disyaratkan


harus diucapkan kepada istri langsung.
Jadi boleh saja seseorang hanya berikrar
seorang diri tidak di depan istrinya
sambil berkata,"Aku merujuknya". Cukup
begitu saja dan hukumnya sudah sah.
Nanti istrinya cukup diberitahu bahwa
suami sudah merujuknya, dan dia tidak
harus menyaksikan ucapan suaminya.
Bahkan dalam ikrar rujuk juga berlaku
ucapan yang bersifat kinayah alias
kalimat bersayap tanpa menyebutkan
kata rujuk. Misalnya suami berkata
kepada istrinya yang sedang dalam masa
iddah,"Dirimu tetap milikku". Maka
kalimat itu saja sudah cukup menjadi
rujuk.
2. Dengan Perbuatan
Banyak ulama yang berpendapat
bahwa rujuk juga sah dilakukan tanpa
ucapan apapun dan sebagai gantinya
hanya berupa tindakan atau perbuatan
saja, baik berupa percumbuan ataupun
dengan persetubuhan.
Namun pendapat ini ada
pengecualiannya dari sebagian ulama
dan juga ada perbedaan dalam
rinciannya.
a. Al-Hanafiyah
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 5 Bab 6 : Rujuk

Dalam pandangan mazhab Al-


Hanafiyah, percumbuan sebelum jima'
sudah termasuk rujuk, apalagi jima'nya
itu sendiri. Dan semua itu terjadi meski
tidak harus diiringi niat untuk rujuk di
dalam hati. Disebutkan dalam kitab Al-
Hidayah disebutkan ibarahnya :
‫أت مو تيِتطدؤتهاَ أتمو تيِملتمدستهاَ عبتشمهتوةَة أتمو تيِمن د‬
‫ظدر إعتلىَ تفمرعجتهاَ عبتشمهتوةَة توتهتذا‬
َ‫ععمنتدتنا‬
Menyebutuhinya, menyentuhnya dengan syahwat, atau
melihat kemaliannya dengan nafsu syahwat, semua itu
menurut pandangan kami (merupakan rujuk). 1

Pendapat ini menurut Al-Hanafiyah


diriwayatkan dari banyak ulama,
diantaranya Said bin Al-Musayyib, Al-
Hasan Al-Bashri, Muhammad bin Sirin,
Thawus, Atha' bin Abi Rabah, Al-Auza'i,
Ats-Tsauri, Ibnu Abi Laila, Asy-Sya'bi,
serta Sulaiman At-Taimi.
Melihat Atau Menyentuh Kemaluan
Istri Dengan Nafsu
Namun harus dibedakan antara
memandang bagian tubuhnya dengan
dengan memandang kemaluanya. Yang
bisa menjadi rujuk hanya bila
memandang kemaluannya dengan nafsu.
Sedangkan bagian tubuh yang lain,
meski memandangnya dengan sepenuh
1 Al-Hidayah Ma'a Hasyiyah Al-Binayah, jilid 4 hal. 593
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 5 Bab 6 : Rujuk

nafsu, belum termasuk rujuk.


Demikian juga dengan menyentuh
kemaluan istri, disyaratkan harus dengan
nafsu syahwat. Ini untuk membedakan
antara sentuhan sebagai permulaan
persetubuhan dengan sentuhan yang
dilakukan oleh dokter. Dokter demi untuk
pengobatan, bisa saja menyentuh
kemaluannya tetapi tidak ada nafsu
syahwat.
Mencium Istri Dengan Nafsu
Mencium istri juga akan mebuat
terjadinya rujuk, dengan syarat harus
dengan nafsu syahwat. Sedangkan
ciuman biasa tidak menjadi rujuk, karena
tidak ada bedanya dengan bila dicium
oleh anaknya, ayah ibunya atau orang
lain.
Landasan Syar'i
Landasan syar'i yang digunakan
mazhab ini adalah bahwa rujuk itu sama
dengan nikah. Kalau dalam nikah
dibolehkan jima' dan mukaddimahnya,
maka dalam rujuk juga berlaku jima' dan
mukaddimahnya juga. 1
Dan rujuk juga terjadi meski yang
melakukannya percumbuan sebelum

1 Badai' Ash-Shanai', jilid 3 hal. 181


Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 5 Bab 6 : Rujuk

persetubuhan pihak istri sendiri. Bila istri


mencumbui suaminya seperti mencium,
memandang aurat dan menyebutuh
suaminya dengan sepenuh nafsu
syahwat, maka sudah terjadi rujuk.
b. Al-Malikiyah
Pandangan mazhab Al-Malikyah punya
banyak kemiripan dengan pandangan
mazhab Al-Hanabilah, yaitu jima' dan
percumbuian penuh syahwat sudah
menjadikan rujuk terjadi. Namun
perbedaannya dalam mazhab ini bahwa
semua itu harus diiringi dengan niat
untuk rujuk dari pisah suami.
Bila suami melakukan percumbuan
yang membawanya kepada nafsu
syahwat yang berat, seperti mencium,
menyentuh, bahkan memandang
kemaluan istrinya, belum terjadi rujuk
kecuali dia berniat di dalam hatinya
untuk rujuk.
Sebaliknya, bila suami meniatkan
dalam hati untuk merujuk istrinya, meski
tanpa terjadi persetubuhan atau
percumbuan, justru sudah terjadi rujuk.
Disebutkan dalam kitab salah satu
rujukan mazhab Al-Malikiyah :
َ‫صلِ عبعفمعةَلِ دمتجررةَد تعمن عنريِسسعة الررمجتعسسعة تولتسسمو عبسسأ تمقتوى‬ ‫الررمجتعتة لت تتمح د‬
‫م‬
‫س توالسستددخولِ تعلتميِتهساَ عمستن املعفمعسلِ تفسإعتذا‬ َ‫المفتعاَلِ تكتومطةَء توقدمبتلةَة تولتمم ة‬
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 5 Bab 6 : Rujuk

َ‫تنتوىَ عبعه الررمجتعتة تكتفى‬


Rujuk tidak terjadi hanya dengan perbuatan saja tanpa niat
untuk merujuk, meskipun dengan perbuatan seperti hubungan
badan, mencium atau meraba. Dukhul kepada istri sudah
termasuk rujuk asalkan diniatkan untuk rujuk sudah cukup. 1

Intinya rujuk dalam mazhab Al-


Malikiyah harus dengan niat yang
melandasi perbuatan.
c. Asy-Syafi'iyah
Pendapat mazhab Asy-Syafi'iyah agak
berbeda dengan kedua pendapat
sebelumnya. Dalam mazhab ini,
perbuatan seperti percumbuan atau
persetubuhan suami istri sama sekali
tidak akan menyebabkan terjadinya
rujuk. Bahkan meski perbuatan itu
diiringi dengan niat merujuk istri di dalam
hati.
Landasan Syar'i
Adapun landasan syar'i yang
digunakan adalah bahwa suami yang
menjatuhkan talak pada istrinya
berstatus seperti orang lain alias ajnabi.
Mereka diharamkan melakukan
persetubuhan ataupun percumbuan
layaknya suami istri kecuali setelah
terjadi rujuk.
Dan dalam pandangan mazhab ini,
1 Al-Kharasyi, jilid 4 hal. 81
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 5 Bab 6 : Rujuk

rujuk itu diibaratkan seperti sebuah


pernikahan, dimana nikah itu tidak cukup
hanya dilakukan dengan percumbuan,
persebutuhan atau hanya niat saja. Nikah
itu butuh akad secara lisan. Oleh karena
itulah maka rujukpun harus dilakukan
dengan lisan juga sebagaimana
pernikahan, kecuali bedanya tidak perlu
ada ijab dan qabul.
Oleh karena itu mazhab Asy-syafi'iyah
memandang ketika seorang suami
menyetubuhi istrinya atau
mencumbuinya dalam masa iddah, maka
perbuatan itu termasuk haram,
sebagaimana haramnya menyetubuhi
atau mencumbui wanita ajnabi yang
bukan istrinya.
d. Al-Hanabilah
Pendapat mazhab Al-Hanabilah dalam
masalah rujuk lewat perbuatan adalah
rujuk terjadi manakala dilakukan
persetubuhan saja. Sedangkan
mukqaadimahnya seperti percumbuan,
ciuman, sentuhan dan melihat kemaluan,
belum mengakibatkan terjadinya rujuk.
F. Saksi
Apakah untuk rujuk dibutuhkan saksi?
Ada khilafiyah di antara para ulama
dalam masalah keharusan adanya saksi
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 5 Bab 6 : Rujuk

dalam rujuk nikah.


1. Tidak Perlu Saksi
Jumhur ulama seperti mazhab Al-
Hanafiyah, Al-Malikiyah dan Asy-
syafi'iyah dengan qaul jadid pada
umumnya tidak mensyaratkan adanya
saksi untuk rujuk ini, kecuali mereka
mengatakan bahwa keberadaan saksi
hukumnya mustahab. Walaupun secara
nash memang ada disebutkan, namun
perintah dalam nash itu tidak bermakna
kewajiban melainkan hanya merupakan
sunnah.
‫سوأسمشءهكدوا َسذسوميِ َسعمددل َءممنككمم‬
Dan hendaklah ada dua saksi yang adil dari kalian (QS. At-
Talaq : 2)

2. Harus Ada Saksi


Sedangkan pendapat mazhab Asy-
syafi'i dengan qaul qadim mewajibkan
adanya saksi dalam rujuk nikah.
Demikian juga pendapat sebagian
riwayat dari mazhab Al-Hanabilah.


Jilid 37
Terurainya Ikatan
Pernikahan

Bab 1 : Terurainya Ikatan Pernikahan

Meskipun ikatan pernikahan disebut


sebagai ikatan yang amat kuat, namun
biar bagaimana pun ikatan itu ada
batasnya. Terkadang ikatan itu terlepas
dan terurai, baik karena kehendak
masing-masing pihak dari suami atau
istri, atau pun karena sebab di luar
kehendak mereka.
Di antara penyebab terurainya ikatan
pernikahan antara suami dan istri
adalah :
A. Kematian
Kematian adalah penyebab utama
dan pasti akan mengakhiri semua
pernikahan di muka bumi ini. Kita sering
mendengar ungkapan bahwa : semoga
pernikahan ini abadi hingga kematian
memisahkan.
Kematian itu membuat seorang
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 6 Bab 1 : Terurainya Ikatan Pernikahan

wanita secara otomatis menjadi janda


dan seorang suami menjadi duda. Ikatan
pernikahan di antara mereka menjadi
terputus dengan sendirinya, oleh sebab
kematian yang memisahkan.
1. Suami Wafat
Bagi seorang istri yang ditinggal mati
suaminya, meksi ikatan pernikahannya
sudah berakhir, namun masih ada
beberapa ikatan hukum bawaan, antara
lain :
a. Masa Iddah
Masih ada keharusan menjalani masa
iddah. Masa iddahnya berlangsung
hingga 4 bulan 10 hari, bila istri tidak
sedang hamil. Dan bila sedang hamil,
maka masa iddahnya hingga anaknya
lahir.
b. Hak Waris
Hak waris dari harta suaminya yang
wafat, yaitu sebesar 1/8 bagian bila
suaminya punya anak yang menerima
waris, atau 1/4 bila suaminya tidak punya
anak yang menerima waris.
c. Hak Mahar Yang Belum Terbayar
Bila suami belum melunasi hutang
maharnya kepada istri, tentu saja istri
berhak untuk menerima pembayaran
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 6 Bab 1 : Terurainya Ikatan Pernikahan

mahar itu dari harta suaminya, di luar


harta warisan.
2. Istri Wafat
Namun istri yang wafat, suami tidak
perlu menjalani masa iddah, karena tidak
ada iddah bagi laki-laki. Bila istri wafat,
maka dari sebagian harta milik istri ada
hak waris bagi suami, yaitu 1/4 bagian
bila istri punya anak yang menerima
waris, atau 1/2 bagian bila istri tidak
punya anak yang menerima waris.
Sedangkan bila suami masih punya
hutang mahar kepada istrinya, maka
hutang itu wajib dibayarkan kepada ahli
waris dari istrinya, yaitu dirinya sendiri,
anak-anaknya dan ahli waris lain yang
memang ada.
3. Kasus Suami atau Istri Hilang
Ketika suami dinyatakan hilang oleh
karena satu hal, maka para ulama
berbeda pendapat apakah secara hukum
syariah otomatis terjadi perceraian,
ataukah harus ada kepastian tentang
kematiannya secara hukum.
Mazhab Al-Hanafiyah dan As-
Syafi’iyah menyebutkan bahwa istri yang
suaminya menghilang tetap menjadi istri,
hingga didapat kepastian atas kematian
sang suami. Selain itu juga bila sudah
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 6 Bab 1 : Terurainya Ikatan Pernikahan

melewati masa yang panjang dimana


secara ukuran logika manusia tidak
mungkin seseorang mencapai usia
tersebut. Sedangkan mazhab Al-
Malikiyah dan Al-Hanabilah merinci dan
membedakan detail tiap kasusnya.
B. Talak
Penyebab kedua terurainya ikatan
pernikahan adalah talak, yaitu
pemutusan ikatan yang datang dari pihak
suami kepada istrinya.
1. Hakikat Talak
Talak pada hakikatnya adalah ikrar
berupa pemutusan hubungan suami istri
atas sebuah pernikahan yang sah
sebelumnya. Maka bila pasangan itu
bukan suami istri, tidak ada istilah talak.
Pasangan suami istri yang dipisahkan
dengan talak memang resmi pisah,
namun biar bagaimana pun status
keduanya masih menyisakan beberapa
hal penting, di antaranya :
a. Masa Iddah
Adanya masa iddah bagi istri yang
ditalak, minimal selama 3 kali masa suci
dari haidh. Dan selama masa iddah
berlangsung, status istri itu masih 100%
istri yang sah. Oleh karena itu selama
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 6 Bab 1 : Terurainya Ikatan Pernikahan

masa iddah, suami masih wajib memberi


nafkah berupa makanan, pakaian dan
juga tempat tinggal.
Bahkan secara hukum, istri yang
ditalak oleh suaminya masih wajib
tinggal bersama dengan suami yang
mentalaknya itu, dan diharamkan keluar
rumah.
Istri yang masih berada dalam masa
iddah pun diharamkan berhias, serta
menerima lamaran dari laki-laki lin,
hingga tuntas masa iddahnya.
b. Selain Talak Tiga : Boleh Rujuk
atau Nikah Ulang
Bila talak yang dijatuhkan suami baru
pertama kalinya, atau baru untuk yang
kedua kalinya, maka kesempatan mereka
bersatu kembali masih terbuka lebar.
Ada dua cara untuk kembali, yaitu
lewat rujuk dan lewat nikah ulang :
 Rujuk : bersatu kembali lewat rujuk
cukup dengan ucapan suami merujuk
istrinya. Syaratnya asalkan rujuk
dilakukan suami selama masa iddah.
 Nikah Ulang : bila suami selama
masa iddah istri tidak melakukan
rujuk, lantas masa iddah itu habis
terlewat, pasangan itu tetap saja
masih bisa bersatu kembali, yaitu
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 6 Bab 1 : Terurainya Ikatan Pernikahan

lewat nikah ulang.


Namun bila talak yang dilakukannya
sudah untuk yang ketiga kalinya, maka
tidak ada lagi kesempatan untuk rujuk
atau nikah ulang.
2. Teknis
Untuk dapat menjatuhkan talak, pihak
suami tidak membutuhkan kehadiran
wali, para saksi, dan juga tidak
membutuhkan jawaban persetujuan
sebagaimana dalam ijab qabul akad
nikah. Suami cukup mengucapkan lafadz
talak, seperti mengatakan,"Mulai saat ini
istri saja yang bernama fulanah saya
talak". Cukup lafadz seperti itu diucapkan
kepada istrinya, maka jatuhlah talak itu.
Bahkan meski pun istrinya tidak hadir
saat itu dan hanya mendengar kabarnya
saja.
3. Talak Bersifat Sepihak
Talak bersifat sepihak, sehingga tetap
bisa jatuh meski pun tanpa persetujuan
istri.
Dan oleh karena itu yang bisa
melakukan talak hanya pihak suami,
sedangkan pihak istri tidak bisa
melakukan talak. Seandainya istri
mengucapkan talak
Pembahasan lebih dalam tentang
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 6 Bab 1 : Terurainya Ikatan Pernikahan

talak ini insya Allah akan kita lakukan


pada bab-bab berikutnya dari bagian ini.
C. Fasakh
Penyebab ketiga terurainya tali ikatan
pernikahan adalah fasakh. Istilah fasakh
ini agak jarang kita dengar di lidah orang
Indonesia, barangkali karena kasusnya
pun jarang terjadi.
1. Hakikat Fasakh
Fasakh adalah pembatalan
pernikahan yang sudah terlanjur terjadi,
dengan status hukum seolah-olah
perikahan itu tidak pernah terjadi
sebelumnya. Dan fasakh ini berbeda
dengan talak yang sifatnya menyudahi
hubungan pernikahan yang sudah
berjalan.
Maka kalau pasca talak masih ada
konsekuensi hukum seperti adanya iddah
bagi istri dan lainnya, pada kasus fasakh
tidak ada konsekuensi hukum apapun di
belakangnya. Maka fasakh tidak
mengenal masa iddah buat istri, juga
tidak ada istilah fasakh satu, fasakh dua
atau fasakh tiga.
Pasangan yang pernah dipisahkan
karena kasus fasakh, kalau masih
memungkinkan dan tidak ada
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 6 Bab 1 : Terurainya Ikatan Pernikahan

penghalang, boleh saja menikah kembali.


2. Fasakh Butuh Penyebab
Satu hal yang membedakan fasakh
dengan talak adalah bahwa fasakh tidak
sah dilakukan kalau tidak ada
penyebabnya. Sedangkan dalam talak,
secara hukum suami bisa dan sah
menjatuhkan talak kepada istrinya
dengan atau tanpa sebab yang
mengharuskan.
Di antara penyebab yang membuat
fasakh sah dilakukan adalah tidak
sekufunya pasangan suami istri, atau
terdapatnya aib baik pada suami atau
istri, atau bisa juga karena kurangnya
mahar atau nafkah dari suami. Dalam
kasus salah satu pasangan masuk Islam
dan yang lain tidak, maka fasakh nikah
bisa dilakukan.
Demikian juga bila pasangan
pengantin di bawah umur dinikahkan,
lalu ketika mereka baligh mendapatkan
khiyar bulugh. Artinya mereka boleh
memilih untuk melakukan fasakh atas
penikahan mereka, atau meneruskannya.
Dan masih banyak lagi penyebab fasakh,
insya Allah akan kita bahas lebih lanjut
pada babnya nanti.
a. Ketidak-sesuaian Kafaah
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 6 Bab 1 : Terurainya Ikatan Pernikahan

Ketidak-sesuaian kafaah antara suami


dan istri bisa menjadi sebab terurainya
ikatan pernikahan. Orang bilang bahwa
suami dan istri tidak se-kufu.
Contoh yang paling mudah adalah
apa yang terjadi antara Zaid bin Haritsah
yang berasal dari keluarga budak, yang
menikah dengan Zainab, seorang wanita
mulia dan syariah dari kalangan keluarga
pembesar Quriasy. Perbedaan kelas di
antara mereka berdua nyaris tidak bisa
dihindarkan. Dan sejarah menyebutkan
bahwa keduanya dipisahkan. Zainab
kemudian dinikahi oleh Rasulullah SAW.
b. Tahrim Karena Penyusuan
Apabila atas suami pembuktian yang
sah didapat kepastian bahwa suami istri
ternyata pasangan yang mahram, maka
secara hukum otomatis keduanya tidak
mungkin melanjutkan pernikahan.
Dan umumnya kekeliruan semacam
ini terjadi bukan karena mahram secara
nasab, melainkan mahram secara
penyusuan (radha’ah).
Maka ikatan pernikahan yang terlanjur
berjalan secara hukum harus dibatalkan
dalam arti dianggap tidak pernah terjadi.
Dan oleh karena itu statusnya bukan
talak melainkan fasakh.
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 6 Bab 1 : Terurainya Ikatan Pernikahan

c. Aib Dalam Khiyar


Fasakh juga mungkin terjadi
disebabkan aib yang secara sengaja
ditutupi dan kemudian terbuka.
Prosesnya tentu harus melewati
beberapa syarat terlebih dahulu.
 Semua syarat dan rukun nikah
sudah ditunaikan.
 Jenis aibnya termasuk aib yang
lazim bisa dijadikan dasar fasakh,
sebagaimana nanti akan dijelaskan
secara tersendiri dalam bab fasakh.
 Adanya ketidaktahuan atas adanya
aib sejak sebelumnya. Dan
biasanya hal itu terjadi lantaran
ada kesengajaan untuk ditutup-
tutupi.
Tidak ridha dengan aib itu
D. Khulu'
Penyebab keempat terurainya tali
ikatan pernikahan adalah khulu' (‫)خلع‬.
Khulu' juga sedikit berbeda dengan
talak dalam beberapa hal. Sebagian
ulama mengatakan bahwa khulu' itu
bukan talak, namun sebagian pendapat
yang lain mengatakan bahwa pada
hakikatnya khulu' itu adalah talak, atau
bagian dari talak.
Para ulama menyebutkan bahwa
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 6 Bab 1 : Terurainya Ikatan Pernikahan

hakikat khulu' adalah tebusan yang


dibayar oleh seorang isteri kepada suami
yang membencinya, agar suami dapat
menceraikannya.
Jumhur ulama berpendapat bila suami
menerima khulu’ yang diajukan oleh
isterinya, maka isterinya telah berkuasa
atas dirinya sendiri dan segala urusannya
berada di tangannya.
Dan untuk itu suami tidak
diperbolehkan merujuknya dan mereka
akan terpisah selamanya, dan sama
sekali tidak akan pernah ada
kemungkinan untuk kembali, sampai
kapan pun.
E. Ilaa'
Para ulama menyebutkan bahwa
definisi ilaa' adalah :
‫صتفاَعتعه الرعتي ديِمحتلسس د‬
‫ف‬ ‫صتفةَة عممن ع‬ ‫ل تتتعاَتلىَ أت مو عب ع‬
‫ف الرزمودج عباَ ر ع‬‫أتمن تيِمحلع ت‬
‫ب تزموتجتتده أتمرتبتعتة أتمشدهةَر أت مو أتمكتثتر‬ ‫عبتهاَ أتلر تيِمقتر ت‬
Suami bersumpah dengan menggunakan nama Allah atau
salah satu dari sifat-Nya untuk tidak mendekati istrinya
selama 4 bulan atau lebih.

Misalnya suami berkata kepada


istrinya,"Demi Allah, Aku tidak akan
mendekati dirimu selama 4 bulan atau 6
bulan". Atau suami berkata,"Demi Allah,
Aku tidak akan mendekatimu untuk
selama-lamanya, atau seumur hidupku".
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 6 Bab 1 : Terurainya Ikatan Pernikahan

Dalam hal ini yang menjadi titik tekan


adalah adanya sumpah dengan
menggunakan nama Allah. Sehingga
apabila lafadz ilaa' atau tekad untuk
tidak mendekati istri tidak disertai
penyebutan sumpah dengan nama Allah,
menurut para ulama hal itu bukan
termasuk ilaa'.
Sebab Rasulullah SAW menyebutkan :
‫ء ء‬ ‫ء‬ ‫ء‬
‫ت‬ ‫ف َءباَلله َأسمو َليس م‬
‫صكم م‬ ‫سممن َسكاَسن َسحاَلجفاَ َفسسمليسمحل م‬
Siapa yang bersumpah, maka bersumpahlah dengan nama
Allah atau diam saja. (HR. Muslim)

Menurut Abu Hanifah, talak yang


terjadi karena ilaa' merupakan talak
ba’in. Karena jika talak itu raj‘i, maka
dimungkinkan bagi suami untuk
memaksanya ruju’. Sebab, hal itu
merupakan haknya. Dan demikian itu
menghilangkan kepentingan isteri dan
dimana ia (isteri) tidak dapat
menghindarkan diri dari bahaya.
Imam Malik, Imam Syafi’i, Said bin
Musayyab dan Abu Bakar bin
Abdirrahman mengatakan, bahwa ilaa’
itu merupakan talak raj‘i, karena tidak
ada dalil yang menunjukkan bahwa ila’
itu talak ba’in.
Lebih jauh tentang masalah ilaa’ ini
akan kita bahas dalam bab tersendiri.
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 6 Bab 1 : Terurainya Ikatan Pernikahan

F. Li'an
Mazhab Al-Malikiyah mendefinisikan
pengertian li’an sebagai berikut :
َ‫ف تعتلىَ عزتناَ تزموتجعتعه أتمو تعتلىَ تنمفيع تحمملعتهسسا‬ َ‫ف تزموةَج دممسلعةَم دمتكلر ة‬ ‫تحلع د‬
‫د‬
‫صسسيِتغعة أمشسسعهدد‬ ‫ت‬
‫عممنده توتحلعفدتهاَ تعتلىَ تتمكعذيِعبعه أمرتبدعاَ عممن دكيلِ عممندهتمسساَ عب ع‬
‫رت‬
‫ا عبدحمكعم تحاَعكةَم‬
Sumpah yang dilakukan oleh seorang suami yang beragama
Islam dan sudah mukallaf (aqil baligh), atas perbuatan zina
yang dituduhkan kepada istrinya, atau atas pengingkaran
atas anak yang dikandungnya, dimana suaminya bersumpah
empat kali bahwa istrinya telah berdusta, yang tiap
shighatnya berisi : “Aku bersaksi kepada Allah dengan hukum
hakim . . “.

Dari definisi ini, kita bisa merinci


bahwa mazhab ini menekankan
beberapa, antara lain
 Status suami yang harus muslim,
aqil dan baligh.
 Yang dituduhkan bisa berupa zina
yang dilakukan istrinya
 Dan bisa juga berupa tuduhan zina
secara tidak langsung, yaitu berupa
penolakan atas bayi yang
dikandung istrinya.
 Ada penekanan penggunaan lafadz
sumpah sebanyak empat kali
dengan sighat tertentu.
Jumhur ulama, diantaranya mazhab
Al-Malikiyah, Asy-Syafi'iyah dan Al-
Hanabilah sepakat mengatakan bahwa
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 6 Bab 1 : Terurainya Ikatan Pernikahan

pasangan suami istri yang melakukan


li'an berpisah untuk selama-lamamnya.
Konsekuensi hukum ini amat dahsyat,
karena bukan hanya terpisah atau
terceraikan dengan sendirinya secara
hukum, namun mereka menjadi
pasangan yang diharamkan menikah lagi
untuk selama-lamanya, atau disebut
menjadi mahram muabbad.
Keharaman ini seperti keharaman
pernikahan antara seorang laki-laki
dengan ibunya sendiri, atau seperti
haramnya menikah dengan saudara
sesusuan.
Dengan kata lain, status pasangan
yang saling melakukan li'an itu bukan
hanya talak atau bercerai, tetapi haram
menikah lagi selamanya.
Bahkan lebih parah dari sekedar talak
tiga. Sebab dalam kasus talak tiga, masih
ada kemungkinan terjadinya pernikahan
kembali, asalkan istri sempat menikah
dulu dengan laki-laki lain.
Dasar atas ketentuan ini adalah sabda
Rasulullah SAW tentang konsekuensi
hukum pasangan yang melakukan li'an.
َ ‫المكمستَلءعسناَءن َإءسذا َتسسسفلرسقاَ َل َ سميتَسءمسعاَءن َأسبسجدا‬
Pasangan yang melakukan li'an tidak akan saling bertemu
selamanya. (HR. Ad-Daruquthuny)
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 6 Bab 1 : Terurainya Ikatan Pernikahan

Sedangkan menurut pendapat


mazhab Al-Hanafiyah, pasangan itu tidak
secara otomatis bercerai. Namun mereka
diharamkan untuk melakukan hubungan
suami istri (jima') pasca li'an. 1
G. I'sar
Yang dimaksud dengan i'sar adalah
ketidak-mampuan suami dalam
memenuhi kewajiban memberi mahar
atau nafkah sesuai yang telah disepakati
di awal.
Di dalam kitab Al-Muhadzdzab fi Fiqhi
Al-Imam Asy-syafi'i disebutkan definisi
i'sar : 2
‫تعتددم املقدمدترعة تعتلىَ الرنتفتقعة أتمو أتتدادء تماَ تعلتميِعه عبتماَةَلِ تولت تكمس ت‬
‫ب‬
Ketidakmampuan dalam memberi nafkah atau menunaikan
kewajibannya dengan harta atau penghasilan.

1. Mahar
Ketika seorang suami tidak mampu
memberi atau melunasi mahar sesuai
yang telah ditetapkan di awal, maka para
ulama berpeda pendapat.
Al-Hanafiyah mengatakan
ketidakmampuan suami dalam
memberikan sisa mahar tidak boleh
dijadikan dasar untuk perpisahannya
dengan istrinya. Namun istrinya berhak
1 Al-Fatawa Al-Hindiyah, jilid 1 hal. 515
2 Al-Muhadzdzab fi Fiqhi Al-Imam Asy-syafi'i, Jilid 2 hal. 1662
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 6 Bab 1 : Terurainya Ikatan Pernikahan

untuk tidak menyerahkan dirinya selama


suaminya belum menyerahkan nafkah.
Sedangkan Al-Malikiyah mengatakan
bahwa ketidak-mampuan suami dalam
menyerahkan sisa mahar yang masih jadi
hutang dapat dijadikan dasar untuk
perpisahan mereka.
Dan ada banyak pendapat di kalangan
ulama Asy-Syafi'iyah serta Al-Hanabilah
yang saling berbeda-beda.
2. Nafkah
Ketika sudah bisa ditetapkan ketidak-
mampuan suami dalam memberi nafkah
yang telah ditetapkan sebelumnya, maka
istri meminta tafriq (diceraikan), maka
jumhur ulama seperti mazhab Al-
Malikiyah, Asy-syafi'iyah dan Al-
Hanabilah memandang bahwa
permintaan itu harus diqabulkan.
Sedangkan menurut pandangan Al-
Hanafiyah, permintaan cerai dari istri
dengan alasan bahwa suaminya tidak
mampu memberi nafkah tidak perlu
diqabulkan.
H. Riddah
Murtadnya salah satu pasangan
secara umum akan membuat terurainya
benang ikatan pernikahan. Sebab salah
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 6 Bab 1 : Terurainya Ikatan Pernikahan

satu sendi utama ikatan itu adalah


kesamaan agama.
Sebagaimana Islam mengharamkan
pernikahan terjadi antara seorang
muslim dengan orang kafir, maka apabila
tadinya pasangan itu sama-sama
beragama Islam lalu salah satunya ada
yang keluar alias murtad, maka secara
otomatis pernikahan itu menjadi runtuh.
Yang disepakati ulama adalah bahwa
ketika salah satu pasangn murtad, maka
pasangan itu haram tinggal seatap,
apalagi melakukan hubungan seksual
suami istri.
Namun para ulama berbeda pendapat
dalam urusan perpisahan di antara
mereka, apakah terjadi secara otomatis
sejak terjadinya kemurtadan itu, ataukah
lewat proses tertentu.
Para ulama juga berbeda pendapat
tentang status perpisahannya, apakah
berstatus cerai (talak) atau fasakh.


Bab 2 : Nusyuz

A. Pengertian
1. Bahasa
Kata nusyuz (‫ )نشوزا‬dalam bahasa Arab
berasal dari akar kata nasyzu (‫ )نشكز‬yang
artinya tempat yang tinggi (‫)المكان المرتفع‬.
Dan nusyuz juga bermakna berdiri,
yaitu orang yang tadinya duduk lalu
berdiri, disebut melakukan nusyuz. Di
dalam Al-Quran Al-Karim disebutkan
lafadz nusyuz dengan makna bangun
berdiri dari duduk.
‫سوإءسذا َقءميسل َانمكشكزوا َسفاَنمكشكزوا‬
Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", maka berdirilah
(QS. Al-Mujadilah : 11)

Sedangkan secara bahasa wanita


yang melakukan nusyuz disebut dalam
kalimat (‫ت احلعمحرأعةَم بإعزحوإجعها ععلعككى عزاحوإجهعككا‬
‫)نععشعز إ‬, maksudnya
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 6 Bab 2 : Nusyuz

adalah istri berperilaku lebih tinggi dari


suaminya, atau istri itu telah membuat
marah suaminya dan keluar dari ketaatan
kepada suaminya.
2. Istilah
Sedangkan pengertian nusyuz dalam
istilah ilmu fiqih, para ulama punya
definisi yang berbeda-beda redaksinya.
a. Jumhur Ulama
Definisi nusyuz menurut jumhur
ulama selain Al-Hanafiyah, yaitu mazhab
Al-Malikiyah, Asy-Syafi'iyah dan Al-
Hanabilah adalah : 1
‫دخدرودج الرزموتجعة تععن الرطاَتععة املتواعجتبعة عللرزموعج‬
Keluarnya istri dari kewajiban taat pada suaminya

b. Al-Hanafiyah
Sedangkan mazhab Al-Hanafiyah
punya definisi yang agak berbeda dari
jumhur ulama. 2
‫دخدرودج الرزموتجعة عممن تبميِ ع‬
‫ت تزموعجتهاَ عبتغميِعر تحيق‬
Keluarnya istri dari rumah suaminya tanpa hak

Umumnya para ulama menyebutkan


bahwa nusyuz itu hanya mungkin
dilakukan oleh istri kepada suaminya,
dan tidak bisa sebaliknya.

1 Al-Mughni, jlid 7 hal. 46


2 Ad-dur Al-Mukhtar wa Raddul Muhtar, jilid 2 hal. 646
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 6 Bab 2 : Nusyuz

Sebab nusyuz itu lawan dari taat, dan


yang wajib taat adalah pihak istri kepada
suami. Dan ketika kewajiban untuk taat
ini tidak dikerjakan oleh istri, saat itu dia
telah melakukan nusyuz.
Namun demikian, ada juga yang
berpendapat bahwa nusyuz mungkin saja
dilakukan suami kepada istrinya. Salah
satu yang berpendapat seperti itu adalah
Asy-Syarqawi. Namun beliau mengakui
bahwa nusyuz suami kepada istrinya
sangat tidak populer dan kasusnya amat
jarang terjadi.
B. Nusyud Dalam Nash
Di dalam Al-Quran Al-Karim Allah SWT
menyebutkan kasus tentang nusyuz yang
dilakukan oleh istri kepada suaminya.
‫ضس س سساَءجءع‬ ‫ء‬
‫سوالللءتس س سس َستسس س سساَكفوُسن َنككشس س سسوُسزكهلن َفسعظسك س سسوُكهلن َسوامهكجكروكه س س سلن َءفس س سس َالمسم س‬
َ‫ل َإءلن َاللنسسه َسكسساَسن َسعلء سيسا‬ ‫ضسءركبوُكهلن َفسسءإمن َأسطسمعنسككسمم َفس س‬
‫ل َتسمسبسغكسوُما َسعلسميءهسلن َسسسءبي ج‬ ‫سوا م‬
‫سكبءجيا‬
Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya, maka
nasihatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur
mereka, dan pukullah mereka. Kemudian jika mereka
menaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk
menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi
Maha Besar. (QS. An-Nisa' : 34)

Al-Imam Al-Qurtubi dalam tafsir Al-


Jami' li Ahkamil Quran, mengutip
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 6 Bab 2 : Nusyuz

perkataan Ibnu Abbas radhiyallahuanhu,


menyebutkan bahwa makna kata (‫)تخككافون‬
yang secara harfiyah bermakna takut
atau khawatir, di dalam ayat ini
maksudnya adalah mengetahui dan
meyakini. Sehingga makna ayat itu
adalah :
Wanita-wanita yang kamu ketahui dan yakini nusyuznya.

Di dalam ayat ini Allah SWT


menyebutkan tiga hal yang bisa
dilakukan oleh suami manakala
mengetahui istrinya melakukan nusyuz:
 Memberikan al-wa'dzhu atau
nasihat,
 Memisahkan istri dari ranjang,
 Memukulnya dengan pukulan yang
tidak melukai.
C. Keharaman Nusyuz Bagi Istri dan Dalil-dalilnya
Seluruh ulama sepakat bahwa
tindakan nusyuz yang dilakukan oleh
seorang istri hukumnya haram. Sebab
pada dasarnya seorang istri diwajibkan
untuk mentaati suaminya, khususnya
dalam hal-hal yang dihalalkan syariah.
Kita menemukan begitu banyak dalil
baik dari Al-Quran maupun As-sunnah
yang secara tegas mengharamkan
tindakan nusyuz istri, di antaranya :
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 6 Bab 2 : Nusyuz

1. Al-Quran : Wanita Shalihah Wajib


Taat Suami
Di dalam Al-Quran Al-Karim Allah SWT
menyebutkan bahwa wanita shalihah
adalah wanita yang mentaati suaminya.
‫ت‬ ‫صاَءلاَ ء‬
‫ت َسقاَنستَاَ ق‬
‫سفاَل ل س ك‬
Wanita yang saleh adalah mereka yang taat (kepada
suaminya) (QS. An-Nisa' : 34)

Al-Imam Al-Qurthubi dalam tafsir Al-


Jami' li Ahkamil Quran, menyebutkan
bahwa pola kalimat dalam ayat ini adalah
khabariyah, yaitu informasi atau kabar.
Namun maksudnya adalah perintah bagi
wanita shalihah untuk mentaati
1
suaminya.
2. Surga dan Neraka Istri Ada Pada
Diri Suami
Rasulullah SAW pernah menasehati
seorang istri agar selalu mentaati
suaminya.
‫ء ء‬ ‫ء‬
‫ َانمظكسءريِ َأسيمسسن َأسنمست َممنسكه َفسسءإنلهك‬:َ ‫ َنسسسعسمم َ َقسسساَل‬:َ ‫ت‬
‫ت َسزمودج َأسنمست َ؟ َقسسساَلس م‬
‫أسسذا ك‬
‫ك َسوسناَكرءك‬‫جنلتَك ء‬
‫س‬
Rasulullah SAW bertanya,"Apakah kamu punya suami?
Wanita itu menjawab,"Ya". Rasulullah SAW
berkata,"Perhatikan dimana posisimu terhadap suami. Sebab
pada suami itu ada surgamu dan nerakamu. (HR. Ahmad)

1 Al-Imam Al-Qurthubi, Al-Jami' li Ahkamil Quran, jilid 5 hal. 170


Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 6 Bab 2 : Nusyuz

3. Taat Pada Suami : Masuk Surga


Dari Pintu Mana Saja
‫ء‬ ‫إءسذا َ ء‬
َ‫ت َفسسمرسجسهس س سسا‬
‫ت َسش س س سمهسرسهاَ َسوسحفظسس س س م‬ ‫ص س س سلت َالمسم س س سمرأسكة َسخمسس س س سسهاَ َسو س‬
‫صس س سساَسم م‬ ‫س‬
‫ب َاملسنلس سءة‬ ‫يِ َسأبم س سوُا ء‬ ‫ء‬ ‫ء‬ ‫ء‬
‫ َامدكخل سسيِ َاملسنلس سسة َمس سمن َأس ن س‬:َ َ‫قي سسل َسلسسسا‬.َ َ‫ت َسزموسجسه سسا‬ ‫سوأسطسسساَسع م‬
‫ت‬ ‫ءشمئ ء‬
Apabila seorang istri melaksanakan shalat lima waktu, puasa
Ramadhan, menjaga kehormatannya dan mentaati
suaminya, maka dikatakan kepadanya : Masuklah ke dalam
surga dari pintu yang mana saja. (HR. Ahmad)

4. Kalau Boleh Wanita Harus Sujud


Kepada Suaminya
Saking tingginya posisi suami di
depan istrinya, maka Rasulullah SAW
pernah bersabda :
‫د‬ ‫لسس سوُ َككمنس س ء‬
‫ت َآمس سجرا َأسسحس سجدا َأسمن َيسمسس سكجسد َءلسحس سد َلسسمس سمر ك‬
‫ت َالمسمس سمرأسسة َأسمن َتسمسس سكجسد‬ ‫م ك‬
َ‫لءسزموءجسها‬
Kalau seandainya dibolehkan manusia sujud kepada manusia,
pasti Aku perintahkan istri untuk sujud kepada suaminya.
(HR. At-Tirmizy)

5. Tidak Melayani Suami : Dilaknat


Malaikat
Seorang istri yang menolak untuk
melayani suaminya dalam urusan jima',
padahal dia tidak punya udzur syar'i,
lantas suaminya tidur dalam keadaan
marah, maka malaikat pun ikut melaknat
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 6 Bab 2 : Nusyuz

istri tersebut.
‫ء‬ ‫ت َالممرأسكة َهاَءجرجة َفءرا ء‬
‫ء‬
‫صبءسح‬ ‫إءسذا َسباَتس س م س س س س‬
‫ش َسزموجسهاَ َلسسعنسمتَسسهاَ َالمسملسئسككة َسحلت َتك م‬
Bila seorang wanita melewati malamnya dengan menolak
tidur dengan suaminya, maka malaikat melaknatnya sampai
shubuh. (HR. Bukhari dan Muslim)

‫ت َأسمن َ سءتيِ سسء َلسسعنسمتَسسهسساَ َالمسملسئءسك سةك‬ ‫ء ءء‬


‫إءسذا َسدسعسساَ َاللركجسسل َاممسرأستسسكه َإءسلسس َفسراش سه َفسسأسبس م‬
‫صبءسح‬‫سحلت َتك م‬
Bila suami mengajak istrinya berjima' tetapi istrinya menolak
untuk melakukannya, maka malaikat melaknatnya hingga
shubuh (HR. Bukhari dan Muslim).

6. Sebaik-baik Istri Adalah Yang Taat


‫ء‬
‫ك َسوإءسذا َأسسممرتسسسه سساَ َأسسطاَسعمتَس س س‬
‫ك‬ ‫ت َإءسمليسسه سساَ َسسس سلرتم س‬
‫خي س سكر َالنسس سساَء َاممس سسرأسقة َإءسذا َنسظسس سمر س‬
‫سم‬
‫ء‬ ‫ء‬
‫ك‬‫ك َءف َنسسمفءسسهاَ َسوسماَل س‬ ‫ت َسعمنسسهاَ َسحفظسمتَ س‬ ‫ء‬
‫سوإءسذا َغمب س‬
Sebaik-baik istri adalah yang apabila kamu pandangi
menyenangkan hatimu. Bila kamu perintah, dia mentaatimu.
Bila kamu sedang tidak ada, dia menjaga dirinya untukmu
dan juga menjaga hartamu. (HR. Al-Hakim)

D. Bentuk Nusyuz
Para ulama berbeda pendapat tentang
bentuk nyata dari nusyuz :
1. Mazhab Al-Hanafiyah
Dalam mazhab Al-Hanafiyah, seorang
wanita melakukan nusyuz dengan cara
mencegah dirinya dari suaminya dengan
pergi keluar dari rumah suaminya tanpa
seizinnya, menghilang atau pergi dari
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 6 Bab 2 : Nusyuz

suaminya. Dengan nusyuz seperti ini,


maka istri itu kehilangan haknya atas
nafkah dari suaminya.1
Sedangkan bila istri sekedar
mencegah dirinya dari suaminya namun
dia tetap berada di dalam rumah
suaminya itu, maka dia tetap berhak
mendapatkan nafkah dari suaminya.
Sebab nafkah itu diberikan karena
tinggalnya istri di rumah suami dan
bukan dari sebab menolaknya istri dari
digauli suaminya.
2. Mazhab Al-Malikiyah
Nusyuz istri terhadap suaminya dalam
versi mazhab Al-Malikiyah dilakukan
dengan cara wanita itu menolak untuk
disetubuhi suaminya.
Selain itu nuzyuz juga dilakukan
dengan cara istri keluar rumah pergi ke
tempat yang dipastikan suaminya tidak
akan memberinya izin, dan suaminya
tidak mampu menariknya pulang. Namun
bila suami mampu membawanya pulang
dari tempat itu, baik lewat jalan damai
atau perantaraan hakim, maka bukan
termasuk nusyuz.
Dan termasuk nusyuz juga ketika istri
meninggalkan kewajiban Allah, seperti

1 Ad-Dur Al-Mukhtar, jilid 2 hal. 647


Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 6 Bab 2 : Nusyuz

tidak mengerjakan mandi janabah,


meninggalkan shalat atau puasa
Ramadhan dan kewajiban lainnya.
Termasuk juga ke dalam nusyus
adalah ketika istri menguncikan pintu
untuk suaminya, dan berkhianat atas
dirinya atau harta suaminya. 1
3. Mazhab Asy-Syafi'iyah
Di dalam mazhab Asy-Syafi'iyah, yang
terbilang perbuatan nusyuz istri kepada
suaminya adalah ketika istri pergi keluar
rumah tanpa seizin suaminya.
Termasuk kategori nusyuz apabila istri
menutup pintu di depan suaminya ketika
mau masuk ke dalam rumah, dan tidak
membukakan untuknya, padahal dia
memilik kuncinya.
Termasuk perbuatan nusyuz juga
ketika istri menolak digauli suaminya
sendiri, padahal tidak ada udzur syar'i
seperti haidh atau nifas.
Termasuk perbuatan nusyuz ketika
suami memanggil semua istrinya, namun
ada satu yang menolak dipanggil. Namun
bila seorang istri dipanggil suaminya
untuk datang ke rumah istri yang lain
(madunya), kalau dia menolak bukan
termasuk nusyuz.

1 Asy-syarhu Ash-Shaghir jilid 2 hal. 511


Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 6 Bab 2 : Nusyuz

Namun bukan termasuk nusyuz ketika


istri itu pergi kepada hakim demi
mendapatkan hak-haknya, atau pergi
keluar rumah dalam rangka mencari
nafkah untuk dirinya, yaitu dalam kondisi
dimana suaminya berpenghasilan yang
membuat istri kekurangan. Juga bukan
termasuk nusyuz bila istri keluar rumah
demi mendapatkan fatwa tentang
perkara agama, khususnya bila suaminya
bukan termasuk ahli fiqih.
Demikian juga bila istri pergi keluar
rumah demi menumbuk tepung gandum,
membuat adonan roti atau berjual-beli
yang memang harus dilakukannya, atau
karena takut rumahnya ambruk, atau
takut ancaman tetangganya saat
suaminya tidak ada di rumah, atau
habisnya masa sewa rumah itu
sedangkan pemiliknya datang menagih
uang sewa.
Istri yang memaki suaminya tidak
terbilang nusyuz, sebab perbuatan itu
bisa saja memang watak aslinya yang
terbiasa memaki orang. Namun suami
tetapi harus memberinya pelajaran dan
adab yang baik.

4. Mazhab Al-Hanabilah
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 6 Bab 2 : Nusyuz

Dalam pandangan mazhab Al-


Hanabilah, di antara salah satu ciri dari
nusyuznya seorang istri adalah sikapnya
yang ogah-ogahan dan acuh tak acuh
kalau dipanggil suaminya untuk
melayaninya secara seksual.
Selain itu yang juga termasuk nusyuz
istri adalah kalau keluar rumah padahal
suaminya tidak mengizinkannya.
Dan istri yang menolak menjalankan
kewajiban Allah SWT termasuk ke dalam
kategori istri yang melakukan nusyuz
menurut mazhab ini.
E. Sanksi Atas Nusyuz Istri
Para ulama umumnya menetapkan
sanksi yang bersifat mendidik buat istri
yang melakukan nusyuz. Jenis sanksi itu
tidak terlepas dari tiga hal, yaitu
pemberian nasehat, pisahkan dari
tempat tidur dan pemukulan yang tidak
melukai. Dasarnya adalah perintah Allah
SWT di dalam Al-Quran :
‫ضس س سساَءجءع‬ ‫ء‬
‫سوالللءتس س سس َستسس س سساَكفوُسن َنككشس س سسوُسزكهلن َفسعظسك س سسوُكهلن َسوامهكجكروكه س س سلن َءفس س سس َالمسم س‬
‫ضءركبوُكهلن‬ ‫سوا م‬
Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya, maka
nasihatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur
mereka dan pukullah mereka. (QS. An-Nisa : 34)
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 6 Bab 2 : Nusyuz

1. Nasihat
Sanksi yang paling dasar adalah
dinasehati dengan cara baik-baik dan
ringan, yang intinya menyentuh hati sang
istri agar bisa mengerti dan menyadari
kekeliruannya, serta menyadari
kewajibannya sebagai istri.
Disunnahkan ketika memberi nasihat
untuk membacakan ayat-ayat Al-Quran
yang terkait dengan sifat-sifat yang
seharusnya dimiliki oleh seorang wanita
atau istri.
Juga disunnahkan untuk membacakan
hadits-hadits Rasulullah SAW berikut ini :

‫ت َأسمن َ سءتيِ سسء َلسسعنسمتَسسهسساَ َالمسملسئءسك سةك‬ ‫ء ءء‬


‫إءسذا َسدسعسساَ َاللركجسسل َاممسرأستسسكه َإءسلسس َفسراش سه َفسسأسبس م‬
‫صبءسح‬‫سحلت َتك م‬
Bila suami mengajak istrinya untuk tidur tetapi istrinya
menolak untuk mendatanginya, maka para malaikat
melaknatnya hingga shubuh. (HR. Bukhari dan Muslim)

‫ء‬ ‫ت َالممرأسكة َهاَءجرجة َفءرا ء‬


‫ء‬
َ ‫صبءسح‬ ‫إءسذا َسباَتس س م س س س س‬
‫ش َسزموجسهاَ َلسسعنسمتَسسهاَ َالمسملسئسككة َسحلت َتك م‬
Bila seorang wanita tidur dengan memisahkan diri dari
ranjang suaminya, maka para malaikat melaknatinya hingga
shubuh. (HR. Bukhari)

‫د‬ ‫لسس سوُ َككمنس س ء‬


‫ت َآمس سجرا َأسسحس سجدا َأسمن َيسمسس سكجسد َءلسحس سد َلسسمس سمر ك‬
‫ت َالمسمس سمرأسسة َأسمن َتسمسس سكجسد‬ ‫م ك‬
َ َ‫لءسزموءجسها‬
Seandainya Aku boleh memerintahkan seorang bersujud
kepada manusia, pasti Aku perintahkan wanita untuk
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 6 Bab 2 : Nusyuz

bersujud kepada suaminya. (HR. At-Tirmizy)

‫ت َءممن َقسس مءبسهاَ َكممسسسوُلدسة َالمسسوُمجءه‬ ‫ت َءف َسومجءه َسزموءجسهاَ َإء ل‬


‫ل َسقاَسم م‬
‫د‬
‫أسضسياَ َاممسرأسة َسعبسسس م‬
‫سوسل َتسسمنظككر َإءسل َاملسنلءة‬
Tidaklah seorang istri bermuka masam kepada suaminya
kecuali akan dibangkitkan dari kuburnya dengan wajah yang
hitam dan tidak bisa melihat surga.

َ‫ت َ ءسبا‬ ‫ضلسءع َإءمن َأسقسمتَسسهاَ َسكسرتسسهاَ َوإءءن َاستَسمتَسسع ء‬


‫ت َ سباَ َامستَسممتَسسمع س‬
‫م س سم س س م م م س‬ ‫المسممرأسكة َسكاَل ن‬
‫سوءفيسهاَ َءعسوُقج‬
Wanita itu ibaratkan tulang rusuk. Bila kamu meluruskannya
dengan paksa maka dia akan patah. Bila kamu
menikmatinya, kamu menikmatinya dan ada bengkoknya.
(HR. Bukhari)

2. Pisahkan Dari Tempat Tidur


Bentuk sanksi yang kedua adalah
memisahkan istri yang nusyuz itu dari
tempat tidur. Ungkapan ini maksudnya
adalah istri tidak diberi haknya untuk
mendapatkan kebutuhan seksual dari
suaminya.
Dan secara naluri manusia normal,
kebutuhan seksual ini kalau tidak
diberikan akan menjadi sebuah hukuman
tersendiri bagi para wanita. Sebab
kebutuhan seksual itu tidak ubahnya
kebutuhan biologis lainnya seperti makan
dan minum.
Namun hukuman ini sendiri perlu
diperhitungkan matang-matang,
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 6 Bab 2 : Nusyuz

khususnya bila suami hanya memiliki


satu istri. Alih-alih memisahkan dari
tempat itu menjadi hukuman buat istri,
malah suaminya sendiri yang tersiksa
lantaran suaminya juga punya kebutuhan
seksual. Padahal kebutuhan itu hanya
bisa didapat dari istrinya.
Kalau suami itu punya lebih dari satu
istri, hukuman ini mungkin bisa efektif
buat memberi pelajaran pada istrinya.
Tetapi kalau istrinya hanya satu, harus
hati-hati menerapkannya. Takut kalau-
kalau bukan istri yang tersiksa tetapi
malah suaminya sendiri yang tersiksa.
3. Pukul
Pukulan yang dibolehkan sebatas
pukulan yang tidak melukai dan tidak
bikin cacat. Dalam istilah fiqih disebut
dengan dharbu ghairu mubarrih.
Pilihan hukuman ini hanya boleh
dilakukan manakala semua upaya mulai
dari nasehat dan pemisahan dari ranjang
sudah tidak efektif lagi. Padahal sudah
dilakukan berkali-kali dan nampaknya
tidak hasilnya, walaupun sudah
diupayakan dengan banyak jalan.
Maka upaya yang paling akhir adalah
pemukulan yang sama sekali tidak
menyakiti, tidak melukai, tidak
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 6 Bab 2 : Nusyuz

membekas dan juga tidak menakuti atau


menimbulkan trauma. Kalau semua hal
itu sampai terjadi, maka suami berdosa
dalam hal ini.
Bab 3 : Fasakh

Terlepasnya tali ikatan sebuah


pernikahan bukan hanya lewat jalan
cerai, melainkan ada banyak jalan yang
berbeda-beda, baik tata caranya,
penyebabnya atau pun hukum-hukum
yang terkait sebagai konsekuensinya.

Maka bila dikumpulkan, hal-hal yang


bisa menyebabkan terurainya tali ikatan
pernikahan itu antara lain adalah :
 Fasakh
 Khulu'
 Ilaa'
 Li'an
 Zhihar
 Hilang
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 6 Bab 3 : Fasakh

 Dipenjara
 Kematian
Pada bab ini akan membahas masalah
fasakh sebagai salah satu metode
putusnya ikatan pernikahan antara suami
dan istri.
A. Pengertian
1. Bahasa
Secara bahasa, kata al-faskhu (‫)الفسككخ‬
bermakna menghapus, membatalkan dan
memisahkan.1
2. Istilah
Sedangkan dalam istilah ilmu fiqih,
makna al-faskhu oleh para ulama
didefinisikan antara lain oleh Ibnu Najim
dan As-Suyuthi sebagai :
‫تحلِ امرعتتباَعط املتعمقعد‬
Melepas ikatan akad 2

Sedangkan Al-Qarafi
mendefinisikannya sebagai
‫صلِ تكأ تمن تلمم تيِدكمن‬ ‫امرعتتفاَدع دحمكم املتعمقعد عمتن ا م‬
‫ل م‬ ‫ع‬
Mencabut hukum akad dari asalnya seperti tidak pernah
terjadi 3

Dan Az-Zayla’i juga mendefinisikan al-


1 Tajul Arus
2 Ibnu Najim, Al-Asybah wa An-Nadzair hal. 338, dan Al-Imam As-Suyuthi, Al-Asybah
wa An-Nadzair hal. 313
3 Al-Qarafi, Al-Fuqurq, jilid. 3 hal. 269
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 6 Bab 3 : Fasakh

faskhu sebagai :
‫ب دكلِ تواعحةَد عمتن املععتو ت‬
‫ضميِعن لع ت‬
‫صاَعحعبعه‬ ‫تقمل د‬
Mengembalikan pembayaran (pengganti) dari masing-
masing pihak 1

B. Hakikat Fasakh dan Konsekuensi Hukumnya


Dari definisi fasakh di atas, maka kita
bisa buat persamaan sekaligus
perbedaan antara fasakh dengan talak.
Fasakh adalah pembatalan pernikahan
yang sudah terlanjur terjadi, seolah-olah
tidak pernah terjadi pernikahan
sebelumnya.
Sedangkan talak bukanlah
pembatalan pernikahan, melainkan
menyudahi huubungan pernikahan yang
sudah berjalan sampai disitu.
1. Persamaan Antara Fasakh dengan
Talak
Fasakh dan talak sama-sama
memutuskan hubungan pernikahan
antara suami dan istri, sehingga setelah
fasakh atau talak, keduanya secara
hukum sudah bukan lagi menjadi
pasangan suami dan istri.
2. Perbedaan Antara Fasakh Dengan
Talak
Meski fasakh dan talak sama-sama
1 Az-Zayla’i, Tabyin Al-Haqaiq, jilid 4 hal. 197
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 6 Bab 3 : Fasakh

memisahkan hubungan pernikahan


antara suami dan istri, namun status dan
konsekuensi hukum yang mengikuti di
belakangnya berbeda.
Kalau diibaratkan dengan sewa
menyewa rumah, maka fasakh itu adalah
membatalkan sewa rumah sehingga
uang dikembalikan dan pihak penyewa
meski sempat menempati rumah itu,
setelah fasakh tentu sudah tidak lagi
menempati rumah sewaan.
Dalam hal ini yang terjadi dalam
fasakh adalah batalnya perjanjian sewa
menyewa.
Sedangkan talak kalau diibaratkan
dengan sewa rumah adalah tidak
meneruskan sewa atau tidak
memperpanjang kontrak rumah, setelah
sebelumnya sudah terjadi sewa
menyewa sekian lama.
Dalam hal ini yang terjadi dalam talak
adalah tidak diteruskannya perjanjian
sewa menyewa.
Maka apabila terjadi kasus dimana
sepasang suami istri berpisah dengan
cara fasakh dalam perkawinan mereka,
secara hukum seolah-olah mereka belum
pernah menikah sebelumnya.
a. Fasakh Tidak Hanya Datang Dari
Pihak Suami
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 6 Bab 3 : Fasakh

Berbeda dengan talak yang hanya


bisa dilakukan oleh pihak suami kepada
istri, fasakh bisa dilakukan oleh pihak
suami dan juga oleh pihak istri. Dan bisa
juga datang dari pihak qadhi atau hakim
yang memutuskan perkara di antara
mereka.
Misalnya pada kasus dimana istri
merasa suaminya telah
menyembunyikan aib tertentu yang
menurut istri sangat tidak bisa
dibenarkan. Masa istri dalam hal ini
berhak untuk mengajukan fasakh.
Dan dalam kasus dimana pasangan
suami istri yang sudah resmi menikah
ternyata terbukti bahwa keduanya punya
hubungan saudara sepersusuan. Maka
dalam hal ini fasakh bisa dilakukan oleh
qadhi.
b. Fasakh Tidak Mengenal Fasakh
Satu Dua dan Tiga
Dalam perkara talak, syariat Islam
membatasi talak itu hanya dua kali yang
masih boleh rujuk atau menikah ulang.
Sedangkan talak yang ketiga kalinya
membuat pasangan suami istri tidak bisa
lagi melakukan rujuk atau nikah ulang.
Sedangkan dalam perkara fasakh,
syariat Islam tidak mengenal hitungan
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 6 Bab 3 : Fasakh

fasakh satu, dua atau tiga.


c. Fasakh Membutuhkan Sebab
Tertentu
Di dalam kasus talak, secara hukum
suami berhak menjatuhkan talak kepada
istrinya meski tidak punya alasan
tertentu, atau tanpa harus menyebutkan
alasannya.
Sedangkan dalam kasus fasakh,
pihak-pihak yang mengajukan fasakh
yaitu suami, atau istri atau qadhi, semua
harus menyebutkan sebab dan alasan
dijatuhkannya agar fasakh itu sah dan
diterima dalam syariat Islam.
Dengan kata lain, fasakh tidak bisa
dijatuhkan tanpa ada sebab dan alasan
yang memungkinkan fasakh dijatuhkan.
d. Fasakh Tidak Memberikan Hak-
hak Tertentu Kepada Istri
Dalam kasus talak, istri yang ditalak
itu punya beberapa hak yang menjadi
kewajiban suami. Namun dalam kasus
faksah, hak-hak itu tidak ada. Di antara
hak-hak istri yang dicerai adalah mahar,
mut'ah, nafkah, iddah dan lainnya.
 Mahar
Dalam kasus talak, mahar dari pihak
suami kepada istri yang belum lunas,
apabila sudah terjadi dukhul, maka suami
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 6 Bab 3 : Fasakh

wajib melunasinya.
Sedangkan dalam kasus fasakh, hak
untuk mendapatkan mahar gugur dengan
sendirinya. Bahkan mahar yang sudah
diberikan pun harus dikembalikan.
 Mut'ah
Selain itu istri yang ditalak juga punya
hak mut'ah, yaitu semacam uang
pesangon dari suami. Walaupun sifatnya
bukan kewajiban, namun mut'ah ini
termasuk hal yang disunnahkan.
 Nafkah
Dalam kasus talak, meski seorang istri
sudah ditalak oleh suaminya, selama
masa iddah yang lamanya tiga kali haidh
atau suci dari haidh, istri tetap berhak
menerima nafkah dari suaminya.
Namun dalam kasus fasakh, hak
untuk menerima nafkah dari suami
seusai fasakh itu tidak ada.
C. Konsekuensi Hukum Fasakh
Dan oleh karena itu ada beberapa
konsekuensi hukum yang berlaku di
belakang fasakh.
1. Suami Bukan Duda dan Istri Bukan
Janda
Pasangan suami dan istri yang
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 6 Bab 3 : Fasakh

berpisah dengan cara fasakh, status


keduanya sama-sama bukan duda dan
janda. Keduanya terhitung masih tetap
berstatus perjaka dan perawan di mata
hukum.
Dalam kitab hudud, laki-laki perjaka
atau wanita perawan yang statusnya
belum pernah menikah, apabila mereka
berzina, hukumannya bukan hukum
rajam, melainkan hukum cambuk 100
kali.
2. Istri Tidak Perlu Menjalani Masa
Iddah
Istri yang pisah dengan suaminya
lewat cara fasakh tidak perlu menjalani
masa iddah. Sebab masa iddah yang
wajib dijalani itu hanya berlaku bila
terjadi talak.
Maka dia tidak perlu menetap di
dalam rumah selama tiga kali suci dari
haidh, seperti umumnya wanita yang
ditalak oleh suaminya.
Juga tidak dilarang untuk berhias,
menerima pinangan dari laki-laki lain,
bahkan juga dibolehkan untuk langsung
menikah.
3. Mantan Suami Istri Tidak Saling
Mewarisi
Pasangan yang berpisah dengan cara
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 6 Bab 3 : Fasakh

fasakh tidak saling mewarisi. Berbeda


dengan pasangan yang berpisah dengan
cara talak atau wafat, selama masa
iddah masih berlaku, maka apabila salah
satu dari mereka wafat, sebagian dari
hartanya masih menjadi hak waris dari
mantan pasangannya.
Misalnya dalam kasus suami
menceraikan istri, lalu sebulan kemudian
suami meninggal dunia. Istrinya saat itu
secara otomatis masih menjadi ahli waris
dari mendiang suaminya. Sebab masa
iddahnya masih berlaku.
Sedangkan dalam kasus suami istri
yang berpisah dengan cara fasakh,
begitu keputusan fasakh berlaku, maka
keduanya sama-sama tidak saling
mewarisi.
Misalnya suaminya wafat, maka
mantan istrinya tidak berhak atas harta
mantan suaminya itu. Begitu juga kalau
istrinya meninggal, maka suaminya itu
tidak berhak menerima waris dari
mendiang istrinya.
D. Penyebab Fasakh
Fasakh hanya boleh dan sah dilakukan
apabila ada penyebab yang bisa diterima
secara syariah.
Dalam prakteknya, ada penyebab
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 6 Bab 3 : Fasakh

yang sifatnya hanya membolehkan


faskah tetapi tidak sampai mewajibkan,
dan ada punya penyebab yang sifatnya
sampai harus mewajibkan fasakh.
Di antara hal-hal yang bisa menjadi
penyebab faskah :
1. Terbuktinya Persaudaraan
Sesusuan
Pasangan suami dan istri apabila
terbukti kemudian bahwa ternyata
mereka punya hubungan mahram
muabbad, maka pernikahan mereka
wajib difasakh.
Dan kemungkinan terbesarnya kasus
ini terjadi para kasus saudara sesusuan.
Apabila bisa terbukti dan ada saksi
bahwa suami dan istri pernah menyusu
kepada wanita yang sama, maka
keduanya menjadi mahram muabbda.
Sedangkan pernikahan dengan mahram
yang senasab atau karena mushaharah
amat jarang terjadi.
2. Fasadnya Akad Nikah
Akad nikah yang mengandung cacat
atau fasad adalah nikah yang menjadi
penyebab dibolehkannya terjadi fasakh.
Bahkan para ulama menyebutkan bahwa
hukum fasakh dalam hal ini bukan
sekedar kebolehan, melainkan menjadi
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 6 Bab 3 : Fasakh

sebuah kewajiban atau keharusan.


Diantara contoh akad nikah yang
cacat atau fasad misalnya nikah tanpa
wali yang sah menurut syariah. Selain itu
juga akad nikah yang dilakukan tanpa
adanya saksi yang memenuhi syarat
sebagai saksi.
3. Salah Satu Pasangan Masuk Islam
Yang Lain Tidak
Bila pasangan suami istri yang non
muslim, lalu salah satunya masuk Islam
dan yang lainnya tetap bertahan dalam
agama sebelumnya, maka hal itu bisa
menjadi salah satu sebab fasakh atas
pernikahan mereka.
4. Murtadnya Salah Satu Pasangan
Apabila satu seorang dari suami atau
istri murtad dan keluar dari agama Islam,
sedangkan pasangannya masih tetap
memeluk agama Islam, maka pernikahan
mereka difasakh.
5. Khiyar Bulugh
Istilah khiyar bulugh maksudnya
adalah pilihan yang diberikan kepada
seorang wanita yang sejak sebelum
baligh telah dinikahkan oleh wali yang
bukan ayah atau kakeknya.
Ketika wanita yang terlanjur jadi istri
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 6 Bab 3 : Fasakh

orang itu memasuki usia baligh, dirinya


berhak mengajukan fasakh atas
pernikahannya itu, kalau memang dia
menginginkan.
6. Khiyar Ifaqah Minal Junun
Khiyar ifaqah minal junun artinya
adalah pilihan sembuh dari kegilaan.
Maksudnya adalah pilihan bagi suami
atau istri untuk mengajukan fasakh atas
pasangannya yang tidak kunjung sembuh
dari penyakit gilanya.
Namun hak fasakh yang satu ini
hanya dikemukakan oleh mazhab Al-
Hanafiyah saja.
7. Terdapatnya Aib
Aib yang terdapat pada masing-
masing pihak, baik pihak suami atau
pihak istri, menurut para ulama termasuk
di antara sebab-sebab yang
memungkinkan terjadinya fasakh.
Namun para ulama berbeda pendapat
dalam menetapkan bentuk dan jenis aib
yang dimaksud.
8. Kurangnya Mahar atau Nafkah
dari Suami
Dalam kasus dimana seorang suami
tidak mau melunasi mahar sesuai dengan
yang telah disetujuinya, atau berbeda
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 6 Bab 3 : Fasakh

dengan tarif pasarannya, maka pihak istri


berhak mengajukan fasakh nikah.
Demikian pula apabila suami
menahan kewajibannya dengan tidak
memberikan nafkah kepada istrinya,
maka istri berhak untuk mengajukan
fasakh.
9. Tidak Sekufu
Tidak sekufu dalam istilah dalam
bahasa Arabnya sering disebut adamul
kafaah (َ‫)عكككدمَ الكفكككاءة‬. Kafaah dalam hal ini
bermakna mumatsalah (‫ )مماثلككككككة‬yaitu
kesetaraan, dan musawah (َ‫ )مسكككاواة‬yaitu
kesamaan.
Maksudnya keadaan dimana suami
dan istri tidak setara atau tidak saling
sekufu, menurut para ulama bisa menjadi
salah satu penyebab dijatuhkannya
fasakh dari masing-masing pihak.
Diantara hal-hal yang bisa dijadikan
ukuran dalam kesetaraan antara suami
dan istri adalah masalah kualitas
pemahaman dan pelaksanaan ajaran
agama, nasab, status kemerdekaan,
penghasilan, kekayaan, tidak adanya aib,
dan lainnya.
E. Apakah Pasangan Boleh Bersatu Kembali?
Sebuah pertanyaan menarik, yaitu
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 6 Bab 3 : Fasakh

apakah pasangan yang dipisahkan lewat


proses fasakh itu boleh kembali lagi atau
tidak.
Jawabannya ada fasakh yang
membolehkan pasangan itu kembali
bersatu lagi dan ada jenis fasakh yang
tidak membolehkan kembali lagi.
1. Bisa Kembali Lagi
Pada dasarnya semua perpisahan
lewat fasakh masih dimungkinkan untuk
kembali lagi. Namun terkadang ada
kasus-kasus yang secara tegas tidak
memungkinkan kembali lagi.
Yang bisa kembali lagi adalah apabila
tidak ada penghalang yang tetap, seperti
karena alasan tidak sekufu, terdapatnya
aib, kurangnya mahar atau nafkah dari
suami, khiyar bulugh, khiyar ifaqah minal
junun, dan lainnya.
2. Tidak Bisa Kembali Lagi
Sedangkan fasakh yang
membolehkan kembalinya pasangan itu
antara lain terbuktinya pasangan itu
sebagai saudara sesusuan. Penyebab
yang satu ini bersifat mutlak untuk
selama-lamanya dan tidak akan berubah
lagi dengan cara apapun.
Penyebab lainnya adalah murtadnya
salah satu pasangan, selama belum
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 6 Bab 3 : Fasakh

kembali lagi menjadi muslim. Tetapi bila


kembali lagi masuk Islam, dan sudah
terlanjur fasakh, maka boleh saja
pasangan itu menikah kembali.

Bab 4 : Khulu’

A. Pengertian
1. Bahasa
Secara bahasa, khulu' (‫ )خلكع‬bermakna
an-naz'u (‫ )النككزع‬yang artinya pencabutan.
Dan juga bermakna al-izalah (‫ )الزاالة‬yang
artinya pelepasan.
2. Istilah
Sedangkan secara istilah, makna
khulu' berbeda-beda pada tiap mazhab,
sesuai dengan perbedaan mereka dalam
menetapkan hukum khulu', apakah
termasuk talak atau termasuk fasakh.
a. Jumhur
Dalam pandangan jumhur ulama
secara umum, khulu' didefinisikan
sebagai :
‫صوةَد لععجتهعة الرزموعج عبلتمفعظ تطلتةَق أتمو دخملةَع‬ َ‫فدمرتقدة عبععتو ة‬
‫ض تممق د‬
Perpisahan dengan penggantian yang ditetapkan oleh pihak
suami, lewat lafadz talak atau khulu'.
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 6 Bab 4 : Khulu'

b. Al-Hanafiyah
Sedangkan dalam definisi mazhab Al-
Hanafiyah, khulu' didefinisikan sebagai :
‫أتمخعذ تماَةَلِ عمتن املتممرأتعة عبإعتزاعء عمملعك السَنتكاَعح عبلتمفعظ املدخملعع‬
Mengambil harta dari istri dengan melepaskan kepemilikan
nikah lewat lafadz khulu'.

B. Hakikat Khulu'
Dari definisi khulu' di atas, bisa kita
ambil kesimpulan bahwa khulu’ adalah
perpisahan dengan cara memberi
tebusan yang dibayarkan isteri kepada
suami, dengan tujuan agar suami
menceraikannya.
1. Perpisahan
Para ulama masih berbeda pendapat
tentang status perpisahan dalam khulu'.
Sebagian mengatakan statusnya adalah
talak, dan sebagian lagi mengatakan
bahwa statusnya adalah fasakh.
Mereka yang berpendapat bahwa
khulu' adalah talak, masih berbeda
pendapat lagi, apakah termasuk talak
ba'in atau talak raj'i.
2. Harta Tebusan
Yang menjadi titik pentingnya dalam
khulu' bukan pada status perpisahan,
namun justru terletak harta atau uang
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 6 Bab 4 : Khulu'

tebusan itu sendiri.


Adanya harta atau uang tebusan
inilah yang membedakan khulu' dengan
jenis-jenis perpisahan lainnya secara unik
dan spesifik.
Mengapa?
Karena mengingat dalam kasus talak,
hak preogratif untuk menjatuhkan talak
100% ada di tangan suami. Istri sendiri
tidak punya hak untuk mentalak suami.
Sehingga ucapan istri kepada
suaminya,"Kamu saya talak", secara
hukum tidak punya nilai sama sekali.
Bila hanya terbatas hanya pada talak
saja, maka tertutup lah semua celah istri
melepaskan diri dari pernikahan dengan
suaminya.
3. Celah Istri Melepaskan Diri Dari
Ikatan Pernikahan
Dengan adanya khulu', celah bagi istri
menjadi terbuka. Khulu' ini menjadi
anugerah istimewa bagi istri, karena
memberikannya kesempatan istri yang
ingin melepaskan diri dari ikatan
pernikahan dari suaminya.
Namun celah itu bukan berarti bisa
dengan mudah dilakui begitu saja. Sebab
'celah' itu mensyaratkan 'uang tebusan'
yang harus dengan rela dibayarkan istri
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 6 Bab 4 : Khulu'

kepada suaminya agar suaminya itu


melepaskan haknya dan menceraikan
istrinya.
Maka dalam kajian tentang khulu',
yang menjadi titik tekan pengertian khulu
ada pada tebusannya, dan bukan pada
status perpisahannya.
Status perpisahannya sendiri para
ulama malah berbeda pendapt, apakah
termasuk talak atau fasakh. Dan yang
mengatakan statusnya talak, juga
berbeda pendapat, apakah talak raj'i
atau talak ba'in.
C. Masyru'iyah Khulu
Khulu’ adalah salah satu bagian dari
syariat Islam, khususnya dalam kitab
pernikahan bab terurainya ikatan
pernikahan. Dasar masyru'iyahnya
terdapat di dalam Al-Quran, As-Sunnah
dan dan juga Ijma ulama.
1. Al-Quran
‫ت َبءءه‬ ‫ء‬ ‫ل َيكءقيسماَ َكحكدوسد َاللنءه َفس س‬
‫فسءإمن َءخمفتَكمم َأس ل‬
‫ل َكجسناَسح َسعلسميءهسماَ َفيسماَ َافمستَسسد م‬
Bila kamu khawatir bahwa kedua suami istri tidak dapat
menjalankan hukum-hukum Allah, maka tidak ada dosa atas
keduanya tentang bayaran yang diberikan oleh istri untuk
menebus dirinya. (QS. Al-Baqarah : 229)

Para mufassir menyebutkan bahwa


yang dimaksud dengan 'tidak ada dosa
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 6 Bab 4 : Khulu'

atas keduanya tentang bayaran yang


diberikan oleh istri' dalam ayat ini adalah
uang tebusan. Maksudnya istri
membayar sejumlah uang sebagai
tebusan untuk perpisahan dari
1
suaminya.
َ‫بسس َلسكك سمم َسعسسن َسش سميِدء َنممن سكه َنسسمفجسسسا‬ ‫ء‬ ‫ءء ء‬
‫ص سكدسقاَتلن َ منلس سجة َفسسءإن َط م س‬‫سوآتكسوُما َالنلسسسساَء َ س‬
َ‫فسكككلوُكه َسهءنيجئاَ َلمءريجئا‬
Berikanlah mahar kepada istrimu sebagai pemberian penuh
kerelaan. Namun jika mereka menyerahkan kepada kamu
sebagian dari maskawin itu dengan senang hati, maka
ambillah pemberian itu (sebagai makanan) yang sedap lagi
baik akibatnya. (QS. An-Nisa' : 4)

‫وإءءن َامرأسقة َخاَفس ء ء‬


‫ل َكجنسساَمسح َسعلسميءهسمسساَ َسأن‬ ‫ت َمن َبسسمعلسهاَ َنككشوُجزا َأسمو َإءمعسرا ج‬
‫ضسساَ َفس س‬ ‫س مس س م‬
‫خيسقر‬ ‫ي ء‬
‫صملكح َ س م‬‫صملجحاَ َسوال ض‬ ‫صلسحاَ َبسمسيسنسسكهسماَ َ ك‬
‫كم‬
Dan jika seorang wanita khawatir akan nusyuz atau sikap
tidak acuh dari suaminya, maka tidak mengapa bagi
keduanya mengadakan perdamaian yang sebenar-benarnya,
dan perdamaian itu lebih baik. (QS. An-Nisa' : 128)

2. As-Sunnah
Kasus khulu' juga pernah terjadi di
masa kenabian. Adalah seorang wanita
shahabiyah yang sedang bermasalah
dengan suaminya, Jamilah istri Tsabit bin
Qais, mendatangi Rasulullah SAW dan
menuturkan perihal suaminya.

1 Al-Qurthubi, Al-Jami' li Ahkamil Quran, jilid 3 hal. 136


Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 6 Bab 4 : Khulu'

‫ء‬ ‫ء‬ ‫ء‬ ‫ء‬ ‫ءء‬


‫ب َسعلسميس سه َءفسس َكخلسك سدق َسوسل َديسم سدن َسولسك نءنسس َأسمكس سسرهك‬‫يسسساَ َسركسسسوُسل َالسس َإ نءنسس َسمسساَ َأكعميس س ك‬
‫ َسأتسسكرنديء سن َسعلسمي ءه َسح ءديمسسقتَسكه؟‬:َ َ ‫لسس‬ ‫ َفسق ساَسسل َرسسسوُكل َا ء‬.‫الككمف سر َءفسس َاءلس سلسءم‬
‫سك‬ ‫م‬ ‫س‬
‫ َاسقمبءءل َالسءديمسسقسة َسوطسلنمقسهاَ َتسطمءليسقةج‬:َ َ ‫ل‬ ‫ َفسسسقاَسل َرسوُكل َا ء‬.‫ َنسسعم‬:‫سقاَلست‬
‫سك‬ ‫م سم‬
Wahai Rasulullah, aku tidak mencela suamiku baik dalam hal
akhlak dan agamanya, tetapi aku tidak menyukai kekufuran
setelah (memeluk) Islam. Maka Rasulullah SAW bersabda:
Apakah engkau bersedia mengembalikan kebun yang menjadi
maharnya? Wanita itu menjawab: “Ya, aku bersedia". Lalu
beliau SAW berkata kepada Tsabit," Terimalah
(pengembalian) kebun itu dan jatuhkanlah talak” (HR.
Bukhari).

Inilah kasus khulu' yang pertama kali


terjadi dalam sejarah Islam. Kasus itu
ditangani langsung oleh Rasulullah SAW
yang saat itu menjadi hakim.
Dan ketika membahas tentang khulu',
umumnya landasan rujukan dalilnya tidak
pernah lepas dari hadits di atas.
3. Ijma'
Para ulama sepanjang zaman telah
berijma' tentang disyariatkannya khulu'
dalam agama Islam. Meskipun mereka
berbeda pendapat dalam detail syarat
dan ketentuannya.
D. Rukun Khulu'
Jumhur ulama telah menetapkan
bahwa rukun khulu' itu ada lima, yaitu al-
mujib, al-qabil, al-mu'awwadh, al-'iwadh
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 6 Bab 4 : Khulu'

dan ash-shighah.
1. Al-Mujib
Yang dimaksud dengan al-mujib (‫)الموإجب‬
adalah suami, yang dalam hal ini
memiliki hak dan wewenang untuk
menjatuhkan talak.
Jumhur ulama mensyaratkan dalam
hal ini status suami adalah muslim, akil
dan baligh.
a. Muslim
Suami yang sah melakukan khulu
terbatas apabila agamanya Islam. Maka
status suami yang bukan muslim tentu
saja tidak sah dalam melakukan khulu'.
b. Aqil
Suami yang sah melakukan khulu'
hanyalah bila keadaanya aqil. Sedangkan
suami yang ghairu aqil, maksudnya tidak
berakal alias kurang waras, juga tidak
sah melakukan khulu'.
c. Baligh
Namun dalam masalah suami harus
baligh, memang ada sedikit masalah.
 Pertama, kurang populer ada suami
tetapi belum baligh, walaupun
sesungguhnya dalam hukum syariat
Islam hal itu dimungkinkan.
 Kedua, menurut versi mazhab Al-
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 6 Bab 4 : Khulu'

Hanabilah, walaupun suami belum


baligh, asalkan sudah mumayyiz,
maka dia sah melakukan khulu'
kepada istrinya.
2. Al-Qabil
Yang dimaksud dengan al-qabil (‫)القَابككل‬
adalah pihak yang menerima khulu'.
Dalam hal ini maksudnya adalah istri.
3. Al-Mu'awwad
Yang dimaksud dengan al-mu'awwadh
(‫ )المعلود‬adalah al-badh'u, yaitu kemaluan.
Maksudnya istri menebus kembali
kehalalan atas diri, kehormataan dan
kemaluannya dari suaminya.
4. Al-Iwadh
Yang dimaksud dengan al-'iwadh (
َ‫ )الإعككككعوض‬adalah harta atau uang yang
dijadikan tebusan. Kedudukan harta
tebusan ini menjadi sangat penting,
karena yang membedakan antara khulu'
dengan perpisahan lainnya terletak pada
tebusannya itu sendiri.
Dan umumnya ulama mengatakan
bahwa khulu' yang dilakukan tanpa
tebusan, maka hukum dan statusnya
bukan khulu'.
a. Nilai Tebusan
Nilai harta yang dijadikan tebusan
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 6 Bab 4 : Khulu'

seharusnya sepadan dengan harta yang


dijadikan mahar ketika mereka menikah
dahulu. Dan dianjurkan nilainya tidak
melebihi nilai maharnya, walaupun
hukumnya tetap boleh.
Paling tidak sebagaimana contohnya
di masa Rasulullah SAW, yaitu ketika istri
Tsabit bin Qais mengajukan khulu' ke
hadapan beliau SAW, harta yang
dikembalikan berupa kebun yang dahulu
merupakan mahar untuknya.
Sayangnya di negeri kita, mahar itu
nilainya kecil sekali dan nyaris tidak ada
harganya. Sehingga kalau khulu' itu
harus setara dengan nilai mahar, mudah
sekali bagi wanita untuk mendapatkan
uang tebusan untuk khulu'.
b. Bentuk Harta
Yang lazim dan paling utama bentuk
harta itu adalah uang, emas atau perak.
Sebab di masa Nabi, wujud fisik uang
berbentuk koin-koin emas atau perak.
Dan hal itu sesuai dengan mahar yang
sesungguhnya uang, di masa itu
wujudnya fisiknya berupa emas dan
perak.
Namun demikian, para ulama tidak
membatas harta tebusan ini hanya
sebatas emas dan perak saja. Mereka
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 6 Bab 4 : Khulu'

membolehkan wujud harta tebusan itu


dalam bentuk apa saja, tidak harus
dalam bentuk uang atau wujud benda,
asalkan secara hukum masih sah disebut
harta.
Maka bisa saja bentuk tebusan itu
berupa jasa, misalnya jasa menyusui
anak mereka sendiri, atau mengasuh
anak-anak suami.
Barangkali buat kita jadi aneh kalau
menyusui dan mengasuh anak dianggap
jasa dan bisa dijadikan tebusan. Sebab
umumnya bangsa kita memandang
menyusui anak dan mengasuhnya lebih
merupakan hak dan sekaligus kewajiban
istri sekaligus.
Padahal sesungguhnya di mata
hukum syariah, menyusui dan mengasuh
anak adalah kewajiban suami. Bila
istrinya dicerai atau khulu', yang
berkewajiban untuk menyusui dan
mengasuh adalah suami. Kalau suami
tidak mampu melakukannya sendiri,
maka dia berkewajiban membayar jasa
orang lain yang mampu melakukannya,
walaupun orang lain itu adalah mantan
istrinya sendiri.
c. Boleh Dihutang
Dan yang lebih menarik lagi, harta
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 6 Bab 4 : Khulu'

tebusan dari pihak istri pun boleh


dibayarkan tidak tunai alias hutang.
Tentu saja asal dengan keridhaan pihak
suami.
Sebagaimana mahar boleh dihutang,
maka tebusan dalam khulu' pun boleh
juga dihutang.
5. Shighat
Yang dimaksud dengan ash-shighat (
‫ )ال د‬adalah adalah lafadz ijab dan qabul
‫صيغة‬
dari kedua belah pihak. Ijab adalah lafadz
yang diucapkan oleh suami dan qabul
adalah lafadz yang diucapkan oleh istri.
Dan keduanya termasuk ke dalam
rukun khulu'. Sehingga bila salah satu
atau keduanya tidak ada, maka khulu'
menjadi tidak sah.
Masing-masing ijab serta qabul itu
juga punya syarat dan ketentuan, dimana
bila syarat dan ketentuan dalam ijab
qabul ini tidak terpenuhi, maka khulu'
menjadi tidak sah juga.
E. Lafaz Khulu'
Agar akadnya menjadi akad khulu',
para ulama mensyaratkan penyebutan
lafadz khulu' secara sharih dan tegas.
Namun mereka berbeda pendapat
tentang lafadz apa saja yang termasuk
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 6 Bab 4 : Khulu'

lafadz khulu'.
1. Al-Hanafiyah
Mazhab Al-Hanafiyah menyebutkan
ada 7 kata yang berbeda yang bisa
menjadikan suatu lafadz menjadi akad
khulu', yaitu :
 Khala'tuki (‫)عخالعحعتمإك‬
 Bayantuki (‫)عبايعحنتمإك‬
 Bara'tuki (‫)عباعرحأتمإك‬
 Faraqtuki (‫)عفاعرحقتمإك‬
 Thalliqi nafaski 'ala alfin (‫طعلدإقَكي نعحفعسككإك ععلعككى‬
‫)أعحل ف‬
‫ف‬
 Bi'tu nafsaki (‫)بإحعمت نعحفعسإك‬
 Isytari nafsaki (‫)احشإتعإري نعحفعسإك‬
2. Al-Malikiyah
Sedangkan mazhab Al-Malikiyah
menyebutkan ada 4 lafadz khulu', yaitu :
 Al-Khulu' (‫)احلمخحلمع‬
 Al-Fidyah (‫)احلفإحديعةم‬
 Ash-Shulhu (‫صحلمح‬ ‫)ال ن‬
 Al-Mubara'ah (‫)احلممعباعرأعةَم‬
3. Asy-Syafi'iyah dan Al-Hanabilah
Sedangkan mazhab Asy-Syafi'iyah dan
Al-Hanabilah membagi lafadz khulu'
sebagaimana lafadz talaq, yaitu ada yang
bersifat sharih dan ada yang bersifat
kinayah.
Lafadz yang bersifat sharih
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 6 Bab 4 : Khulu'

maksudnya adalah lafadz yang tidak


memerlukan penafsiran lagi, lantaran
sudah jelas-jelas menyebutkan khulu'
dan padanannya. Seperti ucapan suami
kepada istrinya :
 Bara'tuki (‫)عباعرحأتمإك‬
 Abra'tuki (‫)أعحبعرحأتمإك‬
 Abantuki (‫)أعبعحنتمإك‬
F. Status Perpisahan Khulu' : Talak Atau Fasakh?
Definisi di atas sudah sangat
membantu menjelaskan hakikat khulu',
namun masih ada satu hal yang belum
disepakati, yaitu sebuah pertanyaan
yang sebenarnya cukup penting, apakah
khulu itu merupakan talak atau fasakh?
Sebenarnya bila suami melakukan
khulu' kepada istrinya dengan
mengucapkan lafadz 'talak', tidak ada
perbedaan di antara para ulama tentang
status khulu' adalah talak.
Yang menjadi masalah apabila dalam
lafadz yang diucapkan oleh suami tidak
mengandung kata 'talak'. Dalam hal ini
kita menemukan ada tiga pendapat para
ulama yang saling berbeda.
1. Khulu' Adalah Talak
Pendapat yang sering dikemukakan di
dalam kitab Imam Syafi’i yang baru, yaitu
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 6 Bab 4 : Khulu'

bahwa khulu’ termasuk talak. Hal ini juga


merupakan pendapat jumhur ulama.
Imam Syafi’i telah menetapkan dalam
kitabnya Al-Imla’, bahwa khulu’ termasuk
talak sharih.
Hujjah jumhur ulama dalam hal ini
adalah, bahwa lafazh khulu’ itu hanya
dimiliki oleh suami saja, sehingga
merupakan talak.
Seandainya khulu’ itu dianggap
sebagai fasakh (batal), niscaya tidak
akan boleh menggambil harta pemberian
selain mahar. Akan tetapi, jumhur ulama
membolehkan pengambilan harta selain
mahar, baik dalamjumlah sedikit maupun
banyak. Dengan demikian hal itu
menunjukkan, bahwa khulu’
Sesungguhnya merupakan talak.
2. Khulu' Adalah Fasakh
Pendapat Imam Syafi’i yang
disebutkan dalam kitab Ahkamul Qur’an,
yaitu, bahwa khulu’ merupakan fasakh
dan bukan talak. Hal ini diperkuat oleh
sebuah hadist yang diriwayatkan
Abdurrazak dan Ibnu Abbas dan Ibnu
Zubair.
Pendapat yang terakhir ini ditentang
oleh Ismail Al-Qadhi, dimana ia
menyebutkan; bahwa seorang suami
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 6 Bab 4 : Khulu'

yang menyerahkan urusan isterinya


kepadanya (isteri) dan berniat untuk
mentalaknya, lalu si isteri tersebut
menganggap sebagai talak, maka ia
telah ditalak.
Selanjutnya Ismail Al-Qadhi
menyebutkan, bahwa titik perbedaan
pendapat itu terletak pada khulu’ yang
jatuh tanpa melalui ucapan dan juga niat
talak.
Sedangkan khulu’ yang dijatuhkan
melalui ucapan yang sharih (jelas) atau
hanya dengan niat saja, maka khulu’
semacam ini bukan lagi sebagai fasakh
melainkan talak.
Dinukil oleh Al-Khawarazami dan
pendapat terdahulu, dimana ia
menyebutkan: “Khulu’ seperti itu
merupakan fasakh yang tidak
mengurangi jumlah talak, kecuali jika
diniati sebagai talak.”
Untuk memperkuat pendapat Imam
Syafi’i di atas, disebutkan bahwa Imam
Ath-Thahawi pernah menukil ijma’ yang
rnenyebutkan,“Apabila dengan khulu’
seorang suami berniat mentalak
isterinya, maka dianggap terjadi talak
tersebut.”
Menurutnya, perbedaan pendapat itu
terjadi pada khulu’ yang tidak diucapkan
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 6 Bab 4 : Khulu'

secara sharih dan tidak disertai dengan


adanya niat.
3. Pendapat Ketiga
Jika tidak diniati untuk mentalak,
maka dalam hal ini tidak dianggap sama
sekali.
Pendapat ini telah ditetapkan oleh
Imam Syafi’i di dalam kitabnya Al-Umm
dan diperkuat oleh Al-Subki serta oleh
Muhammad bin Nashir Al-Marwazi di
dalam kitabnya “Ikhtilafil Ulaina “, yang
mana ini merupakan pendapat terakhir
Imam Syafi’i.
G. Masa Iddah Khulu'
Empat mazhab fiqih yang utama yaitu
mazhab Al-Hanafiyah, Al-Malikiyah, Asy-
Syafi'iyah dan Al-Hanabilah kompak
berpendapat bahwa wanita yang
berpisah dengan suaminya dengan jalan
khulu' tetap harus menjalani masa iddah,
sebagaimana halnya masa iddah talak.
Karena pada hakikatnya khulu' itu
tidak lain adalah talak juga, maka hukum
yang berlaku pada talak juga berlaku
pada khulu'.
Dalam hal ini ada tiga kemungkinan,
yaitu wanita yang masih haidh aktif,
wanita yang tidak haidh dan wanita yang
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 6 Bab 4 : Khulu'

sedang hamil. Masing-masing ada


ketentuannya sendiri-sendiri.
1. Masa Iddah Wanita Yang Masih
Haidh Aktif
Dalam lamanya adalah tiga kali quru',
sebagaimana firman Allah SWT
‫صسن َبءسأنكفءسءهلن َثسلسثسسة َقكسكرسودء‬ ‫سوالمكمطسلسقاَ ك‬
‫ت َيسستَسسسربل م‬
Wanita-wanita yang ditalak handaklah menahan diri
(menunggu) tiga kali quru' . (QS. Al-Baqarah : 228)

Dalam pandangan mazhab Al-


Malikiyah, Asy-Syafi’iyah dan Al-
Hanabilah, al-qur’u berarti ath-thuhru (
‫)ال ن‬. Maksudnya adalah masa suci dari
‫طحهككر‬
haidh. Jadi tiga kali quru’ artinya adalah
tiga kali suci dari haidh.
Sedangkan dalam pandangan mazhab
Al-Hanafiyah, al-qur’u justru bermakna
haidh, atau hari-hari dimana seorang
wanita menjalani masa haidhnya.
2. Masa Iddah Wanita Yang Tidak
Haidh
Wanita yang tidak haid, baik belum
mencapai usianya atau malah sudah
melewati masa subur atau menopuse,
tentu tidak diukur masa iddahnya
berdasarkan jadwal haidh.
Sebagai gantinya adalah dengan
ukuran tiga bulan, sesuai dengan apa
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 6 Bab 4 : Khulu'

yang difirmankan oleh Allah SWT dalam


ayat berikut :

‫ض َءمن َ نسسسساَئءككمم َإءءن َامرتسسمبتَكسمم َفسعءسلدتكسكهلن َسثلثسسةك‬


‫سواللءئيِ َيسئءمسسن َءمسن َالمسمءحي ء‬
‫أسمشكهدر َسواللءئيِ َ سمل َ سءي م‬
‫ضسن‬
Wanita-wanita yang tidak haid lagi (monopause) di antara
wanita-wanita kalian jika kalian ragu-ragu (tentang masa
‘iddahnya), maka ‘iddah mereka adalah tiga bulan. Begitupula
wanita-wanita yang tidak haid. (QS. Ath-Talak: 4)

3. Masa Iddah Wanita Hamil


Wanita yang sedang hamil tentu tidak
mendapatkan haidh. Bila dijatuhi talak
atau khulu', masa iddahnya tidak diukur
dengan haidh, melainkan sampai masa
dimana dia telah melahirkan anaknya.
Hal ini didasarkan pada firman Allah
SWT :

‫حاَءل َأسسجلككهلن َسأن َيس س‬


‫ضمعسن َسحملسكهلن‬ ‫سوأكمول ك‬
‫ت َالس م س‬
Perempuan-perempuan yang hamil masa iddah mereka itu
adalah sampai mereka melahirkan (QS. Ath-Talak : 4)

Namun di luar pendapat keempat


mazhab di atas, kita juga menemukan
pendapat kecil dari beberapa kalangan
yang memandang bahwa masa iddah
wanita yang khulu' hanya satu kali haidh
saja.
Di antara yang berpendapat demikian
adalah Utsman bin Al-Affan, Ibnu Umar,
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 6 Bab 4 : Khulu'

Ibnu Abbas radhiyallahuanhum, serta


Aban bin Ustman, Ishaq dan Ibnul
Mundzir. Dan salah satu versi pendapat
dalam mazhab Al-Hanabilah ada yang
berpendapat demikian.
Dasarnya karena menurut mereka,
ketika istri Tsabit bin Qais mengajukan
khulu' dan ditangani oleh Rasulullah
SAW, beliau SAW menjadikan batas masa
iddahnya satu kali haidh saja.
Dan diriwayatkan bahwa Utsman bin
Al-Affan radhiyallahuanhu memutuskan
dengan hal yang sama.

Bab 5 : Ilaa'

A. Pengertian
1. Bahasa
Kata ilaa' (‫ )إيلء‬dalam makna bahasa
Arab secara umum berarti sumpah
secara mutlak (‫)الحلف مطلقَا‬.
Kata ini dalam grammatika bahasa
Arab merupakan bentukan dari kata
dasarnya ‫ عوأعحليعككككككةا آلعككككككى ععلعككككككى عكككككككعذا يمككككككوإلي إإيلعاء‬yang
maknanya adalah bersumpah untuk
mengerjakan sesuatu atau
meninggalkannya.
2. Istilah
Sedangkan secara istilah dalam ilmu
fiqih, definisi ilaa’ banyak dingkapkan
oleh para ulama dengan redaksi yang
berbeda-beda.
a. Jumhur Ulama
Namun umumnya para ulama
menyebutkan bahwa definisi ilaa'
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 6 Bab 5 : Ilaa'

adalah :
‫صتفاَعتعه الرعتي ديِمحتلسس د‬
‫ف‬ ‫صتفةَة عممن ع‬ ‫ل تتتعاَتلىَ أت مو عب ع‬
‫ف الرزمودج عباَ ر ع‬‫أتمن تيِمحلع ت‬
‫ب تزموتجتتده أتمرتبتعتة أتمشدهةَر أت مو أتمكتثتر‬ ‫عبتهاَ أتلر تيِمقتر ت‬
Suami bersumpah dengan menggunakan nama Allah atau
salah satu dari sifat-Nya untuk tidak mendekati istrinya
selama 4 bulan atau lebih.

Misalnya suami berkata kepada


istrinya,"Demi Allah, Aku tidak akan
mendekati dirimu selama 4 bulan atau 6
bulan". Atau suami berkata,"Demi Allah,
Aku tidak akan mendekatimu untuk
selama-lamanya, atau seumur hidupku".
Dalam hal ini yang menjadi titik tekan
adalah adanya sumpah dengan
menggunakan nama Allah. Sehingga
apabila lafadz ilaa' atau tekad untuk
tidak mendekati istri tidak disertai
penyebutan sumpah dengan nama Allah,
menurut para ulama hal itu bukan
termasuk ilaa'.
Sebab Rasulullah SAW menyebutkan :
‫ء ء‬ ‫ء‬ ‫ء‬
‫ت‬ ‫ف َءباَلله َأسمو َليس م‬
‫صكم م‬ ‫سممن َسكاَسن َسحاَلجفاَ َفسسمليسمحل م‬
Siapa yang bersumpah, maka bersumpahlah dengan nama
Allah atau diam saja. (HR. Muslim)

b. Mazhab Al-Hanafiyah
Sedangkan definisi ilaa' dalam versi
mazhab Al-Hanafiyah ada tambahannya,
yaitu termasuk di dalam ilaa' adalah
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 6 Bab 5 : Ilaa'

sumpah apabila kembali mendekati istri,


maka suami harus mengerjakan sesuatu
yang sifatnya memberatkan.
‫أت مو أتمن ديِتعلسَتق تعتلىَ قدمرتباَعنتهاَ أتممدرا عفيِعه تمتشرقدة تعتلىَ تنمفعسعه‬
Atau mensyaratkan untuk kembali mendekatinya dengan
syarat-syarat yang memberatkan dirinya.

Contoh mensyaratkan kembali dengan


syarat yang memberatkan misalnya
ketika suami berkata kepada
istrinya,"Bila Aku mendekatimu lagi,
maka Aku wajib berpuasa sebulan, atau
memberi makan sepuluh orang miskin".
Dan bila syaratnya tidak
memberatkan, maka menurut mazhab Al-
Hanafiyah, hal itu bukan termasuk ilaa'.
Misalnya suami bersumpah bahwa
kalau dirinya kembali mendekati istrinya,
dia harus mengerjakan shalat sunnah
dua rakaat. Ini bukan termasuk ilaa',
karena shalat sunnah dua rakaat bukan
beban pekerjaan yang memberatkan
sebagaimana puasa berturut-turut
selama sebulan.
Pendapat Al-Hanafiyah ini disepakati
oleh sebagian ulama, seperti mazhab
Asy-Syafi'iyah dalam qaul jadid dan juga
sebagian pendapat dari Imam Ahmad.
Namun secara resmi mazhab Al-
Hanabilah sendiri justru tidak menyetujui
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 6 Bab 5 : Ilaa'

bahwa pensyaratan beban di atas


sebagai ilaa'.
Intinya di dalam lafadz ilaa' itu harus
ada unsur sumpah dengan menggunakan
nama Allah untuk tidak mendekati atau
mencampuri istrinya. Sehingga bila tekad
untuk tidak mendekati istrinya diucapkan
tanpa ada unsur sumpah dengan nama
Allah, maka secara hukum bukan
termasuk ilaa'.
Selain definisi di atas, kita juga
menemukan banyak penjelasan dari para
ulama tentang apa yang dimaksud
dengan ilaa', di antaranya :
 Ibnu Abbas : Ilaa' berarti sumpah
untuk tidak mencampuri isteri
selamanya.
 Atha' : Ilaa' berarti bersumpah
dengan Nama Allah untuk tidak
mencampuri isteri selama empat bulan
atau lebih. Jika tidak diiringi dengan
bersumpah, maka bukan disebut
sebagai ilaa'.” Atha’ pernah ditanya
mengenai seseorang yang bersumpah
untuk tidak mendekati isterinya
selama satu bulan dan ternyata ia
tidak mendekatinya selama lima
bulan, maka ia pun menjawab: “Yang
demikian itu sudah termasuk ilaa'. Dan
jika lebih dan empat bulan,
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 6 Bab 5 : Ilaa'

sebagaimana difirmankan Allah Azza


wa Jalla, maka berarti ia bermaksud
mentalaknya.”
 Ibrahim An-Nakha'i : Jika seorang
suami bersumpah untuk memurkai,
mencelakai, mengharamkan isterinya
atau tidak lagi hidup bersama, maka
yang dernikian itu telah termasuk ilaa'.
 Asy-Sya'abi : Segala macam sumpah
yang memisahkan antara suami
dengan isteninya, maka hal itu
termasuk ilaa'.
 Abu Sya'sya : Jika seorang suami
berkata kepada isterinya: ‘Kamu
haram bagiku,’ atau ‘Kamu seperti
ibuku sendiri,’ atau ‘Kamu telah aku
talak jika aku mendekatimu.’ Maka
kesemuanya itu termasuk ila’. Jika
seseorang bersumpah untuk talak,
memerdekakan budak, menunaikan
haji atau umrah atau puasa, maka
kesemuanya itu telah disebut sebagai
ilaa'. Sedang apabila bersumpah
nadzar mengerjakan shalat atau
thawaf selama satu minggu atau
bertasbih sebanyak seratus kali, maka
yang demikian itu bukan termasuk
ila’.”
 Qatadah : Seorang suami yang
bersumpah tidak akan mendekati
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 6 Bab 5 : Ilaa'

isterinya selama sepuluh hari, lalu ia


meninggalkannya selama empat
bulan, maka yang demikian itu
termasuk ilaa'.
 Hasan Al-Bashri : Jika seorang suami
berkata: ‘Demi Allah, aku tidak akan
mendekati isteriku selama semalam.’
Kemudian ia meninggalkannya selama
empat bulan dan itu dimaksudkan
sebagai sumpahnya, maka hal itu
termasuk sebagai ilaa'.
B. Masyru'iyah
1. Ilaa' Sudah Ada di Zaman Jahiliyah
Praktek ilaa' dan juga dzhihar
bukanlah sesuatu yang baru dalam
syariat Islam. Sebab jauh sebelum syariat
Islam menurunkan ketetapan dan
ketentuannya, bangsa Arab jahiliyah
sudah mempraktekkannya.
Namun wujudnya lebih merupakan
penzaliman terhadap istri. Praktek ilaa' di
masa jahiliyah lebih merupakan hukuman
suami atas istrinya, yaitu dengan
bersumpah untuk tidak mendekati dalam
arti tidak memberi hak berjima' dengan
cara sumpah, sampai batas waktu yang
tidak ditentukan, bahkan bisa selama-
lamanya.
Sementara suami tetap bisa
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 6 Bab 5 : Ilaa'

melampiaskan harsat seksualnya kepada


istri yang lain, atau bahkan kepada
budak wanitanya. Sedangkan istri akan
terhasung hasrat dan kebutuhan
seksualnya karena adanya ilaa' ini.
2. Penetapan Ilaa' di Masa Tasyri'
Maka di masa tasyri' islami, Allah SWT
berkehendak untuk menghilangkan
penderitaan para istri dari ilaa' cara
jahiliyah. Caranya bukan dengan
menghapus ilaa', namun dengan
memberikan batasan maksimal
dibolehkannya ilaa', yaitu hingga empat
bulan lamanya.
Masyru'iyah dalam pembatasan ilaa'
ini kemudian turun dalam bentuk firman
Allah SWT di dalam Al-Quran :
‫ء‬ ‫ء‬ ‫ء‬ ‫ء ء‬
‫ص َأسمربسسسع سة َأسمش سكهدر َفسسءإمن َفسسسآِكؤوا َفسسءإلن َاللنسهس‬
‫للسذيسن َيسكمؤلسكسوُسن َمسسن َ نسسسسآِئءهمم َتسسسربضس ك‬
‫ َسوإءمن َسعسزكموُام َالطللسسق َفسءإلن َاللنسه َ سءسيقع َسعءليقم‬.َ ‫سغكفوُقر َلرءحيقم‬
Kepada orang-orang yang meng-ilaa' istri-istrinya diberi
tangguh empat bulan (lamanya,). Kemudian jika mereka
kembali (kepada isterinya), maka sesungguhnya Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayàng. Dan jika mereka ber’azam
(berketetapan hati untuk) talak, maka sesungguhnya Allah
Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS. Al-Baqarah:
226-227)

Allah SWT bermaksud menghapuskan


hukum yang berlaku pada kebiasaan
orang-orang jahiliyah, dimana seorang
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 6 Bab 5 : Ilaa'

suami bersumpah untuk tidak


mencampuri istermya selama satu atau
dua tahun, bahkan lebih. Kemudian Allah
SWT menjadikannya empat bulan saja.
Waktu empat bulan yang telah
ditetapkan Allah SAW dijadikan sebagai
masa untuk merenungkan diri dan
mempertimbangkan. Pilihannya satu di
antara dua, yaitu :
a. Membatalkan Sumpah
Suami boleh membatalkan
sumpahnya, sehingga tidak terjadi ilaa'.
Nanum konsekuensinya, suami wajib
membayar denda kaffarah atas
sumpahnya yang dilanggarnya sendiri.
Rumah tangga tetap utuh dan seolah
tidak pernah terjadi apapun. Syarat
pembatalan itu sebelum empat bulan
terhitung sejak bersumpah. Bila sudah
lewat empat bulan, maka
kesempatannya pun sirna dan terjadilah
ilaa'.
b. Tidak Membatalkan Sumpah
Pilihan kedua ketika suami bersumpah
untuk tidak menyetubuhi istrinya dan
tidak juga membatalkan sumpahnya
hingga lewat 4 bulan adalah
C. Rukun Ilaa'
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 6 Bab 5 : Ilaa'

Setidaknya ada empat rukun ilaa',


yaitu suami, Allah, jima' dan durasi. Bila
salah satunya tidak terwujud maka
belum bisa disebut sebagai ilaa'.
1. Suami
Rukun yang pertama adalah al-halif (
‫)الحككككالف‬, yaitu orang yang bersumpah.
Dalam hal ini yang dimaksud dengan al-
halif adalah suami.
2. Allah
Rukun yang kedua adalah al-mahluf
bihi (‫ )المحلوف به‬atau nama yang dengannya
seseorang bersumpah. Dalam hal ini
tidak lain adalah Allah SWT.
Maksudnya, terjadinya ilaa' itu harus
dengan bersumpah atas nama Allah
untuk tidak menyetubuhi istri. Kalau
cuma bilang tidak akan menyetubuhi istri
tanpa membawa nama Allah, statusnya
bukan termasuk ilaa'.
3. Jima'
Rukun yang ketiga adalah al-mahluf
'alaihi (‫ )المحلكككوف عليكككه‬atau perbuatan yang
ditinggalkan dengan cara bersumpah
meninggalkannya. Perbuatan itu adalah
jima' yang mana dalam hal ini
maksudnya adalah bersumpah untuk
tidak berjima' atau tidak menggauli
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 6 Bab 5 : Ilaa'

istrinya.
4. Durasi
Rukun yang keempat sebenarnya
adalah al-muddah yang maknanya
adalah durasi atau masa tenggang.
Maksudnya, menurut jumhur ulama
bahwa suami bersumpah untuk tidak
menyetubuhi istrinya di atas 4 bulan.
Sedangkan menurut Al-Hanafiyah,
maksudnya suami bersumpah untuk
tidak menyetubuhi istrinya sekurang-
kurangnya 4 bulan.
Apa bedanya?
Bedanya bila durasi tidak
menyetubuhinya selama empat bulan
pas, belum termasuk ilaa' menurut
jumhur. Tetapi sudah dianggap sebagai
ilaa' bila menurut Al-Hanafiyah.
D. Syarat Ilaa'
Agar bisa disebut sebagai ilaa', maka
ada syarat-syarat yang harus terpenuhi,
sebagai berikut :
1. Sumpah dengan nama Allah
Ilaa' harus berbentuk sumpah dengan
menggunakan nama Allah SWT, atau
dengan menyebutkan sifat-sifat dan
asma'-Nya. Bila suami tidak sampai
bersumpah dan hanya bilang tidak akan
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 6 Bab 5 : Ilaa'

menyebutuhi istrinya, maka bukan


termasuk ilaa'.
Oleh karena itu Ibnu Abbas
radhiyallahuanhu menyebutkan bahwa
semua sumpah yang terkait dengan tidak
mau menyetubuhi istri termasuk ilaa'.
‫كلِ يِميِن منعت جماَعهاَ فهي إيِلء‬
Semua sumpah untuk tidak menyebutuhi istri adalah ilaa'.

2. Lebih dari 4 bulan


Minimal durasi tidak menyetubuhi istri
di atas empat bulan lamanya,
sebagaimana disebutkan di dalam teks
ayat Al-Quran.
3. Jima
Tidaklah disebut ilaa' kecuali sumpah
untuk tidak menyetubuhi. Dan yang
dimaksud dengan bersetubuh adalah
masuknya kemaluan suami ke dalam
kemaluan istrinya. Maka kalau suaminya
hanya bersumpah tidak menyetubuhinya
di dubur, bukan termasuk ilaa'.
4. Istri
Tidaklah disebut ilaa' kecuali
diarahkan kepada istri yang sah oleh
pihak suami. Dalam hal ini posisinya
mirip dengan talak yang hanya bisa jatuh
bila dilakukan oleh suami kepada istrinya
yang sah.
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 6 Bab 5 : Ilaa'

Sedangkan bila ilaa' dilakukan kepada


wanita yang belum sempat menjadi
istrinya, yaitu baru menjadi calon istri,
tentu tidak terkena dampak ilaa'.
Namun bila seorang istri dicerai
suaminya dalam masa iddah, lalu
suaminya bersumpah untuk tidak
menyetubuhinya, maka jatuhlah ilaa'
atas istrinya.
E. Hikmah Disyariatkannya Ilaa'
Meski praktek ilaa' di masa jahiliyah
merupakan perbuatan yang tidak
dibenarkan, karena merupakan bentuk
penyiksaan kepada istri, namun di masa
tasyri' ternyata praktek ilaa' tidak benar-
benar 100% dihilangkan atau dilarang.
Syariat Islam datang tidak dengan
serta merta menghapus praktek ilaa'
secara total, namun hanya mengubah
beberapa ketentuan di dalamnya saja.
Khususnya dalam hal ini memberikan
batasan maksimal empat bulan
penangguhan, dari yang awalnya tanpa
batas atau bisa selama-lamanya.
Lalu kenapa ilaa' tidak dihapuskan
secara total dan dilarang secara mutlak?
1. Ada Unsur Pendidikan Buat Istri
Para ulama memandang bahwa di
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 6 Bab 5 : Ilaa'

balik adanya unsur penyiksaan dalam


ilaa' di masa jahiliyah, ternyata ada juga
unsur positif yang bisa diambil
manfaatnya, yaitu dengan kadar tertentu
bisa menjadi salah satu unsur pendidikan
buat istri.
Dengan menjatuhkan ilaa' kepada
istri, maka istri yang membandel bisa
dikenakan hukuman, yaitu dengan tidak
diberikannya hak nafkah jima' kepada
mereka, selama maksimal empat bulan.
Namun menghukum istri yang
bersalah dengan cara ilaa' ini harus
disesuaikan dengan kondisi dan keadaan
masing-masing rumah tangga. Sehingga
belum tentu cocok juga bila dilakukan
pada sembarang kondisi dan keadaan.
Kalau bangsa Arab di masa jahiliyah
dulu mudah saja menjatuhkan ilaa'
kepada istrinya, sebab mereka rata-rata
punya banyak istri. Satu istri dihukum
dengan tidak akan digauli, para suami
tenang-tengan saja. Toh, masih banyak
'stok' istri yang mereka miliki, selain juga
di masa itu masih ada budak-budak
wanita yang halal disetubuhi.
2. Bisa Jadi Senjata Makan Tuan
Tetapi bagi rata-rata bangsa kita yang
umumnya para suami hanya memiliki
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 6 Bab 5 : Ilaa'

satu istri, salah-salah menerapkan


hukuman ilaa' kepada istri malah bisa
jadi bumerang. Sebab kebutuhan
mendapatkan penyaluran hasrat seksual
bukan semata-mata kebutuhan istri,
tetapi juga kebutuhan suami.
Alih-alih menghukum istri dengan
sumpah tidak menggaulinya selama 4
bulan, kalau tidak tepat sasaran atau
salah perhitungan, keadaan justru malah
berbalik sehingga malah suaminya yang
tersiksa tidak bisa menyalurkan hasrat
seksualnya kepada istri. Inilah yang
disebut dengan senjata makan tuan.
3. Suami Tidak Boleh Sewenang-
wenang
Hikmah lain dari konsep ilaa' ini
adalah merupakan pelajaran juga bagi
suami bahwa tidak boleh bersikap
sewenang-wenang dan seenaknya dalam
urusan hubungan pernikahan dengan
istrinya.
F. Jenis Talak yang Jatuh Karena Ilaa'
1. Talak Bain
Menurut Abu Hanifah, talak yang
terjadi karena ilaa' merupakan talak
ba’in. Karena jika talak itu raj‘i, maka
dimungkinkan bagi suami untuk
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 6 Bab 5 : Ilaa'

memaksanya ruju’. Sebab, hal itu


merupakan haknya. Dan demikian itu
menghilangkan kepentingan isteri dan
dimana ia (isteri) tidak dapat
menghindarkan diri dari bahaya.
2. Talak Raj'i
Imam Malik, Imam Syafi’i, Said bin
Musayyab dan Abu Bakar bin
Abdirrahman mengatakan, bahwa ilaa’
itu merupakan talak raj‘i, karena tidak
ada dalil yang menunjukkan bahwa ila’
itu talak ba’in.
Bab 6 : Dzhihar

A. Defnisi Zhihar
Zhihar adalah suatu ungkapan suami
yang menyatakan kepada isterinya
“Bagiku kamu seperti punggung ibuku”,
ketika ia hendak mengharamkan
isterinya itu bagi dirinya.
Talak seperti ini telah berlaku di
kalangan orang-orang jahiliyah
terdahulu. Lalu Allah SWT
memerintahkan kepada suami yang
menzhihar isterinya untuk membayar
kafarat (denda) sehingga zhiharnya
tersebut tidak sampai menjadi talak.
Kalimat zhihar ini pada awalnya berbunyi
“Bagiku kamu seperti perut ibuku”.
Mereka menggunakan kiasan punggung
sebagai ganti perut, karena punggung
merupakan tiang perut.
Di dalam kitab Ar-Raudhah
disebutkan: “Bahwa zhihar adalah
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 6 Bab 6 : Zhihar

ucapan seorang suami kepada isterinya,


‘Bagiku kamu seperti punggung ibuku,’
atau ucapan-ucapan yang semisal
dengannya. Karenanya, diwajibkan bagi
suami tersebut sebelum mencampurinya
untuk membayar kafarat yaitu
memerdekakan budak. Jika tidak
mendapatkan budak, maka ia harus
memberikan makan kepada enam puluh
orang miskin dan jika tidak
mendapatkannya maka ia harus
berpuasa dua bulan berturut-turut.”
B. Kafarat Zhihar
Di antara tujuan disyari’atkannya
kafarat adalah supaya pelaku zhihar tidak
membiasakan perbuatan tersebut. Tujuan
semacam ini tidak akan terwujud, kecuali
dengan mewajibkan sesuatu yang berat,
baik dalam bentuk pengeluaran materi
(berupa pembayaran denda) atau dalam
bentuk rasa lapar dan haus. Dalil yang
melandasi hal itu adalah firman Alah
SWT:
‫سوالءذيسن َيكسظاَءهكروسن َءمن َ نسساَئءءهمم َ كلث َيسسكعوُكدوسن َلءسماَ َقسسساَلكوُا َفسستَسمحءريسكر َسرقسسبسسدة َنمسسن‬
‫ء‬ ‫ء‬ ‫ءء‬ ‫ء‬
‫قسسمبءل َسأن َيسستَسسماَلساَ َسذلككمم َكتوُسعكظوُسن َبه َسواللكه َ سباَ َتسسمعسمكلوُسن َسخبيق‬
Orang-orang yang menzhihar isteri-isteri mereka, kemudian
mereka hendak menarik kembali apa yang mereka ucapkan,
maka (wajib baginya) memerdekakan seorang budak sebelum
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 6 Bab 6 : Zhihar

kedua suami isteri tersebut bercampur. Demikianlah yang


diajarkan kepada kalian dan Allah Maha Mengetahui apa
yang Kalian kerjakan.

‫ي َءمسسن َقسسمبسءل َسأن َيسستَسسماَلسسساَ َفسسمسسن َللمس‬ ‫فسمسسن َللسس َ سءيسمد َفس ء‬
‫صسسياَكم َسشسمهريمءن َكمتَستَسسساَبءسع م ء‬
‫س‬ ‫س م‬
‫ء‬ ‫يسس ستَءطع َفسءإطمعسساَم َءسس تَسني َءمسس سءكينجاَ َسذلسءس ء‬
‫ك‬ ‫ك َلتَكسمؤءمنسك سوُا َبءسساَللءه َسوسركسسسوُلءه َسوتءملس س س‬
‫س‬ ‫سمس م س ك س م‬
‫ب َأسءليقم‬ ‫ء ء ء‬
‫كحكدوكد َالله َسولملسكاَفءريسن َسعسذا ق‬
Barangsiapa yang tidak mendapatkan (budak, maka ‘wajib
baginya) berpuasa dua bulan berturut-turut sebelum
keduanya bercampur. Dan barangsiapa yang tidak
kuasa(wajib baginya) memberi makan enampuluh orang
miskin. Demikianlah supaya kalian beriman kepada Allah dan
Rasul-Nya. Dan itulah hukum-hukum Allah, dan bagi orang-
orang kafir ada siksaan yang sangat pedih.(QS. Al-Mujadilah:
3)

Rasulullah SAW telah menerangkan


hal ini dalam kisah Salamah bin Shakhr,
yaitu ketika ia menzhihar isterinya lalu ia
menyetubuhinya:
Aku adalah laki-laki yang mempunyai hasrat kepada wanita
tidak seperti orang lain. Ketika tiba bulan Ramadhan, aku
pernah menzhihar isteriku (dengan niat) sampai usainya
bulan Ramadhan. (Hal itu aku lakukan) karena aku khawatir,
jika malamnya aku bersetubuh sedikit saja, maka akan terus
aku lanj utkan sampai siang, padahal aku ini orang yang
tidak mampu menahan hasrat.
Pada suatu malam ketika isteriku melayaniku, tiba-tiba ia
singkapkan kain yang menutupi sebagian dan tubuhnya
kepadaku, maka aku pun melompatinya. Dan paginya akupun
pergi menemui kaumku lalu aku beritahukan mengenai diriku
kepada mereka. Aku men gajak mereka: ‘Ayolah pergi
bersamaku menghadap Rasulullah, lalu beritahukan
masalahku itu kepada beliau.
Tetapi mereka inenjawab:"Demi Allah, kami tidak mau. Kami
khawatir jangan-jangan ada wahyu yang turun mengenai
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 6 Bab 6 : Zhihar

kita, atau Rasulullah mengatakan sesuatu mengenai diri kita


hingga kita akan tercela selamanya. Tetapi pergilah kamu
sendiri dan lakukanlah apa yang baik menurut kamu.‘Dan
akupun langsung berangkat men ghadap Nabi SAW, Aku
ceritakan hal itu kepada beliau.
Maka beliau pun bertanya: ‘Apakah benar kamu melakukan
itu?’ ‘Ya, beginilah aku, ‘jawabku. ‘Maka berikanlah putusan
kepadaku dengan hukum Allah Azza wa Jalla, aku aku tabah
menghadapinya, ‘lanjutku. ‘Merdekakanlah seorang
budak",sabda Rasulullah SAW. Mendengar itu aku pukulkan
tanganku pada tengkukku, sembari berucap: ‘Tidak mungkin,
demi Allah yang telah mengutus Anda membawa kebenaran,
pagi ini hanyalah yang aku miliki. ‘Lalu beliau berkata: Kalau
begitu, puasalah dua bulan berturut-turut.
Meneruskan ceritanya, Shakhr mengatakan : Aku pun
berkata: ‘Ya Rasulullah, bukankah apa yang telah menimpaku
ini tidak lain ketika aku sedang berpuasa?’ ‘Kalau begitu,
bersedekahlah". kata beliau. ‘Demi Allah yang telah mengutus
Anda membawa kebenaran, semalam suntuk kami bersedih
hati, karena malam tadi kami tidak makan, ‘lanjut Shakhr.
Kemudian Rasullullah pun menasehatinya: ‘Pergilah kamu
kepada siapa saja yang akan bersedekah dari Bani Zuraiq.
Lalu katakan pada mereka supaya memberikannya
kepadamu. Lalu dari sedekah itu berilah makan olehmu satu
wasak (165 liter) tamar (kurma) kepada enam puluh orang
miskin. Sedang lebihnya pergunakanlah untuk dirimu dan
keluargamu.
‘Selanjutnya Shakhr mengatakan: ‘Akupun pulang kepada
kaumku, dan aku katakan kepada mereka, bahwa aku melihat
kesempitan dan pandangan yang picikpada din kalian. Tetapi
dan Rasulullah SAW aku mendapatkan keleluasaan dan
berkah
Sungguh beliau telah menyuruhku mengambil sedekah dan
kalian, maka bayarkanlah sedekah itu kepadaku.’ ‘Mereka pun
kemudian memberi sedekah kepadaku tutur Shakhr
mengakhiri ceritanya (HR Ahmad Abu Dawud, Tirmidzi Dan
Al-Hakim)

Imam Tirmidzi menghasankan hadits


ini Sedangkan Al-Hakim menshahihkan
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 6 Bab 6 : Zhihar

hadits ini.
C. Pembayaran Kafarat
Ijma’ ulama menyatakan, bahwa
kafarat itü diwajibkan setelah suami yang
mengucapkan zhihar menarik kembali
ucapannya. Sebagaimana yang
difirmankan Allah SWT:
َ ‫كلث َيسسكعوُكدوسن َلءسماَ َسقاَلكوُا‬
“Kemudian mereka hendak menarik kembali apa yang mereka
ucapkan.” (Al-Mujadilah: 3)

Para ulama dalam hal ini berbeda


pendapat mengenai sebab diwajibkannya
kafarat tersebut, apakah karena adanya
penarikan ucapan itu atau zhihar itu
sendiri. Mereka juga berbeda pendapat,
apakah yang diharamkan bagi suami
yang menzhihar isterinya itu cuma
berhubungan badan saja atau termasuk
juga cumbuan awal sebelum
berhubungan badan.
Mengenai masalah ini, jumhur ulama
berpendapat, bahwa yang diharamkan
itu termasuk juga rangsangan Sebelum
hubungan badan. Hal ini didasarkan pada
firman Allah SWT :
َ‫ي َءمن َقسسمبءل َسأن َيسستَسسماَلسا‬
‫كمتَسستَاَبءسع م ء‬
“Sebelum kedua suami isteri tersebut bercampur.“(QS. Al-
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 6 Bab 6 : Zhihar

Mujadilah: 3)

Dan sebagian ulama berpendapat


hanya pada hubungan badan saja,
dimana mereka mengatakan ‘Karena
Yatamassa dalam ayat tersebut sebagai
kinayah (kiasan) dan jima’.” Di samping
itu, para ulama juga berbeda pendapat
mengenai pengertian “Al-‘Aud”
(penarikan ucapan) itu sendiri.
Qatadah, Said bin Jubair, Abu Hanifah
dan para sahabatnya mengatakan: “Yang
dimaksudkan dengan “Al-‘Aud” adalah
keinginan untuk berhubungan badan
yang telah diharamkan suami melalui
zhiharnya. Karena, jika ia sudah
berkeinginan menyetubuhi isterinya yang
telah dizhiharnya, maka berarti ia telah
kembali dan keinginan meninggalkan
hubungan badan dengannya kepada
keinginan untuk melakukannya, baik
keinginan itu direalisasikan maupun
tidak.”
“Yang dimaksudkan dengan Al-’Aud
adalah hubungan badan yang dilakukan
suami setelah menzhiharnya.” Demikian
dikatakan Imam Syafi’i. Sedangkan Imam
Malik dan Imam Ahmad mengatakan:
“Al’Aud adalah keinginan berhubungan
badan saja, meskipun tidak
melakukannya.”
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 6 Bab 6 : Zhihar

Perbedaan pendapat juga terjadi di


sekitar masalah hubungan dilakukan oleh
suami yang menzhihar isterinya sebelum
membayar kaffarat.
Mengenai hal ini ada yang
mengatakan diwajibkan atasnya, ada
juga yang mengatakan tiga kafarat.
Bahkan ada yang mengatakan kewajiban
membayar kafarat. Namun demikian,
jumhur ulama berpendapat bahwa yang
diwajibkan adalah membayar satu
kafarat. Dan itulah sebagaimana yang
diterangkan dalarn dalil-dalil yang telah
disebut
D. Menzhihar Kemudian Menyetubuhinya
Dalam kitab Al-Raudhah dikatakan Jika
seorang suami yang menzihar lalu
menyetubuhi isternya sebelum habis
waktu atau sebelum membayar kafarat,
maka ia harus menghentikannya
sehingga membayar atau setelah habis
waktu yang ditentukan Hal ini sesuai
dengan hadits bahwa Rasulullah pernah
menuturkan kepada orang yang
menzhihir kemudian menyetubuhi
isterinya:
“Janganlah kamu mendekatinya sehingga kamu mengerjakan
apa yang diperintahkan Allah kepadamu.” (HR. Ahmad, Abu
Dawud Nasai dan Tirmidzi)
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 6 Bab 6 : Zhihar

Hadits ini dishahihkan oleh Imam At-


Tirmizy dan Al-Hakim.
E. Perbedaan Pendapat Mengenai Kekhususan
Zhihar
Jumhur ulama berpendapat, bahwa
zhihar itu hanya khusus dengan
perkataan “ibu”, sebagaimana yang
disebutkan dalam Al-Qur’an dan sunnah
Rasulullah SAW. Dengan demikian, jika
seorang suami mengatakan kepada
isterinya, “Bagiku kamu seperti
punggung ibuku, maka berarti ia telah
menzhihar. Akan Tetapi, jika ia
mengatakan kepadanya,"Bagiku kamu
seperti punggung saudara
perempuanku”, maka hal itu bukan
sebagai zhihar. Sebagian dan ulama
tersebut, yang di antaranya penganut
madzhab Hanafi, Auza’i, Ats-Tsauri, Asy-
Syafi’i, dan Zaid bin Ali berpendapat,
bahwa kata “ibu” dalam zhihar itu
diqiyaskan kepada seluruh mahram.
Ketiga Imam dan sebuah riwayat dan
Imam Ahmad mengatakan apabila
seorang suami mengatakan kepada
msterinya,"Bagiku kamu punggung ibuku
maka tidak ada kewajiban bagmnya
membayar kafarat". Dalam riwayat yang
lain Imam Ahmad mengatakan:
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 6 Bab 6 : Zhihar

“Diwajibkan baginya membayar kafarat


jika ma telah menyetubuhinya. Pendapat
terakhir inilah yang menjadi pilihan Al-
Kharaqi. Sedangkan suami yang
mengatakan kepada isterinya,"Cintaku
kepadamu seperti cintaku kepada
saudara perempuanku atau ibuku dalam
kecintaan,” maka hal itu bukan termasuk
zhihar.
F. Menyamakan Dengan Wanita Mahram
“Suami yang mengucapkan kalimat
zhihar dengan menyebutkan wanita yang
menjadi mahramnya, maka hal itu
termasuk zhihar,” ungkap Hasan Bashri.
Atha’ mengatakan: “Suami yang
menzhihar dengan menyebutkan wanita
yang menjadi muhrimnya atau saudara
perempuan sesusuan, maka kesemuanya
itu seperti ibunya, dimana tidak
diperbolehkan menyetubuhi isterinya
sehingga ia mèmbayar kafarat. Apabila ia
menzhihar dengan menyebutkan anak
perempuan bibinya, maka hal itu bukan
termasuk zhihar. Ini merupakan pendapat
Abu Hanifah dan salah satu dan
ungkapan Imam Syafi’i.”
Pada pendapat Imam Syafi’i yang lain
dikemukakan: “Bahwa setiap orang yang
menzhihar isterinya dengan
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 6 Bab 6 : Zhihar

menyebutkan wanita yang bukan


muhrimnya sebagai ganti kata ibu, maka
yang demikian itu bukan termasuk
zhihar. Sedang apabila ia menyebutkan
wanita yang menjadi muhrimnya, maka
yang demikian itu sudah termasuk zihar"
“Suami yang menzhihar isterinya
dengan menyebutkan wanita yang
menjadi muhrimnya atau bukan
muhrimnya atau seorang anak
perempuan, maka yang demikian itu
sudah termasuk zhihar.” Demikian yang
menjadi pendapat Imam Malik.
Sekelompok ulama di antaranya
Sufyan Tsauri dan Asy-Syafi’i
mengatakan:
“Jika seorang suami menzhihar
isterinya dengan menyebutkan kepala
atau tangan ibunya, maka hal itu juga
termasuk zhihar.”
Sedangkan menurut Abu Hanifah:
“Jika seorang suami menzhihar isterinya
dengan menyebutkan sesuatu yang ia
tidak diperbolehkan melihatnya dan
ibunya, maka hal itujuga termasuk
zhihar. Dan apabila ia menzhihar dengan
sesuatu yang dihalalkan baginya untuk
melihat dan ibunya, maka hal itu bukan
termasuk zhihar.”
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 6 Bab 6 : Zhihar

G. Yang Diwajibkan Membayar kafarat


Kewajiban membayar kaffarat itu
tidak gugur dan seseorang hanya karena
kematiannya atau kematian isterinya,
tidak juga karena talak darinya. Kafarat
imi termasuk modal hartanya jika ia
meninggal, baik mewasiatkan atau tidak.
Karena, itu merupakan hutang kepada
Allah SWT, yang harus lebih diutamakan
daripada hutang kepada manusia.
Bab 7 : Li’an

A. Pengertian
1. Bahasa
Kata li’an (‫ )لإععان‬adalah bentuk masdar
dari fi’il madhi : laa’ana (ْ‫)لععععن‬.
Akar katanya berasal dari al-la’nu (ْ‫)اللبَحعمن‬
yang maknanya tergantung pelakunya.
Kalau pelakunya Allah SWT, maka
maknanya adalah ath-thardu (‫ )الطبَككحرمد‬yaitu
penolakan, dan al-ib’ad (‫ )اإلحبععكككككاد‬yaitu
penjauhan. Sedang apabila pelakunya
manusia, maknanya adalah as-sabbu (
‫ )العس ل‬yaitu memaki atau mencaci.
‫ب‬
Dalam terjemahan bahasa Indonesia
umumya, kata laknat ini tidak ada
padanannya, sehingga lebih sering ditulis
apa adanya, yaitu laknat. Demikian juga
istilah li’an, kita tidak menemukan
padanan kata yang tepat dalam bahasa
kita, sehingga kebanyakan para ulama
menyebutnya sesuai dengan istilah
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 6 Bab 7 : Li'an

dalam bahasa arabnya, yaitu li’an.


Sedangkan makna mula’anah ( ‫)ملعنكككة‬
adalah suami yang menuduh istrinya
telah berzina dengan laki-laki lain.
2. Istilah
Adapun terkait dengan definisi dan
batasan makna li’an dalam ruang lingkup
ilmu fiqih, para ulama datang dengan
redaksi yang berbeda-beda.
Setidaknya kita punya tiga redaksi
yang berbeda dari masing-masing
mazhab ulama fiqih, yaitu :
a. Mazhab Al-Hanafiah dan Al-
Hanabilah
Mazhab Al-Hanafiah dan Al-Hanabilah
punya definisi yang serupa tentang li’an,
yaitu :
‫ت تتمجري تبميِتن الرزموتجميِن دمتؤركتدةد باَ م‬
‫لميِتماَعن تممقدروتندة عبسساَللرمععن‬ ‫تشتهاَتدا د‬
‫ع‬ ‫ع‬ ‫ع‬
‫ب الرزموتجعة‬ ‫ب عممن تجاَعن ع‬ ‫ض ع‬ ‫ب الرزموعج توعباَملتغ ت‬
‫عممن تجاَعن ع‬
Kesaksian yang terjadi di antara suami dan istri yang
dikuatkan dengan sumpah dan disertai laknat dari pihak
suami dan marah dari pihak istri.

b. Mazhab Al-Malikiyah
Sedangkan mazhab Al-Malikiyah
mendefinisikan pengertian li’an sebagai
berikut :
َ‫ف تعتلىَ عزتناَ تزموتجعتعه أتمو تعتلىَ تنمفيع تحمملعتهسسا‬ َ‫ف تزموةَج دممسلعةَم دمتكلر ة‬ ‫تحلع د‬
‫د‬
‫صسسيِتغعة أمشسسعهدد‬ ‫عممنده توتحلعفدتهاَ تعتلىَ تتمكعذيِعبعه أتمرتبدعاَ عممن دكيلِ عممندهتمسساَ عب ع‬
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 6 Bab 7 : Li'an

‫رت‬
‫ا عبدحمكعم تحاَعكةَم‬
Sumpah yang dilakukan oleh seorang suami yang beragama
Islam dan sudah mukallaf (aqil baligh), atas perbuatan zina
yang dituduhkan kepada istrinya, atau atas pengingkaran
atas anak yang dikandungnya, dimana suaminya bersumpah
empat kali bahwa istrinya telah berdusta, yang tiap
shighatnya berisi : “Aku bersaksi kepada Allah dengan hukum
hakim . . “.

Dari definisi ini, kita bisa merinci


bahwa mazhab ini menekankan
beberapa, antara lain
 Status suami yang harus muslim,
aqil dan baligh.
 Yang dituduhkan bisa berupa zina
yang dilakukan istrinya
 Dan bisa juga berupa tuduhan zina
secara tidak langsung, yaitu berupa
penolakan atas bayi yang
dikandung istrinya.
 Ada penekanan penggunaan lafadz
sumpah sebanyak empat kali
dengan sighat tertentu.
c. Mazhab Asy-Syafi’iyah
Sedangkan definisi dari mazhab Asy-
Syafi’iyah adalah :
‫ضسستطسَر إعتلسسىَ تقسسمذ ع‬
‫ف تمسسمن لترطسستخ‬ ‫ت دحرجسسدة لعملدم م‬ ‫ت تممعدلوتمدة دجععلت م‬ ‫تكلعتماَ د‬
‫عفتراتشده توأتملتحتق املتعاَتر عبعه أتمو إعتلىَ تنمفيع توتلةَد‬
Kata-kata tertentu yang dijadikan argumentasi untuk
menekankan tuduhan atas orang yang menodai ranjangnya,
dengan disertakan ancaman atasnya, atau atas penolakannya
atas sahnya anak.
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 6 Bab 7 : Li'an

Definisi dari mazhab Asy-Syafi’iyah ini


tidak menentukan pilihan kata atau
kalimat yang digunakan. Namun memuat
dua kemungkinan tuduhan, yaitu zina
yang dilakukan istrinya, atau penolakan
atas sahnya anak yang dikandung
istrinya dari benihnya.
B. Hukum Li’an
Mengenai prakter li’an, jumhur ulama
sepakat adanya li’an adalah wajib karena
tuduhan suami terhadap istrinya.1
Pendapat ini sesuai dengan
kandungan hukum yang ada dalam ayat
berikut :

‫سوالسءذيسن َيسسمركمسسوُسن َأسمزسواسجكهسمم َسوسلسمس َيسككسسن َ ل سكمم َكشسسهسداكء َإءلل َسأنكفكسسكهمم َفسسشسسهاَسدةك‬
‫صاَءدءقي‬ ‫ت َءباَللءه َإءنلكه َلسءمسن َال ل‬ ‫أسحءدءهم َأسربع َسشهاَدا د‬
‫س م مس ك س س‬
Dan orang-orang yang menuduh isterinya (berzina), padahal
mereka tidak ada mempunyai saksi-saksi selain diri mereka
sendiri, maka persaksian orang itu ialah empat kali
bersumpah dengan nama Allah, bahwa sesungguhnya dia
termasuk orang yang berkata benar. ( Q.S An-Nur : 6)

Dalam ayat diatas disebutkan bahwa


tuduhan suami terhadap istriya tidak
akan pernah berlaku kecuali dengan
mendatangkan kesaksian. Maka Allah
SWT mewajibkan adanya li’an karena ada
tuduhan tersebut.
1 Badai’ Shana’I 3/ 238, Manhul Jalil 2/ 357, Nihayatul Muhtaj 7/ 106, Al-Inshaf 9/ 235
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 6 Bab 7 : Li'an

Yang membedakan adalah pandangan


beberapa madzhab dalam menentukan
seberapa pentingnya prakter li’an itu
sendiri.
1. Al-Malikiyah
Mazhab Al-Malikiyah menjadikan li’an
itu wajib karena ada tga faktor :
a.Jika suami mengakui istrinya berzina
serta melihatnya dengan mata kepala
sendiri.
b. Jika suami tidak mengakui
kehamilan istrinya, karena yang suami
tahu dia tidak hamil.
c.Menuduh istrinya berzina tanpa
adanya pengakuan suami atau bukti-
bukti yang menguatkan tuduhannya.
2. As-Syafi’iyah
Kalangan As-Syafi’iyah memandang
kewajiban li’an atas tuduhan suami
terhadap istrinya adalah sangat
diperlukan. Mengingat tuduhan akan
datang dengan berbagai motif. Tidak
sedikit yang melakukan tuduhan dan
tidak terbukti kebenaran bahkan sering
menyesatkan. Maka li’an ada sebagai
unsur yang membatasi tuduhan-tuduhan
yang tidak dibenarkan.
C. Rukun Li’an
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 6 Bab 7 : Li'an

Mazhab Al-Hanafiyah menyebutkan


rukun li’an adalah kesaksian suami istri
atas tuduhan suami terhadap istrinya.
Suami mengulang kesaksian dengan1
Ibnu Al-Juzai dalam kitab Al-Qawanin
Al-Fiqhiyah dari mazhab Al-Malikiyah
menyebutkan bahwa rukun dalam
2
prakter li’an ada empat hal.
1. Suami Yang Menuduh
Suami yang menuduh disebut dengan
mula’in (ْ‫)ملعككككن‬. Dalam hal ini suami
menuduh istrinya telah melakukan zina
dengan laki-laki lain.
Bila yang menuduh orang lain, maka
orang itu harus menghadirkan empat
saksi agar tuduhannya bisa diterima.
Tanpa adanya saksi, maka orang yang
menuduh dikenakan hukuman qadzaf,
yaitu menuduh tanpa saksi. Hukumannya
adalah 80 kali pukulan.
Namun lain ceritanya kalau yang
menuduh justru suaminya sendiri. Dalam
hal ini bila suami mampu menghadirkan
4 orang saksi, tidak perlu dia melakukan
li'an.
Sebab li'an dilakukan manakala suami
menuduh istrinya berzina namun tidak
mampu mendatangkan 4 orang saksi.
1 Al-Bahru Ar-Raiq 4/ 122
2 Ibnul Juzai, Al-Qawanin Al-Fiqhiyah 210
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 6 Bab 7 : Li'an

Suami cukup melakukan li'an saja dan


terbebas dari 80 kali pukulan qadzaf.
2. Istri Yang Dituduh
Istri yang dituduh disebut dengan
mula’inah (‫)ملعنة‬. Dalam hal ini bila suami
bisa menjatuhkan tuduhan zina atas
dirinya, ada tiga kemungkinan yang bisa
terjadi.
Pertama, istri mengakui perzinaan
yang dilakukannya di depan pengadilan.
Maka dalam hal ini, ikrar istri sudah
cukup untuk membenarkan tuduhan
suami. Dan suami tidak perlu melakukan
li'an atas istrinya.
Kedua, istri tidak mengakui perbuatan
zina yang dilakukannya. Namun suami
bisa menghadirkan empat orang saksi.
Maka tuduhan dari pihak suami
dibenarkan secara hukum. Dalam hal ini
suami pun tidak perlu melakukan li'an
kepada istrinya.
Ketiga, suami menjatuhkan tuduhan
zina kepada istrinya, namun tidak ada 4
orang saksi dan istri pun tidak mengakui
alias menolak tuduhan tersebut.
Maka jalan yang bisa dilakukan oleh
suami adalah melakukan li'an atas
istrinya. Apabila istrinya tidak membalas
dengan li'an juga, maka istrinya
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 6 Bab 7 : Li'an

dianggap tidak bisa membuktikan bahwa


dirinya tidak berzina. Untuk itu istri
dijatuhi hukuman rajam.
Untuk bisa lolos dari hukuman rajam,
satu-satunya cara buat istri adalah
membalas li'an dari suami. Maka li'an itu
hanya terjadi apabila masing-masing
suami istri saling menuduh zina dan
menolak tuduhan itu, dengan ungkapan
saling melaknat. Oleh karena itu cara ini
disebut juga dengan mula'anah.
3. Sebab
Penyebab li'an adalah adanya
tuduhan zina yang ditujukan suami
kepada istrinya. Namun dalam hal ini
suami tidak mampu menghadirkan
empat orang saksi. Oleh karena itu jalan
satu-satunya bagi suami hanya dengan
membuat persaksian atas nama Allah
bahwa istrinya telah berzina.
Sedangkan istrinya tidak menerima
tuduhan zina yang dilancarkan oleh
suaminya, sehingga istri pun membalas
tuduhan ini dengan persaksian serupa.
4. Lafadz
Li'an hanya berlaku manakala
diucapkan dengan lafadz yang memenuhi
ketentuan. Lafadz itu harus berupa
syahadah atau kesaksian, baik dari pihak
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 6 Bab 7 : Li'an

suami yang menjadi penuduh, dan juga


dari pihak istri yang menjadi tertuduh.
a. Lafadz Yang Dibacakan Suami
Lafadz yang dibacakan oleh suami
adalah ;
"Aku bersaksi dengan nama Allah bahwa istriku telah berzina
dan bahwa Aku menyatakan persaksian ini dengan sebenar-
benarnya ."

Lafadz persaksian ini harus diulangi


hingga empat kali, kemudian diteruskan
dengan lafadz yang kelima dengan
tambahan :"
Laknat Allah akan jatuh kepadaku bila dalam persaksian ini
Aku berdusta".

Dasarnya adalah Allah SWT yang


menegaskan dalam Al-Quran Al-Karim :

‫سوالسءذيسن َيسسمركمسسوُسن َأسمزسواسجكهسمم َسوسلسمس َيسككسسن َ ل سكمم َكشسسهسداء َإءلل َسأنكفكسسكهمم َفسسشسسهاَسدةك‬
‫لاَءمسسس سكة َأسلن‬ ‫ت َبسء سساَللءه َإءنلس سه َلسءمس سن َال ل ء ء‬‫أسحس سءدءهم َأسربس سع َسش س سهاَدا د‬
‫ي َ َسوا مس‬
‫صس سساَدق س‬ ‫ك س‬ ‫س م مس ك س س‬
‫ء‬ ‫ء‬ ‫ء ء‬
‫ت َالله َسعلسميه َءإن َسكاَسن َمسن َالمسكاَذبء س‬
َ ‫ي‬ ‫لسمعنس س‬
Dan orang-orang yang menuduh istrinya (berzina), padahal
mereka tidak ada mempunyai saksi-saksi selain diri mereka
sendiri, maka persaksian orang itu ialah empat kali
bersumpah dengan nama Allah, sesungguhnya dia adalah
termasuk orang-orang yang benar. Dan (sumpah) yang
kelima: bahwa laknat Allah atasnya, jika dia termasuk orang-
orang yang berdusta. (QS. An-Nur : 6-7)

b. Lafadz Yang Dibacakan Istri


Setelah suaminya selesai
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 6 Bab 7 : Li'an

membacakan lafadz li'an di atas, maka


istri membacakan lafadznya juga, yang
intinya berupa penolakan atas tuduhan.
Lafadznya adalah :
"Aku bersaksi atas nama Allah bahwa suamiku telah
berdustas dengan tuduhannya".

Lafadz ini diulangi hingga empat kali.


Kemudian untuk kelima kalinya
ditambahkan dengan lafadz sebagai
berikut :
"Dan laknat Allah akan menimpaku bila ternyata tuduhan
suami saya benar".

Dasarnya adalah Allah SWT yang


menegaskan dalam Al-Quran Al-Karim :
‫ويس س سمدركأ َعمنسهس سساَ َالمعس س سسذاب َأسمن َتسمشس س سهسد َأسربس س سع َسشس س سهاَدا د‬
‫ت َبءس سساَللءه َإءنسلس سكه َلسءمس س سسن‬ ‫س مس س س س‬ ‫سس س س س س س‬
‫ي‬ ‫المسكاَءذبءي َواملاَءمسسة َأسلن َسغضب َاللءه َعسليسهاَ َءإن َسكاَسن َءمن َال ل ء ء‬
‫صاَدق س‬ ‫س‬ ‫س مس‬ ‫س س‬ ‫سس س س‬
Istrinya itu dihindarkan dari hukuman oleh sumpahnya
empat kali atas nama Allah sesungguhnya suaminya itu
benar-benar termasuk orang-orang yang dusta, dan
(sumpah) yang kelima: bahwa laknat Allah atasnya jika
suaminya itu termasuk orang-orang yang benar. (QS. An-Nur
: 8-9)

D. Syarat Li’an
Prakter li’an tidaklah main-main,
karena salah satu rukunnya adalah
dengan mengucapkan kesaksian yang
menyertakan lafdzu jalalah, sehingga ada
syarat atau ketentuan yang harus
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 6 Bab 7 : Li'an

dipenuhi baik bagi suami atau istrinya


yang akan melaksanakan li’an.
Prakter li’an akan berlaku jika :
1. Mukallaf
Suami istri adalah muslim, baligh,
berakal, merdeka (bukan hamba sahaya),
mempunyai kemampuan berbicara
dengan jelas dan lancar.
2. Pernikahan Yang Sah
Pernikahan yang dilalui oleh keduanya
adalah pernikahan yang sah.
3. Status Istri Orang Yang Terhormat
Istri adalah sosok yang sangat
menjaga diri dari perbuatan zina. Maka
berlaku sebaliknya, jika istri adalah
wanita yang kurang bisa menjaga diri
diperlukan li’an untuk meyakinkan
1
tuduhan atas dirinya.
4. Tidak Ada Saksi
Tidak ada bukti atau saksi jelas dan
sah yang membenarkan tuduhan suami
atas istrinya. Karena dengan
mendatangkan empat laki-laki adil
menjadi saksi perzinaan yang dilakukan
istri, maka gugurlah praktek li’an saat itu
juga.2
1 Bada’I Shana’I 3/ 340
2 Hasyiyah Aabdin 3/ 963
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 6 Bab 7 : Li'an

5. Istri Mengingkari Tuduhan


Istri mengingkari tuduhan suami atas
dirinya. Sehingga jika istri mengakui
perbuatannya maka li’an tidak diperlukan
lagi.
6. Di Depan Sidang Pengadilan
Istri mendatangkan qadhi (hakim).
Dalam hal ini kedatangan hakim menjadi
slah satu syarat sah diberlakukannya
li’an.
Karena praktek li’an juga bisa
dijadikan tameng penjagaan aib istri dari
cela yang menjadi haknya. 1
E. Konsekuensi Lian
Setiap tindakan hukum akan
melahirkan konsekuensi hukum. Li'an
yang dilakukan oleh sepasang suami istri
pun melahirkan konsekuensi hukum,
antara lain :
1. Terbebasnya Kedua Belah Pihak
Dari Hukuman
Baik suami atau pun istri, keduanya
sama-sama bebas dari hukuman.2
Suami yang dalam hal ini menuduh
istrinya berzina tapi tidak punya saksi,
seharusnya dihukum qadzaf, yaitu
1 Al-Hidayah 3/ 250
2 Mughni Al-Muhtaj, jilid 3, hal. 380
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 6 Bab 7 : Li'an

berupa pukulan sebanyak 80 kali.


Namun suami akan terbebas dari
hukuman itu manakala dia melakukan
li'an kepada istrinya.
Sedangkan istri yang dituduh berzina
lewat li'an dari suami, akan dihukum
rajam kalau tidak melakukan menolakan
tuduhan. Dan penolakan itu berupa
lafadz li'an dari pihak istri.
Dengan li'an yang dilakukannya,
maka istri akan terlepas dari hukuman
mati dengan cara dilempari batu, yaitu
hukum rajam.
2. Suami Istri Menjadi Mahram
Muabbad
Dalam hal ini jumhur ulama,
diantaranya mazhab Al-Malikiyah, Asy-
Syafi'iyah dan Al-Hanabilah sepakat
mengatakan bahwa pasangan suami istri
yang melakukan li'an berpisah untuk
selama-lamamnya.
Konsekuensi hukum ini amat dahsyat,
karena bukan hanya terpisah atau
terceraikan dengan sendirinya secara
hukum, namun mereka menjadi
pasangan yang diharamkan menikah lagi
untuk selama-lamanya, atau disebut
menjadi mahram muabbad.
Keharaman ini seperti keharaman
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 6 Bab 7 : Li'an

pernikahan antara seorang laki-laki


dengan ibunya sendiri, atau seperti
haramnya menikah dengan saudara
sesusuan.
Dengan kata lain, status pasangan
yang saling melakukan li'an itu bukan
hanya talak atau bercerai, tetapi haram
menikah lagi selamanya.
Bahkan lebih parah dari sekedar talak
tiga. Sebab dalam kasus talak tiga, masih
ada kemungkinan terjadinya pernikahan
kembali, asalkan istri sempat menikah
dulu dengan laki-laki lain.
Dasar atas ketentuan ini adalah sabda
Rasulullah SAW tentang konsekuensi
hukum pasangan yang melakukan li'an.
َ ‫المكمستَلءعسناَءن َإءسذا َتسسسفلرسقاَ َل َ سميتَسءمسعاَءن َأسبسجدا‬
Pasangan yang melakukan li'an tidak akan saling bertemu
selamanya. (HR. Ad-Daruquthuny)

Sedangkan menurut pendapat


mazhab Al-Hanafyah, pasangan itu tidak
secara otomatis bercerai. Namun mereka
diharamkan untuk melakukan hubungan
suami istri (jima') pasca li'an. 1
3. Perceraian
Konsekuensi ketiga dari pasangan
yang melakukan li'an adalah perceraian
1 Al-Fatawa Al-Hindiyah, jilid 1 hal. 515
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 6 Bab 7 : Li'an

yang terjadi secara otomatis. Demikian


pendapat jumhur ulama, yaitu mazhab
Al-Malikiyah, Asy-Syafi'iyah dan Al-
Hanabilah.
Dasarnya adalah fatwa Umar bin Al-
Khattab radhiyallahuanhu :
‫المكمستَلءعسناَءن َإءسذا َستلسعسناَ َيسكسفلركق َبسمسيسنسسكهسماَ َسول َ سميتَسءمسعاَءن َأسبسجدا‬
Pasangan yang saling melaknat apabila sama-sama
melakukan li'an, maka mereka dipisahkan dan tidak akan
bertemu lagi selamanya.

Sedangkan dalam pandangan mazhab


Al-Hanafiyah, perceraian di antara
mereka tidak terjadi secara otomatis,
namun harus lewat ketetapan dari qadhi
yang memutuskan perkara di antara
mereka.1
Dasar yang digunakan mazhab Al-
Hanafiyah ini adalah hadits Uwaimir Al-
Ajalani. Dimana Rasulullah SAW
memisahkan dia dan istrinya sesuai
keduanya melakukan li'an.
F. Yang Disunnahkan Dalam Li'an
Bila proses li'an dilakukan, ada dua
sunnah yang dianjurkan oleh para ulama.
1. Nasehat Dari Qadhi
Li'an itu sebuah proses hukum yang
amat berat, karena menyangkut tuduhan
1 Badai'ush Shana'i, jilid 3, hal. 244
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 6 Bab 7 : Li'an

zina dengan sumpah dan membawa


nama Allah, bahkan disertai juga dengan
ancaman laknat dari Allah. Semua itu
menjadi ancaman khususnya nanti di
akhirat.
Selain itu konsekuensi hukum dari
li'an juga bukan main-main, karena akan
terjadi pengharaman abadi antara kedua
belah pihak. Maka ancaman li'an ini
bukan hanya di akhirat, tetapi juga
ancaman di dunia.
Oleh karena itu qadhi atau hakim
yang memutuskan perkara li'an ini
disunnahkan untuk sebelumnya
mencegah proses li'an, serta menasehati
suami dan istri akan ancaman-ancaman
dunia dan akhirat itu.
Rasulullah SAW pernah mengingatkan
bahwa konsekuensi dan adzan di dunia
ini masih lebih ringan dari pada adzan di
akhirat.
‫ب َالءخرةء‬
‫سعسذاب َالضدنمسياَ َأسمهوُكن َءمن َسعسذا ء‬
‫ك س س م‬
‫س‬
Adzab di dunia ini lebih ringan dari pada adzab di akhirat.
(HR. Muslim)

Kemudian beliau membacakan ayat


Al-Quran kepada pasangan yang mau
melakukan li'an :

‫إءلن َالءذيسن َيسمشتَسسكروسن َبءسعمهءد َاللءه َسوأسمسياَءنءمم َسثسجناَ َقسءلي ج‬


‫ل َأكمولسسئء س‬
‫ك َسل َسخلسسق َسلسكمم‬
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 6 Bab 7 : Li'an

‫ءف َالءخسرءة َسوسل َيكسكلنكمكهكم َاللنسكه َسوسل َسينظسككر َإءلسميءهسمم َيسسموُسم َالمءقسياَسمسءة َسوسل َيسكسزنكيءهسمم‬
‫ب َأسءليقم‬
‫سوسلكمم َسعسذا ق‬
Sesungguhnya orang-orang yang menukar janji (nya dengan)
Allah dan sumpah-sumpah mereka dengan harga yang
sedikit, mereka itu tidak mendapat bahagian (pahala) di
akhirat, dan Allah tidak akan berkata-kata dengan mereka
dan tidak akan melihat kepada mereka pada hari kiamat dan
tidak (pula) akan menyucikan mereka. Bagi mereka azab
yang pedih.(QS. Ali Imran : 77)

Lalu Rasulullah SAW juga menasehati


masing-masing suami istri itu dengan
ancaman :
‫ء‬ ‫ء‬ ‫ء‬
‫ب‬ ‫اللكه َيسسمعلسكم َأسلن َأسسحسدككسماَ َسكاَذ ق‬
‫ب َفسسسهل َممنككسماَ َستاَئ ق‬
Allah mengetahui bahwa salah satu di antara kalian berdua
pasti pendusta. Ada yang mau bertaubat? (HR. Muslim)

Setidaknya nasehat itu sudah


dilakukan oleh qadhi sebelum tindakan
li'an dilakukan. Kalau pasangan itu tetap
ngotot dan bersikeras ingin melakukan
li'an juga, tentu terserah mereka.
Sebab meski li'an itu sebaiknya
dihindari, namun li'an di satu sisi juga
merupakan hak hukum yang dimiliki oleh
setiap muslim dan patut dihargai. Apalagi
li'an ini juga terkait dengan membela
kehormatan dan nama baik atas diri dan
jiwanya.
2. Berdiri
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan - 6 Bab 7 : Li'an

Sunnah yang kedua adalah berdiri


ketika melakukan li'an, baik suami atau
pun istri.
Tujuannya agar li'an yang mereka
lakukan bisa disaksikan dan didengar
dengan jelas oleh orang banyak.
Sehingga orang-orang tahu apa yang
secara nyata mereka lafadzkan.
Teknisnya, pada saat suami
membacakan lafadz li'an kepada istrinya,
maka posisi istrinya itu duduk. Setelah
itu, pada waktu giliran istrinya yang
membacakan li'an, posisi suaminya
duduk.


Penutup : Cacat Kompilasi Hukum
Islam

Kata kompilasi dalam Kamus Besar


Bahasa Indonesia (KBBI) adalah
kumpulan yang tersusun secara teratur
(daftar informasi, karangan dan
sebagainya).
Dalam prakteknya, istilah kompilasi
lebih merupakan campuran dari berbagai
unsur. Misalnya kita mengenal istilah
musik kompilasi, di mana seniman
melakukan pencampuran dari berbagai
jenis musik, baik modern maupun
tradisional, atau pun etnik.
Maka kalau kita terapkan pengertian
istilah ini menjadi kompilasi hukum Islam,
kira-kira maksudnya adalah hukum Islam
yang dicampur-campur dengan hukum
lain, misalnya hukum adat, atau hukum
barat.
Sejak abad ke-7 para penyebar
dakwah Islam telah mendarat di
nusantara dan mengajarkan hukum
Islam. Para sultan dari berbagai
kesultanan Islam jelas-jelas telah
menerapkan hukum Islam, sesuai
kitabullah dan sunnah Rasulullah SAW.
Hukum syariah sampai kepada bentuk
eksekusi hukum hududnya juga sudah
berjalan secara resmi dan sah di semua
kesultanan Islam.
Lalu datanglah para penjajah, dimulai
dengan Portugis lalu Belanda. Saat
menjajah selama 350 tahun itu, Belanda
sangat menekankan hukum buatan
mereka di negeri ini. Mereka juga
mendirikan sekolah dan kampus yang
mengajarkan hukum buatan Belanda.
Banyak juga pemuda kita yang
disekolahkan di negeri kincir angin itu.
Akibatnya, lahirlah dalam jumlah banyak
para sarjana hukum produk Belanda.
Oleh pemerintah Belanda dan juga
rejim penguasa RI pasca kemerdekaan,
para sarjana lulusan Belanda inilah yang
lebih banyak mendapat tempat di
pemerintahan. Akibatnya, hukum-hukum
Belanda seolah mendapatkan tempat
yang sangat kuat.
Sementara di kalangan rakyat,
pesantren, pengajian dan majelis taklim
para ulama masih tetap mengajarkan
hukum Islam. Sebab bab-bab fiqih itu
pada hakikatnya adalah fakultas syariah.
Meski kurang mendapatkan tempat yang
layak di pemerintahan bahkan di kampus
agama yang dibangun dengan pajak
rakyat, namun pengajaran dan
penerapan hukum Islam tetap masih
berjalan hingga kini.
Di sisi lain, ada juga sebagian kecil
masyarakat tradisionalis yang berpegang
kepada adat, walau kelompok ini nyaris
sedang mengalami kepunahan. Namun
oleh musuh-musuh Islam, hukum adat
tradisionalis ini kemudian dibenturkan
dengan hukum Islam.
Padahal beberapa hukum adat di
negeri kita selama ini telah mengalami
proses Islamisasi dengan budaya. Oleh
para orientalis kafir, perbedaan antar
keduanya dibenturkan dengan sangat
keras, sehingga para orang tua
tradisionalis sangat membenci kalangan
Islam.
Akhirnya dirumuskanlah kompromi
hukum yang kita sebut dengan Kompilasi
Hukum Islam (KHI). Tetapi semua kembali
kepada siapa yang membuatnya. Kalau
yang membuatnya adalah musuh-musuh
syariah, jadilah kompilasi itu sebuah
penipuan besar-besaran, makar yang
tidak ada bandingannya buat kalangan
muslim.
Sebaliknya, kalau kompilasi itu
didominasi oleh para ulama ahli syariah,
maka tentu saja syariah Islam akan
aman. Jadi kesimpulannya, yang
menentukan adalah the man behind the
gun.
Penyebaran Fikrah Hukum Islam
Kalau umat Islam sampai taraf
terpaksa harus kompromi dengan
mengikuti Kompilasi Hukum Islam, bisa
dipahami sebagai kemenangan dan
sekaligus juga bisa dipahami sebagai
kekalahan.
Kita sebut kemenangan, kalau skala
ukurannya adalah bahwa sebelumnya
hukum Islam sama sekali tidak diterima
sebagai bagian dari hukum positif di
negeri ini.
Dengan adanya keterbukaan, juga
semangat kesadaran umat -termasuk
birokrasi dan pemerintahan-, maka
hukum Islam sedikit demi sedikit mulai
mendapat tempat lagi secara resmi
dalam hukum negara. Ini yang bisa kita
sebut sebagai kemenangan, di mana
ukurannya adalah kondisi sebelumnya.
Namun kalau kita lihat secara global
dan membuka perspektif sejarah lebih
luas, kondisi ini jelas masih merupakan
bagian dari serangkaian kekalahan pihak
umat Islam.
Sebab kondisi idealnya adalah semua
wilayah di nusantara ini dahulu sudah
menerapkan syariat Islam, sejak
berabad-abad lamanya. Hukum rajam,
potong tangan, cambuk dan seterusnya,
sudah pernah berjalan sebagai bentuk
hukum positif di negeri ini, setidaknya
sebelum kita dijajah orang-orang kafir
dari Eropa.
Kalau sekarang ini kita secara formal
telah merdeka, namun secara hukum
masih saja harus berkompromi dengan
hukum para penjajah, sebenarnya
kemerdekaan kita masih setengah hati.
Kita belum benar-benar 100% merdeka.
Kita masih setengah merdeka.
Lalu Harus Bagaimana?
Kita harus melakukan persis seperti
ketika dahulu para penjajah
melakukannya. Begitu Belanda menjajah
kita, mereka berpromosi habis-habisan
untuk mengajarkan ilmu hukum buatan
mereka. Universitas pertama di negeri
kita adalah Fakultas Hukum Universitas
Gadjah Mada, bekerja sama dengan
pihak Keraton Jogya. Ilmu hukum yang
diajarkan sudah pasti bukan hukum
Islam, tetapi hukum buatan Belanda.
Lucunya, keraton Jogya itu keraton
Islam, sebagai generasi penerus dari
silsilah dakwah para wali songo sejak
masih ada Kesultanan Demak Bintoro,
lalu pindah ke Pajang, lalu terbelah dua
menjadi keraton Solo dan Jogya.
Seharusnya yang dilakukan oleh
Keraton Jogya adalah mendirikan fakultas
syariah Islam bekerja sama dengan Al-
Azhar Asy-Syarif Mesir, bukan fakultas
hukum sekuler buatan Belanda.
Maka kalau kita ingin melihat
pemandangan kembalinya hukum Islam
di negeri ini, kita harus mulai dari
pembentukan SDM. Dan SDM ini tidak
turun dari langit, tetapi lahir dari
pesantren, sekolah, ma’had, kampus,
majelis taklim atau pun program-program
yang mengajarkan ilmu-ilmu syariah.
A. Cacat Pada Hukum Pernikahan
1. Asas perkawinan adalah monogami
(pasal 3 ayat 1). Perkawinan di luar
ayat 1 harus dinyatakan batal secara
hukum (pasal 3 ayat 2).
2. Calon suami atau calon istri harus
berusia minimal 19 tahun (pasal 7 ayat
1).
3. Calon istri dapat mengawinkan dirinya
sendiri dengan syarat tertentu (psl 7
ayat 2).
4. Perempuan bisa menjadi saksi (pasal
11).
5. Calon istri bisa memberikan mahar
(pasal 16).
6. Calon suami dan calon istri bisa
melakukan perjanjian perkawinan
dalam jangka waktu tertentu (pasal
28).
7. Perkawinan beda agama boleh (pasal
54).
B. Cacat Pada Hukum waris
1. Anak yang berbeda agama tetap
mendapatkan warisan (pasal 2 huruf e)
2. Bagian warisan untuk anak laki-laki
dan anak perempuan sama 1:1 (pasal
8 ayat 3).
3. Anak di luar nikah yang diketahui
secara pasti ayah biologisnya tetap
mendapatkan hak warisan dari
ayahnya (pasal 16 ayat 2).

Anda mungkin juga menyukai