NIM : 8111421118
TEMA: Hukum Perkawinan dalam Islam (nikah), Pengertian , Asas Syarat dan
Rukun . Walimatul 'Ursi (resespsi) : Pengertian, dasar hukum dan hikmahnya
Istilah nikah berasal dari bahasa Arab, yaitu ( ) حﺎﻜﻨﻟا, adapula yang mengatakan
perkawinan menurut istilah fiqh dipakai perkataan nikah dan perkataan zawaj 2.
Sedangkan menurut istilah Indonesia adalah perkawinan. Dewasa ini kerap kali
dibedakan antara pernikahan dan perkawinan, akan tetapi pada prinsipnya
perkawinan dan pernikahan hanya berbeda dalam menarik akar katanya saja.3
Perkawinan adalah;
“Sebuah ungkapan tentang akad yang sangat jelas dan terangkum atas rukun-
rukun dan syarat-syarat.”
Para ulama fiqh pengikut mazhab yang empat (Syafi’i, Hanafi, Maliki, dan
Hanbali) pada umumnya mereka mendefinisikan perkawinan pada :
Akad yang membawa kebolehan (bagi seorang laki-laki untuk berhubungan badan
dengan seorang perempuan) dengan (diawali dalam akad) lafazh nikah atau kawin,
atau makna yang serupa dengan kedua kata tersebut. Dalam kompilasi hukum islam
dijelaskan bahwa perkawinan adalah pernikahan, yaitu akad yang kuat atau mitsaqan
ghalizhan untuk mentaati perintah Allah dan melaksanakannya merupakan ibadah.
Dari beberapa terminologi yang telah dikemukakan nampak jelas sekali terlihat
bahwa perkawinan adalah fitrah ilahi. Hal ini dilukiskan dalam Firman Allah:
“ Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-
isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya,
dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang
demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir. (QS.Ar-Rum
ayat 21)”
Rukun Nikah
a. Wali
2
Kamal Mukhtar, Asas-asas Hukum Islam Tentang Perkawinan, Jakarta: Bulan
Bintang, 1974, hlm.79
3
b. Saksi
Rasulullah sallallahu `Alaihi Wasallam bersabda: “Tidak ada nikah kecuali dengan
wali dan dua saksi yang adil.”(HR Al-Baihaqi dan Ad-Daaruquthni. Asy-Syaukani
dalam Nailul Athaar berkata : “Hadist di kuatkandengan hadits-hadits lain.”)
c. Akad
Akad nikah adalah perjanjian yang berlangsung antara dua pihak yang
melangsungkan pernikahan dalam bentuk ijab dan qabul. Ijab adalah penyerahan dari
pihak pertama, sedangkan qabul adalah penerimaan dari pihak kedua. Ijab dari pihak
wali si perempuan dengan ucapannya, misalnya: “Saya nikahkan anak saya yang
bernama si A kepadamu dengan mahar sebuah kitab Riyadhus Shalihin.” Qabul
adalah penerimaan dari pihak suami dengan ucapannya, misalnya: “Sayaterima
nikahnya anak Bapak yang bernama si A dengan mahar sebuah kitab Riyadhus
akad nikah ada beberapa syarat dan kewajiban yang harus dipenuhi:
1) Adanya suka sama suka dari kedua calon mempelai.
2) Adanya Ijab Qabul.
3) Adanya Mahar.
4) Adanya Wali.
5) Adanya Saksi-saksi.
Untuk terjadinya aqad yang mempunyai akibat-akibat hukum pada suami
istriharuslah memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
1) Kedua belah pihak sudah tamyiz.
2) Ijab qobulnya dalam satu majlis, yaitu ketika mengucapkan ijab qobul tidak
boleh diselingi dengan kata-kata lain, atau menurut adat dianggap ada
penyelingan yang menghalangi peristiwa ijab qobul.
Di dalam ijab qobul haruslah dipergunakan kata-kata yang dipahami oleh masing-
masing pihak yang melakukan aqad nikah sebagai menyatakan kemauan yang
timbul dari kedua belah pihak untuk nikah, dan tidak boleh menggunakan kata-
kata kasar. Dan menurut sunnah sebelum aqad nikah diadakan khutbah terlebih
4
dahulu yang dinamakan Khutbatun Nikah atau Khutbatul Hajat. Syeikh Abu
Bakar Jabir Al-Jazaairi berkata dalam kitabnya Minhaajul Muslim.
“Ucapan ketika akad nikah seperti: Mempelai lelaki : “Nikahkanlah aku dengan
putrimu yang bernama Fulaanah.” Wali wanita : “Aku nikahkan kamu dengan
putriku yang bernama Fulaanah.” Mempelai lelaki : “Aku terima nikah putrimu.”
Khitbah
Seorang lelaki yang telah berketetapan hati untuk menikahi seorang wanita,
hendaknya meminang wanita tersebut kepada walinya. Apabila seorang lelaki
mengetahui wanita yang hendak dipinangnya telah terlebih dahulu dipinang oleh
lelaki lain dan pinangan itu diterima, maka haram baginya meminang wanita tersebut.
Karena Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam pernah bersabda:
“Tidak boleh seseorang meminang wanita yang telah dipinang oleh saudaranya
hingga saudaranya itu menikahi si wanita atau meninggalkannya (membatalkan
pinangannya).” (HR. Al-Bukhari no. 5144)
ma’rifah atau ()اَ ْل. Jika ditulis dalam bahasa arab menjadi: س ُ اَ ْل ُع ْر / al-‘Ursu.
Kata al-‘Urs dalam kalimat walimatul ‘Urs artinya adalah az-Zifaf wa Tazwij;
perkawinan dan pernikahan. Bentuk plural dari Al-‘Ursu adalah al-
ُ اََأْلع َْر. Jadi ‘Urs artinya perkawinan dan pernikahan.
A’rasu / اس
Adapun secara istilah Walimatul Ursy adalah jamuan yang khusus untuk
pernikahan dan tidak digunakan untuk perhelatan di luar pernikahan. Karena
itulah secara umum,Walimatul Ursy diartikan dengan pesta dalam rangka
mensyukuri nikmat Allah Swt atas terlaksananya akad pernikahan dengan
menghidangkan makanan.
Dari Anas bin Malik, bahwasanya Nabi saw. melihat ada bekas kuning-kuning
pada ‘Abdur Rahman bin ‘Auf. Maka beliau bertanya, “Apa ini ?”. Ia
menjawab, “Ya Rasulullah, saya baru saja menikahi wanita dengan mahar
seberat biji dari emas”. Maka beliau bersabda, “Semoga Allah
memberkahimu. Selenggarakan walimah meskipun (hanya) dengan
(menyembelih) seekor kambing”.
Hukum mengadakan walimah ursy adalah sunnah, dan tidak hanya diuntukkan
kepada orang-orang yang kaya dan berada. Namun undangan tersebut juga
diperuntukkan orang-orang miskin sekitar, guna merasakan hidangan di hari
bahagia tersebut. Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
6
Jadi sebisa mungkin dalam sebuah pernikahan di adakan walimah, sebagai rasa
syukur kita kepada Allah Subhanahu wata’ala. Namun walimah ini juga tidak
boleh berlebih-lebihan atau memberatkan orang lain, apalagi hingga
menyebabkan kemaksiatan.
Hikmah Walimatul Ursy
DAFTAR ISI