Anda di halaman 1dari 9

VOL 1, No.

1 (MEI 2023) 1-9

PERNIKAHAN DALAM ISLAM

Nur Ummi Hayati


Dosen Tetap Program Studi Pendidikan Agama Islam ll H.Usamah Mahmud,
S.Pd.I.,M,Pd

Abstrak Perkawinan Bab I pasal 1, perkawinan ialah


Islam disyariatkan hanya untuk memberikan ikatan lahir bathin antara seorang pria
kemaslahatan kepada seluruh manusia dan dengan seorang wanita sebagai suami-isteri
menghindarkannya dari kemafsadatan. dengan tujuan membentuk keluarga (rumah
Salah satu pentunjuk Allah Swt dalam tangga) yang bahagia dan kekal
syariat Islam adalah diperintahkannya berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.
menikah dan diharamkannya zinah. Tujuan pernikahan, sebagaimana
Perintah nikah merupakan salah satu difirmankan Allah s.w.t. dalam surat Ar-
implementasi maqashid syariah yang lima Rumayat 21 “Dan di antara tanda-tanda
yaitu hifzhul nasl (menjaga keturunan). kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan
Kendati demikian, bagi yang hendak untukmu pasangan hidup dari jenismu
melangsungkan pernikahan, demi menjaga sendiri, supaya kamu cenderung dan
keabsahannya, hendaknya memahami merasa tenteram kepadanya dan dijadikan-
pentujuk agama dan negara agar samapai Nya di antaramu rasa kasih sayang
pada hakikat pernikahan. (mawaddah warahmah). Sesungguhnya
pada yang demikian itu menjadi tanda-
tanda kebesaranNya bagi orang-orang yang
Kata Kunci: Nikah, Islam, KHI.
berfikir”. Mawaddah warahmah adalah
anugerah Allah yang diberikan kepada
A. PENDAHULUAN
manusia, ketika manusia melakukan
pernikahan.
Islam memandang bahwa pernikahan
merupakan sesuatu yang luhur dan sakral, Pernikahan merupakan sunah nabi
bermakna ibadah kepada Allah, mengikuti Muhammad saw. Sunnah dalam pengertian
Sunnah Rasulullah dan dilaksanakan atas mencontoh tindak laku nabi Muhammad
dasar keikhlasan, tanggungjawab, dan saw. Perkawinan diisyaratkan supaya
mengikuti ketentuan-ketentuan hukum manusia mempunyai keturunan dan
yang harus diindahkan. Dalam Undang- keluarga yang sah menuju kehidupan
Undang RI Nomor 1 tahun 1974 tentang bahagia di dunia dan akhirat, di bawah
naungan cinta kasih dan ridha Allah SWT, terangkum atas rukunrukun
dan hal ini telah diisyaratkan dari sejak dan syarat-syarat.⁴
dahulu, dan sudah banyak sekali dijelaskan
di dalam alQur’an: Para ulama fiqh pengikut mazhab yang
empat (Syafi’i, Hanafi, Maliki, dan Hanbali)
Dan kawinkanlah orang-orang pada umumnya mereka mendefinisikan
yang sedirian diantara kamu, perkawinan pada :
dan orang-orang yang layak
(berkawin) dari hamba- Akad yang membawa
hamba sahayamu yang lelaki kebolehan (bagi seorang laki-
dan hamba-hamba sahayamu laki untuk berhubungan
yang perempuan. jika mereka badan dengan seorang
miskin Allah akan perempuan) dengan (diawali
memampukan mereka dalam akad) lafazh nikah atau
dengan kurnia-Nya. dan Allah kawin, atau makna yang
Maha Luas (pemberian-Nya) serupa dengan kedua kata
lagi Maha mengetahui. (QS. tersebut.⁵
Al Nuur/24 : 32)
Dalam kompilasi hukum islam
dijelaskan bahwa perkawinan adalah
B. PEMBAHASAN
pernikahan, yaitu akad yang kuat atau
mitsaqan ghalizhan untuk mentaati
1. Pengertian dan Dasar Hukum
perintah Allah dan melaksanakannya
Nikah
merupakan ibadah. Dari beberapa
terminologi yang telah dikemukakan
Istilah nikah berasal dari bahasa Arab,
nampak jelas sekali terlihat bahwa
yaitu ( ‫) النك اح‬, adapula yang mengatakan
perkawinan adalah fitrah ilahi. Hal ini
perkawinan menurut istilah fiqh dipakai
dilukiskan dalam Firman Allah:
perkataan nikah dan perkataan zawaj².
Sedangkan menurut istilah Indonesia adalah
Dan di antara tanda-tanda
perkawinan. Dewasa ini kerap kali
kekuasaan-Nya ialah Dia
dibedakan antara pernikahan dan
menciptakan untukmu isteri-
perkawinan, akan tetapi pada prinsipnya
isteri dari jenismu sendiri,
perkawinan dan pernikahan hanya berbeda
supaya kamu cenderung dan
dalam menarik akar katanya saja.³
merasa tenteram kepadanya,
Perkawinan adalah ;
dan dijadikan-Nya
diantaramu rasa kasih dan
Sebuah ungkapan tentang
sayang. Sesungguhnya
akad yang sangat jelas dan
pada yang demikian itu
benar-benar terdapat tanda- si A dengan mahar sebuah kitab Riyadhus
tanda bagi kaum yang Shalihin.”
berfikir. (QS.Ar-Rum ayat 21) Dalam aqad nikah ada beberapa syarat
dan kewajiban yang harus dipenuhi:
2. Rukun Nikah 1) Adanya suka sama suka dari kedua calon
mempelai.
a. Wali 2) Adanya Ijab Qabul.
Berdasarkan sabda Rasulullah Sallallahu 3) Adanya Mahar.
`Alaihi Wasallam: 4) Adanya Wali.
“ Wanita mana saja yang menikah tanpa 5) Adanya Saksi-saksi.
izin walinya maka nikahnya batal… Untuk terjadinya aqad yang mempunyai
batal.. batal.” (HR Abu Daud, At-Tirmidzy akibat-akibat hukum pada suami istri
dan Ibnu Majah) haruslah memenuhi syarat-syarat sebagai
berikut :
1) Kedua belah pihak sudah tamyiz.
b. Saksi
2) Ijab qobulnya dalam satu majlis, yaitu
Rasulullah sallallahu `Alaihi Wasallam ketika mengucapkan ijab qobul tidak boleh
bersabda: diselingi dengan kata-kata lain, atau
“Tidak ada nikah kecuali dengan wali dan menurut adat dianggap ada penyelingan
dua saksi yang adil.”(HR Al-Baihaqi dan Ad- yang menghalangi peristiwa ijab qobul.
Daaruquthni. Asy-Syaukani dalam Nailul Di dalam ijab qobul haruslah
Athaar berkata : “Hadist di kuatkandengan dipergunakan kata-kata yang dipahami oleh
hadits-hadits lain.”) masing-masing pihak yang melakukan aqad
nikah sebagai menyatakan kemauan yang
c. Akad Nikah timbul dari kedua belah pihak untuk nikah,
Akad nikah adalah perjanjian yang dan tidak boleh menggunakan kata-kata
berlangsung antara dua pihak yang kasar. Dan menurut sunnah sebelum aqad
melangsungkan pernikahan dalam bentuk nikah diadakan khutbah terlebih dahulu
ijab dan qabul. Ijab adalah penyerahan dari yang dinamakan Khutbatun Nikah atau
pihak pertama, sedangkan qabul adalah Khutbatul Hajat.
penerimaan dari pihak kedua. Ijab dari Syeikh Abu Bakar Jabir Al-Jazaairi
pihak wali si perempuan dengan berkata dalam kitabnya Minhaajul
ucapannya, misalnya: “Saya nikahkan anak Muslim.“Ucapan ketika akad nikah seperti:
saya yang bernama si A kepadamu dengan Mempelai lelaki : “Nikahkanlah aku dengan
mahar sebuah kitab Riyadhus Shalihin.” putrimu yang bernama Fulaanah.” Wali
Qabul adalah penerimaan dari pihak wanita : “Aku nikahkan kamu dengan
suami dengan ucapannya, misalnya: “Saya putriku yang bernama Fulaanah.” Mempelai
terima nikahnya anak Bapak yang bernama
lelaki : “Aku terima nikah putrimu.” (membatalkan
pinangannya).” (HR. Al-
d. Mahar (Mas Kawin) Bukhari no. 5144)
Mahar merupakan tanda kesungguhan
seorang laki-laki untuk menikahi seorang Diantara yang perlu diperhatikan oleh
wanita.Mahar juga merupakan pemberian wali ketika wali si wanita didatangi oleh
seorang laki-laki kepada perempuan yang lelaki yang hendak meminang si wanita atau
dinikahinya, yang selanjutnya akan menjadi ia hendak menikahkan wanita yang di
hak milik istri secara penuh. Kita bebas bawah perwaliannya, seharusnya ia
menentukan bentuk dan jumlah mahar memerhatikan perkara berikut ini:
yang kita inginkan karena tidak ada batasan
mahar dalam syari’at Islam,tetapi yang a. Memilihkan suami yang shalih dan
disunnahkan adalah mahar itu disesuaikan bertakwa. Bila yang datang
dengan kemampuan pihak calon suami. kepadanya lelaki yang demikian dan
Namun Islam menganjurkan agar si wanita yang di bawah
meringankan mahar. Rasulullah saw. perwaliannya juga menyetujui maka
bersabda: “Sebaik-baik mahar adalah hendaknya ia menikahkannya
mahar yang paling mudah (ringan).”(H.R. karena Rasulullah Shallallahu 'alaihi
Al-Hakim: 2692) wa sallam pernah bersabda:

3. Khitbah “Apabila datang kepada kalian


(para wali) seseorang yang kalian
Seorang lelaki yang telah berketetapan ridhai agama dan akhlaknya
hati untuk menikahi seorang wanita, (untuk meminang wanita kalian)
hendaknya meminang wanita tersebut maka hendaknya kalian
kepada walinya. Apabila seorang lelaki menikahkan orang tersebut
mengetahui wanita yang hendak dengan wanita kalian. Bila kalian
dipinangnya telah terlebih dahulu dipinang tidak melakukannya niscaya akan
oleh lelaki lain dan pinangan itu diterima, terjadi fitnah di bumi dan
maka haram baginya meminang wanita kerusakan yang besar.”
tersebut. Karena Rasulullah Shallallahu
'alaihi wa sallam pernah bersabda: b. Meminta pendapat putrinya/wanita
yang di bawah perwaliannya dan tidak
“Tidak boleh seseorang boleh memaksanya. Persetujuan
meminang wanita yang telah seorang gadis adalah dengan diamnya
dipinang oleh saudaranya karena biasanya ia malu.
hingga saudaranya itu
menikahi si wanita atau 4. Hukum Nikah
meninggalkannya
Adapun hukum menikah, dalam pernikahan dan keturunan. Dan tidak ada hak bagi
berlaku hukum taklifi yang lima yaitu : seorang Rasul mendatangkan sesuatu
a. Wajib bagi orang yang sudah ayat melainkan dengan izin Allah. Bagi
mampu nikah,sedangkan nafsunya tiap-tiap masa ada Kitab. (QS. Ar-Ra'd :
telah mendesak 38).
untuk melakukan persetubuhan
yang dikhawatirkan akan terjerumus Dan hadis Nabi:
dalam praktek perzinahan.
b. Haram bagi orang yang tidak mampu Dari Abi Ayyub ra bahwa Rasulullah SAW
memenuhi kebutuhan nafkah lahir bersabda,"Empat hal yang merupakan
dan batin kepada calon sunnah para rasul : [1] Hinna', [2]
istrinya,sedangkan nafsunya belum berparfum, [3] siwak dan [4] menikah.
mendesak. (HR. At-Tirmizi 1080)
c. Sunnah bagi orang yang nafsunya
telah mendesak dan mempunyai Kedua, Nikah merupakan bagian dari tanda
kemampuan untuk nikah,tetapi ia kekuasan Allah
masih dapat menahan diri dari
berbuat haram. Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-
d. Makruh bagi orang yang lemah Nya ialah Dia menciptakan untukmu
syahwatnya dan tidak mampu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya
member belanja calon istrinya. kamu cenderung dan merasa tenteram
e. Mubah bagi orang tidak terdesak kepadanya, dan dijadikan-Nya
oleh alas an-alasan yang diantaramu rasa kasih dan sayang.
mewajibkan segera nikah atau Sesungguhnya pada yang demikian itu
karena alas an-alasan yang benar-benar terdapat tanda-tanda bagi
mengharamkan untuk nikah. kaum yang berfikir.(QS. Al Ruum/29 : 21)

5. Anjuran Nikah Ketiga, salah satu jalan untuk menjadi kaya

Islam telah menganjurkan kepada Dan kawinkanlah orang-orang yang


manusia untuk menikah. Dan ada banyak sedirian diantara kamu, dan orang-orang
hikmah di balik anjuran tersebut. Antara yang layak dari hamba-hamba sahayamu
lain adalah : yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu
Pertama, sunnah Para Nabi dan Rasul yang perempuan. Jika mereka miskin
Allah akan memampukan mereka dengan
Dan sesungguhnya Kami telah mengutus kurnia-Nya. Dan Allah Maha luas lagi
beberapa Rasul sebelum kamu dan Kami Maha Mengetahui.(QS. Al Nur/24 : 32)
memberikan kepada mereka isteri-isteri
Keempat, nikah merupakan ibadah dan hancur lantaran keterlaluan, mereka
setengah dari agama memperketat terhadap diri-diri mereka,
oleh karena itu Allah memperketat juga,
Dari Anas ra bahwa Rasulullah SAW mereka itu akan tinggal di gereja dan kuil-
bersabda,"Orang yang diberi rizki oleh kuil. Sembahlah Allah dan jangan kamu
Allah SWT seorang istri shalihah berarti menyekutukan Dia, berhajilah, berumrahlah
telah dibantu oleh Allah SWT pada dan berlaku luruslah kamu, maka Allah pun
separuh agamanya. Maka dia tinggal akan meluruskan kepadamu.
menyempurnakan separuh sisanya. (HR.
Thabarani dan Al-Hakim 2/161). Kemudian turunlah ayat:

Kelima, tidak ada pembujangan dalam Islam Hai orang-orang yang beriman! Jangan
Islam berpendirian tidak ada pelepasan kamu mengharamkan yang baik-baik dari
kendali gharizah seksual untuk dilepaskan apa yang dihalalkan Allah untuk kamu
tanpa batas dan tanpa ikatan. Untuk itulah dan jangan kamu melewati batas, karena
maka diharamkannya zina dan seluruh yang sesungguhnya Allah tidak suka kepada
membawa kepada perbuatan zina. Tetapi di orang-orang yang melewati batas. (QS. Al
balik itu Islam juga menentang setiap Maidah/5: 87)
perasaan yang bertentangan dengan
gharizah ini. Untuk itu maka dianjurkannya Keenam, menikah itu ciri khas makhluk
supaya kawin dan melarang hidup hidup
membujang dan kebiri. Seorang muslim
tidak halal menentang perkawinan dengan Selain itu secara filosofis, menikah atau
anggapan, bahwa hidup membujang itu berpasangan itu adalah merupakan ciri dari
demi berbakti kepada Allah, padahal dia makhluq hidup. Allah SWT telah
mampu kawin; atau dengan alasan supaya menegaskan bahwa makhluq-makhluq
dapat seratus persen mencurahkan ciptaan-Nya ini diciptakan dalam bentuk
hidupnya untuk beribadah dan berpasangan satu sama lain.
memutuskan hubungan dengan ‫ِمن ُكلِّ َش ْي ٍء َخلَ ْقنَا َزوْ َج ْینِلَ َعلَّ ُك ْمتَ َذ َّكرُونَ َو‬
duniawinya. Dan segala sesuatu Kami ciptakan
Abu Qilabah mengatakan "Beberapa berpasang-pasangan supaya kamu
orang sahabat Nabi bermaksud akan mengingat kebesaran Allah.(QS. Az-
menjauhkan diri dari duniawi dan Zariyat : 49)
meninggalkan perempuan (tidak kawin dan
tidak menggaulinya) serta akan hidup 6. Tujuan Nikah
membujang. Maka berkata Rasulullah s.a.w,
dengan nada marah lantas ia berkata: Orang yang menikah sepantasnya tidak
'Sesungguhnya orang-orang sebelum kamu hanya bertujuan untuk menunaikan
syahwatnya semata, sebagaimana tujuan
kebanyakan manusia pada hari ini. Namun 7. Pencatan Pernikahan
hendaknya ia menikah karena tujuan-tujuan
berikut ini: Pertama, Melaksanakan anjuran Undang-undang RI tentang Perkawinan
Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam dalam No. 1 tahun 1974 diundangkan pada tanggal
sabdanya: 2 Januari 1974 dan diberlakukan bersamaan
dengan dikeluarkannya peraturan
“Wahai sekalian para pemuda! Siapa di pelaksanaan yaitu Peraturan Pemerintah
antara kalian yang telah mampu untuk No. 9 tahun 1975 tentang Pelaksanaan UU
menikah maka hendaknya ia menikah….” No. 1 tahun 1974 tentang Perkawinan.
Menurut UU Perkawinan, perkawinan
Kedua, Memperbanyak keturunan umat ialah ikatan lahir batin antara seorang pria
ini, karena Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam dan seorang wanita sebagai suami istri
bersabda: dengan tujuan membentuk keluarga (rumah
tangga) yang bahagia dan kekal
“Menikahlah kalian dengan wanita yang berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa
penyayang lagi subur, karena (pada hari (Pasal 1 UU Perkawinan).
kiamat nanti) aku membanggakan Mengenai sahnya perkawinan dan
banyaknya jumlah kalian di hadapan pencatatan perkawinan terdapat pada pasal
umat-umat yang lain.” 2 UU Perkawinan, yang berbunyi:
(1) Perkawinan adalah sah, apabila
Ketiga, Menjaga kemaluannya dan dilakukan menurut hukum masing-
kemaluan istrinya, menundukkan masing agamanya dan
pandangannya dan pandangan istrinya dari kepercayaannya itu;
yang haram. Karena Allah Subhanahu wa (2) Tiap-tiap perkawinan dicatat
Ta'ala memerintahkan: menurut peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
“Katakanlah (ya Muhammad) kepada Hal ini terus terjadi karena perkawinan
laki-laki yang beriman: ‘Hendaklah menurut agama dan kepercayaannya sudah
mereka menahan sebagian pandangan dianggap sah, banyak pasangan suami istri
mata mereka dan memelihara kemaluan tidak mencatatkan perkawinannya. Alasan
mereka, yang demikian itu lebih suci bagi yang paling umum adalah biaya yang mahal
mereka. Sesungguhnya Allah Maha dan prosedur berbelit-belit. Alasan lain,
mengetahui apa yang mereka perbuat.’ sengaja untuk menghilangkan jejak dan
Dan katakanlah kepada wanita-wanita bebas dari tuntutan hukum dan hukuman
yang beriman: ‘Hendaklah mereka administrasi dari atasan, terutama untuk
menahan sebagian pandangan mata perkawinan kedua dan seterusnya (bagi
mereka dan memelihara kemaluan pegawai negeri dan ABRI). Perkawinan tak
mereka…’.” (An-Nur: 30-31)
dicatatkan ini dikenal dengan istilah Untuk memelihara kemaslahatan dalam
perkawinan bawah tangan atau nikah sirri. pernikahan, yang bersangkyytan mesti
Secara garis besar, perkawinan yang memperhatikan dan mentaati peraturan
tidak dicatat di negara Indonesia ini sama agama dan negara dalam hal ini fikih dan
saja dengan membiarkan adanya hidup aturan undang-undang. Dalam mencatatkan
bersama dengan status hukum yang tidak pernikahan mengandung manfaat atau
tetap, dan ini sangat merugikan para pihak kemaslahatan, kebaikan yang besar dalam
yang terlibat (terutama perempuan), kehidupan masyarakat. Sebaliknya apabila
terlebih lagi kalau sudah ada anak-anak perkawinan tidak diatur secara jelas melalui
yang dilahirkan. Mereka yang dilahirkan peraturan perundangan dan tidak
dari orang tua yang hidup bersama tanpa dicatatkan akan digunakan oleh pihak-pihak
dicatatkan perkawinannya, memiliki akibat yang melakukan perkawinan hanya untuk
hukum dengan dijadikannya satus anak kepentingan pribadi dan merugikan pihak
tersebut sama dengan anak yang lahir dari lain.
perkawinan diluar nikah, sehingga anak
tersebut hanya mempunyai hubungan D. DAFTAR PUSTAKA
hukum dengan ibunya, dalam arti tidak
mempunyai hubungan hukum dengan Al-Jaziri, Abdurrahman. 1986. Al-Fiqh ‘ala
bapaknya. Dengan perkataan lain secara Madzahib al-Arba’ah. Beirut: Dar al-
yuridis tidak mempunyai bapak. Fikr
Sebenarnya, tidak ada paksaan bagi Al-Imam Taqi al-Din Abi Bakr bin
masyarakat untuk mencatatkan Muhammad al-Husaini al-Damsyiqi al-
perkawinan. Dalam artian, jika kita tidak Syafi’i.
mencatatkan perkawinan, bukan berarti tanpa tahun. Kifayah al-Akhyar fi
kita melakukan suatu kejahatan. Namun Halli Ghayat al-Ikhtishar. Semarang:
jelas pula bahwa hal ini memberikan Usaha Keluarga
dampak atau konsekuensi hukum tertentu Djalil, Abdul. 2000. Fiqh Rakyat Pertautan
yang khususnya merugikan perempuan dan Fiqh dengan Kekuasaan. Yoyakarta:
anak-anak. Kemudian, ketika seseorang LKIS Yogyakarta
tidak dapat membuktikan terjadinya Kamal, Mukhtar. 1974. Asas-asas Hukum
perkawinan dengan akta nikah, dapat Islam Tentang Perkawinan. Jakarta:
mengajukan permohonan itsbat nikah Bulan Bintang
(penetapan atau pengesahan nikah) kepada Mubarok, Jaih. 2002. Metodologi Ijtihad
pengadilan agama. Hukum Islam. Yogyakarta: UII Press
Redaksi Sinar Grafika. 2000. Undang-
C. KESIMPULAN Undang Pokok Perkawinan Beserta
Peraturan Perkawinan Khusus Untuk
Anggota ABRI; Anggota POLRI;
Pegawai Kejaksaan; Pegawai Negeri
Sipil. Jakarta: Sinar Grafika
Shihab, Muhammad Quraish. 2010. 1001
Soal Keislaman yang Patut Anda Ketahui.
Jakarta: Lentera Hati
Sudarsono. 1997. Hukum Keluarga
Nasional. Jakarta: Rineka Cipta

Anda mungkin juga menyukai