BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Perkawinan
1. Pengertian Perkawinan
dan akad. Menurut ahli usul dan bahasa, bersetubuh merupakan makna hakiki dari
nikah, sementara akad merupakan makna majazi. Pernikahan adalah ikatan lahir
batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan
membentuk keluarga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha
Esa.1 Perkawinan dalam literatur fiqih disebut dengan dua kata, nikah dan zawaj.2
Kedua kata ini yang biasa dipakai dalam kehidupan sehari-hari dan banyak
terdapat dalam Al-Qur’an maupun hadis Rasulullah Saw. Sebagai contoh kata na-
ka-ha (dalam Al-Qur’an yang berarti kawin sebagaimana terdapat dalam Al-
ََّواَنَ خَفَتَمَ االَّت قسطوا فَ الَيَتَامَى فَنَكَحََوا ماطابَ لكمَ منَ النساءَ مَثَنَ وثالثَ ورابعَ فَإنَ خفتمَ أ َال
. ذالكَ َأدَنَ أ َالَّ ت عولوا.تَعَدَلََوا فََوا حداةَ َأ َومَا ملكتَ َأيَا نك َم
“Dan jika takut tidak akan berlaku adil terhadap anak yatim, maka
kawinilah perempuan-perempuan lain yang kamu senangi, dua, tiga atau
empat orang, dan jika kamu takut tidak akan berlaku adil, maka cukup satu
orang”.3
Berdasarkan pada ayat tersebut jelas tertulis ketentuannya bahwa jika
seorang suami tidak mampu atau khawatir tidak dapat berlaku adil terhadap hak-
1
Undang-Undang RI Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan.
2
Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia; Antara Fiqh Munakahat dan Undang-
undang Perkawinan, (Jakarta : Kencana, 2014), h. 35
3
Al-Qur’an & Terjemahnya, Surat An-Nisa’ Ayat: 3.
2
hak istri bila ia menikah istri yang jumlahnya lebih dari seorang, maka cukuplah
فَلَ ََّما قَضَى زيدَ مَنَ َها َوطََرا َزََّوجَنَاكَ َها لك َي َال يكونَ عَلَى المؤمنيَ خرجَ فَ أزواجَ أدعيائه َم
“Maka tatkala Zaid telah mengakhiri keperluan (menceraikan) istrinya,
kami kawinkan kamu dengan dia supaya tidak ada keberatan bagi orang
mukmin untuk (mengawini) mantan istri-istri anak angkat mereka”.4
Dalam pengertian majaz, nikah di istilahkan dengan akad, dimana akad
maka pernikahan didefinisikan sebagai suatu akad yang sangat kuat atau
merupakan ibadah. Dengan kata lain nikah menurut arti asli adalah hubungan
seksual, sedangkan menurut arti majazi atau arti hukum nikah adalah akad atau
perjanjian yang menjadikan halal hubungan seksual antara seorang pria dengan
mengikatkan diri dalam perkawinan antara seorang pria dengan seorang wanita
guna membentuk keluarga yang bahagia dan sejahtera. Suci disini berarti
mempunyai unsur agama atau ketuhanan yang Maha Esa. Oleh karena itu makna
berdasarkan ketuhanan yang Maha Esa yang dimaksud bahwa perkawinan tidak
terjadi begitu saja, melainkan sebagai karunia Tuhan kepada manusia sebagai
4
Al-Qur’an & Terjemahnya, QS. Al-Ahzab, ayat 37
5
Kumudi Ja’far, Perkawinan Islam Di Indonesia, (Bandar Lampung, Arjasa Pratama, 2021), h, 14
6
Moh. Idris Ramulyo, Hukum Perkawinan Islam suatu analisis dari UU No. 1 Tahun 1974 dan
kompilasi Hukum Islam, (Jakarta : Bumi Aksara, 2004), h. 1
3
makhluk yang beradab, karena itu perkawinan dilakukan secara beradab sesuai
pergaulan, membatasi hak dan kewajiban serta sikap tolong menolong antara
seorang pria dan seorang wanita yang keduanya bukan muhrim. Sehingga
terbentuklah fungsi masing-masing pihak sebagai akibat dari adanya ikatan lahir
batin, serta terjadi pertalian yang sah antara seorang pria dan seorang wanita
kuat dan kokoh untuk hidup bersama secara sah antara seorang laki-
apabila tidak ada hubungan seksual antara suami istri, maka tidak perlu
ada tenggang waktu menunggu (Iddah) untuk menikahi lagi bekas istri
7
Kumudi Ja’far, Perkawinan Islam Di Indonesia, h, 15
4
perjanjian yang dimaksudkan di sini berbeda dengan perjanjian seperti yang diatur
dalam Buku III KUH Perdata. Yang merupakan perjanjian yang tujuannya adalah
untuk mewujudkan kebahagiaan antara kedua belah pihak (pasangan suami dan
istri), dan tidak dibatasi dalam waktu tertentu dan mempunyai sifat religius
َ َتَلقوٍمَيَّت ف َّكرون
ٍ ِٰفَ ٰذلكَالٰي
8
Kumudi Ja’far, Perkawinan Islam Di Indonesia, h, 16-17
9
Tengku Erwinsyahbana, Sistem Hukum Perkawinan Pada Negara Hukum Berdasarkan Pancasila,
Jurnal Ilmu Hukum, Vol, 3, No. 1, 2021, h, 4-5
5
ٍَ س بنَ مال
ك رضيَ للاَ عنَهَ َأ ََّن رسولَ للاَ صََلَّ َى للاَ عليهَ وسلَّمَ قالَ منَ رزقهَ للاَ إمرأةَ صاِلَة َ عنَ أن
12
ف قدَ أعانهَ عَلَى شطرَ دينهَ ف لي تَّقَ للاَ فَ الشَّطرَ الَبَاقَ َي
“Barang siapa yang telah dianugerahi isteri shalehah maka Allah swt.
Telah menolongnya dalam menyempurnakan separuh agamanya. Maka,
hendaklah ia bertakwa kepada Allah SWT untuk menyempurnakan
separuh yang lain “.13
3. Prinsip Dan Asas-Asas Perkawinan
segala sesuatu hal yang berhubungan dan berkenaan dengan perkawinan yang
hukum perkawinan yang bersumber dari Al-Quran dan Al-Hadits yang kemudian
10
Kementerian Agama RI, Al-Qur’an & Terjemah, (Bandung : CV Mikraj Hazanah Ilmu, 2013),
404.
11
Al-Qur’an & Terjemahnya, Surat Al-Ra’d Ayat: 13
12
Yasin Taher Algha, Kehidupan Pernikahan, Juz I, h, 99
13
Rusdaya Basri, Fiqh Munakahat 4 Madzhab Dan Kebijakan Pemerintah, (Sulawesi Selatan:
Kaaffah Learning Center, 2019), h, 8
14
Ahmad Rofiq, Hukum Islam Di Indonesia, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2013), 56.
6
1974 tentang Perkawinan dan Kompilasi Hukum Islam Tahun 1991 mengandung
beberapa asas atau kaidah hukum yang menjadi nilai dalam mengadakan sebuah
pihak mempelai, melainkan juga orang tua kedua belah pihak. Hal ini
dan istri memasuki gerbang perkawinan dan berumah tangga benar- benar
dapat dengan senang hati membagi tugas, hak, dan kewajibannya secara
proporsional.
Hal ini sesuai dengan Pasal 3 Kompilasi Hukum Islam dan QS. an-
yang bahagia dan damai serta berlangsung selamanya hingga akhir hayat.
Asas ini didasarkan pada hukum agama dan kepercayaan bagi pihak
15
Ahmad Rofiq, Hukum Islam Di Indonesia, 57.
7
berwenang. Hal ini sesuai dengan hadits Rasul dan pasal 5 sampai 10 KHI
beristri lebih dari seorang asal mampu berlaku adil dengan istri-istrinya.
Akan tetapi Islam lebih mengutamakan seorang laki-laki kawin dengan satu
orang perempuan.
Berdasarkan pada asas ini jelas bahwa baik suami dan istri harus
keturunan yang baik dan sehat, sehingga tidak berpikir kepada perceraian.
sangat kuat dan bertujuan untuk menaati perintah Allah dan menjalankan
Perceraian bagi umat Islam adalah “pintu darurat” yang hanya dapat
16
Sabri Samin, Dinamika Hukum Perdata Islam Di Indonesia, (Yogyakarta: TrustMedia,
Publishing, 2016), h, 56
8
sewenang-wenang.17
masing sepakat dan berjanji akan mentaati apa yang tersebut dalam
nikah.18
berjanji kepada yang lain atau dimana dua orang saling berjanji untuk
kesepakatan bersama dan tidak ada paksaan. Dalam perjanjian yang demikian
timbul persekutuan yang artinya janji itu mengikat kedua belah pihak yang
membuat perjanjian itu. Sehingga tidak ada pihak yang diperbolehkan mengubah
perjanjian kecuali atas persetujuan kedua belah pihak. Dalam perjanjian terdapat
syarat-syarat yang harus dipenuhi, syarat-syarat tersebut dibagi dua yaitu: syarat
subjektif dan syarat objektif. Adapun syarat subjektif terdiri dari: “kesepakatan
dan cakap”. Artinya orang-orang yang ingin membuat perjanjian harus sama-sama
17
Sabri Samin, Dinamika Hukum Perdata Islam Di Indonesia, (Yogyakarta: TrustMedia,
Publishing, 2016), h, 57
18
Abd Rahman Ghazaly, Fiqih Munakahat, (Jakarta: Kencana, 2014), h,. 119
9
sepakat dan cakap hukum. Sedangkan syarat objektif yaitu: "Mengenai hal
Dengan artian bahwa objek perjanjian haruslah jelas: hal-hal yang ingin
diperjanjikan sama-sama diketahui dan dipahami oleh kedua belah pihak. Selain
meringkas, persetujuan adalah suatu perbuatan dengan mana 1 (satu) orang atau
hukum mengenai harta benda kekayaan antara dua pihak, dalam mana satu pihak
berjanji untuk melakukan sesuatu hal atau untuk tidak melakukan sesuatu hal,
suami istri selama perkawinannya yang menyimpang dari asas atau pola
dibuat oleh calon atau calon suami istri dalam mengatur (keadaan) harta
19
Moh. Ali Wafa, Hukum Perkawinan Di Indonesia, (Tanggerang Selatan: YASMI, 2018), h, 217-
218
10
perjanjian (persetujuan) yang dibuat oleh calon suami isteri sebelum atau
Dari beberapa definisi yang dirumuskan oleh para ahli tersebut cukup
jelas, bahwa perjanjian perkawinan dibuat hanya mengenai harta benda atau
kekayaan antara suami dan isteri. Harta benda yang tercantum dalam perjanjian
secara terbatas saja atau dipisah dengan tidak menyatukannya sama sekali.
Selanjutnya pasal 29 ayat (2) mengatur bahwa perjanjian tidak dapat disahkan
undang Perkawinan No. 1 Tahun 1974 dapat dibuat sebelum atau pada saat
perkawinan dilangsungkan dan dapat dirubah apabila kedua belah pihak telah
20
Moh. Ali Wafa,. Hukum Perkawinan Di Indonesia, h, 219
11
Pasal 29
1) Pada waktu atau sebelum perkawinan dilangsungkan, kedua pihak atas
persetujuan bersama dapat mengadakan perjanjian tertulis yang disahkan oleh
Pegawai Pencatat Perkawinan, Setelah masa isinya berlaku juga terdapat pihak
ketiga sepanjang pihak ketiga tersangkut.
2) Perjanjian tersebut tidak dapat disahkan bilamana melanggar batas-batas
hukum, agama dan kesusilaan.
3) Perjanjian tersebut berlaku sejak perkawinan dilangsungkan.
4) Selama perkawinan berlangsung perjanjian tersebut tidak dapat diubah,
kecuali bila dari kedua belah pihak ada persetujuan untuk mengubah dan
perubahan tidak merugikan pihak ketiga. 21
termasuk taklik talak. Namun dalam Peraturan Menteri Agama Nomor 3 Tahun
Pasal 11
1) Calon suami isteri dapat mengadakan perjanjian sepanjang tidak bertentangan
dengan hukum Islam.
2) Perjanjian yang berupa taklik talak dianggap sah kalau perjanjian itu
diucapkan dan ditandatangani suami setelah akad nikah dilangsungkan.
3) Sighat taklik talak ditentukan oleh Menteri Agama. 22
Sedangkan dalam Kompilasi Hukum Islam itu sendiri memuat 8 Pasal
tentang perjanjian perkawinan yaitu Pasal 45 sampai dengan Pasal 52. Kedua
Pasal 45
1) Taklik talak, dan
2) Perjanjian lain yang tidak bertentangan dengan hukum Islam.
Pasal 46
1) Isi taklik talak tidak boleh bertentangan dengan hukum Islam.
2) Apabila keadaan yang disyaratkan dalam taklik talak betul terjadi kemudian
tidak dengan sendirinya talak jatuh. Supaya talak sungguh-sungguh jatuh,
isteri harus mengajukan persoalannya ke Pengadilan Agama.
3) Perjanjian taklik talak bukan perjanjian yang wajib diadakan pada setiap
perkawinan, akan tetapi sekali taklik talak sudah diperjanjikan tidak dapat
dicabut kembali.23
21
Ahmad Rofiq, Hukum Islam di Indonesia, h, 128
22
Peraturan Menteri No. 3 Tahun 1975, h, 127
23
Kompilasi Hukum Islam, (Bandung, Citra Umbara, 2012), h, 128
12
Artinya bahwa taklik talak adalah talak yang jatuhnya digantungkan pada
suatu perkara. Isi taklik talak tidak boleh bertentangan dengan hukum islam, bila
bertentangan dengan hukum islam maka isi taklik talak tersebut tidak wajib untuk
dipenuhi. Perjanjian taklik talak bukanlah suatu perjanjian yang wajib diadakan
pada setiap perkawinan, namun bila sekali ditetapkan perjanjian taklik talak maka
Perjanjian tersebut lalu dilekatkan pada akta nikah dan merupakan bagian
yang tidak terpisahkan dengan surat nikah, dan perjanjian perkawinan dibuat atas
persetujuan atau kehendak bersama, yang dibuat secara tertulis, dan disahkan oleh
pegawai pencatat sipil, serta tidak boleh bertentangan dengan hukum, agama dan
selama apa yang dipersyaratkan tidak melanggar batas-batas yang telah ditetapkan
Pada dasarnya setiap individu sebagai subyek hukum berhak secara bebas
mengadakan atau melakukan perjanjian, kecuali mereka yang belum dewasa atau
berada dalam pengampuan orang tuanya. Hal ini berarti sepanjang perjanjian
24
Kompilasi Hukum Islam, Bab VII pasal 45, h, 336
25
Alya Nurhafidza, Perjanjian Perkawinan Dalam Hukum Islam, (Skripsi, Fakultas Hukum
Universitas Lampung, 2017), h, 4
13
dibuat oleh kedua belah pihak harus memenuhi syarat yang ditetapkan oleh
umumnya, oleh karena itu agar perjanjian perkawinan tersebut menjadi sah,
dapat dipahami bahwa perjanjian didasarkan atas persetujuan bersama dalam arti
apa yang dikehendaki oleh calon suami harus juga dikehendaki oleh calon istri.
Suami istri haruslah cakap dalam membuat perjanjian perkawinan, dan di antara
kesusilaan.
26
Happy Susanto, Pembagian Harta Gono-Gini Saat Terjadi Perceraian, Cet. Ke-III (Jakarta:
Visimedia, 2008), h. 97
14
istri juga harus memenuhi syarat administrasi yaitu perjanjian perkawinan tersebut
harus dinyatakan secara tertulis dan disahkan oleh pegawai pencatat nikah. Oleh
karena itu perjanjian perkawinan yang tidak dibuat secara tertulis dan disahkan
perjanjian perkawinan itu sama dengan perjanjian pada umumnya, yaitu suatu
perjanjian antara dua orang calon suami istri untuk mengatur harta kekayaan
Bab V Pasal 29 yang terdiri dari empat ayat, yakni sebagai berikut:
Pasal 29
1) Pada waktu atau sebelum perkawinan dilangsungkan, kedua pihak atas
persetujuan bersama dapat mengadakan perjanjian tertulis yang disahkan oleh
Pegawai Pencatat perkawinan, setelah mana isinya berlaku juga terhadap
pihak ketiga sepanjang pihak ketiga tersangkut.
2) Perjanjian tersebut tidak dapat disahkan bilamana melanggar batas-batas
hukum, agama, dan kesusilaan.
3) Perjanjian tersebut mulai berlaku sejak perkawinan dilangsungkan.
27
John Kenedi, Analisis Fungsi dan Manfaat Perjanjian Perkawinan, h, 49-50
28
Happy Susanto, Pembagian Harta Gono-Gini Saat Terjadi Perceraian, h, 78.
15
tidak ditentukan suatu jangka waktu maksimum tertentu yang boleh lewat antara
1 Tahun 1974 bukan hanya mengatur masalah harta benda dan akibat perkawinan
saja, namun juga meliputi hak-hak dan kewajiban yang harus dipenuhi oleh kedua
hukum, agama dan kesusilaan. Perjanjian dibuat guna untuk memudahkan untuk
menemukan jawaban atas beberapa persoalan yang biasanya muncul setelah suami
harta bawaan dan pembagian harta bersama di antara mantan suami-isteri tersebut.
Permasalahan harta bawaan dan harta bersama ini setelah perceraian sudah
bersama setelah perceraian akan diatur sesuai dengan ketentuan yang telah
disepakati dan dirumuskan. Pada ayat (2) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974
29
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan h, 7
30
Sukardi, Kajian Yuridis Perjanjian Perkawinan Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Perdata,
Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 dan Kompilasi Hukum Islam, Jurnal Khatulistiwa Of
Islamic Studies, Vol. 6 No. 1 2016, h, 29-30
16
moral dan adat istiadat. Hal ini telah diatur sesuai dengan pasal 29 UU No. 1
a. Keterbukaan
b. Kerelaan
d. Notariil
tetapi harus disahkan oleh notaris. Kemudian harus dicatatkan pula dalam
Nomor 1 Tahun 1974 tidak mengatur secara tegas tentang perjanjian perkawinan,
hanya saja dinyatakan bahwa kedua belah pihak dapat mengadakan perjanjian
tertulis yaitu perjanjian perkawinan. Dalam ketentuan ini tidak disebutkan batasan
31
Herniati, Kedudukan Perjanjian Perkawinan Dalam Hukum Positif di Indonesia, Jurnal, Hukum
Ius Publicum, Vol. 1 No. 1, 2020, h, 8
17
perjanjian perkawinan ini tidak mencakup banyak hal. Disamping itu Undang-
Undang perkawinan tidak mengatur lebih lanjut terkait hukum dari perjanjian
tetapi praktik seperti perjanjian perkawinan (contohnya seperti calon istri boleh
memang sudah dikenal dalam Islam. Kompilasi Hukum Islam mengatur pada
asasnya tidak ada percampuran antara harta suami dan isteri karena perkawinan.
Harta isteri tetap menjadi hak isteri dan dikuasai penuh olehnya demikian juga
Pasal 45
1) Ta’lik talak.
2) Perjanjian lain yang tidak bertentangan dengan hukum Islam.
Pasal 46
1) Isi ta’lik talak tidak boleh bertentangan dengan hukum islam.
2) Apabila keadaan yang di syaratkannya dalam ta’lik talak betul-betul terjadi
kemudian, tidak dengan sendirinya jatuh talak. Supaya talak sungguh-sungguh
jatuh, istri harus mengajukan persoalannya ke Pengadilan Agama.
32
Pasal 46, Kompilasi Hukum Islam.
18
3) Perjanjian ta’lik talak bukan perjanjian yang wajib diadakan pada setiap
perkawinan, akan tetapi sekali ta’lik talak sudah diperjanjikan tidak dapat
dicabut kembali.
Pasal 47
1) Pada waktu atau sebelum perkawinan dilangsungkan kedua calon mempelai
dapat membuat perjanjian tertulis yang di sahkan pegawai pencatat nikah
mengenai kedudukan harta dalam perkawinan.
2) Perjanjian tersebut dalam ayat 1 dapat meliputi percampuran harta pribadi dan
pemisahan harta pencaharian masing-masing sepanjang hal itu tidak
bertentangan dengan Islam.
3) Di samping ketentuan dalam ayat 1 dan 2 di atas, boleh juga isi perjanjian itu
menetapkan kewenangan masing-masing untuk mengadakan ketetapan hipotik
atas harta pribadi atau harta bersama atau harta syarikat.
Pasal 48
1) Ketentuan harta apabila dibuat perjanjian pra nikah tidak memenuhi ketentuan
tersebut pada ayat 1 dianggap tetap terjadi pemisahan harta bersama atau harta
syarikat dengan kewajiban suami menanggung biaya kebutuhan rumah tangga.
2) Jika dianggap tetap terjadi pemisahan harta bersama dengan kewajiban suami
tetap menanggung biaya kebutuhan rumah tangga. 33
Pasal 49
1) Perjanjian pencampuran harta pribadi dapat meliputi semua harta, baik yang di
bawa masing-masing ke dalam perkawinan maupun yang diperoleh masing-
masing selama perkawinan.
2) Dengan tidak mengurangi ketentuan tersebut pada ayat (1) dapat pula
diperjanjikan bahwa pencampuran harta pribadi hanya terbatas pada harta
pribadi yang dibawa pada saat perkawinan dilangsungkan, sehingga
pencampuran ini tidak meliputi harta pribadi yang diperoleh selama
perkawinan atau sebaliknya.
Pasal 50
1) Perjanjian perkawinan mengenai harta, mengikat kepada para pihak dan pihak
ketiga terhitung mulai tanggal dilangsungkannya perkawinan di hadapan
Pegawai Pencatat Nikah.
2) Perjanjian perkawinan mengenai harta, dapat dicabut atas persetujuan bersama
suami istri dan wajib mendaftarkannya di Kantor Pegawai Pencatat Nikah
tempat perkawinan dilangsungkan.
3) Sejak pendaftaran tersebut, pencabutan telah mengikat kepada suami istri
tetapi terhadap pihak ketiga pencabutan baru mengikat sejak tanggal
pendaftaran itu diumumkan oleh suami istri dalam suatu surat kabar
setempat.34
4) Apabila dalam tempo 6 (enam) bukan pengumuman itu tidak dilakukan yang
bersangkutan, pendaftaran pencabutan dengan sendirinya gugur dan tidak
mengikat pihak ketiga.
33
Pasal 48, Kompilasi Hukum Islam.
34
Pasal 50 Kompilasi Hukum Islam,
19
tentang apapun yang dinilai oleh kedua belah calon pasangan suami istri akan
menjadi faktor penting sehingga perlu dibuatkan perjanjian, akan tetapi terdapat
batasan materi perjanjian yang dibuat tidak boleh bertentangan dengan Al-Qur’an
dan sunnah. Dalam hal ini perjanjian yang dibuat tidak boleh menghilangkan
dalam ilmu hukum dapat dikemukakan pendapat antara lain sebagai berikut:35
memuat apa saja, yang berhubungan dengan hak dan kewajiban suami-
35
Happy Susanto, Pembagian Harta Gono-Gini Saat Terjadi Perceraian, h, 78
20
mengaturnya.
hukum kekayaan.
69/PUU-XIII/2015 tidak diatur bahwa isi perjanjian kawin hanya mengenai harta
Terdapat beberapa alasan dalam perjanjian perkawinan yang dibuat oleh calon
36
Benny Djaja, Perjanjian Kawin Sebelum, Saat, dan Sepanjang Perkawinan, (Depok: PT Raja
Grafindo Persada, 2020), h, 18
21
besar.
salah satu jatuh pailit yang lain tidak tersangkut. Atas hutang-hutang
gugat sendiri-sendiri.
perkawinan dilangsungkan dan haruslah dibuat dalam bentuk akta otentik dimuka
notaris, akta otentik itu sangat penting karena dapat dijadikan bukti dalam
masing. Jika tidak ada perjanjian kawin yang dibuat sebelum perkawinan
mempunyai kesempatan untuk saling terbuka, dan bisa berbagi rasa atas keinginan
yang telah disepakati untuk menjalani isi perjanjian tersebut. Biasanya perjanjian
37
Haedah Faradz, Tujuan Dan Manfaat Perjanjian Perkawinan, Jurnal Dinamika Hukum, Vol. 8
No. 3 September 2008. 249.
22
perkawinan, segalanya diserahkan kepada kedua belah pihak yaitu suami dan
isteri.
dapat memastikan bahwa pasangan anda menikah dengan anda, bukan dengan
kekayaan anda. Sehingga niatan tulus anda dan calon pasangan dapat dibuktikan
pemimpin usaha, meskipun bukan pemilik usaha), dan suatu hari usahanya
masing- masing suami dan isteri dan harta benda yang diperoleh masing-
38
Abd Rahman Ghazaly, Fiqih Munakahat, h, 29.
23
tenang dan hidup terjamin. Jauh dari pertikaian dan perselisihan antar ahli
waris.
harapan agar calon istri dapat berperan sebagai ibu rumah tangga dengan
lebih maksimal.
perjanjian perkawinan maka dapat menghindari niat tidak tulus dari calon
mengenai harta bersama maupun harta bawaan. Suami istri di bebaskan untuk
39
Abd Rahman Ghazaly, Fiqih Munakahat, 30-31
24
nya. Para pihak juga harus siap dengan konsekuensi hukum yang akan
sebagai berikut:
40
Mardani, Hukum Perkawinan Islam di Dunia Modern, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2015). 75.
41
Mardani, Hukum Perkawinan Islam di Dunia Modern, h, 76.
25
menunjukkan aslinya.
negara lain.
negara lain.
42
Benny Djaja, Perjanjian Kawin Sebelum, Saat, dan Sepanjang Perkawinan, h, 22
27
istri.43
Perjanjian perkawinan adalah salah satu hal yang penting di dalam sebuah
perkawinan. Tetapi hal ini jarang dikaji oleh para ulama klasik, bahkan tidak
menganggap bahwa itu adalah perbuatan tidak baik (etis) dan tidak perlu untuk
dilakukan. Anggapan itu tidak salah sama sekali, mengingat masyarakat ada yang
berpikir bahwa apa yang perlu diperjanjikan bagi mereka yang sudah kawin.
43
Benny Djaja, Perjanjian Kawin Sebelum, Saat, dan Sepanjang Perkawinan, h, 23
28
Ketika mereka sudah kawin, maka segala sesuatu apa yang mereka mililki
pencatat nikah mengenai kedudukan harta dalam perkawinan yang mengikat bagi
secara sah hanya boleh dibuat sebelum perkawinan dilangsungkan. Bilamana ada
seseorang untuk membuat perjanjian dan boleh pula tidak membuat. Namun kalau
sudah dibuat bagaimana hukum memenuhi syarat yang terdapat dalam perjanjian
berpendapat bahwa memenuhi syarat yang dinyatakan dalam bentuk perjanjian itu
dilaksanakan.45
Kata perjanjian dalam kitab fiqih tidak ditemukan, yang ada persyaratan
sahnya perkawinan, tapi yang dibahas disini persyaratan yang diucapkan di luar
44
Umar Haris Sanjaya, Dkk, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia, h, 88
45
Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam Di Indonesia Antara Fiqh Munakahat dan
Undang-Undang Perkawinan, h. 146.
29
46
akad nikah. Al-Syaukani menambahkan alasan lebih layaknya memenuhi
perkawinan itu sesuatu yang menuntut ke hati-hatian dan pintu masuknya sangat
yang ada dalam perjanjian. Dalam hal ini ulama membagi syarat itu menjadi tiga:
kewajiban suami istri dalam perkawinan dan merupakan tuntutan dari perkawinan
itu sendiri. Umpamanya, suami istri bergaul secara baik; suami mesti memberi
nafkah untuk anak dan istrinya; istri mesti melayani kebutuhan seksual suaminya
dan istri mesti memelihara anak yang lahir dari perkawinan itu.
yang secara khusus dilarang dilakukan atau memberikan mudhorat kepada pihak-
pihak tertentu. Umpamanya, suami atau istri mensyaratkan tidak akan beranak;
mempersyaratkan dia tidak akan membayar mahar atau nafkah dan suami
ada larangan secara khusus namun tidak ada tuntutan dari syara‟ untuk dilakukan.
46
Ru’fah, Abdullah, Perjanjian Dalam Perkawinan Perspektif Hukum Islam Dan Perundang-
undangan, h, 33
47
Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam Di Indonesia Antara Fiqh Munakahat dan Undang-
Undang Perkawinan, h, 147
30
wajib dilaksanakan. Mereka mengatakan hadis Nabi Saw. Yang disebutkan diatas
mengarah kepada syarat-syarat dalam bentuk pertama ini. Pihak yang terlibat atau
tersebut. Namun bila pihak yang berjanji tidak memenuhi persyaratan tersebut
memenuhi persyaratan ini ialah adanya hak bagi pihak yang dirugikan untuk
seharusnya bila akad nikah menetapkan tauhid ini menjadi dasar atau asas
diharapkan kokoh dan kuat sehingga apapun ujian dan goncangan yang
ada dikemudian hari tidak akan goyah dan sirna, karena antara mempelai
48
Jamaluddin, Dkk, Buku Ajar Hukum Perkawinan, h, 58
31
yang telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Oleh karena itu, dalam
yang bersumber pada Al-Qur’an dan Sunnah Rasul , serta ijtihad, terutama
taqarrub kepada Allah dan untuk Allah, sehingga akad nikah itu dapat
Dasar hukum akad nikah apabila ditinjau dari aspek khusus dan lebih
spesifik terdapat dalam Al-Quran surat Ali Imran ayat 76, antara lain yaitu:
ي
َ ب المتَّق
َ الل ُي َٰ ب ٰلى منَ او
َٰ واتَّقٰى فا ََّن. َف بعهده
Sebenarnya barang siapa menepati janji dan bertakwa, maka sungguh,
Allah mencintai orang-orang yang bertakwa.49
ٰۤ ٰۤ
َيٰاي ها الَّذينَ اٰمن وا اوف وا ابلعقود
Wahai orang-orang yang beriman, penuhilah janji-janji itu.50
49
Al-Qur’an dan Terjemahannya, (QS. Ali Imran ayat 76).
50
Al-Qur’an dan Terjemahannya, (QS. Al-Maidah ayat 1)
32
kepada bentuk persyaratan yang ada dalam perjanjian. Oleh karenanya seseorang
boleh dan sah membuat perjanjian perkawinan maupun tidak. Namun demikian
untuk menepati janji yang hukumnya adalah wajib ditepati sepanjang dalam
perjanjian tersebut tidak terdapat pihak-pihak yang memaksa. Hal ini didasarkan
yang ada dalam perjanjian. Dalam hal ini Ulama membagi syarat tersebut menjadi
tiga bagian:52
Umpamanya, suami istri bergaul secara baik, suami memberi nafkah untuk
anak dan istrinya, istri mesti melayani kebutuhan biologis suaminya dan
51
Muhammad Fu’ad Abdul Baqi, Shahih Bukhari Muslim, Bab Memenuhi Syarat-Syarat Dalam
pernikahan. Dikeluarkan oleh Bukhari pada Kitab ke-54, (Jakarta: Kompas Gramedia, 2017), h,
500
52
Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia, 146.
33
mempersyaratkan dia tidak akan membayar mahar atau nafkah, dan suami
melacur.53
larangan secara khusus namun tidak ada tuntutan dari syara’ untuk
Para ulama sepakat mengatakan bahwa perjanjian yang pertama itu wajib
pendapat madzhab Hambali bahwa wanita itu secara hukum sah mengambil
haknya laki-laki seperti: calon istri mensyaratkan agar hak talak diserahkan
kepada istri, dengan arti kata pihak wanita berhak melaksanakannya. Begitu juga
sebaliknya jika syarat tersebut diucapkan oleh laki-laki (calon suami) itu sendiri,
maka Abu Hanifah mengatakan bahwa syarat tersebut adalah batal, karena hak
talak berada di tangan laki-laki, oleh karenanya tidaklah wajar jika haknya sendiri
53
Zayyin Alfijihad1, Perjanjian Dalam Perkawinan Perspektif Maqosid Al-Syari’ah, hlm, 95-96
54
Umar Ali, Kepastian Hukum Perkawinan Di Bawah Tangan Ditinjau Dari Undang-Undang
Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan, (Thesis, 2018), h, 39-41.
55
Ru’fah Abdullah, Perjanjian Dalam Perkawinan Perspektif Hukum Islam Dan Perundang-
Undangan, Jurnal Studi Gender Dan Anak, Vol, 3, No, 1, 2016, h, 39-40
34
akad. Asas-asas akad ini dirumuskan dari prinsip-prinsip umum yang terdapat
Asas ini kebalikan dari asas yang berlaku dalam ibadah. Dalam
ibadah yang dibuat tanpa pernah diajarkan oleh Nabi SAW itu disebut
56
Syamsul Anwar, Hukum Perjanjian Syariah, Studi Tentang Teori Akad dalam Fiqih Muamalat,
h, 83
57
Syamsul Anwar, Hukum Perjanjian Syariah, Studi Tentang Teori Akad dalam Fiqih Muamalat,
84
35
Ayat-ayat al Qur’an dan Hadis Nabi SAW serta kaidah hukum Islam
almufawwadah)
f. Asas kemaslahatan
berakad. 58 Oleh karena itu berdasarkan asas akad ini, apabila dalam
diketahui, membawa kerugian yang fatal bagi para pihak yang berakad
g. Asas amanah
suatu akad yang dikenal dengan akad berdasarkan amanah seperti wadi
’ah dan pada saat sekarang juga dikenal akad takaful (asuransi).
Islam.
i. Tertulis (al-kitabah) 59
58
Syamsul Anwar, Hukum Perjanjian Syariah, Studi Tentang Teori Akad dalam Fiqih Muamalat,
85-86
59
Syamsul Anwar, Hukum Perjanjian Syariah, Studi Tentang Teori Akad dalam Fiqih Muamalat,
87.
37