Zahra Nur
Fadilah 1203060130
Hidayat
01
AKAD NIKAH
1. Definisi Umum Akad
Secara umum, makna akad adalah komitmen yang terjadi pada seseorang sehingga
membentuk satu hukum syara’ yang muncul dari kesepakatan tersebut. Makna akad secara
umum mencakup akad antara dua orang, atau akad yang bersifat individual. Akad antar
dua orang itu termasuk akad jual-beli, akan nikah, atau akad-akad lain yang sejenis.
Masuk ke dalam akad semacam ini adalah akan pinjam-meminjam, atau akad wadli’ah
Akad adalah sebuah persetujuan atau kesepakan dari seseorang (penyerah) kepada
orang lain (penerima) atas sebuah perbuatan. Nikah adalah sebuah ikatan yang menjadikan
seorang pria dan wanita yang bukan muhrimnya menjadi suami dan istri. Dengan kata
lain, akad nikah adalah persetujuan atau kesepakatan dari seorang wali dan mempelai
wanita dengan seorang pria (calon suami) untuk menjali rumah tangga
2. Landasan Hukum Akad
Nikah
Q.S Al-Furqan Surat Ke 25 Ayat 54 :
Artinya : “Dan Dia (pula) yang menciptakan manusia dari air lalu dia jadikan
manusia itu (punya) keturunan dan mushaharah dan adalah Tuhanmu Maha
Kuasa.” (Qs. Al-Furqan 25 : 54)
3. Ketentuan Akad Nikah
Syarat atau ketentuan akad nikah sebagai berikut :
a. Ta’yin Az Zaujain
b. Adanya Keridhoan Dari Masing-Masing Pihak
c. Wali
d. Saksi
e. Tidak Ada Hal-Hal Yang Menghalangi Sahnya Pernikahan
4. Bahasa yang Digunakan Dalam
Akad
Bahasa Arab
Bacaan Ijab
● “Ankahtuka wa zawwajtuka makhtubataka binti (nama pengantin perempuan)
alal mahri (mahar/mas kawin) hallan.”
Artinya: “Saya terima nikah dan kawinnya dengan mahar yang telah disebutkan,
dan aku rela dengan hal itu. Dan semoga Allah selalu memberikan anugerah.”
Bahasa Indonesia
Bacaan Ijab:
Bacaan Kabul:
"Saya terima nikahnya dan kawinnya (nama pengantin perempuan) binti (nama
ayah pengantin perempuan) dengan maskawinnya yang tersebut, tunai.”
5. Ketidak sesuaian antara Ijan dan
Kabul
Akad nikah terdiri dari 2 bagian yaitu:
a. Ijab
b. Qabul
Ijab adalah sebuah pernyataan yang diucapkan dari pihak wanita atau wali kepada mempelai
pria. Sedangkan Qabul adalah sebuah pernyataan menerima dari mempelai pria atas
pernataan yang di ucapkan pihak wanita atau wali.
Syarat ijab Kabul diantaranya sebagai berikut :
a. jelas
b. Di ucapkan dalam keadaan sadar
c. Atas kehendak sendiri
syarat-syarat shighat akad nikah menurut madzhab syafii diantaranya sebagai berikut
d. Shighat akad nikah tidak boleh digantungkan dengan sesuatu.
e. Ijab Kabul tidak boleh dibatasi dengan waktu.
f. Ijab Kabul menggunakan lafadh yang berasal dari kata at-Tazwij atua an-Nikah.
g. Antara pengucapan ijab dan Kabul harus bersambung, tidak boleh dipisah dengan pemisah
yang panjang.
h. Antara ijab dan Kabul harus sesuai.
i. Ijab Kabul dilaksanakan dalam satu majelis.
6. Syarat Muwalat dalam Akad
Nikah Menurut fatwa sebagian Fukaha, menjaga muwalat atau kesinambungan antara bagian-
bagian akad syar'i perlu diperhatikan. Seperti transaksi jual beli dan nikah yang memiliki dua
komponen ijab dan kabul dan diumumkannya persetujuan dan keridhoan kedua belah pihak
yang dilakukan dengan bentuk atau shigah khusus.
Dalam aqad nikah ada beberapa syarat, rukun dan kewajiban yang harus dipenuhi, yaitu
adanya:
a. Rasa suka sama suka dari kedua calon mempelai
b. Izin dari wali
c. Saksi-saksi (minimal dua saksi yang adil)
d. Mahar
e. Ijab Qabul
7. Waktu Terbaik Pelaksanaan
Akad
Dalam kitab I’anatut Thalibin, Syaikh Abu Bakar Syatha telah menjelaskan
terkait waktu terbaik untuk melangsungkan akad nikah. Menurut beliau,
sebaiknya akad nikah dilakukan pada waktu pagi di hari Jumat bulan Syawal.
Terdapat beberapa hadis yang menjadi dasar terkait waktu ini.
8. Upacara Adat dalam Akad
NikahPada masyarakat yang masih menjunjung tinggi adat leluhurnya, perubahan besar
dalam fase kehidupan seseorang ditandai dengan upacara adat. Juga tidak dapat dipungkiri
bahwa prosesi atau pelaksanaan upacara adat dalam masyarakat Indonesia tidak terlepas
dari hukum adat.
sebagian ulama berpendapat bahwa tradisi upacara adat (‘urf) didala pernikahan
merupakan tradisi yang tidak bertentangan dengan Al-Quran dan sunnah. Selama tradisi
tersebut tidak menyalahi prinsip agama apalagi menyalahi prinsip aqidah seperti
pengesaan Allah SWT.
02
Khutbah dalam Akad
Nikah
1. Definisi Umum Khutbah
Nikah
Dapat dijelaskan bahwa definisi khutbah adalah mengandung nasehat bertujuan untuk
mengajak manusia kepada kebaikan dan petunjuk, menyuruh berbuat baik serta untuk
mencegah berbuat mungkar untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Khutbah nikah
merupakan salah satu hal yang biasanya ada dalam setiap prosesi akad nikah .
2. Landasan Hukum Khutbah dalam Akad
Nikah
Dikutip dari Imam Abu aNikl-Husain al-Yamani, Al-Bayan fi Madzhabi al-Imam al-
Syafi’i (Jeddah: Dar al-Minhaj, 2000), juz IX, hal. 230, khutbah nikah ini hukumnya
adalah sunnah dan boleh disampaikan oleh wali, calon mempelai pria, atau pihak lainnya
3. Ketentuan Khutbah dalam Akad
Nikah
Urutan pelaksanaan khutbah dalam akad nikah diantaranya sebagai berikut :
Walimah merupakan bentuk rasa syukur kepada Allah Swt atas nikmat dan
anugerah yang telah diberikan-Nya kepada keluarga yang melangsungkan
pernikahan. dengan demikian akan terhindar dari adanya fitnah yang mungkin
muncul karena ketidaktahuan jika tidak adanya walimah.
2. Landasan Hukum Khutbah dalam Akad
Nikah
Jumhur ulama berpendapat bahwa mengadakan walimatun nikah hukumnya sunnah
muakkadah. Hikmah mengadakan walimah yaitu sebagai pemberitahuan kepada orang
lain tentang telah dilaksanakannya ijab qabul (pernikahan) antara si fulan dan sifulanah.
terhindar dari fitnah yang biasa menimpa kepada pasangan manusia, yang sebenarnya
telah terjadi adanya pernikahan atau sudah menjadi suami istri. Mengadakan walimatun
nikah merupakan bentuk rasa syukur kepada Allah Swt atas karunia dan rahmat-Nya
3. Maqâshid Al Syar`Iy Dari Walimah
Nikah.
Wahbah al-Zuhaili mengatakan bahwa maqashid al syariah adalah nilai-nilai dan
sasaran syara' yang tersirat dalam segenap atau bagian terbesar dari hukum-hukumnya.
Perkawinan merupakan hal yang memuat paling tidak tiga hal dari maqâshid al-
syariah, yaitu memelihara agama (hifz al-Din), keturunan (hifz al-Nasl) dan jiwa (hifz al-
Nafs). Perkawinan dapat dikatakan memelihara agama dilihat dari sisi bahwa disamping
kebutuhan dan fitrah manusia, perkawinan juga merupakan ibadah serta dalam rangka
menjaga individu dari kemaksiatan, zina dan tindak asusila yang diharamkan.
4. Waktu Terbaik Walimah Nikah
Al-Mawardi – ulama Syafiiyah – menegaskan, bahwa walimah dilakukan setelah
hubungan badan. As-Subki – ulama Syafiiyah – mengatakan, ‘Menurut riwayat dari
praktek Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa walimah dilakukan setelah hubungan
badan.’ Keterangan beliau mengisyaratkan kisah pernikahan Zainab binti Jahsy.
Berbeda dengan pendapat jumhur, menurut Malikiyah, walimah diadakan sebelum
hubungan badan, setelah pengantin dipertemukan . Sebagian Malikiyah menganjurkan agar
walimah diadakan setelah pertemuan pengantin, dan hubungan badan dilakukan setelah
walimah. Dan itu yang dilakukan masyarakat saat ini.
5. Hukum Kwade (pemajangan calon
pegantin
Al-Maraghi dalam kitab Tafsir al-Maraghi , juz 4, halaman 22-24 menafsirkan ayat
ini dengan, ”janganlah kalian menampakkan perhiasan dan keindahan kalian kepada laki-
laki yang bukan mahram, sebagaimana yang dilakukan oleh perempuan-perempuan pada
masa jahiliyah, sebelum Islam datang”
Dalam ayat yang lain, Allah SWT berfirman :
Berdasarkan kedua ayat di atas, memajang pengantin pada saat pesta pernikahan tidak
bisa dibenarkan. Akan tetapi keharaman kasus ini tidak berlaku secara mutlak, sebab
keharamanya dikarenakan adanya tabarruj dan mempertontonkan aurat serta bercampur
baurnya laki-laki dan perempuan yang bisa menimbulkan fitnah. Kalau semuanya tidak ada,
maka hukum memajang pengantin sah-sah saja.
6. Hukum Ikhtilâth dalam Walimah
Nikah
Allah Swt
. mewajibkan laki-laki dan perempuan terpisah dan melaran ikhtilat. Ikhtilah
adalah bertemunya laki-laki dan perempuan (yang bukan mahramnya) di suatu tempat
secara campur baur dan terjadi interaksi di antara laki-laki dan wanita itu (misal bicara,
bersentuhan, berdesak-desakan, dll).
Ikhtilat hukumnya haram karena menyalahi ketentuan syariah untuk melakukan
infishol, yakni pemisahan laki-laki dan perempuan. Kita akan melihat bahwa di dalam Islam
jama’ah laki-laki dan perempuan terpisah.
Dengan demikian, didalam walimah baiknya diadakan pemisahan antara tamu laki laki
dan tamu perempuan. Hal ini dilakukan guna menghidari ikhlitat diantara keduanya didalam
prosesi walimah.
7. Hukum Âlât al Malâhiy dalam Walimah
Nikah.
Para ulama memiliki perbedaan pandangan didalam masalah Âlât al Malâhiy dalam
Walimah Nikah. Syafi’iyyah membolehkan adanya nyanyian dan tarian di dalam
pernikahan, walimah, karena hari-hari tersebut adalah hari bahagia.
Namun mazhab syafi’I membagi hukum nyanyian dan tarian dalam walimah menjadi
beberapa bagian di antaranya adalah Syafi’iyyah menghukumi nyanyian dan tarian yang di
dalamnya terdapat unsur fitnah dan yang dilarang oleh agama sebagai perkara yang haram,
artinya nyanyian dan tarian tidak terlepas dari sebuah pergerakan yang dilakukan oleh
seoang laki-laki ataupun perempuan, dan apabila di dalamnya tidak menyebabkan kepada
kerusakan syahwat seseorang maka diperbolehkan.
8. Hukum Menghadiri Walimah Nikah
Menghadiri pesta pernikahan hukumnya wajib bagi orang-orang yang diundang.
sebagian ulama berpendapat bahwa menghadiri undangan walimah adalah fardhu kifayah,
sementara lainnya berpendapat hukumnya sunah saja . Ulama yang berpendapat mengenai
hukum menghadiri pesta pernikahan itu wajib hukumnya hal tersebut berdasarkan hadist nabi
tentang hak orang islam kepada orang islam lainnya untuk memenuhi atau menghadiri
undangannya.
Hadist Rasulullah Saw tentang menghadiri walimah sebagai berikut :