HAKEKAT PERKAWINAN
Allah menciptakan manusia, pria dan wanita, dengan
sifat fitrah yang khas. Manusia memiliki naluri, perasaan,
dan akal. Adanya rasa cinta kasih antara pria dan wanita
merupakan fitrah manusia.
Hubungan khusus antar jenis kelamin antara keduanya
terjadi secara alami karena adanya gharizatun nau’
(naluri seksual/berketurunan).
Perkawinan adalah fitrah manusia, yang dilakukan melalui akad
nikah (pernikahan), sehingga suatu hubungan menjadi sah dan
halal, bukan dengan cara yang diharamkan yang telah menyimpang
dari ajaran Islam.
Perkawinan memberikan pemenuhan kebutuhan sosial yang besar
artinya bagi keberlangsungan hidup manusia.
Secara Psikologis, perkawinan merupakan sarana yang dapat
memenuhi kebutuhan manusia baik terhadap ingin dilindungi, rasa
aman, cinta dan kasih sayang.
Bila suatu pernikahan dilandasi mencari keridhaan Allah SWT dan
menjalankan sunnah Rasul, bukan semata-mata karena kecantikan
fisik atau memenuhi hasrat hawa nafsunya, maka Allah akan
menjamin kehidupan rumah tangga keduanya yang harmonis,
penuh cinta, dan kasih sayang,
Wajib
wajib, apabila bersangkutan mempunyai keinginan biologis yang
kuat, sehingga untuk menghindari dari hal-hal yang diharamkan,
maka hukumnya wajib untuk menikah.
Juga jika yang bersangkutan telah mampu dan siap menjalankan
tanggung jawab dalam rumah tangga.
Firman Allah SWT :
“Dan orang-orang yang tidak mampu kawin hendaklah menjaga
kesucian (diri)nya, sehingga Allah memampukan mereka
dengan karunia-Nya. Dan budak-budak yang kamu miliki yang
menginginkan perjanjian, hendaklah kamu buat perjanjian
dengan mereka, jika kamu mengetahui ada kebajikan pada
mereka, dan berikanlah kepada mereka sebagian dari harta
Allah yang dikaruniakan-Nya kepadamu. Dan janganlah kamu
paksa budak-budak wanitamu untuk melakukan pelacuran,
sedang mereka sendiri mengingini kesucian, karena kamu
hendak mencari keuntungan duniawi. Dan barang siapa yang
memaksa mereka, maka sesungguhnya Allah adalah Maha
Pengampun lagi Maha penyayang (kepada mereka) sesudah
mereka dipaksa itu”.(QS.An Nur24: 33)
Sunnah