Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH

PERLAKSANAAN PERKAWINAN

Di susun oleh :
Anis Rahmayanti 202051027

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI AL-KAMAL
JAKARTA
2021
A. PENDAHULUAN
Islam memandang bahwa pernikahan merupakan sesuatu yang luhur dan sakral,
bermakna ibadah kepada Allah, mengikuti sunnah Rasullullah dan dilaksanakan atas
dasar keikhlasan, tanggung jawab dan mengikuti ketentuan hukum yang harus di
laksanakan. Dalam undang-undang RI nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan Bab 1
pasal 1, perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita
sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia
dan kekal berdasarkan ketuhanan yang Maha Esa.

Tujuan pernikahan, sebagaimana difirmankan Allah SWT dalam surah Ar-Rum


ayat 21 “Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu
pasangan hidup dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tentram
kepadanya dan dijadikan-Nya diantara rasa kasih sayang. Sesungguhnya pada demikian
itu menjadi tanda-tanda kebesaran-Nya bagi orang-orang yang berfikir”
Pernikahan merupakan sunnah Nabi Muhammad SAW. Sunnah dalam pengertian
mencontoh tingkah laku nabi Muhammad SAW. Perkawinan diisyaratkan supaya
manusia mempunyai keturunan dan keluarga yang sah menuju kehidupan bahagia di
dunia dan di akhirat.

B. PEMBAHASAN
1. Hukum Pernikahan
Adapun hukum menikah, dalam pernikahan berlaku hukum taklifi yang 5 yaitu :

a. Wajib bagi orang yang sudah mampu nikah, sedangkan nafsunya telah mendesak
untuk melakukan persetubuan yang dikhawatirkan akan terjerumus dalam prektek
perzinahan.

b. Haram bagi orang yang tidak mampu memenuhi kebutuhan nafkah halir dan batin
kepada calon istrinya, sedangkan nafsunya belum mendesak

c. sunnah bagi orang yang nafsunya telah mendesak dan mempunyai kemampuan untuk
menikah, tetapi ia masih dapat menahan diri dari perbuatan haram

d. Makruh bagi orang yang lemah syahwatnya dan tidak mampu memberikan belanja
pada calon istrinya

e. Mubah bagi orang tidak terdesak oleh alasan-alasan yang mewajibkan segera menikah
atau karena alasan-alasan yang mengharamkan untuk menikah.
2. Syarat Rukun Nikah
a. Wali
Berdasarkan sabda Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wasallam:

“Wanita mana saja yang menikah tanpa izin walinya maka nikahnya batal (HR Abu
Daud, At-Tirmidzy dan Ibnu Majah)

b. Saksi
Rasullullah sallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda :

“Tidak ada nikah kecuali dengan wali dan dua saksi yang adil” (HR Al-Baihaqi dan
Ad-Daaruquthni.)

c. Akad Nikah
Akad nikah adalah perjanjian yang berlangsung antara dua pihak yang
melangsungkan pernikahan dalam bentuk ijab dan qabul. Ijab adalah penyerahan dari
pihak pertama, sedangkan qabul adalah penerimaan dari pihak kedua. Ijab dari pihak
wali siperempuan dengan ucapannya, misalnya: “Saya nikahkan anak saya yang
bernama si A....”
Dalam akad nikah ada beberapa syarat dan kewajiban yang harus dipenuhi :
1) Adanya suka sama suka dari kedua calon mempelai
2) Adanya Ijab Qabul
3) Adanya Mahar
4) Adanya wali
5) Adanya Saksi-saksi

Untuk terjadinya akad yang mempunyai akibat-akibat hukum pada suami istri
haruslah memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
1) kedua belah pihak sudah tamyiz

2) Ijab qabulnya dalam satu majlis, yaiyu ketika mengucapkan ijabqabul tidak boleh
diselingi dengan kata-kata lain, atau menurut adat dianggap ada penyelingan yang
menghalangi peristiwa ijab Qabul
Di dalam ijab Qobul haruslah dipergunakan kata-kata yang mudah dipahami oleh
masing-masing pihak yang nelakukan akad nikah sebagai menyatakan kemauan yang
timbul dari kedua belah pihak untuk nikah. Dan menurut sunnah sebelum Akad nikah
diadakan khutbah terlebih dahulu yang dinamakan Khutbatun Nikah atau Khutbatul
Hajat.
d. Mahar ( Mas Kawin)
Mahar merupakan tanda kesungguhan seorang laki-laki untuk menikahi seorang
wanita. Mahar juga merupakan pemberian seorang laki-laki kepda perempuan yang
dinikahinya, yang selanjutnya akan menjadi hak milik istri secara penuh. Kita bebas
menentukan bentuk dan jumlah mahar yang diinginkan karena tidak ada batasannya.
Tetapi disunnahkan adalah mahar disesuaikan dengan kemampuuan pihak calon
suami. Namun islam menganjurkan agar meringankan mahar. Rasullullah Saw
bersabda : “Sebaik-baiknya mahar adalah mahar yang paling mudah (ringan).”
(HR.Al-Hakim)

3. Akad Nikah
Akad nikah adalah acara inti dari seluruh rangkaian proses pernikahan. Akad nikah
dimaknai sebagai perjanjian antara wali dari mempelai perempuan dengan mempelai laki-
laki dengan paling sedikit dua orang saksi yang mencukupi syarat menurut syariat agama.
Dengan adanya akad nikah, maka hubungan antara dua insan yang sudah bersepakat untuk
hidup berumah tangga diresmikan dihadapan manusia dan tuhan.
Prosesi akad nikah antara lain :

1. Pembukaan
Terlebih dahulu, calon mempelai laki-laki dan perempuan, wali, keluarga, serta para
hadirin yang ikut menyaksikan prosesi dipersilahkan memasuki tempat
dilangsungkannya akad nikah.
Kemudian, acara akan dimulai dengan pembukaan yang dipandu oleh pembawa acara.
Biasanya dilakukan dengan membaca “Bismillah” berlanjut dengan doa agar acara
berjalan dengan lancar dan pembicaraan ayat suci Al-Qur’an

2. Khotbah nikah
Khotbah nikah merupakan hal yang disunahkan dalam islam. Karena sunnah, maka
sebisa mungkin ada dalam setiap prosesi akad nikah. Biasanya, khotbah nikah akan
disampaikan langsung oleh petugas dari KUA atau penghulu yang akan menikahkan.

Fungsi dari Khotbah nikah ini sendiri adalah sebagai pembekalan bagi kedua
mempelai, sekaligus pengingat tentang pentingnya menjaga keutuhan rumah tangga.

3. Ijab Kabul
Sebelumnya, penghulu akan bertanya, “ saudara (nama calon suami) apakah anda
setuju untuk menerima saudari (nama calon istri) sebagai istri dengan (mahar)”
sebanyak tiga kali. Setelahnya, barulah acara inti dari rangkaian prosesi akad nikah
alias pembacaan ijab kabul dilaksanakan

4. Doa Nikah
Jika semua para hadirin sudah sepakat untuk sah, maka penghulu akan membacakan
doa pernikahan.
5. Penandatanganan buku nikah
Sebenernya prosesi pernikahan sudah selesai dan dinyatakan sah secara agama
setelah ijab kabul diucapkan, tapi agar sah dimata hukum, prosesi ini tetap tidak boleh
terlewtkan.
Dokumen yang harus ditanda tangani oleh kedua pengantin adalah buku nikah.

6. penutup
Jika 5 prosesi diatas sudah selesai dilakukan, maka acara pun sudah boleh ditutup
dan diakhiri.

Dilakukan dengan pembacaan doa terakhir oleh pembuka agama yang diundang atau
oleh penghulu. Moment tambahan lain diakhir prosesi akad nikah biasnya adalah
pengambilan dokumentasi dua mempelai dengan buku nikah, serah terima mahar atau
tukar cincin.

5. Walimatul ‘Ursy
Setelah acara ijab qabul pernikahan terselesaikan dengan sempurna, biasanya acara
selanjutnya adalah makan jamuan yang telah disediakan. Acara inilah yang
dinamakan walimah ursy. Al-Walimah sendiri merujuk pada istilah makanan yang biasa
dihidangkan pada upacara pernikahan secara khusus.

Dalam kitab Subulus Salam, Imam Muhammad bin Ismail ash-Shan’ani menyebutkan
bahwa makna acara tersebut adalah mengumumkan untuk pernikahan yang
menghalalkan hubungan suami istri dan perpindahan status kepemilikan. Sementara
menurut kalangan mazhab Ahmad menyatakan bahwa acara tersebut merupakan jamuan
makan yang diadakan untuk merayakan pernikahan pasangan pengantin.

Selain itu, walimah ursy juga salah satu jalan agar tidak menimbulkan kecurigaan dari
masyarakat ketika melakukan perbuatan yang tidak diperbolehkan bagi sepasang kekasih
yang belum melakukan akad nikah.

Walimah Ursy juga bertujuan untuk memohon doa dari para undangan, agar
pernikahan tersebut mendapat keberkahan dan menjadi keluarga yang sakinah,
mawaddah, dan rahmah. Walimah juga dapat dianggap sebagai wasilah untuk
mensyiarkan hukum-hukum Allah, sebagai satu rangkaian yang menyertai pernikahan
dan mempunyai tujuan yang mulia, yaitu beribadah kepada Allah dan mengharapkan rida
Allah Swt.

Walimah Ursy merupakan perkara yang disyariatkan dalam Islam. Sebagaimana sabda
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:

ُ ‫ يَا َر‬:‫ َما هذَا؟ قَا َل‬:‫ص ْف َر ٍة فَقَا َل‬


ُ‫س ْو َل هللاِ اِنّى تَزَ َّوجْ ت‬ ُ ‫من ب ِْن َع ْوفٍ اَث َ َر‬
ِ ْ‫الرح‬ َ ‫ي ص َرأَى‬
َّ ‫ع َلى َع ْب ِد‬ َّ ‫َع ْن اَن َِس ب ِْن َمالِكٍ ا َ َّن النَّ ِب‬
‫ مسلم‬.ٍ‫ ا َ ْو ِل ْم َو لَ ْو ِبشَاة‬. َ‫اركَ هللاُ لَك‬ ٍ ‫ْام َرأَة ً َعلَى َو ْز ِن ن ََواةٍ ِم ْن ذَ َه‬
َ َ‫ فَب‬:‫ قَا َل‬.‫ب‬
Dari Anas bin Malik, bahwasanya Nabi saw. melihat ada bekas kuning-kuning pada
‘Abdur Rahman bin ‘Auf. Maka beliau bertanya, “Apa ini ?”. Ia menjawab, “Ya
Rasulullah, saya baru saja menikahi wanita dengan mahar seberat biji dari emas”.
Maka beliau bersabda, “Semoga Allah memberkahimu. Selenggarakan walimah
meskipun (hanya) dengan (menyembelih) seekor kambing”.

6. Hak dan kewajiban suami istri.


Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa kata hak memiliki
pengertian arti milik dan kepunyaan, sedangkan kata kewajiban memiliki pengertian
sesuatu yang harus dilakukan dan merupakan suatu keharusan. Sedangkan yang dimaksud
dengan hak disini adalah hal-hal yang diterima seseorang dari orang lain, sedangkan
kewajiban yang dimaksud disini adalah apa yang seharusnya dilakukan seseorang terhadap
orang lain.
Adanya hak dan kewajiban dalam keluarga ini bertujuan supaya masing-masing
anggota sadar akan kewajibannya kepada yang lain, sehingga dengan pelaksanaan
kewajiban tersebut hak anggota keluarga yang lain pun dapat terpenuhi sebagaimana
mestinya. Dengan demikian, adanya hak dan kewajiban tersebut, pada dasarnya adalah
untuk menjaga keharmonisan hubungan antar anggota keluarga, karena masing-masing
anggota keluarga memiliki kewajiban yang harus dilaksanakan demi untuk menghormati
dan memberikan kasih sayang kepada anggota keluarga yang lainnya.

Salah satu keseimbangan yang di garis bawahi al-Qur‟an dalam konteks kehidupan suami
istri adalah keseimbangan antara hak-hak suami istri dan kewajiban-kewajiban mereka.
Sebagaimana firman Allah swt yang Artinya: “Dan para wanita mempunyai hak yang
seimbang dengan kewajiban mereka menurut cara yang ma‟ruf [yakni adat kebiasaan yang
baik]” 128 (Q.S alBaqarah [2]:228).

Dalam konteks hubungan suami istri, ayat ini menunjukkan bahwa istri mempunyai
hak dan kewajiban terhadap suami, sebagaimana pula suami pun mempunyai hak dan
kewajiban terhadap istri, keduanya dalam keadaan seimbang, bukan sama.

Hak-hak istri atas suami


1. Mendapatkan nafkah, baik berupa makanan, minuman, pakaian atau tempat tinggal
dengan cara yang baik.

2. Istimta’ atau nafkah batin. Jadi, suami wajib menggauli istrinya kendati hanya satu kali
setiap bulan, jika tidak mampu memberikan layanan yang cukup baginya.
3. Menginap dirumahnya semalam dalam setiap empat malam
4. Istri mendapat bagian adil dari suaminya jika suaminya mempunyai istri lain.

5. Suami tinggal bersama istrinya pada hari pernikahannya selama seminggu jika istrinya
seorang gadis, dan selama tiga hari jika ia janda.
6. Suami disunnahkan mengizinkan istrinya merawat salah seorang dari mahramnya, atau
menyaksikan jenazah mereka yang meninggal dunia, atau mengunjungi sanak
kerabatnya jika kunjungannya tidak merugihkan bagi kemaslahatan suami.

Hak-hak suami atas istri


1. Istri menaati suaminya dalam hal kebaikan

2. Istri menjaga harta suaminya, menjaga kehormatannya dan tidak keluar rumah kecuali
dengan izinnya “Wanita-wanita yang sholeha ialah wanita-wanita yang taat kepada
Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada” (Q.S An-Nisa:34)

3. Istri berpergian dengan suami jika suami menginginkandan istri saat akad tidak
menyaratkan untuk tidak berpergian dengannya, karena kepergian istri bersama suami
termasuk ketaatan yang diwajibkan kepadanya.

4. Istri menyerahkan dirinya kepada suaminya kapanpun suami meminta untuk


menikmatinya (berhubungan badan) karena menikmatinnya salah satu hak suami atas
istri
5. Jika suami berada dirumah, seorang istri harus meminta izin kepadanya jika berniat
ingin berpuasa sunnah.

C. KESIMPULAN
Nikah adalah ikatan perkawinan yang suci sesuai syariat islam antara laki-laki dan
perempuan yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan biologis sesuai dengan fitrah
manusia, tetapi tujuan yang lebih besar adalah sebagai sarana untuk mendapatkan
ketenangan, ketentraman dan kebahagiaan dari Allah SWT, yang sesuai sudah siap baik fisik,
mental, jiwa, raga dan hartanya. Apabila dari salah satu rukun tersebut tidak terpenuhi, maka
nikahnya menjadi batal. Adapun sunnah-sunnah nikah seperti khutbah,doa, walimahan,
pengumuman nikah dan sebagainya. Menjadi bagian yang mesti diperhatihkan juga. Tetapi
benar-benar terimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.

D. PENUTUP
Untuk memelihara kemaslahatan dalam pernikahan yang bersangkutan mesti
memeperhatikan dan mentaati peraturan agama dan negara, dalam hal ini fikih dan aturan
undang-undang. Dalam mencatatkan pernikahan mengandung manfaat atau kemaslahatan,
kebaikan yang besar dalam kehidupan masyarakat. Sebaiknya apabila perkawinan tidak
diatur jelas melalui peraturan perundangan dan tidak dicatatkan akan digunakan oleh pihak-
pihak yang melakukan perkawinan hanya untuk kepentingan pribadi dan merugihkan banyak
pihak.

Anda mungkin juga menyukai