Anda di halaman 1dari 2

1.

Pengertian dan Hukum Nikah


Dalam hukum islam dijelaskan bahwa pernikahan yaitu akad yang kuat atau mitsaqan
ghalizhan untuk mentaati perintah Allah dan melaksanakannya merupakan ibadah.Istilah
nikah dalam bahasa Arab, yaitu ( ) menurut istilah fiqs dipakai perkataan nikah dan
perkataan zawaf,sedangkan menurut istilah Indonesia adalah perkawinan. Sempat terjadi
perdebatan antara perkawinan dan pernikahan, akan tetapi pada prinsipnya perkawinan dan
pernikahan hanya berbeda dalam menarik akar katanya saja. Pernikahan adalah:

Sebuah ungkapan pada akad yang sangat jelas dan terangkum atas rukun-rukun dan
syarat-syarat.

Para ulama’ fiqh mengikuti madzab yang 4 yaitu (Syafi’i, Hanafi, Maliki dan Hambali) pada
umumnya mereka mendefinisikan pernikahan pada :

Akad yang membawa kebolehan ( bagi seorang anak laki-laki yang berhubungan badan
dengan seorang anak perempuan )dengan (diwakili dalam akad) lafadz nikah atau kawin
atau makna yang serupa dengan kedua kata tersebut.

Dalam beberapa pengertian tersebut telah dikemukakan tampak jelas bahwa perkawinan
adalah fitrah ilahi. Hal ini dikemukakan dalam firman Allah:

“ Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah ia menciptakan untukmu istri-istri dari


jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tentram kepadanya, dan dijadikan-Nya
diantaramu rasa kasih dan sayang”(QS.Ar-Rum ayat 21)

2. Rukun Nikah
1. Wali
Berdasarkan sabda Rasulullah “ wanita yang menikah tanpa izin walinya maka
niukahnya batal...batal...batal...”(HR Abu Daud, At-Tirmidzy dan Ibnu Majah) Wali
sangat berpengaruh terhadap pernikahan apabila pernikahan tanpa adanya wali
maka pernikahan tersebjut dikatakan tidak sah. Wali dalam islam dibagi menjadi 2 yaitu:
a. Wali nasab yaitu wali yang memiliki hubungan kekeluargaan dengan perempuan
yang akan nikah.
b. Wali hakim yaitu wali nikah yang ditunjuk oleh mentri Agama atau pejabat. Yang
ditunjuk olehnya.
Orang yang bisa menjadi wali nikah dalam islam adalah:
- Ayah
- Kakek, kakek yang dimagsud dalam hal ini ialah kakek dari pihak ayah.
- Saudara lelaki kandung, yakni saudara dari mempelai wanita yang tunggal ayah
dan ibu.
- Saudara lelaki seayah.
- Paman
- Anak lelaki paman dari pihak ayah.
2. Saksi
Rasulullah bersabda:
“Tidak ada nikah kecuali dengan wali dan dua saksi yang adil “(HR Al-Baihaqi dan Ad-
Daaruquthni. Asy-Syaukani dalam Nailul Athaar berkata “Hadist dikuatkan dengan
hadist-hadist lain” )
Selai wali, saksi juga berperan penting dalam suatu pernikahan apabila tidak adanya
saksi kurang dari dua maka pernikahan tersebut tidak akan sah. Dengan seperti yang
dijelaskan salah satu nikah adalah adanya dua saksi. Dua saksi tersebut adalah
perwakilan dari kedua keluarga mempelai laki-laki dan perempuan.
3. Akad Nikah
Akad Nikah adalah perjanjian yang berlangsung antara dua pihak yang melangsungkan
pernikahan dalam bentuk ijab dan qobul. Ijab adalah penyerahan dari pihak pertama,
sedangkan qobul adalah penerimaan dari pihak kedua. Ijab dari pihak wali si perempuan
dengan ucapnya misalnya: “Sayanikahkan anak saya si A kepadamu dengan mahar ........”
Qobul adalah penerimaan dari pihak suami dengan ucapan” saya terima nikahnya anak
Bapak yang bernama si A dengan mahar......”
Dalam akad nikah ada beberapa syarat dalam kewajiban yang harus dipenuhi:
1. Adanya suka sama suka dari kedua calon mempelai
2. Adanya ijab qobul
3. Adanya Mahar
4. Adanya Wali
5. Adanya saksi-saksi
Untuk terjadinya akad ysng mempunyai akibat-akibat hukum pada suami istri
haruslah memenuhi syarat-syarat berikut:
1) Kedua belah pihak sudah tamyiz
2) Ijab qobulnya dalam satu majlis, yaitu ketika mengucap ijab qobul tidak boleh
diselingi dengan kata-kata lain atau menurut adat dianggap ada penyelingan
yang menghalangi peristiwa ijab qobul.

Di dalam ijab qobul haruslah dipergunakan kata-kata yang dipahami oleh masing-
masing pihak yang melakukan akad nikah sebagai menyatakan kemauan yang timbul
dari kedua belah pihak yang melakukan akad nikah, dan tidak boleh menggunakan
kata-kata kasar.

4. Mahar
Mahar merupakan tanda kesungguhan seorang laki-laki untuk menikahi seorang
wanita. Mahar juga merupakan pemberian seorang laki-laki kepada perempuan yang
dinikahinya, yang selanjutnya akan menjadi hak milik istri secara penuh. Kita bebas
menentukan bentuk dan jumlah mahar yang kita inginkan karena tidak ada batasan
mahar dalam syari’at islam, tetapi yang disunahkan adalah mahar itu disesuaikan
dengan kemampuan pihak calon suami.

Anda mungkin juga menyukai