Anda di halaman 1dari 4

TUGAS

PERTEMUAN 9

OLEH :
MUHAMMAD ARIF
NIM :22064051

Dosen Pengampu : Dr.Muhammad Zein Mahmud


Lc, Ma Jurusan : Teknik Elektro
Prodi : D3 Teknik Listrik
1. Jelaskan yang dimaksud dengan nikah menurut bahasa dan Istilah!
2. Jelaskan Hukum Nikah!
3. Sebutkan Rukun dan Syarat-syarat Nikah!
4. Jelaskan yang dimaksud dengan Talak!

Jawaban :

1. Nikah secara bahasa artinya berhimpun. Menurut syara‟ seperti yang


dikemukakan Wahbah az-Zuhaili dalam al-Fiqh al-Islami wa
Adillatuhu
bahwa pernikahan artinya aqad atau perjanjian atau ikatan yang
menghalalkan (membolehkan) pergaulan antara seorang laki-laki
dengan
seorang wanita hidup bersama sebagai suami istri.Menurut kompilasi
hukum Islam dinyatakan bahwa pernikahan adalah akad atau perjanjian
antara kedua belah pihak diwujudkan dalam bentuk ijab dan qabul
seseorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan
membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal
berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.

2. Apabila dikaitkan dengan niat dan kondisi setiap orang yang melakukan
nikah, maka hukum nikah itu ada lima macam, yaitu :
a) Mubah, ini merupakan hukum asal bagi seseorang yang akan
melakukan pernikahan. Artinya, setiap orang yang telah memenuhi
syarat pernikahan, maka mubah atau boleh atau halal terhadap orang
yang idak khawatir melakukan zina atau tidak takut berbuat aniaya bila
tidak menikah.
b) Sunah, seseorang yang telah mencapai usia dewasa, berkeinginan
untuk menikah dan mempunyai bekal atau mata pencaharian untuk
membiayai
hidup berkeluarga.
c) Wajib, terhadap orang yang sudah dewasa, memiliki biaya kehidupan
yang cukup dan bila tidak melangsungkan nikah akan jatuh ke
perbuatan tercela ( zina).
d) Makruh, bagi orang yang sudah dewasa, sudah layak untuk kawin,
akan tetapi tidak mempunyai biaya untuk bekal hidup untuk berumah
tangga.
e) Haram, sesorang yang akan mengawini perempuan dengan maksud
akan menyakiti, menganiaya dan mempermainkanya. Motif perkawinan
yang semacam ini, hukumnya haram, meskipun perkawinanan sah
karena telah memenuhi syarat dan rukun pernikahannya.

3. Suatu perkawinan (nikah) tidak sah, jika tidak memenuhi syarat-


syarat dan rukunnya. Syarat merupakan unsur pelengkap dalam
setiap perbuatan hukum, sementara rukun merupakan unsur pokok yang
mesti dipenuhi. Apabila kedua unsur itu tidak dipenuhi, maka perbuatan
itu dianggap tidak sah menurut hukum.
Adapun rukun nikah
- Adanya calon suami ( penganten laki-laki).
- Adanya calon istri
- Wali dari calon pengantin perempuan. Orang yang dapat
menjadi wali adalah:
- Bapak
- Kakek ( datuk )
- Saudara laki-laki seibu sebapak
- Saudara laki-laki sebapak
- Anak laki-laki saudara laki-laki sekandung
- Anak laki-laki dari saudara laki-laki sebapak
- Paman dari pihak bapak
- Anak laki-laki dari paman dari pihak bapak
- Wali hakim.
Yang menjadi wali harus laki-laki, sedangkan perempuan tidak
boleh menjadi wali untuk orang lain maupun untuk dirinya sendiri.
Seperti sabda Rasul Saw :
‫ال تزوج المرأة المرأة والتزوج المرأة نفسهارواه ابن ماجة والدار قطن‬
Artinya : ”Perempuan jangan menikahkan perempuan lain, dan
jangan pula menikahkan dirinya sendiri”. (H.R.Ibnu Majah dan
Daru Quthni).
- Saksi-saksi, jumlah minimal dua orang orang saksi, berdasarkan
hadits
Nabi Saw.
‫رواه احمد‬-‫ال نكا ح اآلبول ي وشاهدي عد ل‬
”Tidak sah nikah kecuali dengan wali dan dua orang saksi yang adil”
(H.R.Ahmad).
- Sighat aqad (kalimat aqad) yang terdiri dari ijab dan kabul. Ijab adalah
pernyataan wali pengantin perempuan, seperti kata wali ” saya
nikahkan engkau dengan anak kandungku yang bernama .... dengan
mahar....” Kabul adalah jawaban dari pengantin laki-laki, misalnya
dengan kata-kata ”saya terima nikahnya si .... binti .... dengan mahar .....
tunai/hutang. Sedangkan mahar ( mas kawin ) merupakan suatu
kewajiban suami menyerahkannya kepada calon istrinya sewaktu
berlangsung akad nikah. Hal ini dijelaskan Firman Allah Swt dalam
surat an-Nisa (4): 4 ”Berikanlah mahar ( mas kawin ) kepada wanita-
wanita yang kamu nikahi sebagai pemberian yang penuh kerelaan
(QS.al-Nisa‟ (4):4 Mas kawin adalah lambang kesiapan dan kesediaan
suami untuk memberi nafkah lahir kepada istri dan anak-anaknya

4. Perceraian dalam istilah ahli Figh disebut “talak” atau “furqah”. Talak
berarti membuka ikatan membatalkan perjanjian, sedangkan “furqah”
berarti bercerai (lawan dari berkumpul). Lalu kedua kata itu dipakai
oleh para ahli Figh sebagai satu istilah, yang berarti perceraian antara
suami- isteri. Ardy Chandra, S.Hdalam halaman blognya
https://ardychandra.wordpress.com/2008/09/06/putusnya-perkawinan-
Candra lebih lanjut menjelaskan bahwa Talak dalam istilah ahli Fiqh
mempunyai dua arti, yakni arti yang umum dan arti yang khusus.
Secara umum talak berarti segala macam bentuk perceraian baik yang
dijatuhkan oleh suami, yang ditetapkan oleh hakim, maupun perceraian
yang jatuh dengan sendirinya atau perceraian karena meninggalnya
salah seorang dari suami atau isteri. Talak dalam arti khusus berarti
perceraian yang dijatuhkan oleh pihak suami. Karena salah satu bentuk
dari perceraian antara suami- isteri itu ada yang disebabkan karena talak
maka untuk selanjutnya istilah talak yang dimaksud di sini ialah talak
dalam arti yang khusus. Perceraian walaupun diperbolehkan tetapi
agama Islam tetap memandang bahwa perceraian adalah sesuatu yang
bertentangan dengan asas – asas Hukum Islam. Ia adalah sebuah
perbuatan halal yang dibenci oleh Allah.

Anda mungkin juga menyukai