Anda di halaman 1dari 13

NAMA : MUHAMMAD ARIF

NIM : 22064051
JURUSAN : TEKNIK LISTRIK
MATA KULIAH : K3 & HUKUM KETENAGAKERJAAN
TUGAS KE- :3
TOPIK : MEMBUAT KOMENTAR BESERTA GAMBAR ILUSTRASI

1. pasal 86 ayat tentang K3 UU Ketenagakerjaan No.13 tahun 2003

Menurut saya pada pasal 86 ayat 1,2,3 tentang K3 UU Ketenagakerjaan No.13 tahun 2003,
Sangat diperlukan karna pasal tersebut para pekerja mendapatkan perlindungan dalam waktu
bekerja dan mereka merasa aman.
2. pada pasal 87 ayat 1 dan ayat 2 tentang K3 UU Ketenagakerjaan No.13 tahun 2003

Menurut saya pada pasal 87 ayat 1 dan ayat 2 tentang K3 UU Ketenagakerjaan No.13 tahun
2003, menurut saya pada pasal ini sangat diperlukan karna setiap perusahaan wajib menerapkan
sistem ini karna para pekerja wajib merasa aman saat bekerja.
3. 3 peraturan tentang perundang-undangan K3 alat dan mesin ilustrsi Foto, Animasi

 UU dan Per.Uap;
Menurut saya uu dan per uap ini dibutuhkan intik mengatur regulasi standar keselamatan

Pasal 1
"Ketel-ketel uap yang dimaksud dalam pasal 1 dari undang-undang uap 1930 dibagi
atas:
a. Ketel-ketel uap dalam mana tekanan yang ditimbulkan oleh uapnya adalah lebih besar
dari ½ kg tiap cm2 melebihi tekanan udara luar, dan
b. Ketel-ketel uap dalam mana tekanan yang ditimbulkan oleh uapnya paling tinggi ½ kg
cm2 melebihi tekanan udara luar (ketel-ketel uap tekanan rendah)

Pasal 2
Pesawat-pesawat uap yang dimaksud dalam pasal 1 dari Undang-undang uap 1930
adalah;
a. Pemanas-pemanas air diperuntukan guna mempertinggi temperatur dari air pengisi
untuk ketel-ketel uap dengan jalan pemanasan dengan hawa pembakaran.
b. Pengering-pengering uap diperuntukan guna mempertinggi temperatur dari uapnya,
dengan jalan pemanasan dari hawa pembakaran. Bila pesawat-pesawat ini
bersambungan langsung dengan ketel uapnya, maka ia dianggap bersatu dengan ketel
uapnya.
c. Penguap-penguap diperuntukan guna membuat air sulingan dengan jalan pemanasan
dengan uap dan
d. Bejana-bejana uap kedalam mana langsung atau tidak langsung dimaksudkan uap dari
ketel uapnya, terkecuali pesawat-pesawat yang disebut dalam ayat c."
Pasal 3
1. Pipa-pipa uap penghubung termasuk bejana-bejana uap hanya bila garis tengah ukuran
daya melebihi 450 m."
2. "Cylinder-Cylinder dan salut-salut uap dari mesin-mesin uap tidak termasuk bejana
uap. Pipa-pipa Uap diperuntukan guna memanasi bahan cair pula tidak termasuk
bejana-bejana Uap."

 Per.Menaker No.01/1976;

Menurut saya per.menaker No. 01/1976 ini sangat dibutuhkan bagi dokter perusahaan
biar nnti nya kesehasan disuatu perusaan tergaja dan juga dokternya telah terlatih.

Pasal 1
Setiap perusahaan diwajibkan untuk mengirimkan setiap dokter perusahaannya
untuk mendapatkan latihan dalam bidang Hygiene Perusahaan, Kesehatan dan
Keselamatan Kerja.

Pasal 2
Yang dimaksud dengan dokter perusahaan ialah setiap dokter yang ditunjuk atau
bekerja di perusahaan yang bertugas dan atau bertanggung jawab atas Hygiene
Perusahaan, Kesehatan dan Keselamatan Kerja.

Pasal 3
Lembaga Nasional dan Lembaga Daerah Hygiene Perusahaan, Kesehatan dan
Keselamatan Kerja ditunjuk untuk rnenyelenggarakan Latihan dalam lapangan
hygiene perusahaan, kesehatan dan keselamatan kerja dalam Pasal 1, dengan
petunjuk dan bimbingan Direktur Jenderal Perlindungan dan Perawatan Tenaga
Kerja Departemen Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Koperasi.

 Per.Menaker No.01/1979;

Menurut saya per.menaker No. 01/1979 ini dibutuhkan untuk mengatur regulasi dalam
hygiene perusahaan.

Pasal 1
Setiap perusahaan yang mempekerjakan tenaga Para Medis diwajibkan untuk
mengirimkan setiap tenaga tersebut untuk mendapatkan latihan dalam bidang Hygiene
Perusahaan, Kesehatan dan Keselamatan Kerja.

Pasal 2
Yang dimaksud tenaga Para Medis ialah tenaga Para Medis yang ditunjuk atau
ditugaskan
untuk melaksanakan atau membantu penyelenggaraan tugas-tugas Hygiene Perusahaan,
Kesehatan dan Keselarnatan Kerja diperusahaan atas petunjuk dan bimbingan dokter
perusahaan.

Pasal 3
Pusat dan Balai Bina Hygiene Perusahaan dan Kesehatan dan Keselamatan Kerja
ditunjuk
untuk menyelenggarakan latihan dalam lapangan hygiene perusahaan kesehatan dan
keselamatan kerja dalam pasal 1 serta melaporkan tugas-tugas tersebut kepada Direktur
Jenderal Perlindungan dan Perawatan Tenaga Kerja.
 Per.Menaker No.02/1982;
menurut saya per.manaker No.02/1982 ini sayangat dibutuhkan untuk mengatur standar
juru las dalam perusahaan.

Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini dimaksud dengan:
a. Tempat Kerja adalah tempat sebagaimana dimaksud pada pasal 1 ayat (1) Undang-
undang No. 1 Tahun 1970.
b. Pengurus adalah Pengurus sebagaimana dimaksud pada pasal 1 ayat (2) Undang
undang No. 1 Tahun 1970.
c. Pegawai Pengawas adalah Pegawai Pengawas sebagaimana dimaksud pada pasal 1
ayat (5) Undang-undang No. 1 Tahun 1970.
d. Direktur adalah Direktur sebagaimana dimaksud dalam Keputusan Menteri Tenaga
Kerja dan Transmigrasi No. 79 Tahun 1977;
Pasal 2
(1) Peraturan Menteri ini meliputi kwalifikasi juru las untuk ketrampilan pengelasan
sambungan las tumpul dengan proses las busur listrik, las busur listrik submerged, las
gas busur listrik tungstem, las karbit atau kombinasi dari proses las tersebut yang
dilakukan dengan tangan (secara manual), otomatis atau kombinasi.
(2) Syarat untuk juru las yang melakukan pengelasan secara otomatis akan diatur lebih
lanjut.

Pasal 3
(1) Juru las dianggap trampil apabila telah menempuh ujian las dengan hasil
memuaskan
dan mempunyai sertifikat juru las.
(2) Juru las tersebut (1) dianggap tidak trampil apabila selama 6 (enam) bulan terus
menerus tidak melakukan pekerjaan las sesuai dengan yang tercantum dalam sertifikat
juru las

 Per.Menaker No.01/1988;

Menurut saya per.manaker No.10/1988 ini dibutuhkan karna disana mengatur regulasi
standar operator pesawat uap
Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
a.Menteri ialah Menteri yang bertanggung jawab dibidang ketenagakerjaan.
b.Pegawai Pengawas adalah pegawai pengawas sebagaimana dimaksud pada pasal 1
ayat (5) Undang-undang No. 1 Tahun 1970.
c.Pemakai adalah pemakai sebagaimana dimaksud pada pasal 3 Stoom Ordonantie
1930.
d.Pesawat Uap adalah pesawat uap sebagaimana dimaksud dalam pasal 1 Stoom
Ordonantie 1930.
e.Operaor adalah tenaga kerja berkeahlian khusus untuk melayani pemakaian pesawat
uap.

Pasal 2
Peraturan Menteri ini meliputi kwalifikasi wewenang, syarat-syarat dan kewajiban
Melapor

Pasal 3
Kwalifikasi operator terdiri dari 2 kelas yaitu:
(1)Operator kelas I.
a.Sekurang-kurangnya berpendidikan SLTA Jurusan mekanik, listrik, atau IPA.
b.Telah berpengalaman dibidang pelayanan pesawat uap sekurang-kurangnya 2 tahun.
c.Berkelakuan baik dari kepolisian.
d.Berbadan sehat dari dokter.
e.Umur sekurang-kurangnya 23 tahun.
f.Harus lulus paket Al + A2.
g.Lulus ujian yang diselenggarakan oleh Departemen Tenaga Kerja cq. Ditjen
Binawas.

(2)Operator kelas II.


a.Sekurang-kurangnya berpendidikan SLTP, dan diutamakan teknik mekanik, atau
listrik.
b.Pernah sebagai pembantu operator selama 1 tahun.
c.Berkelakuan baik dari kepolisian.
d.Umur sekurang-kurangnya 20 tahun.
e.Berbadan sehat dari dokter.
f.Mengikuti kursus operator paket A1.
g.Lulus ujian yang diselenggarakan oleh Departemen Tenaga Kerja cq. Ditjen Binawas

 Per.Menaker No.01/1989;

Menurut saya per.manaker No.01/1989 ini daibutuhkan untuk mengatur satndar


operator keran angkat.

Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
a. Menteri ialah Menteri yang bertanggung jawab dibidang ketenagakerjaan.
b. Pegawai pengawas adalah pegawai pengawas sebagaimana dimaksud pada pasal 1
ayat (5) Undang-undang No. 1 tahun 1970.
c. Pengusaha adalah orang atau badan hukum sebagaimana dimaksud pada pasal 1 ayat
(3) UU No. 1 Tahun 1970.
d. Keran angkat adalah salah satu jenis peralatan angkat sebagaimana dimaksud pasal 6
Permen No. PER-05/MEN/1985.
e. Operator adalah tenaga kerja berkeahlian khusus untuk melayani pemakaian keran
angkat.

Pasal 2
Peraturan Menteri ini meliputi kwalifikasi, wewenang, syarat-syarat dan kewajiban
melapor.

Pasal 3
Kwalifikasi operator terdiri dari 3 kelas yaitu:
1. Operator kelas I.
2. Operator kelas II.
3. Operator kelas III.

 Per.Menaker No.02/1992;

Menurut saya per.manaker No.02/1992 ini sangat dibutuhkan untuk mengatur


standar juru keselamatn dalam perusahaan.

Pasal 1
Dalam peraturan ini yang dimaksud dengan:
a. Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah tenaga teknik berkeahlian khusus
dari
luar Departemen Tenaga Kerja yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja untuk
mengawasi ditaatinya Undang-undang Keselamatan Kerja.
b. Pengurus adalah orang yang mempunyai tugas memimpin langsung suatu tempat
kerja atau bagiannya yang berdiri sendiri.
c. Tempat kerja adalah tiap ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka, bergerak
atau
tetap dimana tenaga kerja melakukan pekerjaan atau yang sering dimasuki tenaga
kerja untuk keperluan suatu usaha, dan dimana terdapat sumber atau sumber-sumber
bahaya.
d. Direktur ialah Direktur sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang No. 1 tahun
1970 tentang Keselamatan Kerja.

Pasal 2
(1) Menteri Tenaga Kerja atau Pejabat yang ditunjuk berwenang menunjuk ahli
keselamatan dan kesehatan kerja pada tempat kerja dengan kriteria tertentu dan pada
perusahaan yang memberikan jasa dibidang keselamatan dan kesehatan kerja.
(2) Kriteria tertentu sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) adalah:
a. Suatu tempat kerja dimana pengurus mempekerjakan tenaga kerja lebih dari 100
orang;
b. Suatu tempat kerja dimana pengurus mempekerjakan tenaga kerja kurang dari 100
orang akan tetapi menggunakan bahan, proses, alat dan atau instalasi yang besar
risiko bahaya terhadap keselamatan dan kesehatan kerja;
Pasal 3
Untuk dapat ditunjuk sebagai ahli keselamatan dan kesehatan kerja harus memenuhi
persyaratan sebagai berikut:
Berpendidikan Sarjana, Sarjana Muda atau Sederajat dengan ketentuan sebagai
berikut:
1. Sarjana dengan pengalaman kerja sesuai dengan bidang keahliannya sekurang-
kurangnya 2 tahun;
2. Sarjana Muda atau Sederajat dengan pengalaman kerja sesuai dengan bidang
keahliannya sekurang-kurangnya 4 tahun:
a. Berbadan sehat;
b. Berkelakuan baik;
c. Bekerja penuh di instansi yang bersangkutan;
d. Lulus seleksi dari Tim Penilai.

 Kep.Menakertrans No.187/1999

Menurut saya kep.manakertrans No.182/1999 ini sagat dibutuhkan olah perusahaan


karna merekan bergerak di juru kimia yang sangat rentan tercemar diperusahaan.

Pasal 1
a. Bahan Kimia Berbahaya adalah bahan kimia dalam bentuk tunggal atau campuran
yang berdasarkan sifat kimia atau fisika dan atau toksikologi berbahaya terhadap
tenaga kerja, instalasi dan lingkungan.
b. Nilai Ambang Kuantitas yang selanjutnya disebut NAK adalah standar kuantitas
bahan kimia berbahaya untuk menetapkan potensi bahaya bahan kimia di tempat
kerja.
c. Pengendalian bahan kimia berbahaya adalah upaya yang dilakukan untuk mencegah
dan atau mengurangi risiko akibat penggunaan bahan kimia berbahaya di tempat kerja
terhadap tenaga kerja, alat-alat kerja dan lingkungan.
d. Lethal Dose 50 (LD 50 ) adalah dosis yang menyebabkan kematian pada 50%
binatang
percobaan.
e. Lethal Concentration 50 (LC50 ) adalah konsentrasi yang menyebabkan kematian
pada
50% binatang percobaan.
f. Pengusaha adalah :
1. Orang, perseorangan, persekutuan atau badan hukum yang menjalankan suatu
perusahaan milik sendiri;
2. Orang, perseorangan, persekutuan atau badan hukum yang secara berdiri sendiri
menjalankan perusahaan bukan miliknya;
3. Orang, perseorangan, persekutuan atau badan hukum yang berada di Indonesia
mewakili perusahaan sebagaimana dimaksud dalam angka 1 dan angka 2 yang
berkedudukan di luar wilayah Indonesia.
g. Pengurus adalah orang yang ditunjuk untuk memimpin langsung suatu kegiatan kerja
atau bagiannya yang berdiri sendiri.
h. Tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan baik di dalam
maupun di luar hubungan kerja, guna menghasilkan jasa atau barang untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat.
KEP.187/MEN/1999
3 dari 23
i. Tempat kerja adalah tiap ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka, bergerak atau
tetap, dimana tenaga kerja, melakukan pekerjaan atau sering dimasuki tenaga kerja
untuk keperluan suatu usaha, dan dimana terdapat sumber atau sumber-sumber
bahaya.
j. Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah tenaga teknis berkeahlian khusus dari
luar Departemen Tenaga Kerja yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja.
k. Pegawai Pengawas Ketenagakerjaan adalah pegawai teknis berkeahlian khusus dari
Departemen Tenaga Kerja yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja.
l. Direktur adalah pejabat yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja sebagaimana
dimaksud dalam pasal 1 ayat 4 UU No. 1 Tahun 1970.
m. Menteri adalah menteri yang membidangi ketenagakerjaan.
Pasal 2
Pengusaha atau pengurus yang menggunakan, menyimpan, memakai, memproduksi
dan
mengangkut bahan kimia berbahaya di tempat kerja wajib mengendalikan bahan kimia
berbahaya untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja.
Pasal 3
Pengendalian bahan kimia berbahaya sebagaimana dimaksud pasal 2 meliputi :
a. penyediaan Lembar Data Keselamatan Bahan (LDKB) dan label;
b. penunjukan petugas K3 Kimia dan Ahli K3 Kimia.
4. Buat komentar dilengkapi dengan ilustrsi Foto, Animasi tentang kelembagaan K3
dibawah ini

 Kep.Menaker No.155/1984;

Kep.manaker No.155/1984 ini sagat dibutuhkan oleh perusahaan untuk mengatur


susunan dewan keselamatan kerja.

 Per.Menaker No.04/1987;
Per.manaker No.03/1987 ini sangat dibuhkan dalam mengatur panitia pembina
keselamatan kerja diperusahaan.

 Per.Menaker No.04/1995

Menurut sya per.menaker No.04/1995 ini diperlukan dlam penyediaan perusahan


keselamatan kerja.

Anda mungkin juga menyukai