Anda di halaman 1dari 100

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

DI LINGKUNGAN KERJA
PERATURAN PERUNDANGAN K3
AHLI K3 DAN P2K3

1 Permenaker No. : Per.04/Men/1987 Pasal 2


Panitia Pembina Keselamatan Dan 1. Setiap tempat kerja dengan kriteria tertentu pengusaha atau pengurus wajib membentuk P2K3.
Kesehatan Kerja Serta Tata Cara 2. Tempat kerja dimaksud ayat (1) ialah:
Penunjukan Ahli Keselamatan Kerja a. tempat kerja dimana pengusaha atau pengurus mempekerjakan 100 orang atau lebih;
b. tempat kerja dimana pengusaha atau pengurus mempekerjakan kurang dari 100 orang, akan tetapi
menggunakan bahan, proses dan instalasi yang mempunyai risiko yang besar akan terjadinya peledakan,
kebakaran, keracunan dan penyinaran radioaktif.

2 Permenaker No. : Per.02/Men/1992 Pasal 2


Tata Cara Penunjukan Kewajiban Dan 1. Menteri Tenaga Kerja atau Pejabat yang ditunjuk berwenang menunjuk ahli keselamatan dan kesehatan
Wewenang Ahli Keselamatan Dan kerja pada tempat kerja dengan kriteria tertentu dan pada perusahaan yang memberikan jasa dibidang
Kesehatan Kerja keselamatan dan kesehatan kerja.
2. Kriteria tertentu sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) adalah:

a. Suatu tempat kerja dimana pengurus mempekerjakan tenaga kerja lebih dari 100 orang;
b. Suatu tempat kerja dimana pengurus mempekerjakan tenaga kerja kurang dari 100 orang akan tetapi
menggunakan bahan, proses, alat dan atau instalasi yang besar risiko bahaya terhadap keselamatan dan
kesehatan kerja;
K3 DAN SMK3
3 Undang-Undang Kewajiban Pengurus
Nomor 1 Tahun 1970 Pasal 14
Keselamatan Kerja a. secara tertulis menempatkan dalam tempat kerja yang dipimpinnya, semua syarat keselamatan
kerja yang diwajibkan, sehelai Undang-undang ini dan semua peraturan pelaksanaannya yang
berlaku bagi tempat kerja yang bersangkutan, pada tempat-tempat yang mudah dilihat dan
terbaca dan menurut petunjuk pegawai pengawas atau ahli keselamatan kerja;
b. Memasang dalam tempat kerja yang dipimpinnya, semua gambar keselamatan kerja yang
diwajibkan dan semua bahan pembinaan lainnya, pada tempat-tempat yang mudah dilihat dan
terbaca menurut petunjuk pegawai pengawas atau ahli keselamatan kerja.
c. Menyediakan secara cuma-cuma, semua alat perlindungan diri yang diwajibkan pada tenaga
kerja yang berada dibawah pimpinannya dan menyediakan bagi setiap orang lain yang
memasuki tempat kerja tersebut, disertai dengan petunjuk-petunjuk yang diperlukan menurut
petunjuk pegawai pengawas atau ahli-ahli keselamatan kerja.
4 Peraturan Pemerintah Nomor 50 Pasal 5
Tahun 2012 Tentang Penerapan 1. Setiap perusahaan wajib menerapkan SMK3 di perusahaannya.
Sistem Manajemen Keselamatan 2. Kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku bagi perusahaan:
Dan Kesehatan Kerja a. mempekerjakan pekerja/buruh paling sedikit 100 (seratus) orang; atau
b. mempunyai tingkat potensi bahaya tinggi.
5 Permenaker No. : 9 Tahun 2016 Pasal 2
Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Pengusaha dan/atau Pengurus wajib menerapkan K3 dalam bekerja pada ketinggian
Dalam Pekerjaan Pada Ketinggian
PENAGGULANGAN KEBAKARAN
6 Permenakertrans No. : Pasal 4
Per.04/Men/1980 Syarat-Syarat 1. Setiap satu atau kelompok alat pemadam api ringan harus ditempatkan pada posisi yang mudah
Pemasangan Dan Pemeliharan Alat dilihat dengan jelas, mudah dicapai dan diambil serta dilengkapi dengan pemberian tanda
Pemadam Api Ringan pemasangan.
2. Pemberian tanda pemasangan tersebut ayat (1) harus sesuai dengan lampiran I.
3. Tinggi pemberian tanda pemasangan tersebut ayat (1) adalah 125 cm dari dasar lantai tepat
diatas satu atau kelompok alat pemadam api ringan bersangkutan.
4. Pemasangan dan penempatan alat pemadam api ringan harus sesuai dengan jenis dan
penggolongan kebakaran seperti tersebut dalam lampiran 2.
5. Penempatan tersebut ayat (1) antara alat pemadam api yang satu dengan lainnya atau kelompok
satu dengan lainnya tidak boleh melebihi 15 meter, kecuali ditetapkan lain oleh pegawai
pengawas atau ahli keselamatan Kerja.
6. Semua tabung alat pemadam api ringan sebaiknya berwarna merah.
7 Permenaker No. : Per.02/Men/1983 Pasal 3
Instalasi Alarm Kebakaran 1. Detektor harus dipasang pada bagian bangunan kecuali apabila bagian bangunan tersebut telah
Automatik dilindungi dengan sistem pemadam kebakaran automatik.
2. Apabila detektor-detektor dipasang dalam suatu ruangan aman yang tahan api (strong room),
maka detektor-detektor tersebut harus memiliki kelompok alarm yang terpisah atau harus
terpasang dengan alat yang dapat mengindikasi sendiri yang dipasang diluar ruangan tersebut.
3. Setiap ruangan harus dilindungi secara tersendiri dan apabila suatu ruangan terbagi oleh dinding
8 Permenaker No. : Pasal 2
Kep.186/Men/1999 Unit 1. Pengurus atau pengusaha wajib mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran, latihan
Penanggulangan Kebakaran Di penanggulanggan kebakaran di tempat kerja.
Tempat Kerja 2. Kewajiban mencegah, megurangi dan memadamkan kebakaran di tempat kerja sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) meliputi:
Prosedur dalam menghadapi keadaan darurat bahaya kebakaran.

KECELAKAAN KERJA

9 Permenakertrans No.: Pasal 2


Per.15/Men/VIII/2008 Pertolongan 1. Pengusaha wajib menyediakan petugas P3K dan fasilitas P3K di tempat kerja
Pertama Pada Kecelakaan Di 2. Pengurus wajib melaksanakan P3K di tempat kerja.
Tempat Kerja.

ALAT PELINDUNG DIRI


13 Permenakertrans No. : Pasal 2
Per.08/Men/VII/2010 Tentang 1. Pengusaha wajib menyediakan APD bagi pekerja/buruh di tempat kerja.
Alat Pelindung Diri 2. APD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus sesuai dengan Standar Nasional Indonesia
(SNI) atau standar yang berlaku.
3. APD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib diberikan oleh pengusaha secara cuma-
cuma.
KESEHATAN KERJA
10 Permenakertrans No. Pasal 1
Per.02/Men/1980 Pemeriksaan a. Pemeriksaan Kesehatan sebelum kerja adalah pemeriksaan kesehatan yang dilakukan oleh
Kesehatan Tenaga Kerja Dalam dokter sebelum seorang tenaga kerja diterima untuk melakukan pekerjaan.
Penyelenggaraan Keselamatan b. Pemeriksaan kesehatan berkala adalah pemeriksaan kesehatan pada waktu-waktu tertentu
Kerja terhadap tenaga kerja yang dilakukan oleh dokter
c. Pemeriksaan Kesehatan Khusus adalah pemeriksaan kesehatan yang dilakukan oleh dokter
secara khusus terhadap tenaga kerja tertentu.
11 Permenakertrans No.: Pasal 2
Per.01/Men/1981 Kewajiban 1. Apabila dalam pemeriksaan kesehatan bekerja dan pemeriksaan kesehatan khusus
Melapor Penyakit Akibat Kerja sebagaimana ditetapkan dalam peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No Per.
02/Men/1980 ditemukan penyakit kerja yang diderita oleh tenaga kerja, pengurus dan Badan
yang ditunjuk wajib melaporkan secara tertulis kepada Kantor Direktorat Jenderal Pembinaan
Hubungan Perburuhan dan Perlindungan Tenaga Kerja setempat.
2. Penyakit akibat kerja yang wajib dilaporkan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini
adalah sebagaimana ditetapkan dalam lampiran Peraturan Menteri ini.

12 Permenakertrans No. : Pasal 3


No: Per.03/Men/1982 Pelayanan 1. Setiap tenaga kerja berhak mendapatkan Pelayanan Kesehatan Kerja.
Kesehatan Tenaga Kerja 2. Pengurus wajib memberikan Pelayanan Kesehatan Kerja sesuai dengan kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN

14 Peraturan Pemerintah Pasal 2


Nomor 74 Tahun 2001 Tentang Pengaturan pengelolaan B3 bertujuan untuk mencegah dan atau mengurangi risiko dampak B3
Pengelolaan Bahan Berbahaya Dan terhadap lingkungan hidup, kesehatan manusia dan makhluk hidup lainnya
Beracun
15 Kepmennaker No.: Pasal 2
Kep.187/Men/1999 Tentang Pengusaha atau pengurus yang menggunakan, menyimpan, memakai, memproduksi dan
Pengendalian Bahan Kimia mengangkut bahan kimia berbahaya di tempat kerja wajib mengendalikan bahan kimia berbahaya
Berbahaya Di Tempat Kerja untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja.

BOILER
20 Peraturan Menteri Tenaga Kerja Pasal 1
Nomor : PER.01/MEN/1988 tentang a. Pesawat Uap adalah pesawat uap sebagaimana dimaksud dalam pasal 1 Stoom Ordonantie
Kwalifikasi Dan Syarat-Syarat 1930.
Operator Pesawat Uap b. Operator adalah tenaga kerja berkeahlian khusus untuk melayani pemakaian pesawat uap
19 Permenaker No. : Pasal 1
37 Tahun 2016 Tentang K3 Bejana 1. Pengurus dan/atau Pengusaha wajib menerapkan syarat-syarat K3 Bejana Tekanan atau
Tekan dan Tangki Timbun Tangki Timbun.
2. Syarat-syarat K3 sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan dan/atau standar yang berlaku.
Paxal 6
1. Tangki Timbun sebagaimana dimaksud dalam Pasal meliputi:
a. tangki penimbun cairan bahan mudah terbakar;
b. tangki penimbun cairan bahan berbahaya; dan
c. tangki penimbun cairan selain huruf a dan huruf
1. Tangki Timbun sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a memiliki volume paling sedikit 200
(dua ratus) liter.
Pasal 68
1. Setiap kegiatan perencanaan, pembuatan, pemasangan, pengisian, pengangkutan,
pemakaian, pemeliharaan, perbaikan, modifikasi, dan penyimpanan Bejana Tekanan dan
Tangki Timbun harus dilakukan pemeriksaan dan/atau pengujian.
LINGKUNGAN KERJA

20 Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Pasal 2


Republik Indonesia Nomor 5 Tahun Pengusaha dan/atau Pengurus wajib melaksanakan syarat-syarat K3 Lingkungan Kerja
2018 Tentang Keselamatan Dan
Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja
21 Kepmenkes No.: 70 Tahun 2016 Pasal 2
Tentang Standar Dan Persyaratan (1) Setiap industri wajib memenuhi standar dan menerapkan persyaratan kesehatan lingkungan
Kesehatan Lingkungan Kerja Industri kerja industri.
(2) Industri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. industri dengan usaha besar; b. industri dengan usaha menengah;
c. industri dengan usaha kecil; dan d. industri dengan usaha mikro
Pasal 2
Standar kesehatan lingkungan kerja industri meliputi:
a. nilai ambang batas faktor fisik dan kimia; b. indikator pajanan biologi; dan
c. standar baku mutu kesehatan lingkungan.
Pasal 4
(1) Persyaratan kesehatan lingkungan kerja industri meliputi:
a. persyaratan faktor fisik;
b. b. persyaratan faktor biologi;
c. persyaratan penanganan beban manual; dan
d.persyaratan kesehatan pada media lingkungan.
Permenaker No. :12 Tahun 2015 Pasal 2
Tentang Keselamatan Dan Pengusaha dan/atau pengurus wajib melaksanakan K3 listrik di tempat kerja
Kesehatan Kerja Listrik Di Tempat
Kerja Permenaker No. :33 Tahun 2015 Tentang Perubahan Atas Permenaker No.: 12 Tahun 2015
Tentang Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Listrik Di Tempat Kerja

PUIL 2011
Persyaratan Umum Instalasi Listrik
2011
Permenaker No. : Per.02/Men/1989 PEMERIKSAAN DAN PENGUJIAN
Tentang Pengawasan Instalasi Pasal 50
Penyalur Petir 1. Setiap instalasi penyalur petir dan bagian harus dipelihara agar selalu bekerja dengan tepat,
aman dan memenuhi syarat;
Permenaker No. : 2. Instalasi penyalur petir harus diperiksa dan diuji:
31 Tahun 2015 Tentang Perubahan a. Sebelum penyerahan instalasi penyalur petir dan instalatir kepada pemakai;
Atas Permenaker No.: 31 Tahun b. Setelah ada perubahan atau perbaikan suatu bangunan dan atau instalasi penyalur petir;
2015 Tentang Pengawasan Instalasi c. Secara berkala setiap dua tahun sekali;
Penyalur Petir d. Setelah ada kerusakan akibat sambaran petir
ISTILAH DI DALAM K3
UNSAFE ACT
UNSAFE CONDITION
APD
Simbol DAN RAMBU k3
PENANGANAN tANGGAP DARURAT
SIMULASI EVAKUASI DAN PEMADAN API
TEORI API
OKSIGEN PANAS
Sumber oksigen adalah dari udara, dimana Sumber panas diperlukan untuk mencapai
dibutuhkan paling sedikit sekitar 15% volume suhu penyalaan sehingga dapat mendukung
oksigen dalam udara agar terjadi terjadinya kebakaran. Sumber panas antara
pembakaran. Udara normal di dalam atmosfir lain: panas matahari, permukaan yang panas,
kita mengandung 21% volume oksigen. nyala terbuka, gesekan, reaksi kimia
eksotermis, energi listrik, percikan api listrik,
api las / potong, gas yang dikompresi

BAHAN MUDAH TERBAKAR

BENDA PADAT BENDA CAIR BENDA GAS

bahan bakar padat yang mudah terbakar, bahan bakar cair yang mudah terbakar bahan bakar gas contohnya: gas
seperti; kayu, kain, kertas, kapuk, karet, seperti; bensin, minyak, tanah, spirtus, alam, asetilen, propan, karbon
plastik dan karet. solar, aftur (jet fuel), alkohol, grease, gas monoksida, dan butan.
yang mudah terbakar.
KLASIFIKASI API
Klasifikasi kebakaran atau api yang dianut oleh Indonesia adalah klasifikasi kebakaran mengadopsi
sistem National Fire Protection Association (NFPA), sesuai keputusan Menteri Tenaga Kerja Indonesia
melalui Peraturan PER.MEN: NO/PER/04/MEN/1980 tertanggal 14 April 1980.

KELAS
kebakaran atau api yang terjadi pada bahan bakar padat yang mudah
terbakar, seperti; kayu, kain, kertas, kapuk, karet, plastik dan karet.

kebakaran atau api yang terjadi pada bahan bakar cair yang mudah
terbakar seperti; bensin, minyak, tanah, spirtus, solar, aftur (jet fuel),
alkohol, grease, gas yang mudah terbakar.

kebakaran atau api yang terjadi akibat peralatan listrik.

kebakaran atau api yang terjadi pada bahan bakar logam atau metal,
seperti; magnesium, titanium, zirconium, sodium, lithium dan
potasium.

Kebakaran atau api yang terjadi akibat bahan memasak yang mudah
terbakar seperti lemak dan minyak sayur.
TEKNIK MEMADAMKAN API
1. Smothering (menyelimuti), adalah suatu cara pemadaman kebakaran
yang pelaksanaannya untuk menutupi bahan yang terbakar dan bertujuan
untuk menghambat atau menghilangkan O2.
2. Cooling (mendinginkan), teknik pemadaman dengan cara menyerap panas
(menurunkan suhu) dari bahan bakar yang terbakar, sehingga proses
pembakaran akan terhalang.
3. Starvation (mengurangi atau memisahkan bahan bakar), teknik pemadaman
dengan cara memutuskan persediaan bahan bakar.
4. Breaking chain reaction, teknik pemadaman dengan cara memutuskan
rantai reaksi kimia/reaksi pembakaran, menggunakan CO2
EVAKUASI
Evakuasi adalah pengosongan sesuatu dari
tempat / ruang berbahaya ke tempat lain yang
aman

Evakuasi adalah suatu tindakan pengamanan


dari tempat bahaya kebakaran ke tempat
aman dengan mentaati ketentuan atau
prosedur yang ditetapkan sebelumnya.
PELAKSANAAN EVAKUASI
DENAH TANGGAP DARURAT
NOMOR TELEPON PENTING

NOMOR TELPON KHUSUS INSTANSI


110 POLSEK
123 PLN
118/119 AMBULANCE
115 BNPB
113 PEMADAM KEBAKARAN
LAMPIRAN III PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PER-15/MEN/VIII/2008
TENTANG PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN DI TEMPAT KERJA JUMLAH PEKERJA, JENIS KOTAK P3K DAN JUMLAH KOTAK P3K.

Jumlah Tipe Jumlah Kotak


Pekerja Kotak Tiap 1 (satu) Unit Kerja
P3K
Kurang 25 A 1 Kot ak A
26 s.d 50 A/ B 1 Kot ak B at au 2 kot ak A
51 s.d 100 A/ B/ C 1 kot ak C at au,
2 kot ak B at au,
4 kot ak A at au,
1 kot ak B dan 2 kot ak A
Set iap 100 A/ B/ C 1 kot ak C at au,
2 kot ak B at au,
4 kot ak A at au,
1 kot ak B dan 2 kot ak A

Cat at an :
1. 1 kot ak B set ara dengan 2 kot ak A.
2. 1 kot ak C set ara dengan 2 kot ak B
No. ISI Kotak A Kotak B Kotak C
(Untuk 25 (untuk 50 (untuk 100
Pekerja atau Pekerja atau Pekerja atau
kurang) kurang) kurang)
1. Kasa steril terbungkus 20 40 40
2. Perban (lebar 5 cm) 2 4 6
3. Perban (lebar 10 cm) 2 4 6
4. Plester (lebar 1,25 cm) 2 4 6
5. Plester Cepat 10 15 20
6. Kapas (25 gram) 1 2 3
7. Kain segitiga/mittela 2 4 6
8. Gunting 1 1 1
9. Peniti 12 12 12
10. Sarung tangan sekali pakai (pasangan) 2 3 4
11. Masker 2 4 6
12. Pinset 1 1 1
13. Lampu senter 1 1 1
14. Gelas untuk cuci mata 1 1 1
15 Kantong plastik bersih 1 2 3
16 Aquades (100 ml lar. Saline) 1 1 1
17. Povidon Iodin (60 ml) 1 1 1
18. Alkohol 70% 1 1 1
19. Buku panduan P3K di tempat kerja 1 1 1
20. Buku catatan 1 1 1
21. Daftar isi kotak 1 1 1
Sebab-Sebab Terjadinya Kecelakaan Kerja
HAZARDS
IDENTIFICATION
TOOLS

IDENTIFIKASI BAHAYA,
PENILAIAN RISIKO DAN PENGENDALIAN
RISIKO
PROSES IDENTIFIKASI BAHAYA,PENILAIAN RISIKO DAN
PENGENDALIAN RISIKO
Mengklasifikasikan aktivitas kerja

PERWAKILAN MANAJEMEN konsultasi PERWAKILAN PEKERJA

Mengidentifikasi bahaya

MENILAI RISIKO

menerapkan pengendalian RISIKO


(jika diperlukan).

IMPLEMENTASI
HAZARDS
IDENTIFICATION HAZARDS
IDENTIFICATION
TOOLS

TOOLS
GRAFITASI
GRAFITASI
64
PERGERAKAN BENDA
66
MEKANIK
68
LISTRIK
70
PRESSURE
Hydraulic Energy Hazards

72
Pneumatic Energy Hazards

73
SUHU
SUHU
76
BAHAN KIMIA
78
BIOLOGI
RADIASI
81
SUARA
ERGONOMIC
ERGONOMIC
PSIKOLOGI
Status
Working conditions

Workload Economic factors

Long hours
Bullying

Workplace conflict
Narcissism and psychopathy
Sexual harassment
TIPE KECELAKAAN
• Terbentur
Kontak atau persinggungan dengan benda tajam atau benda keras yang
mengakibatkan tergores, terpotong, tertusuk)
• Terpukul
Kontak atau persinggungan benda yang jatuh, meluncur, melayang, bergerak)
• Tertangkap pada, dalam dan diantara benda
Terjepit, tergigit, tertimbun, tenggelam
• Jatuh dari ketinggian yang sama.
• Jatuh dari ketinggian yang berbeda.
• Tergelincir.
• Terpapar
Berhubungan dengan temperatur, tekanan udara, getaran,
radiasi, suara, cahaya
• Penghisapan, penyerapan
Proses masuknya bahan atau zat berbahaya ke dalam tubuh,
baik melalui pernafasan ataupun kulit dan yang pada
umumnya berakibat sesak nafas, keracunan, mati lemas)
• Tersentuh aliran listrik.
SUMBER KECELAKAAN
1.Mesin (mesin pons, mesin press, gergaji, mesin bor, mesin tenun, dan lain-lain).
2.Penggerak mula dan pompa (motor bakar, pompa angin/kompressor, pompa air,
kipas angin, penghisap udara, dan lain-lain).
3.Lift (lift untuk orang atau barang baik yang digerakkan dengan tenaga uap, listrik,
hydraulik, dan lain-lain).
4.Pesawat angkat (keran angkat, derek, dongkrak, takel, lir, dan lain-lain).
5.Conveyor (ban berjalan, rantai berjalan, dan lain-lain).
6.Pesawat angkut (lori, forklift, gerobag, mobil, truck, cerobong penghantar, dan lain-
lain).
7.Alat transmisi mekanik (rantai, pulley, dan lain-lain).
8.Perkakas kerja tangan (pahat, palu, pisau, kapak, dan lain-lain).
9.Pesawat uap dan bejana tekan (ketel uap, bejana uap, pemanas air, pengering uap,
botol baja, tabung bertekanan, dan lain-lain).
10. Peralatan listrik (motor listrik, generator, transformator, ornamen listrik, zakering,
sakelar, kawat penghantar, dan lain-lain).
11. Bahan kimia (bahan kimia yang mudah meledak, atau menguap, beracun, korosif,
uap logam, dan lain-lain).
12. Debu berbahaya (debu yang mudah meledak, debu organik, debu anorganik seperti
debu asbes, debu silika, dan lain-lain).
13. Radiasi dan bahan radioaktif (radium, cobalt, sinar ultra, sinar infra, dan lain-lain).
14. Faktor lingkungan (contoh: iklim kerja, tekanan udara, geteran, bising, cahaya, dan
lain-lain).
15. Bahan mudah terbakar dan benda panas (lak. Film. Minyak, kertas, kapuk, uap, dan
lain-lain).
16. Binatang (serangga, cacing, binatang buas, bakteri, dan lain-lain).
17. Permukaan lantai kerja (lantai, bordes, jalan, peralatan, dan lain- lain).
18. Lain-lain (perancah, tangga, peti, kaleng, sampah, benda kerja, dan lain-lain).
Nilai Kemungkinan (Probability) Terjadinya Risiko

Level Probabilitas Penjelasan


1 Jarang Mungkin terjadi hanya pada kondisi tidak normal;
Probabilitas ≤ 20%.

2 Kemungkinan Kecil Mungkin terjadi pada beberapa waktu;


Probabilitas 20% < X ≤ 40%.

3 Kemungkinan Sedang Dapat terjadi pada beberapa waktu;


Probabilitas 40% < X ≤ 60%

4 Kemungkinan Besar Akan mungkin terjadi pada banyak keadaan;


Probabilitas 60% < X ≤ 80%

5 Hampir Pasti Dapat terjadi pada banyak keadaan;


Probabilitas 80% < X < 100%
Nilai Dampak Terjadinya Risiko

Level Dampak/ Penjelasan


Konsekuensi
1 Tidak Signifikan Kecelakaan Kerja dengan dampak luka kecil tanpa
perlu bantuan dokter
2 Kecil Kecelakaan Kerja dengan dampak luka besar perlu
bantuan dokter
3 Sedang Kecelakaan Kerja dengan dampak luka besar perlu
bantuan dokter spesialis tanpa opname
4 Besar Kecelakaan Kerja dengan dampak luka parah
perlu bantuan dokter spesialis dan perlu opname

5 Katastropik Kecelakaan Kerja dengan dampak luka sangat


parah dan kematian
Klasifikasi Risiko
Katagori Tingkat Risiko
Pengendalian Risiko
thank you!

Anda mungkin juga menyukai