Anda di halaman 1dari 14

TUGAS

PERTEMUAN 13
EKONOMI ISLAM PADA MASA RASULLULLAH
SAW DAN PARA SAHABATNYA

OLEH :
MUHAMMAD ARIF
22064051

Dr.Muhammad Zein, Lc,Ma


TEKNIK ELEKTRO
D3 TEKNIK LISTRIK
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada Kami, sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah “Keluarga dalam
Islam”

Makalah ini telah disusun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu Kami menyampaikan
banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka Kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata Kami berharap semoga makalah mengenai “ekonomi islam pada masa
rasullullah SAW dan para sahabatnya”.

Padang, 20 November 2022

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN COVER ………………………………………………………………..


KATA PENGANTAR………………………………………………………………..
DAFTAR ISI ………………………………………………………………………..
BAB I PENDAHULUAN
Latar belakang…………………………………………………………………
Rumusan masalah……………………………………………………………...
Tujuan ………………………………………………………………………….
BAB II PEMBAHASAN
Perekonomian pada masa Rasulullah Saw……………………………………..
Sumber pendapatan sekunder dan primer pada masa Rasulullah Saw…………
BAB III PENUTUP
Kesimpulan………………………………………………………………………
Saran……………………………………………………………………………..
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan ekonomi islam menjadi suatu yang tidak dapat dipisahkan dari
perkembangan sejarah islam. Walaupun sejumlah literature tidak secara implisit menyebutkan
keberadaan pemikiran ekonomi islam, tetapi hal ini diakibatkan perkembangan ekonomi islam
tidak dipisahkan dari perkembangan social kemasyarakatan. Disamping itu, ekonomi bukan ilmu
spesifik yang menjadi alasan untuk dipisahkan dari perkembangan sosial kemasyarakatan di
masa Rasulullah SAW dan Khulaurasyidin.tetapi bukan berarti pemikiran tentang ekonomi
minim, tetapi hal ini menunjukkan tidak adanya pemisahan antara satu urusan dengan urusan lain
dalam mencari keridhoan Allah.
Mengapa saat ini perkembangan pemikiran ekonomi islam kurang dikenal dan kurang
berpengaruh dalam kehidupan masyarakat ?hal ini dikarenakan kajian-kajian pemikiran ekonomi
islam kurang tereksplorasi ditengah maraknya dominasi ilmu ekonomi konvensional yang lebih
banyak digunakan pada saat ini., baik di negara maju maupun berkembang. Akibatnya
perkembangan ekonomi islam, yang telah ada sejak tahun 600 M, kurang begitu dikenal oleh
masyarakat.
Pemikiran ekonomi islam diawali sejak Muhammad Saw dipilih sebagai seorang rasul
(utusan Allah), Rasulullah Saw mengeluarkan sejumlah kebijakan yang menyangkut berbagai hal
yang berkaitan degan masalah kemasyarakatan, selain masalah hukum, politik,juga masalah
perniagaan atau ekonomi. Masalah-masalah ekonomi umat menjadi perhatian Rasulullah Saw,
karena masalah ekonomi merupakan pilar penyangga keimanan yang harus diperhatikan.
Selanjutnya kebijakan-kebijakan Rasulullah Saw menjadi pedoman oleh para
penggantinya Abu Bakar, Umar bin Khatab, Utsman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib dalam
memutuskan masalah-masalah ekonomi. Al-Qur’an dan Al-Hadits digunakan sebagai dasar teori
ekonomi oleh para khalifah juga digunakan oleh para pengikutnya dalam menata kehidupan
ekonomi negara.
B. Rumusan Masalah
Di atas sudah disinggung sedikit mengenai perkembangan ekonomi islam yang tidak
dapat dipisahkan dari sejarah islam itu sendiri dan kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai
perkembangan ekonomi islam dikarenakan ilmu ekonomi kovensional lebih dikenal serta umum
dilakukan di lingkungan masyarakat. Berdasarkan permasalahan diatas muncullah pertanyaan
sebagai berikut :
1. Bagaimana perekonomian di masa Rasulullah Saw ?
2. Apa saja sumber pendapatan sekunder dan pendapatan primer pada masa Rasulullah Saw ?

C. Tujuan
Dari pertanyaan diatas maka Tujuan dari pembuatan makalah ini sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui dan menyampaikan bagaimana perekonomian pada masa Rasulullah Saw
2. Untuk mengetahui dan memperjelas pendapatan sekunder dan pendapatan primer pada masa
Rasulullah Saw, karena terkadang orang-orang masih sering salah dalam menyapampaikan
pendapatan pada masa Rasulullah dengan pada masa Khulaurrasyidin
BAB II
PEMBAHASAN
A. Perekonomian di Masa Rasulullah Saw
Beliau adalah Muhammad bin Abdullah bin Abd Al-Muthallib bin Hasyim bin Abd Manaf
bin Qusay bin Kilab bin Murrah bin Ka’ab bin Luay bin Ghalib bin Fihr bin Malik bin Al-Nadr
bin Kinanah bin Khuzaimah bin Mudrikah bin Ilyas bin Mudar bin Nizar bin Ma’ad bin Adnan.
Ibunya bernama Aminah binti Wahb bin Abd Manaf bin Zuhrab bin Kilab. Muhammad Saw
lahir, pagi senin 12 rabiul awal, bertepatan tanggal 20 april 571 M,(Maraghi, 2001). Dirumah
Abd Al-Muthallib dan dibidani oleh Al-Syifa, ibu Abd Al-Rahman bin Auf.
Rasulullah diberi amanat untuk mengemban dakwah islam pada umur 40 tahun. Dalam
memimpin umatnya Rasulullah saw tidak mendapatkan gaji atau upah sedikitpun dari negara,
kecuali hadiah kecil yang umumnya berupa bahan makanan. Salah satu pemimpin kaum
menawarkan miliknya kepada Rasulullah saw yang kemudian diberikan kepada Ummul Yaman,
seorang ibu pengasuh.(Karim, 2001).
Rasulullah saw mendirikan majelis syura, majelis ini terdiri dari pemimpin kaum yang
sebagian dari mereka bertanggung jawab mencatat wahyu. Pada tahun ke 6 hijriah sekretaris
dengan bentuk yang sederhana telah dibangun. Utusan negara telah dikirim ke berbagai raja dan
pemimpin-pemimpin. Orang-orang ini mengerjakan tugasnya dengan sukarela dan membiayai
hidupnya dari sumber independen, sedangkan pekerjaan sangat sederhana tidak memerlukan
perhatian penuh.
Bilal bertugas mengurus keperluan rumah tangga Rasulullah saw dan bertanggung jawab
mengurus tamu-tamunya(Karim, sejarah pemikiran ekonomi islam, 2001). Umumnya orang-
orang yang ingin bertemu Rasulullah saw adalah orang miskin. Mereka diberikan makanan dan
juga pakaian. Demikian pula ketika Bilal tidak mempunyai uang, ia biasanya meminjam dari
orang Yahudi, yang kemudian dibayar oleh Rasulullah.
Setelah Mekkah jatuh, jumlah delegasi yang datang bertamabah banyak sehingga tanggung
jawab Bilal untuk melayani mereka bertambah. Dalam beberapa keadaan Rasulullah saw juga
membiayai perjalanan mereka dan memberikan hadiah-hadiah. Rasulullah saw memerintahkan
penerusnya untuk melanjutkan tradisi ini dalam sabdanya “seperti halnya aku memberikan
hadiah kepada para delegasi itu, kalian juga harus melakukan hal yang sama.”
Pada masa Rasulullah saw tidak ada tentara formal.semua muslim yang mampu boleh
menjadi tentara. Mereka tidak mendapatkan gaji yang tetap. Tetapi mereka diperbolehkan
mendapatkan bagian dari rampasan perang,(Sudarsono, 2002). Rampasan tersebut meliputi
senjata, kuda, unta dan barang-barang bergerak lain yang didapatkan dalam perang. Situasi
berubah setelah turunnya
surat Al-Anfal Ayat 41:
ِ ِ‫يالقُرْ بَ ٰى َو ْاليَتَا َم ٰى َو ْال َم َسا ِكي ِن َوا ْب ِن ال َّسب‬
‫يل ِإ ْن ُك ْنتُ ْم آ َم ْنتُ ْم‬ ْ ‫َوا ْعلَ ُموا َأنَّ َما َغنِ ْمتُ ْم ِم ْن َش ْي ٍء فََأ َّن هَّلِل ِ ُخ ُم َسهُ َولِل َّرسُو ِل َولِ ِذ‬
‫بِاهَّلل ِ َو َما َأ ْن َز ْلنَا َعلَ ٰى َع ْب ِدنَا يَوْ َم ْالفُرْ قَا ِن يَوْ َم ْالتَقَى ْال َج ْم َعا ِن ۗ َوهَّللا ُ َعلَ ٰى ُك ِّل َش ْي ٍء قَ ِدي ٌر‬
Ketahuilah, sesungguhnya apa saja yang dapat kamu peroleh sebagai rampasan perang, maka
sesungguhnya seperlima untuk Allah, Rasul, kerabat Rasul, anak-anak yatim, orang-orang
miskin dan ibnussabil, jika kamu beriman kepada Allah dan kepada apa yang kami turunkan
kepada hamba Kami (Muhammad) di hari Furqaan, yaitu di hari bertemunya dua pasukan. Dan
Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.(A.Bahauddin, 2005).

Rasulullah sawbiasanya membagi seperlima (khums) dari rampasan perang tersebut menjadi
tiga bagian, bagian pertama untuk dirinya dan keluarganya, bagian kedua untuk kerabatnya dan
bagian ketiga untuk anak yatim piatu, orang yang membutuhkan dan orang yang sedang
diperjalanan. Empat perlima bagian yang lain dibagi diantara prajurit yang ikut dalam perang,
dalam kasus tertentu beberapa orang yang tidak ikut serta dalam perang juga mendapat bagian.
Penunggang kuda mendapatkan dua bagian, untuk dirinya sendiri dan kudanya. Bagian untuk
prajurit wanita yang hadir dalam perang untuk membantu beberapa hal tidak mendapatkan
bagian dari rampasan perang.(Karim, sejarah pemikiran ekonomi islam, 2001)

Selain pertempuran-pertempuran kecil, perang pertama antara orang-orang Mekkah dan


muslim terjadi di Badar. Perang ini orang Mekkah menderita kekalahan dan banyak yang
ditawan oleh orang muslim. Rasulullah saw menetapkan besar uang tebusannya rata-rata 4.000
dirham untuk tiap tawanan. Tawanan yang miskin dan tidak dapat memberi julah tersebut
diminta untuk mengajar membaca sepuluh orang anak muslim. Melalui tebusan tersebut kaum
muslim menerima uang.

Rasulullah saw mengadopsi praktik yang lebih manusiawi terhadap tanah pertanian yang
ditaklukan sebagai fay’ atau tanah dengan pemilikan umum. Tanah-tanah ini dibiarkan dimiliki
oleh pemilik dan menanam asal, sangat berbeda dari praktik kekaisaran Romawi dan Persia yang
memisah-misahkan tanah-tanah ini dari pemiliknya dan membagikannya buat para elit militernya
dan para prajurit. Semua tanah yang di hadiahkan kepada Rasulullah saw relatif lebih kecil
jumlahnya dan terdiri dari tanah-tanah yang tidak bertuan. Kebijakan ini tidak hanya membantu
mempertahankan kesinambungan kehidupan administrasi dan ekonomi tanah-tanah yang
dikuasai, melainkan juga mendorong keadilan antar generasi dan mewujudkan sikap egaliter
dalam islam.(Chapra, 2001)

Pada tahun kedua setelah hijrah shadaqoh fitrah diwajibkan shadaqoh yang juga dikenal
dengan zakat fitrah ini diwajibkan setiap bulan puasa Ramadhan. Besarnya satu sha kurma,
gandum, tepung keju atau kismis, atau setengah sha gandum untuk tiap muslim, budak atau
orang bebas, laki-laki atau perempuan, muda atau tua dan dibayar sebelum shalat id fitri.

Zakat diwajibkan pada tahun ke 9 hijriah, sementara shadaqoh fitrah pada tahun ke 2 hujriah.
Akan tetapi ahli hadits memandang zakat telah diwajibkan sebelum tahun ke 9 hijriah ketika
Maulana Abdul Hasan berkata zakat diwajibkan setelah hijrah dan dalam kurun waktu lima
tahun setelahnya. Sebelum diwajibkan zakat bersifat sukarela dan belum ada peraturan khusus
atau ketentuan hukum. Peraturan mengenai pengeluaran zakat diatas muncul pada tahun ke 9
hijriah ketika dasar islam telah kokoh, wilayah negara berekspansi dengan cepat dan orang-orang
berbondong-bondong masuk islam. Peraturan yang disusun meliputi sistem pengumpulan zakat,
barang-barang yang dikenai zakat, batas-batas zakat dan tingkat persentase zakat untuk barang
yang berbeda-beda. Para pengumpul zakat bukanlah pekerjaan yang memerlukan waktu dan para
pegawainya tidak diberikan gaji resmi, tetapi mereka mendapatkan bayaran dari dana zakat.
(sudarsono, 2001)

Sampai tahun ke 4 hijrah, pendapatan dan sumber daya negara masih sangat kecil. Kekayaan
pertama dating dari Banu Nadir, suatu suku yang tinggal di pinggiran Madinah. Kelompok ini
masuk dalam pakta Madinah tetapi mereka melanggar perjanjian, bahkan berusaha membunuh
Rasulullah saw. Nabi meminta mereka meninggalkan kota, tetapi mereka menolaknya, nabi pun
mengerahkan tentara dan mengepung mereka. Akhirnya mereka menyerah dan setuju
meninggalkan kota dengan membawa barang-barang sebanyak daya angkut unta, kecuali baju
baja. Semua milik Banu Nadir yang ditinggalkan menjadi milik Rasulullah saw menurut
ketentuan Al-Qur’an, karena mereka mendapakan tanpa berperang. Rasulullah saw membagikan
tanah ini sebagian besar kepada muhajjirin dan orang anshar yang miskin. Bagian Rasulullah saw
digunakan untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Seorang muhajirin dari Banu Nadir yang
telah masuk islam memberikan tujuh kebunnya, kemudian oleh Rsulullah saw dijadikan tanah
shadaqah. Tujuh kebun penduduk Banu Nadir tersebut adalah wakaf islam pertama.(Sudarsono,
konsep ekonomi islam, 2001).

Khaibar dikuasai pada tahun ke 7 hijrah. Penduduknya menentan dan memerangi kaum
muslim. Setelah pertempuran selama sebulanmereka menyerah dengan syarat dan berjanji
meninggalkan tanahnya. Syarat yang diajukan diterima. Mereka mengatakan kepada Rasulullah
saw. “kami memiliki pengalaman khusus dalam bertani dan berkebun kurma” dan meminta izin
untuk tetap tinggal disana. Rasulullah saw mengabulkan permintaan mereka dan memberikan
mereka setengah bagian hasil panen dari tanah mereka. Abdullah Ibnu Rawabah biasanya dating
tiap tahun untuk memperkirakan hasil produksi dan membaginya menjadi dua bagian yang sama
banyak.

Hal ini terus berlangsung selama masa kepemimpinan Rasulullah saw dan Abu Bakar,
Rasulullah saw membagi khaibar menjadi 36 bagian dan tiap bagian dibagi lagi menjadi 100
area. Setengah bagian Rasulullah saw digunakan untuk keperluan delegasi, tamu dan sebagainya,
dan setengah bagian lagi diberikan untuk 1.400 tentara dan 400 penunggang kuda (1.400+400=
1.800 bagian).(Karim, sejarah pemikiran ekonomi islam, 2001). Rasulullah saw juga menerima
satu bagian biasa yang diberikan secara berkala kepada istri-istrinya sebanyak 80 unta penuh
dengan kurma dan 80 unta penuh dengan gandum.

Pada masa Rasulullah saw besarnya jizyah satu dinar pertahun untukorang dewasa yang
mapu membayarnya. Perempuan, anak-anak, pengemis, pendeta, orang tua, penderita sakit dan
semua yang menderita penyakit dibebaskan dari kewajiban ini. Diantara ahli kitab yang harus
memberi pajak, sejauh yang diketahui, adalah orang Najran yang beragama Kristen (tahun
keenam setelah hijrah) orang-orang Allah. Adhruh dan Adhriat membayarnya pada perang
Tabuk. Pembayaran tidak harus berupa uang tunai, tetapi dapat juga berupa barang atau jasa,
seperti yang disebutkan Baladhuri dalam kitab Futuh al-Buldan ketika menjelaskan pernyataan
lengkap perjanjian Rasulullah saw dengan orang-orang Najran yang jelas dikatakan : “setelah
dinilai, dua ribu pakaian atau garmen masing-masing bernilai satu aukiyah, seribu garmen
dikirim pada bulan rajab tiap tahun, seribu lagi pada safar tiap tahun. Tiap garmen bernilai satu
aukiyah, kelebihan atau kekurangannya itu harus diperhitungkan. Nilai dari kurma, dan barang
yang digunakan untuk subtitusi garmen harus diperhitungkan.

Perang di masa Rasulullah saw bukan merupakan alasan bagi umat islam untuk
meningkatkan pendapatannnya. Nilai harta rampasan pada dekade awal kalender hijriah (622-
632 M) tidak lebih dari 6 juta dirham. Bila diperkirakan dengan biaya hidup di Madinah untuk
rata-rata keluarga yang terdiri dari enam orang sebesar 3.000 dirham pertahun, jumlah harta itu
hanya dapat menunjang sejumlah kecil dari populasi muslim dan juga akibat perang tersebut,
diperkirakan biaya untuk perang lebih besar dari harta rampasan. Kontribusi harta rampasan
perang terhadap pendapatan kaum muslim selama 10 tahun kepemimpinan Rasulullah saw tidak
llebih dari 2 persen.(Sudarsono, Konsep Ekonomi Islam, 2001)

B. Sumber Pendapatan Primer

Pendapatan utama bagi negara di masa Rasulallah saw adalah zakat dan ushr. Keduanya
berbeda dengan pajak dan tidak diperlakukan seperti pajak. Zakat dan ushr merupakan kewajiban
agama dan termasuk salah satu pilar Islam. pengeluaran keduanya sudah diuraikan secara jelas
dan eksplisit di dalam al-Qur’an surat at-Taubah (9) ayat 60:
“Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah utuk orang-orang fakir, orang-orang miskin,
pengurus-pengurus zakat, para mu’allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekannya) budak
orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan,
sebagai sesuatu ketetapan yang diwajibkan Allah dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha
Bijaksana”.
Pengeluaran untuk zakat tidak dapat dibelanjakan untuk penegeluaran umum
negara .lebih jauh lagi zakat secara fundamental adalah pajak lokal. Menurut Bukhari, Rasulallah
saw berkata kepada Muadz, ketika ia mengirimnya ke Yaman sebagai penumpul dan pemberi
zakat:
“....katakanlan kepada mereka (penduduk Yaman) bahwa Allah telah mewajibkan mereka
untuk membayar zakat yang akan diambil dari orang kaya diantara mereka dan memberikanya
kepada orang miskin diantara mereka.”
Dengan demikian pemerintah pusat berhak menerima keuntungan hanya bila terjadi
surplus yang tidak dapat didistribusikan lagi kepada orang-orang yang berhak, dan ditambah
kekayaan yang dikumpulkan di Madinah, ibukota negara.
Pada masa Rasulallah, zakat dikenakan pada hal-hal berikut: 1
[Adiwaman A. Karim
(2001), , hal 34]
1. Benda logam terbuat dari emas seperti koin, perkakas, ornamen atau dalam bentuk lainnya.
2. Benda logam yang terbuat dari perak, seperti koin ,perkakas, ornamen atau dalam bentuk
yang lainnya.
3. Binatang ternak unta, sapi, domba, kambing
4. Berbagai barang dagangan termasuk budak dan hewan
5. Hasil pertanian termasuk buah-buahan
6. Luqta, harta benda yang ditinggalkan musuh

1
7. Barang temuan.
Zakat emas dan perak ditentukan berdasarkan beratnya. Binatang ternak yang
digembalakan bebes ditentukan berdasarkan nilai jualnya dan hasil pertanian dan buah-buahan
ditentukan berdasarkan kualitasnya. Zakat hasil pertanian dan buah-buahan ini lah yang
dinamakan ushr.(Sudarsono, konsep ekoonomi islam, 2001)
C. Sumber Pendapan Sekunder
Di antara sumber pendapat sekunder yang memberikan hasil adalah: [Adiwaman A. karim
(2001), , hal 33]
1. Uang tersebut untuk tawanan perang, hanya dalam kasus perang Badar pada perang lain
tidak disebutkan jumlah uang tebusan tawanan perang.
2. Pinjaman-pinjaman yang telah menakhlukan kota Mekah untuk pembayaran uang
pembebasan kaum muslim dari Judhayma atau sebelum pertempuran Hawazin 30.000
dirahm (20.000 dirham menurut Bukhari) dari Abdullah bin Rabia dan meminjam beberapa
pakaian dan hewan-hewan tunggangan dari Sufyan bin Umayah.
3. Khumus atas rikaz harta karun temuan pada periode sebelum Islam
4. Amwal fadhiaberasal dari harta benda kaum muslimin yang meninggal tanpa ahliwaris
berasal dari barang-barang seorang muslim yang meningalkan negerinya.
5. Wakaf, harta benda yang diindikasikan kepada umat islam yang disebabkan Allah dan
pendapatannya akan didepositokan di Bitul Mal
6. Nawaib, pajak yang jumlahnya cukup besar yang dibebankan pada kaum muslim yang
kaya dalam rangka menutup pengeluaran negara selama masa darurat dan ini pernah terjadi
pada masa perang Tabuk.
7. Zakat fitrah, zakat yang ditarik di masa bulan Ramadhan dan dibagi sebelum sholat id
8. Bentuk lain dari shodakoh seperti kurban dan kaffarat. Kaffarad adalah benda atas
kesalahan yang dilakukan seorang muslim pada acra keagamaan, seperti berburu pada
musim haji.

Sumber-sumber Pendapatan Pada Masa Raulallah saw

DARI KAUM MUSLIM DARI KAUM NONMUSLIM UMUM


1. Zakat 1. Jizyah 1. Ghanimah
2. Ushr [5-10%] 2. Kharaj 2. Fay
3. Ushr [2,5%] 3. Ushr [5%] 3. Uang tebusan
4. Zakat Fitrah 4. Pinjaman.dari kaum muslim
atau nomuslim
5. Wakaf 5. Hadiah.dari pimpinan atau dari
pemerintah negara lain
6. Amwal Fadila
7. Nawaib
8. Shadaqah yang lain
9. Khumus

Pencatatan penerimaan seluruh negara pada masa Rasulallah saw tidak ada, karena
beberapa alasan:
1. Jumlah orang islam yang bisa membaca sedikit dan jumlah dan jumlah oranya yang dapat
menulis, apalagi yang mengenali aritmatika sederhana.
2. Sebagian dari bukti pembayaran dibuat dalam bentuk yang sederhana baik yang
didisrtibusikan maupun yang diterima
3. Sebagian dari zakat didistribusikan secara lokal
4. Bukti-bukti penerimaan dari berbagai daerah yang berbeda tidak umum digunakan
5. Pada kebanyakan kasus, ghanimah digunakan dan didistribusikan setelah terjadi
peperangan tertentu.

Catatan penegeluaran secara rinci pada masa hidup Rasulallah saw juga tidak tersedia,
tetapi tidak bisa diambil kesimpulan bahwa sisitim keuangan yang ada tidak dijalankan
sebagaimana mestinya. Dalam kebanyakan kasus pencatatan diserahkan pada pengumpul zakat
dan detiap orangpada umumnya terlatih dalam masalah pengumpulan zakat. Setiap perhitungan
yang ada disimpan dan diperiksa sendiri oleh Rasulallah saw. beliau juga memberi nasehat
kepada penumpul zakat mengenai hadiah yang ia terima.
Sebagaimana yang ditanyakan dalam hdist Bukhari,Rasulallah saw sangat menaruh
perhatian terhadap zakat, terutama zakat unta. Orang Urania pernah duberi hukuman berat karena
mencuri zakat unta. Demikian juga, Rasulallah saw memperhatikan pendapatan dari kharaj dan
jizyah. Di masa beliau, bukti pembayaran kharaj dan jizyah berisi nama-nama yang berhak
menerimanya. Mereka disebut seryatim yang masing-masing menerima bagian sesuai dengan
kondisi materilnya, orang yang sudah menikah mendapat bagian du kali bagian yang didapat
orang yang belum menikah, sebagaimana diriwayatkan oleh Abu Daud.

Pengeluaran Negara
PRIMER SEKUNDER

1. Biaya pertahanan, seperti: persenjataan, unta, 1. Bantuan untuk orang yang belajar
kuda dam persediaan agama di Madinah
2. Penyaluran zakat dan ushr kepada yang berhak 2. Hiburan untuk para delegasi keagamaan
menerimanya meurut al- Qur’an
3. Pembayaran gaji untuk wali, qadi, guru, imam, 3. Hiburan untuk para utusan suku dan
muadzin, dan pejabat negara lainnya. negara serta biaya perjalanan mereka.
Pengeluran untuk duta-duta negara
4. Pembayaran upah para sukarelawan 4. Hadiah untuk pemerintah negara lain
5. Pembayaran utang negara 5. Pembayaran untuk pembebasan kaum
muslim yang menjadi budak
6. Bantuan untuk musafir (dari daerah fadak) 6. Pembayaran denda atas mereka yang
terbunuh secara tidak sengaja oleh pasukan
muslim
7. Pembayaran hutang orang yang
meninggal dalam keadaan miskin
8. Pembayaran tunjangan untuk orang
miskin
9. Tunjangan untuk sanak saudara
Rasulallah saw
10. Pengeluaran rumah tangga Rasulallah
saw (hanya sejumlah kecil; 80 butir kurma dan 0
butir gandum untuk setiap isinya)
11. Persediaan darurat (sebagian dari
pendapatan perang khaibar)

Rasulallah saw dalam memimpin pemerintahan berperan sebagai eksekutif, yudikatif


dansekaligus legislatif. Segala kebijakan berpegang dari wahyu Allah. Namun Rasulallah saw
tidak segan-segan bertanya mengenai masalah-masalah tertentu kepada sahabat-sahabatmya.
Allah memerintahkan rasul-Nya untuk bertukar pikiran dengan orang-orang beriman dalam
urusan mereka,kalau semua diputuskan oleh Allah, maka tentu tidak ada gunanya beliau bertukar
pikiran.(Husein)
Rasulullah saw meninngal pada hari senin pagi, 12 rabiul awal atau 8 juni 632 M. Beliau
pulang ke rahmat Allah dalam usia 63 tahun 3 bulan .ini terjadi sesudah beliau menyampaikan
risalahnya, menunaikan amanat, memberikan bimbingan dan petunjuk kepada seluruh umat
manusia, memberikan keteladanan terbaik, menegakkan keadilan dan mengisi seluruh hidupnya
dengan akhlak terpuji.(Engineer)
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN

Pada zamannya Rasulallah ternyata zakat sudah diwajibkan pada tahun ke 9 hijriah,
sementara shadaqoh fitrah pada tahun ke 2 hujriah. Akan tetapi ahli hadits memandang zakat
telah diwajibkan sebelum tahun ke 9 hijriah ketika Maulana Abdul Hasan berkata zakat
diwajibkan setelah hijrah dan dalam kurun waktu lima tahun setelahnya. Sebelum diwajibkan
zakat bersifat sukarela dan belum ada peraturan khusus atau ketentuan hukum.
Adapun pada masa Rasulallah saw, zakat dikenakan pada hal-hal berikut:
1. Benda logam terbuat dari emas seperti koin, perkakas, ornamen atau dalam
bentuk lainnya.
2. Benda logam yang terbuat dari perak, seperti koin ,perkakas, ornamen atau dalam
bentuk yang lainnya.
3. Binatang ternak unta, sapi, domba, kambing
4. Berbagai barang dagangan termasuk budak dan hewan
5. Hasil pertanian termasuk buah-buahan
6. Luqta, harta benda yang ditinggalkan musuh
7. Barang temuan.

Orang-oranya yang dapat menrima zalat menurut firman Allah q.s at-Taubah (9) ayat 60 yang
artinya sebagai berikut:
“Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah utuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-
pengurus zakat, para mu’allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekannya) budak orang-orang
yang berhutang, untuk jalan Allah dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan, sebagai
sesuatu ketetapan yang diwajibkan Allah dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana”
DAFTAR PUSTAKA

A.Bahauddin. (2005). Qur'an Karim dan terjemahan katanya. Yogyakarta: UII Press.

Chapra, U. (2001). masa depan ilmu ekonomi sebuah tinjauan islam. jakarta: Gama Insani Press.

Engineer, A. A. (n.d.). devolusi negara islam. yogyakarta: pustaka pelajar.

Husein, T. (n.d.). Al Fitnat Al-kubrad. Ajmell Press.

Karim, A. A. (2001). sejarah pemikiran ekonomi islam. jakarta.

Karim, A. A. (2001). sejarah pemikiran ekonomi islam. jakarta.

Karim, A. A. (2001). sejarah pemikiran ekonomi islam. jakarta.

Karim, A. A. (2001). sejarah pemikiran ekonomi islam. jakarta.

Maraghi, A. M. (2001). pakar-pakar fiqh sepanjang sejarah. yogyakarta: LKPSM.

sudarsono, H. (2001). konsep ekonomi islam. yogyakarta: EKONISIA.

Sudarsono, H. (2001). konsep ekonomi islam. yogyakarta: EKONISIA.

Sudarsono, H. (2001). Konsep Ekonomi Islam. Yogyakarta: EKONISIA.

Sudarsono, H. (2001). konsep ekoonomi islam. yogyakarta: EKONISIA.

Sudarsono, H. (2002). konsep ekonomi islam suatu pengantar. Yogyakarta: EKONISIA.

Anda mungkin juga menyukai