Anda di halaman 1dari 12

EKSISTENSI KHALIFAH DAN ABDULLAH DALAM EKONOMI ISLAM

MAKALAH
Diajukan untuk Memenuhi Tugas Terstruktur pada Mata Kuliah
Filsafat Ekonomi Syariah

Dosen Pengampu:
Rizky Maidan Ilmy, S.E., M.E.

Disusun oleh :
Agni Pauji Salim 2109000581
Riksa Anggriani 2109000586

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM IAID CIAMIS
SEMESTER GANJIL
TAHUN AKADEMIK 2022/2023
2
KATA PENGANTAR

Bismillahhirahmannirahim
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat
rahmat dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan sebaik-
baiknya.
Adapun maksud dan tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk
memenuhi salah satu tugas terstruktur yang diberikan oleh dosen pengampu pada
mata kuliah Filsafat Ekonomi Syariah.
Dalam proses penyusunan tugas ini kami menjumpai hambatan, namun
berkat dukungan dari berbagai pihak, akhirnya kami dapat menyelesaikan tugas
ini dengan sebaik-baiknya. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati kami
ingin menyampaikan terima kasih kepada :
1. Bapak Rizky Maidan Ilmy, S.E., M.E. selaku dosen Filsafat Ekonomi
Syariah yang tidak pernah bosan memberikan arahannya kepada kami
semua.
2. Rekan-rekan seperjuangan yang selalu kompak dalam mengerjakan setiap
tugas yang diberikan para dosen.
3. Ayahanda serta Ibunda terkasih yang selalu memberikan motivasi, do’a,
dan kasih sayang yang tiada henti-hentinya dan juga telah memberikan
bantuan baik dari segi moril maupun materil dalam penulisan makalah ini.
Atas segala dorongan, bantuan, serta bimbingan semua pihak, penulis
mengucapkan terima kasih. Semoga Allah SWT membalas kebaikan dengan
pahala yang tiada terhitung. Aamiin

Ciamis, Oktober 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................ i


DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang .......................................................................................... 1
1.2.Rumusan Masalah .................................................................................... 1
1.3.Tujuan Penulisan ...................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
2.1.Konsep Khalifah dalam Ekonomi Islam ................................................... 2
2.2.Konsep Abdullah dalam Ekonomi Islam .................................................. 5
BAB III PENUTUP
3.1.Simpulan ................................................................................................... 7
3.2.Saran ......................................................................................................... 7
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ekonomi Islam telah menjadi sistem ekonomi yang dijalankan oleh Nabi
Muhammad SAW yang dibarengi dengan kebijakan-kebijakan Beliau yang
menjadi salah satu kiblat atau pedoman bagi umat muslim dalam menjalankan
aktivitas perekonomiannya. Maka setelah Beliau wafat, maka kepemimpinan akan
diteruskan oleh para Khulafa Ar-rasyidin, baik dari segi kehidupan sosial hingga
perekonomian negara. Maka tak dapat terelakkan meskipun menjalankan sistem
ekonomi Islam yang sama, namun tiap Khalifa berbeda dalam menjalankan
kebijakan ekonomi fiskal dan moneter yang dihadirkan selaku pemimpin negara
pada masanya. Maka dapat disimpulkan bahwa pengelolaan APBN serta sistem
moneter dikelola dengan cermat, efektif dan efisien sehingga akan jarang
terjadinya defiisit anggaran, sehingga pada masa Khulafa Ar-rasyidin Baitul mal
mengalami surplus yang besar.(Fathurrahman, 2021)
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan sebelumnya, maka rumusan
masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana konsep khalifah dalam ekonomi Islam?
2. Bagaimana konsep Abdullah dalam ekonomi Islam?
1.3 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui konsep khalifah dalam ekonomi Islam
2. Untuk mengetahui konsep Abdullah dalam ekonomi Islam

1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Konsep Khalifah dalam Ekonomi Islam
Secara etimologis khilafah mengandung arti perwakilan, pergantian, atau
“jabatan khalifah”. Istilah ini berasal dari kata arab, “Khalf” yang berarti “wakil”,
“pengganti”, dan “penguasa”. Dalam perspektif politik sunni khilafah didasarkan
pada dua rukun, yaitu: Consensus elit politik (ijma) dan pemberian legitimasi
(bay’ah). Sedangkan menurut istilah, khilafah dikenal sebagai institusi politk
islam pengganti atau penerus fungsi Rasulullah sebagai pembuat syara’ dalam
urusan agama dan politik. Dapat dipahami jika yang penulis maksud mengenai
konsep khilafah adalah segala sesuatu yang berhubungan mengenai tata kelola
dari sistem khilafah ini. (Thohir, 2018)
Adapun konsep ekonomi pada masa khalifah adalah sebagai berikut:
1. Khalifah Abu Bakar As-Shiddiq
Setelah Nabi wafat, kaum Muslimin mengangkat Abu Bakar menjadi khalifah
pertama. Abu Bakar mempunyai nama lengkap Abdullah bin Abu Quhafah al-
Tamimi. Pemerintahan Abu Bakar tidak berlangsung lama, hanya sekitar dua
tahun. Dalam kepemimpinannya, Abu Bakar menghadapi banyak masalah di
negaranya, termasuk orang murtad, nabi palsu, dan pembangkang yang membayar
zakat. Berdasarkan perbincangan dengan rekan-rekan lain, dia memutuskan untuk
memerangi kumpulan itu melalui apa yang dikenali sebagai perang Riddah
(perang melawan murtad). (Hikmah, 2015)
Dalam menjalankan pemerintahan dan roda ekonomi masyarakat Madinah
Abu Bakar sangat memperhatikan keakuratan perhitungan zakat. Abu Bakar juga
mengambil langkah-langkah yang strategis dan tegas untuk mengumpulkan zakat
dari semua umat Islam termasuk Badui (a’rabi) yang kembali memperlihatkan
tanda-tanda pembangkangan membayar zakat sepeninggal Rasulullah saw. Prinsip
yang digunakan Abu Bakar dalam mendistribusikan harta Baitul mal adalah
prinsip kesamarataan, yakni memberikan jumlah yang sama kepada semua
sahabat Rasulullah saw. Dan tidak membeda-bedakan antara sahabat yang terlebih
dahulu memeluk Islam dengan sahabat yang kemudian, antara hamba dengan

2
orang merdeka, dan antara pria dengan wanita. Dengan demikian, selama masa
pemerintahan Abu Bakar, harta Baitul mal tidak pernah menumpuk dalam jangka
waktu yang lama karena langsung didistribusikan kepada seluruh kaum Muslimin,
bahkan ketika Abu Bakar wafat, hanya ditemukan satu dirham dalam
perbendaharaan Negara.
2. Khalifah Umar Bin Khattab
Nama lengkapnya adalah Umar ibn Khattab ibn Nufail ibn Abdil Uzza ibn
Ribaah ibn Qarth ibn Razaah ibn Ady bin Ka'b. Dilahirkan pada tahun ke-13
pacsa gajah. Dan meninggal pada hari Ahad, pada usia 63 tahun. Dan berkhidmat
sebagai khalifah selama 10 tahun enam bulan dan empat hari. Beliau adalah
pengganti dari Abu Bakar. Untuk pertamakalinya, pergantian kepimpinan
dilakukan melalui penunjukan. Dalam pemerintahannya, banyak hal menjadi
kebijakan Umar yang berkaitan dengan ekonomi masyarakat Islam pada masa itu,
termasuk:
Pertama, Pendirian Institut Baitul Mal. Baitul Mal berfungsi sebagai
pelaksana dasar fiskal negara Islam dan khalifah adalah pihak yang mempunyai
kawalan penuh atas aset Baitul Mal. Namun, khalifah tidak dibenarkan
menggunakan harta benda Baitul Mal untuk kepentingan pribadi. Pendirian Baitul
mal ini dilengkapi dengan sistem administrasi yang tertata baik dengan
membentuk dewan. Dalam pengelolaan Baitul mal khalifah Umar dan amilnya
sebagai pemegang amanah. Pengelolaan Baitul mal ditingkat cabang dilakukan
oleh pejabat setempat dan tidak bertanggung jawab pada gubernur. Pejabat-
pejabat Baitul mal di cabang/provinsi mempunyai otoritas penuh dan bertanggung
jawab pada pemerintahan pusat (khalifah).
Kedua, Cukai/pajak Pemilikan Tanah (Kharaj). Sejak Umar menjadi khalifah,
wilayah kekuasaan Islam telah berkembang bersama dengan banyak wilayah yang
ditaklukkan, baik melalui perang atau secara damai.
Ketiga, Zakat. Dasar Umar bin Khattab dalam menguruskan zakat dapat
diklasifikasikan kepada tiga bagian. Pertama, pendapat Umar mengenai
pengembangan objek zakat. Umar juga membenarkan pemberian badal
(pengganti) dalam pembayaran zakat dengan alasan ia memudahkan muzaki.

3
Kedua, pandangan Umar mengenai penarikan zakat termasuk syarat-syarat yang
menjadi kriteria muzaki dan pengelasan aset zakat dan fleksibiliti masa
pembayaran zakat. Ketiga, pendapat Umar mengenai pengagihan dan
pemberdayaan zakat yang merangkumi pengagihan zakat di luar kawasan di mana
zakat itu dikumpulkan, perhatian Umar terhadap illat dalam menentukan
mustahik, dan pandangan mengenai tahap zakat yang harus diterima oleh
mustahik.
3. Khalifah Usman Bin Affan
Nama lengkapnya adalah Ustman ibn Affan ibn abdil Ash ibn Umayyah dari
Bani Quraisy. Dia memeluk Islam atas undangan Abu Bakar, dan menjadi salah
seorang sahabat Nabi. Pada masa kepemimpinan beliau pada tahun enam pertama
sudah banyak negara berhasil di taklukkan seperti Balkan, Kabul , Ghazni,
Kerman dan Sistan. Setelah negara-negara tersebut di taklukkan beliau menanda
tangani empat kontrak dagang daerah taklukkan untuk mengembangkan sumber
daya alam di daerah tersebut. Misalnya aliran air digali, jalan dibangun, pohon
dan buah-buahan ditanam dan membentuk kepolisian tetap untuk menjaga jalur
perdagangan.
Selain itu beliau juga membentuk armada laut kaum muslimin yang dipimpin
oleh Muawiyah hingga berhasil membangun kekuatan di wilayah laut
Mediterania. Ia juga mengambil kebijakan untuk tidak mengambil upah negara
pada saat jadi khalifah bahkan upah beliau disimpan di bendahara negara.
Kebijakan Usman dalam perekonomian adalah memberikan bantuan dan
santunan kepada masyarakat, membayar zakat sesuai porsi masing-masing hal ini
dilakukan untuk mencegah penyelewengan zakat dari oknum pengelola zakat.
Dan selama kepemimpinan tidak ada yang terlalu signifikan karena kebijakan
beliau ini menguntungkan bagi keluarga Usman sehingga muncul kekecewaan
kaum muslimin sehingga terjadi konflik hingga tiba saat beliau di bunuh oleh
seseorang yang tidak dikenal.(Fathurrahman, 2021)
4. Khalifah Ali Bin Abi Thalib
Ali bin Abi Thalib merupakan khalifah keempat menggantikan Utsman bin
Affan yang terbunuh. Ia mempunyai gelar karramallahu wajhah. Ali merupakan

4
salah satu khalifah yang sederhana, ia dengan suka rela menarik dirinya dari daftar
penerima bantuan Baitul Mal (kas negara), bahkan menurut yang lainnya dia
memberikan 5000 dirham setiap tahunnya. Apapun faktanya hidup Ali sangat
sederhana dan ia sangat ketat dan rigit dalam menjalankan keuangan negara.
Di antara kebijakan ekonomi pada masa pemerintahannya, ia menetapkan
pajak terhadap para pemilik hutan sebesar 4000 dirham dan mengizinkan Ibnu
Abbas, gubernur Kufah, memungut zakat terhadap sayuran segar yang akan
digunakan sebagai bumbu masakan. Pada sama pemerintahannya juga, Ali
mempunyai prinsip bahwa pemerataan distribusi uang rakyat yang sesuai dengan
kapasitasnya. Sistem distribusi setiap pekan sekali untuk pertama kalinya diadopsi
hari kamis adalah hari pendistribusian atau hari pembayaran. Ada persamaan
kebijakan ekonomi pada masa Ali bin Abi Thalib dengan khalifah sebelumnya.
Pada masa Ali alokasi pengeluaran kurang lebih masih tetap sama sebagaimana
halnya pada masa pemerintahan Khalifah Umar.
Keistimewaan khalifah Ali dalam mengatur strategi pemerintahan adalah
masalah administrasi umum dan masalah-masalah yang berkaitan dengannya
tersusun secara rapi. Konsep penataan administrasi ini dijelaskan dalam suratnya
yang terkenal yang ditujukan kepada Malik Ashter bin Harits. Surat yang panjang
tersebut antara lain mendeskripsikan tugas, kewajiban serta tanggung jawab para
penguasa dalam mengatur berbagai prioritas pelaksanaan dispensasi keadilan serta
pengawasan terhadap para pejabat tinggi dan staf-stafnya.
2.2 Konsep Abdullah dalam Ekonomi Islam
Abu Bakar As Shiddiq adalah khalifah pertama setelah Rasulullah SAW
wafat. Dengan nama lengkap “Abdullah Bin Abu Quhafah Al-Tamimi”,dalam
pemerintahannya abu bakar hanya “dua tahun ,tiga bulan ,tiga hari (11 H-13 H)
“dikarenakan beliau telah meninggal . Abu Bakar As Shiddik sebelum beliau
tinggal di pinggiran kota Madinah letaknya di Sikh, dan selama enam bulan ia
menjadi khalifah beliau pun pindah ke kota Madinah dan membangun sebuah
Baitul mal.
Pada awal kekhalifaan abu bakar beliau menghadapi berbagai persoalan di
dalam negeri dan membuat keadaan menjadi tidak kondusif. Seperti kaum yang

5
murtad, ada juga yang mengaku-ngaku menjadi nabi palsu dan khalifah abu bakar
as Shiddiq memerangi kaum murtad dengan mengirim pasukan serta melakukan
perang Riddah.
Pada awal pemerintahannya yang identik di bidang prekonomian masa
khalifah abu bakar yaitu banyaknya pembangkang menolak untuk membayar
zakat.dan memerangi orang-orang tersebut. maka dari itu khalifah abu bakar
membuat sebuah kebijakan umum yakni “akad-akad dalam perdagangan di
terapkan sesuai dengan prinsip syariat Islam, memerangi kaum yang tidak mau
membayar zakat atau menegakkan hukum, perhitungan dan pengelolaan zakat di
lakukan secara akurat dan teliti, pendistribusian dilakukan secara langsung, tidak
menjadi ahli badar, ahli badar tidak di istimewakan dalam pembagian kekayaan
milik Negara, barang rikaz di kelola”.
Abu bakar al shiddik sangat memperhatikan keakuratan perhitungan zakat
dan zakat inilah yang menjadi pendapatan Negara dan simpan di Baitul mal serta
di didistribusikan secara langsung untuk kaum muslimin. ”tanpa membeda
bedakan antara yang baru masuk Islam dengan kaum muslimin, begitu pula
dengan budak maupun orang merdeka atau pria maupun wanita”. dengan
demikian pada masa khalifah abu bakar ini pendistribusian zakat tidak pernah
menumpuk semua orang mendapat bagian dari Baitul mal ini dan tidak ada yang
hidup dalam kemiskinan.(Susanti, 2016)

6
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan

3.2 Saran

7
DAFTAR PUSTAKA
Fathurrahman, R. A. (2021). Konsep Ekonomi Pada Masa Khulafa Ar-Rasyidin.
90100118108. http://dx.doi.org/10.31219/osf.io/caqw3
Hikmah, N. (2015). KONSEP EKONOMI PADA MASA KHALIFAH. Nhk 技研 ,
151(90100118014), 10–17.
Susanti, N. E. (2016). Konsep Ekonomi Masa Khulafa’al-Rasyidin.
Https://Medium.Com/, 90100118039, 2015–2017.
https://medium.com/@arifwicaksanaa/pengertian-use-case-a7e576e1b6bf

Anda mungkin juga menyukai