Anda di halaman 1dari 9

PAPER SEJARAH PEMIKIRAN EKONOMI ISLAM

Sistem Ekonomi dan Perkembangan Pemikiran Ekonomi Masa Khalifah Abu


Bakar Ash-Shiddieq RA dan Khalifah Umar Bin Khattab

Disusun Oleh :

Kelompok C

PROGRAM STUDI EKONOMI ISLAM

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA

2021
KATA PENGANTAR

Segala Puji bagi Allah SWT yang telah memberikan penulis kemudahan sehingga

penulis dapat menyusun paper ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya

penulis tidak akan sanggup untuk menyelesaikan paper ini dengan baik. Sholawat serta salam

semoga terlimpah curahkan kepada baginda nabi Muhammad SAW yang kita nanti-nantikan

syafaatnya di akhir nanti.

Penulis menyadari bahwa paper ini masih jauh dari kata sempurna. Untuk itu,

penulis mengharapkan kritik serta saran anda, supaya paper ini nantinya dapat menjadi paper

yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada paper ini penulis

mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Penulis ucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Sri Herianingrum, SE.,MSi

yang telah membimbing penulis dalam menyusun paper ini. Terimakasih juga penulis

ucapkan kepada teman-teman yang telah berkontribusi dengan memberikan ide-idenya

sehingga paper ini dapat disusun dengan baik dan rapi. Demikian semoga makalah ini

bermanfaat dan dapat menambah wawasan pembaca.

Surabaya, 6 Maret 2021

Penyusun
Bab I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Terdapat dua istilah yang sering digunakan untuk ekonomi Islam, yaitu ekonomi syariah
dan ekonomi Islam. Keduanya merujuk satu azas, yakni ekonomi yang berdasarkan prinsip
syariah. Dilihat dari segi berkembangnya, ekonomi syariah lahir dan berkembangnya agama
Islam di dunia ini. Pada fase ketika Rasulullah masih di Makkah, kegiatan ekonomi belum
sempat dilakukan sebab perjuangan dan fokus dakwahnya dalam rangka menguatkan
ketauhidan pada orang-orang Quraisy yang menyembah berhala. Kegiatan ekonomi Rasulullah
baru terlaksana ketika beliau berada Madinah dengan menata pemerintahan sekaligus menata
perekonomian masyarakat Madinah. Shiddiq menjelaskan dalam Karim (2002) melihat fakta
sejarah, pemikiran Islam seusia Islam itu sendiri. Sejak nabi mempraktikkan ekonomi
dikalangam masyarakat madinah ketika itu perekonomian Islam dimulai. Praktik ekonomi yang
telah dilakukan nabi dilanjutkan oleh generasi setelahnya hingga saat ini. Sepanjang 14 abad
sejarah Islam ekonomi Islam juga senantiasa dikaji melalui perspektif syar’iah dan mu’amalah.
Sebagian besar diskusi ini hanya terkubut dalam literar tafsir al-Qur’an, syarah hadis, dasar-
dasar hukum, ushul fiqih dan hukum fikih.
Dari kajian-kajian di atas, disinyalir belum ada usaha yang dilakukan untuk mengkaji lebih
dalam materi-materi ini dan menyajikannya secara sistematis. Bahkan sebagian orientalis juga
memberikan perhatian khusus pada pemikiran politik dan ekonomi dari pemikir-pemikir Islam
pendahulu. Namun demikian, sampai saat ini kita tidak mempunyai satu buku pun yang khusus
membahas sejarah pemikiran ekonomi Islam. Yang dimiliki pemikir dan sarjana muslim serta
pengkaji ekonomi Islam hanyalah makalah-makalah yang kebanyakan ditulis setelah setengah
abad pertengahan tentang pemikiran ekonomi sarjana-sarja Islam di masa lalu (Karim, 2002).

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam masa Khalifah Abu Bakar ash-Shiddieq
RA?

2. Bagaimana Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam masa Khalifah Umar Bin Khatta

1.3 Tujuan Masalah

1. Untuk mengetahui Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam masa Khalifah Abu Bakar ash-
Shiddieq RA

2. Untuk mengetahui Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam masa Khalifah Umar Bin Khattab
BAB II
PEMBAHASA
N
2.1 Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam masa Khalifah Abu Bakar ash-Shiddieq RA
Setelah Rasulullah Saw. wafat, yang bernama lengkapnya Abdullah Ibn Abu
Quhafah al-Tamimi terpilih sebagai Khalifah Islam pertama dari Khulafa al-Rasyidin,
sahabat terdekat Nabi Saw. dan salah seoarang yang pertama masuk Islam (al-sabiqun
al-awwalun). Ia merupakan pemimpin agama sekaligus kepala Negara kaum Muslimin.
Pada masa pemerintahannya yang hanya berlangsung selama dua tahun, Abu
Bakar lebih banyak terkonsentrasi padapersoalan dalam negeri, dimana saat itu harus
berhadapan dengankelompok murtad, pembangkang zakat, dan nabi palsu. Yang
berakhir dengankeputusan untuk berperang yang kemudian dikenal dengan
perang riddah, (perang melawan kemurtadan).
Kemudian setelah menyelasaikan persoalan tersebut, Abu Bakar mulai
melakukan ekspansi ke wilayah Utara untuk menghadapi pasukan Romawi dan Persia
yang selalu mengancam kedudukan umat Islam. Dalam masalah perekonomian Abu
Bakar tidak banyak melakukan perubahan, Ia meneruskan sistem perekonomian yang
telah di bangun Nabi seperti membangun kembali baitmaal,melaksanakan kebijakan
pembagian tanah hasil taklukan serta mengambil alih tanah orang murtad untuk
dimanfaatkan demi kepentingan umat Islam.
Selanjutnya dalam mendistribusikan harta baitmaal, Abu Bakar menerapkan
prinsip kesamarataan yakni, memberikan jumlah yang sama kepada semua sahabat dan
tidak membeda-bedakan antara sahabat, antara budak dan orang merdeka, bahkan antara
pria dan wanita. Harta BaitMaal tidak pernah menumpuk dalam jangka waktu yang
lama karena langsung di distribusikannya.
Dalam pemerintahan Abu Bakar, ciri-ciri ekonominya adalah:
1. Menerapkan praktek akad-akad perdaganganyang sesuai dengan prinsip syariah.
2. Menegakan hukum dengan memerangi mereka yang tidak mau membayar zakat.
3. Tidak menjadikan ahli badar sebagai pejabat Negara, tidak mengistimewakan ahli badar
dalam pembagian kekayaan Negara.
4. Mengelolah barang tambang rikazyang terdiri dari emas, perak, perunggu, besi, dan baja
sehingga menjadi sumber pendapatan Negara.
5. Tidak merubah kebijakan Rasullah saw dalam masalah jizyah. Sebagaimana Rasullah
Saw Abu Bakar tidak membuat ketentuan khusus tentang jenis dan kadar jizyah , maka
pada masanya,jizyah dapat berupa emas, perhiasan, pakaian, kambing, onta, atau benda
benda lainya.
6. Penerapan prinsip persamaan dalam distribusi kekayaan Negara.
7. Ia memperhatikan akurasi penghitungan zakat. Hasil penghitungan zakat dijadikan
sebagai pendapatan negara yang disimpan dalam baitul maal dan langsung di
distribusikan seluruhnya pada kaum Muslimin.
Khalifah Abu Bakar as-Shidiq melaksanakan berbagai kebijakan
ekonomi seperti yang telah di praktikan oleh Rasulullah:
1. Perhatian yang besar terhadap keakuratan penghitungan zakat
2. Melaksanakan kebijakan pembagian tanah hasil taklukan
3. Mengambil alih tanah-tanah dari orang murtad untuk dimanfaatkandemi kepentingan
umat Islam
4. Distribusi harta Baitul Mal menerapkan prinsip kesamarataan, dengan begitu selama
pemerintahan Abu bakar as-Shidiq harta di Baitul Mal tidak pernah menumpuk dalam
jangka waktu lama karena langsung di distribusikan kepada kaum muslim.

2.2 Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam masa Khalifah Umar Bin Khattab
Umar Ibn Khattab merupakan Khalifah Islam kedua, Ia menyebut dirinyasebagai
Khalifah Khalifati Rasulullahartinyapengganti dan penggantiRasulullah, kemudian Ia
juga yang memperkenalkan istilah Amir al-Mukminin komandan orang-orang
beriman.Pada masa pemerintahannya yang berlangsung selama sepuluh tahun Iabanyak
melakukan ekspansi hingga wilayah Islam meliputi jazirah Arab,sebagian wilayah
kekuasaan romawi seperti Syiria, Palestina, dan Mesir, sertaseluruh wilayah kerajaan
Persia. Atas prestasi inilah orang baratmenjulukinya sebagai the Saint Paul of Islam.[4]
Beberapa hal yang dilakukan Umar ibn al-Khattab dalam pengembangan
perekonomian umat Islam pada saat itu adalah:
1. Banyak melakukan ekspansi hingga wilayah Islam meliputi Jazirah Arab, sebagian
wilayah kekuasaan Romawi (Syria, Palestina, dan Mesir), serta seluruh wilayah
kerajaan Persia, termasuk Irak.
2. Administrasi pemerintah diatur menjadi delapan wilayah provinsi: Makkah, Madinah,
Syria, Jazirah, Basrah, Kufah, Palestina, dan Mesir.
3. Pendirian lembaga Baitul Maal. Pada masa umar bin khattab, pemasukan negara ke
baitul maalcukup banyak,khalifah Umar ibn al-Khattab dalam mendistribusikan harta
Baitul Mal, mendirikan beberapa departemen yang dianggap perlu, seperti:
a. Departemen Pelayanan Militer
b. Departemen Kehakiman dan Eksekutif.
c. Departemen Pendidikan dan Pengembangan Islam.
d. Departemen Jaminan Sosial.
4. Khalifah Umar mengambil inisiatif tentang penggunaan dana Baitul Maal tersebut
untuk tidak mendistribusikan harta BaitulMaal, tetapi disimpan sebagai cadangan, baik
untuk keperluan darurat, pembayaran gaji para tentara maupun berbagai kebutuhan
umat lainnya.
5. Membuat ketentuan bahwa pihak eksekutif tidak boleh turut campur dalam mengelola
harta Baitul Maal.
6. Pejabat Propinsi yang bertanggung jawab terhadap harta umat tidak bergantung kepada
Gubernur dan mereka mempunyai otoritas penuh dalam melaksanakan tugasnya serta
bertanggung jawab langsung kepada pemerintah pusat.
7. Kepemilikan Tanah dalam Umar bin Khattab adalahPara tentara dan beberapa sahabat
terkemuka menuntut agar tanah hasil taklukan tersebut dibagikan kepada mereka yang
terlibat dalam peperangan sementara sebagian kaum Muslimin yang lain menolak
pendapat tersebut. Muadz bin Jabal, mengatakan, apabila engkau membagikan tanah
tersebut, hasilnya tidak akan menggembirakan. Bagian yang bagus akan menjadi milik
mereka yang tidak lama lagi akan meninggal dunia dan keseluruhan akan menjadi milik
seseorang saja.Mayoritas sumber pemasukan pajak al-kharaj berasal dari daerah-daerah
bekas kerajaan Romawi dan Sasanid (Persia) dan hal ini membutuhkan suatu sistem
administrasi yang terperinci untuk penaksiran, pengumpulan,dan pendistribusian
pendapatan yang diperoleh dari pajak tanah-tanah tersebut.[5]
Umar bin khattab melakukan langkah-langkah besar pengembangan ekonomi
dalam bidang pertanian. Antara lain:
1. Menghadiahkan tanah pertanian kepada Masyarakat yang bersedia menggarapnya
namun siapa yang gagal mengelola selama 1 tahun maka dia akan kehilangan
kepemilikan tanah tersebut.
2. Pada masa ke Khalifahan Umar banyak dibangun irigasi, waduk, tangki kanal dan pintu
air serba guna untuk mendistribusikan air di ladang pertanian.
3. Hukum perdagangan mengalami penyempurnaan guna menciptakan perekonomian
secara sehat, yaitu dengan cara:
a. Umar mengurangi beban pajak terhadap beberapa barang, pajak perdagangan nabati,
dan kurma syria sebesar 50%
b. Membangun pasar termasuk di wilayah pedalaman (Ubulla, Yaman, Damaskus,
Mekkah dan Bahrain)
Selain itu Umar juga memberlakukan mekanisme gaji kepada para anggota
Militer. Lembaga yang menangani tugas ini dinamakan Al-Diwan, ini merupaka Al-
Diwan Islam yang pertama.
BAB III
KESIMPULA
N
Pada dasarnya pada zaman Rasul tatanan perekonomian Islam masih sangat
sederhana, landasannya hanya dari wahyu alQur’an dan ijtihad Nabi Muhammad Saw.
sendiri yang tertuang dalam hadis. Ekonomi Islam mulai muncul ketika Nabi hijrah ke
Madinah, saat pertama kali tiba keadaan Madinah masih kacau. Masyarakat Madinah
belum memiliki pemimpin atau raja yang berdaulat. Yang ada hanya kepala-kepala suku
yang menguasai daerahnya masing-masing. Suku-suku yang terkenal saat itu adalah
suku Aus dan Khazraj. Pada saat masih berupa suku-suku ini kota Madinah belum ada
hukum dan pemerintahan. Antar kelompok masih saling bertikai. Kelompok yang
terkaya dan terkuat adalah Yahudi, namun ekonominya masih lemah dan bertopang
pada bidang pertanian.
Setelah Rasulullah wafat, Abu Bakar melanjutkan praktik perekonomian Islam
dengan menitik beratkan pada keakuaratan pembayaran zakat. Dengan menindak tegas
dan memerangi suku-suku yang menolak membayar zakat. Pada masa Umar, praktik
ekonomi Islam semakin luas dan semakin maju seiring ditaklukkannya negera-negara di
sekitar jazirah Arabia yang meliputi Romawi timur (Syiria, Palestina dan Mesir) dan
seluruh Persia termasuk Irak, titik berat praktik ekonomi Islam pada masa Umar ini
pada pengelolaan Baitul Mal dan pajak pengelolaan tanah (kharaj) yang disita dari
negera yang ditaklukkan. Pada masa Utsman, ia mengambil kebijakan tidak mengambil
upah dari kantornya. Sebaliknya, ia meringankan beban pemerintah dalam hal-hal yang
serius, bahkan menyimpan uangnya di bendahara negara.
DAFTAR PUSTAKA
Karim, Adiwarman Azwar. (2006). Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam. Edisi
Ketiga. Jakarta: Rajawali Press.
Al-Usairy. (2006). Sejarah Islam Sejak Zaman Nabi Adam Hingga Abad XX,
Jakarta: Raja Grafindo.

Anda mungkin juga menyukai