Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

SEJARAH PEMIKIRAN EKONOMI ISLAM


“ Pemikiran Ekonomi Al-Syaibani ”

DOSEN PENGAMPU :

H.R.M. Jihad Akbar ,Lc,S.Si.,M.Si

DISUSUN OLEH :

Jaludin : NIM
Sohibul Wafa Tajul A : NIM

PRODI EKONOMI SYARIAH


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM AL ITTIHAD
CIANJUR
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur selalu tercurahkan kehadirat Allah SWT, karena hanya kepadanya- Nyalah
kita persembahkan segala bentuk pujian. Dia telah memberikan kita nikmat yang takterhitung
jumlahnya. Sehingga dengan Iringan rahmat dan hidayahnya Allah SWT lah, pembuatan makalah
ini dapat terselesaikan.
Sholawat serta salam selalu tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW
karena dari beliaulah kita semua bisa mengetahui hukum-hukum AllasSWT, sehingga kita bisa
membedakan diantara perkara yang hak dan bathil dan perkara yanghalal dan haram serta bisa
mengetahui diridhoi dan dimurkai Allah SWT. Adapun tujuan penulisan makalah yang
ber judul “Pemikiran As-Syaibani” ini yang dibuat untuk memenuhi salah satu tugas kelompok
mata kuliah Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam yang di bimbing oleh Bapak. H.R.M Jihad Akbar
,Lc,S.Si.,M.Si Dalam makalah kami selaku penulis menyadari penulisan makalah ini masih jauh
dari katakesempurnaan. Untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami
harapkan

Cianjur 25 Juni 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................................................................. i


DAFTAR ISI ............................................................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................................................ 1
Latar Belakang...................................................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................................................................. 2
1. Riwayat Imam Al-Syaibani (132 H/750 M – 189 H/804 M).........................................................................2
2. Karya Karya..................................................................................................................................................3
3. Pemikiran Ekonomi .......................................................................................................................................3
4. Buku - Buku Yang ditulis Al-Syaibani.........................................................................................................6
BAB III PENUTUP ..................................................................................................................................................... 7
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................................................. 8

ii
BAB I
PENDAHULUAN

LATAR BLAKANG
Dalam Islam, prinsip utama dalam kehidupan umat manusia adalah Allah swt merupakan Zat
Yang Maha Esa. Ia adalah satu-satunya Tuhan dan Pencipta seluruh alam semesta, sekaligus
Pemilik, Penguasa serta Pemelihara Tunggal hidup dan kehidupan seluruh makhluk yang tiada
bandingan dan tandingan, baik di dunia maupun di akhirat. Ia adalah Subbuhun dan Quddusun,
yakni bebas dari segala kekurangan, kesalahan, kelemahan, dan berbagai kepincangan lainnya,
serta suci dan bersih dalam segala hal.
Kontribusi kaum muslimin yang sangat besar terhadap kelangsungan dan perkembangan
pemikiran ekonomi pada khususnya dan peradaban dunia pada umumnya, telah diabaikan oleh
para ilmuwan Barat. Menurut Chapra, meskipun sebagian kesalahan terletak di tangan umat
Islam karena tidak mengartikulasikan secara memadai kontribusi kaum muslimin, namun Barat
memiliki andil dalam hal ini, karena tidak memberikan penghargaan yang layak atas kontribusi
peradaban lain bagi kemajuan pengetahuan manusia. Dalam kesempatan pembuatan makalah ini
kami akan membahas tentang sejarah pemikiran ekonomi Abu Yusuf dan as-Syaibani.
1. Masalah
1) Seperti apa riwayat hidup Imam Al-Syaibani ?
2) Seperti apa karya-karya Imam Al-Syaibani ?
3) Bagaimana pemikiran ekonomi Imam Al-Syaibani ?
4) Buku-buku Al-Syaibani
2. Tujuan
1) Mengetahui riwayat hidup Imam Al-Syaibani
2) Mengetahui karya-karya Imam Al-Syaibani
3) Mengetahui pemikiran ekonomi Imam Al-Syaibani

1
BAB II
PEMBAHASAN

1. Riwayat Imam Al-Syaibani (132 H/750 M – 189 H/804 M)


Al-Syaibani adalah Abu Abdillah Muhammad bin al-Hasan bin Farqad Al-Syaibani lahir
pada tahun 132 H (750 M) di kota wasith ibu kota irak pada masa akhir pemerintahan bani
umawiyyah. Ayahnya berasal dari negri syaibani di wilayah jaziah Arab.Bersama orang tuanya,
Al-Syaibani pindah ke kota Kufah yang ketika itu merupakan salah satu pusat kegiatan ilmiah.
Di kota tersebut, ia belajar memahami fiqh ahl al-Ra‟y (yang mengandalkan akal), dia juga
mempelajari sastra, bahasa, syair, termasuk gramatika, serta mempelajari ilmu agama, seperti
alquran, hadist dan fiqh kepada para ulama setempat, seperti Mus‟ar bin Kadam, Sufyan Tsauri
bin Dzar, dan Malik bin Maghul.Pada periode ini pula, Al-Syaibani telah menghafal Alquran.
Pada usia 14 tahun ia belajar kepada Imam Abu Hanifah selama 4 tahun. Kemudian ia belajar
kepada Imam Abu Yusuf, murid Imam Abu Hanifah. Dari kedua imam inilah Al-Syaibani
memahami fikih Mazhab Hanafi dan tumbuh menjadi pendukung utama mazhab tersebut. Asy-
syaibani sendiri di kemudian hari banyak menulis pelajaran yang pernah diberikan Imam Abu
Hanifah kepadanya.
Dalam menuntut ilmu , Al-sayibani tidak hanya berinteraksi dengan para ulama ahl al-
ra‟yi, tetapi juga ulama ahl al-hadits.layaknya para ulama terdahulu,berkelana keberbagai
tempat,seperti Madinah,Makkah,Syria,Basrah,dan khurasan untuk belajar kepada para ulama
besar,seperti malik bin anas,sufyan binunainah dan Auza‟ i. Ia juga pernah bertemu dengan Al-
syafi‟I ketika belajar al-muwatta pada malik bin anas. Hal tersebut memberikan nuansa baru
dalam pemikiran fiqihnya.Al-syaibani menjadi lebih banyak mengetahui berbagai hadist yang
luput dari perhatian Abu hafinah. Dari leluasa pemikirannya ini,dia mampu mengombinasikan
antara aliran ahl al-ra‟yi di irak dengan ahl al-hadist di Madinah.

Setelah memproleh ilmu yang memadai, Al-syaibani kembali ke Baghdad yang pada saat
itu berada dalam kekuasaan Daulah bani abbasiyah. Di tempat ini ia mempunyai peranan penting
dalam majelis ulama dan kerap didatangi para penuntut ilmu. Hal tersebut semakin
mempermudahnya dalam mengembangkan mazhab hanfi,apabila ditunjang kebijakan pemrintah
pada saat itu yang menetapkan mazhab hanafi sebagai mazhab Negara.
Berkat kekuasaan sebagai hakim di kota Riqqah irak. Namun,tugas ini hanya
berlangsung singkat kerena ia kemudian mngundurkan diri untuk lebih berkontraksi pada
pengajaran dan penulisan fiqih. Al-syabani meniggal dunia pada tahun 189 H (804 M) di kota al-
ray dekat Teheran, dalam usia 58 tahun.

2
2. Karya-karya
Dalam menuliskan pokok-pokok pemikiran fiqihnya,Al-syaibani menggunakan
istihsan nya sebagai metode ijtihadnya. Ia merupakan sosok ulama yang sangat produktif.
Kitab-kitab nya dapat diklasifikasikan dalam 2 golongan,yaitu:
a. Zhair al-riwayah, yaitu kitab yang dituli berdasarkan pelajaran yang diberikan kepada abu
hafinah.
b. Al-nawadir yaitu kitab yang di tulis berdasarkan pandangannya sendiri.

3. Pemikiran ekonomi.
A. Al-Kasb (Kerja)
Dalam kitab Al-Kasb (Kerja) ini, asy-Syaibani mendefinisikan al-Kasb (kerja)
sebagai mencari perolehan harta melalui berbagai cara yang halal. Dalam ilmu ekonomi,
aktivitas demikian termasuk dalam aktivitas produksi. Definisi ini mengindikasikan bahwa
yang dimaksud dengan aktivitas produksi dalam ekonomi Islam adalah berbeda dengan
aktivitas produksi dalam ekonomi konvensional. Dalam ekonomi Islam, tidak semua
aktivitas yang menghasilkan barang atau jasa disebut sebagai aktivitas produksi, karena
aktivitas produksi sangat terkait erat dengan halal-haramnya suatu barang atau jasa dan
cara memperolehnya. Dengan kata lain, aktivitas menghasilkan barang dan jasa yang halal
saja yang dapat disebut sebagai aktivitas produksi.

Produksi suatu barang atau jasa, seperti yang dinyatakan dalam ilmu ekonomi,
dilakukan karena barang atau jasa itu mempunyai utilitas (nilai-guna). Islam memandang
bahwa suatu barang atau jasa mempunyai utilitas jika mengandung kemaslahatan. Seperti
yang diungkapkan oleh Al-Syatibi, kemaslahatan hanya dapat dicapai dengan memelihara
lima unsur pokok kehidupan, yaitu agama, jiwa, akal dan harta. Dengan demikian
seorang muslim termotivasi untuk memproduksi setiap barang atau jasa yang memiliki
maslahah tersebut. Hal ini berarti bahwa konsep maslahah merupakan konsep yang
objektif terhadap perilaku produsen karena ditentukan oleh tujuan (maqasid) syari‟ah,
yakni memelihara kemaslahatan manusia di dunia dan akhirat. Pandangan Islam tersebut
tentu jauh berbeda dengan konsep ekonomi konvensional yang menganggap bahwa suatu
barang atau jasa mempunyai nilai-guna selama masih ada orang yang menginginkannya.
Dengan kata lain, dalam ekonomi konvensional, nilai guna suatu barang atau jasa
ditentukan oleh keinginan (wants) orang per orang dan ini bersifat subjektif. Dalam
pandangan Islam, aktivitas produksi merupakan bagian dari kewajiban „imaratul kaum,
yakni menciptakan kemakmuran semesta untuk semua makhluk.
Berkenaan dengan hal tersebut , Al- Syaibani menegaskan bahwa kerja yang
merupakan unsur utama produksi mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam
kehidupan karena menunjang pelaksanaan ibadah kepada Allah SWT dan karenanya,
hukum bekerja adalah wajib. Hal ini didasarkan pada dalil-dalil berikut:

3
1. Firman Allah SWT.
“ Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi dan carilah
karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung”. (Al-Jumu’ah
62:10)
2. Hadits Rasulullah SAW.
“ Mencari pendapatan adalah wajib bagi setiap muslim”.
Al-Syaibani menyatakan bahwa sesuatu yang dapat menunjang terlaksananya yang
wajib, sesuatu itu menjadi wajib pula hukumnya. Lebih jauh ia menguraikan untuk
melaksanakan berbagai kewajiban, seseorang memerlukan kekuatan jasmani dan kekuatan
jasmani itu sendiri dapat diperoleh dengan mengkonsumsi makanan yang di dapat dari hasil
kerja keras. Dengan demikian, kerja mempunyai peranan yang sangat penting dalam
menunaikan kewajiban, maka hukum bekerja adalah wajib.

Asy-Syaibani juga menyatakan bahwa bekerja merupakan ajaran para rasul terdahulu
dan kaum muslimin diperintahkan untuk meneladani cara hidup mereka. Dari uraian tersebut,
tampak jelas bahwa orientasi bekerja dalam pandangan Al-Syaibani adalah hidup untuk
meraih keridhaan Allah SWT. Di sisi lain, kerja merupakan usaha untuk mengaktifkan roda
perekonomian, termasuk proses produksi, konsumsi dan distribusi yang berimplikasi secara
makro meningkatkan pertumbuhan ekonomi suatu negara.

B. Kekayaan dan Kefakiran


Menurut Asy-Syaibani walaupun telah banyak dalil yang menunjukkan keutamaan
sifat- sifat kaya, sifat-sifat fakir mempunyai kedudukan yang lebih tinggi. Ia menyatakan
apabila manusia telah merasa cukup dari apa yang dibutuhkan kemudian bergegaas pada
kebajikan, sehingga mencurahkan perhatian pada urusan akhiratnya, adalah lebih baik bagi
mereka. Dalam konteks ini, sifat-sifat fakir diartikan sebagai kondisi yang cukup (kifayah)
bukan kondisi meminta-minta (kafafah). Dengan demikian Asy-Syaibani menyerukan agar
manusia hidup dalam kecukupan baik untuk diri sendiri bukan keluarganya. Di sisi lain ia
berpendapat bahwa sifat-sifat kaya berpotensi membawa pemiliknya hidup dalam
kemewahan. Sekalipun begitu ia tidak menentang gaya hidup yang lebih dari cukup selama
kelebihan tersebut hanyadipergunakan untuk kebaikan.

C. Klasifikasi Usaha-usaha Perekonomian


1. Asy-Syaibani membagi usaha perekonomian menjadi empat macam, yaitu
2. Sewa-menyewa (Ijarah)
3. Perdagangan (Tijarah)
4. Pertanian (Zaira‟ah) dan
5. Perindustrian (Sinaah)

4
Dari keempat usaha perekonomian tersebut, Asy-Syabani lebih mengutamakan usaha
pertanian. Menurutnya pertanian memproduksi berbagai kebutuhan dasar manusia yang sangat
menunjang dalam melaksanakan berbagai kewajibannya. Dari segi hukum Asy-Syaibani
membagi usaha-usaha perekonomian menjadi dua, yaitu fardu kifayah dan fardu „ain.
1. Fardu kifayah, apabila ada orang yang menjalankannya, roda perekonomian akan terus
berjalan dan jika tidak seorang pun yang menjalankannya, roda perekonomian akan hancur
berantakan yang berdampak pada semakin banyaknya orang yang hidup dalam
kesengsaraan.
2. Fardu „ain, apabila usaha perekonomian mutlak dilakukan oleh seseorang untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya dan kebutuhan orang-orang yang ditanggunganya. Bila tidak
dilakukan usaha-usaha perekonomian, kebutuhan dirinya tidak akan terpenuhi, begitu pula
orang yang ditanggungnya, sehingga akan menimbulkan akan kebinasaan bagi dirinya dan
tanggungannya.
D. Kebutuhan-kebutuhan Ekonomi
Al-Syaibani mengatakan bahwa sesungguhnya Allah menciptakan anak-anak Adam sebagai
suatu ciptaan yang tubuhnya tidak akan berdiri kecuali dengan empat perkara, yaitu makan,
minum, pakaian dan tempat tinggal. Para ekonom lain mengatakan bahwa keempat hal ini
adalah tema ilmu ekonomi. Jika keempat hal tersebut tidak pernah diusahakan untuk dipenuhi,
ia akan masuk neraka karena manusia tidak akan dapat hidup tanpa keempat hal tersebut.
E. Distribusi Pekerjaan
Imam Asy-Syaibani menyatakan bahwa manusia dalam hidupnya selalu membutuhkan yang
lain. Asy-Syaibani menandaskan bahwa seorang yang fakir membutuhkan orang kaya dan
orang kaya membutuhkan tenaga orang miskin. Dari hasil tolong menolong itu, manusia jadi
lebih mudah dalam menjalankan aktivitas kepada-Nya. Dalam konteks dmikian, Allah
berfirman (Al-Maidah/5:2):
“… dan saling menolonglah kamu sekalian dalam kebaikan dan ketakwaan”
Lebih jauh Asy-Syaibani menyatakan bahwa apabila seseorang bekerja dengan niat
melaksanakan ketaatan kepada-Nya atau membantu saudaranya untuk melaksanakan ibadah
kepada-Nya, pekerjaan tersebut niscaya akan diberi ganjaran sesuai dengan niatnya. Dengan
demikian, distribusi pekerjaan seperti yang di atas merupakan objek ekonomi yang
mempunyai dua aspek secara bersamaan, yaitu aspek religius dan aspek ekonomis.

5
4. Buku-buku yang di tulis Al-syaibani
Al-syaibani telah menulis beberapa buku,antara lain kitab al-iktisab fill Rizq al-
Mustahab dan kitab al-Asl. Buku pertama banyak membahas berbagai aturan Syariat tentang
Ijarah, tijarah, ziraah, dan sinaah (hiring out, trade, agriculture, and industry. Perilaku
komsumsi ideal seorang muslim menurutnya adalah sederhana, suka memberikan derma,
(charity), tetapi tidak suka meminta-minta. Buku yang kedua membahas berbagai bentuk
transaksi/kerja sama usaha dalam bisnis, misalnya salam (prepaid order), sharikah
(partnership), dan mudharabah. Buku-buku yang ditulis Al-Syaibani mengandung tinjauan
normative sekaligus positif, sebagaimana karya kebanyakan sarjana muslim.

6
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Nama lengkap Al-Syaibani adalah Abu Abdillah Muhammad bin al-Hasan bin Farqad
al- Syaibani. Beliau lahir pada tahun 132 H (750M) di kota Wasit, ibu kota dari Irak pada
masa akhir pemerintah Bani Umawiyyah. Ayahnya berasal dari negeri Syaiban di wilayah
Jazirah Arab. Menurut Asy Syaibani, permasalahan ekonomi wajib diketahui oleh umat
islam karena dapat menunjang ibadah wajib.
Pemikiran beliau tentang ekonomi terbagi menjadi lima bagian,
yaitu: Al-Kasb ( Kerja), Kekayaan dan Kefakiran, Klasifikasi Usaha-usaha
Perekonomian,Kebutuhan-Kebutuhan Ekonomi, Spesialisasi dan Distribusi Pekerjaan.

7
DAFTAR PUSTAKA

Ir.H.Adimarwan azhar karim,S.E.,M.B.A.,M.A.E.P,sejarah pemikiran ekonomi islam


(Jakartapelepah hijau IV TN.1.no.14-15 kelapa gading permai,Jakarta 14240)Hal254.

A.Rio Makkulau Wahyu,S.Sy., M.E.dan Heri Irawan, 2020 Sejarah Pemikiran Islam. Sumatra
Barat : Lembaga Pendidikan dan Pelatihan Balai Insan Cendekia

Anda mungkin juga menyukai