Disusun oleh :
1. M. Fadly Irawan Nim: 1931710206
2. Sheila Nurrohma Nim: 1931710134
3. Satu Rohandayani Nim: 1931710024
EKONOMI SYARI’AH
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah
serta pertolongannya sehingga kami dapat menyelesaikan pembuatan makalah yang berjudul
“Pemikiran Ekonomi Islam Masa Pembangunan Fiqh Awal: Abdurrahman Al- Awza’I dan
Malik Bin Annas”.
Dalam penyusunan ini, kami tidak lupa mengucapkan terimakasih kepada teman-teman
yang telah membantu dalam menyelesaikan pembuatan makalah ini. Penulisan makalah ini
bertujuan untuk memenuhi nilai tugas mata kuliah Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam yang
diampu oleh ibu Eka, S. HI., ME.
Dengan ini kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Kami
sadar bahwa makalah yang kami buat masih banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna,
oleh karena itu kami minta maaf bila ada kekurangan dan kesalahan pada penulisan makalah
ini. Kami mengucapkan banyak terimakasih apabila pembaca memberi saran atau kritikan
kepada kami.
Kelompok 4
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................................i
A. Kesimpulan ..................................................................................................................8
B. Saran ............................................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................iii
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Membangun pemikiran ekonomi syariah hendaklah moderat. Tidak ke Barat dan tidak
pula ke Timur. Perlu membuat sintesa dari dua kekuatan aliran ekonomi yang positifnya
dengan semangat dan api akidah dan syariah Islam. Nabi Muhamad adalah perumus pertama
ekonom syariah, tidak diragukan lagi bahwa Nabi Muhammad saw adalah pemikir dan
aktivis pertama ekonomi syariah, bahkan sebelum ia diangkat sebagai Nabi dan Rasul. Pada
zamanya telah dikenal pula transaksi jual beli serta perikatan atau kontrak (al-buyu’ wa
al-‘uqu`d). Di samping, sampai batas-batas tertentu, telah dikenal pula bagaimana mengelola
harta kekayaan negara dan hak rakyat di dalamnya. Berbagai bentuk jual beli dan kontrak
termaksud telah diatur sedemikian rupa dengan cara menyerap tradisi dagang dan perikatan
serta berbagai bentuk kontrak yang telah ada sebelumnya yang mendapat penyesuaian
dengan wahyu, baik Alquran maupun Sunnah. Bahkan lebih jauh lagi, Sunnah Rasul telah
mengatur berbagai alat transaksi dan teori pertukaran dan percampuran yang melahirkan
berbagai istilah teknis ekonomi syariah serta hukumnya, seperti al-buyu’, al-uqud, al-
musyarakah, al-mudlarabah, al-musaqah, dll. Sementara para aktivis awal di bidang ini
adalah para Sahabat Rasul itu sendiri.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Makalah
1
BAB II
PEMBAHASAN
Nama lengkapnya adalah Abdurrahman Ibn Amr Ibn Yahya Al-Awza’i. Beliau
dilahirkan pada tahun 88 H atau 707 M. Beliau wafat pada tahun 157 H atau 774 M.
Beliau dikenal dengan nama nisbahnya, al-Awza’i, nisbah ke daerah al-Auza’, salah
satu wilayah di Damaskus.1
Damaskus merupakan salah satu kota perdagangan terbesar pada masa itu.
Meskipun demikian, secara geografis Damaskus adalah daerah pertanian sehingga
pemikiran-pemikiran al Awza’i sedikit banyak dipengaruhi lingkungan yang ada pada
saat itu , yaitu masalah pertanian. Pemikiran-pemikiran al Awza’i juga banyak
dipengaruhi oleh pemikiran Abu Hanifah yang juga hidup pada masa itu.
Al Awza’i hidup pada masa pemerintahan Bani Umayyah dan mengalami masa
kanak-kanak dalam keadaan yatim. Namun sejak kecil, beliau senantiasa berusaha
menunut ilmu dengan giat. Sebagaimana ulama lainnya, beliau melakukan perjalanan
menunut ilmu ke berbagai daerah, diantaranya ke Yamamah dan Bashrah.
Abu Abdullah Malik bin Anas bin Malik bin Abi Amirbin Amr bin al-Haris bin
Ghaiman bin Jutsail binAmr bin al-Haris Dzi Ashbah. Imam Malik dilahirkan
di Madinah al Munawwaroh, sedangkan mengenai masalah tahun kelahirannya terdapat
perbedaaan riwayat. al-Yafii dalam kitabnya Thabaqat fuqoha meriwayatkan bahwa
Imam Malik dilahirkan pada 94 H. ibn Khalikan dan yang lain berpendapat bahwa
Imam Malik dilahirkan pada 95 H. Sedangkan Imam Adz-Dzahabi meriwayatkan Imam
Malik dilahirkan 90 H. Imam yahya bin bakir meriwayatkan bahwa ia mendengar Malik
berkata: " Aku dilahirkan pada 93 H ". dan inilah riwayat yang paling benar (menurut
al-Sam'ani dan ibn farhun).2
Imam Malik bin Anas dikenal luas akan kecerdasannya. Suatu waktu ia pernah
dibacakan 31 buah Hadis Rasulullah SAW dan mampu mengulanginya dengan baik dan
benar tanpa harus menuliskannya terlebih dahulu. Ia menyusun kitab Al Muwaththa', dan
dalam penyusunannya ia menghabiskan waktu 40 tahun, selama waktu itu, ia menunjukan
kepada 70 ahli fiqh Madinah.
Kitab tersebut menghimpun 100.000 hadis, dan yang meriwayatkan Al
Muwaththa’ lebih dari seribu orang, karena itu naskahnya berbeda beda dan seluruhnya
1
https://rohman-utm.blogspot.com/2011/10/pemikiran-ekonomi-islam-abdurrahman-al.awza’i
2
Malik bin Anas, "Al Muwaththa" (Mesir: Dar al-Ghad al-gadeed), hal 7-9
2
berjumlah 30 naskah, tetapi yang terkenal hanya 20 buah. Dan yang paling masyur adalah
riwayat dari Yahya bin Yahyah al Laitsi al Andalusi al Mashmudi.3
Imam Malik menerima hadis dari 900 orang (guru), 300 dari golongan Tabi’in dan
600 dari tabi’in tabi’in, ia meriwayatkan hadis bersumber dari Nu’main al Mujmir, Zaib
bin Aslam, Nafi’, Syarik bin Abdullah, Az-Zuhri, Abi az Ziyad, Sa’id al Maqburi dan
Humaid ath Thawil, muridnya yang paling akhir adalah Hudzafah as Sahmi al Anshari.
B. Karya – Karya Abdurrahman Al Awza’I dan Malik bin Annas
1. Karya Abdurrahman Al Awza’I
Fatwa dan pemikiran Al Awza’i belum pernah terkodifikasi (muddawan) dalam satu
buku tersendiri. Pemikiran beliau tersebar di banyak kitab seperti Ikhtilafi Al
Fuqaha karya Ibnu Jarir At Tabari dan Al Umm karya al-Syafi’I. Dalam Al Umm, al-
Syafi’i mengulas secara khusus satu bab tersendiri yang bertajuk kitab Siyar al Awza’i
yang berisi perdebatan antara ulama Hanafiah dengan Imam Al Awza’i.
Kitab lain yang memuat pendapat al Awza’i antara lain Muhadimmah al-Jarh wat
Takdil karya Abu Hatim. Tarikh Damsyik karya ibn Assyakir Ad-Dimasiqy dan al-
Bidayah wan Nihayah karya Abul Fida Muhammad ibn Katsir Ad-Dimasyqi.
Tidak banyak karya pribadinya yang masih bertahan dan dapat ditemukan pada saat
ini, meskipun begitu berbagai perkataannya masih dapat ditemui dari nukilan-nukilan
yang terdapat pada kitab-kitab karya muridnya dan para ulama sesudahnya. Abu
Zur’ah mengatakan tentangnya, “Pekerjaan dia adalah menulis dan membuat risalah.
Risalah-risalah dia sangat menyentuh.” Ia begitu dihormati oleh Khalifah Al-
Manshur dan pernah ditawari untuk menjadi hakim (Qadhi oleh Khalifah namun Al-
Auza'i menolaknya. Di akhir hayatnya, ia berangkat ke Beirut untuk melaksanakan
tugas ribath (menjaga daerah perbatasan) dan wafat di sana. Dikatakan Warisan yang ia
tinggalkan hanya enam dinar yang merupakan sisa dari sedekah yang dia berikan.4
Ia mengambil hadis dari Atha’ bin Abi Rabah, Qasim bin Makhimarah, Syaddad bin
Abu Ammar, Rabi’ah bin Yazid, Az-Zuhri, Muhammad bin Ibrahim At-Taimi, Yahya bin
Abi Katsir, dan sejumlah ulama dari kalangan tabiin lainnya. Ia juga dikatakan sempat
mengambil hadis dari Muhammad bin Sirin. Sedangkan muridnya yang terkenal antara
lain: Syu’bah, Ibnul Mubarak, Walid bin Muslim, Al-Haql bin Ziyad, Yahya bin
Hamzah, Yahya Al-Qaththan, Muhammad bin Yusuf, Al-Faryabi, Abu Al-Mughirah, dan
sejumlah ulama lainnya.
Beliau berguru dengan banyak ulama yang tinggal di Madinah karena kota tersebut
menjadi pusat ilmu pengetahun pada saat tersebut. Beliau banyak berguru dari tabiin dan
tabit tabiin diantaranya; Rabiah al Rayi bin Abi Abdurahman Furuh al Madani, Ibnu
3
https://id.wikipedia.org/wiki/Malik_bin_Anas
4
https://id.wikipedia.org/wiki/Al-Auza%27i
3
hurmuz abu bakar bin yazid, Ibnu syihab al zuhri, Nafi’ ibn surajis abdullah alm jaelani,
Ja’far sadiq ibn muhammad ibn ali husain ibnu abu talib al madani, Mjuhammad ibn al
munkadir ibn al hadiri al taimy al quraysi.
Sedangkan murid beliau berasal dari banyak golongan, diantaranya dari tabiin
semisal sufyan al saui, lais bin sa’id, abu hanifah, abu yusuf dan lainnya. Ada juga dari
tabit tabiin semisal al zuhri, abul aswad, yahya ibn said al ansari, hisyam bin urwah. Ada
juga dari bukan tabiin semisal Nafi’ ibn abi nu’aim, Muhmmad ibn alajan, salim ibn abi
umaiyah, maula umar ibn abdullah, al syafi’i, ibnu mubarok.
Karya beliau diantaranya al muwatta’, kitab ‘aqdiyah, kitab nujum, hisab madar al
zaman, manazil al qamar, kitab tafsir gharib al quran, ahkam al quran, al muwadanah al
kubra dan masih banyak lainnya.5
Dari riwayat lain mengatakan bahwa penulisan kitab ini atas permintan dari khalifah
Ja’far al manshur atas usulan dari Muhmmad ibn al Muqaffa’ yang prihatin atas
perbedaan fatwa yang terjadi dengan tujuan agar menjadi penengah konflik yang terjadi.
Kitab al Muwatta adalah orisinil dari imam Malik sendiri. Namun, ada sisi lain
dianataranya sebelum kitab ini disebar luaskan karya al muwatta disodorkan kepada para
ulama dan mereka menyepakatinya. Ada yang berpendapat agar kitab ini menjadi
pedoman dalam beraktivitas dan beragama, ada juga yang berpendapat bahwa kitab ini
merupakan perbaikan atas kitab fiqih yang sebelumnya.
Secara umum, kitab al Muwatta merupakan kumpulan hadis nabi, pendapat sahabat,
qaul tabi’in, ijma’ ahlu madinah dan pendapat dari imam Malik sendiri. Abu bakar al
abharani berpendapat bahwa ada 1726 hadis yang terdiri dari 600 musnad, 222 mursal,
613 munqathi’ dan 285 qaul tabiin. Di sisi lain menurut Muhmmad fuad abdul Baqi’
mengatakan kitab al muwatta berisi 1824 hadis. Syuhudi ismail berpendapat ada 1804
hadis. Perbedaan ini terjadi karena perbedaan sumber periwayatan dan kemungkinan
karena perbedaan cara perhitungan.
Ada banyak orang yang meriwayatkan al muwatta namun yang terkenal ada kurang
lebih 14 naskah. Diantaranya; naskah yahya bin yahya al masmudi al andalusi, naskah
5
https://medium.com/@harisfauzi8/mengenal-kitab-al-muwatta-karya-imam-malik
4
ibn wahab, nasakah abu ubaidillah abd rahman abdullah bin musalamah bin qa’nabi al
harisi, naskah mu’an al qazzasi dan masih banyak lagi. Menurut para ulama kitab al
muwatta merupakan kitab fiqih dimana imam malik mengumpulkan hadis kemudian
melihat dari fiqhnya bukan keshahihan, oleh sebab itu beliau menyusun berdasarkan bab
bab bersistemtika fiqih.
Secara sistematik, kitab ini yang telah ditahqiq oleh Fuad abd al Baqi berjumlah 2
jilid, berisi 61 bab atau kitab dan 1824 hadis. Dalam metode pengumpulan hadis, imam
Malik tidak secara terang terangan memamparkan kriteria yang dipakai dalam
menghimpun hadis. Namun jika kita mengkaji secara mendalam, kita akan menemukakn
bahwa dalam metode pembukuan beliau menggunakan tahapan berupa penyelesaian
hadis yang disandarkan kepada Nabi, fatwa sahabat, fatwa tabi’in, ijma’ ahli madinah dan
pendapat dari imam malik sendiri. Kelima tahapan tidak semua muncul dalam satu
pembahasan kadang juga terpencar tegantung kebutuhan.
Selain itu imam malik juga melihat dari segi periwayatan hadis diantaranya
periwayat bukan orang yang berperilaku jelek, bukan ahli bid’ah, bukan orang yang suka
berdusta dalam hadis, dan bukan orang yang tahu ilmu akan tetapi tidak
mengamalkannya.Imam Syafi’i pernah berkomentar bahwa di dunia ini tidak ada kitab
setelah al qur’an yang lebih shahi daripada kitab Malik. Selain itu juga ada waliyullah al
dahlawi menyatakan bahwa al muwatta adalah kitab yang paling shahih, masyhur, dan
paling awal pengumpulannya.
Al-Awza’i merupakan salah satu pengagas orisinal dalam ilmu ekonomi syariah.
Gagasan-gagasanya antara lain; kebolehan dan kesahihan sistem muzara’ah sebagai
bagian dari bentuk mura`bahah dan membolehkan peminjaman modal, baik dalam bentuk
tunai atau sejenis.
6
https://rohman-utm.blogspot.com/2011/10/pemikiran-ekonomi-islam-abdurrahman
5
mengelolanya, atau ditanggung kedua belah pihak. Umar pernah mempekerjakan orang-
orang untuk menggarap tanah dengan ketentuan; jika Umar yang memiliki benih, maka ia
mendapat separuh dari hasilnya dan jika mereka yang menanggung benihnya maka
mereka mendapatkan begitu juga. Lebih lanjut, tidak mengapa jika tanah yang digarap
adalah milik salah seorang di antara mereka, lalu mereka berdua menanggung bersama
modal yang diperlukan, kemudian hasilnya dibagi dua. Ini juga menjadi pendapat az-
Zuhri.”
Sebagai penjelasan atas pendapat di atas, terdapat informasi dari Hanzhalah Ibn Qais
dari Rafi’ Ibn Khadij, ia bercerita,
“Telah mengabarkan kepadaku dua orang pamanku, bahwa mereka pernah
menyewakan tanah pada masa Nabi saw dengan (sewa) hasil yang tumbuh di parit-parit,
dengan sesuatu (sebidang tanah) yang dikecualikan oleh si pemilik tanah. Maka Nabi
saw melarang hal itu.” Kemudian saya (Hanzhalah Ibn Qais) bertanya kepada Rafi’,
“Bagaimana sewa dengan Dinar dan Dirham?” Maka jawab Rafi’, “Tidak mengapa
sewa dengan Dinar dan Dirham.” Al-Laits berkata, “Yang dilarang dari hal tersebut
adalah kalau orang-orang yang mempunyai pengetahuan perihal halal dan haram
memperhatikan hal termaksud, niscaya mereka tidak membolehkannya karena di
dalamnya terkandung bahaya.”
6
Adapun prinsip al-Mursalah dapat diartikan sebagai prinsip kebebasan, tidak terbatas,
atau tidak terikat. Dengan pendekatan kedua azas ini, Malik Ibn Anas mengakui bahwa
pemerintah Islam memiliki hak untuk memungut pajak demi terpenuhinya kebutuhan
bersama bila diperlukan melebihi dari jumlah yang ditetapkan secara khusus dalam
syari’ah.
7
http://gubuktatang.blogspot.com/2016/12/pemikiran-ekonomi-islam-menurut-imam.html
7
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sesuai pembahasan makalah yang kami sampaikan, dapat kami simpulkan bahwa
pemikiran Abdurrahman Al Awza’I terhadap ekonomi islam ialah muzara’ah merupakan
aqad pemilik tanah yang memberi hak mengelola tanah kepada seorang petani dengan
syarat bagi hasil atau semisalnya. Dalam hal ini al-Awza’i menetapkan beberapa syarat
dalam muzara’ah mengutip pendapat dari Abdullah Ibn Umar bahwa penduduk Khaibar
yang menggarap tanah Nafi’ mendapat bagian seperdua atau setengah dari hasil kurma
atau tanaman lainnya.
Dan sedangkan dalam pemikiran Malik bin Annas terhadap ekonomi islam ialah
menurut prinsip al-Mursalah dapat diartikan sebagai prinsip kebebasan, tidak terbatas,
atau tidak terikat. Dengan pendekatan kedua azas ini, Malik Ibn Anas mengakui bahwa
pemerintah Islam memiliki hak untuk memungut pajak demi terpenuhinya kebutuhan
bersama bila diperlukan melebihi dari jumlah yang ditetapkan secara khusus dalam
syari’ah.
B. Saran
Kami menyadari bahwa makalah kami jauh dari kata sempurna, maka dari itu kami
memberitahu kepada pembaca makalah kami untuk mencari referensi tambahan sebagai
wawasan lain agar tidak berpatokan dengan makalah kami yang masih banyak
kekurangannya.
8
DAFTAR PUSTAKA
https://rohman-utm.blogspot.com/2011/10/pemikiran-ekonomi-islam-abdurrahman-
al.awza’i
Malik bin Anas, "Al Muwaththa" (Mesir: Dar al-Ghad al-gadeed), hal 7-9
https://id.wikipedia.org/wiki/Malik_bin_Anas
https://id.wikipedia.org/wiki/Al-Auza%27i
https://medium.com/@harisfauzi8/mengenal-kitab-al-muwatta-karya-imam-malik
http://gubuktatang.blogspot.com/2016/12/pemikiran-ekonomi-islam-menurut-
imam.html
iii