Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH SEJARAH DAN PEMIKIRAN EKONOMI ISLAM

PEMIKIRAN EKONOMI ISLAM ABAD IV (10M) – ABAD KE V (11M)

DOSEN PENGAMPU: MELIS,S.E.I,M.sy

DISUSUN OLEH:

RESTI YURILLITA/1920602133

PRODI EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH

PALEMBANG

2020

1
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama ALLAH yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inaya-Nya kepada kami, sehingga kami bisa menyelesaikan makalah mengenai hukum
perlindungan konsumen.Makalah ini sudah selesai kami susun dengan maksimal dengan bantuan
pertolongan dari berbagai pihak sehingga bisa mempelancar pembuatan makalah ini. Untuk itu
kami menyampaikan banyak terimakasih kepada semua pihak yang sudah ikut bertkontribusi di
dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari seutuhnya bahwa masih jauh dari kata sempurna
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasa. Oleh karena itu, kami terbuka menerima
segala masukan kritik yang bersifat membangun dari pembaca sehingga kami bisa melakukan
perbaikan makalah sehingga menjadi makalah yang baik dan benar.
Akhir kata kami meminta semoga makalah pemikiran ekonomi islam abad IV & V ini
bisa memberikan manfaat atau pun inspirasi pada pembaca.

Palembang,23 November 2020

Penyusun

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar…………………………………………………………………………………..2

Daftar Isi………………………………………………………………………………………….3

BAB I Pendahuluan……………………………………………………………………………...4

1.1 Latar Belakang……………………………………………………………………….4

1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………………………...4

1.3 Tujuan Penyusunan………………………………………………………………….4

BAB II Pembahasan……………………………………………………………………………..5

2.1 .Pemikiran Ekonomi Islam Abad Ke IV / 10M…………………………………….5

A. Pemikiran Ekonomi Islam Junaid Al-baghdadi…………………………...............5

2.2Pemikiran Ekonomi Islam Abad Ke V / 11M……………………………………....7

A. Pemikiran Ekonomi Islam Ibnu Miskawaih……………………………………….7

B. Pemikiran Ekonomi Islam Al-Mawardi…………………………………………..10

C. Pemikiran Ekonomi Islam Al-Ghazali…………………………………………….12

BAB III Penutup………………………………………………………………………………..17

3.1 Kesimpulan………………………………………………………………………….17

3.2 Saran………………………………………………………………………………...17

Daftar Pustaka………………………………………………………………………………….18

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sejarah membuktikan bahwa ilmuan muslim pada era klasik telah banyak menulis dan
mengkaji ekonomi islam tidak saja secara normatif, tetapi juga secara empiris dan ilmiah dengan
metodologi yang sistematis, seperti buku Ibnu Kaldun dan Ibnu Taimiyah bahkan juga Al-
Ghozali.

Perkembangan Pemikiran Ekonomi Islam, Pemikiran Ekonomi Islam diawali sejak periode
Muhammad SAW ditunjuk sebagai seorang Rasul. Nabi Muhammad mengeluarkan sejumlah
kebijakan yang menyangkut berbagai hal yang berkaitan dengan masalah kemasyarakatan, selain
masalah Hukum (fiqih) , Politik (siyasah), juga masalah perniagaan atau ekonomi (muamalah).
Masalah-masalah ekonomi umat menjadi perhatian Nabi, Karena masalah Ekonomi merupakan
pilar penyangga keimanan yang harus diperhatikan, selanjutnya kebijakan-kebijakan Nadi
dijadikan pedoman oleh para generasi penerusnya dengan tetap berlandaskan pada Al-Qur’an.
Hingga terdapat beberapa Tokoh terkemuka Islam yang sangat besar sumbangannya dalam
perkembangan Ekonomi Islam di periode awal kejayaan Islam Pemikiran dari para tokoh-tokoh
ini sangatlah berharga dan perlu dikaji diera modern sekaran ini.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana pemikiran Ekonomi Islam pada abad ke IV menurut Junaidi AlBaghdad?


2. Bagaimana pemikiran Ekonomi Islam pada abad ke V menurut Ibnu Maskawaih, Al-
Mawardi, dan Al- Ghazali?

1. 3 Tujuan penyusunan

1. Mengetahui dan memahami pemikiran ekonomi islam menurut Al – Baghdad pada abad
ke IV
2. Mengetahui dan Memahami pemikiran ekonomi islam menurut Maskawaih, Al –
Mawardi , dan Al – Ghazali

4
BAB II

PEMBAHASAN

Pemikiran Ekonomi Islam Abad IV Dan V

2.1 Pemikiran Ekonomi Islam Abad IV

A.Pemikiran Ekonomi Islam Junaidi Al-Baghdadi

1. Riwayat Hidup Junaidi Al-Baghdadi

Beliau memiliki nama Abul Qasim Al-Junaidi ibnu Muhammad Al-Zujaj atau dikenal
dengan Junaidi al-Baghdadi. Beliau adalah putra dari seorang pedagang barang pecah belah
(kaca) dari Nahawand dan keponakan dari Sarri As-Saqathi, ia juga dekat dengan Al-Muhasibi.
Junaidi Al-Baghdadi dikenal sebagai tokoh paling terkemuka dari mazhab Tasawuf, beliau juga
dikenal sebagai seorang mufti dalam mazhab Abu Tsaur, salah satu murid Imam Syafi’i,
sehingga ia dikenal dengan julukan Sayyidush Shufiyah (Pangeran kaum sufi).

Masa kecil Junaidi Al-Baghdadi telah memiliki kedalaman sepiritual, ia telah menjadi
seorang pencari tuhan yang bersungguh-sungguh, sangat disiplin, bijaksana, cepat mengerti dan
memiliki intuisi yang tajam. Junaidi Al-Baghdadi tutup usia pada tahun 297 H/910 M di kota
Baghdad.

2. Pemikiran Ekonomi Islam Junaid Al-Baghdadi

Disebutkan bahwa saat kecil beliau telah memiliki pandangan terkait permasalahan
ekonomi. Ini dibuktikan pada saat beliau menyikapi masalah yang dihadapi oleh ayahnya,
dimana ayahnya bersedih karena sedekah yang akan diberikan kepada pamannya ditolaknya.
Menyikapi hal ini Junaidi Al-Baghdadi meminta ayahnya untuk menyerahkan harta yang akan
disedekahkan kepada pamanya, dan diapun pergi menemui pamannya dirumahnya.

Junaidi al-Baghdadi berkata pada pamannya “Aku mohon, terimalah ini, demi Allah yang
telah begitu dermawan padamu dan telah begitu adil pada ayahku.” Pamannya Junaidi al-

5
Baghdadi bertanya kembali “Apa maksudmu Junaidi?”, Junaidi al-Baghdadi menjawab “Allah
begitu dermawan padamu karena dia menganugerahimu kemiskinan. Sedangkan kepada ayahku,
Allah telah begitu adil dengan menyibukannya dengan urusan-urusan dunia. Engkau memiliki
kebebasan untuk menerima atau menolak sekehendak hatimu. Sedangkan ayahku, suka atau
tidak, harus menyampaikan sedekah yang dititipkan Allah padanya kepada orang yang berhak”,
Mendengar perkataan itu pamannya menerima sedekah dari ayahnya tersebut.

Pemikiran ekonomi dari Junaidi al-Baghdadi tidak lepas dari konsep maslahah (utility)
dan mafsadah (disutility), dalam hal ini Ia meyakini bahwasanya ilmu tassawuf banyak mendidik
prilaku terhadap inidividu dan menghasilkan pasar yang adil. Beliau menegaskan penerapan nilai
sufi banyak meletakan pasaran dalam kerendahan dan nilai usaha yang bertujuan dunia dan
akhirat serta merlandaskan syari’ah.

Junaidi al-Baghdadi dalam pemikiran ekonominya menyikapi soal pemanfaatan


kepemilikan individu. Kutipan perkataan beliau soal definisi syukur, yaitu “Syukur berarti
engkau tidak bermaksiat kepada Allah dengan menggunakan karunia yang telah Dia anugrahkan
kepadamu, juga tidak menjadikan karunia-Nya sebagai sumber ketidak taatan pada-Nya”. Dalam
hal ini setiap muslim mencari hartanya dalam kasab, baik itu bisnis ataupun bekerja, setelah
mereka mendapatkan hal tersebut maka hukum pengendalian terhadap pembelanjaan hartapun
berlaku, apakah harta yang telah diperolehnya dibelanjakan secara benar sesuai syari’ah atau
tidak. Dan apakah mereka termasuk pada golongan orang-orang yang bersyukur atau tidak.
Sehingga dalam hal ini perilaku konsumen untuk membelanjakan hartanya yang sesuai dengan
apa yang telah Allah SWT kehendaki.

6
2.2 Pemikiran Ekonomi Islam Abad V

A.Pemikiran Ekonomi Islam Ibnu Maskawaih

1. Riwayat Hidup Ibn Miskawaih

Nama lengkap Ibnu Miskawaih (330-421 H/940-1030 M) adalah Abu Ali Al-Kasim
Ahmad (Muhammad) bin Yaqub bin Maskawaih. Ia lahir di Rayy, belajar dan mematangkan
pengetahuannya di baghdad, serta wafat di Istahan. Setelah menjelajahi banyak ilmu
pengetahuan dan filsafat, ia lebih memusatkan perhatian pada sejarah dan akhlak. Gurunya
dalam bidang sejarah adalah Abu Bakar Ahmad bin Kamil Al-Qadi, sedangkan dalam bidang
filsafat adalah Ibnu Al-Khammar. Ahmad bin Muhammad bin ya’qub yang nama keluarganya
Miskawaih, disebut pula Abu Ali Al-Khazim.

Belum dapat dipastikan apakah Miskawaih itu dia sendiri atau karena dia putra (ibn)
Miskawaih. Beberapa orang seperti Margoliouth dan Bergstrasser menerima alternatif pertama,
sedangkan yang lainnya seperti : Brockelmann, menerima alternatif kedua. Yaqut berkata bahwa
mula-mula beragama majusi, kemudian memeluk islam. Miskawaih sebagaimana tercermin pada
namanya adalah seorang muslim, yang bernama Muhammad.

Ia belajar sejarah, terutama Tarikh Ath-Thobari, kepada Abu Bakar Ahmad ibn Kamil Al-Qadhi
(350 H/960 M). Ibn Al-Khamar. Mufasir kenamaan karya-karya Aristoteles, adalah guru-
gurunya dalam ilmu filsafat. Miskawaih mengkaji al-kimia bersama Abu Ath-Thayyib Ar-Razi,
seorang ahli alkimia. Dari beberapa pertanyaan ibn Sina dan At-Tauhidi tampak bahwa mereka
berpendapat bahwa ia tak mampu berfilsafat. Iqbal, sebaliknya menganggapnya sebagai salah
seorang pemikir teistis, moralis, dan sejarah.

Miskawaih pernah bekerja selama puluhan tahun sebagai pustakawan dengan sejumlah
wazir dan amir bani Buwaihi, yakni bersama Abu-Fadhl Al-‘Amid (360 H/970 M) sebagai
pustakawannya. Setelah wafatnya Abu Ar Fadhl (360 H/970 M), ia mengabdi kepada putranya
Abu Al-Fath Ali ibn Muhammad ibn Al-‘Amid, dengan nama keluarga Dzu Al-Kifayatain. Ia
juga mengabdi kepada Abud Ad-Daulah, salah seorang Buwaihiah, kemudian kepada beberapa
pangeran lain dari keluarg terkenal itu. Miskawaih meninggal 9 safar 421/16 Februari 1030.
Tanggal kelahirannya tak jelas menurut Margoliuoth, ia lahir pada tahun 330 H/941 M. Tetapi

7
ada yang berpendapat ia lahir pada tahun 320 H/950 M, apabila bukan pada tahun-tahun
sebelumnya, karena ia biasa bersama Al-Mahallbi, yang menjabat sebagai wazir pada 339 H/950
M dan meninggal pada 352 H/963M, yang pada masa itu paling tidak ia telah berusia sembilan
belas tahun.

Ahmad ibn Miskawaih (w.421 H/1030 M) adalah salah satu seorang anggota kelompok pemikir
terkemuka yang berkarier politik dan beraktivitas filsafat sebagai bendahara pengusaha dinasti
Buwaihiyyah ‘Adhud Ad-Daulah. Ia banyak terlibat dalam segi praktis masyarakatnya,
sementara sebagai anggota kelompok intelektual termasuk At-tauhidi dan As-Sijistam, ia banyak
memberikan andil bagi perdebatan teoritis pada masa itu. Meskipun banyak orang sezamannya
meremehkan karya-karyanya dan meremehkan orangnya. Ia adalah seorang pemikir yang sangat
menarik dan banyak mempelihatkan ragam gaya masanya. Ia menulis sejumlah topik yang luas,
seperti dilakukan oleh banyak orang sezamannya, dan meskipun pasti muncul pertanyaan
mengapa karyanya kurang terkenal dibandingkan dengan karya-karya ibn sina, apa yang kita
ketahui tentangnya sekarang ini memberikan bukti sejumlah sumbangan menariknya bagi
perkembangan pemikiran filsafat. Dalam filsafat, klaim utama Miskawaih yang perlu
diperhatikan terletak pada sistem etikanya yang tersusun dengan baik

2. Karya-karya ibn Miskawaih

Jumlah karya tulisnya dalam tulisan Abdul Azis Dahlan yang berjudul mendasaran kepada para
penulis masa lalu adalah sebanyak 18 buah judul yang kebanyakan berbicara tentng jiwa dan
akhlak (etika). Akan tetapi, yaqut memberikan daftar 13 buah karya Miskawaih. Untuk bahan
rujukan, penulis merincikan menjadi sebagai berikut :

1. Al-Fauz Al-Akbar ( tentang keberhasilan besar).

2. Al-Fauz Al-Asghar ( tentang keberhasilan kecil).

3. Tajarib Al-Umam (tentang pengalaman bangsa-bangsa sejak awal sampai masa hidupnya).

4. Uns Al-Farid (kumpulan anekdot, syair, peribahasa, dan kata-kata mutiara.

5. Tartib As-Sa’adah (tentang akhlak dan politik).

6. Al-Mushafa (syair-syair pilihan).

8
7. Jamidan Khirad (kumpulan ungkapan bijak).

8. Al-Jami (penghimpun).

9. As-Siyar (tentang aturan hidup).

10. Tahzib Al-Akhlaq (pendidikan akhlak).

11. Ajwibah wa Al-As’ilah fi An-Nafs wa Al-Aql (tanya jawab tentang jiwa)

12. Al-Jawab fi Al-Masa’il As-Salas (jawaban tentang tiga masalah).

13. Taharah An-Nafs (kesucian jiwa).

14. Risalah fi Al-Ladzdzat wal-Alam fi jauhar An-Nafs (risalah tentang keindahan alam dalam
jiwa ).

15. Risalah fi jawab fi su’al Ali bin Muhammad Abu Hayyam Ash-Shufi fi Haqiqat Al-Aql
(risalah tentang tanya jawab Ali bin Muhammad Abu Hayyam Ash-Shufi).

16. Risalah fi Haqiqah Al-‘Aql (risalah tentang hakikat akal)

Muhammad Baqir ibn Zain Al-Abidin Al-Hawanshari yang dikutip Fuad Al-Ahwani,
mengatakan bahwa ia juga menulis beberapa risalah pendek dalam bahasa parsi (Raudhat Al-
Jannah, Teheran, 1287 H/ 1870 M.

3. Pemikiran Ekonomi Islam Ibnu Miskawaih

Ibn Miskawaih dalam bukunya, Tahdib Al-Akhlaq, banyak berpendapat dalam tataran filosofi
etis dalam upaya menyintesiskan pandangan-pandangan Aristoteles dengan ajaran islam. Ia
banyak membahas pertukaran barang dan jasa serta peranan uang. Menurutnya, manusia adalah
makhluk sosial yang saling membutuhkan satu sama lainnya untuk memenuhi kebutuhan barang
dan jasa. Oleh karena itu, manusia akan melakukan pertukaran barang dan jasa dengan
kompensasi yang pas ( riward, al-mukafad al-munasibah). Manusia berperan sebagai alat penilai
dan penyeimbang (al-muqawwim al-musawwi baynahuma) dalam pertukaran sehingga tercipta
keadlan. Ia juga banyak membahas kelebihan uang emas (dinar) yang dapat diterima secara luas
dan menjadi subtitusi (mu’awwid) bagi semua jenis barang dan jasa hal ini dikarenakan emas

9
merupakan logam yang sifatnya tahan lama, mudah dibawa, tidak mudah ditiru, dikehendaki dan
digemari banyak orang.

B.Pemikiran Ekonomi Islam Al-Mawardi

1. Riwayat Hidup Al-Mawardi

Abu Al-Hasan Ali bin Muhammad bin Habib Al-Mawardi Al-Basri Al-Syafi’i lahir di kota
Basrah pada tahun 364 H (974 M). Setelah mengawali pendidikannya di kota Basrah dah
Baghdad selama dua tahun, ia mengelana ke berbagai negeri Islam untuk menuntut ilmu. Berkat
keleluasaanya ilmunya, salah satu tokoh besar mazhab Syafi’i ini dipercaya
memangku memangku jabatan qhadi (hakim) diberbagai negri secara bergantian. Setelah itu Al-
Mawardi kembali ke kota Baghdad untuk beberapa waktu kemdian diangkat sebagai Hakim
Agung pada masa pemerintahan Khalifah Al-Qaim bin Amrillah Al-Abbasi.

Sekalipun telah menjadi hakim, Al-Mawardi tetap aktif mengajar dan menulis. Dengan
mewariskan dengan bebagai karya tulis yang sangat berharga tersebut, Al-Mawardi meninggal
dunia pada bulan Rabiul Awwal tahun 450 H (1058 M) di kota Baghdad pada usia 86 tahun.

2. Karya Beliau
Pada dasarnya, pemikiran ekonomi Al-Mawardi tersebar paling tidak pada tiga buah karya
tulisnya, yaitu Kitab adab ad-Dunya waad-Din, al-Hawi dan al-Ahkam as-Sulthainiyah. Dalam
kitab Adab ad-Dunya wa ad-Din. Dari ketiga karya tilis tersebut, para peneliti Islam tampaknya
sepakat menyatakan bahwa al-Ahkam as-Sultaniyyah merupakan kitab yang paling komprehensif
dalam mempresentasikan pokok-pokok pemikiran ekonomi Al-Mawardi. Sumbangan utama Al-
Mawardi terlatak pada pendapat mereka tentang pembebanan pajak tambahan dan dibolehkannya
peminjaman publik.

3. Pemikiran Ekonomi Islam Al-Mawardi


Adapun pemikiran ekonomi Islam beliau ini diantaranya berbicara mengenai negara dan
aktivitas ekonomi, perpajakan serta baitul mal.

10
• Negara dan Aktivitas Ekonomi
Teori keuangan pulik selalu terkait dengan peran negara dalam kehidupan ekonomi.
Negara membutuhkan karena dibutuhkan karena beroeran untuk memenuhi kebutuhan kolektif
seluruh warga negaranya. Selanjutnya, Al-Mawardi berpendapat bahwa negara harus
menyadiakan infrastruktur yang diperlukan bagi perkembangan ekonomi dan kesejahteraan
umum. Lebih jauh, ia menyebutkan tugas-tugas negara dalam kerangka pemenuhan kebutuhan
dasar setiap warga sebagai berikut:

a) Melindungi agama

b) Menegakan hukum dan stabilitas

c) Memelihara batas negara islam

d) Menyediakan iklim ekonomi yang kondusif

e) Menyediakan administrasi publik, peradilan, dan pelaksanaan hukum islam

f) Mengumpulkan pendapat dari berbagai sumber yang tersedi serta menaikanya dengan
menerapkan pajak baru jika situasi menuntutnya,

g) Membelanjakan dana-dana Baitul Mal untuk berbagai tujuan yang telah menjadi
kewajibanya

Seperti yang telah disebutkan, negara bertanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan dasar
setiap warga negara serta merealisasikanya kesejahteraan dan perkembangan ekonomi secara
umum.

• Perpajakan
Sebagai trend pada masa klasik, masalah perpajakan juga tidak luput dari perhatian Al-
Mawardi. Maenurutnya penilaian ataskharaj harus bervariasi sesuai dengan faktor-faktor yang
menentukan kemampuan tanah dalam membayar pajak, yaitu kesuburan tanah,jenis tanaman dan
sistem irigasi. Disamping ketiga faktor tersebut beliau juga mengungkapkan faktor yamg lain,
yaitu jarak antara tanah yang menjadi objek kharaj dengan pasar.

Tentang metode penetapan kharaj, Al-Mawardi menyarankan untuk menggunakan salah


satu dari ketiga metode yang pernah diterpkan dalam sejarah islam yaitu:

11
a) Metode Misahah, yaitu metode penetapan kharaj berdasarkan ukuran tanah

b) Metode penetapan kharaj berdasarkan ukuran tanah yang ditanami saja

c) Metode Musaqah, yaitu metode penetapan kharaj berdasarkan persentase dari hasil
produksi (proportional tax).

• Baitul Mal
Al-Mawardi menegaskan, adalah tanggung jawab Baitul Mal untuk memenuhi kebutuhan
publik. Ia mengklasifikasikan berbagai tanggung jawab Baitul Mal kedalam dua hal yaitu:

a) Tanggung jawab yang timbul dari berbagai harta benda yang disimpan di Baitul Mal sebagai
amanah didistribusikan kepada mereka yang berhak, dan

b) Tanggung jawab yang timbul seiring dengan adanya pendapatan yang menjadi aset
kekayaan Baitul Mal itu sendiri.

Al-Mawardi menklasifikasikan kategori tanggung jawab Baitul Mal yang kedua ini
menjadi dua hal. Pertama, tanggung jawab yang timbul sebagai pangganti atas nilai yang
diterima (badal). Kedua,tanggung jawab yang muncul melalui bantuan dan kepentingan
umum. Dengan demikian, menurut Al-Mawardi, pembelanjaan publik, seperti halnya perpajakan,
merupakan alat yang efektif untuk mengalihkan sumber-sumber ekonomi. Pernyataan Al-
Mawardi tersebut juga mengisyaratkan bahwa pembelanjaan publik akan meningkatkan
pendapatan masyarakat secara keseluruhan.

C.Pemikiran Ekonomi Islam Al-Ghazali

1. Riwayat Hidup Al-Ghazali

Nama lengkap adalah Abu Hamid Muhammad bin Muhammad bin Muhammad bin ta’us
Ath-thusi Asy-Syafi’i Al-Ghazali. Ia dipanggil Al-Ghazali karena ia lahir di Ghazalah suatukota
di Kurasan, Iran, tahun 450 H/1058 M, ayahnya seorang pemintal kain wol miskin yangtaat, pada
saat ayahnya menjelang wafat Al Ghazali dan adiknya yang bernama Ahmad dititipkan kepada
seorang sufi.

12
Setelah lama tinggal bersama sufi itu, Al-Ghazali dan adiknya disarankan untuk belajar
pada pengelola sebuah madrasah, sekaligus untuk menyambung hidup mereka, di sana
iamempelajari ilmu fiqih kepada Ahmad bin Muhammad Ar-Rizkani, kemudian ia
memasukisekolah tinggi Nizhamiyah dan berguru kepada Imam Haramain (Al-Juwaini)
hinggamenguasi ilmu manthiq, ilmu kalam, fiqh, ushul fiqh, filsafat, tasawuf dan
retorika perdebatan, tak hanya itu ia pun mengisi waktu belajarnya dengan belajar teori-teori
tasawufkepada Yusuf An-Nasaj Imam Haramani menjuluki Al-

Ghazali dengan sebutan Bahr Mu’riq (lautan yang menghanyutkan) kemahirannya dalam
menguasi ilmu didapatnya, termasuk perbedaan pendapat dari para ahli ilmu serta mampu
memberikan sanggahan-sanggahankepada para penentangnya.

2. Pemikiran Ekonomi Islam Al-Ghazali

• Konsep Kesejahteraan

Menurut Al-Ghazali, kesejahteraan (maslahah) dari suatu masyarakat tergantung kepada


pencarian dan pemeliharaan lima tujuan dasar, yakni agama, hidup atau jiwa, keluarga atau
keturunan, harta atau kekayaan, dan intelektual atau akal.

Ia menitikberatkan bahwa sesuai tuntunan wahyu, tujuan utama kehidupan umat manusia adalah
untuk mencapai kebaikan di dunia dan akhirat. Menurut Al-Ghazali, kegiatan ekonomi
merupakan kebajikan yang dianjurkan oleh islam.

Al-Ghazali menegaskan bahwa aktivitas ekonomi harus dilakukan secara efisien karena
merupakan bagian dari pemenuhan tugas keagamaan seseorang. Ia mengidentifikasikan tiga
alasan mengapa seseorang harus melakukan aktivitas-aktivitas ekonomi, yaitu: Pertama, untuk
mencukupi kebutuhan hidup yang bersangkutan. Kedua, untuk mensejahterakan keluarga.
Ketiga, untuk membantu orang lain yang membutuhkan.

• Pertukaran Sukarela dan Evolusi Pasar

13
Pasar merupakan suatu tempat bertemunya penjual dan pembeli. Proses timbulnya pasar yang
berdasarkan kekuatan permintaan dan penawaran untuk menentukan harga dan laba. Menurut Al-
Ghazali, setiap perdagangan harus menggunakan cara yang terhormat.

Sesungguhnya para pedagang pada hari kiamat nanti akan dibangkitkan seperti para pelaku dosa
besar, kecuali yang bertaqwa kepada Allah, berbuat kebajikan dan jujur. Penimbunan barang
merupakan tindakan kriminal terhadap moral dan sosial, hal tersebut merupakan jalan pintas
untuk memakan harta orang lain dengan cara bathil.

• Produksi

Al-Ghazali memfokuskan kegiatan ekonominya pada jenis aktivitas yang sesuai dengan dasar-
dasar ekonomi islam yakni dalam tiga pembagian, pertama, terkait produksi barang-barang
kebutuhan dasar sebagai kewajiban sosial. Ia menganggap kerja adalah sebagai bagian dari
ibadah seseorang. Apabila ada sekelompok orang yang memproduksi barang dalam jumlah yang
mencukupi kebutuhan masyarakat, maka kewajiban masyarakat telah terpenuhi.

Kedua, terkait hirarki produksi Al-Ghazali membagi aktifitas produksi dalam tiga kelompok
yaitu, Industri dasar, Aktivitas penyokong, dan Aktivitas komplementer.

Ketiga, terkait tahapan produksi, spesialisasi, dan keterkaitannya. Al-Ghazali


mengidentifikasikan tiga tingkatan persaingan, yaitu persaingan yang wajib, Persaingan yang
disukai, dan Persaingan yang tidak diperbolehkan.

• Barter dan Evolusi Uang

Dalam perkara ini Al-Ghazali merumuskan dalam empat hal yakni; Pertama, problema barter
dan kebutuhan terhadap uang. Pertukaran barter menjadi tidak efisien karena adanya perbedaan
karakteristik barang-barang.

14
Al-Ghazali menegaskan bahwa evolusi uang terjadi hanya karena kesepakatan dan kebiasaan,
dimana tidak akan ada masyarakat tanpa pertukaran barang dan tidak ada pertukaran yang efektif
tanpa ekuivalensi.

Kedua, uang yang tidak bermanfaat dan penimbunan bertentangan dengan hukum Ilahi. Uang
akan memiliki nilai jika digunakan dalam pertukaran. Al-Ghazali menyatakan bahwa salah satu
tujuan emas dan perak adalah untuk dipergunakan sebagai uang. Al-Ghazali juga mengutuk
mereka yang menimbun keping-kepingan uang.

Ketiga, pemalsuan dan penurunan nilai uang. Standart uang komoditas, dulunya muatan logam
satu koin sama nilainya dengan nilai koin tersebut. Pemalsuan uang bukan hanya dosa
perorangan tetapi berpotensi merugikan masyarakat secara umum. Namun, apabila percampuran
logam dalam koin merupakan suatu kebijakan dari pemerintah dan dapat diketahui oleh semua
masyarakat, maka hal ini dapat diterima atau dibolehkan.

Keempat, larangan riba. Menurutnya riba merupakan penyalahgunaan fungsi uang yang
berbahaya, sebagaimana penimbunan barang untuk kepentingan individual. Ada dua cara bunga
yang muncul dalam bentuk yang tersembunyi. Seperti bunga yang muncul jika ada pertukaran
emas dengan emas, tepung dengan tepung dan lain-lain dengan jumlah yang berbeda atau dengan
waktu yang berbeda.

Jika dalam waktu yang sudah ditentukan dan tidak segera mengembalikan barang tersebut maka
akan ada permintaan untuk melebihkan jumlah komoditi tersebut.jika jumlah komoditas yang
diperlukan tidak sama, kelebihan yang diberikan dalam pertukaran tersebut disebut dengan riba
fadl. Menurut Al-Ghazali kedua bentuk transaksi tersebut hukumnya haram.

• Peran Negara

Terkait kemajuan ekonomi melalui keadilan, kedamaian, dan stabilitas, Al-Ghazali menekankan
bahwa negara juga harus mengambil tindakan untuk menegakkan kondisi secara internal dan
eksternal.

15
Al-Ghazali juga mendukung al-hisabah yaitu sebuah badan pengawas yang dipakai banyak
negara Islam pada waktu itu, di mana berfungsi untuk mengawasi praktik pasar yang merugikan.

16
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan :

Ekonomi islam menjadi objek kajian yang kemudian di kolerasikan dengan perkembangan ilmu
yang kontemporer. Perkembangan ekonomi islam itu dimulai sejak abad ke-2 H atau abad ke-8
M. Perkembangan pemikiran islam ini terus tumbuh hingga sampai abad ke-8 H atau abad ke -14
M. Berbagai produk pemikiran yang tercermin dalam kitab telah muncul, baik dalam konteks
ekonomi mikro maupun ekonomi makro. Ekonomi Islam Abad Ke IV/10 M A. Junaidi Al -
Baghdadi Riwayat Hidup Junaidi Al – Baghdadi Syaikh Abul Qasim Junayd al-Baghdadi adalah
seorang ulama sufi dan wali Allah yang paling menonjol namanya di kalangan ahli-ahli sufi.
Kehidupan Imam Junayd al-Baghdadi,di samping sebagai sufi yang senantiasa mengajarkan
ilmunya kepada murid-muridnya, ia juga sebagai pedagang yang meneruskan usaha ayahnya,
yaitu sebagai pedagang barang pecah-belah di pasar tradisional. Pemikiran ekonomi dari Junaidi
al-Baghdadi tidak lepas dari konsep maslahah (utility) dan mafsadah (disutility), dalam hal ini Ia
meyakini bahwasanya ilmu tassawuf banyak mendidik prilaku terhadap inidividu dan
menghasilkan pasar yang adil. Kegiatan ilmiah yang dilakukan al-Mawardi selain mengajar
adalah menulis, al-Mawardi adalah penulis yang produktif, ini terbukti dengan banyaknya karya
beliau. Dalam kitabnya al-Ahkam As-Sulthaniyyah, al-Mawardi menempatkan pembahasan
ekonomi dan keuangan Negara. Al-Mawardi membahas masalahmasalah keuangan dengan cara
yang lebih sistematis dan rumit. Pemikiran sosial ekonomi beliau berakar dari sebuah konsep
yang beliau sebut “fungsi kesejahteraan 17 sosial” yaitu suatu konsep yang mencakup seluruh
aktivitas manusia dan hubungan individu dengan masyarakat. Pemikiran Ekonomi Islam
Pemikiran Ekonomi Islam dalam pandangan AlGhazali (451-505H/1055-1111M), kegiatan
ekonomi merupakan amal kebajikan untuk mancapai maslahah untuk memperkuat sifat
kebijaksanaan, kesederhanaan, dan keteguhan hati manusia. Pemikiran sosio ekonomi Al-
Ghazali berakar dari sebuah konsep yang dia sebut sebagai "fungsi kesejahteraan sosial" yakni
sebuah konsep yang mencakup semua aktifitas manusia dan membuat kaitan yang erat antara
individu dengan masyarakat. Bahasan ekonomi Al-Ghazali dapat dikelompokkan menjadi:
Pertukaran sukarela dan evolusi pasar, produksi, barter dan evolusi uang, serta peranan negara
dan keuangan publik.

3.2 Saran :

Semoga makalah ini dapat menambah wawasan kita dalam Sejara Pemikiran Ekonomi Islam
dan kita mendapat ilmu tentang pemikira - pemikiran orag terdahulu terhadap ekonomi islam
pada masanya.. Dan kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari
kata sempurna sehingga kritik dan saran sangat kami harapkan.

17
DAFTAR PUSTAKA

https://sitinur86.blogspot.com/2016/12/v-behaviorurldefaultvmlo.html

http://lembarkuliah.blogspot.com/2017/05/pemikiran-ekonomi-ibn-miskawaih.html.

http://el-syadii.blogspot.com/2015/06/makalah-sejarah-pemikiran-ekonomi-islam.html

https://www.academia.edu/36016243/Biografi_Singkat_Al_Ghazali

https://akurat.co/ekonomi/id-626591-read-pemikiran-ekonomi-alghazali-intelektual-
multidimensi-dari-rahim-pemintal-miskin

18

Anda mungkin juga menyukai