Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

MABADI’U KHAIRA UMMAH

Disusun guna memenuhi tugas dimata kuliah Pendidikan Agama Islam

Dosen pengampu: ImanFadhilla, M.Ag

Disusun oleh:

1. NurulMuttaqin (18101011255)
2. SichatunNasiroh (18101011183)
3. PutriSalwa Nabila(18101011172)
4. NadyaWahyu P (18101011158)

MANAJEMEN A4

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS WAHID HASYIM SEMARANG

2018

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Muktamar NU ke-13, tahun 1935, antara lain memutuskan sebuah kesimpulan,
bahwa kendala utama yang menghambat kemampuan umat melaksanakan amar
ma’ruf nahi al-Munkar dan menegakkan agama adalah karena kemiskinan dan
kelemahan di bidang ekonomi. Maka, muktamar mengamanatkan PBNU untuk
mengadakan gerakan penguatan ekonomi warga. Para pemimpin NU waktu itu
menyimpulkan bahwa kelemahan ekonomi ini bermula dari lemahnya sumber daya
manusianya (SDM). Mereka lupa meneladani sikap Rasulullah sehingga kehilangan
ketangguhan mental. Setelah diadakan pengkajian, disimpulkan ada beberapa prinsip
ajaran Islam yang perlu ditanamkan kepada warga NU agar bermental kuat sebagai
modal perbaikan sosial ekonomi yang disebut Mabadi Khaira Ummah, atau langkah
awal membangun umat yang baik.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah lahirnya mabadi khaira ummah?
2. Bagaimana sajabutir-butir yang adapadamabadi’ukhairaummah?
C. Tujuan
1. Mengetahui dan memahami sejarah lahirnya mabadi’u khairaummah.
2. Memahamidanmengetahuibutir-butirmabadi’ukhairaummah.

BAB II

PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN MABADI’U KHAIRA UMMAH
Mabadi Khaira Ummah merupakan langkah awal pembentukan umat terbaik.
Gerakan Mabadi Khaira Ummah merupakan langkah awal pembentukan “umat
terbaik” (Khaira Ummah) yaitu suatu umat yang mampu melaksanakan tugas-
tugas amar makruf nahi mungkar yang merupakan bagian terpenting dari kiprah NU
karena kedua sendi mutlak diperlukan untuk menopang terwujudnya tata
kehidupan yang diridlai Allah SWT. sesuai dengan cita-cita NU. Dan nahi
mungkar, adalah menolak dan mencegah segala hal yang dapat merugikan, merusak
dan merendahkan, nilai-nilai kehidupan dan hanya dengan kedua sendi tersebut
kebahagiaan lahiriah dan bathiniyah dapat tercapai. Prinsip dasar yang
melandasinya disebut “Mabadi Khaira Ummah”.
Kalimat Khaira Ummah diambil dari kandungan Al-Quran Surat Ali
Imran ayat 110 yang berbunyi:
110. Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia,
menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada
Allah. sekiranya ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara
mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.

B. TUJUAN MABADI’U KHAIRA UMMAH

Jika ditelaah lebih mendalam, nyatalah bahwa prinsip-prinsip dasar yang


terkandung dalam Mabadi Khoiru Ummah tersebut memang amat relevan dengan
dimensi personal dalam pembinaan manejemen organisasi, baik organisasi usaha
bisnis maupun organisasi sosial.Managemen organisasi yang baik membutuhkan
sumber daya manusia yang tidak saja terampil, tetapi juga berkarakter terpuji dan
bertanggung jawab.Dalam pembinaan organisasi NU, kualitas sumber daya manusia
semacam ini jelas dibutuhkan.

Dengan demikian, gerakan Mabadi KhoirunUmmah tidak saja relevan dengan


program pengembangan ekonomi, tetapi juga pembinaan organisasi pada
umumnya.Kedua hal ini yang akan menjadi arah strategis pembangkitan kembali
gerakan Mabadi Khoiru Ummah kita ini pun akan menjadi kader-kader unggul yang
siap berkiprah aktif dalam mengikhtiyarkan kemashlahatan umat, bangsa dan negara
pada umumnya.

C. PRINSIP-PRINSIP MABADI’U KHAIRA UMMAH

1. As-Shidqu
Butir ini mengandung arti kejujuran / kebenaran, kesungguhan dan
keterbukaan. Kejujuran/ kebenaran adalah satunya kata dengan perbuatan, ucapan
dengan pikiran. Apa yang diucapkan sama dengan yang di bathin. Jujur dalam hal ini
berarti tidak plin-plan dan tidak dengan sengaja memutarbalikkan fakta atau
memberikan informasi yang menyesatkan. Dan tentu saja jujur pada diri sendiri.

Termasuk dalam pengertian ini adalah jujur dalam bertransaksi dan jujur
dalam bertukar pikiran. Jujur dalam bertransaksi artinya menjauhi segala bentuk
penipuan demi mengejar keuntungan. Jujur dalam bertukar pikiran artinya mencari
mashlahat dan kebenaran serta bersedia mengakui dan menerima pendapat yang
lebih baik.

Tetapi dalam hal tertentu memang diperbolehkan untuk menyembuhkan


keadaan sebenarnya atau menyembunyikan informasi seperti telah di singgung di
atas. Diperbolehkan pula berdusta dalam menguasahakan perdamaian
memecahkan masalah kemasyarakatan yang sulit demi kemaslahatan umum. Singkat
kata: dusta yang dihalalkan oleh syara’ .

2. Al-Amanah wal-Wafa bil ‘ahd


Butir ini memuat dua istilah yang saling terkait, yakni al-amanah dan al-wafa’ bil
’ahdi. Yang pertama secara lebih umum maliputi semua beban yang harus
dilaksanakan, baik ada perjanjian maupun tidak, sedang yang disebut
belakangan hanya berkaitan dengan perjanjian. Kedua istilah ini
digambungkan untuk memperoleh satu kesatuan pengertian yang meliputi: dapat
dipercaya, setia dan tepat janji. Dapat dipercaya adalah sifat yang diletakkan
pada seseorang yang dapat melaksanakan semua tugas yang dipikulnya, baik
yang bersifat diniyah maupun ijtima’iyyah. Dengan sifat ini orang menghindar dari
segala bentuk pembekalaian dan manipulasi tugas atau jabatan.

Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak


menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia
supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang
sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar lagi Maha
Melihat.

sifat dapat dipercaya, setia dan tetap janji menjamin itegritas pribadi dalam
menjalankan wewenang dan dedikasi tehadap tugas. Sedangkan al-amanah wal
wafa bil ’ahdi itu sendiri, bersama-sama dengan ash-shidqu, secara umum menjadi
ukuran kredebilitas yang tinggi di hadapan pihal lain: satu syarat penting dalam
membangun berbagai kerjasama.

3. Al-‘Adalah
Bersikap adil (al’adalah) mengandung pengertian obyektif, proposional dan taat
asas. Bitir ini mengharuskan orang berpegang kepad kebenaran obyektif dan
memnempatkan segala sesuatu pada tempatnya. Distorsi penilaian sangat
mungkin terjadi akibat pengaruh emosi, sentimen pribadi atu kepentingan
egoistic. Distorsi semacam ini dapat menjeruamuskan orang kedalam kesalahan fatal
dalam mengambil sikap terhadap suatu persolan. Buntutnya suadah tentu adalah
kekeliruan bertindak yang bukan saja tidak menyelesaikan masalah, tetapi
bahkan menambah-nambah keruwetan. Lebih-lebih jika persolan menyangkut
perselisihan atau pertentangan diantara berbagai pihak. Dengan sikap obyektif dan
proporsional distorsi semacam ini dapat dihindarkan.

58. Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang


berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara
manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi
pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha
mendengar lagi Maha Melihat.
Implikasi lain dari al-’adalah adalah kesetiaan kepada aturan main (correct)
dan rasionalitas dalam perbuatan keputusan, termasuk dalam alokasi sumberdaya dan
tugas (the right man on the right place). “Kebijakan” memang sering kali diperlukan
dalam mengangani masalah –masalah tertentu. Tetapi semuanya harus tetap di
atas landasan (asas) bertindak yang disepakati bersama.

4. At-Ta’awun
At-ta’awun merupakan sendi utama dalam tata kehidupan masyarakat : manusia
tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuan pihak lain. Pengertia ta’awun meliputi
tolong menolong, setia kawan dan gotong royong dalam kebaikan dan taqwa.
Imam al-Mawardi mengaitkan pengertia al-birr(kebaikan) dengan kerelaan manusia
dan taqwa dengan ridla Allah SWT. Memperoleh keduanya berarti memperoleh
kebahagiaan yang sempurna. Ta’awun juga mengandung pengertian timbal balik dari
masing-masing pihak untuk memberi dan menerima. Oleh karena itu, sikap
ta’awun mendorong setiap orang untuk berusaha dan bersikap kreatif agar dapat
memiliki sesuatu yang dapat disumbangkan kepada orang lain dan kepada
kepentingan bersama.
dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan
jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan bertakwalah
kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya. (QS. Al-Maidah [5] :
2)

5. Istiqamah

Istiqamah mengandung pengertian ajeg-jejeg, berkesinambungan, dan


berkelanjutan. Ajeg-jejeg artinya tetap dan tidak bergeser dari jalur (thariqah) sesuai
dengan ketentuan Allah SWT dan rasul-Nya, tuntunan yang diberikan oleh
salafus shalih dan aturan main serta rencana-rencana yang disepakati
bersama.

Kesinambungan artinya keterkaitan antara satu kegiatan dengan kegaiatan yang


lain dan antara satu periode dengan periode yang lain sehingga kesemuanya
merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan dan saling menopang seperti
sebuah bangunan.

Sedangkan makna berkelanjutan adalah bahwa pelaksanaan kegiatan-


kegiatan tersebut merupakan proses yang berlangsung terus menerus tanpa
mengalami kemandekan, merupakan suatu proses maju (progressing) bukannya
berjalan di tempat (stagnant).
Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Tuhan kami ialah Allah”
Kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, Maka malaikat akan turun kepada
mereka dengan mengatakan: “Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih;
dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang Telah dijanjikan Allah kepadamu”.
(QS. Fushshilat [41]: 30)

D. STRATEGI PEMASYARAKATAN MABADI’U KHAIRA UMMAH

Sebagai nilai-nilai universal, butir-butir mabadi’ khoir ummah memang dapat


menjadi jawaban langsung bagi problem-problem sosial yang dihadapi oleh
masyarakat, tetapi sosialisasi nilai-nilai tersebut harus dimulai dari diri sendiri.
Dalam hal ini dimulai dari warga NU sendiri.

Mabadi’ Khoiro Ummah merupakan jalan panjang bagi terwujudnya obsesi


warga Nahdliyin untuk menjadi umat terbaik (Khoiro ummah) yang dapat
berperan positif di tengah masyarakat.

Dalam tataran implementasi mabadi’ Khoiro Ummah sangat berkaitan


dengan konsep Amar Ma’ruf Nahi Munkar sebagaimana firman Allah dala Al
Qur’an surat Al’A’raf ayat 157. Lebih jauh dikatakan bahwa konsep Amar Ma’ruf
nahi Munkar merupakan instrumen gerakan NU sekaligus barometer keberhasilan
mabadi khoiro ummah sebagai sebuah karakter kaum nahdliyin.

Aktualisasi doktrin di atas tentu memerlukan pemahaman dan perhitungan


yang cermat, mengingat doktrin tersebut sangat berkaitan dengan realitas sosial,
maksudnya setiap umat Islam mempunyai kewajiban moral untuk melakukan
aktifitas yang dapat memberikan implikasi positif bagi manusia di sekitarnya.

Dari intraksi individu (ukhuwah Islamiyah) akan tercipta interaksi sosial


(ukhuwah insaniyah) dalam bingkai menuju cita-cita masyarakat madani
(ukhuwah wathoniyah)

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

Mabadi Khaira Ummah merupakan gerakan pembentukan identitas dan

karakter warga NU, melalui penanaman nilai-nilai yang dapat dijadikan prinsip-

prinsip dasar di dalam kehidupan warga NU baik sebagai masyarakat yang

berbangsa dan bernegara. Mabadi Khaira Ummah berdasar atas tiga pokok yaitu

Al-qur’an, Al-Hadits dan meniru perilaku baik ulama salafus shalikhin.

Prinsip-prinsip yang diajarkan dalam konsep Mabadi Khaira Ummah, terdiri

atas :

1. Asshidqu (Sikap jujur, bersungguh-sungguh dan terbuka). Jujur ini meliputi


kejujuran dalam ucapan, perbuatan dan sikap prilaku sehari-hari.

2. Alamanah walwafa bilahdi (senantiasa menepati janji dan memegang teguh


kedisiplinan). Prinsip ini mempunyai arti tanggung jawab manusia terhadap
segala apa yang diamanahkan kepada mereka, baik amanah dalam masalah
duniawi atau amanah dalam masalah ukhirawi.

3. Aladlu (bersikap adil). Artinya akan senantiasa memberikan hak dan


kewajiban terhadap orang yang memilikinya secara proporsional. Mereka
bersikap adil dalam menempatkan sesuatu pada tempatnya, berpihak kepada
kebenaran, menyalahkan yang salah dan membenarkan yang benar.

4. Attaawun (mempunyai kepekaan sosial yang tinggi) terhadap perkembangan


lingkungan serta mempunyai kepedulian terhadap nasib-nasib kaum lemah yang
membutuhkan bantuan dan pembinaan secara intensif, sehingga mereka menjadi
manusia yang mempunyai derajat yang sama, hak yang sama, serta kesempatan
dalam meraih prestasi yang sama pula.

5. Alistiqamah (memegang teguh terhadap prinsip-prinsip utama walau dalam


kondisi apapun). Konsistensi ini akan berjalan terus tidak mengalami perubahan
walaupun di goyahkan oleh godaan apapun yang dapat merubah terhadap prinsip
dasar Mabadi Khaira Ummah.

DAFTAR PUSTAKA

Masyhudimuchar,dkk. 2009. Aswaja an-nahdliyah (ajaranahlussunnahwa al-jamaah yang

berlakudilingkungannahdlatululama). Surabaya: khalista.

Abdul wahid,dkk. 2004. Materidasarnahdlatululama(ahlussunnahwaljamaah). Semarang :

PWLP Ma’arif NU jawatengah.

Faojindannoorkholis, ke-NU-an ahlusunnahwaljama’ah MA/SMA/SMK kelas XII, (semarang:

lembagapendidikanma’arif NU jawatengah, 2014).

Abdul mun’im DZ, piagamperjuangankebangsaan, 2011 (Jakarta:setjen PBNU-NU online).

Anda mungkin juga menyukai