,MA
USHUL Tafsir
0
Perpustakaan Nasional : Katalog Dalam terbitan (KDT)
Ushul Tafsir
Penulis, Ahmad Sarwat
81 hlm; A5
Judul Buku
Ushul Tafsir
Penulis
Ahmad Sarwat Lc, MA
Editor
Al-Fatih
Desain Cover
Al-Fawwaz
Penerbit
Rumah Fiqih Publishing
Jalan Karet Pedurenan no. 53 Kuningan
Setiabudi Jakarta Selatan 12940
Pengantar
Bismillahirrahmanirrahim.
Al-Quran Al-Karim adalah kitab suci
umat Islam yang menjadi sumber semua
keilmuan. Hampir semua ilmu-ilmu
keislaman yang jumlahnya sangat
banyak itu bersumber dari Al-Quran,
selain Al-Quran sendiri punya cabang-
cabang ilmu yang secara khusus
membahas tentang Al-Quran.
Khusus tentang ilmu yang membahas
tentang Al-Quran sendiri ternyata
jumlahnya cukup banyak. Kalau di masa
Az-Zarkasi jumlahnya baru sekitar 48-an
cabang, maka 100-an tahun kemudian di
masa As-Suyuthi jumlahnya sudah
berkembang menjadi 80-an cabang ilmu.
Dan semakin banyak jumlahnya di masa
modern ini, hingga mencapai ratusan.
Buku yang ada di tangan Anda ini
Penulis susun selain sebagai bagian dari
upaya untuk melestarikan ilmu-ilmu yang
terkait dengan pembahasan tentang Al-
Quran, juga karena Penulis menjalani
jenjang pendidikan S-2 di Institut Ilmu Al-
Quran pada konsentrasi Ulumul-Quran
dan Ulumul Hadits, kemudian Penulis
meneruskan jenjang S-3 prodi Ilmu Al-
Quran dan Tafsir.
Alhamdulillah jenjang pendidikan S-1
Penulis selesaikan di Fakultas Syariah
Jurusan Perbandingan Mazhab di LIPIA.
Maka lahirlah 18 jilid Seri Fiqih Kehidupan
dan 13 judul lainnya, hampir semuanya
bertema ilmu fiqih, sebagai bentuk
implementasi dari ilmu yang Penulis
pelajari. Maka ketika jenjang S-2 dan S-3
yang penulis jalani terkait dengan Ilmu
Al-Quran dan Tafsir, wajar kalau Penulis
merasa berkewajiban juga untuk memiliki
karya di bidang tersebut.
Buku ini mencakup secara keseluruhan
cabang-cabang utama ilmu yang terkait
dengan Al-Quran, yaitu ilmu tentang
Mushaf, Rasm, Qiraat, dan tentunya Tafsir
itu sendiri.
Wallahul muwaffiq ila aqwamit-thariq,
wassalamu 'alaikum wr. wb.
Ahmad Sarwat, Lc., MA
Daftar Isi
Pengantar...............................................4
Daftar Isi.................................................6
Pendahulan...........................................12
A. Pengertian Ushul Tafsir...................................12
1. Khalid al-Akk..................................12
2. M. Luthfi la-Shabbagh....................12
3. Maulay Umar bin Hammad............13
4. Sulaiman al-Thayyar......................13
B. Objek Kajian...................................................13
C. Manfaat..........................................................13
D. Hubungan Ushul Tafsir Dengan Ilmu Lain........13
1. Ulumul Quran................................14
2. Ushul Fiqih.....................................14
a. Pengetian Ilmu Ushul Fiqih....................14
b. Sumber Yang Digali...............................15
c. Ruang Lingkup......................................15
3. Qanun Ta’wil..................................16
4. Hermeneutika................................17
E. Keutamaan......................................................17
F. Peletak Dasar..................................................17
G. Sumber Literasi...............................................18
1. Buku-Buku Yang Bertemakan Usul
Tafsir..............................................18
a. Muqaddimah fi Usul Tafsir, lbnu Taimiyah
..............................................................18
b. Al-Fawz al-Kabir fi Ushul al-Tafsir,
Waliyyullah al-Dahlawi..........................18
c. Ushul al-Tafsir wa Qawa'iduhu, Khalid al-
Ak..........................................................18
d. Buhuts fi Ushul al-Tafsir, Luthfi al-
Shabbagh..............................................18
e. Dirasat fi Ushul al-Tafsir, Muhsin Abdul
Hamid...................................................18
f. Fushul fi llm al-Tafsir, Sulaiman al-Thayyar
..............................................................18
g. Ilmu Ushul al-Tafsir, Maulay Umar
Hammad...............................................19
2. Mukaddimah Kitab-Kitab Tafsir.......19
a. Mukadimah Tafsir lbn Katsir..................19
b. Mukadimah Tafsir al-Qasimi..................19
c. Mukadimah Tafsir lbn Asyur..................19
3. Buku-buku Ulumul Qur'an..............19
a. Al-Burhan fi Ulum al-Qur'an, karya Az-
Zarkasi..................................................19
b. Al-ltqan fi Ulum al-Qur'an, karya As-
Suyuthi..................................................19
c. Manahil al-lrfan fi Ulum al-Qur'an, karya
Az-Zarqani.............................................20
H. Hukum Mempelajarinya.................20
I. Ruang Lingkup Pembahasan............................20
Penutup................................................72
Daftar Pustaka......................................73
Pendahulan
F. Peletak Dasar
Yang pertama kali menggunakan istilah
Ushul Tafsir adalah lbnu Taimiyah (w.
728 H) dalam bukunya, Muqaddimah f
Ushl la-Tafsir.
Sebelum Ibnu Taiymiyah, ulama abad
ke-8, Sulaiman Al-Thufi (w 716 H)
menulis karya yang berjudul Al-lksir f
Ilmi At-Tafsir'.
Namun bila kita telurusi lebih jauh ke
belakangan, sebenarnya cikal bakal ilmu
ini sudah ada sejak masa awal Islam,
yaitu menginduk juga kepada Ilmu Ushul
Fiqih. Dan peletak dasarnya pertama kali
adalah Imam Asy-Syafi'i (w. 204 H)
melalui karyanya, Ar-Risalah. Ilmu Ushul
Fiqih adalah bagian yang tak terpisahkan
dari Ilmu Ushul Tafsir.
G. Sumber Literasi
Sumber literasi atas Ilmu Ushul Tafsir
bisa kita kelompokkan menjadi tiga
bagian. Pertama terdapat pada buku-
buku yang secara khusus membahas
tentang Ushul Tafsir sendiri. Kedua, kita
temukan kajian tentang ilmu ini pada
mukaddimah di beberapa kitab tafsir.
Ketiga, bisa kita temukan di dalam buku-
buku yang membahas ilmu-ilmu Al-Quran
secara lebih umum.
1. Buku-Buku Yang Bertemakan Usul
Tafsir
a. Muqaddimah fi Usul Tafsir, lbnu
Taimiyah
H. Hukum Mempelajarinya
كح لعمن امللمممر لوالملمميِمسمر قلمل فميِمهلماَ إممثم لكبميم لولملنِاَفملع يِلمسألللوُنل ل
َمللننِاَمس لوإممثللهلماَ ألمكبلنلر مممن نلنمفعممهلما
Mereka bertanya kepadamu tentang
khamar dan judi. Katakanlah,"Pada
keduanya itu terdapat dosa besar dan
beberapa manfaat bagi manusia. Tapi
dosa keduanya lebih besar dari
manfaatnya. . . . (QS. Al-Baqarah : 219)
3. Tahap Ketiga
ب
صم فلمإلذا فلنلرمغ ل
ت لفاَنم ل
Maka apabila kamu telah selesai (dari
sesuatu urusan), kerjakanlah dengan
sungguh-sungguh (urusan) yang lain,
(QS. Al-Insyirah : 7)
Apa yang dimaksud dengan perintah
harus ‘bersungguh-sungguh urusan yang
lain’ dalam ayat ini?
Kalau kita buka kitab-kitab tafsir terkait
dengan ayat ini, maka kita akan
mendapatkan begitu banyak versi
penfsiaran para ulama yang satu dengan
lain saling berbeda. Mujahid misalnya
menyebutkan bahwa wajib melakukan
‘urusan yang lain’ dengan kesungguhan
dalam hal apa saja, seperti amal-amal
kebaikan, ketaatan, mendekatkan diri
pada Allah, dakwah dan mengajak ke
jalan Allah, jihad baik dengan pena atau
dengan lisan, memberi nasehat kepada
sesama umat Islam, membantu
meringankan beban mereka, sleain
membantu dalam kebaikan. 0
ما هدوو
ل إ فن ن و
ص ف ذا ال ج و
ف ج دادر ال جغول و ف
ط ففيِ هو و م و
وو و
0 Ibnu Taimiyah, Majmu’ Fatawa, jilid 7 hal.
116
صد ف قا ف م و ل بف و جه ج د حد د ووهدوو ال ج و
ف ووا ف حجر د ع وولى و
ض ج ع و ْب
ف ب ها
و ض
ف ج عو ب ف هف ف راو م أ وط ج
ض م ال ن
ِ ووع ود وم ف و،شجرفع
د
Ruang lingkup kecanruan dalam pasal
ini terletak pada satu kata, yaitu
keawaman atas maqashid syariah,
tidak mampu mengaitkan kedua ujung
dari suatu masala. 0
Di dalam Al-Muwafaqat
}أفل يتْدبرون القرآن أم:قاال تعالى
. [24 :على قالوب أقافالها{ ]محمد
فالتْدبر إنما يكْون لمن التْفت إلى
المقاصد وذلك ظاهر فيِ أنهم أعرضوا
عن مقاصد القرآن؛ فلم يحصل منهم
تدبر
Tadabbur itu bisa terjadi hanya pada
mereka yang melihat maqashid.
Mereka jelas menolak maqashid Al-
Quran, sehingga tidak berhasil
bertadabbur. 0
C. Maqashid Al-Quran Menurut Para Ulama
1. Rasyid Ridha
م محمد رشيد رضا صاحب
وقاد ذكر الما د
1. Istiqra
deduktif
2. Tadabur
A. Siyaq Maqami-Nashi
1. Maqami
Yang dimaksud dengan Siyaq Maqami (
)سياق مقاميadalah
a. Asbabunnuzul
b. Maki Madani
c. Nasikh Mansukh
2. Lughawi
a. Munasabat
c. Antar Ayat
d. Antar Surat
C. Fungsi Siyaq
2 أنإا شئتم.
3. Takhshihs
4. Taqyid Al-Mutlaq
A. Urf Quran
Ijtinab = lebih dari haram
Jaib = farj
Alfisyahr = isyhar
B. Hindari Musthalah Kekinian
Kaidah 6 : Tanzil Ayah
A. Pengertian
Contoh Kontekstualisasi Ayat Oleh Para
Mufassir
1. Ibnu Katsir
2. Al-Qurthubi
3. Ibnul Arabi
1. Kulli
2. Juz’i
3. Aksi
C. Kaidah
1. Sihhatul Qashdi
2. At-Tamakkun Min Ulum Asy-
Syariah
3. At-Tabashshur
A. Pengertian Ta’arudh
Kata ta’arudh kalau kita urai
perngertiannya menurut bahasa dan
istilah para fuqaha sebagai berikut :
1. Bahasa
Secara bahasa, kata ta’arudh ()تعظظظظارض
bermakna
1. Al-man’u ()المنظظظظظظظظظع yang artinya
mencegah atau menolak.
2. Azh-zhuhur ()الظهظظظظظظور yang berarti
kemunculan.
3. Hudutsu asy-syai’i ba’dal ‘adam (
)حظظظظدوث الشظظظظيء بعظظظظد العظظظظدمterjadinya sesuatu
setelah sebelumnya tidak ada.
4. Al-Muqabalah ( )المقاباة, yang bermakna
bertemu
5. Al-Musawah wal Al-Mutsl ()المسظظاواة والمثظظل,
yang bermakna kesamaan dan
kesetaraaan.
Yang patut diketahui juga bahwa lafazh
ta’aruq ini berwazan tafa’ul ( )تفاعظظظلyang
berpola timbal-balik antara dua belah
pihak.
2. Istilah Fuqaha dan Ushuliyun
As-Sarakhsi (w. 490 H), salah satu
ulama dari kalangan mazhab Al-
Hanafiyah di dalam kitabnya Ushul Fiqih
mendefinisikan ta’arudh sebagai berikut :
تقابل الحجتْين المتْساويتْين على وجه
يوجب كل واحد منهما ضد ما توجهه
الخرى كالحل والحرمة والنفيِ والثابْات
Berhadap-hadapannya dua hujjah yang
setara dalam posisi saling berlawanan,
seperti halal lawan haram atau nayf
lawan itsbat.0
Shadru Asy-Syariah (w. 747 H), salah
satu ulama ushul di kalangan mazhab Al-
Hanafiyah juga, di dalam kitab At-
Taudhih menyebutkan tentang
pengertian ta’arudh atas dua dalil
sebagai berikut :
كونهما بحيث يقتضي أحدهما ثبوت أمر: تعارض الدليلين
والخآر انتفاءه من محل واحد وزمن واحد بشرط تساويهما
في القوة
Ta’arudh dua dalil keadaan dimana ada
dua dalil, yang satu menetapkan
keberadaan sesuatu dan yang satunya
lagi menetapkan ketidaannya, padahal
keduanya bicara pada titik masalah
yang sama, waktu yang sama, dan
keduanya sama kekuatannya. 0
Al-Kamal Ibnul Human (w. 861 H)
menyatakan tentang ta’arudh
sebagaimana dikutipkan oleh Ibnu Amir
0 As-Sarakhsi, Ushul Fiqih, jilid 2 hal. 12
0 Syadru Asy-Syariah, At-Taudhih, jilid 2 hal.
102
Al-Hajj dalam At-Taqrir wa At-Tahbir :
إقاتْضاء كل من دليلين عدم مقتْضى
الخر
Ketetapan yang datang dari dua dalil
dimana masing-masing saling
menyatakan tidak berlaku kepada
yang satunya. 0
Jamaluddin Al-Isnawi (w. 772 H),
salah satu ulama ahli Ushul Fiqh dari
kalangan mazhab Asy-Syafi’iyah
menyebutkan kitabnya Nihayatu As-Sul
Syarah Minhaj Al-Wushul sebagai
berikut :
التْعارض بين المرين هو تقابلهما على
وجه يمنع كل واحد منهما مقتْضى صاحبْه
Ta’arudh antara dua perkara adalah
dua hal yang masing-masingnya saling
mencegah untuk dapat berkesesuaian.0
B. Pembagian Jenis Ta’arudh Menurut Ibnu
Taimiyah
Ibnu Taimiyah (w. 728 H) di dalam
kitabnya Muqaddimah f Ushul At-Tafsir
menyebutkan bahwa ikhtilaf atau
perbedaan dalam penafsiran itu ada dua
macam, yaitu perbedaan yang bersifat
tadhad ( )تضادdan yang bersifat tanawwu’ (
0 Ibnu Amir Al-Hajj, At-Taqrir wa At-Tahbir,
jilid 3 hal. 322
0 Jamaluddin Al-Isnawi, Nihayatu As-Sul
Syarah Minhaj Al-Wushul, hal. 254
0
)تنوع.
1. Ikhtilaf Tadhad
Yang dimaksud dengan ikhtilaf tadhad (
)تضادadalah berbeda secara bertentangan
atau berlawanan secara 180 derajat,
sehingga tidak bisa disatukan. Salah
satunya harus dikalahkan atau ditolak
dan tidak bisa dua-duanya diterima.
Contohnya ayat 237 dari surat Al-
Baqarah berikut ini :
إمنل ألمن يِلنمعلفوُلن ألمو يِلنمعلفلوُ النمذيِ بميِلمدمه علمقلدةل نِالبلكاَمح لوألمن تلنمعلفوُا
َضلل بلنميِننِللكمم إمنن اللنهل م لبا ألقمنر م
ب للتننمقلوُىىَ لولل تلنمنِلسلوُا الملف م
لل
م
تلنمعلمللوُلن بلصيم
kecuali jika isteri-isterimu itu
memaafkan atau dimaafkan oleh orang
yang memegang ikatan nikah. (QS. Al-
Baqarah : 237)
Sebagian ulama mengatakan bahwa
yang dimaksud dengan orang yang
memegang ikatan nikah adalah suami,
sedangkan pendapat lain menyebutkan
dia adalah wali. Dan tidak mungkin
terjadi penayatuan antara suami dan
wali, karena masing-masing hanya bisa
berdiri sendiri. Kalau maksudnya suami,
maka tidak mungkin ditafsirkan pada
waktu bersamaan sebagai wali. Dan
sebaliknya, kalau ditafsirkan sebagai
wali, maka tidak bisa diterima tafsir versi
0 Ibnu Taimiyah, Muqaddimah fi Ushul At-
Tafsir, hal 38-55
lain sebagai suami.0
2. Ikhtilaf Tanawwu’
Ikhtilaf tanawwu’ ini tidak berbeda
secara frontal, dan wujudnya ada
beberapa macam, misalnya
Redaksional : yaitu berbeda hanya
dari sisi lafadz atau redaksinya
saja, yang berbeda, sementara
makna dan maksudnya tidak ada
perbedaan sama sekali.
Tidak Bertolak-belakang :
maksudnya bisa saja perbedaan itu
memang ada, namun tidak saling
bertabrakan, tidak bertolak
belakang dan tidak kontradiktif.
C. Pembagian Jenis Ta’arudh Menurut Ibnu Juzai
Al-Kalbi
Ibnu Juzai Al-Kalbi (w. 741 H)
memapaparkan dalam kitabnya
Muqaddimah Tafsir At-Tashil li Ulum At-
Tanzil bahwa banyak hal yang sering
dianggap pertentangan atau ikhtilaf,
namun ketika ditelusuri ternyata tidak
benar. Maka beliau menyebutkan ada
tiga macam perbedaan, yaitu perbedaan
dalam ibarah, tamtsil dan makna. Namun
yang benar-benar perbedaan hanya
perbedaan dalam makna. Yang lainnya
sebenarnya bukan termasuk perbedaan. 0
)كمثل الذيِ اشتوقد نإارا dan surat Al-Baqarah ayat 109 ( وذ
)كثير من أهل الكتاب.
0 Tafsir Ath-Thabari, Penegasan ini tertuang
ketika menafsirkan surat Al-Baqarah ayat 16 (
)أولئك الذين اشترو الضللة بالهدى
0 Tafsir Ath-Thabari, Penegasan ini tertuang
ketika menafsirkan surat Al-Baqarah ayat 143
() إل لنعلم.
0 Tafsir Ath-Thabari, Penegasan ini tertuang
ketika menafsirkan surat Al-Baqarah ayat 151.
()كما أرسلنا فيكم
0
memaknai suatu.
7. Tidak boleh untuk menafsirkan
kitabullah tanpa ada dalil yang
menunjukkan pada hal itu, pad
asebagian wujuh yang menjadi hujjah.
Penegasan ini tertuang ketika
menafsirkan surat Al-Baqarah ayat.0
8. Tafsir yang lebih utama mulai dari
makna zhahir yang benar dan bisa
dipahami. 0
Dalam asbabun-nuzul seringkali kita
temukan ada beberapa keterangan yang
berbeda untuk satu ayat yang sama. Lalu
bagaimana cara kita menarik
kesimpulannya?
1. Keshahihan Riwayat
Dalam hal ini yang perlu diperhatikan
bahwa asbabun-nuzul itu termasuk jenis
tafsir bil-ma’tsur dan bukan bir-ra’yi.
Sehingga yang difokuskan adalah
riwayat-riwayat yang sampai kepada kita
lewat jalur-jalur periwayatan yang dapat
dipertanggung-jawabkan. Maka yang
pertama kali kita jadi ukuran adalah
keshahihan riwayat itu sendiri.
3. Kaidah Ketiga
4. Kaidah Keempat
5. Kaidah Kelima
6. Kaidah Keenam
7. Kaidah Ketujuh
8. Kaidah Kedelapan
Penutup
Daftar Pustaka